BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Bisnis Internasional 2.1.1 Definisi Bisnis Internasional Bisnis internasional merupakan sebuah kesatuan yang terdiri dari segala bentuk transaksi komersial yang dilakukan oleh dua negara atau lebih (John D. Daniels, 2013). Griffin juga menyatakan hal serupa tentang definisi bisnis internasional. Sebuah bisnis internasional dijelaskan sebagai suatu aktivitas yang kegiatannya meliputi transaksi bisnis diantara dua negara atau lebih. Pihak-pihak yang terlibat dalam aktivitas ini meliputi perusahaan dengan perusahaan atau perusahaan dengan pemerintah setempat. (Putra, Suharyono, dan Abdillah, 2014) Aktivitas bisnis internasional dilakukan dengan melewati batas-batas suatu negara. Biasanya pihak yang melakukan aktivitas ini adalah perusahaan pemerintah, perusahaan swasta, atau kombinasi diantara kedua pihak tersebut. Bisnis internasional dapat dibedakan menjadi 4 tipe (Ajami, Cool, Goddard, dan Khambata, 2014), yakni: 1. Foreign Trade Foreign trade merupakan kegiatan bisnis internasional yang paling sering digunakan oleh sebagian besar negara. Jenis aktivitas bisnis internasional ini cenderung identik dengan aktivitas ekspor impor. Dalam aktivitas ekspor impor, objek barang yang sering digunakan adalah visible physical goods dan komoditas. 2. Trade in Service Trade in services merupakan kegiatan bisnis internasional yang objek barangnya juga berupa tangible goods. Objek tersebut dapat berupa: asuransi, perbankan, hotel, konsultan, biro perjalanan, dan transportasi. 3. Portfolio Investments Portfolio Investments merupakan kegiatan bisnis internasional dalam bentuk investasi keuangan di negara lain. Biasanya investor memberikannya dalam bentuk hutang atau modal. 1 2 4. Direct Investments Direct Investments merupakan kegiatan bisnis internasional yang dibedakan dari tingkat pengawasan suatu proyek antara perusahaan dengan investor. Biasanya tingkat pengawasannya dapat bervariasi, mulai dari tingkat pengawasan penuh dan sebagaian. Kegiatan bisnis internasional yang dilakukan oleh perusahaan swasta biasanya bertujuan untuk mendapatkan laba atau keuntungan. Sedangkan untuk perusahaan pemerintah tidak terlalu mementingkan laba atau keuntungan. Perusahaan yang melakukan kegiatan bisnis internasional tidah diharuskan menjadi sebuah perusahaan multinasional (MNE) terlebih dahulu (Katsioloudes & Hadijakis, 2007). Meskipun bisnis internasional sering dianggap sebagai sebuah lanjutan dari bisnis domestik, bisnis internasional merupakan sesuatu yang berbeda, terutama dari segi lingkungan bisnis dan aktivitas operasional. Perbedaan lingkungan bisnis seperti perbedaan budaya, kebiasaaan sosial, hukum, peraturan pemerintah, dan stabilitas politik membuat bisnis internasional memiliki cakupan yang lebih kompleks. Oleh karena itu, bisnis internasional biasanya lebih beresiko daripada bisnis domestik. Selain itu, dari segi ativitas operasional, bisnis operasional cenderung lebih sulit dilakukan dan membutuhkan biaya yang lebih besar untuk mengelola kegiatan tersebut karena terdapat di beberapa negara lain (Shenkar, Luo, dan Chi, 2014). Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan jika bisnis internasional merupakan sebuah aktivitas komersial tertentu yang dilakukan oleh beberapa pihak terkait seperti perusahaan atau pemerintah dimana jangkauan aktivitas bisnis ini melingkupi dua negara atau lebih. 2.2 Manajemen Strategi 2.2.1 Definisi Manajemen Strategi Manajemen strategis didefinisikan sebagai satu set keputusan dan tindakan yang menghasilkan formulasi dan implementasi rencana yang dirancang untuk meraih tujuan suatu perusahaan. Manajemen strategis terdiri atas sembilan tugas penting, yakni (Pearce dan Robinson, 2008): 1. Merumuskan misi perusahaan, termasuk pernyataan yang luas mengenai maksud, filosofi, dan sasaran perusahaan 3 2. Melakukan suatu analisis yang mencerminkan kondisi dan kapabilitas internal perusahaan. 3. Menilai lingkungan eksternal perusahaan, termasuk factor persaingan dan factor kontekstual umum lainnya. 4. Menganalisis pilihan-pilihan yang dimiliki oleh perusahaan dengan cara menyesuaikan sumber dayanya dengan lingkungan eksternal. 5. Mengidentifikasikan pilihan paling menguntungkan dengan cara mengevaluasi setiap pilihan berdasarkan misi perusahaan. 6. Memilih satu set tujuan jangka panjang dan strategi utama yang akan menghasilkan pilihan paling menguntungkan tersebut 7. Mengembangkan tujuan tahunan dan strategi jangka pendek yang sesuai dengan tujuan jangka panjang dan strategi utama yang telah ditentukan, 8. Mengimplementasikan strategi yang telah dipilih melalui alokasi sumber daya yang dianggarkan, dimana penyesuaian antara tugas kerja, manusia, struktur, teknologi, dan sistem penghargaan ditekankan. 9. Mengevaluasi keberhasilan proses strategis sebagai masukan pengembalian keputusan di masa mendatang Manajemen strategi merupakan serangkaian keputusan dan tindakan manajerial (Wheelen dan Hunger, 2004) yang dihasilkan dari proses formulasi dan implementasi rencana (Pearce dan Robinson, 2005) dengan tujuan untuk mencapai keunggulan kompetitif (Solihin, 2012). Selain itu Solihin (2012) juga menambahakan jika manajemen strategi dapat pula didefinisikan sebagai: proses perencanaan, pengarahan (directing), pengorganisasian dan pengendalian berbagai keputusan dan tindakan strategis perusahaan dengan tujuan untuk mencapai keunggulan kompetitif. Selain itu Amaratunga dan Baldry (2002), manajemen strategis didefinisikan sebagai suatu sistem manajemen yang memiliki tugas untuk memperbaiki atau mengembangkan perusahaan sesuai dengan sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan tertentu. Biasanya bentuk dari sistem manajemen strategi berupa kajian kinerja yang berhubungan dengan keuangan dan non-keuangan. (Bento dan White, 2010; Frigo, 2002). Manajemen strategi juga didefinisikan sebagai sebuah proses yang digunakan oleh pihak terkait untuk dalam menggunakan sumber daya yang terbatas (Wilson, 4 2012). Selain itu Hitt et al berpendapat dalam (Rangkuti, 2011) mendefinisikan manajemen strategi sebagai proses untuk membantu organisasi atau pihak terkait dalam mengidentifikasikan apa yang ingin dicapai dan bagaimana seharusnya mencapai hasil tersebut. Beberapa keuntungan dari adanya manajemen strategis menurut David (2013) adalah untuk membanru suatu organisasi dalam merumuskan strategi dengan menggunakan pendekatan secara sistematis, logis dan rasional. Selain itu dari adanya penerapan manajemen strategi yang baik, pihak terkait akan memperoleh keuntungan baik secara finansial maupun non finansial (Bento dan White, 2010; Frigo, 2002). Wheelen dan Hunger (2004) dalam (Solihin, 2012) menjelaskan perkembangan konsep manajemen strategi melalui empat tahap, yakni: 1. Tahap 1: Perencanaan Keuangan Dasar Pada tahap ini manajer mulai membuat perencanaan yang serius terutama pada saat diminta untuk mengajukan anggaran untuk tahun berikutnya. Rencana operasional yang sangat sederhana ini hanya merupakan bentuk manajemen strategi yang semu meski untuk mempersiapkannya sangat menghabiskan waktu. 