BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kebudayaan 2.1.1 Pengertian

advertisement
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Kebudayaan
2.1.1 Pengertian Kebudayaan
Dilihat dari sudut pandang bahasa Indonesia, kebudayaan berasal dari
kata bahasa sansekerta yaitu buddayah yang berarti bentuk jamak dari buddhi
yang berarti budi atau pekerti. Tetapi ada pula yang mengatakan bahwa
kebudayaan berasala dari kata budi yang artinya akal dari unsur rokhani
kebudayaan dan daya yang artinya pikiran dari unsur jasmani, sehingga
kebudayaan diartikan sebagai hasil ikhtisar manusia.
Adapun pengertian kebudayaan menurut bahasa Belanda diterjemahkan
dengan cultuur, sedangkan dalam bahasa Inggris yakni culture. Dari kedua
bahasa tersebut berasal dari bahasa latin yakni colore yang artinya mengolah,
mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan.
Pada masyarakat Indonesia, kebudayaan diartikan bermacam-macam.
Dimana oleh masyarakat umum, kebudayaan diartkan sebagai kesenian atau
berbagai hal yang berkaitan dengan kesenian. Sedangkan dikalangan
akademisi, kebudayaan diartikan sesuai dengan defenisi kebudayaan yang
dipergunakan.
Melihat hal tersebut diatas, bahwa pengertian kebudayaan yang tepat
amat sulit. Hal ini disebabkan oleh banyaknya orang yang membuat defenisi
tentang kebudayaan, sementara versi yang dgunakannyapun berbeda-beda.
Sarjanah antropologi A.L Kroeber dan C. Kluckhon (Dalam Sumarsono dan
Siti Dloyana Kusuma. 2007 : 6 ) pernah mengidentifikasi defenisi
kebudayaan, dan mereka mendapatkan sekitar 160 defenisi kebudayaan yang
pernah dibuat dan kemudian di analisis dan dicari intinya serta selanjutnya
diklasifikasikan dalam berbagai golongan yang kemudian hasil analisis tersbut
di terbitkan kedalam sebuah buku yang berjudul “ Culture, A critical Review
of Concept and Definitions:1952”.
E.B. Taylor (Dalam Sumarsono dan Siti Dloyana Kusuma. 2007 : 4 )
bahwa kebudayaan diartikan sebagai keseluruhan kompleksitas yang
didalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,
hukum, adat istiadat dan kemampuan yang lai, serta kebiasaan yang didapat
oleh manusia sebagai anggota
R. Linton dalam bukunya (Dalam Sumarsono dan Siti Dloyana Kusuma.
2007 : 4 ) dikatakan bahwa kebudayaan adalah konfigurasi dari tingkah laku
yang dipelajari, yang unsur-unsur pembentuknya didukung dan diteruskan
oleh anggota masyarakat.
C. Ckluckhon dan W.H. Kelly (Dalam Sumarsono dan Siti Dloyana
Kusuma. 2007 : 4 ) mengatakan bahwa kebudayaan merupakan pola untuk
untuk hidup yang tercipta dalam sejarah, eksplisit, implisit, rasional, irrasional
yang terdapat disetiap waktu sebagai pedoman-pedoman yang potensial bagi
tingkah laku manusia.
Kroeber dan Kluckhon (Dalam Sumarsono dan Siti Dloyana Kusuma.
2007 : 6 ), mendefiisikan kebudayaan merupakan pola, baik eksplisit maupun
implisit tentang dan untuk perilaku yang dipelajari dan diwariskan melalui
simbol-simbol
yang
merupakan
prestasi
khas
manusia,
termasuk
perwujudannya dalam benda-benda budaya.
Menurut Sultan Takdir Alisyahbana, (Dalam Sumarsono dan Siti
Dloyana Kusuma. 2007 : 4 ), bahwa kebudayaan adalah manifestasi bangsa
sebuah bangsa. Sedangkan menurut Dr. Moh. Hatta
mendefinisikan
kebudayaan adalah ciptaan hidup dari suatu bangsa.
Adapun pengertian kebudayaan menurut Mangunsarkoro (Dalam
Sumarsono dan Siti Dloyana Kusuma. 2007 : 4 ), adalah segala yang bersifat
hasil kerja jiwa manusia dalam arti yang seluas-luasnya.
Parsudi Suplan (Dalam Sumarsono dan Siti Dloyana Kusuma. 2007 : 6
mengatakan bahwa kebudayan adalah :
”Keseluruhan pengetahuan yang dipunyai oleh manusia sebagai
makhluk sosial yang isinya adalah perangkat-perangkat, model-model
pengetahuan yang secara selektif dapat dipergunakan untuk memahami
dan mengiterpretasikan lingkungan yang dihadapinya, serta untuk
mendorog dan menciptakan tindakan-tindakan yang diperlukan”.
Kebudayaan menurut Geetz (Dalam Sumarsono dan Siti Dloyana
Kusuma. 2007 : 6 ), diartikan sebagai jaringan makna yang diciptakan oleh
manusia, analisis dari makna ini bukanlah merupakan ilmu yang
eksperimental, melainkan sebuah ilmu interpretatif untuk mencari makna.
Haji Agus Salim (Dalam Sumarsono dan Siti Dloyana Kusuma. 2007 :
4 ), mendefinisikan kebuayaan sebagai persatuan istilah budi dan daya
menjadi makna sejiwa dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Sedangkan menurut
Ki Hajar Dewantara pengertian kebudayaan adalah hasil dari cipta, rasa, dan
karya manusia.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai
kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan
meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia,
sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh
manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda
yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup,
organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk
membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
2.1.2 Unsur-Unsur Kebudayaan Universal
Kebudayan manusia di muka bumi ini mengandung 7 (tujuh) unsur
kebudayaan universal. Yang dimaksud unsur dalam hal ini adalah bahwa
kebudayaan mangandung makna totalitas dari setiap unsur yang dimiliknya.
