Pengukuran Kejadian Penyakit

advertisement
Pengukuran Kejadian Penyakit
Deskripsi sesi:
Pengukuran adalah bagian terpenting dari suatu penelitian epidemiologi. Aspek
pengukuran meliputi alat ukur, cara pengukuran dan hasil pengukuran. Secara umum
terdapat 6 hal utama yang paling potensial untuk diukur sehubungan dengan
kejadian penyakit, yang dikenal dengan six Ds yaitu death, disease, disability,
discomfort, dissatisfaction and debt. Materi pembelajaran ini mencakup topik
population at-risk, prevalensi dan insidensi, kematian dan fatalitas kasus, serta
penghitungan faktor risiko.
Tujuan sesi:
Setelah mempelajari materi ini, diharapkan mahasiswa mampu:
1. Memahami perbedaan antara prevalensi dan insidensi
2. Menginterpretasi hasil penghitungan relative risk dan odds ratio.
Materi pembelajaran:
1. Hand-out pengukuran kejadian penyakit
2. Bahan bacaan:
a. Garcia MLG, Jimenez-Corona A, Jimenez-Corona E, Solis-Bazaldua M,
Villamizar-Archiniegas V, Valdespino-Gomez JL. Nosocomial infections in a
community hospital in Mexico. Infect Control Hosp Epidemiol 2001: 22(6):
11-13.
b. Nosocomial Infections in a community hospital in Mexico (Infect Control
Hosp Epidemiol 2001; 22: 11-13)
Magister Manajemen Rumahsakit Fakultas Kedokteran UGM 1 PENGUKURAN KEJADIAN PENYAKIT
Iwan Dwi Prahasto dan Ari Probandari
Pendahuluan
Secara umum terdapat 6 hal utama yang paling potensial untuk diukur sehubungan
dengan kejadian penyakit, yang dikenal dengan Six Ds, yaitu Death, disease,
disability, discomfort, dissatisfaction dan debt. Beberapa di antaranya mudah untuk
diukur (death, disease dan debt), tetapi yang lain memerlukan teknik dan prosedur
yang relatif lebih rumit, misalnya disability, dissatisfaction, dan discomfort. Tulisan ini
memfokuskan pada pengukuran death dan disease dan memakai contoh kejadian
infeksi nosokomial di rumah sakit.
Prinsip-prinsip Pengukuran
Sebelum kita membahas tentang berbagai pengukuran kejadian penyakit, ada
baiknya kita membahas beberapa prinsip dalam melakukan pengukuran. Hal ini
penting agar kita mendapatkan kesimpulan (ukuran) yang dapat dipercaya (valid) dan
konsisten (reliabel). Beberapa hal yang harus selalu dipertimbangkan dalam
pengukuran, antara lain:
1. Ketepatan pengukuran (precision of measurement). Meskipun secara alamiah
melakukan pengukuran pada subyek dalam skala luas selalu berpotensi untuk
terjadinya random variation, cara-cara pengukuran yang tepat diharapkan dapat
mengurangi risiko ketidaktepatan pengukuran. Sebagai contoh, dalam
mendiagnosis kasus infeksi nosokomial perlu dipakai definisi operasional yang
jelas dan alat diagnosis yang sama (standard).
2. Pentingnya suatu pengukuran (importance). Dalam hal ini pengukuran outcome
harus memberi makna yang besar bagi suatu penelitian. Sebagai contoh,
mengukur outcome berupa kematian akibat infeksi nosokomial bukanlah hal yang
dianjurkan oleh karena prinsip dari ilmu kedokteran adalah mencegah terjadinya
kematian akibat penyakit. Dengan demikian tentu diperlukan outcome antara,
seperti misalnya jumlah kasus infeksi nosokomial.
3. Isu etika (ethical issues). Tidak semua pengukuran dapat dibenarkan secara etika
selain pertimbangan keselamatan dan risiko, pertimbangan biaya juga tentu tidak
dapat diabaikan. Dalam menilai outcome dari penerapan suatu prosedur
penanganan infeksi nosokomial, tentu tidak etis jika pengukuran dilakukan
dengan rancangan penelitian randomized clinical trial karena kita tahu bahaya
dari infeksi nosokomial jika tidak ditangani. Dalam hal ini rancangan penelitian
observasional lebih sesuai.
