laporan praktikum fisiologi hewan

advertisement
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN
PENYESUAIAN HEWAN POIKILOTERMIK TERHADAP OKSIGEN LINGKUNGAN
Dan
OBSERVASI PEMBULUH KAPILER DARAH
Disusun oleh:
Kelompok 4:
Lailatul Tarwiyati (109016100033)
Novia Rizqi (109016100009)
Eka Aryanti Dzulliana (109016100008)
Reni Fakhriah (109016100023)
PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011
KEGIATAN 1
PENYESUAIAN HEWAN POIKILOTERMIK TERHADAP OKSIGEN LINGKUNGAN
A. Dasar Teori
Fisiologi ikan mencakup proses osmoregulasi, sistem sirkulasi, sistem respirasi,
bioenergetik dan metabolisme, pencernaan, organ-organ sensor, sistem saraf, sistem endokrin
dan reproduksi (Fujaya,1999).
Insang dimiliki oleh jenis ikan (pisces). Insang berbentuk lembaran-lembaran tipis
berwarna merah muda dan selalu lembap. Bagian terluar dare insang berhubungan dengan air,
sedangkan bagian dalam berhubungan erat dengan kapiler-kapiler darah. Tiap lembaran
insang terdiri dare sepasang filamen, dan tiap filamen mengandung banyak lapisan tipis
(lamela). Pada filamen terdapat pembuluh darah yang memiliki banyak kapiler sehingga
memungkinkan OZ berdifusi masuk dan CO2 berdifusi keluar. Insang pada ikan bertulang
sejati ditutupi oleh tutup insang yang disebut operkulum, sedangkan insang pada ikan
bertulang rawan tidak ditutupi oleh operkulum.
Insang tidak saja berfungsi sebagai alat pernapasan tetapi dapat pula berfungsi sebagai
alat ekskresi garam-garam, penyaring makanan, alat pertukaran ion, dan osmoregulator.
Beberapa jenis ikan mempunyai labirin yang merupakan perluasan ke atas dari insang dan
membentuk lipatan-lipatan sehingga merupakan rongga-rongga tidak teratur. Labirin ini
berfungsi menyimpan cadangan 02 sehingga ikan tahan pada kondisi yang kekurangan 02.
Untuk menyimpan cadangan 02, selain dengan labirin, ikan mempunyai gelembung renang
yang terletak di dekat punggung.
Stickney (1979) menyatakan salah satu penyesuaian ikan terhadap lingkungan ialah
pengaturan keseimbangan air dan garam dalam jaringan tubuhnya, karena sebagian hewan
vertebrata air mengandung garam dengan konsentrasi yang berbeda dari media
lingkungannya. Ikan harus mengatur tekanan osmotiknya untuk memelihara keseimbangan
cairan tubuhnya setiap waktu.
Mekanisme pernapasan pada ikan melalui 2 tahap, yakni inspirasi dan ekspirasi. Pada fase
inspirasi, 02 dari air masuk ke dalam insang kemudian 02 diikat oleh kapiler darah untuk
dibawa ke jaringan-jaringan yang membutuhkan. Sebaliknya pada fase ekspirasi, C02 yang
dibawa oleh darah dari jaringan akan bermuara ke insang dan dari insang diekskresikan
keluartubuh. Oksigen sangat berperan dalam penyediaan energi yang sangat dibutuhkan