Karena itu dikenal apa yang disebut dengan kebudayaan universal atau culture
universal seperti yang dkemukakan oleh C. Kluckhon (Dalam Sumarsono dan
Siti Dloyana Kusuma. 2007 : 8 ), yang selanjutnya dikutip oleh Prof. Dr.
Koentjaraningrat dan dikenalkan dengan konsep 7 (tujuh) unsur kebuayaan
universal, yang terdiri atas :
a. Bahasa
Bahasa merupakan unsur budaya yang penting dalam kebudayaan
manusia,
karena
melalui
bahasa
itulah
stiap
individu
dapat
mengekspresikan berbagai keingian getaran jiwanya kepada orang lain,
sehingga orang lain mengetahui apa yang dikehendaki oleh lwan bicaranya.
b. Sistem pengetahuan
Pengetahuan didapat manusia melalui hasil adaptasinya dengan
lingkungan dimana mereka berada. Dalah hal ini, pengetahuan digunakan
manusia sebagai pedoman hidup dan perilakunya. Banyak sekali
pengetahuan yang dimiliki oleh manusia, namun dari keseluruhan
pengetahuan yang dimilikinya itu dapat dikelompokkan menjadi 6 (enam),
yakni :
1) Pengetahuan tentang lingkungan alam;
2) Pengetahuan tentang flora dan fauna;
3) Pengetahuan tentang zat-zat bahan mentah;
4) Pengetahuan tentang tubuh manusia;
5) Pengetahuan tentang kelakuan sesama manusia; dan
6) Pengetahuan tentang ruang, waktu, dan bilangan.
c. Sistem teknologi
Manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tidak selamanya
mengandalkan alat-alat tubuhnya. Banyak kebutuhan yang harus dipenuhi
memerlukan alat bantu (peralatan dan perlengkapan hidup) untuk
mendapatkan dan memenuhinya. Alat bantu itulah yang dikenal dengan
teknologi.
d. Sistem organisasi sosial
Kehidupan masyarakat diatur oleh adat-istiadat atau aturan-aturan
mengenai berbagai macam kesatuan dimana ia hidup dan bergaul dari hari
kehari. Kesatuan yang paling dekat dan paling terkecil adalah
kekerabatannya yaitu keluarga inti, dan kaum kerabat yang lain yang.
Kemudian kesatuan-kesatuan diluar kerabat, tetapi masih didalam
lingungan komunitas. Secara kontinun lingkungan sosial masyarakt
meningkat lebih luas seperti kerabat, lingkungan desa, masyarakat kota,
masyarakat negara, dan seterusnya.
e. Sistem mata pencaharian hidup
Guna memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia mengembangkan
sistem mata pencaharian atau sistem ekonomi. Dari mulai bentuknya yang
sederhana ke bentuk yang lebih kompleks. Perkembangan mata
pencaharian hidup manusia tersebut antara lain adalah : 1). Berburu dan
meramu.2) berternak 3) bercocok tanaman ladang 4) menangkap ikan 5)
bercocok tanam menetap dengan irigasi 6) industri; dan 7) jasa
f. Sistem religi
Siste religi adalah suatu aktifitas manusia yang didasari oleh suatu getaran
jiwa yang bisa disebut dengan emosi keagamaan (religious emotion).
Emosi ini biasa dialami oleh hampir semua manusia, walaupun kadangkala
hadir hanya dalam beberapa saat saat saja untuk kemudian menghilang
kembali. Emosi keagamaan menyebabkan suatu benda, keadaan, atau
gagasan mendapat nilai keramat (sacred value), dan kemudian dianggap
keramat. Para pendukung sistem religi biasanya berusaha memelihara
emosi keagamaanya bersama tiga unsur yang lain, yang juga termasuk
kedalam sistem religi tersebut, yaitu sistem keyakinan, sistem upacara
keagamaan, dan umat yang menganut sistem religi tersebut.
g. Kesenian
Kesenian
adalah ungkapan
atau
ekspresi
manusia terhadap
keindahan. Dipandang dari cara mengungkap rasa keindahan itu, kesenian
dapat dibagi kedalam 2 (dua) kelompok besar, yaitu:
1) Seni rupa, yaitu kesenian yang dinikmati oleh manusia melalui matanya;
dan
2) Seni suara, yaitu kesenian yang dinikmati manusia melalui telinga.
Perkembangan berkesenian masyarakat saat ini telah berkembang
dengan pesat. Kontak budaya dengan bangsa lain mempercepat corak dan
bentuk kesenian yang dimilikinya.
2.2 Perubahan Budaya
Perubahan budaya terjadi di dalam masyarakat tradisional, yakni
perubahan dari masyarakat tertutup menjadi masyarakat yang lebih terbuka, dari
nilai-nilai yang bersifat homogeny menjadi pluralism nilai dan norma social
merupakan salah satu dampak dari adanya globalisasi. Ilmu pengetahuan dan
teknologi telah berubah dunia secara mendasar. Komunikasi dan sarana
transportasi telah menghilang batas-batas budaya setiap bangsa. Kebudayaan
setiap bangsa cenderung mengarah kepada globalisasi dan menjadi peradaban
dunia sehingga melibatkan manusia secara menyeluruh. Misalnya saja khusus
dalam bidang hiburan massa atau hiburan yang bersifat masal, maka globalisasi
itu sudah sedemikian tersa.
Perubahan dirasakan oleh hampir semua manusia dalam masyarakat.
Perubahan dalam masyarakat tersebut wajar, mengingat manusia memiliki
kebutuhan yang tidak terbatas. Kita akan dapat melihat perubahan itu setelah
membandingkan keadaan pada beberapa waktu lalu dengan keadaan sekarang.
Perubahan itu dapat terjadi di berbagai aspek kehidupan, seperti peralatan dan
perlengkapan hidup, mata pencaharian, sistem kemasyarakatan, bahasa, kesenian,
sistem pengetahuan, serta religi/keyakinan.
