PERBEDAAN KARAKTERISIK TANAH PADA LAHAN REKLAMASI PASCATAMBANG DENGAN TANAH ASLI TANPA TOP SOIL (STUDI KASUS DI PT. INCO SOROWAKO, SULAWESI SELATAN) Oleh: DESI NADALIA A24104014 PROGRAM STUDI ILMU TANAH DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN DESI NADALIA. Perbedaan Karakteristik Tanah pada Lahan Reklamasi PascaTambang dengan Tanah Asli tanpa Top Soil (Studi Kasus di PT.INCO Sorowako, Sulawesi Selatan). Di bawah bimbingan HERU B. PULUNGGONO dan SRI DJUNIWATI. Penambangan Nikel secara umum dilakukan dengan metode open pit mining yaitu pengupasan tanah dan batuan penutup nikel yang menyebabkan terjadinya perubahan sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Perubahan tersebut berupa hilangnya hara dan kandungan bahan organik tanah, pemadatan tanah, pencemaran, merubah susunan lapisan tanah, erosi dan sedimentasi serta menurunnya populasi mikroorganisme tanah. Hilangnya top soil mengakibatkan tanaman tidak dapat tumbuh secara normal sehingga tanah tidak produktif. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui perbedaan karakteristik tanah (sifat fisik, kimia dan biologi tanah) pada lahan reklamasi pascatambang dengan tanah asli tanpa top soil. Penelitian ini menggunakan metode survey, yaitu pengambilan sampel tanah kimia dan biologi yang dilakukan secara acak dan komposit. Untuk analisis sifat kimia tanah diambil pada kedalaman 0-10 cm, 10-20 cm, 20-30 cm, 30-40 cm, 40-50 cm, dan 50-60 cm dan untuk analisis biologi tanah diambil pada kedalaman 0-10 cm. Sedangkan pengambilan sampel tanah fisik dilakukan pada titik-titik tertentu pada setiap lokasi dengan menggunakan ring sample pada kedalaman 0-30 cm dan 30-60 cm. Pengambilan sampel tanah fisik, kimia dan biologi tanah dilakukan di areal pasca tambang PT. INCO Sorowako, Sulawesi Selatan. Sampel tanah tersebut diambil pada 2 lokasi yaitu lokasi reklamasi pascatambang (Harapan) dan lokasi yang belum ditambang tetapi top soil nya telah dikupas sampai kedalaman ±1 meter (Shelly). Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan sifat fisik dan biologi tanah di Shelly relatif lebih baik daripada Harapan. Hal ini berdasarkan sifat fisik pada kedalaman 0-30 cm di Shelly bobot isi lebih rendah dan porositas lebih tinggi daripada di Harapan. Sifat biologi pada kedalaman 0-10 cm menunjukkan total fungi, total mikroorganisme tanah, respirasi mikroorganisme tanah dan Cmic pada tanah di lokasi Shelly lebih tinggi daripada di Harapan. Pada kedalaman 0-10 cm sifat kimia (C-Organik, N-Total, dan KTK) termasuk sangat rendah di Harapan, sedangkan di Shelly rendah. Untuk lokasi Harapan dan Shelly PTersedia dan Na-dd termasuk rendah, Ca-dd sangat rendah, Mg-dd tinggi dan unsur mikro sangat tinggi kecuali Zn tergolong cukup. Kandungan K-dd di Harapan sedang dan di Shelly rendah. Harapan mempunyai KB sangat tinggi dengan pH 6.7, sedangkan KB di Shelly tinggi dengan pH 5.8. Kata Kunci: Top soil, Reklamasi pascatambang, Tanah Asli SUMMARY DESI NADALIA. Difference of Soil Characteristic between Reclaimed Post Mining Land and Natural Soil without Top Soil (Case Study in PT. INCO Sorowako, South Sulawesi). Under Supervision of HERU B. PULUNGGONO and SRI DJUNIWATI. Generally, nickel mining was conducted by open pit mining method. This method caused the change of soil physical, chemical and biological properties. For instance, those change are lost of nutrient and organic matter, soil compaction, pollution, change of soil layer, erotion, sedimentation, and the population decrease of soil microorganism. The effect of the top soil lost is the plant cannot grow normally, so that soil is not productive. Therefore, the research was aimed to know the soil characteristic differences (soil physical, chemical and biological) between reclaimed post mining land and natural soil without top soil. That are survey method is used to taking soil sampling for chemical and biological randomly and composite. Soil sampling for chemical properties was taken from 0-10 cm, 10-20 cm, 20-30 cm, 30-40 cm, 40-50 cm and 50-60 cm depth, and soil sampling for biological properties was taken in 0-10 cm depth. However, sampling for soil physic properties was done in certain points of each location used ring sample in 0-30 cm and 30-60 cm depth. Soil sampling for physical, chemical and biological properties was conducted in post mining PT. INCO Sorowako area, South Sulawesi. This soil sample was taken in 2 locations, which are Reclaimed Post Mining (Harapan) and location not yet mined but the top soil was disected until ±1 meter depth (Shelly). The results of this study showed that based on physical and biological properties of soil in Shelly was better than Harapan. Based on physical properties in Shelly of 0-30 cm depth. The bulk density in Shelly was lower and porosity was higher than in Harapan. Biological properties of 0-10 cm depth showed the total fungi, total of soil microorganism, respiration of soil microorganism and Cmic of Shelly was higher than Harapan. The chemical properties of 0-10 cm depth (C-organic, N-total and CEC) in Harapan was very low, on the other hand in Shelly low. Harapan and Shelly had low P-available and Na-dd, very low Ca-dd, high Mg-dd and very high micro nutrient content except enough for Zn, K-dd content in Harapan medium and Shelly was low. Harapan had very high BS with pH 6.7, and BS in Shelly had high with pH 5.8. PERBEDAAN KARAKTERISIK TANAH PADA LAHAN REKLAMASI PASCATAMBANG DENGAN TANAH ASLI TANPA TOP SOIL (STUDI KASUS DI PT. INCO SOROWAKO, SULAWESI SELATAN) Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor DESI NADALIA A24104014 PROGRAM STUDI ILMU TANAH DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 Judul Penelitian :Perbedaan Karakteristik Tanah pada Lahan Reklamasi PascaTambang dengan Tanah Asli tanpa Top Soil (Studi Kasus di PT. INCO Sorowako, Sulawesi Selatan) Nama Mahasiswa : Desi Nadalia Nomor Pokok : A24104014 Menyetujui, Pembimbing I Pembimbing II Ir Heru B. Pulunggono, MAgr Dr Ir Sri Djuniwati, MSc. NIP. 131 667 781 NIP. 130 902 751 Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian Prof Dr Ir Didy Sopandie, MAgr. NIP. 131 124 019 Tanggal Lulus : RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Cirebon, Propinsi Jawa Barat pada tanggal 25 Desember 1986. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Didi Tarmidi dan Ibu (Alm) Tuti Setiati. Pendidikan formal yang telah dijalani oleh penulis adalah TK. Gelatik Sindang laut, Cirebon pada tahun 1991, kemudian melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri Cipeujeuh Wetan 1 Cirebon pada tahun 1992. Pendidikan selanjutnya ditempuh di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Karang Sembung, Cirebon pada tahun 1998. Pada tahun 2001 penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Lemahabang, Cirebon. Pada tahun 2004 penulis diterima di Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, melalui jalur USMI (Ujian Seleksi Masuk IPB). Selama menempuh pendidikan di IPB, penulis berkesempatan menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Ilmu Tanah (HMIT) periode 2005-2007. Tahun 2005-2006 penulis menjadi Bendahara HMIT dan tahun 2006-2007 penulis menjadi anggota biro Pengembangan Sumberdaya Mahasiswa (PSDM) HMIT. Pada tahun ajaran 2005/2006 penulis berkesempatan menjadi asisten praktikum mata kuliah Dasar-Dasar Ilmu Tanah untuk program S1 Geofisika dan Meteorologi, asisten praktikum mata kuliah Ilmu Tanah untuk program D3 Analisis Lingkungan pada tahun ajaran 2007/2008, serta menjadi asisten praktikum Analisis Tanah pada tahun ajaran 2008/2009. KATA PENGANTAR Bismillahhirrahmanirrahim. Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul ”Perbedaan Karakteristik Tanah pada Lahan Reklamasi PascaTambang dengan Tanah Asli tanpa Top Soil (Studi Kasus di PT.INCO Sorowako, Sulawesi Selatan)”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan masukan, dukungan dan semangat, baik selama penelitian maupun dalam penulisan skripsi. Ungkapan rasa hormat dan terima kasih penulis sampaikan kepada: 1. Bapak Ir Heru Bagus Pulunggono, MAgr. selaku dosen pembimbing skripsi pertama serta Ibu Dr Ir Sri Djuniwati, MSc. selaku dosen pembimbing akademik dan sekaligus pembimbing kedua skripsi atas bimbingan, masukan dan arahan selama penulis menyelesaikan skripsi ini. 2. Bapak Aris Prio Ambodo, S. Hut selaku Superintendent Mine Rehablitation, PT. International Nickel Indonesia, Tbk yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk melakukan penelitian di sana dan atas kenyamanan akomodasi serta fasilitas yang telah diberikan selama saya di sana. 3. Bapak Dr Ir Suwarno, Msc selaku dosen penguji atas masukannya terhadap penulisan skripsi. 