1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Bisnis Internasional

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Bisnis Internasional
2.1.1 Definisi Bisnis Internasional
Bisnis internasional merupakan sebuah kesatuan yang terdiri dari segala
bentuk transaksi komersial yang dilakukan oleh dua negara atau lebih (John D.
Daniels, 2013).
Griffin juga menyatakan hal serupa tentang definisi bisnis internasional.
Sebuah bisnis internasional dijelaskan sebagai suatu aktivitas yang kegiatannya
meliputi transaksi bisnis diantara dua negara atau lebih. Pihak-pihak yang terlibat
dalam aktivitas ini meliputi perusahaan dengan perusahaan atau perusahaan dengan
pemerintah setempat. (Putra, Suharyono, dan Abdillah, 2014)
Aktivitas bisnis internasional dilakukan dengan melewati batas-batas suatu
negara. Biasanya pihak yang melakukan aktivitas ini adalah perusahaan pemerintah,
perusahaan swasta, atau kombinasi diantara kedua pihak tersebut. Bisnis
internasional dapat dibedakan menjadi 4 tipe (Ajami, Cool, Goddard, dan Khambata,
2014), yakni:
1. Foreign Trade
Foreign trade merupakan kegiatan bisnis internasional yang
paling sering
digunakan oleh sebagian besar negara. Jenis aktivitas bisnis internasional ini
cenderung identik dengan aktivitas ekspor impor. Dalam aktivitas ekspor impor,
objek barang yang sering digunakan adalah visible physical goods dan
komoditas.
2. Trade in Service
Trade in services merupakan kegiatan bisnis internasional yang objek barangnya
juga berupa tangible goods. Objek tersebut dapat berupa: asuransi, perbankan,
hotel, konsultan, biro perjalanan, dan transportasi.
3. Portfolio Investments
Portfolio Investments merupakan kegiatan bisnis internasional dalam bentuk
investasi keuangan di negara lain. Biasanya investor memberikannya dalam
bentuk hutang atau modal.
1
2
4. Direct Investments
Direct Investments merupakan kegiatan bisnis internasional yang dibedakan dari
tingkat pengawasan suatu proyek antara perusahaan dengan investor. Biasanya
tingkat pengawasannya dapat bervariasi, mulai dari tingkat pengawasan penuh
dan sebagaian.
Kegiatan bisnis internasional yang dilakukan oleh perusahaan swasta
biasanya bertujuan untuk mendapatkan laba atau keuntungan. Sedangkan untuk
perusahaan pemerintah tidak terlalu mementingkan laba atau keuntungan.
Perusahaan yang melakukan kegiatan bisnis internasional tidah diharuskan
menjadi sebuah perusahaan multinasional (MNE) terlebih dahulu (Katsioloudes
& Hadijakis, 2007).
Meskipun bisnis internasional sering dianggap sebagai sebuah lanjutan dari
bisnis domestik, bisnis internasional merupakan sesuatu yang berbeda, terutama
dari segi lingkungan bisnis dan aktivitas operasional. Perbedaan lingkungan
bisnis seperti perbedaan budaya, kebiasaaan sosial, hukum, peraturan pemerintah,
dan stabilitas politik membuat bisnis internasional memiliki cakupan yang lebih
kompleks. Oleh karena itu, bisnis internasional biasanya lebih beresiko daripada
bisnis domestik. Selain itu, dari segi ativitas operasional, bisnis operasional
cenderung lebih sulit dilakukan dan membutuhkan biaya yang lebih besar untuk
mengelola kegiatan tersebut karena terdapat di beberapa negara lain (Shenkar,
Luo, dan Chi, 2014).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan jika bisnis
internasional merupakan sebuah aktivitas komersial tertentu yang dilakukan oleh
beberapa pihak terkait seperti perusahaan atau pemerintah dimana jangkauan
aktivitas bisnis ini melingkupi dua negara atau lebih.
2.2
Manajemen Strategi
2.2.1 Definisi Manajemen Strategi
Manajemen strategis didefinisikan sebagai satu set keputusan dan tindakan
yang menghasilkan formulasi dan implementasi rencana yang dirancang untuk
meraih tujuan suatu perusahaan. Manajemen strategis terdiri atas sembilan tugas
penting, yakni (Pearce dan Robinson, 2008):
1. Merumuskan misi perusahaan, termasuk pernyataan yang luas mengenai maksud,
filosofi, dan sasaran perusahaan
3
2. Melakukan suatu analisis yang mencerminkan kondisi dan kapabilitas internal
perusahaan.
3. Menilai lingkungan eksternal perusahaan, termasuk factor persaingan dan factor
kontekstual umum lainnya.
4. Menganalisis pilihan-pilihan yang dimiliki oleh perusahaan dengan cara
menyesuaikan sumber dayanya dengan lingkungan eksternal.
5. Mengidentifikasikan pilihan paling menguntungkan dengan cara mengevaluasi
setiap pilihan berdasarkan misi perusahaan.
6. Memilih satu set tujuan jangka panjang dan strategi utama yang akan
menghasilkan pilihan paling menguntungkan tersebut
7. Mengembangkan tujuan tahunan dan strategi jangka pendek yang sesuai dengan
tujuan jangka panjang dan strategi utama yang telah ditentukan,
8. Mengimplementasikan strategi yang telah dipilih melalui alokasi sumber daya
yang dianggarkan, dimana penyesuaian antara tugas kerja, manusia, struktur,
teknologi, dan sistem penghargaan ditekankan.
9. Mengevaluasi keberhasilan proses strategis sebagai masukan pengembalian
keputusan di masa mendatang
Manajemen strategi merupakan serangkaian keputusan dan tindakan
manajerial (Wheelen dan Hunger, 2004) yang dihasilkan dari proses formulasi dan
implementasi rencana (Pearce dan Robinson, 2005) dengan tujuan untuk mencapai
keunggulan
kompetitif
(Solihin,
2012).
Selain
itu
Solihin
(2012)
juga
menambahakan jika manajemen strategi dapat pula didefinisikan sebagai: proses
perencanaan, pengarahan (directing), pengorganisasian dan pengendalian berbagai
keputusan dan tindakan strategis perusahaan dengan tujuan untuk mencapai
keunggulan kompetitif.
Selain itu Amaratunga dan Baldry (2002), manajemen strategis didefinisikan
sebagai suatu sistem manajemen yang memiliki tugas untuk memperbaiki atau
mengembangkan perusahaan sesuai dengan sumber daya yang dimiliki untuk
mencapai tujuan tertentu. Biasanya bentuk dari sistem manajemen strategi berupa
kajian kinerja yang berhubungan dengan keuangan dan non-keuangan. (Bento dan
White, 2010; Frigo, 2002).
Manajemen strategi juga didefinisikan sebagai sebuah proses yang digunakan
oleh pihak terkait untuk dalam menggunakan sumber daya yang terbatas (Wilson,
4
2012). Selain itu Hitt et al berpendapat dalam (Rangkuti, 2011) mendefinisikan
manajemen strategi sebagai proses untuk membantu organisasi atau pihak terkait
dalam mengidentifikasikan apa yang ingin dicapai dan bagaimana seharusnya
mencapai hasil tersebut.
Beberapa keuntungan dari adanya manajemen strategis menurut David (2013)
adalah untuk membanru suatu organisasi dalam merumuskan strategi dengan
menggunakan pendekatan secara sistematis, logis dan rasional. Selain itu dari adanya
penerapan manajemen strategi yang baik, pihak terkait akan memperoleh keuntungan
baik secara finansial maupun non finansial (Bento dan White, 2010; Frigo, 2002).
Wheelen
dan
Hunger
(2004)
dalam
(Solihin,
2012)
menjelaskan
perkembangan konsep manajemen strategi melalui empat tahap, yakni:
1.
