ReniISeorangPriaBerusia30thdenganKustadiRumahSakitAbdoelMoeloek,Lampung SeorangPriaBerusia30TahundenganKustadiRumahSakitAbdoelMoeloek, Lampung ReniPatriana FakultasKedokteran,UniversitasLampung Abstrak Kusta adalah infeksi granulomatosa kronis yang disebabkan oleh organisme Mycobacterium leprae yang menyerang jaringankulitdansarafperifer.Kustamemilikibeberapamanifestasiklinisyangberbedamulaidarisedangsampaiberat, dengan tingkat penyakit umumnya tergantung pada respon imun host terhadap infeksi. Tn. Sj 30 tahun terdapat bercak merahkehitamanpadatangandankakisertatangandankakiseringkesemutan. Katakunci:kusta,pencegahankecacatan,rehabilitas A30yearsoldmanwithleprosyinAbdoelMoeloekHospital,Lampung Abstract Leprosy is a chronic granulomatous infection caused by the organism Mycobacterium leprae that mainly affects the skin andperipheralnerves.Leprosyhasseveraldifferentclinicalpresentationsrangingfrommoderatetosevere,withtheextent ofthediseasegenerallydependsonthehostimmuneresponsetoinfection.Mr.Sj30yearsoldexperiencedblackishred spotsonthehandsandfeetareoftennumb. Keywords:defectprevention,leprosy,rehabilitation Korespondensi: Reni Patriana, S.Ked, alamat Perumahan Kota Sepang Indah Blok I no: 2, HP 082280243555, e-mail [email protected] Pendahuluan Kusta merupakan penyakit tertua. Kata kustaberasaldaribahasaIndiakushta,dikenal sejak 1400 tahun sebelum Masehi. Kata lepra ada disebut dalam Kitab Injil, terjemahan dari bahasa Herbrew zaraath, yang sebenarnya mencakup beberapa penyakit kulit lainnya. Deskripsi mengenai penyakit ini tidak jelas, apalagi jika dibandingkan dengan kusta yang kitakenalsaatini. Kusta adalah penyakit infeksi yang kronik, penyebabnya ialah Mycobacterium leprae yang intraselular obligat. Saraf perifer paling sering terinfeksi, lalu kulit dan mukosa traktusrespiratoribagianatas,kemudiandapat ke organ lain kecuali susunan saraf pusat. Masalah epidemiologi masih belum terpecahkan. Cara penularannya belum diketahui pasti, hanya berdasarkan anggapan yangklasikialahmelaluikontaklangsungantar kulit yang lama dan sering. Teori kedua ialah secara inhalasi, sebab M. leprae masih dapat hidupbeberapaharidalamdroplet.1,2 Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan adalah patogenitas kuman penyebab, cara penularan, keadaan sosial ekonomi dan lingkungan, varian genetik yang berhubungan dengan kerentanan, perubahanperubahan imunitas, dan kemungkinankemungkinan adanya reservoir di luar manusia.1,2 Penyakit kusta saat ini berbeda dengan kusta dahulu, meskipun demikian masih banyak hal-hal yang belum jelas diketahui, sehingga masih merupakan tantangan besar bagi para ilmuwan untuk solusi/pemecahannya. Kusta merupakan penyakit yang menyeramkandanditakutiolehkarenaadanya ulserasi mutilasi, dan deformitas yang disebabkannya, sehingga menimbulkan masalah sosial, psikologis dan ekonomis.3 Penderita kusta bukan menderita karena penyakitnya saja, tetapi juga karena masyarakat. Hal ini disebabkan karena kerusakan syaraf besar yang irreversible di muka dan ekstremitas, motorik dan sensorik, serta dengan adanya kerusakan yang berulang –ulangpadadaerahanestetikdisertaiparalisis danatrofiotot.3,20 Penderita kusta yang terlambat