Kingsley Davis (Dalam Soerjono Soekanto,1990 : 308). Perubahan sosial
merupakan bagian dari perubahan budaya. Perubahan dalam kebudayaan
mencakup semua bagiannya, yaitu: kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi,
filsafat dan lainnya. Akan tetapi perubahan tersebut tidak mempengaruhi
organisasi sosial masyarakatnya. Ruang lingkup perubahan kebudayaan lebih
luas dibandingkan perubahan sosial. Namun demikian dalam prakteknya di
lapangan kedua jenis perubahan perubahan tersebut sangat sulit untuk
dipisahkan.
Perubahan kebudayaan bertitik tolak dan timbul dari organisasi sosial.
Pendapat tersebut dikembalikan pada pengertian masyarakat dan kebudayaan.
Menurut Kingsley Devis (Dalam Soerjono Soekanto,1990 : 309). Masyarakat
adalah sistem hubungan dalam arti hubungan antar organisasi dan bukan
hubungan antar sel-sel. Kebudayaan mencakup segenap cara berfikir dan
bertingkah laku, yang timbul karena interaksi yang bersifat komunikatif seperti
menyampaikan buah pikiran secara simbolik dan bukan warisan karena
keturunan.
Apabila diambil definisi kebudayaan menurut Taylor (dalam Soekanto
1990 : 309), kebudayaan merupakan kompleks yang mencakup pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum adat istiadat dan setiap kemampuan serta
kebiasaan manusia sebagai warga masyarakat, maka perubahan kebudayaan
dalah segala perubahan yang mencakup unsur-unsur tersebut.
Kebudayaan lokal Indonesia yang sangat beranekaragam menjadi suatu
kebanggaan sekaligus tantangan untuk mempertahankan serta mewarisi kepada
generasi selanjutnya. Budaya lokal Indonesia sangat membanggakan karena
memiliki keanekaragaman yang sangat bervariasi serta memiliki keunikan
tersendiri. Seiring berkembangnya zaman, menimbulkan perubahan pola hidup
masyakat yang lebih modern. Akibatnya, masyarakat lebih memilih kebudayaan
baru yang mungkin dinilai lebih praktis dibandingkan dengan budaya lokal.
Banyak faktor yang menyebabkan budaya lokal dilupakan dimasa
sekarang ini, misalnya masuknya budaya asing. Masuknya budaya asing ke suatu
negara sebenarnya merupakan hal yang wajar, asalkan budaya tersebut sesuai
dengan kepribadian bangsa. Namun pada kenyataannya budaya asing mulai
mendominasi sehingga budaya lokal mulai dilupakan.
Faktor lain yang menjadi masalah adalah kurangnya kesadaran
masyarakat akan pentingnya peranan budaya lokal. Budaya lokal adalah identitas
bangsa. Sebagai identitas bangsa, budaya lokal harus terus dijaga keaslian
maupun kepemilikannya agar tidak dapat diakui oleh negara lain. Walaupun
demikian, tidak menutup kemungkinan budaya asing masuk asalkan sesuai
dengan kepribadian negara karena suatu negara juga membutuhkan input-input
dari negara lain yang akan berpengaruh terhadap perkembangan di negranya.
Dimasa sekarang ini banyak sekali budaya-budaya kita yang mulai
menghilang sedikit demi sedikit. Hal ini sangatlah berkaitan erat dngan
masuknya budaya-budaya ke dalam budaya kita.Sebagai contoh budaya dalam
tata cara berpakaian.Dulunya dalam budaya kita sangatlah mementingkan tata
cara berpakaian yang sopan dan tertutup.Akan tetapi akaibat masuknya budaya
luar mengakibatkan budaya tersebut berubah.Sekarang berpakaian yang menbuka
aurat serasa sudah menjadi kebiasaan yang sudah melekat erat didalam
masyarakat kita.Sebagai contoh lain jenis-jenis makanan yang kita konsumsi juga
mulai terpengaruh budaya luar.Masyarakat sekarang lebih memilih makananmakanan yang berasal dari luar seperti KFC, steak, burger,dan lainlain.Masyarakat menganggap makanan-makanan tersebut higinis,modern,dan
praktis.Tanpa kita sadari makanan-makanan tersebut juga telah menjadi menu
keseharian dalam kehidupan kita. Hal ini mengakibatkan makin langkanya
berbagai jenis makanan tradisional.Bila hai ini terus terjadi maka tak dapat
dihindarkan bahwa anak cucu kita kelak tidak tahu akan jenis-jenis makanan
tradisional yang berasal dari daerah asal mereka.
Sekarang ini setiap hari kita bias menyimak tanyangan film di tv yang
bermuara dari Negara-negara maju seperti Ameriak Serikat, jepang korea, dll
melalui stasiun televisi di tanah air. Belum lagi siaran televise internasional yang
bias di tanngkap melalui parabola yang kini makin banyak dimilki masyarakat
Indonesia. Sementara itu, kesenian-kesenian popular lain yang tersaji melalui
kaset. Vcd, dan dvd yang berasal dari manca Negara pun makin marak
kehadirannya ditegah-tengah kita. Fakta yang demikian member bukti tentang
betapa Negara-negara penguasa teknologi mutakhir telah berhasil memegang
kendali dalam globalisasi budaya khususnya di Negara ke tiga. Peristiwa
transkultural seperti itu mau tidak mau akan berpengaruh terhadap keberadaan
kesenian kita. Padahal kesenian tradisional kita merupakan bagian dari khasanah
kebudayaan nasional yang perlu di jaga kelestariannya.
Perubahan kebudayaan adalah perubahan yang terjadi akibat adanya
ketidak sesuaian diantara unsure-unsur kebudayaan yang saling berbeda sehingga
terjadi keadaan yang tidak serasi fungsinya bagi kehidupan.
teknologi informasi yang semakin canggih seperti saat ini, kita disuguh
ioleh banyak alternative tawaran hiburan dan informasi yang lebih beragam, yang
mungkin lebih menarik jika dibandingkan
dengan budaya tradisional kita.