Tahap 1: Perencanaan Keuangan Dasar
Pada tahap ini manajer mulai membuat perencanaan yang serius terutama
pada saat diminta untuk mengajukan anggaran untuk tahun berikutnya. Rencana
operasional yang sangat sederhana ini hanya merupakan bentuk manajemen strategi
yang semu meski untuk mempersiapkannya sangat menghabiskan waktu.
2.
Tahap 2: Perencanaan Berbasis Peramalan
Tahapan ini sangat menyita waktu, pasalnya penyusunan rencana ini dibuat
untuk memastikan bahwa anggaran yang diajukan cocok dengan yang lainnya. Selain
menggunakan informasi internal untuk pembuatan rencana jangka panjang, para
manajer berupaya untuk mengumpulkan berbagai informasi dari lingkungan
perusahaan
3.
Tahap 3: Perencanaan Strategis
Konsep perencanaan strategis didasari oleh pemikiran bagaimana perusahaan
membuat perencanaan jangka panjang dengan memperkirakan perubahan-perubahan
yang akan terjadi dalam lingkungan perusahaan selama beberapa tahun ke depan.
Perusahaan selanjutnya akan menyesuaikan su ber daya internal yang harus dimiliki
untuk memanfaatkan peluang usaha yang ada di lingkungan eksternal.
4.
Tahap 4: Manajemen Strategi
Dalam pelaksanaannya, kegiatan manajemen strategi melibatkan manajer-
manajer dari level yang lebih rendah dan personel kunci dalam pengembangan
rencana strategi. Hal ini bertujuan agar rencana strategi mendapatkan komitmen
secara luas dari sumber daya perusahaan.
5
Berdasarkan
beberapa
pengertian
diatas
manajemen
strategi
dapat
didefinisikan sebagai suatu sistem manajemen yang memiliki tugas untuk mengatur
segala sumber daya yang dimiliki pihak terkait untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya.
2.3
Strategi
2.3.1 Definisi Strategi
Awalnya konsep strategi didefinisikan sebagai sebuah cara untuk mencapai
tujuan. Konsep ini awalnya digunakan di dalam dunia militer untuk mengalahkan
musuh dalam suatu peperangan. Seiring dengan berjalannya waktu, perkembangan
konsep strategi ini tidak hanya berpatokan pada cara mencapai tujuan. Strategi juga
diartikan sebagai penetapan berbagai tujuan itu sendiri melalui keputusan strategis.
Hal tersebut diharapkan dapat menjamin terpeliharanya keunggulan kompetitif
perusahaan (Solihin, 2012).
Pakar strategi Hamel dan Prahalad (1995) dalam (Umar, 2008) menjelaskan
strategi merupakan suatu tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat)
dan terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang
diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan demikian strategi hampir
selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi.
Neumann dan Morgenstern (1947) dalam (Weigl, 2008) mendefinisikan
strategi sebagai serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan berdasarkan
situasi terkait yang sedang terjadi. Selain itu strategi juga didefinisikan oleh Cannon
(1968) sebagai suatu respon langsung yang dibutuhkan perusahaan untuk mencapai
tujuan perusahaan.
Gambar 2.1 Esensi Strategi
Sumber: Mike Peng (2013)
6
Pada gambar 2.1 dijelaskan jika pada point A, perusahaan diwajibkan untuk
mengenali apa yang menjadi kekuatan (strength) dan kelemahannya (weakness) .
Sedangkan pada point B, perusahaan diharapkan dapat membaca peluang
(opportunities) dan menghadapi berbagai ancaman (threats). Kemudian dijelaskan
oleh Sun Tzu dalam (Peng, 2013) setelah mengetahui kapabilitasnya, perusahaan
dapat memformulasikan strategi apa yang dimaksud (intended strategy). Namun
dalam prakteknya tidak semua strategi yang dirancang dapat meraih kesuksesan.
Berdasarkan tingkatan tugas, strategi perusahaan dibagi menjadi 3 yaitu
strategi generik yang akan dijabarkan menjadi strategi utama/induk dan selanjutnya
adalah strategi fungsional.
Gambar 2.2
Pembagian Strategi Berdasarkan Tingkatan Tugas
Sumber: (Umar, 2008)
Tabel 2.1: Jabaran Strategi Utama dari Strategi Generik versi WheelenHunger dengan konsep GE
Strategi Generik
Strategi Pertumbuhan
(Growth Strategy)
Strategi Utama
a. Strategi Pertumbuhan Konsentrasi
(Horisontal dan Vertikal)
b. Strategi Pertumbuhan Diversifikasi
(Terpusat dan Konglomerasi)
Strategi Stabilitas (Stability
Strategy)
a. Strategi Istirahat (Pause Strategy)
b. Strategi Terus dengan hati-hati (Proceed
with Caution Strategy
c. Strategi Tanpa Perubahan (No Change
Strategy)
7
d. Strategi Laba (Profit Strategy)
Strategi Penciutan (Retrechment
Strategy)
a. Strategi Perubahan Haluan (Turnaround
Strategy)
b. Strategi Memikat Perusahaan Lain (Captive
Company Strategy)
c. Strategi Jual/Ditutup (Sell out/Divestment
Strategy)
d. Strategi Pelepasan (Bankruptcy Strategy)/
e. Strategi Likuidasi (Liquidation Strategy)
Tabel 2.2: Jabaran Strategi Utama dari Strategi Generik versi WheelenHunger dengan konsep GE (lanjutan)
Sumber: (Umar, 2008)
Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka strategi diartikan sebagai suatu
respon atas suatu peristiwa yang terjadi. Setelah peristiwa tersebut ditanggapi maka
akan menjadikan strategi sebagai alat yang digunakan perusahaan untuk mencapai
sesuatu. Dalam merumuskan strategi yang baik hendaknya perusahaan memahami
apa yang menjadi factor kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang
(opportunity), dan ancaman (threat).
2.3.2 Strategi Pertumbuhan
Strategi generik pertumbuhan memiliki dua jenis strategi utama. Setiap jenis
strategi utamanya masing-masing terdiri atas dua macam. Paparannya adalah sebagai
berikut (Umar, 2008):
1. Strategi Pertumbuhan Konsentrasi
Strategi ini merupakan strategi yang digunakan perusahaan berkonsentrasi dan
bertumbuh-kembang pada semua atau hampir semua sumber daya yang sejenis.
Strategi ini memiliki dua cara, yaitu:
•
Horizontal
Dari sisi internal, hendaknya segmen pasar diperluas untuk mengurangi potensi
persaingan, sehingga skala ekonomi menjadi lebih besar. Dari sisi eksternal,
8
perusahaan dapat melakukan akuisisi atau joint-venture dengan perusahaan lain
pada industry yang sama.
•
Vertikal
Strategi ini dapat dilakukan dengan cara mengambil alih fungsi yang
sebelumnya disediakan oleh pemasok (backward integration) atau
distributor (forward integration). Dengan kata lain, terdapat satu atau
lebih bisnis yang selama ini disediakan oleh perusahaan lain.
2. Strategi Pertumbuhan Diversifikasi
Strategi ini menuntut perusahaan untuk tumbuh dengan cara
menambahkan produk atau divisi yang berbeda dengan produk atau
divisi yang telah ada. Strategi ini terdiri dari beberapa cara, yaitu
terpusat (konsentrasi) atau konglomerasi baik secara internal maupun
eksternal. Jika dilaksanakan dengan cara internal, hal ini dapat
dilakukan melalui perkembangan produk baru, tetapi jika dengan cara
eksternal, dilakukan dengan cara akuisisi. Sasaran dari pertumbuhan
produk antara lain untuk menjaga pangsa pasar, mengurangi
persaingan, menekan biaya dan meningkatkan keuntungan. Strategi ini
dibagi atas dua cara, yaitu:
• Terpusat
Melakukan penambahan produk atau divisi yang sudah ada pada
perusahaan sebelumnya, dilakukan dengan cara yang masih lama
dengan produk atau jasa yang sudah ada.