didiagnosis dan tidak mendapat multi drug therapy (MDT) berada dalam resiko tinggi untuk terjadinya kerusakan saraf. Selain itu, penderitadenganreaksikusta,terutamareaksi JMedulaUnila|Volume4|Nomor1|November2015|137 ReniISeorangPriaBerusia30thdenganKustadiRumahSakitAbdoelMoeloek,Lampung reversal, penderita dengan lesi kulit multipel dan penderita dengan saraf yang membesar ataunyerijugamemilikiresikotersebut.4 Kerusakan saraf terutama berbentuk nyeri saraf, hilangnya sensibilitas atau kekuatan otot.1,12 Penderita awalnya merasakanadanyaperubahansensibilitasatau kekuatan otot. Keluhan berbentuk nyeri saraf atau luka yang tidak nyeri, kulit melepuh atau hanya berbentuk daerah yang kehilangan sensibilitasnya saja, selain itu didapatkan sukarnya melakukan aktivitas sehari-hari, misalnya memasang kancing baju, memegang pulpen atau mengambil benda kecil, atau kesukaranberjalan.4 Semua keluhan tersebut harus diperiksa dengan teliti dengan anamnesis yang baik tentang bentuk dan lamanya keluhan, sebab pengobatan ini dapat mengobati, sekurangkurangnya mencegah kerusakan lebih lanjut. Cara terbaik untuk melakukan pencegahan kecacatanataupreventionofdisabilities(POD) 2 adalah dengan melaksanakan diagnosis dini kustadenganpengobatanMDTyangcepatdan tepat.1,5 Usaha rehabilitasi yang dapat dilakukan untuk kecacatan tubuhnya antara lain secara medis, yaitu dengan jalan operasi dan fisioterapi.1,2 Meskipun hasilnya tidak sempurna seperti awal, tetapi fungsinya dan secara kosmetik dapat diperbaiki. Metode lainnya ialah secara kekaryaan, yaitu memberi lapangan pekerjaan yang sesuai cacat tubuhnya, sehingga dapat berprestasi dan dapat meningkatkan rasa percaya diri dan mentalpenderita. 86x/menit dan frekuensi nafas: 21x/menit. Pada status lokalis terdapat makula eritema berukuran numular – plakat, lesinya multipel diskret sirkumskripta, papul berukuran milierlentikularlesinyamultipelsirkumskripta. Terapi farmakologi yang diberikan dapson100mgsehariselama3bulansampai6 bulandengandosisdiaminodifenilsulfon(DDS) ialah1–2mg/kgberatbadansetiaphari. Pembahasan Berdasarkan anamnesa dapat diketahui bahwa pasien menderita lepra/kusta. Kusta adalah penyakit infeksi yang kronik, penyebabnyaialahMycobacteriumlepraeyang intraselular obligat.1,2 Saraf perifer paling sering terinfeksi, lalu kulit dan mukosa traktus respiratori bagian atas, kemudian dapat ke organlainkecualisusunansarafpusat.1,2 Faktor–faktor yang perlu dipertimbangkan adalah patogenitas kuman penyebab, cara penularan, keadaan sosial ekonomi dan lingkungan, varian genetik yang berhubungan dengan kerentanan, perubahan– perubahan imunitas, dan kemungkinan– kemungkinan adanya reservoir di luar manusia.1,21 Penyakit kusta saat ini berbeda dengan kusta dahulu, namun demikian masih banyak hal–hal yang belum jelas diketahui, sehinggamasihmerupakantantangbesarbagi parailmuwanuntukpemecahannya. Penyakit kusta merupakan salah satu penyakitmenularyangmasihmenjadimasalah kesehatandiprovinsiLampung,baikdariaspek medis maupun aspek sosial. Angka kesakitan kusta(prevalensi)per10.000pendudukselama tahun2009-2012cenderungsedikitmeningkat dari 0,29 per 10.000 penduduk menjadi 0,33 per 10.000 penduduk dan angka ini