i PERBEDAAN BERAT BADAN BAYI YANG DIBERIKAN ASI

advertisement
PERBEDAAN BERAT BADAN BAYI YANG DIBERIKAN
ASI EKSKLUSIF DENGAN BAYI YANG DIBERIKAN
MAKANAN PENDAMPING ASI DI POSYANDU
WILAYAH DESA NGESTIHARJO BANTUL
NASKAH PUBLIKASI
Disusun oleh :
IFA NADHIFAH
201310104323
PROGRAM STUDI DIV BIDAN PENDIDIK
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2014
i
PERBEDAAN BERAT BADAN BAYI YANG DIBERIKAN
ASI EKSKLUSIF DENGAN BAYI YANG DIBERIKAN
MAKANAN PENDAMPING ASI DI POSYANDU
WILAYAH DESA NGESTIHARJO BANTUL
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Sains Terapan
Pada Program Studi Bidan Pendidik Jenjang Diploma IV
STIKES ’Aisyiyah Yogyakarta
Disusun Oleh :
IFA NADHIFAH
201310104323
PROGRAM STUDI DIV BIDAN PENDIDIK
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2014
ii
iii
PERBEDAAN BERAT BADAN BAYI YANG DIBERIKAN
ASI EKSKLUSIF DENGAN BAYI YANG DIBERIKAN
MAKANANPENDAMPING ASI DI POSYANDU
WILAYAH DESA NGESTIHARJO BANTUL
Ifa Nadhifah2, Mufdillah3
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Perbedaan Berat Badan Bayi
yang Diberikan ASI Eksklusif dengan Bayi yang Diberikan MPASI Posyandu
Wilayah Desa Ngestiharjo Bantul. Metode survey pendekatan retrospektif,
Pengambilan sampel Cluster random Sampling, populasi 190 bayidan sampel 133
bayi. Analisis data Mann Whitney.Hasil uji analisis Mann Whitney didapatkan
nilai signifikan p <0,05 dengan nilai 0,037. Terdapat perbedaan berat badan bayi
yang diberikan ASI eksklusif dengan bayi yang diberikan MPASI di Desa
Ngestiharjo Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul.
Kata Kunci
Kepustakaaan
Jumlah halaman
: ASI eksklusif, Makanan Pendamping ASI
: 18 Buku, 6 Skripsi, 1 Thesis, 4 Jurnal
: 5, 10 halaman, 5 tabel
1
Judul Penulisan Ilmiah
Mahasiswa Kebidanan STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta
3
Dosen STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta
2
iv
WEIGHT DISPARITY BETWEEN INFANTS FED WITH EXCLUSIVE
BREAST MILK AND INFANTS FED WITH BREAST MILK
COMPLEMENTARY FOODSAT POSYANDU
NGESTIHARJO VILLAGE BANTUL
Ifa Nadhifah2, Mufdillah3
ABSTRACT
This study aims to understand the weight disparity between infants fed
with exclusive breast milk and the infants fed with breast milk complementary
foods at Posyandu Ngestiharjo village Bantul.The survey method used is
retrospective approach, sample is taken using Cluster random Sampling, 190
infants as population 133 infants as sample. The data is analyzed using Mann
Whitney test method.From Mann Whitney test methods, we obtain significant
value p <0,05 whith value 0,037.There are disparities between infants fed with
exclusive breast milk and the infants fed with breast milk complementary foods at
Posyandu Wilayah DesaNgestiharjoBantul.
Keywords: Exclusive Breast milk, Breast milk complementary foods
References: 18 books, 6 websites, 4 papers
Pages
: v, 10 pages, 5 tables, 9 appendices
1
Title
ObstetricsStudents at STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta
3
Lecturer at STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta
2
v
PENDAHULUAN
Proses perkembangan jasmani dan perkembangan rohani sudah dimulai sejak
anak di dalam kandungan. Pada waktu lahir kemampuan otak telah terbentuk 50%
dan kemampuan itu akan terus bertambah sampai umur 5 tahun (Zulkifli, 2009).