• Konglomerasi
Melakukan
penambahan
produk
atau
divisi
yang
tidak
ada
hubungannya dengan lini produk atau jasa yang telah dimiliki
sebelumnya.
2.3.3 Strategi Stabilitas
Strategi generik stabilitas adalah strategi yang paling sesuai bagi
perusahaan yang berhasil pada industri dengan daya tarik industri medium.
Ada empat bentuk strategi utamanya, yaitu (Umar, 2008):
1.
Strategi Istirahat (Pause Strategy)
9
Strategi ini tepat dilakukan sebagai strategi sementara gar perusahaan
dapat mengkonsolidasikan sumber daya yang ada setelah menghadapi
pertumbuhan
cepat.
10
2.
Strategi Waspada (Proceed with Caution Strategy)
Perusahaan tetap menjalankan usahanya dengan hati-hati karena
adanya factor-faktor penting yang berubah pada lingkungan eksternal
seperti peraturan dari pemerintah.
3.
Strategi Tanpa Perubahan (No Change Strategy)
Pada strategi ini perusahaan tidak perlu melakukan perubahanperubahan yang berarti. Di sisni perusahaan tetap melakukan usahausaha yang sedang dijalankan dan hanya melakukan sedikit
penyesuaian misalnya karena terjadinya inflasi.
4.
Strategi Laba (Profit Strategy)
Strategi ini lebih mengutamakan keuntungan saat ini walau memiliki
risiko besar dengan mengorbankan perumbuhan masa depan. Hasilnya
sering kali adalah kesuksesan dalam jangka pendek sekaligus dengan
stagnasi dalam jangka panjang.
2.3.4 Strategi Penciutan (Retrechment Strategy)
Strategi generik penciutan memiliki tujuan untuk melakukan penghematan.
Hal ini dilakukan ketika perusahaan mempunyai posisi persaingan yang lemah
dibandingkan dengan daya tarik industrinya. Pada dasarnya strategi ini tidak banyak
dipakai oleh perusahaan karena seolah-olah perusahaan memperlihatkan kegagalan
dalam berusaha. Strategi utama dari strategi penciutan ada 5 jenis, yaitu (Umar,
2008):
1.
Strategi Turnaround
Strategi turnaround sangat dianjurkan untuk digunakan saat daya tarik
industry sedang tinggi, meskipun perusahaan sebenarnya sedang mengalami
kesulitan pada fase yang masih bisa ditolerir. Strategi ini menekankan pada
upaya perbaikan efisiensi operasional, yang pelaksanaanya terdiri dari dua
tahap. Pertama adalah masalah kontraksi, yaitu usaha-usaha yang tujuannya
mengurangi biaya-biaya perusahaan, misalnya berupa pengurangan karyawan
dan pengeluaran untuk hal-hal yang dianggap kurang perlu. Kedua, adalah
11
masalah
konsolidasi,
yaitu
pengembangan
program-program
untuk
menstabilkan perusahaan yang sudah mengalami perampingan tersebut.
2.
Strategi Captive Company
Beberapa aktivitas dari perusahaan yang kurang menarik perlu
dikurangi, kemudian diusahakan agar fungsi-fungsi lain menjadi lebih
menarik. Dengan demikian, diharapkan ada calon investor mau
menginvestasikan modalnya di perusahaan tersebut.
3.
Strategi Sell-out /Divestment
Pada akhirnya jika perusahaan tidak mampu lagi melakukan strategi
captive companya maka perusahaan terpaksa harus dijual dan investor
segera meninggalkan bisnis seperti ini, asalkan saham-saham
perusahaan yang akan dijual tidak jatuh, sehingga tidak merugikan
para pemegang saham.
4.
Strategi Bankruptcy
Strategi ini dapat membantu perusahaan menghindar dari tanggung
jawab atas utang-utang dan juga dapat menyatakan tidak berlakunya
kontrak-kontrak yang telah disetujui. Sebelum kondisi pailit ini
ditentukan, perusahaan dapat berusaha terlebih dahulu menghasilkan
sebanyak-banyaknya uang tunai dari penjualan aset-aset.
5. Strategi Liquidation
Prinsipnya, lebih baik melakukan likuidasi secepatnya daripada
menunggu kebangkrutan karena bagi pemegang saham, harga saham
likuidasi jauh lebih baik daripada saham perusahaan yang sudah
dinyatakan bangkrut.
Strategi penghematan juga dianggap sebagai sebuah kemunduran dan
kegagalan daripada kemajuan. Strategi ini terpaksa diambil karena adanya
kemungkinan terdapat kesalahan pada strategi sebelumnya. Kemungkinan lain
adalah organisasi tidak pernah merumuskan misi, tujuan, dan sasarannya sehingga
pada saat menghadapai pengaruh lingkungan yang tidak menentu, para eksekutif
tidak dapat berbuat lain kecuali mengurangi berbagai kegiatannya, melakukan
reorganisasi, dan rasionalisasi. Dalam rangka penghematan tersebut, banyak para top
management mengarahkan perhatiannya pada peningkatan efisiensi kerja dan
konsolidasi (Salusu, 2004).
12
2.4
Krisis
2.4.1 Definisi Krisis
Pada umumnya krisis dilihat sebagai suatu peristiwa atau kejadian yang
menganggu dan memicu perhatian. Krisis dapat mengganggu operasi rutin
perusahaan, menghambat prospek masa depan, dan pada akhirnya akan
menghancurkan perusahaan. Fearn-Banks (2007) dalam (Gilpin dan Murphy , 2008)
mendefinisikan krisis sebagai “crisis as a major occurance with potentially negative
outcome affecting an organization, company, or industry, as well as its publics,
products, services, or good name”.
Krisis dapat terjadi dimana saja dan kapan saja serta pada siapa saja. Krisis
bisa datang tanpa menunggu kesiapan dari perusahaan dan ketika krisis yang tidak
pernah diperhitungkan terjadi, seluruh aktivitas perusahaan bisa menjadi lumpuh
terutama jika krisis yang terjadi adalah membawa dampak negative yang menyeluruh
pada setiap aspek perusahaan. Pearson and Clair (1998) dalam (Gilpin dan Murphy ,
2008) menjelaskan krisis sebagai “An organizational crisis is a low-probability,
high impact situation that perceived by critical stakeholders to threaten the viability
of the organization and that is subjectively experiences by these individual as
personally and socially threatening”. Krisis yang terjadi dalam suatu organisasi juga
ternyata membawa dampak yang cukup signifikan pada pemangku kepentingan suatu
organisasi.
Benoit, Lukaszweski, Seymour dan Moore (Seymour dan Moore, 2005)
mengganggap jika sebuah krisis akan membawa beberapa dampak negative pada
factor kesuksesan sebuah perusahaan. Faktor tersebut antara lain citra perusahaan,
profit, tingkat penjualan, harga saham, dll. Ada beberapa aspek yang jika terkena
dampak krisis masih dapat diperbaiki seperti produk recall. Lain halnya dengan
beberapa aspek seperti reputasi perusahaan, kepercayaan stakeholders, dan moral
karyawan akan lebih susah untuk diperbaiki. Namun, jka dampak dari suatu krisis
dapat dikelola dengan baik terutama dalam jangka waktu perbaikan yang singkat
maka perusahaan akan memperoleh implikasi positif yang signifikan. Penjelasan
tersebut juga sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Bronn dan Olson (1999), jika
krisis dapat dilihat sebagai “either a threat or opportunity that arises from internal
or external issues that may have a major impact on an organization” dalam (Gilpin
dan Murphy , 2008).