sudah cukup baik karena telah dibawah target yaitu kurangdari1per10.000penduduk. Angka penemuan kasus kusta baru selamatahun2009–2012berfluktuasidari2,33 per 100.000 menjadi 2,35 per 100.000 penduduk, dan angka ini sudah cukup baik (target kurang 5 per 100.000 penduduk). Namun angka kesembuhan kusta untuk kusta PBdanMBtahun2010-2012belumadayang mencapaitargetpenyembuhanyaitu>90%. Kasus Pasien Tn. Sj, usia 30 tahun, datang dengan keluhan timbul bercak kemerahan pada kedua lengan sebesar uang logam 100 – 500 rupiah, tidak terasa gatal, maupun panas dan nyeri. Empat bulan kemudian pasien merasakan keluhan bertambah luas ke bagian dada dan punggung. Bercak kemerahan dirasakan bertambah besar dan lebih besar dariuanglogam.Duabulankemudiankeluhan bertambah luas kewajah dan kaki disertai dengan seringnya pasien merasakan kesemutandanrasabaalditangandankaki. Keadaan umum tampak sakit ringan. Didapatkan vital sign suhu: 36,7 ⁰C, tekanan darah: 120/80 mmHg, frekuensi nadi: JMedulaUnila|Volume4|Nomor1|November2015|138 ReniISeorangPriaBerusia30thdenganKustadiRumahSakitAbdoelMoeloek,Lampung Tabel1.SituasikustadiProvinsiLampungtahun2009–2012 6 Tahun Jumlah Kasus NCDR/ 100.000 Penduduk Prevalensi / 100.000 Penduduk Kusta pada anak PB MB 2010 36 208 3,21 0,32 7,37 2011 24 226 2,35 0,33 2012 22 156 1,84 0,31 Tingkat Kecacatan Rft PB MB 4,10 58,62 51,77 6,08 8,29 50,00 50,00 6,63 8,29 100 69,13 6 Gambar1.DistribusiJumlahPenderitaKustaMBMenurutKabupaten/KotadiProvinsiLampungTahun2012 Kustabukanpenyakitketurunan.Kuman dapat ditemukan di kulit, folikel rambut, kelenjar keringat dan air susu ibu, jarang didapat dalam urin. Sputum dapat banyak mengandung M. leprae yang berasal dari traktusrespiratorisatas.14 Tempat implantasi tidak selalu menjadi tempatlesipertama.Dapatmenyerangsemua umur, anak–anak lebih rentan daripada orang dewasa.DiIndonesiapenderitaanak–anakdi bawah umur 14 tahun (13 %), tetapi anak di bawah umur 1 tahun jarang sekali. Sekarang ada usaha mencatat penderita yang di bawah umur 1 tahun untuk dicari kemungkinan ada tidaknyakustakongenital.22 Kusta merupakan penyakit yang menyeramkandanditakutiolehkarenaadanya ulserasi mutilasi, dan deformitas yang disebabkannya, sehingga menimbulkan masalah sosial, psikologis dan ekonomis.15 Penderita kusta bukan menderita karena penyakitnya saja, tetapi juga karena masyarakatnya. Hal ini disebabkan karena kerusakan syaraf besar yang irreversible di muka dan ekstremitas, motorik dan sensorik, serta dengan adanya kerusakan yang berulang–ulang pada daerah yang terkena lesi disertaiparalisisdanatrofiotot.4 Diagnosis penyakit kusta didasarkan gambaran klinis, bakteriologi, dan histopatologi.1,2Diantaraketiganya,diagnosis secara klinis yang terpenting dan paling sederhana. Hasil bakteriologi memerlukan waktu paling sedikit 15 – 30 menit, sedang histopatologi memerlukan 3 – 7 hari. Jika masih memungkinkan, perlu dilakukan tes lepromin (metode mitsuda) untuk membantu penentuan tipe, yang hasilnya baru dapat diketahuisetelah3–4minggu.Diagnosakusta perluditentukantipenya,sebabpentinguntuk terapinya.5 Setelah basil M. leprae masuk ke dalam tubuh, bergantung pada daya tahan tubuh orang tersebut, jika daya tahan