2. Tahap 2: Perencanaan Berbasis Peramalan Tahapan ini sangat menyita waktu, pasalnya penyusunan rencana ini dibuat untuk memastikan bahwa anggaran yang diajukan cocok dengan yang lainnya. Selain menggunakan informasi internal untuk pembuatan rencana jangka panjang, para manajer berupaya untuk mengumpulkan berbagai informasi dari lingkungan perusahaan 3. Tahap 3: Perencanaan Strategis Konsep perencanaan strategis didasari oleh pemikiran bagaimana perusahaan membuat perencanaan jangka panjang dengan memperkirakan perubahan-perubahan yang akan terjadi dalam lingkungan perusahaan selama beberapa tahun ke depan. Perusahaan selanjutnya akan menyesuaikan su ber daya internal yang harus dimiliki untuk memanfaatkan peluang usaha yang ada di lingkungan eksternal. 4. Tahap 4: Manajemen Strategi Dalam pelaksanaannya, kegiatan manajemen strategi melibatkan manajer- manajer dari level yang lebih rendah dan personel kunci dalam pengembangan rencana strategi. Hal ini bertujuan agar rencana strategi mendapatkan komitmen secara luas dari sumber daya perusahaan. 5 Berdasarkan beberapa pengertian diatas manajemen strategi dapat didefinisikan sebagai suatu sistem manajemen yang memiliki tugas untuk mengatur segala sumber daya yang dimiliki pihak terkait untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. 2.3 Strategi 2.3.1 Definisi Strategi Awalnya konsep strategi didefinisikan sebagai sebuah cara untuk mencapai tujuan. Konsep ini awalnya digunakan di dalam dunia militer untuk mengalahkan musuh dalam suatu peperangan. Seiring dengan berjalannya waktu, perkembangan konsep strategi ini tidak hanya berpatokan pada cara mencapai tujuan. Strategi juga diartikan sebagai penetapan berbagai tujuan itu sendiri melalui keputusan strategis. Hal tersebut diharapkan dapat menjamin terpeliharanya keunggulan kompetitif perusahaan (Solihin, 2012). Pakar strategi Hamel dan Prahalad (1995) dalam (Umar, 2008) menjelaskan strategi merupakan suatu tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan demikian strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi. Neumann dan Morgenstern (1947) dalam (Weigl, 2008) mendefinisikan strategi sebagai serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan berdasarkan situasi terkait yang sedang terjadi. Selain itu strategi juga didefinisikan oleh Cannon (1968) sebagai suatu respon langsung yang dibutuhkan perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan. Gambar 2.1 Esensi Strategi Sumber: Mike Peng (2013) 6 Pada gambar 2.1 dijelaskan jika pada point A, perusahaan diwajibkan untuk mengenali apa yang menjadi kekuatan (strength) dan kelemahannya (weakness) . Sedangkan pada point B, perusahaan diharapkan dapat membaca peluang (opportunities) dan menghadapi berbagai ancaman (threats). Kemudian dijelaskan oleh Sun Tzu dalam (Peng, 2013) setelah mengetahui kapabilitasnya, perusahaan dapat memformulasikan strategi apa yang dimaksud (intended strategy). Namun dalam prakteknya tidak semua strategi yang dirancang dapat meraih kesuksesan. Berdasarkan tingkatan tugas, strategi perusahaan dibagi menjadi 3 yaitu strategi generik yang akan dijabarkan menjadi strategi utama/induk dan selanjutnya adalah strategi fungsional. Gambar 2.2 Pembagian Strategi Berdasarkan Tingkatan Tugas Sumber: (Umar, 2008) Tabel 2.1: Jabaran Strategi Utama dari Strategi Generik versi WheelenHunger dengan konsep GE Strategi Generik Strategi Pertumbuhan (Growth Strategy) Strategi Utama a. Strategi Pertumbuhan Konsentrasi (Horisontal dan Vertikal) b. Strategi Pertumbuhan Diversifikasi (Terpusat dan Konglomerasi) Strategi Stabilitas (Stability Strategy) a. Strategi Istirahat (Pause Strategy) b. Strategi Terus dengan hati-hati (Proceed with Caution Strategy c. Strategi Tanpa Perubahan (No Change Strategy) 7 d. Strategi Laba (Profit Strategy) Strategi Penciutan (Retrechment Strategy) a. Strategi Perubahan Haluan (Turnaround Strategy) b. Strategi Memikat Perusahaan Lain (Captive Company Strategy) c. Strategi Jual/Ditutup (Sell out/Divestment Strategy) d. Strategi Pelepasan (Bankruptcy Strategy)/ e. Strategi Likuidasi (Liquidation Strategy) Tabel 2.2: Jabaran Strategi Utama dari Strategi Generik versi WheelenHunger dengan konsep GE (lanjutan) Sumber: (Umar, 2008) Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka strategi diartikan sebagai suatu respon atas suatu peristiwa yang terjadi. Setelah peristiwa tersebut ditanggapi maka akan menjadikan strategi sebagai alat yang digunakan perusahaan untuk mencapai sesuatu. Dalam merumuskan strategi yang baik hendaknya perusahaan memahami apa yang menjadi factor kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity), dan ancaman (threat). 2.3.2 Strategi Pertumbuhan Strategi generik pertumbuhan memiliki dua jenis strategi utama. Setiap jenis strategi utamanya masing-masing terdiri atas dua macam. Paparannya adalah sebagai berikut (Umar, 2008): 1. Strategi Pertumbuhan Konsentrasi Strategi ini merupakan strategi yang digunakan perusahaan berkonsentrasi dan bertumbuh-kembang pada semua atau hampir semua sumber daya yang sejenis. Strategi ini memiliki dua cara, yaitu: • Horizontal Dari sisi internal, hendaknya segmen pasar diperluas untuk mengurangi potensi persaingan, sehingga skala ekonomi menjadi lebih besar. Dari sisi eksternal, 8 perusahaan dapat melakukan akuisisi atau joint-venture dengan perusahaan lain pada industry yang sama. • Vertikal Strategi ini dapat dilakukan dengan cara mengambil alih fungsi yang sebelumnya disediakan oleh pemasok (backward integration) atau distributor (forward integration). Dengan kata lain, terdapat satu atau lebih bisnis yang selama ini disediakan oleh perusahaan lain. 2. Strategi Pertumbuhan Diversifikasi Strategi ini menuntut perusahaan untuk tumbuh dengan cara menambahkan produk atau divisi yang berbeda dengan produk atau divisi yang telah ada. Strategi ini terdiri dari beberapa cara, yaitu terpusat (konsentrasi) atau konglomerasi baik secara internal maupun eksternal. Jika dilaksanakan dengan cara internal, hal ini dapat dilakukan melalui perkembangan produk baru, tetapi jika dengan cara eksternal, dilakukan dengan cara akuisisi. Sasaran dari pertumbuhan produk antara lain untuk menjaga pangsa pasar, mengurangi persaingan, menekan biaya dan meningkatkan keuntungan. Strategi ini dibagi atas dua cara, yaitu: • Terpusat Melakukan penambahan produk atau divisi yang sudah ada pada perusahaan sebelumnya, dilakukan dengan cara yang masih lama dengan produk atau jasa yang sudah ada. • Konglomerasi Melakukan penambahan produk atau divisi yang tidak ada hubungannya dengan lini produk atau jasa yang telah dimiliki sebelumnya. 