13
Mengenali jenis krisis yang terjadi merupakan salah satu langkah awal yang
penting untuk menentukan respon yang tepat. Proses klasifikasi krisis ini sangat
membantu untuk mengurangi resiko dari timbulnya krisis tersebut. Selain itu,
perusahaan juga dapat mempersiapkan strategi yang tepat dalam penanganan krisis
yang terjadi. Berdasarkan sudut pandang bisnis, krisis dibagi menjadi 9 tipe (Burnett,
2002), yakni:
1. Public perception
2. Business relations
3. Sudden market shifts
4. Product failure
5. Top management succession
6. Hostile takeovers
7. Regulation and deregulations
8. Adverse international events
9. Cash crisis
Berbagai jenis krisis dapat membahayakan para stakeholder termasuk
customer, kreditor, supplier, competitor, lingkungan, dan organisasi terkait. Biasanya
perusahaan atau organisasi yang bergerak di bidang bisnis sering mengalami
kerugian besar, merger, ataupun downsize. Dampak yang timbul dari adanya krisis
dapat dilihat secara eksternal maupun internal. Secara internal perusahaan dapat
kehilangan profitabilitas, customer dan jumlah market sharenya. Selain itu dampak
secara signifikan yang sering terjadi dari adanya krisis adalah karyawan kehilangan
premi asuransi, penurunan saham, hingga pemutusan kerja terhadap karyawan. Efek
domino yang ditimbulkan dari adanya krisis tersebut dapat berlangsung dalam jangka
waktu yang lama. Namun Meyers dan Holusha (1986) dalam (Seeger, Sellnow, dan
Ulmer, 2003) mengidentifikasi beberapa dampak positif yang timbul jika krisis dapat
ditangani secara baik, yaitu:
1. Heroes are born
2. Change is accelerated
3. Latent problems are faced
4. People are charged
5. New strategies evolve
6. New warning system develop
7. A new competitive edge appears
14
Berdasarkan beberapa definisi diatas, maka dapat disimpulkan jika krisis
merupakan suatu kejadian tiba-tiba, dapat terjadi dimana saja, kapan saja , dan dapat
dialami siapa saja. Selain itu krisis juga identic dengan suatu yang berdampak
negative. Krisis juga dapat dianggap sebagai sebuah peluang dan ancaman. Suatu
krisis jika ditangani dengan baik dapat membawa perusahaan pada peluang yang
lebih baik dan sebaliknya.
2.4.2 Krisis keuangan
Pada umumnya krisis keuangan sering disamakan dengan krisis ekonomi.
Kedua krisis tersebut sebenarnya merupakan krisis yang berbeda. Hal ini dapat
dilihat dari dampak yang ditimbulkannya. Krisis keuangan sebagia besar timbul dari
adanya daya tarik pasar yang melemah. Misalnya penurunan harga saham sebuah
perusahaan yang dapat mempengaruhi tingkat asset. Krisis keuangan dapat
mengancam kelangsungan dari keadaan ekonomi suatu negara. Pada akhirnya jika
krisis keuangan tidak dapat diatasi dengan tepat maka akan menimbulkan krisis
ekonomi. Krisis ini memiliki kecenderungan pada tingkat pengagguran, fluktuasi
GDP (Gross Domestic Product), dan beberapa indikator ekonomi yang lebih luas.
Walaupun memiliki pengertian yang berbeda, krisis ekonomi dan krisis keuangan
memiliki hubungan yang saling terkait. (Kobrak dan Wilkins, 2014)
Kindleberger (1978) dalam (Kobrak dan Wilkins, 2014) menjelaskan
financial crisis sebagai “financial crises are associated with the peaks of business
cycles. We are not interested in the business cycle as such, the rhythm of economic
expansion and leads to the downturn. If there be business cycles without financial
crises, they lie out of our interest. On the other hand , financial crises that prove so
manageable as to have a no effect on the economis system will also be neglected. The
financial crises we shall consider here are major both in size and in effect and, as a
rule, international in scope”
Krisis keuangan merupakan salah satu proses yang ada pada siklus bisnis.
Krisis keuangan dapat disebabkan oleh keadaan pasar yang tidak menentu yang pada
akhirnya membawa sebuah penurunan kinerja pada perusahaan. Pada sebuah siklus
bisnis, krisis keuangan dapat menjadi sebuah peluang yang menarik. Hal ini dapat
dibuktikan dengan kemampuan perusahaan dalam menangani krisis keuangan yang
sedang dialami.
15
Raymond Goldsmith dalam (Kobrak dan Wilkins, 2014) menjelaskan bahwa
krisis keuangan merupakan “a sharp, brief, ultracyclical deterioration of all most of
a group of financial indicators – short term interest rates, asset (stock, real estate,
land) prices, commercial insolvencies and failure of financial institutions” Jadi
sebagian besar krisis keuangan memiliki karakteristik dengan membawa dampak
yang signifikan, terjadi secara tiba-tiba, dan menyebabkan kerusakan pada sebagaian
besar indikator keuangan.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas krisis keuangan dapat diartikan
sebagai sebuah kejadian atau peristiwa yang secara tiba-tiba memberi dampak
negatif pada beberapa indikator keuangan perusahaan.
2.5
Laporan Keuangan
2.5.1 Definisi Laporan Keuangan
Laporan keuangan atau financial statements merupakan sebuah laporan yang
memberikan gambaran akuntansi atas adanya aktivitas operasi dan posisi keuangan
suatu perusahaan. Laporan keuangan memiliki tujuan diantara lain (Margaretha,
2014) .
“Financial statements are the principal means through which a company
communicates its financial information to those outside it. These se statements
provide a company’s history quantified in money terms. (Kieso, Weygandt, dan
Warfield, 2010)”
Sedangkan menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield mendefiniskan laporan
keuangan sebagai sebuh sarana komunikasi pada pihak luar dalam rangka
menyampaikan informasi keadaan keuangan suatu perusahaan.
Sedangkan menurut PSAK No. 01 Revisi 2009 tentang penyajian laporan
keuangan, laporan keuangan adalah suatu penyajian yang terstruktur dari posisi
keuangan dan kinerja suatu entitas atau perusahaan. Tujuan dari adanya pembuatan
laporan keuangan bagi perusahaan sendiri adalah untuk memberikan informasi
mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang dapat
bermanfaat bagi beberapa kalangan besar pengguna laporan keuangan dalam rangka
mengambil kepurusan ekonomi. Selain itu laporan keuangan juga merupakan sebagai
16
bentuk bukti pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang
telah dipercayakan dari atasan.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan jika laporan
keuangan merupakan sebuah informasi terstruktur yang diterbitkan suatu perusahaan
dalam rangka memberikan informasi tentang kondisi keuangan dan posisi perusahaan
kepada pihak-pihak luar tertentu yang membutuhkan.
2.5.2 Neraca
Neraca
atau
balance
sheet
merupakan
laporan
sistematis
yang
menggambarkan keadaan aktiva/assets, utang/liabilities, dan modal sendiri/owners
equity perusahaan pada satu periode tertentu (Margaretha, 2014).
(Rachmandran, 2009) mendefinisikan neraca sebagai:
“ The Balance Sheet is a summary of the financial position of a company at
a particular point of time. This position is conveyed by listing all the things of value
(assets) owned by the company, on one side, and payables owed (liabilities) by the
company, on the other”
Dari pengertian diatas dapat dijelaskan jika neraca merupakan penjelasan
bentuk dari suatu posisi perusahaan dalam bidang keuangan pada periode waktu
tertentu. Posisi tersebut ditentukan dari asset dan liabilitas yang dimiliki
perusahaan. Sedangkan oleh (Ahman, 2007) dalam proses penyusun neraca terbagi
menjadi 2 bentuk, yakni;
1.