tubuh rentan, maka masa tunasnya dilampaui akan timbul gejala penyakitnya.7,20 Untuk selanjutnya tipe apa saja yang akan terjadi bergantung pada derajat (CMI) penderita terhadap M. leprae yangintraselulerobligatitu.KalauCMItinggi, JMedulaUnila|Volume4|Nomor1|November2015|139 ReniISeorangPriaBerusia30thdenganKustadiRumahSakitAbdoelMoeloek,Lampung ke arah tuberkuloid dan sebaliknya kalau rendah,kearahlepromatosa.1,8 Tipe antara tuberkuloid indefinite (Ti), borderline, lebih banyak tuberkuloid bentuk labil) dan lepromatosa indefinite (Li), borderline, lebih banyak lepromatosa bentuk labil) disebut tipe borderline atau campuran, berarti campuran antara tuberkuloid dan lepromatosa.14tipeBorderline(BB)adalahtipe campuran yang terdiri atas 50% tuberkuloid dan50%lepromatosa.14BorderlinedanTilebih banyak tuberkuloidnya, sedang Borderline Lepromatose (BL) dan Li lebih banyak lepromatosanya. Tipe–tipe campuran ini adalah tipe yang stabil, berarti dapat bebas beralih tipe, baik ke arah TT maupun ke arah LL. Tabel2.ZoneSpektrumKustaMenurutMacamKlasifikasinya KLASIFIKASI Ridley&Jopling ZONESPEKTRUMKUSTA TT BT BB BL LL Madrid Tuberkuloid Borderline WHO Pausibasiler Multibasiler (PB) (MB) PB MB Puskesmas Lepromatosa Multibasilerberartimengandungbanyak basil ialah tipe LL, BL dan BB.9 Sedangkan pausibasiler berarti mengandung sedikit basil, yaknitipeTT,BTdanI.10 Kusta terkenal sebagai penyakit yang paling ditakuti karena deformitas atau cacat tubuh.11 Orang awam pun dengan mudah dapatmendugakearahpenyakitkusta.Dokter dan ahli kesehatan lainnya, setidak–tidaknya dapat menduga ke arah penyakit kusta, terutamabagikelainankulityangmasihberupa makula yang hipopigmentasi, hiperpigmentasi daneritematosa.15 Kelainan kulit yang tanpa komplikasi pada penyakit kusta dapat hanya berbentuk makula saja, infiltrat saja, atau keduanya.1,2 Untuk menegakkan diagnosis harus teliti dan membuat diagnosis banding dengan banyak penyakit kulit lainnya yang hampir menyerupainya, sebab penyakit kusta ini mendapat julukan the greatest immitator.16 Penyakit kulit yang harus diperhatikan sebagai diagnosis banding antara lain ialah dermatofitosis,tineaversikolor,pitiriasisrosea, pitiriasis alba, dermatitis seboroikal, psoriasis, neurofibromatosis, granuloma anulare, xantomatosis, skleroderma, leukimia kutis, tuberkulosiskutisverukosa,danbirthmark.8,17 JMedulaUnila|Volume4|Nomor1|November2015|140 Penderita kusta yang terlambat didiagnosis dan tidak mendapat MDT berada dalamresikotinggiuntukterjadinyakerusakan saraf..7,11 Selain itu, penderita dengan reaksi kusta, terutama reaksi reversal, penderita dengan lesi kulit multipel dan penderita dengan saraf yang membesar atau nyeri juga memilikiresikotersebut.4,11 Kerusakan saraf terutama berbentuk nyeri saraf, hilangnya sensibilitas atau kekuatan otot.12,18 Penderita yang mula-mula menyadari adanya perubahan sensibilitas atau kekuatanotot.Keluhanberupanyerisarafatau luka yang tidak nyeri, lepuh kulit atau hanya berbentuk daerah yang kehilangan sensibilitasnya saja, Juga ditemukan sukarnya melakukan aktivitas sehari-hari, misalnya memasang kancing baju, memegang pulpen atau mengambil benda kecil, atau kesukaran berjalan.20 Semua