Setiap tahun terdapat 1 – 1,5 juta bayi di dunia meninggal karena tidak diberi ASI
secara Eksklusif kepada sang buah hati. Sayangnya, masih banyak ibu yang
kurang memahami manfaat pentingnya pemberian ASI untuk sang buah hati, ASI
eksklusif sangat penting sekali bagi bayi usia 0-6 bulan karena semua kandungan
gizi ada pada ASI yang sangat berguna bagi pertumbuhan bayi,dari jumlah
tersebut diperoleh fakta 95% ibu menyusui tetapi hanya 5% yang menyusui secara
eksklusif menurut (WHO, 2011).
Pemberian makanan tambahan pada usia dini terutama makanan padat justru
menyebabkan banyak infeksi seperti infeksi pada saluran pernafasan ataupun
saluran pencernaan, kenaikan berat badan, alergi pada salah satu zat gizi yang
terdapat dalam makanan. Pemberian cairan tambahan meningkatkan resiko
terkena penyakit karena pemberian cairan dan makanan padat menjadi sarana
masuknya bakteri pathogen (Fika, 2009). Hasil penelitian sesuai dengan pendapat
dari Depkes RI yang mengatakan bahwa, MP-ASI dini merupakan faktor risiko
dan dapat meningkatkan morbiditas pada bayi (Wiwoho, 2005). Dampak negatif
dari pemberian MP-ASI dini berdasarkan riset yang dilakukan oleh Pusat
Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan selama 21 bulan diketahui, bayi
ASI parsial lebih banyak yang terserang diare, batuk-pilek, dan panas ketimbang
bayi ASI predominan. Semakin bertambah umur bayi, frekuensi terserang diare,
batuk-pilek, dan panas semakin meningkat (Anies, 2007).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilaksanakan peneliti di Puskesmas
Kasihan II Bantul pada tanggal 22 Februari 2014 dengan melihat data sekunder
didapatkan Puskesmas memiliki dua wilayah desa. Desa Ngestiharjo dan
Tirtonirmolo yang memiliki 36 posyandu. Dari studi pendahuluan yang dilakukan
di puskesmas Kasihan II cakupan ASI di desa Ngestiharjo terdapat 471 bayi
53,19% yang diberi ASI eksklusif dan lebih dari 40% bayi sudah diberi makanan
pendamping ASI sebelum waktunya. Desa Tirtonirmolo 423 bayi 59,87% yang
diberi ASI eksklusif lebih dari 40% bayi sudah diberi makanan pendamping ASI
sebelum waktunya. Cakupan ASI eksklusif pada tahun 2013 56,71% dari 894 bayi
yang memperoleh ASI Eksklusif dari ibunya dan ini masih jauh dari target
pemerintah yaitu 80%. Puskesmas Kasihan II Bantul memiliki target kurang dari
1% untuk berat badan lebih sedangkan pada tahun 2013 masih belum mencapai
target yaitu masih 2%. Angka berat badan lebih di Ngestiharjo 7,32% dari
Tirtonirmolo 3,94%.
1
2
Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik dan berniat mengadakan penelitian
tentang perbedaan berat badan bayi yang diberikan ASI eksklusif dengan bayi
yang diberikan MPASI di Posyandu Wilayah Desa Ngestiharjo Bantul.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan berat badan bayi yang
diberikan ASI Eksklusif dengan bayi yang diberikan MPASI Posyandu Wilayah
Desa Ngestiharjo Bantul.
METODE PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan ini menggunakan desain penelitian
observasional komparatif atau membandingkan yang bertujuan untuk menemukan
adanya perbedaan diantara variabel-variabel yang diteliti yaitu perbedaan berat
badan bayi yang diberikan ASI eksklusif dan bayi yang diberikan MPASI. Metode
pendekatan dengan menggunakan retrospektif. Populasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah bayi usia 0-7 bulan di Desa Ngestiharjo yang terdiri dari 20
posyandu yang berjumlah 190 bayi. Dari 20 posyandu dilakukan cluster random
sampling subjek yang harus diteliti adalah 133 subjek dari 11 posyandu.
Menggunakan uji statistik Mann Whitne, dilakukan normalitas data terlebih
dahulu sebagai syarat penggunaan uji Mann Whitney.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Pemberian ASI dan Makanan Pendamping ASI di
Desa Ngestiharjo Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul
Pemberian ASI
ASI
MPASI
Total
Frekuensi
79
54
133
Presentase (%)
59.4
40.6
100.0
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Berat Badan di Desa Ngestiharjo Kecamatan
Kasihan Kabupaten Bantul
Status Berat Badan Bayi
Gemuk
Normal
Kurus
Sangan Kurus
Total
Frekuensi
16
105
12
-
133
Presentase (%)
12.0
78.9
9.0
100.0
3
Tabel 3. Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas Data
No. Variabel
1.