Neraca Bentuk Skontro
Neraca berbentuk skontro ini menggambarkan antara aktiva dan
kewajiban serta modal terletak saling bersebelahan. Di sisi kiri terdapat
aktiva dengan segala perinciannya. Sedangkan di sisi kanan terdapat
kewajiban dan modal secara terperinci suatu perusahaan
17
Gambar 2.3 Contoh Neraca Bentuk Skontro
Sumber: Membina Kompetensi Ekonomi, 2007
2.
Neraca Bentuk Stafel
Neraca bentuk stafel disebut juga dengan neraca bentuk
laporan. Pada neraca bentuk ini antara aktiva, kewajiban, dan
modaltidak terbagi antar sisi kiri dan sisi kanan. Mulai dari aktiva,
kewajiban, dan modal dibuat secara menurun dan menyeluruh.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan jika neraca merupakan
suatu bentuk laporan keuangan perusahaan yang terdiri dari aktiva dan pasiva.
Aktiva merupakan segala bentuk harta yang dimiliki perusahaan, sedangkan pasiva
merupakann pengorbanan yang harus dilakukan perusaahaan dari adanya kegiatan
usaha. Neraca dapat dibuat dalam 2 bentuk, yakni: Skontro dan Stafel.
18
Gambar 2.4 Contoh Neraca Bentuk Stafel
Sumber: Membina Kompetensi Ekonomi, 2007
2.5.3 Laporan Laba Rugi
Menurut Farah Margaretha (2014) laporan laba/rugi atau income statement
merupakan sebuah laporan yang berisi tentang pendapatan-pendapatan/revenues dan
biaya-biaya perusahaan dalam satu periode tertentu dan telah diatur secara sistematis.
Robinson (2015) mendefinisikan laporan laba/rugi atau income statement
sebagai:
“The income statement presents information on the financial results of a
company’s business activities over a period of time. The income statement
communicates how much revenue the company generated during a period
and what costs it incurred in connection with generating that revenue. The
basic equation underlying the income statement is: Revenue - Expense = Net
19
income. The income statement is also called the statement of operations or
statement of earnings or, sometimes, in business jargon, it is called the P&L
(for profit and loss). “
Pengertian dari Robinson dkk dapat disimpulkan jika laporan laba
rugi merupakan sebuah informasi keuangan dari suatu perusahaan dalam
periode waktu tertentu. Informasi berisi tentang seberapa banyak
pendapatan yang dihasilkan dan seberapa banyak biaya – biaya pengeluaran
perusahaan. Selisih dari pendapatan dan biaya pengeluaran perusahaan yang
disebut dengan laba bersih.
Gambar 2.5 Contoh Laporan Laba/Rugi
Sumber: International Financial Statement Analysis (CFA Institute
Investment Series), 2015.
20
Sedangkan menurut (Boros, 2012) laporan laba rugi dinyatakan sebagai;
“ The incomes statement is a financial statement reporting the
revenues, costs, expenses and the net (after-tax) income of a
corporation, or business units of a corporation (Segment; Subsidiary;
Division) or of a n entity (bank; investment; firm; retail business) for
a period of time, such as annual statement of income.”
Menurut Boros laporan laba rugi adalah sebuah pernyataan yang berupa informasi
tentang pendapatan, biaya, beban, dan laba bersih dari sebuah perusahaan, unit
bisnis, atau entitas dalam jangka waktu tertentu.
Berdasarkan pengertian diatas laporan laba rugi memiliki pengertian sebagai
sebuah bentuk informasi keuangan terstruktur yang berisi tentang pendapatan, biayabiaya, laba, dan rugi suatu perusahaan dalam suatu periode waktu tertentu.
2.5.4 Laporan Arus Kas
Laporan arus kas atau statement of cash flows yang didefinisikan
(Margaretha, 2014) merupakan suatu laporan sistematis yang berisi tentang dampak
dari adanya aktivitas operasi, investasi, dan pembiayaan perusahaan terhadap arus
kas selama satu periode tertentu.
Sedangkan menurut (Robinson, 2015) laporan arus kas didefinisikan sebagai:
“The cash flow statement provides information about a company’s cash receipts
and cash pay- ments during an accounting period, showing how these cash flows link
the ending cash balance to the beginning balance shown on the company’s balance
sheet. The cash-based information provided by the cash flow statement contrasts
with the accrual-based informa- tion from the income statement.”
Dapat disimpulkan jika laporan arus kas menyediakan sejumlah informasi
tentang penerimaan kas dan pembayaran tunai dalam suatu periode akuntasi.
Laporan arus kas juga menunjukan bagaimana arus kas dapat menghubungkan saldo
kas akhir untuk ditampilkan sebagai saldo awal pada neraca.
21
Gambar 2.6 Contoh Laporan Arus Kas
Sumber: International Financial Statement Analysis (CFA Institute
Investment Series), 2015.
22
Gambar 2.6 Contoh laporan Arus Kas (lanjutan)
Sumber: International Financial Statement Analysis (CFA Institute
Investment Series), 2015.
Sedangkan pengertian arus kas menurut Ikatan Akuntan
Indonesia dalam PSAK No 2 Revisi 2009 adalah arus masuk kas atau
arus keluar kas atau setara kas. Disebutkan juga jika aktivitas arus kas
terdiri beberapa aktivitas, yakni:
a.
Aktivitas Operasi
Aktivitas operasi merupakan penghasil utama pendapatan entitas dan
aktivitas lain namun bukan termasuk aktivitas investasi atau aktivitas
pendanaan.
b.
Aktivitas Investasi
Aktivitas investasi merupakan perolehan atau pelepasan asset jangka
panjang serta investasi lain namun bukan termasuk setara dengan kas.
23
c.
Aktivitas Pendanaan
Aktivitas pendanaan merupakan perubahaan jumlah serta
komposisi kontribusi modal dan pinjaman entitas.
Dari adanya beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan jika laporan arus
kas merupakan suatu laporan keuangan terstruktur yang terdiri atas 3 aktivitas utama,
yakni: aktivitas operasi, aktivitas investasi, dan aktivitas pendanaan yang dibuat
dalam suatu periode tertentu.
2.6
Quick Wins
2.6.1
Definisi Quick Wins
Pada umumnya, Quick Wins dilihat sebagai sebuah alat yang digunakan
untuk mempercepat keberhasilan. Quick Wins didefinisikan sebagai: “…A quick win
defined as a new and visible contribution to the success of the business made early in
their tenure. A quick win is a crucial form of reassurance to the leaders”
(Safferstone, 2008).
Quick Wins dianggap sebagai suatu bentuk kontribusi nyata yang dapat
memberikan elemen kesuksesan dengan periode waktu yang lebih cepat. Sebagai
suatu bentuk yang penting, sebuah program Quick Wins harus mampu dipahami oleh
para pihak yang terlibat, terutama para pemimpin. Hal ini dikarenakan pelaksanaan
program Quick Wins hanya menggunakan waktu yang terbatas dengan berbagai
macam sumber daya untuk mengatasi suatu masalah.
Selain dianggap sebagai sebuah kontribusi yang nyata untuk perusahaan,
Quick Wins juga diartikan sebagai: “Quick Win as a step toward How to win, that is
when your collective dream begins to take hold. That will position on the enterprise
on a new growth trajectory to add market values and advance your competitive
advantage” (Newton, 2013). Quick Wins juga merupakan salah satu langkah untuk
mencapai kemenangan. Dengan menjalankan konsep Quick Wins perusahaan akan
dapat menambah nilai atau value di pasaran dan memajukan keunggulan
kompetitifnya.