2.3.3 Strategi Stabilitas Strategi generik stabilitas adalah strategi yang paling sesuai bagi perusahaan yang berhasil pada industri dengan daya tarik industri medium. Ada empat bentuk strategi utamanya, yaitu (Umar, 2008): 1. Strategi Istirahat (Pause Strategy) 9 Strategi ini tepat dilakukan sebagai strategi sementara gar perusahaan dapat mengkonsolidasikan sumber daya yang ada setelah menghadapi pertumbuhan cepat. 10 2. Strategi Waspada (Proceed with Caution Strategy) Perusahaan tetap menjalankan usahanya dengan hati-hati karena adanya factor-faktor penting yang berubah pada lingkungan eksternal seperti peraturan dari pemerintah. 3. Strategi Tanpa Perubahan (No Change Strategy) Pada strategi ini perusahaan tidak perlu melakukan perubahanperubahan yang berarti. Di sisni perusahaan tetap melakukan usahausaha yang sedang dijalankan dan hanya melakukan sedikit penyesuaian misalnya karena terjadinya inflasi. 4. Strategi Laba (Profit Strategy) Strategi ini lebih mengutamakan keuntungan saat ini walau memiliki risiko besar dengan mengorbankan perumbuhan masa depan. Hasilnya sering kali adalah kesuksesan dalam jangka pendek sekaligus dengan stagnasi dalam jangka panjang. 2.3.4 Strategi Penciutan (Retrechment Strategy) Strategi generik penciutan memiliki tujuan untuk melakukan penghematan. Hal ini dilakukan ketika perusahaan mempunyai posisi persaingan yang lemah dibandingkan dengan daya tarik industrinya. Pada dasarnya strategi ini tidak banyak dipakai oleh perusahaan karena seolah-olah perusahaan memperlihatkan kegagalan dalam berusaha. Strategi utama dari strategi penciutan ada 5 jenis, yaitu (Umar, 2008): 1. Strategi Turnaround Strategi turnaround sangat dianjurkan untuk digunakan saat daya tarik industry sedang tinggi, meskipun perusahaan sebenarnya sedang mengalami kesulitan pada fase yang masih bisa ditolerir. Strategi ini menekankan pada upaya perbaikan efisiensi operasional, yang pelaksanaanya terdiri dari dua tahap. Pertama adalah masalah kontraksi, yaitu usaha-usaha yang tujuannya mengurangi biaya-biaya perusahaan, misalnya berupa pengurangan karyawan dan pengeluaran untuk hal-hal yang dianggap kurang perlu. Kedua, adalah 11 masalah konsolidasi, yaitu pengembangan program-program untuk menstabilkan perusahaan yang sudah mengalami perampingan tersebut. 2. Strategi Captive Company Beberapa aktivitas dari perusahaan yang kurang menarik perlu dikurangi, kemudian diusahakan agar fungsi-fungsi lain menjadi lebih menarik. Dengan demikian, diharapkan ada calon investor mau menginvestasikan modalnya di perusahaan tersebut. 3. Strategi Sell-out /Divestment Pada akhirnya jika perusahaan tidak mampu lagi melakukan strategi captive companya maka perusahaan terpaksa harus dijual dan investor segera meninggalkan bisnis seperti ini, asalkan saham-saham perusahaan yang akan dijual tidak jatuh, sehingga tidak merugikan para pemegang saham. 4. Strategi Bankruptcy Strategi ini dapat membantu perusahaan menghindar dari tanggung jawab atas utang-utang dan juga dapat menyatakan tidak berlakunya kontrak-kontrak yang telah disetujui. Sebelum kondisi pailit ini ditentukan, perusahaan dapat berusaha terlebih dahulu menghasilkan sebanyak-banyaknya uang tunai dari penjualan aset-aset. 5. Strategi Liquidation Prinsipnya, lebih baik melakukan likuidasi secepatnya daripada menunggu kebangkrutan karena bagi pemegang saham, harga saham likuidasi jauh lebih baik daripada saham perusahaan yang sudah dinyatakan bangkrut. Strategi penghematan juga dianggap sebagai sebuah kemunduran dan kegagalan daripada kemajuan. Strategi ini terpaksa diambil karena adanya kemungkinan terdapat kesalahan pada strategi sebelumnya. Kemungkinan lain adalah organisasi tidak pernah merumuskan misi, tujuan, dan sasarannya sehingga pada saat menghadapai pengaruh lingkungan yang tidak menentu, para eksekutif tidak dapat berbuat lain kecuali mengurangi berbagai kegiatannya, melakukan reorganisasi, dan rasionalisasi. Dalam rangka penghematan tersebut, banyak para top management mengarahkan perhatiannya pada peningkatan efisiensi kerja dan konsolidasi (Salusu, 2004). 12 2.4 Krisis 2.4.1 Definisi Krisis Pada umumnya krisis dilihat sebagai suatu peristiwa atau kejadian yang menganggu dan memicu perhatian. Krisis dapat mengganggu operasi rutin perusahaan, menghambat prospek masa depan, dan pada akhirnya akan menghancurkan perusahaan. Fearn-Banks (2007) dalam (Gilpin dan Murphy , 2008) mendefinisikan krisis sebagai “crisis as a major occurance with potentially negative outcome affecting an organization, company, or industry, as well as its publics, products, services, or good name”. Krisis dapat terjadi dimana saja dan kapan saja serta pada siapa saja. Krisis bisa datang tanpa menunggu kesiapan dari perusahaan dan ketika krisis yang tidak pernah diperhitungkan terjadi, seluruh aktivitas perusahaan bisa menjadi lumpuh terutama jika krisis yang terjadi adalah membawa dampak negative yang menyeluruh pada setiap aspek perusahaan. Pearson and Clair (1998) dalam (Gilpin dan Murphy , 2008) menjelaskan krisis sebagai “An organizational crisis is a low-probability, high impact situation that perceived by critical stakeholders to threaten the viability of the organization and that is subjectively experiences by these individual as personally and socially threatening”. Krisis yang terjadi dalam suatu organisasi juga ternyata membawa dampak yang cukup signifikan pada pemangku kepentingan suatu organisasi. Benoit, Lukaszweski, Seymour dan Moore (Seymour dan Moore, 2005) mengganggap jika sebuah krisis akan membawa beberapa dampak negative pada factor kesuksesan sebuah perusahaan. Faktor tersebut antara lain citra perusahaan, profit, tingkat penjualan, harga saham, dll. Ada beberapa aspek yang jika terkena dampak krisis masih dapat diperbaiki seperti produk recall. Lain halnya dengan beberapa aspek seperti reputasi perusahaan, kepercayaan stakeholders, dan moral karyawan akan lebih susah untuk diperbaiki. Namun, jka dampak dari suatu krisis dapat dikelola dengan baik terutama dalam jangka waktu perbaikan yang singkat maka perusahaan akan memperoleh implikasi positif yang signifikan. Penjelasan tersebut juga sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Bronn dan Olson (1999), jika krisis dapat dilihat sebagai “either a threat or opportunity that arises from internal or external issues that may have a major impact on an organization” dalam (Gilpin dan Murphy , 2008). 