4. Ayahanda Didi Tarmidi dan adik tercinta Siti Nuryanti yang selalu memberikan doa, motivasi dan kasih sayang yang begitu besar kepada saya. 5. Teman satu team yaitu Yesy yang setia atas kerjasamanya selama penelitian dan penulisan skripsi. 6. Pak Yohan dan Ibu Erlin atas masukan dan bantuannya dalam melaksanakan penelitian selama di sana. 7. Pak Edi dkk, mas Agus, ka Dedi, ka Faisal dan seluruh alumni IPB sekaligus supervisor lapang bagian revegetasi PT. Inco atas bantuannya mulai dari survey lapang sampai pengambilan contoh tanah. 8. Seluruh teman-teman di bagian Nursery PT. Inco atas bantuan serta kerjasamanya selama penelitian di sana. 9. Seluruh teman-teman di losmen Nurmala atas bantuan dan kebersamaan yang tak akan tergantikan selama tinggal disana. 10. Seluruh Staf Laboratorium Kesuburan tanah, Fisika Tanah, dan Bioteknologi Tanah IPB yang selalu membantu penulis selama penelitian berlangsung. 11. Teman-teman kosan La-Sapienza atas kebersamaan yang begitu indah selama ini. 12. Inga dan Mersi atas pinjaman laptopnya selama menyusun skripsi. 13. Soilers ’41 atas kenangan yang tak terlupakan. 14. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Akhirnya penulis dapat menyelesaikan penelitian ini semoga dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya. Bogor, Februari 2009 Penulis DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ....................................................................................... i DAFTAR GAMBAR................................................................................... ii I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1 1.2 Tujuan Penelitian ................................................................................. 2 1.3 Manfaat Penelitian ............................................................................... 2 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nikel ................................................................................................... 3 2.2 Karakteristik Lahan Tambang dan Proses Rehabilitasinya ................... 3 2.3 Sifat Fisik Tanah ................................................................................. 5 2.4 Sifat Kimia Tanah ............................................................................... 6 2.5 Sifat Biologi Tanah ............................................................................. 7 III. KONDISI UMUM PT. INCO 3.1 Sejarah PT. INCO ............................................................................. 9 3.2 Lokasi PT.INCO ............................................................................... 9 3.3 Iklim ................................................................................................. 10 3.3.1 Curah Hujan .............................................................................. 10 3.4 Geologi ............................................................................................ 10 3.5 Topografi ......................................................................................... 11 3.6 Morfologi Tanah .............................................................................. 12 3.7 Kandungan Bijih Nikel Sorowako .................................................... 14 IV. BAHAN DAN METODE 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................... 16 4.2 Bahan dan Alat.................................................................................... 16 4.3 Metode Penelitian ............................................................................... 16 4.3.1 Pengambilan Contoh Tanah Fisik........................................ 16 4.3.2 Pengambilan Contoh Tanah Kimia...................................... 17 4.3.3 Pengambilan Contoh Tanah Biologi .................................... 17 4.3.4 Analisis Tanah .................................................................... 18 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil ................................................................................................ 19 5.1.1 Sifat Fisik Tanah ..................................................................... 19 5.1.2 Sifat Kimia Tanah ................................................................... 20 5.1.3 Sifat Biologi Tanah.................................................................. 23 5.2 Pembahasan ..................................................................................... 23 VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ...................................................................................... 28 6.2 Saran ................................................................................................ 28 VII. DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 29 VIII. LAMPIRAN ....................................................................................... 31 DAFTAR TABEL Nomor Halaman Teks 1. Parameter pengamatan dan metode analisis ............................................... 18 2. Sifat fisik tanah ......................................................................................... 19 3. C-organik, N-total, P-tersedia dan KTK di lokasi Harapan dan Shelly ....... 20 4. pH, KTK, basa-basa yang dapat ditukar dan KB tanah Harapan dan Shelly ................................................................................................. 21 5. pH dan unsur mikro di lokasi Harapan dan Shelly ..................................... 22 6. Daya hantar listrik..................................................................................... 22 7. Respirasi, kandungan C-mic, jumlah fungi, dan total mikrob .................... 23 Lampiran 1. Kriteria penilaian sifat kimia tanah............................................................ 31 2. Indeks bahaya salinisasi ............................................................................ 31 3. Kriteria unsur mikro berdasarkan metode DTPA ....................................... 32 4. Klasifikasi indeks stabilitas agregat tanah ................................................. 32 5. Tekstur tanah ............................................................................................ 32 6. Curah hujan tahunan di areal penambangan PT. INCO tahun 1996-2006... 33 7. Data sifat fisik tanah Harapan dan Shelly .................................................. 34 8. S-total lokasi Harapan dan Shelly.............................................................. 35 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman Teks 1. Profil lapisan tanah penutup dan batuan bijih pada lokasi penambangan ... 15 2. Tahapan proses penambangan bijih nikel .................................................. 15 Lampiran 1. Lokasi penelitian....................................................................................... 36 2. Contoh lahan pascatambang sebelum dan sesudah direklamasi.................. 36 3. Profil tanah lokasi Harapan ....................................................................... 36 4. Peta lokasi wilayah PT. INCO da kabupaten Luwu Timur provinsi Sulawesi ................................................................................................... 37 5. Peta geologi regional daerah kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan .... 37 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertambangan adalah suatu industri vital yang ekonomis untuk beberapa negara dan memberikan keuntungan ekonomi yang cukup besar. Indonesia dikenal sebagai negara dengan potensi mineral yang tinggi. Sumberdaya mineral Indonesia dapat dibagi menjadi 3 kelompok besar yaitu mineral energi (minyak dan gas bumi), mineral logam (nikel, timah, emas, perak, tembaga, dan sebagainya), dan mineral bukan logam (batu gamping, lempung, pasir kuarsa, dan lain-lain). Dalam pemanfaatan sumberdaya mineral logam, dilakukan usaha penambangan di lokasi-lokasi yang memiliki kandungan mineral logam seperti penambangan Nikel di PT. INCO, Sorowako yang tersebar hampir di sepanjang pegunungan Verbeek, Sulawesi Selatan dalam jumlah yang sangat besar. Bijih Nikel diperoleh dengan menerapkan metode tambang terbuka (open pit mining). Metode ini dilakukan dengan pengupasan tanah dan batuan penutup nikel. Kegiatan pengupasan ini menyebabkan terjadinya degradasi lahan yang meliputi perubahan sifat fisik, kimia dan biologi tanah, seperti terbukanya kawasan vegetasi hutan, hilangnya hara dan kandungan bahan organik tanah, pemadatan tanah, perubahan topografi, pencemaran, merubah susunan lapisan tanah, erosi dan sedimentasi, serta terjadi penurunan jumlah mikroorganisme tanah. Dalam hal pemulihan daya dukung lingkungan maka rehabilitasi lahan pascatambang secara berkelanjutan merupakan bagian terpenting, agar lahan tersebut dapat berfungsi kembali sebagai media tumbuh tanaman. Upaya-upaya rehabilitasi lahan yang umum dilakukan oleh pihak pertambangan difokuskan kepada reklamasi lahan (Ambodo, 2008). Tanah merupakan medium yang dinamis tempat tanaman dan mikroorganisme hidup bersama dan saling berhubungan satu sama lain. Tanah yang berkembang baik dan tidak terganggu mempunyai sifat dan ciri penampang yang khas. Lapisan atas atau olah atau disebut juga top soil suatu penampang tanah yang kedalamannya ±10-20 cm biasanya mengandung banyak bahan organik dan berwarna gelap karena akumulasi bahan organik. Lapisan ini juga merupakan daerah utama bagi pertumbuhan perakaran, dan banyak mengandung unsur hara dan air tersedia bagi tanaman. Lapisan di bawah lapisan olah dikenal dengan lapisan bawah yang kedalamannya lebih dari 20 cm, dimana kandungan bahan organik, unsur hara, dan air tersedia menurun dengan kedalaman tanah (Soepardi, 1983). Dengan demikian, hilangnya top soil dapat mengakibatkan solum tanah sebagai media tumbuh tanaman tidak dapat menunjang pertumbuhan tanaman secara normal sehingga tanah tidak produktif. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk menilai karakteristik tanah (sifat fisik, kimia, dan biologi) pada tanah asli tanpa top soil dan tanah pada lahan pascatambang dengan adanya pengembalian top soil dalam menunjang pertumbuhan tanaman. I.2. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan karakteristik tanah (sifat fisik, kimia dan biologi tanah) pada lahan reklamasi pascatambang dengan tanah asli tanpa top soil. I.3. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi perbedaan karakteristik tanah pada lahan reklamasi pascatambang dengan tanah asli tanpa top soil. Informasi tersebut dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam upaya mencapai keberhasilan reklamasi lahan pascatambang. II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Nikel Endapan nikel laterit merupakan hasil pelapukan lanjut dari batuan ultramafik pembawa Ni-Silikat. Umumnya terdapat pada daerah dengan iklim tropis sampai dengan subtropis. Pengaruh iklim tropis di Indonesia mengakibatkan proses pelapukan yang intensif, sehingga beberapa daerah di Indonesia memiliki profil laterit (produk pelapukan) yang tebal dan menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara penghasil nikel laterit yang utama. Proses konsentrasi nikel pada endapan nikel laterit dikendalikan oleh beberapa faktor yaitu, batuan dasar, iklim, topografi, air tanah, stabilitas mineral, mobilitas unsur, dan kondisi lingkungan yang berpengaruh terhadap tingkat kelarutan mineral (Rachman, 2008). 2.2. Karakteristik Lahan Tambang dan Proses Rehabilitasinya Kegiatan industri pertambangan seperti penambangan dan pemurnian nikel PT. Inco merupakan komoditi yang tidak dapat diperbaharui dan berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan melalui pembukaan lahan, penggalian dan penimbunan tanah penutup, pembuangan limbah dan lain-lain (Ambodo, 2008). Operasi penambangan nikel PT. INCO di Sorowako digolongkan sebagai tambang terbuka dengan tahapan secara umum sebagai berikut: 1. Pengupasan lapisan tanah penutup dan limonit setebal 15 – 20 meter ditimbun di tempat tertentu atau digunakan langsung untuk menutupi daerah bekas penambangan. 2. Penggalian lapisan tanah ketiga yang berkadar nikel tinggi (bijih nikel) setebal 7 – 10 meter diangkut ke stasiun penyaring. 3. Pemisahan bijih di stasiun penyaring berdasarkan ukurannya. Produk akhir hasil penyaringan bijih tipe Blok Timur adalah –18/-6 mesh, sedangkan produk akhir hasil penyaringan bijih tipe Blok Barat adalah – 4 mesh. 4. Penyimpanan bijih yang telah disaring ditimbun di tempat tertentu untuk pengeringan dan penyaringan ulang di pabrik. 5. Penghijauan (revegetasi) lahan-lahan daerah bekas tambang (purna tambang), mulai dari penimbunan material, pembuatan terasering dan penanaman kembali (Hutamadi, 2006). Menurut Kusnoto dan Kusumodirjo (1995) dalam Saptaningrum (2001) dampak lingkungan akibat kegiatan penambangan antara lain berupa: (1) penurunan produktivitas tanah (2) pemadatan tanah (3) terjadinya erosi dan sedimentasi (4) terjadinya gerakan tanah dan longsoran (5) terganggunya flora dan fauna (6) terganggunya keamanan dan kesehatan penduduk (7) perubahan iklim mikro Sumberdaya alam tanah dan air, mudah mengalami kerusakan atau degradasi. Kerusakan tanah dapat terjadi oleh kehilangan unsur hara dan bahan organik di daerah perakaran, proses salinisasi, penjenuhan tanah oleh atau air (waterlogging) dan erosi. Kerusakan tanah oleh satu atau lebih proses tersebut menyebabkan berkurangnya kemampuan tanah untuk mendukung pertumbuhan atau menghasilkan barang dan jasa (Riquer, 1977 dalam Arsyad, 2000). Tujuan jangka pendek rehabilitasi adalah membentuk bentang alam (landscape) yang stabil terhadap erosi. Selain itu rehabilitasi juga bertujuan untuk mengembalikan lokasi tambang ke kondisi yang memungkinkan untuk digunakan sebagai lahan produktif (Bapedal, 2001). Tahap awal dari upaya rehabilitasi lahan yang telah dilakukan adalah konservasi top soil, pengelolaan sedimen, penataan lahan, penanaman cover crops, dan penanaman tanaman pioneer. Berdasarkan pengalaman, pemilihan jenis tanaman penutup (cover crop) dan jenis tanaman pioneer sangat menentukan keberhasilan rehabilitasi lahan pascatambang. Cover crop yang baik adalah yang memiliki kriteria seperti mudah ditanam, cepat tumbuh dan rapat, bersimbiosis dengan bakteri ataupun fungi yang menguntungkan (Rhizobium, frankia, azospirilium, dan mikoriza), menghasilkan biomassa yang melimpah dan mudah terdekomposisi, tidak berkompetisi dengan tanaman pokok dan tidak melilit (Ambodo, 2008). Reklamasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki lahan pasca penambangan. Reklamasi adalah kegiatan pengelolaan tanah yang mencakup perbaikan kondisi fisik tanah overburden agar tidak terjadi longsor, pembuatan waduk untuk perbaikan kualitas air asam tambang yang beracun, yang kemudian dilanjutkan dengan kegiatan revegetasi. Revegetasi sendiri bertujuan untuk memulihkan kondisi fisik, kimia dan biologi tanah tersebut (Dindin, 2009). 2.3. Sifat Fisik Tanah Berbagai aktivitas dalam kegiatan penambangan menyebabkan rusaknya struktur, tekstur, porositas dan bulk density sebagai karakter fisik tanah yang penting bagi pertumbuhan tanaman. Kondisi tanah yang kompak karena pemadatan menyebabkan buruknya sistem tata air (water infiltration and percolation) dan aerasi (peredaran udara) yang secara langsung dapat membawa dampak negatif terhadap fungsi dan perkembangan akar. Akar tidak dapat berkembang dengan sempurna dan fungsinya sebagai alat absorpsi unsur hara akan terganggu. Akibatnya tanaman tidak dapat berkembang dengan normal tetapi tetap kerdil dan tumbuh merana (Setiadi, 1996). Porositas adalah indeks dari volume pori dalam tanah. Pada umumnya nilainya berkisar dari 0.3-0.6 (30%-60%). Pori tanah ditempati oleh pori mikro untuk air dan udara oleh pori makro. Ruang pori berubah dengan kedalaman tanah. Tanah lapisan bawah kadang-kadang mempunyai ruang pori sebanyak 26%-30%. Hal ini menyebabkan aerasi lapisan tersebut menjadi buruk (Soepardi,1983). Tanah bertekstur kasar akan mempunyai ruang pori total yang lebih kecil, karena terdiri dari pori makro yang menyebabkan aerasi tanah baik. Pada tanah berliat mempunyai aerasi tanah yang buruk ketika basah, karena sebagian ruang pori terdiri dari pori mikro. Foth (1990) menyatakan bahwa tanah yang mempunyai drainase baik maka ruang pori yang berukuran besar akan diisi udara dan ruang ini disebut pori aerasi tanah. Bobot isi adalah bobot kering suatu unit volume tanah dalam keadaan utuh, dinyatakan dalam gram tiap sentimeter kubik. Unit volume terdiri dari volume yang terisi bahan padat dan volume ruang diantaranya. Bobot isi dan porositas tanah dapat berubah dan beragam tergantung pada keadaan struktur tanah, khususnya dalam hubungannya dengan proses pemadatan tanah dan penambahan bahan organik (Wahjunie dan Murtilaksono, 2004). Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh salinitas dan sodisitas yang mengakibatkan terganggunya sifat fisik tanah (berkurangnya infiltrasi, permeabilitas dan porositas) dan terganggunya penyerapan hara (Pierzynski, 2005). 2.4. Sifat Kimia Tanah Dalam profil tanah yang normal lapisan tanah atas merupakan sumber unsur-unsur hara makro dan mikro esensial bagi pertumbuhan tanaman. Selain itu juga berfungsi sebagai sumber bahan organik untuk menyokong kehidupan mikroba. Hilangnya lapisan tanah atas (top soil) yang proses pembentukannya memakan waktu ratusan tahun dianggap sebagai penyebab utama buruknya tingkat kesuburan tanah pada lahan-lahan bekas pertambangan (Setiadi, 1996). Bahan organik selain dapat meningkatkan sifat kimia tanah juga mempunyai peran penting dalam memperbaiki sifat fisik tanah. Bahan organik dapat meningkatkan agregasi tanah, memperbaiki aerasi dan perkolasi, serta membuat struktur tanah menjadi lebih remah dan mudah diolah (Prasetyo dan Suriadikarta, 2006). Pada kedalaman tanah yang berbeda terdapat perbedaan kandungan nitrogen. Kandungan N yang tertinggi terdapat pada permukaan tanah yang umumnya semakin menurun dengan kedalaman tanah. Nitrogen dalam tanah berasal dari berbagai sumber, diantaranya (1) fiksasi oleh mikroorganisme, (2) air irigasi dan hujan, (3) perombakan bahan organik, dan (4) pemupukan. Bahan organik tanah mengandung sekitar 2% - 8% N. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan tanah menyediakan nitrogen adalah (1) kadar bahan organik, (2) iklim dan vegetasi, (3) topografi, (4) sifat fisik dan kimia tanah. Fosfor dalam tanah terdiri dari P-anorganik dan P-organik yang berasal dari bahan organik dan mineral yang mengandung apatit. Unsur P dalam tanah tidak bergerak (immobil). Fosfor terikat oleh liat, bahan organik serta oksida Fe dan Al pada tanah yang pH nya rendah (pH 4-5.5) dan oleh Ca dan Mg pada tanah yang pH nya tinggi (Tan, 1991). Kalsium dihasilkan dari mineral kalsit, dolomit, gypsum, feldspar, apatit, dan amphibol. Dolomit, biotit, serpentin, hornblende, dan olivin mengandung unsur magnesium. Tanaman memerlukan Ca dan Mg lebih rendah daripada K. Magnesium dijerap pada permukaan pertukaran kation lebih rendah daripada kalsium. Kecuali, tanah yang berasal dari serpentin (kaya magnesium) dan sangat rendah kalsium yang dapat dipertukarkan (Foth, 1990). Kation-kation yang berbeda dapat mempunyai kemampuan yang berbeda untuk menukar kation yang dijerap. Jumlah yang dijerap sering tidak setara dengan yang ditukarkan. Ion-ion divalen biasanya diikat lebih kuat daripada ionion monovalen, sehingga akan lebih sulit untuk dipertukarkan (Tan, 1991). Besar kecilnya Kapasitas Tukar Kation (KTK) tanah dipengaruhi oleh reaksi tanah, tekstur atau jumlah liat, jenis mineral liat, bahan organik dan pengapuran serta pemupukan. 2.5. Sifat Biologi Tanah Hilangnya lapisan top soil dan serasah (litter layer) sebagai sumber karbon untuk menyokong kehidupan mikroba potensial merupakan penyebab utama buruknya kondisi populasi mikroba tanah. Hal ini secara tidak langsung akan sangat mempengaruhi kehidupan tanaman yang tumbuh di permukaan tanah tersebut. Keberadaan mikroba tanah potensial dapat memainkan peranan sangat penting bagi perkembangan dan kelangsungan hidup tanaman. Aktivitasnya tidak saja terbatas pada penyediaan unsur hara, tetapi juga aktif dalam dekomposisi serasah dan bahkan dapat memperbaiki struktur tanah (Setiadi, 1996). Ma’shum, et al. (2003) mengemukakan bahwa faktor lingkungan seperti pH tanah, pupuk anorganik, kandungan bahan organik dan kelembaban tanah merupakan faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan fungi. Fungi kebanyakan terdapat pada tanah masam. Meski demikian, ada juga fungi yang terdapat pada tanah netral atau tanah alkalis. Penambahan bahan organik kedalam tanah berpengaruh terhadap jumlah populasi fungi, karena fungi bersifat heterotrof. Sekaitan dengan tingkat kelembaban tanah, perkembangan dan aktifitas fungi memerlukan kelembaban nisbi kering dibandingkan dengan bakteri. Peran utama fungi dalam kaitan dengan kesuburan tanah adalah merombak dan membantu membentuk agregat tanah. Tingginya aktivitas mikroorganisme dapat diukur dengan cara respirasi tanah dan biomassa karbon mikroorganisme (C-mic) tanah. Hasil penelitian Anisah, et al. (2006) menunjukkan bahwa C-mic dapat memberikan respon yang lebih cepat terhadap terjadinya perubahan dibanding C-total. Beberapa hasil penelitian sebelumnya, juga menunjukkan bahwa Cmic merupakan parameter/indikator dari kualitas tanah yang jauh lebih peka dibanding dengan sifat kimia tanah (seperti C-organik total) maupun sifat fisik tanah. Pengukuran respirasi mikroorganisme tanah merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk menentukan tingkat aktivitas mikroorganisme tanah. Tingkat respirasi yang diukur dari besarnya CO2 yang dikeluarkan merupakan indikator yang baik bagi aktifitas mikroorganisme tanah. Menurut Ma’shum et al. (2003), peranan mikrob dalam kesuburan tanah ditunjukkan dalam aktifitasnya dalam memperbaiki struktur tanah dan ketersediaan hara bagi tanaman. Berkaitan dengan pembentukan struktur remah, mikrob berperan sebagai pembangun agregat tanah yang mantap. Dalam kaitannya dengan peningkatan ketersediaan hara, mikrob berfungsi untuk mempercepat dekomposisi bahan organik dan sebagai pemacu tingkat kelarutan senyawa anorganik yang tidak tersedia menjadi bentuk tersedia. III. KONDISI UMUM PT. INCO 3.1. Sejarah PT. INCO, Tbk. PT. INCO merupakan anak perusahaan INCO Limited dari Kanada, salah satu perusahaan tambang penghasil nikel terkemuka di dunia. Perusahaan ini berlokasi di kota Sorowako, kurang lebih 700 km sebelah utara dari kota Makassar, Propinsi Sulawesi Selatan. PT. INCO menghasilkan nikel matte, yaitu produk setengah jadi dari bijih nikel laterite. Daya saing PT. INCO terletak pada cadangan bijih dalam jumlah besar, tenaga kerja yang terampil dan terlatih, biaya terendah, fasilitas produksi yang canggih dan pasar yang terjamin untuk hasil produksinya. PT. INCO merupakan salah satu perusahaan nikel terbesar di Indonesia dengan target produksi kurang lebih 165 juta pounds per tahun. Pada bulan juli 1968 PT. INCO menandatangani kontrak karya. Kontrak karya tersebut didasarkan pada UU No. 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing, dan ditetapkan berlaku selama 30 tahun (terhitung sejak produksi komersial 1978). Setelah itu kegiatan eksplorasi dilakukan pada tahun 1968-1973 untuk meneliti sumber endapan bijih nikel. Saat ini PT. INCO hanya mempertahankan luas daerah konsesi 218.000 Ha yang sebelumnya 6.6 juta Ha dengan melakukan pengembalian daerah konsesi kepada pemerintah RI secara bertahap. Semenjak beroperasi, PT. INCO telah melakukan pembangunan proyeknya secara bertahap. Sejak tahun 1973 hingga tahun 1999 tercatat telah melakukan empat tahapan proyek. Pada akhir tahun 2005, PT. INCO diakuisi oleh sebuah perusahaan tambang yang memproduksi bijih besi, mangan dan pellet dari Brazil, yang bernama CVRD (Companhia Vale de Rio Doce). 3.2. Lokasi PT. INCO, Tbk Lokasi penambangan PT. INCO terletak di desa Sorowako, Kecamatan Nuha, Kabupaten Luwu Utara, Propinsi Sulawesi Selatan, yang ditempuh melalui jalur darat dan udara. Secara geografis, lokasi konsesi awal PT. INCO terletak pada posisi 120045I-123030I BT (Sua-Sua s/d Torokulu) dan 6030I-5030I LS (Kolonedale s/d Malapulu). Topografi daerah penambangan berupa perbukitan dengan ketinggian antara 290 m-900 m di atas permukaan laut. Vegetasi yang tumbuh adalah tumbuhan tropis berupa perdu dan hutan yang ditumbuhi pepohonan yang berdiameter antara 10-40 cm. Keadaan iklim daerah Sorowako dipengaruhi oleh musim kemarau dan penghujan dengan rata-rata curah hujan perbulan 176.381 mm. Tipe iklim Sorowako berdasarkan pengklasifikasian iklim menurut Schmith-Ferguson adalah tipe iklim A. Hujan berlangsung sepanjang tahun. Suhu udara berkisar antara 25-260C dengan kelembaban rata-rata 80%. 3.3. Iklim 3.3.1. Curah Hujan Data curah hujan di areal studi dikumpulkan dari 11 stasiun pengamatan curah hujan PT Inco, yaitu Dam Site, HydroPlant, Matano, Nuha, Palimbu, Timampu, Togo, Tokalimbo, Plant Site, Wawondula dan Ledu-Ledu. Hasil pengumpulan data curah hujan tahunan dari tahun 1996 sampai 2006 dapat dilihat pada Tabel Lampiran 6. 3.4. Geologi Beberapa formasi geologi yang terkait erat dengan kegiatan PT. Inco adalah Formasi Matano (Kml), Komplek Ultramafik (MTosu), Wasuponda Melange (MTmw), Formasi Larona (Tpls), Deposit Lakustrin (Ql), dan Aluvium (Qal). Formasi Matano terletak pada bagian atas ophiolite, terdiri dari limestone dan calcilutite, shale, marl dengan sisipan slate dan chert. Komplek Ultramafik terdiri dari harzburgite, lherzolite, wehrlite, web-sterite, serpentinite dan dunite. Wasuponda Melange tersusun dari scist, gneiss, batu mafic, amphibolite, Etadiabase, batu ultramafik, lembaran limestone dan clogite. Formasi Larona tersusun dari konglomerat, sandstone, claystone dengan sisipan tuff. Deposit Lakustrine terdiri dari lempung, pasir dan krikil, sedangkan Aluvium tersusun dari lumpur, liat, pasir, gravel dan peebles. Berdasarkan kelompok batuan, struktur dan biostratigrafinya, areal studi termasuk ke dalam struktur geologi bagian timur. Batuan tertua pada daerah ini adalah lempeng ophiolite yang terdiri dari kelompok batuan ultramafik (meliputi harzburgite, dunite, pyroxenite, wehrlite, dan serpentinitea), dan pada beberapa tempat terdiri dari batuan mafik (meliputi gabro dan basalts). Umur lempeng ophiolite pada areal ini belum diketahui dengan pasti, diperkirakan barumur tersier awal. Sedangkan batuan termuda adalah batuan aluvium yang terdiri dari deposit sungai, danau dan pantai. 