Untuk menjawab pertanyaan bagaimana mencapai sebuah kemenangan,
Quick Wins dapat digunakan sebagai sebuah ide baru. Di dalam sebuah perusahaan
ketika program Quick Wins dilaksanakan dengan baik dapat membawa efek yang
24
baik bagi pertumbuhan perusahaan. Dalam proses pertumbuhan tersebut perusahaan
cenderung akan mendapatkan suatu value yang lebih. Hal ini dapat menjadi sebuah
keuntungan kompetitif tersendiri bagi perusahaan tersebut. Pendapat Quick Wins
sebagai bagian dari bentuk strategi diperkuat jika Quick Wins dapat membawa
perusahaan menuju pada target yang sudah ditentukan. Apabila strategi yang telah
diformulasikan ternyata cocok dan tepat dengan tujuan perusahaan maka tidak perlu
menunggu lebih lama lagi untuk mencapai kemenangan.
Dibalik kesan yang terlihat terburu-buru dari adanya prinsip percepatan
dalam memperoleh keberhasilan, ternyata Quick Wins menyimpan suatu value yang
unik. Tingkat kesuksesan Quick Wins tidak diukur dari seberapa besar dan cepatnya
dampak yang dihasilkan, melainkan bagaimana proses Quick Wins tersebut dapat
dipahami oleh semua pihak terkait. Hal ini diperjelas dengan pernyataan : “leverage
your learning and make a plan to activate quick wins. The beauty of this process is
that there is always instant value to your discoveries and development efforts. You
have gained new understanding of your stakeholders, have freash ideas, and can
show value for your efforts right away” (Newton, 2013).
Quick Wins sangat memungkinkan untuk memanfaatkan wawasan baru dan
berbagai macam ide untuk membuat dampak positif yang langsung terlihat pada
sebuah aktivitas bisnis. Terkadang, Quick Wins adalah tentang sebuah aktivitas,
langkah, cara, atau sejenisnya yang ternyata sudah dilakukan terlebih dahulu dan
hanya perlu dilakukan lebih baik lagi dari segala sisi. Di lain sisi juga terkadang
perusahaan di dalam program Quick Wins nya mengganti aspek-aspek yang tidak
membawa nilai yang signifikan sehingga perlu diganti dengan aspek-aspek yang
membawa nilai lebih baik (Frasher, 2012)
Dikutip dari Harvard business Review (Buren dan Safferstone, 2008), pada
proses pelaksanaan Quick Wins, biasanya perusahaan mengalami 5 hambatan yang
dapat mempengaruhi kinerja program Quick Wins. Hambatan tersebut adalah:
1. Focusing too heavily on details
2. Reacting negatively to criticsm
3. Intimidating others
4. Jumping to conclusioins
5. Micromanaging
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan jika Quick Wins
merupaka suatu alat yang dapat digunakan perusahaan sebagai sebuah strategi jangka
25
pendek. Hal ini dikarenakan karakteristik Quick Wins sendiri yang dapat
diimplementasikan dengan cepat, memberikan elemen kesuksesan dalam periode
waktu yang singkat, dan kemampuannya dalam mengakomodir segala macam
sumber daya.
2.6.2 Collective Quick Wins
Mengacu pada jurnal tersebut, selain istilah Quick Wins dijelaskan juga
istilah Collective Quick Wins. Istilah Collective Quick Wins lebih ditekankan pada
kinerja yang dilakukan oleh sebuah tim. Biasanya hasil dari Collective Quick Wins
mempengaruhi aspek penurunan biaya, peningkatan pendapatan, dan beberapa hasil
dari tangible business lainnya. Untuk mencapai keefektivitasan Collective Quick
Wins maka dapat dilakukan beberapa hal, diantaranya:
1. Make people believers not bystanders.
2. Show humility
3. Learn about team
Berdasarkan penjabaran diatas, dapat disimpulkan jika Collective Quick Wins
merupakan suatu program Quick Wins yang dilakukan bersama tim.
2.7
Pendapatan
2.7.1 Definisi Pendapatan
Pendapatan dinyatakan sebagai the gross increases in equity resulting from
business activites entered into for the purpose of earning income. Jadi biasanya
pendapatan diperoleh dari adanya aktivitas bisnis. Pada umumnya, kegiatan seperti
menjual produk, melayani konsumen, menyewakan property, dan meminjamkan
uang dapat menghasilkan pendapatan (Weygandt, Kimmel, dan Kieso, 2013)
Bastian juga mendefinisikan serupa tentang pendapatan yakni pendapatan
(income) meliputi pendapatan (revenue) dan keuntungan (gain). Pendapatan timbul
dalam pelaksanaan aktivitas entitas yang biasa sementara keuntungan mungkin
timbul dan tidak timbul dalam pelaksanaan aktivitas entitas yang biasa. Keuntungan
mencerminkan kenaikan manfaat ekonomi dan pada hakikatnya tidak berbeda
dengan pendapatan. Definisi pendapatan juga mencakup keuntungan yang belum
direalisasi, yang timbul dari revaluasi sekuritas yang dapat dipasarkan (marketable)
dan dari kenaikan jumlah aktiva jangka panjang. (Bastian, 2006)
26
Menurut pengertian akuntansi keuangan, pendapatan adalah peningkatan
jumlah aktiva atau penurunan kewajiban suatu organisasi sebagai akibat dari
penjualan barang dan jasa kepada pihak lain dalam periode akuntansi tertentu.
Meskipun demikian, ada perbedaan antara pengertian pendapatan untuk perusahaan
jasa, perusahaan dagang, dan perusahaan manufaktur. Pada perusahaan jasa,
pendapatan diperoleh dari penyerahan jasa, pendapatan pada perusahaan dagang
diperoleh dari penjualan barang dagangan, sedangkan pendapatan perusahaan
manufaktur berasal dari penjualan produk selesai (H, Nurlela, Sugiarto, dan Y.E.F,
2006)
Kemudian pendapatan juga diartikan sebagai arus masuk bruto dari manfaat
ekonomi yang timbul akibat aktivitas normal perusahaan selama satu periode. Arus
masuk ini tidak berasal dari kontribusi penanaman ekuitas tetapi dapat
mengakibatkan kenaikan ekuitas. Arus masuk bruto adalah jumlah pendapatan yang
diterima dan dapat diterima oleh perusahaan untuk dirinya sendiri. Dari penjualan
tersebut dapat disimpulkan bahwa pendapatan timbul karena terjadinya transaksi dan
peristiwa ekonomi berikut (Kuswadi, Meningkatkan Laba Melalui Pendekatan
Akuntansi Keuangan dan Akuntansi Biaya, 2005):
•
Penjualan barang meliputi barang yang diproduksi perusahaan atau barang yang
dibeli untuk dijual kembali, misalnya barang dagangan yang dibeli pengecer
atau tanah dan property lain yang dibeli untuk dijual kembali
•
Penjualan jasa ialah pelaksanaan tugas yang secara kontraktual telah disepakati
untuk dilaksanakan selama suatu periode tertentu.
•
Penggunaan aktiva perusahaan oleh pihak lain menimbulkan pendapatan dalam
bentuk bunga, royalty, dan dividen
Berdasarakan pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan jika
pendapatan merupakan peningkatan jumlah aktiva atau arus masuk bruto yang timbul
dari adanya jenis aktivitas bisnis tertentu dalam suatu periode tertentu.