13 Mengenali jenis krisis yang terjadi merupakan salah satu langkah awal yang penting untuk menentukan respon yang tepat. Proses klasifikasi krisis ini sangat membantu untuk mengurangi resiko dari timbulnya krisis tersebut. Selain itu, perusahaan juga dapat mempersiapkan strategi yang tepat dalam penanganan krisis yang terjadi. Berdasarkan sudut pandang bisnis, krisis dibagi menjadi 9 tipe (Burnett, 2002), yakni: 1. Public perception 2. Business relations 3. Sudden market shifts 4. Product failure 5. Top management succession 6. Hostile takeovers 7. Regulation and deregulations 8. Adverse international events 9. Cash crisis Berbagai jenis krisis dapat membahayakan para stakeholder termasuk customer, kreditor, supplier, competitor, lingkungan, dan organisasi terkait. Biasanya perusahaan atau organisasi yang bergerak di bidang bisnis sering mengalami kerugian besar, merger, ataupun downsize. Dampak yang timbul dari adanya krisis dapat dilihat secara eksternal maupun internal. Secara internal perusahaan dapat kehilangan profitabilitas, customer dan jumlah market sharenya. Selain itu dampak secara signifikan yang sering terjadi dari adanya krisis adalah karyawan kehilangan premi asuransi, penurunan saham, hingga pemutusan kerja terhadap karyawan. Efek domino yang ditimbulkan dari adanya krisis tersebut dapat berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Namun Meyers dan Holusha (1986) dalam (Seeger, Sellnow, dan Ulmer, 2003) mengidentifikasi beberapa dampak positif yang timbul jika krisis dapat ditangani secara baik, yaitu: 1. Heroes are born 2. Change is accelerated 3. Latent problems are faced 4. People are charged 5. New strategies evolve 6. New warning system develop 7. A new competitive edge appears 14 Berdasarkan beberapa definisi diatas, maka dapat disimpulkan jika krisis merupakan suatu kejadian tiba-tiba, dapat terjadi dimana saja, kapan saja , dan dapat dialami siapa saja. Selain itu krisis juga identic dengan suatu yang berdampak negative. Krisis juga dapat dianggap sebagai sebuah peluang dan ancaman. Suatu krisis jika ditangani dengan baik dapat membawa perusahaan pada peluang yang lebih baik dan sebaliknya. 2.4.2 Krisis keuangan Pada umumnya krisis keuangan sering disamakan dengan krisis ekonomi. Kedua krisis tersebut sebenarnya merupakan krisis yang berbeda. Hal ini dapat dilihat dari dampak yang ditimbulkannya. Krisis keuangan sebagia besar timbul dari adanya daya tarik pasar yang melemah. Misalnya penurunan harga saham sebuah perusahaan yang dapat mempengaruhi tingkat asset. Krisis keuangan dapat mengancam kelangsungan dari keadaan ekonomi suatu negara. Pada akhirnya jika krisis keuangan tidak dapat diatasi dengan tepat maka akan menimbulkan krisis ekonomi. Krisis ini memiliki kecenderungan pada tingkat pengagguran, fluktuasi GDP (Gross Domestic Product), dan beberapa indikator ekonomi yang lebih luas. Walaupun memiliki pengertian yang berbeda, krisis ekonomi dan krisis keuangan memiliki hubungan yang saling terkait. (Kobrak dan Wilkins, 2014) Kindleberger (1978) dalam (Kobrak dan Wilkins, 2014) menjelaskan financial crisis sebagai “financial crises are associated with the peaks of business cycles. We are not interested in the business cycle as such, the rhythm of economic expansion and leads to the downturn. If there be business cycles without financial crises, they lie out of our interest. On the other hand , financial crises that prove so manageable as to have a no effect on the economis system will also be neglected. The financial crises we shall consider here are major both in size and in effect and, as a rule, international in scope” Krisis keuangan merupakan salah satu proses yang ada pada siklus bisnis. Krisis keuangan dapat disebabkan oleh keadaan pasar yang tidak menentu yang pada akhirnya membawa sebuah penurunan kinerja pada perusahaan. Pada sebuah siklus bisnis, krisis keuangan dapat menjadi sebuah peluang yang menarik. Hal ini dapat dibuktikan dengan kemampuan perusahaan dalam menangani krisis keuangan yang sedang dialami. 15 Raymond Goldsmith dalam (Kobrak dan Wilkins, 2014) menjelaskan bahwa krisis keuangan merupakan “a sharp, brief, ultracyclical deterioration of all most of a group of financial indicators – short term interest rates, asset (stock, real estate, land) prices, commercial insolvencies and failure of financial institutions” Jadi sebagian besar krisis keuangan memiliki karakteristik dengan membawa dampak yang signifikan, terjadi secara tiba-tiba, dan menyebabkan kerusakan pada sebagaian besar indikator keuangan. Berdasarkan beberapa pengertian diatas krisis keuangan dapat diartikan sebagai sebuah kejadian atau peristiwa yang secara tiba-tiba memberi dampak negatif pada beberapa indikator keuangan perusahaan. 2.5 Laporan Keuangan 2.5.1 Definisi Laporan Keuangan Laporan keuangan atau financial statements merupakan sebuah laporan yang memberikan gambaran akuntansi atas adanya aktivitas operasi dan posisi keuangan suatu perusahaan. Laporan keuangan memiliki tujuan diantara lain (Margaretha, 2014) . “Financial statements are the principal means through which a company communicates its financial information to those outside it. These se statements provide a company’s history quantified in money terms. (Kieso, Weygandt, dan Warfield, 2010)” Sedangkan menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield mendefiniskan laporan keuangan sebagai sebuh sarana komunikasi pada pihak luar dalam rangka menyampaikan informasi keadaan keuangan suatu perusahaan. Sedangkan menurut PSAK No. 01 Revisi 2009 tentang penyajian laporan keuangan, laporan keuangan adalah suatu penyajian yang terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja suatu entitas atau perusahaan. Tujuan dari adanya pembuatan laporan keuangan bagi perusahaan sendiri adalah untuk memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang dapat bermanfaat bagi beberapa kalangan besar pengguna laporan keuangan dalam rangka mengambil kepurusan ekonomi. Selain itu laporan keuangan juga merupakan sebagai 16 bentuk bukti pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang telah dipercayakan dari atasan. Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan jika laporan keuangan merupakan sebuah informasi terstruktur yang diterbitkan suatu perusahaan dalam rangka memberikan informasi tentang kondisi keuangan dan posisi perusahaan kepada pihak-pihak luar tertentu yang membutuhkan. 