3.5. Topografi Topografi areal PT Inco terdiri dari lima kelas lereng yaitu a) 0 – 8% (datar); b) 8 – 15% (landai); c) 15 – 25% (agak curam); d) 25 – 45% (curam); dan e) > 45% (sangat curam). Areal PT Inco didominasi oleh lereng datar (41,26%) dan landai (28,04%). Sedangkan luas lereng sangat curam sebesar 0,15% (182,09 ha) dan lereng 25-45% sebesar 8,13% (9.624,63 ha). Secara umum kelima kelas lereng terdapat pada seluruh lokasi tambang kecuali di lokasi tambang Lasobonti tidak terdapat areal sangat curam (>45%). Kelas lereng 0-8% yang paling besar terdapat di lokasi tambang Sorowako sebesar 55,24% dan Mahalona sebesar 51,43%, Sedangkan yang terkecil terdapat di lokasi tambang Bulubalang 20,91%. 3.6. Morfologi Tanah Jenis tanah di areal PT. Inco diklasifikasikan ke dalam 4 ordo, yaitu Entisols, Inceptisol, Ultisols, dan Oxisols. 1) Ultisol Jenis tanah Ultisol tersebar dilokasi tambang Bulubalang, Lengkobale, Lasobonti, Lingkona, Lampesue S, Petea, Tanah Merah, Mahalona, Larona, Sorowako, Timampu dan Lampesue N. Jenis tanah ini terbentuk dari batuan induk ultrabasa, drainase baik, struktur granular sampai gumpal bersudut, tekstur lempung berliat samapi liat, dan konsistensi lekat. Ultisols di lokasi penelitian terdapat pada wilayah kelembaban Udie (basah). Penyebaran tanah ini cukup luas dijumpai pada grup angkatan dan patahan dari intrusi batuan basa dan ultramafik. Ultisol diareal studi dikategorikan ke dalam Tropudults. 2) Entisol Jenis tanah Entisols mempunyai karakteristik jenuh air pada beberapa waktu sepanjang tahun dan pada kedalaman > 50 cm mengandung fragmen kasar > 35%. Dengan demikian Entisol dilokasi studi dikategorikan kedalam Tropofluvent, Tropaquents, Hydraquents dan Fluvaquents. Jenis tanah ini tersebar dilokasi tambang Bulubalang, Lingke N, Lengkobale, Sorowako, Timampu, Nuha, Matano, Lingke S, Lasobonti, Tanamalia, Lingkona, Lampesue S, Topemanu, Petea, Mahalona, dan Lampesue N. Entisols tergolong tanah-tanah yang belum mempunyai perkembangan profil dengan susunan horizon AC, ACR, atau AR dengan solum tipis. Di daerah penelitian tanah ini mempunyai penyebaran sempit dijumpai pada grup fisiografi alluvial (jalur meander sungai, dan dataran sempit antar perbukitan). Di dataran aluvial, tanah Entisols umumnya dalam, berstruktur pasir–pasir berlempung dan mempunyai statifikasi bahan jelas. Drainase baik dan permeabilitas agak cepat dan reaksi tanah agak masam. Pada daerah perbukitan, tanah Entisols mempunyai kedalaman dangkal, berkerikil dan berbatu di bagian bawah. Drainase baik dan permeabilitas agak cepat. Tekstur lempung sampai lempung berpasir, reaksi tanah agak masam. Pada bekas lokasi tambang yang sudah direvegetasi, tanah mempunyai kedalaman agak bervariasi, agak dangkal, berkerikil dan berbatu. Drainase agak buruk dan buruk. Tekstur lempung sampai lempung berliat, reaksi tanah masam. 3) Inceptisols Jenis tanah Inceptisols tergolong tanah masih muda, perkembangan tanahnya masih lemah dan dicirikan oleh horizon B-kambik dengan susunan horizon ABwC atau ABgC. Bahan induk tanah bervariasi, terdiri dari endapan alluvium/lakustrin dan endapan kolovial, konglomerat, serpih dan batulempung. Inceptisol di areal studi dikategorikan ke dalam Dystropepts, Humitropepts, Eutropepts, Tropaquepts, dan Ustropepts. Tanah Inceptisols pada depresi alluvial atau dataran alluvial agak cekung mempunyai drainase terhambat akibat stagnasi air, tekstur liat, reaksi tanah agak masam, mempunyai kedalaman tanah dangkal sampai sedang. Pada bekas lokasi tambang yang sudah direvegetasi, tanah mempunyai kedalaman agak bervariasi, agak dangkal berkerikil dan berbatu. 4) Oxisols Oxisols di daerah penelitian termasuk tanah-tanah yang sudah mengalami perkembangan lanjut yang dicirikan oleh terbentuknya horizon Box, struktur lemah, warna coklat tua kemerahan, diferensiasi horizon kurang jelas. Tanah ini berkembang dari batuan ultramafik, terdapat pada daerah berombak, bergelombang sampai berbukit dan bergunung. Jenis tanah ini tersebar di seluruh lokasi tambang kecuali Lingke N, Tanamalia, Topemanu, Nuha, Matano, Lingke S, dan Pongkeru. Oxisols di areal studi dikategorikan kedalam Haplorthox. Oxisols di lokasi penelitian pada rejim kelembaban Udie. Penyebaran tanah ini sangat luas dijumpai pada grup angkatan dan patahan dari intrusi batuan ultramafik. 3.7. Kandungan Bijih Nikel Sorowako Bijih nikel yang terdapat di bagian Tengah dan Timur Sulawesi tepatnya di daerah Sorowako termasuk ke dalam jenis laterit nikel dan bijih nikel silikat (garnierit). Bijih nikel tersebut akibat pelapukan dan pelindian (leaching) batuan ultrabasa seperti peridotit dan serpentinit dari rombakan batuan ultrabasa. Bijih laterit nikel daerah Sorowako terdiri dari beberapa lapisan antara lain, lapisan tanah penutup, lapisan limonit berkadar menengah (pada bagian bawah lapisan tanah penutup dengan tebal 3 meter), lapisan bjih (pada bagian bawah lapisan limonit dengan tebal 7 meter), dan lapisan batuan dasar. Lapisan yang bernilai ekonomis untuk ditambang adalah lapisan bijih dengan kadar nikel paling tinggi, karena itulah diperlukan adanya pembukaan lapisan tanah untuk dapat mengambil lapisan bijih. Berdasarkan hasil eksplorasi dan penelitian diperoleh data bahwa profil nikel laterit di daerah Sorowako secara umum dapat dibagi dua berdasarkan ciri fisik dan kimianya, yaitu Blok Barat (West Block) dan Blok Timur (East Block) yang berbeda satu sama lainnya. Perbedaannya berdasarkan topografi, pada umumnya di blok timur mempunyai topografi yang landai sedikit berbukit sedangkan di Blok Barat pada umumnya topografi terjal membentuk pegunungan. Blok Barat (West Block) meliputi 36 bukit dengan luas sekitar 46,5 km persegi, secara umum merupakan batuan peridotit yang tidak terserpentinisasi dengan bentuk morfologi yang relatif lebih terjal dibandingkan blok timur (karena pengaruh struktur yang kuat), banyak dijumpai bongkah-bongkah segar peridotit (Boulder) sisa proses pelapukan sehingga perolehan (recovery) menjadi kecil. Umumnya bongkahan dilapisi oleh zona pelapukan tipis di bagian luarnya. Daerah pada Blok Barat banyak mengandung urat-urat kuarsa yang sulit dikontrol pola penyebarannya. Sementara itu di daerah Blok Timur (East Block) meliputi 44 bukit menempati area seluas 36.3 km persegi. Topografi pada daerah ini relatif lebih landai daripada daerah Blok Barat. Batuan dasar dari tipe ini umumnya adalah serpentine peridotite, lherzolite, dengan derajat serpentin yang bervariasi. Pada daerah ini tidak banyak mengandung endapan nikel yang high grade kecuali pada jebakan struktur dengan perkembangan lokal garnierite. Gambar 1. Profil lapisan tanah laterit dan batuan bijih nikel Proses Penambangan Gambar 2. Tahapan proses penambangan bijih nikel. IV. BAHAN DAN METODE 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di areal konsesi tambang PT. INCO Sorowako Sulawesi Selatan. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli - November 2008. 4.2. Bahan dan Alat Contoh tanah berasal dari tanah asli yang telah dikupas top soilnya ±1 meter pada tahun 2004 dan sudah mulai tumbuh secara alami tanaman lokal seperti Bonu (Thricospermum buretii) dan Trema orientalis yang berumur ± 4 tahun (Shelly), sedangkan tanah pada lahan reklamasi telah direvegetasi ± 4 bulan (Harapan). Bahan-bahan yang digunakan untuk analisis fisika, kimia dan biologi tanah di laboratorium disesuaikan dengan parameter yang diteliti. Alat yang digunakan dalam pengambilan sampel tanah, yaitu : ring sampel, cangkul/sekop, meteran, tali rafia, aluminium foil, kertas label, karet gelang, kaleng, pisau lapang, penggaris, ayakan 2 mm, ayakan 0.5 mm, gunting, cutter, dan ice box. 4.3. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survey. Sebagai persiapan penelitian dilakukan kegiatan pengamatan lapangan seperti penentuan lereng dan penentuan lokasi pengambilan contoh tanah. Pengambilan contoh tanah untuk sifat kimia dan biologi dilakukan secara acak dan komposit sedangkan sifat fisik pada titik-titik tertentu di setiap lokasi penelitian. 4.3.1. Pengambilan contoh tanah untuk analisis sifat fisik Pengambilan contoh tanah pada masing-masing lokasi dilakukan dengan menggunakan ring sampel pada kedalaman lapisan tanah 0-30 cm, dan 30-60 cm sebanyak 3 ulangan pada masing-masing lokasi. Contoh tanah utuh dalam ring dibungkus dengan aluminium foil agar kadar air tetap seperti kondisi awal. Agregat tanah utuh diambil pada kedalaman lapisan tanah 0-30 cm dan 30-60 cm. Agregat tanah dikering udarakan terlebih dahulu sebelum dianalisis. 4.3.2. Pengambilan contoh tanah untuk analisis sifat kimia Pengambilan contoh tanah di lokasi Harapan untuk analisis sifat kimia diambil secara acak dan komposit dari 14 titik sampling dan di Shelly diambil dari 6 titik sampling, masing-masing pada kedalaman tanah 0-10 cm, 10-20 cm, 20-30 cm, 30-40 cm, 40-50 cm, dan 50-60 cm. Sebelum dianalisis, dilakukan persiapan contoh tanah. Adapun cara persiapan tanahnya adalah sebagai berikut : 1. Contoh tanah dihaluskan terlebih dahulu dengan cara ditumbuk. 