FAKTOR KUNCI KETIDAKPATUHAN PENGOBATAN TB PARU DI PUSKESMAS WILAYAH KECAMATAN BEKASI TIMUR TAHUN 2014 (The Key Factors Of The Tb Treatment Incompliance In Distric Public Health Center East Bekasi 2014) Shintha Silaswati, Hariri, Sri Hardyati STIKes Bani Saleh Bekasi Kepala Puskesmas Sukaindah, Kab. Bekasi Penanggung jawab program TB Puskesmas Aren Jaya, Bekasi Timur Email: [email protected] ABSTRAK Penyakit tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis yang sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Penyakit ini setidaknya telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia. Pada tahun 1993, World Health Organization (WHO) mencanangkan kedaruratan global penyakit tuberkulosis karena pada sebagian besar negara di dunia, penyakit tuberkulosis tidak terkendali. Ini disebabkan banyaknya penderita yang tidak berhasil disembuhkan, terutama penderita menular/Basil Tahan Asam Positif. Kecamatan Bekasi Timur merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terpadat dengan luas 13,49 km2 dengan jumlah penduduk 250.957 jiwa, sehingga terdapat 18.603 jiwa/km2 (Disdukcapil Kota Bekasi,2013). Dengan jumlah penduduk ini diperkirakan ada 193 orang yang menderita TB dengan Bakteri Tahan Asam (BTA) positif. Jumlah ini merupakan jumlah yang cukup besar bila tidak ditangani dengan baik. Penelitian ini adalah penelitian Cross Sectional dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah observasional (non eksperimental) yang bersifat analitik. Jumlah sampel masing-masing lokasi Puskesmas ditentukan dengan cara proposional berdasarkan jumlah pasien TB Paru sebanyak 147 responden. Data diambil dengan menggunakan kuesioner yang selanjutnya dilakukan analisa statistik Chi Square dengan menggunakan program SPSS. Beberapa faktor yang memperngaruhi kepatuhan seperti usia (p value 1,000), jenis kelamin (p value 0,948), pendidikan (p value 0,047), pengetahuan (p value 0,016), pekerjaan(p value 1,000) dan motivasi (p value 0,037). Dengan nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa kepatuhan memiliki hubungan yang signifikan dengan pendidikan, pengetahuan dan motivasi, namun tidak berhubungan dengan usia, jenis kelamin dan pekerjaan. Kata Kunci: Pengobatan TB, Kepatuhan, TB, Pengobatan, Bekasi Timur ABSTRACT Tuberculosis is an infectious disease caused by Mycobacterium Tuberculosis is still a public health problem. This disease has infected at least a third of the world's population. In 1993, the World Health Organization (WHO) declared tuberculosis a global emergency because in most countries in the world, tuberculosis is uncontrolled. This is due to the many patients who are not successfully treated, especially patients with infectious / Basil Resistant Acid Positive. East Bekasi is the most densely populated districts with an area of 13.49 km2 with a population of 250 957 inhabitants, so there are 18 603 inhabitants / km2 (Disdukcapil Bekasi, 2013). With a population estimated there are 193 people suffering from TB with Acid Resistant Bacteria (AFB) positive. This amount is an amount large enough if not handled properly. This study was a cross sectional study with a design study is observational (non-experimental) analytic. The amount of each sample is determined by the location of health centers proportionally 143 144 JKep. Vol. 2 No. 3 Nopember 2014, hlm 143-155 based on the number of patients with pulmonary TB as much as 147 respondents. Data taken using a questionnaire which is then performed statistical analysis using Chi Square with SPSS program. Some of the factors that affect compliance such as age (p value 1.000), gender (p value 0.948), education (p value 0.047), knowledge (p value 0.016), occupation (p value 1.000) and motivation (p value 0.037). With these values it can be concluded that compliance has a significant relationship with the education, knowledge and motivation, but not associated with age, gender and occupation. Keywords: Treatment of TB, Compliance, TB, Treatment, Bekasi Barat Tahan Asam) pada tahun 2002. Indonesia PENDAHULUAN Penyakit tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Penyakit