Berat Badan Bayi yang diberi ASI eksklusif
2.
KS-Z P
Keterangan
3.875 .000 Tidak
normal
Berat Badan Bayi yang diberikan makanan 2.907 .000 Tidak
pendamping ASI
normal
Tabel 4. Hasil Uji Mann Whittny
Perbedaan berat badan bayi yang diberi ASI
eksklusif dengan yang diberikan MPASI
Nilai
signifikan
0,037
Keterangan
Signifikan
Tabel 5. Perbedaan Berat Badan Bayi yang diberi ASI eksklusif dengan Bayi yang
diberi Makanan Pendamping ASI di Desa Ngestiharjo Kecamatan Kasihan
Kabupaten Bantul
Status Berat Badan Bayi usia 0-7 bulan
Pemberian
ASI eksklusif
Sangat
Gemuk
Normal
Kurus
dan MP ASI
Kurus
ASI eksklusif
5(3.8%)
66 (49.6%) 8 (6.0%)
MP ASI
11(8.3%) 39 (29.3%) 4 (3.0%)
Total
16(12.0%) 105(78.9%) 12(9.0%)
1.
Pemberian ASI eksklusif dan Makanan Pendamping ASI di Desa
Ngestiharjo Kecamatan Kasihan kabupaten Bantul.
Pemberian ASI ekskusif dan makanan pendamping ASI di desa
Ngestiharjo kecamatan Kasihan kabupaten Bantul sebanyak 59.4% diberikan
ASI eksklusif dan sebesar 40.6% diberikan makanan pendamping ASI. Data
tersebut menunjukkan bahwa belum semua ibu- ibu memberikan ASI
eksklusif.Pemberian ASI eksklusif dapat berdampak baik pada bayi karena
ASI memiliki manfaat dan kandungan yang besar bagi bayi, hal ini sesuai
dengan Roesli (2007) menurut Depkes 2006 ASI alalah makanan yang
terbaik dan alami untuk bayi. ASI adalah cairan hidup yang mengandung zat
kekebalan yang akan melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi, virus,
parasit dan jarnur. ASI rnerupakan sumber energy gizi yang sangat ideal
dengan komposisi seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan peutumbuhan
bayi. Menurut Sofyana (2011) ASI memiliki komposisi gizi yang paling ideal
dan seimbang guna memenuhi kebutuhan pertumbuhan bayi. Dengan
demikian, melalui manajemen dan penatalaksanaan yang benar, ASI akan
cukup memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan neonatus dan
bayi normal sampai usia 6 bulan.
4
2.
Kalori yang dibutuhkan bayi pada usia 3-6 bulan sebanyak 110
kkal/kg/hari 21 dan normalnya bayi mengkonsumsi sekitar 750-850 ml
ASIper hari 27. Kadar lemak total yang terkandung dalam susu formula
sebanyak 4,4-6 g/100 ml25 sedangkan lemak total yang terkandung dalam
ASI sebanyak 4,2 g/100 ml26. ASI mempunyai efek yang lebih baik
terhadap metabolisme tubuh bayi dan metabolisme hormon seperti
misalnya insulin dan leptin dalam kaitannya dengan pengaturan dan
deposit lemak tubuh dibandingkan susu formula. Hal ini yang
menyebabkan bayi yang mendapat ASI cenderung tidak mengalami
obesitas dibandingkan yang mendapat susu formula (Hendarto, 2012).
Apabila dalam usia kurang dari 6 bulan bayi sudah diberikan
makanan pendamping ASI dapat menyebabkan hal buruk pada kesehatan
bayi, karena makanan pendamping ASI adalah makanan atau minuman
yang mengandung zat gizi, diberikan pada bayi atau anak usia 6-24 bulan
guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari Air Susu Ibu (Depkes RI,
2006).
Tingkat kekebalan anak dalam penerimaan makanan pendamping
ASI sebelum bayi berumur 6 bulan akan berbeda-beda. Oleh karena itu
pemberian makanan yang sesuai pada setiap pertumbuhan bayi merupakan
hal yang penting untuk bayi dalam terhindarnya dari resiko-resiko
penyakit.