2. Tanah yang telah halus kemudian diayak dengan saringan berdiameter 2 mm. Dari hasil saringan ini kemudian ditumbuk lagi agar lolos saringan berdiameter 0.5 mm. Dengan demikian diperoleh sejumlah tanah yang siap untuk dianalisis. 3. Tanah-tanah yang telah lolos saringan kemudian dimasukkan ke dalam botol yang benar-benar kering dan tertutup. 4. Untuk menghomogenkan kondisi dan kadar air masing-masing tanah, contoh tanah dimasukkan ke dalam oven pada temperatur 600C selama ±24 jam. Setelah itu tanah-tanah dimasukkan ke dalam eksikator dalam keadaan botol tertutup agar kondisi tanah yang akan dianalisis memiliki kondisi dan kadar air yang sama. 4.3.3. Pengambilan contoh tanah untuk analisis sifat biologi Pengambilan contoh tanah untuk analisis sifat biologi di lokasi Harapan diambil secara acak dan komposit dari 18 titik sampling dan di Shelly diambil dari 6 titik sampling, masing-masing pada kedalaman tanah 0-10 cm. Tanah komposit sebelum dianalisis dimasukkan ke dalam plastik tertutup kemudian disimpan dalam ice box. 4.3.4. Analisis Tanah Analisis sifat fisik, kimia dan biologi tanah berikut metodenya tertera pada Tabel 1. Tabel 1. Parameter pengamatan dan metode analisis Analisis sifat fisik tanah Parameter yang diukur Bobot isi (BI) Kemantapan agregat Tekstur Metode Ring sample Pengayakan kering dan basah Pipet Analisis sifat kimia tanah pH H2O (1:1) dan DHL Elektrode gelas C-organik Walkley dan Black N-total Kjeldahl P-tersedia Bray 1 KTK dan KB 1 N NH4OAc pH 7.0 Basa-basa dapat ditukar (Ca, Mg, 1 N NH4OAc pH 7.0 K, dan Na) Mg terlarut dalam air (water Pelarut air destilata (Aquades) soluble) Ketersediaan unsur mikro Fe,Cu, DTPA Zn dan Mn Unsur mikro Fe, Cu, Zn, dan Mn Pelarut air destilata (Aquades) terlarut dalam air (water soluble) Na2CO3 S-total Analisis sifat biologi tanah Mikroorganisme total Cawan hitung Fungi Cawan hitung Biomassa karbon mikrooganisme Sonifikasi Respirasi tanah Evolusi CO2 V. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis sifat-sifat tanah yang dilakukan dalam penelitian ini mencakup analisis kimia, terdiri dari pH, DHL, C-organik, KTK, KB, basa-basa yang dapat dipertukarkan (Ca, Mg, K dan Na), water soluble Mg, N-total, P-tersedia, Fe, Mn, Zn dan Cu tersedia, water soluble Fe, Mn, Zn dan Cu dan S-Total. Sifat fisik terdiri dari bobot isi, kadar air, tekstur, porositas, dan kemantapan agregat. Sifat biologi terdiri dari total mikrob, total fungi, respirasi tanah, dan C-mic. Parameter ini diambil karena kemampuan tanah menyediakan unsur hara bagi tanaman merupakan persoalan utama dalam produksi tanaman. Salah satu faktor yang menyebabkan keberhasilan reklamasi pascatambang nikel adalah pemilihan jenis vegetasi yang tepat sehingga efektif dan efisien serta sesuai dengan kondisi ekologi setempat dalam memperbaiki kualitas tanah pasca penambangan. 5.1. Hasil 5.1.1. Sifat Fisik Tanah Hasil analisis sifat fisik tanah (Bobot isi, porositas, dan kelas kemantapan agregat) di Harapan dan Shelly pada kedalaman 0-30 cm dan 30-60 cm tertera pada Tabel 2. Tabel 2. Sifat fisik tanah Lokasi Sifat Fisik Bobot isi (g/cm3) Porositas (%) Kelas kemantapan agregat Harapan 0-30 cm 30-60 cm 1.57 37.48 Agak stabil 1.01 46.65 Stabil Shelly 0-30 cm 30-60 cm 1.16 56.18 Kurang stabil 1.41 46.94 Stabil Pada kedalaman tanah 0-30 cm di Harapan memiliki bobot isi lebih tinggi daripada di Shelly. Tanah di lokasi Harapan bertekstur lempung berdebu yang termasuk kelas tekstur sedang, sedangkan Shelly bervariasi pada kedalaman 0-10 cm (debu) dengan kelas tekstur sedang, 10-20 cm (liat berdebu) dengan kelas tekstur agak halus dan 20-30 cm (lempung liat berdebu) dengan kelas tekstur halus. Dengan demikian, pada kedalaman lapisan 0-30 cm Harapan mempunyai ruang pori total yang lebih rendah daripada tanah di Shelly, yang akhirnya membentuk bobot isi lebih tinggi di Harapan daripada Shelly. Berdasarkan data pada Tabel 2 tanah di Harapan pada kedalaman 0-30 cm mempunyai kemantapan agregat rendah, menurut klasifikasi indeks stabilitas agregat termasuk kriteria agak stabil dan tanah di Shelly mempunyai kemantapan agregat kurang stabil. Pada kedalaman tanah 30-60 cm di Harapan mempunyai bobot isi lebih rendah daripada Shelly, sehingga porositas lokasi Harapan lebih tinggi daripada di Shelly. Kemantapan agregat pada tanah Harapan dan Shelly termasuk stabil. 5.1.2. Sifat Kimia Tanah Kriteria tingkat kesuburan tanah untuk menilai hasil analisis sifat kimia tanah di laboratorium yang digunakan mengacu pada kriteria kesuburan tanah dari Pusat Penelitian Tanah (1983). Kandungan C-organik, N-total dan P-tersedia disajikan masing-masing pada Tabel 3 dan 4. Tabel 3. C-organik, N-total, P-tersedia dan KTK di lokasi Harapan Kedalaman 0-10 cm 10-20 cm 20-30 cm 30-40 cm 40-50 cm 50-60 cm C-Organik N-Total .. ..…………(%)………........... 0.09 0.017 0.09 0.020 0.35 0.031 0.55 0.025 0.39 0.023 0.90 0.004 P-Tersedia …..(ppm)..... 5.67 5.87 4.78 5.94 4.73 6.48 Tabel 4. C-organik, N-total, P-tersedia dan KTK di lokasi Shelly C-Organik N-Total P-Tersedia Kedalaman ………………..(%)…………......... ...…(ppm)….. 0-10 cm 1.11 0.154 5.31 10-20 cm 0.57 0.070 6.74 20-30 cm 0.74 0.090 5.80 30-40 cm 0.55 0.075 7.22 40-50 cm 0.19 0.033 7.64 50-60 cm 0.47 0.025 6.35 KTK me/100 g 2.49 3.20 2.97 3.32 4.25 4.15 KTK me/100 g 7.63 4.38 5.25 5.22 5.16 5.54 Berdasarkan hasil analisis tanah pada kedalaman 0-10 cm kandungan (Corganik, N-total dan KTK) di Shelly relatif lebih tinggi daripada di Harapan. Akan tetapi parameter tersebut di atas pada lokasi Shelly termasuk kriteria rendah, sedangkan di Harapan tergolong kriteria sangat rendah. Untuk tanah Harapan, Ptersedia relatif hampir sama dengan tanah Shelly (Tabel 3 dan 4). Akan tetapi, Ptersedia di Shelly meningkat dengan bertambahnya kedalaman tanah, sedangkan di Harapan bervariasi atau berfluktuasi. Kandungan Na-dd pada kedua lokasi relatif hampir sama (Tabel 5 dan 6). Berdasarkan kriteria PPT (1983) P-tersedia dan Na-dd termasuk kriteria rendah. Tabel 5. pH, KTK, basa-basa yang dapat ditukar dan KB di lokasi Harapan Kedalam an pH H2O Basa-basa yang dapat ditukar Ca 0-10 cm 10-20 cm 20-30 cm 30-40 cm 40-50 cm 50-60 cm 6.69 6.65 6.58 6.7 6.85 6.75 Mg Na Mg Terlarut dalam air …………….…………..(me/100g)……………… 1.43 2.9 0.20 0.34 1.97 1.04 4.12 0.15 0.28 2.27 0.73 4.15 0.15 0.26 2.18 0.98 12.33 0.09 0.23 4.82 1.00 11.50 0.13 0.22 5.67 1.02 11.67 0.17 0.23 5.73 KTK KB …….. 2.49 3.20 2.97 3.32 4.25 4.15 (%) 100 100 100 100 100 100 K Tabel 6. pH, KTK, basa-basa yang dapat ditukar dan KB di lokasi Shelly Kedalam an pH H2O Basa-basa yang dapat ditukar Ca 0-10 cm 10-20 cm 20-30 cm 30-40 cm 40-50 cm 50-60 cm 5.81 5.61 5.5 5.28 5.72 5.77 Mg Na KTK Mg Terlarut dalam air …………….…………..(me/100g)…………… 1.04 3.48 0.15 0.27 0.47 0.85 1.43 0.18 0.20 0.28 0.82 1.27 0.11 0.19 0.38 0.76 0.77 0.12 0.21 0.10 0.55 0.60 0.16 0.14 0.08 0.74 0.68 0.10 0.14 0.12 KB K …….. 7.63 4.38 5.25 5.22 5.16 5.54 (%) 64.83 60.75 45.42 35.59 27.98 29.91 Kandungan Ca-dd di Harapan (1.43 me/100 g), sedangkan di Shelly (1.04 me/100 g). Akan tetapi, Ca-dd pada kedua lokasi termasuk sangat rendah. Kandungan Mg-dd di Harapan tergolong kriteria tinggi dan dengan bertambahnya kedalaman Mg-dd dan Mg terlarut dalam air semakin tinggi dan lebih tinggi daripada tanah di Shelly. Sedangkan kandungan Mg-dd di Shelly menurun dengan bertambahnya kedalaman. Kandungan K-dd di tanah Harapan tergolong kriteria sedang, sedangkan tanah di Shelly termasuk rendah. Reaksi tanah (pH) di Harapan termasuk netral (pH 6.69-6.85) dan pH tanah di Shelly agak masam (pH 5.28-5.81). Hal ini dikarenakan kejenuhan basa (KB) pada tanah Harapan lebih tinggi daripada di Shelly. Berdasarkan kriteria PPT (1983), KB pada tanah Harapan termasuk sangat tinggi dan tanah Shelly termasuk kriteria tinggi. Tabel 7. pH dan unsur mikro di lokasi Harapan pH H2O Unsur Mikro Tersedia (DTPA) Fe Mn Zn Cu Unsur Mikro Terlarut Dalam Air Fe Mn Zn Cu Kedalaman 0-10 cm 10-20 cm 20-30 cm 30-40 cm 40-50 cm 50-60 cm …………..………………………(ppm)…............................................................ 6.69 9.4 10.35 1.0 2.15 0.05 0.25 0.05 0.2 6.65 9.4 9.4 0.95 3.2 tr 0.15 0.05 0.25 6.58 9.35 8.65 0.85 2.15 0.1 0.6 0.35 0.2 6.7 7.15 8.8 1.4 2.2 0.05 0.35 0.1 0.05 6.85 6.6 7.25 1.25 1.95 tr 0.35 0 0.25 6.75 6.15 7.65 0.8 1.25 tr 0.25 0.1 0.05 Tabel 8. pH dan unsur mikro di lokasi Shelly Unsur Mikro Tersedia (DTPA) Fe Mn Zn Cu Unsur Mikro Terlarut Dalam Air Fe Mn Zn Cu Kedalaman pH H2O 0-10 cm 10-20 cm 20-30 cm 30-40 cm 40-50 cm 50-60 cm …………..………………………(ppm)…............................................................ 