2.8
Biaya
2.8.1 Definisi Biaya
Perusahaan perlu mengeluarkan harta/aktivanya untuk membiayai berbagai
pengeluaran yang disebut dengan biaya. Biaya adalah semua pengorbanan ekonomi
yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan (Halim, 2007)
27
Pendapat serupa tentang biaya juga diutarakan oleh Gilarso sebagai bentuk
semua pengorbanan yang perlu untuk suatu proses produksi, dinyatakan dalam uang
menurut harga pasar yang berlaku. Dalam arti ekonomi, balas-karya yang seharusnya
dibayarkan kepada para pemilik factor produksi merupakan biaya. Tinggi rendahnya
biaya produksi tergantung dari harga indput factor produksi, berapa persen dari
kapasitas produksi yang dipergunakan, perbangingan antara factor-faktor produksi
serta kombinasinya, dan besar kecilnya luas usaha (Gilarso, 2003).
Selain itu, definisi biaya sebagai pengorbanan didefinisikan juga oleh
Kuswadi (Kuswadi, Meningkatkan Laba Melalui Pendekatan Akuntansi Keuangan
dan Akuntansi Biaya, 2005). Biaya merupakan pengorbanan atau nilai sumber
ekonomis yang dikeluarkan karena memproduksi atau melakukan sesuatu yang
membutuhkan biaya. Biaya mengandung 2 unsur, yakni: kuantitas sumber daya yang
digunakan dan harga tiap unit sumber tersebut. Tidak ada biaya atau cost kecuali
apabila ada sesuatu yang harus dibiayai. Dalam perusahaan, hal ini disebut unit
biaya. Unit biaya antara lain dapat berupa:
•
Unit of production : jobs, contracts, gallon of liquids, dan lain lain
•
Unit of services
: killowatt hours, cinema seats, passengers, miles, dan lain
lain
Dalam buku lain, Kuswadi mengartikan biaya sebagai semua pengeluaran
untuk mendapatkan barang atau jasa dari pihak ketiga. Barang atau jasa yang
dimaksud dapat dalam rangka untuk dijual kembalai atau dalam rangka untuk
menjual barang atau jasa yang diperdagangkan, baik yang berkaitan dengan maupun
di luar usaha pokok perusahaan. Dalam perhitungan laba rugi, besarnya biaya akan
mengurangi laba atau menambah rugi perusahaan. Biaya sebenarnya dikeluarkan
untuk menghasilkan manfaat masa depan. Contoh objek biaya adalah produk,
pelanggan, departemen, proyek, dan lainnya. Biaya dapat digolongkan dalam
berbagai kelompok yaitu biaya langsung dan tidak langsung, biaya tunai dan tidak
tunai, biaya tetap, biaya variable, dan semi variable (Kuswadi, Memahami Rasio
Keuangan Orang Awam, 2006).
Selanjutnya, Priyatno mendefinisikan biaya atau expense sebagai pengeluaran
atau biaya yang dikeluarkan dalam operasi perusahaan (Priyatno, 2008). Contoh
biaya adalah:
•
Biaya gaji karyawan
28
•
Biaya listrik
•
Biaya telepon
•
Biaya sewa gedung
•
Biaya depresiasi aktiva
•
Biaya transportasi
•
Biaya pemasaran
•
Biaya perawatan aktiva
Istilah terakhir tentang biaya didefinisikan sebagai the amount of expenditure,
actual (incurred) or national (attributable), relating to a specific thing or activity.
The specific thing or activity may be a product, job, service, process, or any other
activity. Cost is the amount of resources given up in exchange for some goods or
services. The resources given up are generally in terms of money, or if not terms of
money, they are always expressed in monetary terms. Jadi, biaya adalah sejumlah
pengeluaran yang ditanggung oleh perusahaan dari adanya suatu hal. Hal tersebut
dapar berupa produk, layanan, proses, atau aktivitas terkait lainnya. Biasanya biaya
identic dengan satuan uang, meskipun tidak berhubungan dengan uang namun biaya
akan selalu identic dengan aspek monetary. Ada beberapa klasifikasi biaya
diantaranya adalah (Lal dan Srivastava, 2009):
1. Cost behavior
a. Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang tetap tidak berubah meskipun terjadi
perubahan volume produksi atau penjualan. Yang termasuk biaya tetap
diantaranya penyusutan, gaji pimpinan, gaji karyawan, dan perbekalan
kantor (Wibowo, 2007)
b. Biaya Variabel
Biaya variable adalah biaya yang berubah mengikuti perubahan
volume produksi atau penjualan. Biaya bahan langsung, seperti
pembungkusan, pengangkutan, dan asuransi termasuk biaya variable
(Wibowo, 2007).
2. Degree of Traceability to the product
a.
Biaya langsung
Kuswandi mendefinisikan biaya langsung sebagai biaya yang dapat
dibebankan secara langsung kepada objek biaya atau produk. Contoh
29
biaya langsung adalah bahan langsung (bahan baku), upah pekerja yang
langsung terlibat dalam proses produksi barang di pabrik, iklan, ongkos
angkut, dan sebagainya (Kuswadi, Memahami Rasio Keuangan Orang
Awam, 2006).
b. Biaya tidak langsung
Di lain sisi biaya tidak langsung adalah biaya yang sulit atau tidak dapat
dihubungkan dan dibebankan secara langsung dengan unit produksi, dan
secara akurat ditelusuri ke objek biaya. Contoh biaya tidak langsung
adalah gaji pimpinan, gaji mandor, iklan untuk lebih dari satu macam
produk, dan sebagainya. Biaya tidak langsung sering disebut biaya
overhead yang terbagi lagi menjadi biaya overhead pabrik, biaya
penjualan, serta biaya umum dan administrasi (Kuswadi, Memahami
Rasio Keuangan Orang Awam, 2006).
Berdasarakan pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan jika biaya
merupakan sejumlah pengorbanan yang dinyatakan dalam satuan keuangan dengan
tujuan memperoleh sesuatu. Sesuatu tersebut dapat berupa barang, produk, jasa, atau
pendapatan.
2.9
Pendanaan
2.9.1 Definisi Pendanaan
Pada dasarnya terdapat beberapa pilihan yang dapat ditempuh perusahaan
ketika memerlukan dana dalam jumlah besar, seperti dengan meminjam dana dari
bank maupun mendapatkan dana pinjaman dari lembaga keuangan selain bak seperti
modal ventura, leasing, maupun melalui mekanisme penermpatan modal secara
langsung (Fakhruddin, 2008)
Pendanaan mengacu bagaimana suatu pihak mendanai atau membayar suatu
bisnis (Abrams dan LaPlente, 2010). Ada 2 jenis pilihan pendanaan, yakni:
1. Pendanaan dengan pinjaman merupakan suatu aktivitas dimana pihak terkait
meminjam uang atau menggunakan kredit dan hampir selalu harus
mengembalikannya sekalipun perusahaan bangkrut. Ada beberapa jenis
pendanaan dengan pinjaman
2. Pendanaan dengan saham merupakan suatu aktivitas dimana pihak terkait
menyerahkan sebagian kepemilikan perusahaan untuk mendapatkan dana
segar
30
Pendanaan adalah cara bagaimana perusahaan memperoleh dana dan
menginvestasikan dana tersebut ke proyek-proyek bisnis. Perusahaan memperoleh
dana untuk membangun pabrik baru, membeli mesin baru, membeli lebih banyak
persediann, bahkan membeli bisnis yang sudah ada milik perusahaan lain. Jika
pendanaan melalui utang berarti perusahaan meminjam dana tersebut. Jika
pendanaan melalui ekuitas berarti perusahaan menerima investasi dari para pemilik
(dengan menerbitkan saham atau menahan saldo laba). Keputusan pendanaan melalui
utang mempengaruhi beban bunga perusahaan. Keputusan pendanaan melalui ekuitas
menentukan jumlah pemilik sehingga menentukan juga pembagian laba di kalangan
para pemilik, tersebut. Keputusan untuk menerbitkan sekuritas mempengaruhi
jumlah dana yang dapat digunakan oleh bisnis dan akibatnya tingkat sampai sejauh
mana bisnis tersebut dapat berkembang (Madura, 2007)
Sumber pendanaan dapat diperoleh dari modal internal dan modal eksternal.