untuk proses kehidupan. Sel-sel organisme memperoleh energi dari reaksi-reaksi enzimatis
yang sebagian besar memerlukan oksigen yang diperoleh lewat respirasi. Pada organisme
bersel satu pertukaran gas dapat secara langsung lewat permukaan sel sedangkan organisme
tinggi melewati suatu organ khusus antara lain paru-paru atau insang.
Respirasi eksterna dipengaruhi oleh komposisi gas dalam lingkungan luar organisme yang
bersangkutan. Di udara kandungan oksigen makimum adalah 20,95% atau 159 mm Hg.
Didalam air kandungan oksigen sangat dipengaruhi oleh kelarutan oksigen di dalam air.
Kelarutan oksigen di dalam air dipengaruhi oleh, tekana partial oksigen di permukaan air,
suhu, dan kandungan garam dalam air.
Jika kandungan oksigen lingkungan berkurang, beberapa golongan hewan melakukan
konfomitas dan golongan lain mampu melakukan regulasi konsumsi oksigen sehingga
konsumsi oksigen konstan. Jika pada golongan regulator penurunan PO2 tidak menyebabkan
berkurangnya konsumsi oksigen. Hal ini dimungkinkan karena terjadi penyeimbangan dua
faktor: ektraksi oksigen dari lingkungan dan ventilasi.
Adapun klasifikasi ilmiah ikan mas adalah sebagai berikut:
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Actinopterygii
Ordo: Cypriniformes
Famili: Cyprinidae
Genus: Cyprinus
Spesies: C. carpio
Nama binomial
Cyprinus carpio
(Linnaeus, 1758)
B. Tujuan
Adapun pada praktikum ini bertujuan mengamati:
1. Adakah pengaruh kandungan oksigen lingkungan terhadap respirasi ikan?
2. Bagaimana pengaruh kandungan oksigen didalam air terhadap respirasi ikan?
3. Rentang penyesuaian ikan terhadap kandungan oksigen lingkungan.
C. Alat dan Bahan
1. Bak plastik
2. Thermometer
3. Timbangan
4. Panci
5. Gelas piala
6. Pengaduk
7. Alat penghitung
8. Gelas ukur
9. Ikan
10. Stop watch
D. Cara Kerja
1. Pengaruh kenaikan suhu medium/air
a) Jerang air dalam panci.
b) Isi bak plastik dengan air suhu kamar, catat suhunya.
c) Timbang ikan yang akan digunakan, kemudian masukkan ke dalam
bak plastik. Hitung gerak operkulum selama satu menit. Lakukan
sebanyak tiga kali ulangan, ambil rata-ratanya.
d) Naikkan suhu air sebesar 30C, dengan cara menuangkan air panas ke
dalam bak air sedikit demi sedikit (jangan sampai terkena ikannya)
sampai tercapai suhu yang dikehendaki. Hitung gerak operkulum per
menit (3 ulangan).
e) Suhu air dinaikkan terus sampai keseimbangan ikan mulai tidak
normal.
2. Pengaruh penurunan suhu medium/air
a) Cara kerja seperti pada kegiatan 1.
b) Menurunkan suhu dikerjakan dengan cara memasukkan es ke dalam
bak sampai tercapai suhu yang dikehendaki (interval suhu juga 30C).
c) Penurunan suhu dihentikan apabila ikan sudah mulai kelihatan tidak
seimbang.
Catatan :