Berat Badan Bayi yang di Berikan ASI dan MPASI di Desa Ngestiharjo
Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul
Status berat badan bayi 0-7 di desa Ngestiharjo mayoritas berat badan
bayi yang diukur dalam batas normal sebesar 49.6% yang di berikan ASI
eksklusif sedangkan berat badan bayi yang diberikan makanan pendamping
ASI sebesar 29.3%. Status Berat badan bayi diukur dari berat badan bayi dan
tinggi badan bayi yang melakukan pemeriksaan ke posyandu yang kemudian
dicantumkan dalam KMS.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sebagian besar responden
berpendidikan SMA/SMK yaitu sebesar 53.4% yang menunjukkan
pendidikan menengah. Tingkat pendidikan juga mempengaruhi status berat
badan bayi secara tidak langsung. Hal ini sesuai dengan teori Sedarmayanti
(2007) pendidikan adalah suatu proses, teknik, dan metode belajar mengajar
dengan maksud mentransfer suatu pengetahuan dari seseorang kepada orang
lain melalui prosedur yang sistematis dan terorganisir yang berlangsung
dalam jangka waktu yang relatif lama. Pendidikan bukan sekedar usaha
pemberian informasi dan keterampilan tetapi diperluas ruang lingkup nya
sehingga mencakup usaha mewujudkan kehidupan pribadi sosial yang
memuaskan. Maka makin tinggi tingkat pendidikan, pengetahuan dan
5
keterampilan maka terdapat kemungkinan makin baik tingkat ketahanan
pangan keluarga, makin baik pola pengasuhan anak, makin mengerti waktu
yang tepat memberikan makanan tambahan bagi bayi serta mengerti dampak
yang ditimbulkan jika makanan tersebut diberikan terlalu dini. Ibu yang
berpendidikan akan memahami informasi dengan baik penjelasan yang
diberikan oleh petugas kesehatan, selain itu tidak akan terpengaruh dengan
informasi yang tidak jelas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bayi yang diberikan ASI eksklusif
berstatus gemuk sebesar 3.8% sedangkan bayi yang diberikan makanan
pendamping ASI berstatus berat badan gemuk sebesar 8.3%. Menurut Albar
(2004) pemberian makanan padat terlalu dini sering dihubungkan dengan
meningkatnya kandungan lemak dan berat badan pada anak-anak. Makanan
tambahan yang diberikan pada bayi cenderung mengandung protein dan
lemak tinggi sehingga pada akhirnya akan berdampak pada konsumsi kalori
yang tinggi dan mengakibatkan obesitas.
Hasil penelitian yang menunjukkan bayi diberikan ASI eksklusif dengan
berat badan kurus sebesar 6.0% sedangkan bayi yang diberikan makanan
pendamping ASI berstatus berat badan kurus sebesar 3.0%. Hal tersebut dapat
terjadi karena faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik
merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang
anak. Melalui instruksi genetik yang terkandung di dalam sel telur yang telah
dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Faktor genetik
tersebut diantaranya adalah berbagai faktor bawaan yang normal dan
patologik, jenis kelamin, suku bangsa atau bangsa. Sedangkan faktor
lingkungan bisa disebabkan oleh gizi ibu pada waktu hamil, hormon, fungsi
metabolisme, perawatan payudara dan lain-lain (Munir, 2007).
3. Perbedaan Berat Badan Bayiyang di berikan ASI eksklusif dengan yang
di Berikan Makanan Pendamping ASI di desa Ngestiharjo kecamatan
Kasihan kabupaten Bantul
Hasil uji hipotesis menggunaknan uji statistik Mann Whitney
menunjukkan nilai signifikansi menunjukkan perbedaan sebesar 0,037. Hal
ini berarti bahwa berat badan bayi di desa Ngestiharjo Kecamatan Kasihan
Kabupaten Bantul erat kaitannya dengan pemberian ASI ataupun makanan
pendamping ASI yang diberikan pada usia 0-7 bulan.