4. Sensitivitas. Cara pengukuran harus cukup sensitif untuk mengukur outcome.
Sebagai contoh, untuk menilai terjadinya kasus infeksi nosokomial tentu kita
Magister Manajemen Rumahsakit Fakultas Kedokteran UGM 2 harus sampai pada mikroorganisme penyebab yang dapat diketahui dengan
pemeriksaan kultur darah.
Mengukur Frekuensi
Setiap penyakit atau efek yang ditimbulkannya harus dapat diukur frekuensinya,
misalnya kekambuhan dan kematian. Namun yang paling penting adalah bagaimana
kita dapat secara tepat memperkirakan jumlah populasi yang potensial untuk
menderita suatu penyakit. Sebagai contoh, jika kita ingin menghitung frekuensi
penderita Ca serviks, maka tentu populasi yang harus dipertimbangkan hanyalah
wanita.
Population at risk
Dalam studi epidemiologi, bagian dari populasi yang memiliki risiko untuk terjadinya
suatu penyakit disebut population at risk. Sebagai contoh, jika ingin mengetahui
dampak penggunaan kontrasepsi oral, maka yang menjadi population at risk
misalnya adalah wanita usia subur yang telah menikah. Demikian juga halnya dengan
frekuensi kejadian efek samping akibat pemberian imunisasi campak yang population
at risknya haruslah anak usia balita yang telah mendapatkan imunisasi campak.
Prevalensi dan insidensi
Prevalensi adalah jumlah seluruh kejadian penyakit atau kasus pada suatu populasi
pada satu saat atau periode waktu tertentu.
Jumlah seluruh kasus dalam populasi
Prevalensi = ------------------------------------------------Jumlah population at risk
Sedangkan insidensi adalah jumlah seluruh kasus baru pada suatu populasi pada
suatu saat atau periode waktu tertentu.
Jumlah seluruh kasus baru dalam populasi
Insidensi = -------------------------------------------------------Jumlah population at risk
Magister Manajemen Rumahsakit Fakultas Kedokteran UGM 3 Mortality rate dan Case fatality rate
Ada kemungkinan di dalam suatu populasi terjadi kematian akibat suatu penyakit
yang muncul pada kurun waktu tertentu. Angka kematian ini lazim disebut sebagai
mortality rate. Sedangkan jika kita ingin mengetahui seberapa fatalkah suatu
penyakit dapat menimbulkan kematian, maka dapat digunakan case fatality rate.
Jumlah seluruh kematian akibat suatu penyakit
Mortality rate = ----------------------------------------------------------Jumlah population at risk
Jumlah kematian akibat suatu penyakit pada
suatu periode waktu
Case fatality rate = ------------------------------------------------------Jumlah population yang menderita sakit
Relative risk (RR) dan Odds Ratio
Dalam penelitian epidemiologi juga sering diteliti faktor-faktor risiko penyebab suatu
penyakit. Untuk itu digunakan istilah risiko relatif (RR) dan odds ratio (OR). Risiko
relatif diperoleh dari penelitian kohort sedangkan odds ratio diukur dari penelitian
kasus kontrol.
Untuk menggambarkan kedua hal ini digunakan Tabel 2x2 yang merepresentasikan
adanya eksposur atau faktor risiko dan penyakit. Pada penelitian kohort maka akan
dihasilkan tabel 2x2 sebagai berikut:
Penyakit
(+)
(-)
Eksposur
(+)
a
b
(-)
c
d
Risiko relatif (RR) = {a/a+b}/{c/c+d}
Pada penelitian kasus kontrol, tabel 2x2 yang dihasilkan adalah sebagai berikut:
Magister Manajemen Rumahsakit Fakultas Kedokteran UGM 4 Penyakit
Kasus
Kontrol
Eksposur
(+)
a
b
(-)
c
d
Odds ratio = Odds pada kelompok Kasus / Odds pada kelompok kontrol.
Pengertian Odds adalah peluang terjadinya suatu event dibagi dengan peluang tidak
terjadi suatu event. Jika peluang terjadinya event kita beri simbol p maka peluang
tidak terjadi suatu event adalah 1-p.
Jika pengertian tentang Odds kita aplikasikan pada tabel 2x2 diatas, maka event
yang dimaksud adalah eksposur. Dengan demikian Odds ratio adalah sebagai berikut:
Odds ratio (OR) = {a/c}/{b/d} = ad/bc
Referensi
1. Persson LA and Wall S. Epidemiology for Public Health. Umea International
School of Public Health, Umea Sweden; 2003.
Magister Manajemen Rumahsakit Fakultas Kedokteran UGM 5 
Download