Pada semua oerlakuan volume air di dalam bak harus tetap sama

Suhu awal pada kegiatan 1 dan 2 diusahakan sama

Berat kedua ikan yang digunakan untuk kegiatan 1 dan 2 relatif sama.
E. Analisis Data
Berdasarkan percobaan yang telah kami lakukan, maka kami mendapatkan hasil
pengamatan sebagai berikut:
Pada percobaan pertama yang telah kami lakukan yaitu tentang pengaruh
penurunan O2 dalam air. Suhu awal (t0) air yang terdapat pada beaker glass sebelum
diberi perlakuan adalah 30°C. Pada saat suhu awal (t0) tersebut gerakan operkulum ikan
pada ulangan pertama 141 kali, pada ulangan kedua 140 kali, ualngan ketiga 140 kali.
Dari data tersebut diperoleh jumlah gerakan operkulum ikan sebanyak 140 kali.
Kemudian kami memberi perlakuan beaker glass dengan cara menambahkan air
panas kedalam beaker glass untuk meningkatkan suhu dari air yang terdapat di dalam
beaker glass sebanyak 3°C. Setelah air yang terdapat didalam beaker glass mengalami
kenaikan, dimana suhunya menjadi 33°C (t1) gerakan operkulum ikan pada ulangan
pertama 86 kali, pada ulangan kedua 104 kali, dan pada ulangan ketiga operkulum
bergerak sebanyak 92 kali. Jumlah rata-rata dari gerakan ikan pada suhu 33°C (t1) adalah
94 kali.
Setelah air di dalam beaker glass ditambahi air panas, suhu air yang terdapat di
dalam beaker glass mengalami peningkatan lagi menjadi 36°C (t2). Pada saat suhu
tersebut gerakan operkulum ikan pada ulangan pertama 89 kali, pada ulangan kedua 100
kali, pada ulangan ketiga 100 dan jumlah rata-rata dari gerakan operkulum ikan pada
suhu ini adalah sebanyak 96 kali.
Untuk meningkatkan suhu air yang ada di beaker glass maka air dalam beaker
glass ditambah dengan air panas lagi sehingga suhu air yang ada di beaker glass
meningkat menjadi 39°C (t3). Pada keadaan air di dalam beaker glass dengan suhu ini
diperoleh hasil gerakan operkulum ikan pada ulangan pertama sebanyak 120 kali, pada
ulangan kedua 160 kali, dan ulangan ketiga sebanyak 210 kali. Dengan jumlah rata-rata
dari gerakan operkulum sebanyak 163 kali. Pada saat suhu dinaikan menjadi 42°C (t4)
keadaan ikan sudah tidak seimbang pada suhu tersebut tidak diperoleh data. Karena ikan
pada suhu tersebut sudah dalam keadaan mati.
Berdasarkan data yang diperoleh diatas, maka dapat disimpulkan bahwa dengan
menaikkan suhu dari air atau terjadi penurunan O2 di air berpengaruh dengan jumlah
gerakan operkulum dari ikan. Semakin tinggi suhu di air atau terjadi penurunan O2 maka
gerakan operkulum ikan semakin cepat.
Pada percobaan yang kedua yaitu tentang pengaruh kenaikan O2 terlarut dalam air
menggunakan ikan yang sama dan suhu awal (t0) tetap 29°C. Gerak operkulum ikan pada
t0 ini adalah 114 kali pada ulangan pertama, sedangkan ulangan kedua dan ketiga adalah
120 kali dan 121 kali. Dari data tersebut diperoleh rata-rata jumlah gerakan operkulum
sebanyak 118 kali.
Untuk menurunkan suhu, pada praktikum ini menggunakan es batu yang
dimasukkan ke dalam beaker glass. Setelah diberi perlakuan pertama, dimana suhu
berubah menjadi 26°C (t1)gerakan operkulum ikan pada ulangan pertam adalah 136 kali,
pada ulangan kedua sebanyak 130 ulangan dan pada ulangan ketiga sebanyak 139 kali.
Dan rata-rata gerakkan operkulum pada suhu ini adalah 135 kali.
Untuk menurunkan suhu dari air yang ada di beaker glass maka es dimasukkan
kedalam beaker glass lagi sehingga suhu turun menjadi 23°C (t2). Gerakan operkulum
ikan pada ulangan pertama adalah 132 kali, ulangan kedua 111 kali dan 117 kali pada
ulangan ketiga. Rata-rata gerakan operkulum pada suhu ini adalah 120 kali.
Berhubung pada suhu 23°C keadaan ikan masih normal maka suhu air diturunkan
lagi menjadi 20°C (t3). Pada suhu ini jumlah gerakan operkulum ikan pada ulangan
pertama 106 kali, pada ulangan kedua 101 kali, dan ulangan yang ketiga 96 kali,
sehingga diperoleh rata-rata jumlah gerakan operkulum pada suhu 20°C adalah 101 kali.
Gerakan operkulum pada suhu 17°C (t4) diperoleh rata-rata sebesar 70 kali dari
tiga kali ulangan masing-masing adalah sebagai berikut : 77 kali, 69 kali, dan 65 kali.
Sedangkan pada suhu 14°C (t5) jumlah gerakan operkulum ikan pada ulangan pertama 61