2.5.2 Neraca Neraca atau balance sheet merupakan laporan sistematis yang menggambarkan keadaan aktiva/assets, utang/liabilities, dan modal sendiri/owners equity perusahaan pada satu periode tertentu (Margaretha, 2014). (Rachmandran, 2009) mendefinisikan neraca sebagai: “ The Balance Sheet is a summary of the financial position of a company at a particular point of time. This position is conveyed by listing all the things of value (assets) owned by the company, on one side, and payables owed (liabilities) by the company, on the other” Dari pengertian diatas dapat dijelaskan jika neraca merupakan penjelasan bentuk dari suatu posisi perusahaan dalam bidang keuangan pada periode waktu tertentu. Posisi tersebut ditentukan dari asset dan liabilitas yang dimiliki perusahaan. Sedangkan oleh (Ahman, 2007) dalam proses penyusun neraca terbagi menjadi 2 bentuk, yakni; 1. Neraca Bentuk Skontro Neraca berbentuk skontro ini menggambarkan antara aktiva dan kewajiban serta modal terletak saling bersebelahan. Di sisi kiri terdapat aktiva dengan segala perinciannya. Sedangkan di sisi kanan terdapat kewajiban dan modal secara terperinci suatu perusahaan 17 Gambar 2.3 Contoh Neraca Bentuk Skontro Sumber: Membina Kompetensi Ekonomi, 2007 2. Neraca Bentuk Stafel Neraca bentuk stafel disebut juga dengan neraca bentuk laporan. Pada neraca bentuk ini antara aktiva, kewajiban, dan modaltidak terbagi antar sisi kiri dan sisi kanan. Mulai dari aktiva, kewajiban, dan modal dibuat secara menurun dan menyeluruh. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan jika neraca merupakan suatu bentuk laporan keuangan perusahaan yang terdiri dari aktiva dan pasiva. Aktiva merupakan segala bentuk harta yang dimiliki perusahaan, sedangkan pasiva merupakann pengorbanan yang harus dilakukan perusaahaan dari adanya kegiatan usaha. Neraca dapat dibuat dalam 2 bentuk, yakni: Skontro dan Stafel. 18 Gambar 2.4 Contoh Neraca Bentuk Stafel Sumber: Membina Kompetensi Ekonomi, 2007 2.5.3 Laporan Laba Rugi Menurut Farah Margaretha (2014) laporan laba/rugi atau income statement merupakan sebuah laporan yang berisi tentang pendapatan-pendapatan/revenues dan biaya-biaya perusahaan dalam satu periode tertentu dan telah diatur secara sistematis. Robinson (2015) mendefinisikan laporan laba/rugi atau income statement sebagai: “The income statement presents information on the financial results of a company’s business activities over a period of time. The income statement communicates how much revenue the company generated during a period and what costs it incurred in connection with generating that revenue. The basic equation underlying the income statement is: Revenue - Expense = Net 19 income. The income statement is also called the statement of operations or statement of earnings or, sometimes, in business jargon, it is called the P&L (for profit and loss). “ Pengertian dari Robinson dkk dapat disimpulkan jika laporan laba rugi merupakan sebuah informasi keuangan dari suatu perusahaan dalam periode waktu tertentu. Informasi berisi tentang seberapa banyak pendapatan yang dihasilkan dan seberapa banyak biaya – biaya pengeluaran perusahaan. Selisih dari pendapatan dan biaya pengeluaran perusahaan yang disebut dengan laba bersih. Gambar 2.5 Contoh Laporan Laba/Rugi Sumber: International Financial Statement Analysis (CFA Institute Investment Series), 2015. 20 Sedangkan menurut (Boros, 2012) laporan laba rugi dinyatakan sebagai; “ The incomes statement is a financial statement reporting the revenues, costs, expenses and the net (after-tax) income of a corporation, or business units of a corporation (Segment; Subsidiary; Division) or of a n entity (bank; investment; firm; retail business) for a period of time, such as annual statement of income.” Menurut Boros laporan laba rugi adalah sebuah pernyataan yang berupa informasi tentang pendapatan, biaya, beban, dan laba bersih dari sebuah perusahaan, unit bisnis, atau entitas dalam jangka waktu tertentu. Berdasarkan pengertian diatas laporan laba rugi memiliki pengertian sebagai sebuah bentuk informasi keuangan terstruktur yang berisi tentang pendapatan, biayabiaya, laba, dan rugi suatu perusahaan dalam suatu periode waktu tertentu. 2.5.4 Laporan Arus Kas Laporan arus kas atau statement of cash flows yang didefinisikan (Margaretha, 2014) merupakan suatu laporan sistematis yang berisi tentang dampak dari adanya aktivitas operasi, investasi, dan pembiayaan perusahaan terhadap arus kas selama satu periode tertentu. Sedangkan menurut (Robinson, 2015) laporan arus kas didefinisikan sebagai: “The cash flow statement provides information about a company’s cash receipts and cash pay- ments during an accounting period, showing how these cash flows link the ending cash balance to the beginning balance shown on the company’s balance sheet. The cash-based information provided by the cash flow statement contrasts with the accrual-based informa- tion from the income statement.” Dapat disimpulkan jika laporan arus kas menyediakan sejumlah informasi tentang penerimaan kas dan pembayaran tunai dalam suatu periode akuntasi. Laporan arus kas juga menunjukan bagaimana arus kas dapat menghubungkan saldo kas akhir untuk ditampilkan sebagai saldo awal pada neraca. 21 Gambar 2.6 Contoh Laporan Arus Kas Sumber: International Financial Statement Analysis (CFA Institute Investment Series), 2015. 22 Gambar 2.6 Contoh laporan Arus Kas (lanjutan) Sumber: International Financial Statement Analysis (CFA Institute Investment Series), 2015. Sedangkan pengertian arus kas menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam PSAK No 2 Revisi 2009 adalah arus masuk kas atau arus keluar kas atau setara kas. Disebutkan juga jika aktivitas arus kas terdiri beberapa aktivitas, yakni: a. Aktivitas Operasi Aktivitas operasi merupakan penghasil utama pendapatan entitas dan aktivitas lain namun bukan termasuk aktivitas investasi atau aktivitas pendanaan. b. Aktivitas Investasi Aktivitas investasi merupakan perolehan atau pelepasan asset jangka panjang serta investasi lain namun bukan termasuk setara dengan kas. 23 c. Aktivitas Pendanaan Aktivitas pendanaan merupakan perubahaan jumlah serta komposisi kontribusi modal dan pinjaman entitas. Dari adanya beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan jika laporan arus kas merupakan suatu laporan keuangan terstruktur yang terdiri atas 3 aktivitas utama, yakni: aktivitas operasi, aktivitas investasi, dan aktivitas pendanaan yang dibuat dalam suatu periode tertentu. 