Badan Tenaga Nuklir Nasional JAKARTA Yth.: Bp. Kepala BadanTenaga Nuklir Nasional Nomor : GUNTINGAN BERITA HHK 2.1/HM 01/11/2015 Hari, tanggal Rabu, 4 November 2015 Sumber Berita http://mediamalang.com/t eknologi-kedokterannuklir-bisa-obati-kanker/ Hal. Kol. Sumber foto : pixabay.com Teknologi Kedokteran Nuklir Bisa Obati Kanker MEDIA MALANG – Terapi kedokteran nuklir semakin dikenal masyarakat. Pemanfaatan teknologi nuklir di dunia kedokteran baik untuk mengobati maupun mendiagnosis penyakit juga mulai intensif digunakan di Indonesia. Terapi ini digunakan untuk penyakit kronis seperti jantung, ginjal, tumor dan yang paling umum adalah untuk pengobatan kanker. Seperti yang dilansir oleh website Universitas Brawijaya, Malang, mereka menyelenggarakan kuliah tamu pengobatan nuklir yang dihadiri Prof. Roger Price selaku Head of Medical Technology & Physics & Radiopharmaceutical Production & Development (RAPID) Labs, Sir Charles Gairdner Hospital, Australia. Price banyak manfaat terapi ini. “Selain untuk diagnosa, teknologi kedokteran nuklir juga digunakan untuk pengobatan, menentukan staging dan pemantauan keberhasilan pengobatan,” katanya belum lama ini. Price memaparkan dua jenis pengobatan nuklir yaitu Single-Photon Emission Tomography (SPECT) dan Positron Emission Tomography (PET). Pengobatan ini juga berbeda dengan hasil CT Scan, yang biasanya hanya mampu mendeteksi kanker di sejumlah titik di tubuh, namun dengan CT Scan, mekanisme kerja organ tubuh yang disebut metabolisme tubuh tidak dapat dipantau. “Sedangkan dengan PET-Scan, aspek anatomi dan metabolik dapat terdeteksi, sehingga penyebaran kanker, lokasi, dan cara rambat penyakit kanker bisa terlacak,” papar pengajar di University of Western Australia dan Murdoch University ini. Pengobatan dengan teknologi nuklir ini memanfaatkan materi radioaktif yang memancarkan radiasi untuk mendeteksi sel-sel kanker di dalam tubuh. Dan karena memiliki daya tembus yang tinggi, obat yang dibuat dari zat nuklir atau radiofarmaka dapat membunuh semua sel kanker secara terarah tanpa mengganggu atau merusak sel/organ tubuh yang sehat. Namun, pemanfaatan teknologi kedokteran nuklir ini di Indonesia masih menghadapi sejumlah kendala, di antaranya pelayanannya masih terbatas di beberapa rumah sakit saja di Indonesia. Teknologi ini, selain bisa mendiagnosis penyakit kanker, alat ini juga dapat mendeteksi Alzheimer. Sementara itu, penyelenggara acara tersebut, Agustina Tri Endarti, mengatakan teknologi ini memang masih baru, sehingga belum banyak dipahami. “Kami berharap bisa menemui alat ini di Malang, karena saat ini baru tersedia di RS Siloam dan RS Kanker Garnais Jakarta,” ujarnya. (*) Penulis : Didik Fibrianto Editor : Puspito Hadi Ari Supriyanti Rikin/FER Suara Pembaruan Copy dikirim kepada Yth.: 1. Deputi Bidang Sains dan Aplikasi Teknologi Nuklir 2. Deputi Bidang Teknologi Energi Nuklir 3. Deputi Bidang Pendayagunaan Teknologi Nuklir Jakarta, November 2015 4. 5. Sekretariat Utama BGAC-melalui PAIR Bagian Humas, Biro Hukum, Humas, dan Kerja Sama