kali, pada ulangan kedua 57 kali dan ulangan ketiga sebanyak 44 kali. Jumlah rata-rata
gerakan operkulum ikan pada suhu ini adalah 54 kali.
Pada suhu 11°C tidak diperoleh data karena pada suhu 8°C keseimbangan ikan
sudah tidak normal. Pada percobaan ini dapat disimpulkan bahwa dengan adanya
penurunan suhu lingkungan maka gerakan operkulum ikan semakin lambat. Hanya pada
t1 terjadi penyimpangan dikarenakan ikan belum beradaptasi dengan suhu air yang ada di
beaker glass.
F. Hasil Diskusi
Pergerakan Insang
Pergerakan Insang
135
118
120
101
70
54
suhu 29
suhu 26
suhu 23
suhu 20
suhu 17
suhu 14
Pergerakan Insang
Pergerakan Insang
163
140
suhu 30
94
96
suhu 33
suhu 36
suhu 39
0
suhu 40
Dari hasil pengamatan yang telah kami lakukan didapat bahwa frekuensi membuka
serta menutupnya operculum pada ikan mas terjadi lebih sering pada setiap kenaikan suhu
serta penurunan suhu dari suhu awal kamar , semakin sering ikan itu membuka serta menutup
mulutnya hal ini dapat kita simpulkan bahwa bila suhu meningkat, maka laju metabolisme
ikan akan meningkat sehingga gerkan membuka dan menutupnya operculum ikan akan lebih
cepat daripada suhu awal kamar, serta sebaliknya pula jika suhu menurun maka semakin
jarang pula ikan itu membuka serta menutup mulutnya. Hubungan antara peningkatan serta
penurunan temperatur dengan laju metabolisme menurut biasanya 2 – 3 kali lebih cepat pada
setiap peningkatan suhu 6 C, sedangkan kelarutan O₂ di lingkungannya menurun dengan
meningkatnya temperature.
Pada peristiwa temperature dibawah suhu kamar maka tingkat frekuensi membuka dan
menutupnya operculum akan semakin lambat dari pada suhu kamar. Dengan adanya
penurunan temperature, maka terjadi penurunan metabolisme pada ikan yang mengakibatkan
kebutuhan O₂ menurun, sehingga gerakannya melambat. Penurun O₂ juga dapat
menyebabkan kelarutan O₂ di lingkungannya meningkat. Dalam tubuh ikan suhunya bisa
berkisar ± 1° dibandingkan temperatur linkungannya (Nikolsky, 1927). Maka dari itu,
perubahan yang mendadak dari temperature lingkungan akan sangat berpengaruh pada ikan
itu sendiri.
Dalam hal ini juga tidak mutlak kesalahan dari bahan ataupun alat yang kita
gunakan, praktikan juga dapat menjadi kendala dalam kesalahan kekurang telitian dalam
melihat mekanisme membuka serta menutup overculum ikan tersebut karena hal ini juga
dapat mempengaruhi ketepatan dalam pengamatan ini. Waktu penghitungan frekuensi
gerakan membuka serta menutupnya operculum juga sangat berpengaruh. Hal tersebut yaitu
daya adaptasi yang berbeda pada umur benih ikan mas dengan waktu dimulainya perhitungan
sangat berkaitan erat dalam mempenagruhi hasil pengamatan ini.
G. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah kami lakukan, kami dapat menarik kesimpulan
bahwa:
1. Salah satu penyesuaian ikan terhadap lingkungan ialah pengaturan keseimbangan
air dan garam dalam jaringan tubuhnya, karena sebagian hewan vertebrata air
mengandung garam dengan konsentrasi yang berbeda dari media lingkungannya.
2. frekuensi membuka serta menutupnya operculum pada ikan mas terjadi lebih
sering pada setiap kenaikan suhu serta penurunan suhu dari suhu awal kamar
3. suhu meningkat, maka laju metabolisme ikan akan meningkat sehingga gerkan
membuka dan menutupnya operculum ikan akan lebih cepat daripada suhu awal
kamar
4. suhu menurun maka semakin jarang pula ikan itu membuka serta menutup
mulutnya.
5. adanya penurunan temperature, maka terjadi penurunan metabolisme pada ikan
yang mengakibatkan kebutuhan O₂ menurun.
Kegiatan II
OBSERVASI PEMBULUH KAPILER DARAH
A. Tujuan :
Mengamati aliran darah pada ekor kecebong
B. Dasar Teori :
Amfibia atau amfibi (Amphibia), umumnya didefinisikan sebagai hewan
bertulang belakang (vertebrata) yang hidup di dua alam; yakni di air dan di daratan.
Amfibia bertelur di air, atau menyimpan telurnya di tempat yang lembab dan basah.
Ketika menetas, larvanya yang dinamai berudu hidup di air atau tempat basah tersebut
dan bernapas dengan insang. Setelah beberapa lama, berudu kemudian berubah
bentuk (bermetamorfosa) menjadi hewan dewasa, yang umumnya hidup di daratan
atau di tempat-tempat yang lebih kering dan bernapas dengan paru-paru.
Amfibia mempunyai ciri-ciri:

Tubuh diselubungi kulit yang berlendir.

Merupakan hewan berdarah dingin (poikiloterm).

Mempunyai jantung yang terdiri dari tiga ruangan yaitu dua serambi dan satu
bilik.

Mempunyai dua pasang kaki dan pada setiap kakinya terdapat selaput renang
yang terdapat di antara jari-jari kakinya dan berfungsi untuk melompat dan
berenang.

Matanya mempunyai selaput tambahan yang disebut membran niktitans yang
sangat berfungsi waktu menyelam.

Pernapasan pada saat masih kecebong berupa insang, setelah dewasa alat
pernapasannya berupa paru-paru dan kulit dan hidungnya mempunyai katup
yang mencegah air masuk ke dalam rongga mulut ketika menyelam.

Berkembang biak dengan cara melepaskan telurnya dan dibuahi oleh yang
jantan diluar tubuh induknya (pembuahan eksternal).
Pembuluh nadi atau arteri adalah pembuluh darah berotot yang membawa
darah dari jantung. Fungsi ini bertolak belakang dengan fungsi pembuluh balik yang
membawa darah menuju jantung.
Berudu atau kecebong adalah tahap pra-dewasa (larva) dalam daur hidup
amfibia. Berudu eksklusif hidup di air dan berespirasi menggunakan insang,
seperti ikan. Tahap akuatik (hidup di perairan) inilah yang membuat amfibia
memperoleh namanya (amphibia = “hidup [pada tempat] berbeda-beda”).
Kebanyakan berudu herbivora, memakan alga dan bagian-bagian
tumbuhan. Beberapa spesies merupakan omnivora (pemakan segala). (anonim d .
2010).
C. Alat dan Bahan:
1. Kecebong yang masih hidup
2. Mikroskop (monokuler/binokuler)
3. Air
4. Tissue
5. Cover glass
D. Cara kerja :
1. Ambil satu ekor kecebong dengan menggunakan tissue.
2. Letakkan kecebong tersebut diatas cover glass.
3. Tutup kepala kecebong dengan tissue.
4. Amati aliran darah kecebong tersebut menggunakan mikroskop.
E. Pembahasan :
Sistem peredaran darah katak berupa sistem peredaran darah tertutup dan
peredaran darah ganda. Pada sistem peredaran darah ganda, darah melalui jantung
dua kali dalam satu kali peredaran. Pertama, darah dari jantung menuju ke paruparu kemudian kembali ke jantung. Kedua, darah dari seluruh tubuh menuju ke
jantung dan diedarkan kembali ke seluruh tubuh.
Jantung katak terdiri dari tiga ruang, yaitu dua atrium (atrium kanan dan
atrium kiri) dan sebuah ventrikel. Di antara atrium dan ventrikel terdapat klep yang
mencegah agar darah di ventrikel tidak mengalir kembali ke atrium
Pembagian Jantung katak terdiri dari :
1.
Sebuah bilik yang berdinding tebal dan letaknya di sebelah pasterior
2.
Dua buah serambi kanan (atrium deksters) dan serambi kiri (atrium sinister)
3.
Sinus venosus yanhg berbentuk segitiga dan terletak di sebelah dorsal dari
jantung
4.
Trunkus arteriosus berupa pembuluh bulatyang keluar dari bagian dasa
ranterior bilik
Pembuluh nadi utama (trunkus arteriosus) yang keluar dari ventrkel kanan
bercabang-cabang menjadi dua aorta,tiap aorta membelok ke kiri dan ke kanan.
Pada tiap-tiap pangkal arteri yang bercabang yaitu sebagai berikut:
a. Arteri karotis yang mengalirkan darah ke kepala
b. Arteri pulmokutaneus yang bercabang dua; cabang yang menuju keparu-paru
disebut arteri pulmonalis, dan yang menuju ke kulit disebut arteri kutanea.
Pada katak terdapat tiga sistem pembuluh :
a. Sistem vena cava yang terdiri dari dua vena cava yang berbeda
b. Sistem vena pulmo kutaneus yang berasal dari paru-paru dan kulit.
c. Sistem vena porta, vena-vena yang belum masuk ke dalam jantung lebih dulu
melalui alat-alat tubuh yang biasanya berupa kelenjar-kelenjar dan membuat
anyaman kapiler dalam alat-alat tersebut
Sistem peredaran darah pada katak yaitu dimulai dari darah vena dari seluruh
tubuh mengalir masuk ke sinus venosus dan kemudian mengalir menuju ke atrium
kanan.dari atrium kanan darah mengalir ke ventrikel yang kemudian dipompa
menuju arteri pulmonalis→ paru-paru→ vena pulmonalis→ atrium kiri. Selain
peredaran darah paru-paru pada katak juga terdapat peredaran darah sistemik yang