5.81 28.8 105.45 0.95 2.05 0.6 0.05 0.2 0.05 5.61 21.55 84.95 1.25 3.75 0.55 tr 0.1 0.05 5.5 19.85 74.95 1.25 2.35 0.95 0.05 0.15 0.05 5.28 16.6 57.45 0.6 2.6 3.5 0.05 0.3 0.1 5.72 13.2 56.95 0.6 1.7 1.45 tr 0.2 0.1 5.77 12 31.95 0.6 1.95 6.85 0.05 0.2 0.25 Ketersediaan dan kelarutan Fe, Cu, Zn dan Mn di lokasi Shelly lebih tinggi daripada lokasi Harapan. Pada tanah Harapan dan Shelly ketersediaan unsur Fe, Mn, dan Cu termasuk sangat tinggi, sedangkan unsur Zn termasuk cukup berdasarkan kriteria dari metode DTPA. Tabel 9. Daya hantar listrik Lokasi Harapan Shelly DHL (mmhos/cm) Kedalaman 0-10 cm 10-20 cm 20-30 cm 30-40 cm 40-50 cm 50-60 cm 0,135 0,14 0,18 0,25 0,183 0,21 0,048 0,013 0,015 0,01 0,011 0,02 5.1.3. Sifat Biologi Tanah Tabel 10. Respirasi, kandungan C-mic, jumlah fungi, dan total mikrob Lokasi Jumlah Fungi Jumlah mikrob total Respirasi ………………..(∑ sel/g BKM)…………… (mg C-CO2/kg tanah/hari) Harapan 3 8,9 . 10 Shelly 32,6 . 10 (µg/g) 7 4.63 838.69 7 5.31 916.06 3,6 . 10 3 C-mic 8,9 . 10 Tabel 10 menunjukkan bahwa total fungi, total mikroorganisme tanah, respirasi mikroorganisme tanah dan C-mic pada tanah di lokasi Shelly lebih tinggi daripada di Harapan. 5.2. Pembahasan Sifat fisik tanah di Shelly lebih baik daripada Harapan. Hal ini berdasarkan bobot isi pada kedalaman tanah 0-30 cm di Harapan lebih tinggi dibandingkan dengan Shelly. Tanah di Harapan bertekstur lempung berdebu yang termasuk kelas tekstur sedang, sedangkan di Shelly bervariasi pada kedalaman tanah 0-10 cm (debu) dengan kelas tekstur sedang, 10-20 cm (liat berdebu) dengan kelas tekstur agak halus dan 20-30 cm (lempung liat berdebu) dengan kelas tekstur halus. Dengan demikian, pada kedalaman lapisan 0-30 cm di Harapan mempunyai ruang pori total yang lebih rendah daripada tanah di Shelly, yang akhirnya membentuk bobot isi lebih tinggi di Harapan daripada di lokasi Shelly. Kedudukan ruang pori sangat penting, karena akan sangat mempengaruhi sifat fisik (struktur dan aerasi tanah), kimia (pergerakan hara) dan biologi tanah (aktifitas mikrooganisme tanah) yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Pada kedalaman tanah 30-60 cm di Harapan mempunyai bobot isi lebih rendah daripada Shelly, dikarenakan porositas tanah di Harapan lebih tinggi daripada di Shelly. Hal ini disebabkan oleh kandungan bahan organik di Harapan lebih tinggi dibandingkan dengan Shelly (Tabel 3 dan 4). Kondisi ini dapat terjadi dikarenakan tanah pada lahan reklamasi pascatambang bukan penampang asli, dimana telah terjadi pencampuran antara top soil dengan overburden. Diduga lapisan overburden bagian bawah menjadi berada di bagian atas, sehingga kandungan bahan organik pada lapisan tanah 30-60 cm lebih tinggi dibandingkan dengan lapisan atas, yang mengakibatkan bobot isi lebih rendah dan porositas lebih tinggi. Selain itu pula, menyebabkan sangat bervariasinya reaksi tanah (pH) dan kandungan unsur hara pada areal-areal yang ditanami. Kemantapan agregat pada lahan Harapan dan Shelly pada kedalaman tanah 0-30 cm termasuk rendah. Menurut klasifikasi indeks stabilitas agregat, tanah Harapan termasuk kriteria agak stabil dan Shelly kurang stabil. Hal ini adanya pengambilan top soil dengan alat-alat berat yang dapat menghancurkan bongkah-bongkah dan agregat-agregat yang telah terbentuk, baik pada top soil maupun pada lapisan tanah di bawahnya. Pemberian kompos yang disebar di atas top soil sebagai usaha reklamasi di Harapan belum dapat meningkatkan stabilitas agregat, serta tidak didukung dengan adanya pemberian sisa tanaman atau serasah sebagai mulsa. Sedangkan di Shelly terlindung oleh tumpukan serasah daun-daun tanaman lokal. Oleh karena itu, tanah di lokasi Harapan mudah dirusakkan oleh hujan dan mudah terjadinya erosi, terutama pada lahan yang berlereng sehingga bahan organik akan terkikis. Tanah akan becek karena dispersi dari fraksi-fraksi halus dan kemudian menjadi padat. Pergerakan air dan udara menjadi buruk dan ini akan mempengaruhi proses kimia dan biologi tanah (Leiwakabessy, 1999). Menurut Prasetyo dan Suriadikarta (2006) menyatakan bahwa penambahan bahan organik dari pupuk kandang maupun sisa-sisa tanaman dapat memperbaiki sifat fisik tanah, seperti menurunkan bobot isi tanah serta meningkatkan porositas tanah. Akan tetapi, bobot isi tanah Harapan pada kedalaman 0-30 cm lebih tinggi daripada Shelly. Hal ini karena kandungan bahan organik di Harapan relatif lebih rendah daripada Shelly (Tabel 3 dan 4). Kadar bahan organik tanah mempengaruhi kemampuan tanah menyediakan nitrogen. Oleh karena itu, kandungan C-organik dan N-total di Harapan termasuk kriteria sangat rendah, sedangkan di Shelly termasuk rendah. Rendahnya kandungan bahan organik berpengaruh terhadap kapasitas tukar kation (KTK), dimana KTK di Harapan sangat rendah dan di Shelly tergolong rendah. Selain dipengaruhi oleh bahan organik, KTK dipengaruhi pula oleh tekstur atau jumlah liat. Kandungan bahan organik di Shelly berasal dari tumpukan serasah daundaun tanaman lokal seperti tanaman Bonu (Thricospermum buretii) dan Trema orientalis yang terdekomposisi dan akar-akar halus dari tanaman tersebut. Selain itu bahan organik tanah di Shelly diduga berasal dari hutan alami di sekitar lokasi penelitian, dimana posisi lokasi Shelly lebih rendah daripada hutan alami. Dalam hal ini terjadi akumulasi serasah hutan di permukaan tanah Shelly. Pada lokasi Shelly (Tabel 3) menunjukkan kandungan C-organik, N-total, dan P-tersedia termasuk kriteria rendah berdasarkan kriteria PPT (1983). Hal ini diduga bahan organik yang berasal dari serasah belum mampu menyuplai kadar C-organik dan unsur hara makro yang tinggi. Akan tetapi, kandungan bahan organik di Shelly relatif lebih tinggi daripada Harapan, dimana respirasi mikroorganisme tanah memiliki korelasi yang baik dengan kandungan bahan organik. Respirasi mikroorganisme tanah mencerminkan aktifitas mikroorganisme tanah yang diukur berdasarkan jumlah CO2 yang dihasilkan oleh mikroorganisme tanah. Tingkat respirasi yang tinggi menunjukkan populasi mikroorganisme total yang tinggi. Biomassa mikroorganisme tanah (C-mic) mempunyai korelasi yang sangat erat dengan sifat-sifat biologi tanah yang lain seperti total dan aktivitas mikroorganisme, dan lain-lain. Mikroba memanfaatkan karbon sebagai pembentuk tubuhnya. Aktivitas mikroorganisme dapat dilihat dari kandungan C yang berasal dari karbon mikroorganisme (C-mic). Kandungan C-mic yang tinggi diikuti dengan respirasi mikroorganisme yang tinggi menunjukkan kualitas tanah yang sehat (Anisah et al., 2006). Kandungan Na-dd pada kedua lokasi relatif hampir sama (Tabel 5 dan 6). Berdasarkan kriteria PPT (1983) Na-dd termasuk kriteria rendah. Kandungan Cadd di Harapan (1.43 me/100 g), sedangkan di Shelly (1.04 me/100 g). Akan tetapi, Ca-dd pada kedua lokasi termasuk sangat rendah. Kandungan Mg-dd di Harapan tergolong kriteria tinggi dan dengan bertambahnya kedalaman Mg-dd dan Mg terlarut dalam air semakin tinggi dan lebih tinggi daripada tanah di Shelly. Hal ini dikarenakan adanya pengaruh bahan induk yang terbentuk dari batuan serpentin (3MgO.2SiO2.2H2O) dimana Magnesium lebih tinggi daripada Kalsium (Foth, 1990). Untuk kandungan Mg-dd di Shelly menurun dengan bertambahnya kedalaman, diduga bahan induk bukan berasal dari batuan serpentin. Kandungan K-dd di tanah Harapan tergolong kriteria sedang, sedangkan tanah di Shelly termasuk rendah. Jenis tanah di Harapan termasuk ke dalam ordo oxisol. Tanah tersebut telah mengalami perkembangan lanjut yang ditunjukkan oleh warna coklat tua kemerahan, KTK sangat rendah, diferensiasi horizon kurang jelas dan tanah ini berkembang dari batuan ultramafik. Persentase kejenuhan basa sangat tinggi di Harapan, dikarenakan kationkation yang dijerap dan dipertukarkan didominasi oleh kation-kation basa. Basabasa tersebut diduga berasal dari penambahan kompos, top soil dan perbedaan kandungan basa-basa pada lapisan tersebut yang berasal dari bahan induk. Pemberian top soil ini sangat penting, karena sebagai sumber unsur hara makro dan mikro (Setiadi, 1996). Persentase kejenuhan basa dan pH terdapat korelasi yang nyata. Hal ini ditunjukkan dari hasil penelitian bahwa pH di Harapan netral berkisar (pH 6.58-6.85) dan pH di Shelly agak masam berkisar (pH 5.28-5.81). Namun, KTK di Harapan sangat rendah dan Shelly termasuk rendah. Rendahnya KTK merupakan faktor pembatas untuk pertumbuhan tanaman. Hal ini berpangaruh terhadap ketersediaan dan kelarutan kation-kation basa. KTK merupakan sifat kimia tanah yang sangat erat hubungannya dengan kesuburan tanah, sebab apabila KTK rendah tanah tidak akan mampu menyerap dan menyediakan unsur hara bagi pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kesuburan tanah maka perlu penambahan bahan organik untuk meningkatkan KTK. Pada pH agak masam fungi mendominasi karena bakteri dan aktinomycetes tidak dapat hidup dengan baik pada kondisi demikian. Selain itu, populasi fungi tinggi pada tanah yang