Dengan parabola masyarakat bias menyaksikan berbagai berbagai tayangan
hiburan yang bersifat mendunia yang berasal dari berbagai belahan bumi.
Kondisi yang demikian mau tidak mau membuat semakin tersisihnya
budaya tradisional Indonesia dari kehidupan masyarakat Indonesia yang sarat
akan pemaknaan dalam masyarakat Indonesia. Misalnya saja bentuk-bentuk
ekspresi budaya etnis Indonesia, baik yang rakyat maupun istana, selalu
berkaitan erat dengan perilaku ritual masyarakat pertanian. Dengan datingnya
perubahan sosial yang hadir sebagai akibat proses industrialisasi dan system
ekonomi pasar, dan globalisasi informasi, maka budaya kita pun mulai bergeser
kearah kesenian yang berdimensi komersial.
Budaya-budaya yang bersifat ritual mulai trsingkir dan kehilangan
fungsinya. Sekalipun demikian, bukan berarti semua budaya tradisional kita
lenyap begitu saja. Ada berbagai budaya yang masih menunjukan eksistensiny,
bahkan secara kreatif terus berkembang tanpa harus tertindas proses modernisasi.
Pesatnya laju teknologi informasi dan teknologi komunikasi telah menjai sarana
difusi budaya yang ampuh, sekaligus juaga alternatif pilihan hiburan yang lebih
beragam bagi masyarakat luas. Akibatnya masyarakat tidak tertarik lagi
menikmati berbagai budaya tradisional yang sebelumnya akrab dengan
kehidupan mereka.
Era Globalisasi menjadi tantangan untuk semua aspek kehidupan juga
yang terkait dengan kebudayaan. Budaya tradisional yang mencerminkan etos
kerja yang kurang baik tidak akan mampu bertahan dalam era global. Era global
menurut kesiapan kita untuk siap berubah menyesuakan perubahan zaman dan
mampu mengambil setiap kesempatan. Budaya tradisional di indonesia
sebenarnya lebih kreatif dan tidak bersifat meniru, yang menjadi masalah adalah
mempertahan jati diri bangsa. Sebagi contoh sederhana, budaya gotong royong di
indonesia saat ini hampir terkikis habis, individual dan tidak mau tahu dengan
orang lain adalah cerminan yang tanpak saat ini. Perlu dipikirkan agar
kebudayaan kita tetap dapat mencerminkan kepribadian bangsa. Kebudayaan
tradisional adalah sebuah warisan luhur.
Perkembangan globalisasi, kebudayaan tradisional mulai mengalami
erosi. Orang, anak mudah utamanya lebih senang menghabiskan waktunya
mengakses internet dari pada mempelajari tarian dari kebudayaan senidri.
Orang akan merasa bangga ketika dapat meniru gaya berpakaian oarang barat
dan menganggap budayanya kuno dan ketinggalan. Globalisasi akan selalu
memberikan perubahan. Kita lah yang harus meneliti apakah budaya-budaya
tersebut bersifat positif ataupun bersifat negatif.
2.3 Kebudayaan Osuleng
2.3.1 Pengertian Osuleng
Istilah Osuleng berasal dari bahasa daerah banggai yang pada dasarnya
terdiri dari 2 (dua) kata, yaitu “osu” yang berarti amanat atau pesan dan
“uleng” yang berarti bicara atau bertutur kata. Jadi dapat disimpulkan bahwa
“osuleng” berarti menyampaikan pesan yang sifatnya lisan kepada orang lain.
Upacara budaya osuleng adalah salah satu upacara budaya masyarakat
desa
oluno
kecamatan
bulagi
Kabupaten
Banggai
kepualauan
yang mempunyai nilai-nilai penting dalam kehidupan masyarakat desa oluno,
Inti Upacara budaya ouleng adalah Ritual Tolak Bala (musibah) agar
terhindar dari dampak negatif yang ditimbulkan oleh budaya osuleng.
2.3.2 Karakteristik dan Fungsi Budaya Osuleng
a. Antar generasi
Sebagai bagian dari budaya yang ada di Desa Oluno Kecamatan
Bulagi Kabupaten Banggai, budaya osuleng memilik keterkaitan memiliki
keterkaitan antar satu generasi dengan generasi berkutnya, denga kata lain
pendukung budaya osuleng adalah antar generasi. Sejak lama masyarakat
desa oluno telah menggunakan budaya osuleng disaat pelaksanaan adat
perkawinan.
Dari hal tersebut diatas, sejak berpuluh-puluh tahun yang lalu
masyarakat banggai selalu menggunakan budaya osuleng pada saat
pelaksanaan adat pernikahan, namun dengan perubahan lingkungan dan
perkembangan zaman budaya seperti ini sudah mengalami pergeseran,
namun tetap saja budaya tersebut masi diakui keberadaannya.
Namun berbeda halnya dengan yang terjadi di desa oluno, dimana
budaya osuleng sampai sekarang ini masih tetap dilaksanakan bahkan
dijadikan sebagai suatu yang sifatnya sakral.
b. Pembentuk identitas dan jati diri
Nilai budaya osuleng sebagai nilai yang terus berada pada
masyarakat banggai mempunyai arti yang cukup penting dalam menjaga
identitas dan jati diri masyarakt banggai.
c. Pembangun solidaritas masyarakat
Sebagai pembangun identitas dan jati diri masyarakat banggai, maka
nilai tradisonal budaya osuleng sering dapat berfungsi sebagai pembentuk
solidaritas antar masyarakat. Hal ini sangat terasa bila ada suatu kegiatan
adat perkawinan, masyarakat akan rindu terhadap budaya osuleng yang
mengandung nilai seni khususnya tariannya.
d. Sistem kepercayaan dan adat-istiadat
Nilai tradisional budaya osuleng sangat lekat dengan sistem
kepercayaan dan adat-istiadat. Karena berkaitan dengan hal yang dipercaya
kebenarannya, maka budaya osuleng merupakan wujud kebudayaan yang
sulit berubah.