lintasannya adalah dimulai dari ventrikel→ conus anteriosu→ aorta ventralis
menuju ke seluruh tumbuhan.sinus venosus dan menuju atrium kanan.
Pengamatan aliran darah pada katak dipelajari melalui aliran darah pada
ekor kecebong setelah ekor kecebong yang diamati di bawah mikroskop terlihat
pembuluh darah pada ekor kecebong yang nampak transparan dengan aliran darah aliran darah tersebut.
Kemudian darah dari arteri ini mengalir agak lambat ke cabang-cabang arteri
yang disebut arteriol.darah dari arteriol tersebut akan terus mengalir ke kapiler dan
menuju ke bagian ekor.dari pembuluh kapiler ini darah mengalir agak lambat menuju
venula, darah akan terus mengalir ke pembuluh vena dan mengalir cepat ke arah
kepala.
Pembuluh arteri dan vena mengalirkan darah lebih cepat daripada pembuluh
arterior, venula dan kapiler karena ukuran pembuluh darah arteri dan vena tersebut
lebih besar dari ukuran pembuluh arterior, vena dan kapiler sehingga darah mengalir
lebih cepat.
Pada masa larva (berudu/kecebong), sistem peredaran transportasinya
menyerupai sistem transportasi pada ikan. Setelah mengalami metamorfosis menjadi
katak, sistem transformasinya mengalami perubahan yang sesuai dengan kehidupan di
lingkungan darat.
Sistem peredaran darah kecebong merupakan sistem peredaran darah tunggal,
yaitu darah melewati jantung sekali dalam setiap peredaran. Jantung ikan terbagi
menjadi dua ruangan yaitu satu serambi dan satu bilik.
Seluruh darah yang masuk ke jantung melalui vena mempunyai kadar oksigen
yang rendah dan karbon dioksida yang tinggi. Darah tersebut disebut darah vena. Otot
bilik akan memompa darah keluar dari jantung lewat arteri menuju kapiler di dalam
insang. Daerah insang merupakan tempat terjadinya pertukaran gas, karbon dioksida
dibebaskan dan oksigen diikat. Darah yang kaya oksigen disebut darah arteri. Darah
arteri kemudian mengalir menuju ke kapiler sistemik, yaitu kapiler yang menyebar ke
seluruh tubuh. Darah dari sel-sel tubuh dikumpulkan ke vena. Seiring dengan waktu,
darah yang miskin oksigen dari berbagai jaringan dan organ-organ tubuh mengalir ke
sinus venosus menuju atrium kanan. Darah dari atrium kanan mengalir ke ventrikel,
kemudian menuju ke arteri pulmonalis dan masuk ke paru-paru. Di paru-paru,
dilepaskan karbon dioksida dan oksigen diikat. Dari paru-paru darah mengalir ke vena
pulmonalis, kemudian menuju atrium kiri. Peredaran darah yang terjadi ini merupakan
peredaran darah kecil. Selanjutnya, dari atrium kiri darah mengalir ke ventrikel. Di
dalam ventrikel terjadi pencampuran darah yang mengandung oksigen dengan darah
yang mengandung karbon dioksida meskipun dalam jumlah yang sedikit. Dari
ventrikel, darah keluar melalui traktus arteriosus (batang nadi) ke aorta yang
bercabang ke kiri dan ke kanan. Masing-masing aorta ini bercabang-cabang menjadi
tiga arteri pokok, yaitu arterior (karotis) mengalirkan darah ke kepala dan ke otak,
lengkung aorta mengalirkan darah ke jaringan internal dan alat dalam tubuh, dan
arteri posterior mengalirkan darah ke kulit dan paru-paru.
Arteri adalah pembuluh dangan tekanan terbesar, sehingga memungkinkan
untuk menyalurkan darah sampai ke kapiler-kapiler. Kapiler memiliki tekanan paling
kecil, dan setelah keluar ke vena tekanannya lebih besar di banding kapiler. (Kartolo
1993).
Darah katak terdiri dari plasma darah dan sel-sel darah. Plasma darah
mengandung air, protein, darah, dan garam-garam mineral. Sel-sel darah terdiri dari
eritrosit (sel darah merah) dan leukosit (sel darah putih). Eritrosit pada katak memiliki
inti dan mengandung hemoglobin untuk mengikat oksigen. Leukosit pada katak juga
memiliki inti. Selain memiliki sistem peredaran darah, katak juga memilki sistem
peredaran limfatik. Sistem peredaran limfatik berperan penting dalam pengambilan
cairan tubuh ke dalam peredaran darah. (Ickey’z 2009)
F. Kesimpulan :