2.6 Quick Wins 2.6.1 Definisi Quick Wins Pada umumnya, Quick Wins dilihat sebagai sebuah alat yang digunakan untuk mempercepat keberhasilan. Quick Wins didefinisikan sebagai: “…A quick win defined as a new and visible contribution to the success of the business made early in their tenure. A quick win is a crucial form of reassurance to the leaders” (Safferstone, 2008). Quick Wins dianggap sebagai suatu bentuk kontribusi nyata yang dapat memberikan elemen kesuksesan dengan periode waktu yang lebih cepat. Sebagai suatu bentuk yang penting, sebuah program Quick Wins harus mampu dipahami oleh para pihak yang terlibat, terutama para pemimpin. Hal ini dikarenakan pelaksanaan program Quick Wins hanya menggunakan waktu yang terbatas dengan berbagai macam sumber daya untuk mengatasi suatu masalah. Selain dianggap sebagai sebuah kontribusi yang nyata untuk perusahaan, Quick Wins juga diartikan sebagai: “Quick Win as a step toward How to win, that is when your collective dream begins to take hold. That will position on the enterprise on a new growth trajectory to add market values and advance your competitive advantage” (Newton, 2013). Quick Wins juga merupakan salah satu langkah untuk mencapai kemenangan. Dengan menjalankan konsep Quick Wins perusahaan akan dapat menambah nilai atau value di pasaran dan memajukan keunggulan kompetitifnya. Untuk menjawab pertanyaan bagaimana mencapai sebuah kemenangan, Quick Wins dapat digunakan sebagai sebuah ide baru. Di dalam sebuah perusahaan ketika program Quick Wins dilaksanakan dengan baik dapat membawa efek yang 24 baik bagi pertumbuhan perusahaan. Dalam proses pertumbuhan tersebut perusahaan cenderung akan mendapatkan suatu value yang lebih. Hal ini dapat menjadi sebuah keuntungan kompetitif tersendiri bagi perusahaan tersebut. Pendapat Quick Wins sebagai bagian dari bentuk strategi diperkuat jika Quick Wins dapat membawa perusahaan menuju pada target yang sudah ditentukan. Apabila strategi yang telah diformulasikan ternyata cocok dan tepat dengan tujuan perusahaan maka tidak perlu menunggu lebih lama lagi untuk mencapai kemenangan. Dibalik kesan yang terlihat terburu-buru dari adanya prinsip percepatan dalam memperoleh keberhasilan, ternyata Quick Wins menyimpan suatu value yang unik. Tingkat kesuksesan Quick Wins tidak diukur dari seberapa besar dan cepatnya dampak yang dihasilkan, melainkan bagaimana proses Quick Wins tersebut dapat dipahami oleh semua pihak terkait. Hal ini diperjelas dengan pernyataan : “leverage your learning and make a plan to activate quick wins. The beauty of this process is that there is always instant value to your discoveries and development efforts. You have gained new understanding of your stakeholders, have freash ideas, and can show value for your efforts right away” (Newton, 2013). Quick Wins sangat memungkinkan untuk memanfaatkan wawasan baru dan berbagai macam ide untuk membuat dampak positif yang langsung terlihat pada sebuah aktivitas bisnis. Terkadang, Quick Wins adalah tentang sebuah aktivitas, langkah, cara, atau sejenisnya yang ternyata sudah dilakukan terlebih dahulu dan hanya perlu dilakukan lebih baik lagi dari segala sisi. Di lain sisi juga terkadang perusahaan di dalam program Quick Wins nya mengganti aspek-aspek yang tidak membawa nilai yang signifikan sehingga perlu diganti dengan aspek-aspek yang membawa nilai lebih baik (Frasher, 2012) Dikutip dari Harvard business Review (Buren dan Safferstone, 2008), pada proses pelaksanaan Quick Wins, biasanya perusahaan mengalami 5 hambatan yang dapat mempengaruhi kinerja program Quick Wins. Hambatan tersebut adalah: 1. Focusing too heavily on details 2. Reacting negatively to criticsm 3. Intimidating others 4. Jumping to conclusioins 5. Micromanaging Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan jika Quick Wins merupaka suatu alat yang dapat digunakan perusahaan sebagai sebuah strategi jangka 25 pendek. Hal ini dikarenakan karakteristik Quick Wins sendiri yang dapat diimplementasikan dengan cepat, memberikan elemen kesuksesan dalam periode waktu yang singkat, dan kemampuannya dalam mengakomodir segala macam sumber daya. 2.6.2 Collective Quick Wins Mengacu pada jurnal tersebut, selain istilah Quick Wins dijelaskan juga istilah Collective Quick Wins. Istilah Collective Quick Wins lebih ditekankan pada kinerja yang dilakukan oleh sebuah tim. Biasanya hasil dari Collective Quick Wins mempengaruhi aspek penurunan biaya, peningkatan pendapatan, dan beberapa hasil dari tangible business lainnya. Untuk mencapai keefektivitasan Collective Quick Wins maka dapat dilakukan beberapa hal, diantaranya: 1. Make people believers not bystanders. 2. Show humility 3. Learn about team Berdasarkan penjabaran diatas, dapat disimpulkan jika Collective Quick Wins merupakan suatu program Quick Wins yang dilakukan bersama tim. 2.7 Pendapatan 2.7.1 Definisi Pendapatan Pendapatan dinyatakan sebagai the gross increases in equity resulting from business activites entered into for the purpose of earning income. Jadi biasanya pendapatan diperoleh dari adanya aktivitas bisnis. Pada umumnya, kegiatan seperti menjual produk, melayani konsumen, menyewakan property, dan meminjamkan uang dapat menghasilkan pendapatan (Weygandt, Kimmel, dan Kieso, 2013) Bastian juga mendefinisikan serupa tentang pendapatan yakni pendapatan (income) meliputi pendapatan (revenue) dan keuntungan (gain). Pendapatan timbul dalam pelaksanaan aktivitas entitas yang biasa sementara keuntungan mungkin timbul dan tidak timbul dalam pelaksanaan aktivitas entitas yang biasa. Keuntungan mencerminkan kenaikan manfaat ekonomi dan pada hakikatnya tidak berbeda dengan pendapatan. Definisi pendapatan juga mencakup keuntungan yang belum direalisasi, yang timbul dari revaluasi sekuritas yang dapat dipasarkan (marketable) dan dari kenaikan jumlah aktiva jangka panjang. (Bastian, 2006) 26 Menurut pengertian akuntansi keuangan, pendapatan adalah peningkatan jumlah aktiva atau penurunan kewajiban suatu organisasi sebagai akibat dari penjualan barang dan jasa kepada pihak lain dalam periode akuntansi tertentu. Meskipun demikian, ada perbedaan antara pengertian pendapatan untuk perusahaan jasa, perusahaan dagang, dan perusahaan manufaktur. Pada perusahaan jasa, pendapatan diperoleh dari penyerahan jasa, pendapatan pada perusahaan dagang diperoleh dari penjualan barang dagangan, sedangkan pendapatan perusahaan manufaktur berasal dari penjualan produk selesai (H, Nurlela, Sugiarto, dan Y.E.F, 2006) Kemudian pendapatan juga diartikan sebagai arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul akibat aktivitas normal perusahaan selama satu periode. Arus masuk ini tidak berasal dari kontribusi penanaman ekuitas tetapi dapat mengakibatkan kenaikan ekuitas. Arus masuk bruto adalah jumlah pendapatan yang diterima dan dapat diterima oleh perusahaan untuk dirinya sendiri. Dari penjualan tersebut dapat disimpulkan bahwa pendapatan timbul karena terjadinya transaksi dan peristiwa ekonomi berikut (Kuswadi, Meningkatkan Laba Melalui Pendekatan Akuntansi Keuangan dan Akuntansi Biaya, 2005): • Penjualan barang meliputi barang yang diproduksi perusahaan atau barang yang dibeli untuk dijual kembali, misalnya barang dagangan yang dibeli pengecer atau tanah dan property lain yang dibeli untuk dijual kembali • Penjualan jasa ialah pelaksanaan tugas yang secara kontraktual telah disepakati untuk dilaksanakan selama suatu periode tertentu. • Penggunaan aktiva perusahaan oleh pihak lain menimbulkan pendapatan dalam bentuk bunga, royalty, dan dividen Berdasarakan pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan jika pendapatan merupakan peningkatan jumlah aktiva atau arus masuk bruto yang timbul dari adanya jenis aktivitas bisnis tertentu dalam suatu periode tertentu. 