Penelitian ini relevan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Conita,
D (2014). Dengan judul “Perbedaan Pertumbuhan Bayi Usia 3-6 Bulan Yang
Diberi Asi Eksklusif Dan Yang Tidak Diberi Asi Eksklusif Di Puskesmas
Gang Sehat Kecamatan Pontianak Selatan” Hasil penelitian ini menunjukkan
tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada pertumbuhan panjang badan
6
antara bayi yang diberi ASI eksklusif dan yang tidak diberi ASI eksklusif,
namun didapatkan rerata kenaikan panjang badan per bulan untuk kelompok
bayi yang tidak diberi ASI eksklusif cendrung lebih tinggi yaitu 2,08 ± 0,15
cm/ bulan dibandingkan bayi yang diberi ASI eksklusif yaitu 1,96 ± 0,14 cm/
bulan dengan selisih antara keduanya mencapai 0,11 cm/bulan. didapatkan
perbedaan rerata yang bermakna pada pertumbuhan kenaikan berat badan
bayi tiap bulan usia 3- 6 bulan antara bayi yang diberi ASI eksklusif dan yang
tidak diberi ASI eksklusif. Rerata kenaikan berat badan bayi yang tidak diberi
ASI eksklusif terbukti lebih tinggi dibandingkan bayi yang diberikan ASI
eksklusif dengan selisih 0,18 kg/bulan. Adapun jika dibandingkan dengan
rerata kenaikan berat badan normal bayi pada usia 3-6 bulan sebesar 0,45
kg/bulan 21, maka selisih kenaikan berat badan bayi yang tidak diberi ASI
eksklusif hasil penelitian ini lebih tinggi 0,17 kg dari nilai normal
Hal yang mempengaruhi pemberian ASI ataupun Makanan Pendamping
ASI tingkat pendidikan, dukungan keluarga, modernisasi gaya hidup, sosial
dan budaya masyarakat, ekonomi keluarga. Dari hasil penelitian ini tingkat
pendidikan ibu termasuk dalam kategori tingkat pendidikan menengah, hal ini
dapat dilihat dalam karakteristik tingkat pendidikan ibu dimana tingkat
pendidikan sebagian besar responden adalah SMA sederajat (53.4%),
sedangkan pendidikan SMP sebesar 29.3%. Tingkat pendidikan formal ibu
membentuk nilai-nilai bagi seseorang terutama dalam menerima hal-hal baru.
Tingkat pendidikan formal merupakan faktor yang ikut menentukan mudah
tidaknya ibu menyerap dan memahami informasi mengenai pemberian asupan
yang sesuai pada bayi usia 0-6 bulan. Sciartino (1999) dalam Nurafifa, (2009)
mengemukakan bahwa pendidikan yang cukup merupakan dasar dalam
pengembangan wawasan sarana yang memudahkan untuk dimotivasi serta
turut menentukan cara berpikir seseorang dalam menerima pengetahuan,
sikap dan perilaku masyarakat. Pendidikan juga dapat diartikan sebagai suatu
proses belajar yang memberikan latar belakang berupa mengajarkan kepada
manusia untuk dapat berpikir secara obyektif dan dapat memberikan
kemampuan untuk menilai apakah budaya masyarakat dapat diterima atau
mengakibatkan seseorang merubah tingkah laku.
Bayi berusia 0-6 bualan harus diberikan ASI eksklusif karena sesuai
dengan Narendra, dkk (2010) bayi harus diberi ASI sedini mungkin setelah
lahir, menyusui segera setelah lahir akan memacu produksi ASI. ASI
merupakan makanan bayi utama telah dibuktikan secara ilmiah. ASI
diciptakan sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan bayi
manusia. Hal ini karena ASI mempunyai banyak keunggulan. Sedangkan
makanan pendamping ASI diberikan pada bayi umur 6 bulan lebih dan
diberikan secara beertahap seperti dalam yang disebutkan oleh Proverawati
7
(2009) MP-ASI adalah makanan tambahan yang diberikan kepada bayi atau
anak disampin ASI untuk memenuhi kebutuhan gizinya. MP-ASI diberikan
mulai umur 6-24 bulan, dan merpakan makanan peralihan dari ASI ke
makanan keluarga.Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan
secara bertahap baik bentuk maupun jumlah. Hal ini dimaksud untuk
menyesuaikan kemampuan alat cerna bayidalam MP-ASI.