memiliki kandungan C-organik yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanah yang memiliki kandungan C-organik rendah. Hal ini dikarenakan fungi bersifat heterotrof yang menggunakan C-organik sebagai sumber energinya. Fungi juga bersifat aerob sehingga membutuhkan oksigen. Dengan demikian, populasi fungi pada tanah Harapan lebih rendah dibandingkan dengan Shelly (Tabel 10). Ketersediaan dan kelarutan Fe, Cu, Zn dan Mn di Shelly lebih tinggi daripada Harapan (Tabel 7 dan 8), hal ini ditunjukkan dengan pH di lokasi Shelly lebih rendah. Selain itu, adanya pengaruh bahan induk dari batuan ultramafik. Batuan ultramafik atau sering juga disebut sebagai batuan ultrabasa terdiri atas peridotit, dunit dan serpentinit. Di Indonesia bebatuan ini dapat dijumpai pada daerah-daerah yang secara geologis cukup tua, seperti Karangsambung dan Bayat di Jawa Tengah, Sulawesi terutama di Sorowako (Warmada, 2008). Kation-kation unsur mikro membentuk senyawa hiroksida Fe dan Mn, dimana senyawa tersebut sukar larut. Hal ini terlihat pada kelarutan unsur mikro pada kedua lokasi rendah. Dengan demikian tanaman kemungkinan tidak terjadi keracunan unsur mikro. Menurut Islami dan Utomo (1995) menyatakan bahwa konsentrasi Fe dan Mn yang terlarut dalam air setinggi 10 ppm atau lebih telah menyebabkan kerusakan tanaman. Daya hantar listrik (DHL) sering dipakai sebagai indeks bahaya salinisasi. Bahaya salinisasi dianggap rendah jika mempunyai nilai <0.75 mmhos/cm (Tan, 1991). Hasil penelitian menunjukkan bahwa DHL di tanah Shelly lebih rendah dari DHL di harapan. Hal ini dikarenakan faktor yang mempengaruhi DHL adalah kandungan garam. Kandungan garam ini salah satunya disebabkan tingginya konsentrasi basa-basa (Ca, Mg, Na) sebagai ion-ion penyusun garam. Konsentrasi Mg yang sangat tinggi mempengaruhi konsentrasi garam terlarut dalam larutan tanah. Dengan demikian kandungan garam terlarut di lokasi harapan lebih tinggi dibandingkan dengan lokasi Shelly. Jenis tanah di lokasi Shelly diduga berasal dari ordo ultisol. Hal ini terlihat dari warna coklat kemerahan karena adanya penimbunan oksida-oksida besi dan mangan, adanya horizon argilik yaitu horizon bawah permukaan yang mempunyai kandungan liat lebih tinggi daripada horison di atasnya (Tabel Lampiran 5) dan memiliki KTK rendah. Ultisol masih mempunyai mineral yang mudah lapuk dan biasanya terbentuk di atas permukaan tanah yang tua di bawah vegetasi hutan. VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan sifat fisik dan biologi tanah di Shelly relatif lebih baik daripada Harapan. Hal ini berdasarkan sifat fisik pada kedalaman 0-30 cm di Shelly bobot isi lebih rendah dan porositas lebih tinggi daripada di Harapan. Sifat biologi menunjukkan total fungi, total mikroorganisme tanah, respirasi mikroorganisme tanah dan C-mic pada tanah di lokasi Shelly lebih tinggi daripada di Harapan. Pada kedalaman 0-10 cm sifat kimia (C-organik, N-total, dan KTK) termasuk sangat rendah di Harapan, sedangkan di Shelly rendah. Untuk lokasi Harapan dan Shelly P-tersedia dan Nadd termasuk rendah, Ca-dd sangat rendah, Mg-dd tinggi dan unsur mikro sangat tinggi kecuali Zn tergolong cukup. Kandungan K-dd di Harapan sedang dan di Shelly rendah. Namun, Harapan mempunyai KB sangat tinggi pH netral berkisar (pH 6.58-6.85), sedangkan KB di Shelly tinggi dengan pH agak masam berkisar (pH 5.28-5.81). 6.2. Saran Perlu penambahan bahan organik dalam jumlah yang lebih banyak pada lahan reklamasi pascatambang. Salah satunya adalah untuk meningkatkan kapasitas tukar kation. Selain itu, perlu dilakukan tindakan-tindakan khusus dalam penyiapan lahan dan pengelolaan tanah pada lahan reklamasi pasca tambang agar sesuai dengan lingkungan tumbuh tanaman lokal. Diantaranya penanaman tanaman Legume Cover Crops pada awal reklamasi sampai merata dan pemberian serasah atau bahan hijauan sebagai mulsa yang berasal dari pangkasan tanaman legume yang dapat mempertahankan dan meningkatkan bahan organik dalam tanah, sehingga dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. LAMPIRAN Tabel Lampiran 1. Kriteria penilaian sifat kimia tanah (Staf Pusat Penelitian Tanah, 1983) Sifat Tanah C (%) N (%) C/N P2O5 HCl (mg/100g) P2O5 Bray 1 (ppm) P2O5 Olsen (ppm) K2O HCl 25 % (mg/100g) KTK (me/100 g) Susunan Kation : K (me/100 g) Na (me/100 g) Mg (me/100 g) Ca (me/100 g) Kejenuhan Basa (%) Kejenuhan Al (%) Sangat Rendah <1.00 <0.10 <5 <10 <10 <10 Rendah 1.00-2.00 0.10-0.20 5-10 10-20 10-15 10-25 Sedang 2.01-3.00 0.21-0.50 11-15 21-40 15-25 26-45 Tinggi 3.01-5.00 0.51-0.75 16-25 41-60 26-35 45-60 Sangat Tinggi >5.00 >0.75 >25 >60 >35 >60 <10 <5 10-20 5-16 21-40 17-24 41-60 25-40 >60 >40 <0.10 <0.10 <0.4 <2 <20 <10 0.1-0.2 0.1-0.3 0.4-1.0 20-35 20-35 10-20 0.3-0.5 0.4-0.7 1.1-2.0 6-10 36-50 21-30 0.6-1.0 0.8-1.0 2.1-8.0 11-20 51-70 31-60 >1.0 >1.0 >8.0 >20 >70 >60 Sangat Masam Masam pH H2O < 4.5 4.5-5.5 Sumber : Pusat Penelitian Tanah (1983) Agak Masam Netral 5.6-6.5 6.6-7.5 Agak Alkalis Alkalis 7.6-8.5 >8.5 Tabel Lampiran 2. Indeks bahaya salinisasi (Richards, 1954 dalam Tan, 1991) Bahaya Salinitas DHL, mmhos/cm pada 250 Rendah < 0.75 Sedang 0.75-1.5 Tinggi 1.5-3.0 Sangat Tinggi >3.0 Sumber : Richards, 1954 dalam Tan, 1991 Tabel Lampiran 3. Kriteria unsur mikro berdasarkan metode DTPA Unsur Mikro Defisiensi Marginal Zn (ppm) 0.5 0.5-1.0 Fe (ppm) 2.5 2.5-4.5 Mn (ppm) 1.0 Cu (ppm) 0.2 Sumber : Pusat Penelitian Tanah (1980) Cukup 1.0 4.5 1.0 0.2 Tabel Lampiran 4. Klasifikasi indeks stabilitas agregat tanah adalah: Kelas Indeks Stabilitas Sangat stabil sekali >200 Sangat stabil 80-200 Stabil 66-80 Agak Stabil 50-66 Kurang stabil 40-50 Tidak stabil <40 Sumber : Wahjunie dan Murtilaksono (2004) Tabel Lampiran 5. Tekstur tanah Lokasi Harapan Shelly Kedalaman 0-10 cm 10-20 cm 20-30 cm 30-40 cm 40-50 cm 50-60 cm 0-10 cm 10-20 cm 20-30 cm 30-40 cm 40-50 cm 50-60 cm % pasir % debu % liat Kriteria LB 12.57 74.03 13.41 LB 16.08 66.91 17.00 LB 10.52 74.29 15.19 LB 11.93 79.66 8.41 LB 17.52 71.41 11.07 LB 20.67 71.12 8.21 D 7.38 87.17 5.45 LD 8.01 45.72 46.28 LLB 7.47 56.76 35.77 LD 9.93 47.14 42.93 LB 11.52 63.23 25.25 LLB 10.75 56.59 32.66 Keterangan : LB = Lempung berdebu LD = Liat berdebu D = Debu LLB = Lempung liat berdebu Tabel Lampiran 6.Curah hujan tahunan (mm) di areal pertambangan PT Inco, tahun 1996 – 2006 Tahun 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 Januari 220 266 136 203 240 307 188 338 376 354 197 Februari 387 149 292 259 175 210 316 284 150 429 196 Maret 163 180 206 245 283 302 435 385 296 337 167 April 353 310 306 277 393 472 397 435 363 485 403 Mei 288 159 336 259 187 300 338 367 128 369 311 Juni 251 105 297 333 385 238 242 105 134 89 226 Juli 256 203 260 155 238 123 71 157 190 270 94 Agustus 239 12 146 131 258 48 44 202 42 175 198 September 124 23 251 159 71 70 42 119 32 138 76 Oktober 448 77 236 181 363 83 19 116 23 254 32 November 211 94 300 242 279 244 186 224 152 265 125 Desember 121 278 192 190 98 230 331 298 289 403 - Total 3.062 1.857 2.958 2.632 2.970 2.626 2.608 3.031 2.176 3.568 2.025 Sumber : Stasiun Pengamatan Cuaca PT Inco, 1996-2006 Tabel Lampiran 7. Sifat fisik tanah Harapan Kedalaman 0-30 cm 0-30 cm 0-30 cm 30-60 cm 30-60 cm 30-60 cm Bobot isi Porositas Kadar air (g/cm3) ...........(%).............. 1.50 43.38 34.97 1.61 39.20 31.10 1.59 40.02 32.18 1.61 39.11 35.57 0.65 75.38 118.09 0.78 70.41 106.70 Bobot isi Ratarata (g/cm3) 1.57 Porositas Rata-rata (%) 37.487 Kelas agregat Agak stabil Stabil 1.01 46.650 Tabel Lampiran 8. Sifat fisik tanah Shelly Kedalaman Bobot isi 0-30 cm 0-30 cm 30-60 cm 30-60 cm (g/cm3) 1.03 1.29 1.46 1.35 Porositas Kadar air Bobot isi Ratarata .............(%)........... (g/cm3) 61.09 33.81 1.16 51.27 29.84 44.92 37.56 48.96 36.37 1.41 Porositas Rata-rata (%) 56.18 46.94 Kelas agregat Kurang stabil Stabil Tabel Lampiran 9. S-total lokasi Harapan Kedalaman 0-10 cm 10-20 cm 20-30 cm 30-40 cm 40-50 cm 50-60 cm BKU (mg) 200 200 200 200 200 200 Absorban 0.043 0.096 0.047 0.082 0.039 0.053 ppm S larutan 1 2.77 1.13 2.3 0.87 1.33 S (%) 0.08 0.23 0.09 0.19 0.07 0.11 Tabel Lampiran 10. S-total lokasi Shelly Kedalaman 0-10 cm 10-20 cm 20-30 cm 30-40 cm 40-50 cm 50-60 cm BKU(mg) 200 200 200 200 200 200 Absorban 0.061 0.056 0.072 0.114 0.094 0.035 ppm S larutan 1.6 1.43 1.97 3.37 2.7 0.73 S (%) 0.13 0.12 0.16 0.28 0.22 0.06 (A) (B) Gambar Lampiran 1. Lokasi penelitian : (A) Harapan dan (B) Shelly. Sebelum direklamasi Setelah direklamasi Gambar Lampiran 2. Contoh lahan pasca tambang sebelum dan setelah direklamasi. Gambar Lampiran 3. Profil tanah lokasi Harapan. Gambar Lampiran 4. Peta lokasi wilayah PT. INCO di Kabupaten Luwu Timur, Provinsi Sulawesi Gambar Lampiran 5. Peta geologi regional daerah Kab.Luwu Timur, Sulawesi Selatan (Sumber : Dinas Pertambangan, Kehutanan dan Lingkungan Hidup Kab. Luwu Timur).