2.8 Biaya 2.8.1 Definisi Biaya Perusahaan perlu mengeluarkan harta/aktivanya untuk membiayai berbagai pengeluaran yang disebut dengan biaya. Biaya adalah semua pengorbanan ekonomi yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan (Halim, 2007) 27 Pendapat serupa tentang biaya juga diutarakan oleh Gilarso sebagai bentuk semua pengorbanan yang perlu untuk suatu proses produksi, dinyatakan dalam uang menurut harga pasar yang berlaku. Dalam arti ekonomi, balas-karya yang seharusnya dibayarkan kepada para pemilik factor produksi merupakan biaya. Tinggi rendahnya biaya produksi tergantung dari harga indput factor produksi, berapa persen dari kapasitas produksi yang dipergunakan, perbangingan antara factor-faktor produksi serta kombinasinya, dan besar kecilnya luas usaha (Gilarso, 2003). Selain itu, definisi biaya sebagai pengorbanan didefinisikan juga oleh Kuswadi (Kuswadi, Meningkatkan Laba Melalui Pendekatan Akuntansi Keuangan dan Akuntansi Biaya, 2005). Biaya merupakan pengorbanan atau nilai sumber ekonomis yang dikeluarkan karena memproduksi atau melakukan sesuatu yang membutuhkan biaya. Biaya mengandung 2 unsur, yakni: kuantitas sumber daya yang digunakan dan harga tiap unit sumber tersebut. Tidak ada biaya atau cost kecuali apabila ada sesuatu yang harus dibiayai. Dalam perusahaan, hal ini disebut unit biaya. Unit biaya antara lain dapat berupa: • Unit of production : jobs, contracts, gallon of liquids, dan lain lain • Unit of services : killowatt hours, cinema seats, passengers, miles, dan lain lain Dalam buku lain, Kuswadi mengartikan biaya sebagai semua pengeluaran untuk mendapatkan barang atau jasa dari pihak ketiga. Barang atau jasa yang dimaksud dapat dalam rangka untuk dijual kembalai atau dalam rangka untuk menjual barang atau jasa yang diperdagangkan, baik yang berkaitan dengan maupun di luar usaha pokok perusahaan. Dalam perhitungan laba rugi, besarnya biaya akan mengurangi laba atau menambah rugi perusahaan. Biaya sebenarnya dikeluarkan untuk menghasilkan manfaat masa depan. Contoh objek biaya adalah produk, pelanggan, departemen, proyek, dan lainnya. Biaya dapat digolongkan dalam berbagai kelompok yaitu biaya langsung dan tidak langsung, biaya tunai dan tidak tunai, biaya tetap, biaya variable, dan semi variable (Kuswadi, Memahami Rasio Keuangan Orang Awam, 2006). Selanjutnya, Priyatno mendefinisikan biaya atau expense sebagai pengeluaran atau biaya yang dikeluarkan dalam operasi perusahaan (Priyatno, 2008). Contoh biaya adalah: • Biaya gaji karyawan 28 • Biaya listrik • Biaya telepon • Biaya sewa gedung • Biaya depresiasi aktiva • Biaya transportasi • Biaya pemasaran • Biaya perawatan aktiva Istilah terakhir tentang biaya didefinisikan sebagai the amount of expenditure, actual (incurred) or national (attributable), relating to a specific thing or activity. The specific thing or activity may be a product, job, service, process, or any other activity. Cost is the amount of resources given up in exchange for some goods or services. The resources given up are generally in terms of money, or if not terms of money, they are always expressed in monetary terms. Jadi, biaya adalah sejumlah pengeluaran yang ditanggung oleh perusahaan dari adanya suatu hal. Hal tersebut dapar berupa produk, layanan, proses, atau aktivitas terkait lainnya. Biasanya biaya identic dengan satuan uang, meskipun tidak berhubungan dengan uang namun biaya akan selalu identic dengan aspek monetary. Ada beberapa klasifikasi biaya diantaranya adalah (Lal dan Srivastava, 2009): 1. Cost behavior a. Biaya Tetap Biaya tetap adalah biaya yang tetap tidak berubah meskipun terjadi perubahan volume produksi atau penjualan. Yang termasuk biaya tetap diantaranya penyusutan, gaji pimpinan, gaji karyawan, dan perbekalan kantor (Wibowo, 2007) b. Biaya Variabel Biaya variable adalah biaya yang berubah mengikuti perubahan volume produksi atau penjualan. Biaya bahan langsung, seperti pembungkusan, pengangkutan, dan asuransi termasuk biaya variable (Wibowo, 2007). 2. Degree of Traceability to the product a. Biaya langsung Kuswandi mendefinisikan biaya langsung sebagai biaya yang dapat dibebankan secara langsung kepada objek biaya atau produk. Contoh 29 biaya langsung adalah bahan langsung (bahan baku), upah pekerja yang langsung terlibat dalam proses produksi barang di pabrik, iklan, ongkos angkut, dan sebagainya (Kuswadi, Memahami Rasio Keuangan Orang Awam, 2006). b. Biaya tidak langsung Di lain sisi biaya tidak langsung adalah biaya yang sulit atau tidak dapat dihubungkan dan dibebankan secara langsung dengan unit produksi, dan secara akurat ditelusuri ke objek biaya. Contoh biaya tidak langsung adalah gaji pimpinan, gaji mandor, iklan untuk lebih dari satu macam produk, dan sebagainya. Biaya tidak langsung sering disebut biaya overhead yang terbagi lagi menjadi biaya overhead pabrik, biaya penjualan, serta biaya umum dan administrasi (Kuswadi, Memahami Rasio Keuangan Orang Awam, 2006). Berdasarakan pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan jika biaya merupakan sejumlah pengorbanan yang dinyatakan dalam satuan keuangan dengan tujuan memperoleh sesuatu. Sesuatu tersebut dapat berupa barang, produk, jasa, atau pendapatan. 2.9 Pendanaan 2.9.1 Definisi Pendanaan Pada dasarnya terdapat beberapa pilihan yang dapat ditempuh perusahaan ketika memerlukan dana dalam jumlah besar, seperti dengan meminjam dana dari bank maupun mendapatkan dana pinjaman dari lembaga keuangan selain bak seperti modal ventura, leasing, maupun melalui mekanisme penermpatan modal secara langsung (Fakhruddin, 2008) Pendanaan mengacu bagaimana suatu pihak mendanai atau membayar suatu bisnis (Abrams dan LaPlente, 2010). Ada 2 jenis pilihan pendanaan, yakni: 1. Pendanaan dengan pinjaman merupakan suatu aktivitas dimana pihak terkait meminjam uang atau menggunakan kredit dan hampir selalu harus mengembalikannya sekalipun perusahaan bangkrut. Ada beberapa jenis pendanaan dengan pinjaman 2. Pendanaan dengan saham merupakan suatu aktivitas dimana pihak terkait menyerahkan sebagian kepemilikan perusahaan untuk mendapatkan dana segar 30 Pendanaan adalah cara bagaimana perusahaan memperoleh dana dan menginvestasikan dana tersebut ke proyek-proyek bisnis. Perusahaan memperoleh dana untuk membangun pabrik baru, membeli mesin baru, membeli lebih banyak persediann, bahkan membeli bisnis yang sudah ada milik