2.4 Sistem Sosial Budaya
Suatu sistem sosial pada dasarnya tiada lain adalah suatu sistem dari
pada tindakan-tindakan. Ia terbentuk dari interaksi sosial yang terjadi diantara
berbagai individu yang tumbuh dan berkembang tidak secara kebetulan,
melainkan tumbuh dan berkembang di atas standar penilaian umum yang
disepakati bersama oleh para anggota masyarakat. Adapun standar penilaian
umum tersebut adalah ada yang dikenal sebagai norma-norma sosial. Normanorma sosial itulah yang sesungguhnya membentuk struktur sosial.
Tujuan analisis membedakan atau dapat dibedakan antara sistem sosial
dengan sistem budaya dan kepribadian. Sistem Kepribadian dimaksudkan
aspek-aspek kepribadian manusia yang memiliki kesan terhadap tingkah laku
para individu. Sistem Budaya itu meliputi kepercayaan, sistem nilai-nilai dan
norma, ekspresi keindahan, dan cara berkomunikasi. Sistem Sosia lmerupakan
konsep untuk menelaah asumsi-asumsi dasar dalam kehidupan masyarakat.
Kita telaah sebuah kendaraan bus ini sedang melaju mempunyai roda,
mesin, lampu, rem, sopir, dan penumpang. Bila menghendaki bus tersebut
berfungsi secara lancar maka komponen-komponen di atas harus ada. satu
komponen saja dapat menyebabkan bus itu tidak berfungsi secara baik.
Komponen-komponen bus itu dapat diibaratkan dengan komponen-komponen
masyarakat sebagai sistem sosial.
Sebagai contoh, roda diibaratkan sebagai sumber perekonomian.
Mesin diibaratkan sebagai pemerintah yang menjadi dinamisator atau
penggerak masyarakat. Lampu diibaratkan sebagai pendidikan yang berfungsi
sebagai alat penerangan, sebagai sumber pengetahuan yang memberi jawaban
tentang hal-hal yang tidak jelas, dan untuk membuka tabir kegelapan dalam
masyarakat.
Kemudi dan rem dapat diibaratkan sebagai agama atau norma-
norma yang akan berfungsi menentukan arah dan gerak pembangunan, serta
mencegah gerak tersebut terlalu cepat atau menyimpang. Penumpang dapat
diibaratkan sebagai keluarga-keluarga dalam masyarakat dimana terdapat
kelas-kelas, baik ditinjau dari penguasaan sumber daya, tingkat sosial dan
kekayaan dan lain-lain. Selanjutnya, sopir atau pimpinan masyarakat tersebut
yang mengendalikan geraknya. Suatu sistem sosial yang menjadi pusat
perhatian berbagai ilmu sosial pada dasarnya wadah dari proses-proses pola
interaksi sosial.
Banyak orang mengartikan konsep sistem kebudayaan itu dalam arti
yang terbatas sebagai sebuah pikiran, karya, dan hasil karya manusia yang
memenuhi hasratnya akan keindahan dan dengan singkat, sistem kebudayaan
adalah kesenian.
Dalam arti seperti itu konsep sistem kebudayaan memang terlalu
sempit. Sebaliknya para ahli sosial mengartikan konsep sistem kebudayaan
tersebut dalam arti amat luas, yaitu seluruh total dari pikiran, karya, dan hasil
karya manusia yang berakar kepada nalurinya dan karena itu, hanya bisa
dicetuskan oleh manusia sesudah suatu proses belajar
Unsur-unsur terbesar dari kebudayaan yang universal yang pasti bisa
ditemukan di semua kebudayaan di dunia, baik yang hidup dalam masyarakat
pedesaan yang terpencil maupun dalam masyarakat perkotaan yang besar dan
kompleks.
Unsur-unsur yang universal itu merupakan isi dari kebudayaan yang
ada di dunia ini adalah :
1. Sistem religi dan upacara keagamaan,
2. Sistem dan organisasi kemasyarakatan,
3. Sistem pengetahuan,
4. Bahasa,
5. Kesenian,
6. Sistem mata pencaharian hidup,
7. Teknologi dan peralatan.
Ketujuh
unsur
kebudayaan
universal
itu
mencakup
seluruh
kebudayaan makhluk manusia dimanapun juga di dunia dan menunjukkan
ruang lingkup dari kebudayaan serta isi dari konsepnya. Adapun
perbedaannya terletak pada kebudayaan masyarakat yang satu lebih sempurna
daripada kebudayaan masyarakat lain di dalam perkembangannya untuk
memenuhi segala keperluan masyarakat.
Dalam hubungan ini, maka biasanya diberi nama “peradaban”
(civilization). Dalam taraf perkembangan teknologi yang lebih tinggi sering
pula istilah peradaban dipergunakan untuk menyebut suatu kebudayaan yang
mempunyai sistim teknologi seni bangunan, seni rupa, sistim kenegaraan, dan
ilmu pengetahuan yang maju dan kompleks.
Definisi sistim sosial budaya banyak diterima karena kenyataannya
suatu sistem terdiri atas beberapa sub sistem atau bagian. Contoh sistem sosial
atau (sistim kemasyarakatan sebagai wadah kehidupan bersama manusia yang
berproses) dapat terdiri atas beberapa sub sistem yaitu sub sistem politik,
ekonomi, sosial, budaya, hukum, dan lain sebagainya. Komponen-komponen
atau sub sistem itu saling berinteraksi dan saling berhubungan membentuk
suatu kesatuan sehingga tujuan atau sasaran sistem tersebut dapat tercapai.
Pengertian sosial budaya mengandung makna sosial dan budaya.
Sosial dalam arti masyarakat atau kemasyarakatan berarti segala sesuatu yang
bertalian dengan sistem hidup bersama atau hidup bermasyarakat dari orang
atau kelompok orang yang didalamnya sudah tercakup struktur, organisasi,
nilai-nilai sosial, dan aspirasi hidup serta cara mencapainya
2.5
Individu, Keluarga, Masyarakat, dan Kebudayaan
a. Konsep individu dan konsep keluarga
Individu sebagai manusia perseorangan pada dasarnya dibentuk oleh
tiga aspek yaitu aspek organis jasmaniah, psikis rohaniah, dan sosial.