keluhan tersebut harus diperiksadengantelitidengananamnesisyang baik tentang bentuk dan lamanya keluhan, sebab pengobatan ini dapat mengobati, sekurang-kurangnyamencegahkerusakanlebih lanjutlagi. Bila dilihat capaian kesembuhan kusta release from treatment (RFT) terlihat bahwa angkaRFTdiProvinsiLampungsebesar69,13% ReniISeorangPriaBerusia30thdenganKustadiRumahSakitAbdoelMoeloek,Lampung (kelengkapan laporan sebesar 78,57%) yang masih dibawah target nasional yaitu >95%. Kusta tipe multibasiler (MB) tertinggi ada di 4 kabupaten yaitu Lampung Tengah, kabupaten Lampung Utara, kabupaten Mesuji dan Kota Metro dan yang terendah ada di Way kanan dan Tulang Bawang serta ada 3 (tiga) yang tidak ada datanya yaitu Bandar Lampung, Pesawaran dan Tanggamus, seperti terlihat padagrafikdibawah: Gambar2.PersentaseAngkaKesembuhanKustaMB(RFTMB)MenurutKabupaten/KotaDiProvinsi 6 LampungTahun2012 Cara terbaik untuk melakukan pencegahan cacat atau POD adalah dengan melaksanakan diagnosis dini kusta dengan pengobatan MDT yang cepat dan tepat,.5,23 Selanjutnya dengan mengenali gejala dan tanda reaksi kusta yang disertai gangguan saraf serta memulai pengobatan dengan kortikosteroid sesegera mungkin.13,23 Bila terdapat gangguan sensibilitas, penderita diberipetunjuksederhanamisalnyamemakai sepatu untuk melindungi kaki yang telah terkena, memakai sarung tangan bila bekerja dengan benda yang tajam atau hangat, dan memakai kacamata untuk melindungi matanya.13 Selain itu penderita diajarkan pula cara perawatan kulit sehari-hari. Hal ini dimulai denganmemeriksaadatidaknyamemar,luka, atau ulkus. Setelah itu tangan dan kaki direndam, disikat dan diminyaki agar tidak kering dan pecah-pecah. Selain dengan pencegahan dari kecacatan, penderita juga dapat melakukan aktivitas rehabilitasi. Usaha rehabilitasi yang dapat dilakukan untuk cacat tubuhnya ialah antara lain medis, yaitu dengan jalan operasi dan fisioterapi.19 Para penderita kusta akan tetap menjalankan aktivitas rehabilitasi meskipun hasilnya tidak sempurna seperti semula, tetapi fungsinya dansecarakosmetikdapatdiperbaiki. Metode lainnya ialah secara kekaryaan, yaitu memberi lapangan pekerjaan yang sesuai cacat tubuhnya, sehingga dapat berprestasi dan dapat meningkatkan rasapercayadiridanmetalpenderita.19,23 Simpulan Lepra / kusta adalah penyakit infeksi granulomatosa kronik yang disebabkan oleh mycobacterium leprae. Insidensi puncak pada usia 10-20 tahun dan 30-50 tahun. Berdasarkan Ridley and Jopling kusta dibagi menjadi TT, BT, BB, BI, Li, LL, dan menurut WHO dibagi menjadi multibasiler dan pausibasiler. Diagnosis kusta dilakukan berdasarkan pemeriksaan klinis, bakteriologi, dan histopatologi. Penatalaksanaan kusta dengan terapi regimen multi drug treatment mulai diterapkan untuk mencegah kemungkinantimbulresistensi. DaftarPustaka 1. Siregar.Saripatipenyakitkulit,Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2003. hlm.124-6. 