Sistem peredaran darah kecebong merupakan sistem peredaran darah tunggal, yaitu
darah melewati jantung sekali dalam setiap peredaran

Arteri adalah pembuluh dengan tekanan terbesar, sehingga memungkinkan untuk
menyalurkan darah sampai ke kapiler-kapiler

Vena adalah pembuluh yang aliran darahnya lambat

Pembuluh yang menghubungkan antara arteri dan vena adalah pembuluh kapiler

Kapiler memiliki tekanan paling kecil, dan setelah keluar ke vena tekanannya lebih
besar di banding kapiler

Sistem peredaran darah katak adalah peredaran darah ganda, yaitu darah melalui
jantung dua kali dalam satu kali peredaran

Jantung katak terdiri dari tiga ruang, yaitu dua atrium (atrium kanan dan atrium kiri)
dan sebuah ventrikel

Di antara atrium dan ventrikel terdapat klep yang mencegah agar darah di ventrikel
tidak mengalir kembali ke atrium

Pembuluh nadi atau arteri adalah pembuluh darah berotot yang membawa darah dari
jantung

Pembuluh balik atau vena adalah pembuluh yang membawa darah menuju jantung
Daftar Pustaka
http://dhamadharma.wordpress.com/2009/11/21/laporan-praktikum-fisiologi-hewan-airoperculum-ikan-mas/ . Diakses pada tanggal 26 Maret 2011 20:39 wib
http://friliawindy.blogspot.com/2010/11/hewan-poikiloterm-terhadap-o2.html
Diakses pada tanggal 26 Maret 2011 21:09 wib
http://www.scribd.com/doc/22590155/Operculum-Ikan-Mas
Diakses pada tanggal 26 Maret 2011 21:53 wib
http://dsyoghi.wordpress.com/2010/05/11/aliran-darah-kecebong/
Diakses pada tanggal 3 April 2011 14:41WIB
http://bhimashraf.blogspot.com/2010/07/aliran-darah.html
Diakses pada tanggal 5 April 2011 14:00 WIB
LAMPIRAN
GAMBAR TANGAN PEREDARAN DARAH KECEBONG
FOTO PEREDARAN DARAH KECEBONG
Download