Dalam perkembangannya menjadi 'manusia'
Salah satu bentuk sosialisasi adalah pola pengasuhan anak di dalam
keluarga, mengingat salah satu fungsi keluarga adalah sebagai media
transmisi atas nilai, norma dan simbol yang dianut masyarakat kepada
anggotanya yang baru. Di masyarakat terdapat berbagai bentuk keluarga di
mana dalam proses pengorganisasiannya mempunyai latar belakang
maksud dan tujuannya sendiri. Pranata keluarga ini bukanlah merupakan
fenomena yang tetap melainkan sebuah fenomena yang berubah, karena di
dalam pranata keluarga ini terjadi sejumlah krisis. Krisis tersebut oleh
sebagian kalangan dikhawatirkan akan meruntuhkan pranata keluarga ini.
Akan tetapi bagi kalangan yang lain apa pun krisis yang terjadi, pranata
keluarga ini akan tetap survive.
b. Konsep masyarakat dan konsep kebudayaan
Masyarakat
adalah
sekumpulan
individu
yang
mengadakan
kesepakatan bersama untuk secara bersama-sama mengelola kehidupan.
Terdapat berbagai alasan mengapa individu-individu tersebut mengadakan
kesepakatan untuk membentuk kehidupan bersama. Alasan-alasan tersebut
meliputi alasan biologis, psikologis, dan sosial. Pembentukan kehidupan
bersama itu sendiri melalui beberapa tahapan yaitu interaksi, adaptasi,
pengorganisasian tingkah laku, dan terbentuknya perasaan kelompok.
Setelah melewati tahapan tersebut, maka terbentuklah apa yang dinamakan
masyarakat yang bentuknya antara lain adalah masyarakat pemburu dan
peternak, holtikultura, petani, dan industri.
Di dalam tubuh masyarakat itu sendiri terdapat unsur-unsur
persekutuan sosial, pengendalian sosial, media sosial, dan ukuran sosial.
Pengendalian sosial di dalam masyarakat dilakukan melalui beberapa cara
yang pada dasarnya bertujuan untuk mengontrol tingkah laku warga
masyarakat agar tidak menyeleweng dari apa yang telah disepakati
bersama. Walupun demikian, tidak berarti bahwa apa yang telah disepakati
bersama tersebut tidak pernah berubah. Elemen-elemen di dalam tubuh
masyarakat selalu berubah di mana cakupannya bisa bersifat mikro maupun
makro.
Apa yang menjadi kesepakatan bersama warga masyarakat adalah
kebudayaan, yang antara lain diartikan sebagai pola-pola kehidupan di
dalam komunitas. Kebudayaan di sini dimengerti sebagai fenomena yang
dapat diamati yang wujud kebudayaannya adalah sebagai suatu sistem
sosial yang terdiri dari serangkaian tindakan yang berpola yang bertujuan
untuk memenuhi keperluan hidup. Serangkaian tindakan berpola atau
kebudayaan dimiliki individu melalui proses belajar yang terdiri dari proses
internalisasi, sosialisasi, dan enkulturasi.
2.6 Perkawinan
2.6.1 Pengertian Perkawinan
Manusia sebagai mahluk berbudaya mengenal adat perkawinan yang
dipatuhi untuk memperoleh pengakuan secara sah dari masyarakat atas pemen
uhan kebutuhan dan rohani bersama manusia lawan jenisnya. Pada hakekatnya
perkawinan merupakan hal yang sangat penting bagi pria dan wanita dalam
lintasan hidupnya. Melalui perkawinan seorang mengalami perubahan status
sosial, yaitu dari status bujangan menjadi status perkawinan atau berkeluarga,
dan diperlukan sebagian anggota penuh oleh masyarakat.
Adapun menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1997, bahwa
Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Mahaesa
(http.hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_1_74.htm)
Berdasarkan hal tersebut diatas, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa
perkawinan merupakan ikatan lahir batin antara suami istri yang bertujuan
untuk membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal
berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa, atau bisa di katakan bahwa
perkawinan adalah hubungan langsung seorang pria dengan seorang wanita
yang memiliki janji untuk dipertanggung jawabkan.
2.6.2 Bentuk - Bentuk Perkawinan
a. Perkawinan eksogami
Secara umum pada bangsa-bangsa di dunia ini dikenal adanya
larangan mengadakan hubungan perkawinan diantara keluarga yang dekat
pertalian darahnya, larangan ini terutama berlaku didalam keluarga sendiri,
misalnya ayah dan anaknya perempuan, kakak dan adik dan sebagainya.
Pada dasarnya bahwa dimana saja keluarga sama harus eksogami
yaitu perkawinan yang terjadi diluar lingkungan keluarga sendiri.
Pandangan terhadap keharusan ini disebut incost, atau kejahatan darah.
Dan menurut kepercayaan umum hal ini akan mendatangkan malapetaka
dan bencana alam yang besar. Bencana ini hanya dapat ditolak dengan
menjatuhi hukuman yang berat kepada mereka yang melakukan incost.
Eksogami mengandung arti bebas artinya orang dari suatu clen
bebas memilih jodohnya yang berasal dari luar clennya sendiri. Selain itu
pula eksogami terbatas yang berarti dari clen mana jodohnya itu harus
dipilih, sudah ditentukan sebelumnya.
b. Perkawinan endogami
Endogami mengandung arti seorang laki-laki diperbolehkan kawin
dengan golongan atau suku sendiri. Sistem ini sering dikenal dengan suatu
keharusan dan sering pula hanya merupakan suatu keutamaan. Pelanggaran
terhadap hal ini memang sering menimbulkan rasa kecewa akan tetapi
bukan merupakan suatu kejahatan. Meskipun dalam suku itu endogami,
namun larangan dengan anggota keluargapun tetap ada.