Modal internal berasal dari laba ditahan, sedangkan modal eksternal bersumber dari
modal sendiri atau melalui utang (Sawir, 2004). Brigham et al. (1999) menyatakan
bahwa penggunaan utang yang berbeban bunga mempunyai keuntungan dan
kelemahan bagi perusahaan. Keuntungan penggunaan utang adalah
a. Biaya bunga mengurangi penghasilan kena pajak sehingga biaya utang efektif
menjadi lebih rendah
b. Kreditor hanya mendapat biaya bunga yang relative bersifat tetap sehingga
kelebihan keuntungan merupakan klaim bagi pemilik perusahaan
c. Pemegang utang tidak memiliki hak suara sehingga pemilik dapat
mengendalikan perusahaan dengan dana yang lebih kecil.
Sedangkan kelemahan penggunaan utang adalah:
a. Utang yang semakin tinggi meningkatkan resiki technical insolvency
(Gitman, 1994)
b. Jika bisnis perusahaan tidak dalam kondisi yang bagus, pendapatan operasi
menjadi rendah dan tidak cukup untuk menutup biaya bunga sehingga
kekayaan pemilk berkurang, Pada kondisi ekstrem, kerugian tersebut dapat
membahayakan perusahaan karena terancam bangkrut.
Sumber pendanaan jangka pendek bisa juga dikelompokkan dalam
pinjaman dengan jaminan dan tanpa jaminan (Sugiono, 2009). Pinjaman tanpa
jaminan merupakan pinjaman yang didasarkan pada kepercayaan kreditor dalam
31
mengeluarkan pinjamannya serta kepercayaannya mengenai kemampuan untuk
mengembalikan pinjaman. Umumnya pinjaman tanpa jaminan memiliki bunga
yang lebih tinggi. Yang dapat termasuk dalam kategori ini adalah utang dagang,
commercial paper, dan kredit bank tanpa jaminan. Sedangkan pinjaman dengan
jaminan merupakan sumber pendanaan yang dijamin dengan kebendaan atau
tagihan untuk menutup kerugian apabila peminjam tidak dapat melunasi
utangnya. Contohnya: kredit bank, anjak piutang (factory funding), dan jaminan
piutang (pledge receivable). Berikut beberapa contoh pendanaan jangka pendek
adalah sebagai berikut:
1. Pinjaman bank jangka pendek
2. Utang dagang
3. Surat berharga
Masalah yang terpenting dalam menentukan pilihan sumber pendanaan jangka
pendek adalah dana tersedia pada saat dibutuhkan dan pemakaian biaya
dengan
efektif.
Berdasarakan pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan jika
pendanaan merupakan suatu aktivitas yang dilakukan perusahaan atau pihak sejenis
yang bertujuan untuk mencari atau memperoleh dana untuk membantu aktivitas
perusahaan.
32
2.9
Kerangka Berfikir
Phenomenon
Preposisi
Konsep
Data Collection
Descriptive Case
Study
Interview
Single Case Study
Documentation
Analysis Data
Miles & Huberman
Validitas Eksternal
Validitas Internal
Validitas Konstruk
Reliabilitas
Verifikasi Data
Results&Findings
Gambar 2.3 Kerangka Befikir
Sumber: Penulis (2015)
Melalui kerangka berfikir yang telah ditunjukan tersebut maka dapat
diuraikan bahwa penelitian ini dimulai dengan terjadinya fenomena yang terjadi
lapangan. Fenomena yang ditemukan oleh penulis yaitu adanya penggunaan program
Quick Wins yang dilakukan oleh PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk sebagai bentuk
penanganan krisis keuangan perusahaan. Selanjutnya, penulis mengkaji fenomena
tersebut dengan berbagai macam konsep yang kemudian menimbulkan beberapa
pertanyaan. Beberapa pertanyaan terkait dengan fenomena tersebut dituliskan pada
33
rumusan masalah. Dengan adanya fenomena tersebut penulis menduga jawaban dari
beberapa rumusan masalah dengan sebutan preposisi atau dugaan awal. Preposisi ini
tidak sepenuhnya menjawab rumusan masalah yang dibuat penulis. Untuk
mengetahui fakta sebenarnya, penulis melakukan penelitian dengan metode kualitatif
dengan pendekatan single case study. Langkah selanjutnya ialah mengumpulkan data
secara wawancara dan studi dokumentasi untuk menjawab rumusan masalah. Setelah
data terkait yang dibutuhkan penulis diperoleh maka selanjutnya data harus diolah
dan dianalisis. Penulis menggunakan pendekatan analisis studi kasus yang
diperkenalkan oleh Miles dan Huberman. Setelah data diolah, langkah terakhir yang
dilakukan penulis adalah dengan memaparkan hasil temuan dan mengambil
kesimpulan.
34
2.10
Kerangka Konsep
PT Garuda Indonesia
(Persero) Tbk
Pendapatan Usaha Meningkat
Beban Usaha Meningkat
Krisis Keuangan
Quick Wins
Peningkatan Pendapatan
Usaha
Restrukturisasi Biaya
Pendanaan Jangka Pendek
?
?
?
Efisiensi
Pendapatan Usaha Meningkat
Pertumbuhan ASK
Pertumbuhan Jumlah
Penumpang Meningkat
Pertumbuhan SLF
Peningkatan Market Share
Gambar 2.8 Kerangka Konsep
Sumber: Penulis (2015)
35
Melalui kerangka konsep yang telah ditunjukan tersebut maka dapat
diuraikan bahwa penelitian ini dimulai dengan mengetahui kondisi keuangan Garuda
Indonesia pada tahun 2014. Pendapatan yang diperoleh perusahaan meningkat dari
tahun sebelumnya, begitu juga dengan beban usaha perusahaan. Peningkatan yang
bersamaan ini ternyata sangat merugikan perusahaan sehingga menimbulkan krisis
keuangan. Program Quick Wins sebagai respon tanggap perusahaan dalam
menghadapi masalah tersebut ternyata membuahkan efisiensi yang tinggi.
Pendapatan usaha, tingkat ASK, tingkat SLF, jumlah penumpang, hingga market
share cenderung meningkat. Menurut Francis et al (2005) yang paling sering
digunakan perusahaan penerbangan dalam mengukur kinerjanya adalah RPK, CASK
dan WLU (revenue per workload unit). Oleh karena itu penulis ingin mengetahui
bagaimana penggunaan program Quick Wins terhadap aspek peningkatan pendapatan
usaha, restrukturisasi biaya, hingga pendanaan jangka pendek dalam menghadapi
krisis tersebut.
2.11
Preposisi
Preposisi 1
: Krisis keuangan yang menimpa GA pada tahun 2014 terjadi karena
adanya peningkatan pendapatan usaha dan beban usaha. Besarnya beban usaha yang
dimiliki perusahaan ternyata belum mampu ditutup oleh pendapatan perusahaan.
Preposisi 2
: Berbagai macam biaya yang dikeluarkan GA ternyata melebihi dari
apa yang sudah dianggarkan sebelumnya. Biaya yang cukup tinggi membuat kinerja
keuangan perusahaan semakin melemah
Preposisi 3
: Dengan melihat kemampuan perusahaan, khususnya pada indikator
keuangan yang semakin melemah, GA membutuhkan sumber pendanaan dari pihak
eksternal.
36
Download