Perbedaan kedua kondisi tersebut bisa disebabkan karena bayi
mengonsumsi jenis makanan yang berbeda satu sama lain. Dalam konsep
pemberian ASI, bayi yang disusui tanpa dijadwal (on demand) akan
menentukan sendiri kebutuhannya sehingga jumlah kalori yang masuk sesuai
dengan kebutuhan.Bayi yang mendapat makanan lain, misalnyanasi lumat
atau pisang hanya akan mendapat banyak karbohidrat sehingga zat gizi yang
masuk tidak seimbang yang pada akhirnya akan menyebabkan kegemukan
(Purwanti, 2004).
Dari hasil perhitungan didapatkan nilai signifikan 0,037, maka artinya Ada
perbedaan antara pemberian ASI Eksklusif terhadap berat badan bayi umur 06 bulan di posyandu wilayah desa Ngestiharjo kecamatan Kasihan Kabupaten
Bantul.Bayi yang diberi ASI Eksklusif secara keseluruhan memiliki berat
badan normal, dan yang mengalami kegemukan (obesitas) hanya sekitar 3.8%
dari pada bayi yang diberikan makanan pendamping ASI yang mengalami
kegemukan sebesar 8,3%. Sehingga ASI merupakan makanan utama, terbaik
dan alami pertama untuk bayi yang diberikan tanpa makanan tambahan
sekurang-kurangnya sampai usia 6 bulan. Karena di dalam ASIterkandung
zat-zat kekebalan, anti infeksi dan nutrisi yang dibutuhkan bayi untuk tumbuh
kembang secara optimal (normal) serta mengontrol terjadinya kelebihan berat
badan atau obesitas.
A. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah kurangnya peneliti dalam hal
bayi yang tidak diberi ASI eksklusif tidak ditanyakan bagaimana cara
pemberian makanan apabila bayi diberi susu formula, cara memberikan
takaran atau konsentrasi susu, dan cara membersihkan botol sehingga dapat
melihat penyebab bayi sakit yang dapat mempengaruhi berat badan bayi.
Keterbatasan yang lain yaitu pengambilan data untuk bayi yang berusia 3
bulan mengakibatkan peneliti tidak bisa melihat berat badan bayi di usia 4
sampai 6 bulan.
8
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pola pemberian ASI eksklusif di desa Ngestiharjo Kecamatan Kasihan
Kabupaten Bantul yang diberikan ASI eksklusif sebesar 59.4% sedangkan
yang diberikan MPASI sebelum usia 6 bulan 40.6%.
2. Status berat badan bayi di Desa ngestiharjo Kecamatan Kasihan Kabupaten
Bantul dengan berat badan normal 49.6%, gemuk 3.8%, kurus 6.0% dan yang
diberikan MPASI dengan berat badan normal 29.3%, gemuk 8.3%, dan kurus
sebasar 3.0%.
3. Terdapat perbedaan bayi yang diberikan ASI eksklusif dengan bayi yang
diberikan MPASI di Desa Ngestiharjo Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul.
Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar 0,037 sehingga p<0,05
disimpulkan bahwa ada uji beda antara bayi yang diberikan ASI dengan
MPASI.
Saran
1. Bagi Bidan di Puskesmas Kasihan II
Hendaknya dapat memberikan pelatihan bagi kader-kader secara intensif agar
dapat memberikan informasi bagi ibu-ibu yang mengikuti kelompok
pendamping ibu di posyandu wilayah desa Ngestiharjo.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hendaknya dapat melakukan penelitian serupa dalam menanyakan tentang cara
pemberian makanan apabila bayi susu formula, cara memberikan takaran atau
konsentrasi susu, dan cara membersihkan botol yang tidak diberi ASI eksklusif,
sehingga hal-hal tersebut bisa menimbulkan riwayat sakit pada bayi dan berat
badan bayi. Hal ini diharapkan akan diperoleh data penelitian yang lebih baik
serta dapat mengungkapkan hal-hal penting yang berkaitan dengan masalah
penelitian.
3. Bagi Kader
Hendaknya dapat lebih mendorong ibu-ibu untuk mengikuti posyandu untuk
bayinya dan mempertahankan pelaksanaan kelompok pendamping ibu di
posyandu wilayah desa Ngestiharjo.