Adapun maksud dari perkawinan endogami adalah untuk menjaga
laki-laki sebagai suami tetap diam (bertempat tinggal) di desanya. Mungkin
juga supaya warisan masih tetap dipegang dalam lingkungannya sendiri.
Atau juga menjaga kemurnian darah dari golongan itu sendiri.
2.7 Konsep Masyarakat
Pada dasarnya masyarakat bukan sekedar sekumpulan manusia semata
tanpa ikatan, akan tetapi terdapat hubungan fungsional antara satu dengan yang
lainnya. Setiap individu mempunyai kesadaran akan keberadaan di tengah-tengah
individu yang lainnya. Sistem pergaulan didasarkan atas kebiasaan dalam
kehidupan sehari-hari dapat terjalin dengan baik.
Menurut Ralp Linton, (dalam Abu Ahmadi, 1986;56) mengemukakan
masyarakat adalah “setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan
bekerja sama, sehingga mereka itu dapat mengorganisasikan dirinya dan berfikir
tentang dirinya sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu”.
Dalam kehidupan masyarakat, manusia dituntut untuk mengedepankan
kelompok
dari
pada
kepentingan
pribadinya
sendiri.
Dalam
tatanan
implementasi, setiap individu harus menyadari bahwa dia merupakan bagian
yang tak terpisahkan dari unsur kemasyarakatan sehingga setiap tingkah laku
perbuatannya harus melalui berbagai pertimbangan sehingga tidak mengabaikan
statusnya sebagai salah satu unsur dalam masyarakat.
J. L. Gillin dan J.P. Gillin (dalam Abu Ahmadi, 1986;56), mengatakan
bahwa masyarakat adalah kelompok manusia yang terbesar dan mempunyai
kebiasaan, tradisi, sikap dan persaan persatuan yang sama.
Terbentuknya masyarakat dapat pula didorong oleh faktor sosial, yaitu
toleransi dan tolong menolong. Manusia dilahirkan sudah mempunyai dua hasrat
pokok yaitu; (1) hasrat uuntuk hidup bersama dengan manusia lain, (2) hasrat
untuk bersatu dengan suasana alam sekitarnya.
Ada tiga alternatif corak dan arah hubungan individu dengan masyarakat,
yaitu:
a.
Individu memiliki status yang relatif dominan terhadap masyarakat;
b.
Masyarakat memiliki status yang relatif dominan teerhadap individu; dan
c.
Individu dan masyarakat saling tergantung.
Masyarakat dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, yaitu:(a) masyarakat
dapat dilihat sebagai penduduk yang menghuni suatu daerah tertentu, (b)
masyarakat dapat dilihat sebagai kesatuan dari beberapa orang,
(c) masyarakat
dapat dilihat sebagai corak-corak perhubungan yang terjadi antar warganya
(masyarakat), dan (d) dari corak hubungan yang terjadi terdapat nilai-nilai
budaya dan norma-norma aturan kaidah yang berfungsi mengatur hubungan antar
warga masyarakat tersebut.
A. Masyarakat Multikultural
Masyarakat multikultural adalah masyarakat yang terdiri atas beragam
suku bangsa dan budaya. Masyarakat indonesia tergolong masyarakat
multikultural, karena masyarakatnya sangat majemuk dalam suku bangsa, ras,
klan, agama, mata pencaharian, adat-istiadat, golongan politik, dan
sebagainya. Walaupun masyarakat Indonesia sangat majemuk, tetapi hidup
bersatu secara damai dan berdampingan dalam wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Masyarakat multicultural Indonesia ini oleh Mpu
Tantular diungkapkan dengan istilah Bhinneka Tunggal Ika, yang berbedabeda tetapi tetap satu.
Multikultural merupakan suatu tantangan yang mengedepankan
majemuknya nilai-nilai, kelompok sosial, dan struktur sosial. Dalam
kesadaran pluralisme, manusia dihadapkan pada proses pembelajaran yang
terus-menerus bergulir sepanjang hidupnya terhadap sesuatu di luar pribadi
dan identitas monokulturnya. Dalam kedua konteks itu (manusia dan
multikultur), banyak perbenturan yang bisa terjadi. Tetapi, itu adalah impact
yang tidak bisa dihindari karena yang mau dicirikan manusia sebagai realitasrealitas
human being, manusia sebagai yang berakal budi. Konsep
multikultural saat ini menjadi kerinduan sosiologis ketika globalisme begitu
deras mendera semua bangsa dan negara, menjadi harapan ketika banyak
bangsa mengalami krisis identitas dan perpecahan, menjadi alternative di
tengah chaos dan ketidakpastian hidup. Kita merupakan dari situasi yang
mencoba merekatkan krisis identitas itu. Ketika multikultur menjadi bagian
dari isu global, maka sebagai manusia yang merindukan tatanan nilai harmoni,
miltikultur
manjadi
harapan
baru
dalam
membangun
reidentifikasi
keindonesiaan kita.
Apa yang disebut sebagai multikultur sesunguhnya merupakan bagian
dari fakta sejarah manusia. Kondisi geografis, agraris, dan maritim
menemukan sinkretismenya dalam perilaku budaya profetis, moral, dan
perilaku pergaulan dalam persatuan nusantara. Fakta sejarah membuktikan
bahwa kebersamaan dan keberagaman itu telah lama terjalin dalam bingkai
semangat kemanusiaan sebagai bagian yang utuh dari hidup penuh nilai dan
keberbedaa. Dalam lingkup yang paling kecil, kenyataan historis itu dapat
dilihat di Kubu tambahan,
Buleleng,
bali tempat situs-situs yang
mencerminkan kehidupan multikultur tertandai dari abad ke 13.