perusahaan lain. Jika pendanaan melalui utang berarti perusahaan meminjam dana tersebut. Jika pendanaan melalui ekuitas berarti perusahaan menerima investasi dari para pemilik (dengan menerbitkan saham atau menahan saldo laba). Keputusan pendanaan melalui utang mempengaruhi beban bunga perusahaan. Keputusan pendanaan melalui ekuitas menentukan jumlah pemilik sehingga menentukan juga pembagian laba di kalangan para pemilik, tersebut. Keputusan untuk menerbitkan sekuritas mempengaruhi jumlah dana yang dapat digunakan oleh bisnis dan akibatnya tingkat sampai sejauh mana bisnis tersebut dapat berkembang (Madura, 2007) Sumber pendanaan dapat diperoleh dari modal internal dan modal eksternal. Modal internal berasal dari laba ditahan, sedangkan modal eksternal bersumber dari modal sendiri atau melalui utang (Sawir, 2004). Brigham et al. (1999) menyatakan bahwa penggunaan utang yang berbeban bunga mempunyai keuntungan dan kelemahan bagi perusahaan. Keuntungan penggunaan utang adalah a. Biaya bunga mengurangi penghasilan kena pajak sehingga biaya utang efektif menjadi lebih rendah b. Kreditor hanya mendapat biaya bunga yang relative bersifat tetap sehingga kelebihan keuntungan merupakan klaim bagi pemilik perusahaan c. Pemegang utang tidak memiliki hak suara sehingga pemilik dapat mengendalikan perusahaan dengan dana yang lebih kecil. Sedangkan kelemahan penggunaan utang adalah: a. Utang yang semakin tinggi meningkatkan resiki technical insolvency (Gitman, 1994) b. Jika bisnis perusahaan tidak dalam kondisi yang bagus, pendapatan operasi menjadi rendah dan tidak cukup untuk menutup biaya bunga sehingga kekayaan pemilk berkurang, Pada kondisi ekstrem, kerugian tersebut dapat membahayakan perusahaan karena terancam bangkrut. Sumber pendanaan jangka pendek bisa juga dikelompokkan dalam pinjaman dengan jaminan dan tanpa jaminan (Sugiono, 2009). Pinjaman tanpa jaminan merupakan pinjaman yang didasarkan pada kepercayaan kreditor dalam 31 mengeluarkan pinjamannya serta kepercayaannya mengenai kemampuan untuk mengembalikan pinjaman. Umumnya pinjaman tanpa jaminan memiliki bunga yang lebih tinggi. Yang dapat termasuk dalam kategori ini adalah utang dagang, commercial paper, dan kredit bank tanpa jaminan. Sedangkan pinjaman dengan jaminan merupakan sumber pendanaan yang dijamin dengan kebendaan atau tagihan untuk menutup kerugian apabila peminjam tidak dapat melunasi utangnya. Contohnya: kredit bank, anjak piutang (factory funding), dan jaminan piutang (pledge receivable). Berikut beberapa contoh pendanaan jangka pendek adalah sebagai berikut: 1. Pinjaman bank jangka pendek 2. Utang dagang 3. Surat berharga Masalah yang terpenting dalam menentukan pilihan sumber pendanaan jangka pendek adalah dana tersedia pada saat dibutuhkan dan pemakaian biaya dengan efektif. Berdasarakan pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan jika pendanaan merupakan suatu aktivitas yang dilakukan perusahaan atau pihak sejenis yang bertujuan untuk mencari atau memperoleh dana untuk membantu aktivitas perusahaan. 32 2.9 Kerangka Berfikir Phenomenon Preposisi Konsep Data Collection Descriptive Case Study Interview Single Case Study Documentation Analysis Data Miles & Huberman Validitas Eksternal Validitas Internal Validitas Konstruk Reliabilitas Verifikasi Data Results&Findings Gambar 2.3 Kerangka Befikir Sumber: Penulis (2015) Melalui kerangka berfikir yang telah ditunjukan tersebut maka dapat diuraikan bahwa penelitian ini dimulai dengan terjadinya fenomena yang terjadi lapangan. Fenomena yang ditemukan oleh penulis yaitu adanya penggunaan program Quick Wins yang dilakukan oleh PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk sebagai bentuk penanganan krisis keuangan perusahaan. Selanjutnya, penulis mengkaji fenomena tersebut dengan berbagai macam konsep yang kemudian menimbulkan beberapa pertanyaan. Beberapa pertanyaan terkait dengan fenomena tersebut dituliskan pada 33 rumusan masalah. Dengan adanya fenomena tersebut penulis menduga jawaban dari beberapa rumusan masalah dengan sebutan preposisi atau dugaan awal. Preposisi ini tidak sepenuhnya menjawab rumusan masalah yang dibuat penulis. Untuk mengetahui fakta sebenarnya, penulis melakukan penelitian dengan metode kualitatif dengan pendekatan single case study. Langkah selanjutnya ialah mengumpulkan data secara wawancara dan studi dokumentasi untuk menjawab rumusan masalah. Setelah data terkait yang dibutuhkan penulis diperoleh maka selanjutnya data harus diolah dan dianalisis. Penulis menggunakan pendekatan analisis studi kasus yang diperkenalkan oleh Miles dan Huberman. Setelah data diolah, langkah terakhir yang dilakukan penulis adalah dengan memaparkan hasil temuan dan mengambil kesimpulan. 34 2.10 Kerangka Konsep PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Pendapatan Usaha Meningkat Beban Usaha Meningkat Krisis Keuangan Quick Wins Peningkatan Pendapatan Usaha Restrukturisasi Biaya Pendanaan Jangka Pendek ? ? ? Efisiensi Pendapatan Usaha Meningkat Pertumbuhan ASK Pertumbuhan Jumlah Penumpang Meningkat Pertumbuhan SLF Peningkatan Market Share Gambar 2.8 Kerangka Konsep Sumber: Penulis (2015) 35 Melalui kerangka konsep yang telah ditunjukan tersebut maka dapat diuraikan bahwa penelitian ini dimulai dengan mengetahui kondisi keuangan Garuda Indonesia pada tahun 2014. Pendapatan yang diperoleh perusahaan meningkat dari tahun sebelumnya, begitu juga dengan beban usaha perusahaan. Peningkatan yang bersamaan ini ternyata sangat merugikan perusahaan sehingga menimbulkan krisis keuangan. Program Quick Wins sebagai respon tanggap perusahaan dalam menghadapi masalah tersebut ternyata membuahkan efisiensi yang tinggi. Pendapatan usaha, tingkat ASK, tingkat SLF, jumlah penumpang, hingga market share cenderung meningkat. Menurut Francis et al (2005) yang paling sering digunakan perusahaan penerbangan dalam mengukur kinerjanya adalah RPK, CASK dan WLU (revenue per workload unit). Oleh karena itu penulis ingin mengetahui bagaimana penggunaan program Quick Wins terhadap aspek peningkatan pendapatan usaha, restrukturisasi biaya, hingga pendanaan jangka pendek dalam menghadapi krisis tersebut. 2.11 Preposisi Preposisi 1 : Krisis keuangan yang menimpa GA pada tahun 2014 terjadi karena adanya peningkatan pendapatan usaha dan beban usaha. Besarnya beban usaha yang dimiliki perusahaan ternyata belum mampu ditutup oleh pendapatan perusahaan. Preposisi 2 : Berbagai macam biaya yang dikeluarkan GA ternyata melebihi dari apa yang sudah dianggarkan sebelumnya. Biaya yang cukup tinggi membuat kinerja keuangan perusahaan semakin melemah Preposisi 3 : Dengan melihat kemampuan perusahaan, khususnya pada indikator keuangan yang semakin melemah, GA membutuhkan sumber pendanaan dari pihak eksternal. 36