2. DjuandaA,KosasihA,SjamsoeE,Wisnu MI.Kusta:Buku ilmu penyakit kulit dan JMedulaUnila|Volume4|Nomor1|November2015|141 ReniISeorangPriaBerusia30thdenganKustadiRumahSakitAbdoelMoeloek,Lampung 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. kelamin.Edisike-6.Jakarta:FKUI;2010. hlm.73-87. Fidelis T.I. Beliefs and attitudes about leprosy of non leprosy patients in a reversely integrated hospital. Asia PacificDisabilityRehabJ.2010;21(2). Gomes MK, Reis FJ, Saadi L, Gosling AP,Cunha AJ. Chronic pain in leprosy: new aspects to be considered. Pain Manag.2013;3(3):201-10. Abreu MA, Lastória JC. Leprosy: a review of laboratory and therapeutic aspect part2”. An Bras dermatol. 2014; 89(3):389-401. Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. Profil kesehatan provinsi Lampung. Bandar Lampung: Dinas Kesehatan ProvinsiLampung;2012. DaSilvaJuniorGB,DaherEF, PiresNeto RJ,PereiraED,MenesesGC,AraújoSM, Barros EJ. Leprosy nephropathy: a review of clinical and histopathological features. Rev Inst Med Trop Sao Paulo. 2015;57(1):15-20. Breen DP, Deeb J, Vaidya S, Lockwood DN,Radunovic A. Leprosy: a 'common' and curable cause of peripheral neuropathy with skin lesions. J R Coll PhysiciansEdinb.2015;45(1):38-42. Barbieri RR , Illarramend, Sales AM, MoraesMO,NeryJA,MoreiraSJ,Sarno EN, Machado Ade M, Bozza FA. Diagnostic challenges of single plaquelike lesion paubacillary leprosy. Mem InstOswaldoCruz.2014;109(7):944-7. Burn T, Breathnach SE, Cox N, Griffiths C. Leprosy. Dalam: Rook’s textbook of dermatology.Edisike-8.London:WileyBlackwel;2010.hlm.1-32. Zulkifli. Penyakit kusta dan masalah yang ditimbulkannya. Medan: USU DigitalLibrary;2003. Ganapati R, Pai, VV, Kingsley S. Disability prevention and management in leprosy: a field experience. Indian J Dermatol Venereol Leprol. 2003; 69(1):369–74. BlokDJ,deVlasSJ,FischerEA,Richardus JH.. Mathematical modelling of leprosy JMedulaUnila|Volume4|Nomor1|November2015|142 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. and its control. Adv Parasitol. 2015; 87(1):33-51. Conerly S, Marcos LA, Walker S. Leprosy. Am J Trop Med Hyg. 2014; 91(2):216. ChaitanyaVS,DasM,EbenezerM, Bhat P.Computationalmodellingofdapsone interaction with dihydropteroate synthase in mycrobacterium leprae; insightsintomolecularbasisofdapsone resistance in leprosy. J Cell Biochem. Apr2.2015. Smith DS. Leprosy [internet] USA: Department of Microbiology and Immunology Stanford University School of Medicine; 2013 [ diakses tanggal 10 Mei 2015]. Tersedia dari : http://misc.medscape.com/ Fonseca HH, Sens MM, Silva VP,Bender AT. Inderteminate leprosy and lepromatousindexcase:fourcaseinthe same family. An Bras Dermatol. 2013; 88(6Suppl1):105-8. LewisF.Dermatologicmanifestationsof leprosy clinical presentation: history, physical, causes [internet]. USA: American Academy of Dermatology; 2014 [diakses tanggal : 10 Mei 2015]. Tersedia dari : http://emedicine.medscape.com/article /1104977-clinical. Menaldi, S. Repository reaksi kusta. Jakarta: Dept. I.K. Kulit dan Kelamin RSUPDr.CiptoMangukusomo;2010. WHO. Guide to eliminate leprosy as a public health problem. Geneva: World HealthOrganization;2000. Wolf K, Johnson RA. Leprosi. In fritz patrick’s color atlas and sypnosis of clinical dermatology. Edisi ke-6. USA: TheMcGraw-HillCompanies;2009.hlm. 665-71. Kar HK, Gupta R. Treatment of leprosy. ClinDermatol.2015;33(1):55-65. Penna GO, Talhari C, Talhari S. Clinical aspectsofleprosy.ClinDermatol.2015; 33(1):26-37.