Ketika
isu
multikultur
merebak
sebagai
alternativ
untuk
membenangmerahi kesadaran hidup dalam keberagaman etnis dan budaya,
maka sesunguhnya itu bukanlah hal baru bagi bangsa Indonesia. Multikultur
tidak hanya menempatkan keberagaman dalam konteks sinkretisme fisik,
melainkan telah tertanam dalam relasi-relasi rohani. Multikultur bagi mereka
adalah kesadaran yang memahami satu sama lain sebagai bagian utuh dari
rasa kemanusiaan, bagian utuh dari tatanan yang meletakkan satu dengan
yang lain saling memperkaya bangunan kebudayaan secara menyeluruh.
Dalam hubungan konteks kekinian, multikultur bukanlah suatu nilai dan
tatanan baru di negeri ini, karena ia adalah realitas sejarah bangsa Indonesia.
Dalam ikhtiar membangun rasa keindonesiaan ini, kita semua sangat
membutuhkan kesadaran sejarah itu, bahwa di tengah krisis identitas, chaos di
segala lini kehidupan, multikultur sangat perlu dikembalikan saat ini guna
mendapat keharmonisan tatanan kehidupan di tengah keberagaman.
Apabila kita mempersoalkan tentang dimana saat tertuju pada proses
pelaksanaan dan tingkat
keberhasilan kegiatan yang dilakukan oleh
masyarakat Kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang dapat memberikan
manfaat dari hasil pelajaran yang dilaksanakan. Para ahli banyak
mengemukakan pendapatnya tentang kelompok sosial dari sudut pandang
yang berbeda namun mempunyai tujuan yang sama
Menurt Sherif, (http.kuliahtantan.wordpress.com.sosial-3.nurisannisa)
kelompok sosial adalah suatu kesatuan yang terdiri atas dua individu atau
lebih yang mengadakan interaksi sosial yang cukup intensif dan teratur,
sehingga di antara mereka terdapat pembagian tugas, struktur, dan normanorma yang khas bagi kesatuan sosial tersebut.
Dewasa ini kita semua menerima pendapat bahwa dalam kehidupan
sehari-hari manusia tidaklah lepas dari hubungan satu dengan yang lain. Ia
selalu menyesuaikan diri dengan lingkungannya, sehingga kepribadian
individu, kecakapan-kecakapannya, cirri-ciri kegiatannya baru menjadi
kepribadian individu yang sebenar-benarnya apabila keseluruhan system
psycho-physik tersebut berhubungan dengan lingkungannya.
B. Komunitas
Kehidupan masyarakat dalam pengertian komunitas terdapat ikatan
solidaritas antara individu. Ikatan solidaritas ini biasanya ditentukan oleh
kesamaan-kesamaan tertentu, seperti asal daerah yang mencakup kesamaan
dalam hal perasaan, adat, istiadat, bahasa,norma-norma sosial, dan cara-cara
hidup bersama pada umumnya. Komunitas dapat juga disebut sebagai
kelompok primer, yaitu kehidupan masyarakat atau kelompok sosial, dimana
hubungan antara anggotanya bersifat langsung (face to face) dan sangat dekat,
erat dan intim. Komunitas mempunyai ciri khusus yang merupakan garis
tengah antara sudut pandang statis dan sudut pandang dinamis. Meskipun
pada sudut pandang yang dinamis dapat disebut sebagi masyarakat
kepentingan, akan tetapi ia bukan merupakan terjemahan letter lux daripada
pengertian sentiment, melainkan ia juga dibatasi oleh unsur waktu dan lokasi
(tempat).
Hasan Sadilly (http:///2009/05/pengertian-komunitas) menyatakan
bahwa syarat yang masih bisa dipertahankan sebagai ciri community adalah
“ketentuan kebutuhan hidupnya, dimana anggota-angotanya hanya mencari
kepuasan tertentu saja berdasarkan adat kebiasaan dan sentiment (faktor
primer), kemudian diikuti atau diperkuat pula oleh faktor lokalitas (faktor
sekunder). Sesuai dengan konsep sosiologi yang menyatakan bahwa manusia
itu tidak hidup sendri, maka syarat mutlak bagi manusia dalam hidupnya
adalah sebagai mahluk sosial.
Manusia baru bisa berarti dalam hidupnya kalau ia bukan sekedar
oknum atau sebagai human being belaka, yaitu bukan sekadar dalam arti
biologis, tetapi dapat berfungsi sebagai manusia yang mampu hidup
bermasyarakat dan berkebudayaan. Manusia dalam hidupnya sangat
tergantung pada keberadaan orang lain, dengan harapan dapat memperkat
langkah perjuangan hidupnya antara sesama anggota yang memiliki nasib
yang relatif sama. Cara berfikir komunitas semacam ini pada umumnya
cenderung bertindak secara suka rela, dan pasrah pada kenyataan yang hadir
dalam kehidupan bersama mereka.
C. Kelompok Sosial Masyarakat
Sejak lahirnya manusia sudah di lukiskan dalam suatu kelompok yang
intim yaitu keluarga. Selanjutnya kemudian ia mulai bergaul dengan
kelompok yang diluar keluarganya sesuai dengan perkembangan usianya.
Pada kelompok inilah seseorang manusia pertama-tama mengenal apa yang
disebut sosialisasi yang akan menentukan perkembangan pribadi dalam
kelompok.
Kelompok sosial adalah hubungan dua orang yang ada hubungan
psikologis yang menyolok. Berarti terbentuknya kelompok karena adanya
kontak dan komunikasi yang baik antara individu dengan individu lain. Jadi
kelompok-kelompok yang mengadakan kontak ini tidak hanya menunjukan
adanya kriteria dan tanda identifikas, tetapi juga dapat membentuk struktur
interaksi.
Ikatan positif yang menjalin hubungan antara beberapa kelompok
kedalam suatu sistem sosial yang luas sangat trgantung pada sifat budanya
yang saling melengkapi. Hubungan antara kelompok dapat menimbulkan
saling ketergantungan atau kondisi simbiosis. Jadi kelompok adalah kumpulan
dua orang atau lebih yang membentuk suatu organisasi untuk tujuan bersama.
Dan terbentuknya kelompok sosial dalam masyarakat karena adanya interaksi
antara individu satu dengan individu lain.
Download