4. Bagi Masyarakat
Hendaknya lebih memperhatikan asupan yang diberikan pada bayi untuk setiap
umur bayi dan tidak terpengaruh oleh promosi susu formula yang sekarang
marak beredar dimedia masa yang ditunjukku untuk bayi di usia 0-6 bulan.
9
DAFTAR PUSTAKA
Albar, H. (2004). Makanan Pendamping ASI, Cermin Dunia Kedokteran, Bagian
Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin,
Sulawesi Selata
Anies. (2007) Pengaruh Pemberian Makanan Pendamping ASI dini Terhadap
Gangguan Pertumbuhan Bayi dengan Berat Lahir Normal sampai
Umur Empat Bulan. Jurnal Mahasiswa FKM UI. Depok. Tersedia dalam
<http;//ejurnal.ung.ac.id> (Diakses 5 Februari 2014)
Conita, D (2014). Dengan judul Perbedaan Pertumbuhan Bayi Usia 3-6 Bulan
Yang Diberi Asi Eksklusif Dan Yang Tidak Diberi Asi Eksklusif Di
Puskesmas Gang Sehat Kecamatan Pontianak Selatan. [internet] Tuban :
PSPD FK UNTAN. Vol 1, No 1 (2014): Jurnal Mahasiswa PSPD FK
UNTAN Tahun 2014 Tersedia dalam <http;// jurnal.untan.ac.id>
(Diakses 5 Juni 2014)
Depkes RI (2006). Pemberian Makanan Pendampng ASI lokal. Jakarta
Fika. (2009) Hubungan Pemberian Makanan Tambahan Usia Dini dengan
Gangguan Sistem Pencernaan Bayi Usia 0-6 Bulan di Puskesmas
Karanganom Klaten . [internet] Fakultas Keperawatan Universitas
Muhamadiyah Surakarta. Tersedia dalam <http://etd.eprints.ums.ac.id>
diakes (5 Maret 2014)
Hendarto A (2010). Air Susu Ibu dan Perannya dalam Pencegahan Obesitas.
dalam: Indonesia Menyusui. Jakarta
Munir, Miftahul. (2007) Pengaruh Pemberian Asi Eksklusif Terhadap Berat
Badan Bayi Umur 4 - 6 Bulan (Di Wilayah Kerja Puskesmas Plumpang
Kabupaten Tuban) [internet] Tuban : STIKES NU TUBAN. Tersedia
dalam <http;//ejournal.co.id> (Diakses 28 Maret 2014)
Narendra, dkk. (2010). Tumbuh Kembang Anak dan Remaja, Jakarta: Sagung
Seto
Nurafifah. (2009) Faktor yang Berperan dalam Kegagalan Praktik Pemberian
ASI Eksklusif. Jurnal kesehatan Semarang
Proverawati dan Asfuah. (2009).Buku Ajar Gizi Untuk Kebidanan. Yogyakarta :
Nuha Medika.
Purwanti HS. (2004) Konsep Penerapan ASI Eksklusif. Jakarta. EGC.
10
Roesli, U.(2004). Bayi Sehat Berkat ASI Eksklusif, Elex Media Komputindo,
Jakarta
Sedarmayanti, (2007). Pendidikan Restrukturisasi dan Pemberdayaan Organisasi
untuk Menghadapi Dinamika Perubahan Lingkungan. Bandung: Masdar
Maju.
Sofhyan, H. (2011) Perbedaan Dampak Pemberian Nutrisi ASI Eksklusif dan Non
Eksklusif Terhadap Perubahan Ukuran Antropometri Dan Status
Imunitas Pada Neonatus Di Rumah Sakit Umum Daerah Al Ihsan
Provinsi Jawa Barat. Disertasi, Universitas Indonesia
Wiwoho, (2005) Bayi Berat Lahir Rendah Sebagai Salah Satu Faktor Risiko
Infeksi Saluran Pernafasan Akut Pada Bayi (Studi Kasus Di Kabupaten
Blora ) Jurnal Epidemiologi. http://eprints.undip.ac.id/5249/. Diakses 20
Februari 2014
WHO. (2011) Exclusive Breastfeeding for six months Best for Babies Everywhere.
Tersedia
dalam:<http://www.who.int/mediacentre/news/statements/
2011/breatfeeding _ 20110115/en/>. Diakses tanggal 21 Juli 2014.
Zulkifli. (2009). Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Download