ini setidaknya telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia. Pada tahun 1993, Organization (WHO) World Health mencanangkan kedaruratan global penyakit tuberkulosis karena pada sebagian besar negara di dunia, penyakit terkendali. penderita Ini tuberkulosis disebabkan yang tidak banyaknya tidak berhasil disembuhkan, terutama penderita menular (Basil Tahan Asam positif). (WHO, 1993) TB paru ”mycobacterium disebabkan tubercolusis” oleh sejenis kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/um, dan tebal 0,3-0,6/um. Kuman ini terdiri dari asam lemak, sehingga kuman lebih tahan asam dan tahan terhadap gangguan kimia dan fisis (DepKes, 2008). Laporan WHO (2006) menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru TB Paru dan 3,9 juta kasus BTA (Basil merupakan peringkat ketiga di dunia setelah India dan Cina dengan pasien sekitar 10% dari total jumlah pasien TB Paru sedunia. Insidensi kasus BTA positif sekitar 110 per 100.000 penduduk pertahun (Depkes RI, 2008). Sementara, Kecamatan Bekasi Timur Kecamatan dengan jumlah merupakan penduduk terpadat dengan luas 13,49 km2 dan jumlah penduduk 250.957 jiwa, sehingga terdapat 18.603 jiwa/km2 (Disdukcapil Kota Bekasi, 2013). Dengan jumlah penduduk seperti yang tersebut diatas diperkirakan ada 193 orang yang menderita TB dengan Bakteri Tahan Asam (BTA) Positf di Kecamatan Bekasi Timur. Jumlah ini merupakan jumlah yang cukup besar bila tidak ditangani dengan baik. Peningkatan jumlah penderita TB Paru dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk faktor kepatuhan terhadap pengobatan. Kenyataan yang ada di lapangan membuktikan bahwa pengobatan tuberkulosis tidaklah semudah yang dipikirkan sehingga diperlukan pendidikan dan pelatihan khusus secara berkelanjutan 145 Shintha Silaswati: Faktor Kunci Ketidakpatuhan Pengobatan Tb Paru Di Puskesmas Wilayah Kecamatan Bekasi Timur Tahun 2014 bagi petugas. Disamping itu upaya Lokasi penelitian wilayah kerja adalah di meningkatkan peran serta pasien dan Puskesmas Kecamatan masyarakat dalam upaya penanggulangan Bekasi Timur Kota Bekasi. TB dan pemberian informasi yang tepat penelitian dilakukan selama kurang lebih 2 dan lengkap melalui penyuluhan yang bulan dimulai pada bulan Juli sampai intensif, serta melakukan pemeriksaan Agustus 2014. Waktu secara aktif, khususnya pada kelompok Populasi dalam penelitian ini adalah resiko tinggi dan status gizi kurang untuk seluruh pasien TB Paru yang sedang mengurangi resiko penularan TB paru menjalani pengobatan OAT di Puskesmas (Hiswani, 2009). wilayah Kecamatan Bekasi Timur pada Berdasarkan latar belakang tersebut penelitian ini masih relevan untuk Triwulan I sampai dengan III tahun 2014 sebanyak 147 orang. Jumlah sampel mengetahui adakah hubungan diantara penelitian faktor-faktor menyebabkan menggunakan rumus sampel satu proporsi ketidakpatuhan pasien dalam pengobatan dengan jumlah populasi yang diketahui pasien TB Paru di Puskesmas wilayah (finite) (Lameshow, 1986) yaitu menjadi kerja Kecamatan Bekasi Timur Tahun 107 pasien. Peneliti menggunakan tehnik 2014? Purposive yang Penelitian ini menggunakan pendekatan Cross-sectional. Rancangan yang digunakan adalah observasional (non eksperimental) yang bersifat analitik. Alasan digunakan desain ini adalah yaitu mencoba menggali bagaimana dan mengapa suatu fenomena bisa terjadi kemudian melakukan analisis dinamika korelasi antar fenomena, meliputi variabel dependen dan variabel independen Sampling dengan dengan kriteria sampel inklusi: Pasien TB Paru yang METODE penelitian didapatkan dimana variabel tersebut diukur secara simultan (bersamaan) pada suatu saat dengan menggunakan kuisioner. memeriksakan diri ke puskesmas- puskesmas wilayah Kecamatan BekasiTimur, Pasien TB Paru yang bersedia menjadi responden, pasien TB Paru yang bertempat tinggal di 4 Puskesmas Wilayah Kecamtan Bekasi Timur. Sampel eksklusi: Pasien TB Paru yang tidak bersedia menjadi responden, penderita yang bukan pasien TB Paru yang memeriksakan kesehatan di Puskesmas wilayah Bekasi Timur. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat dengan Chi-Square diolah dalam bentuk Crosstabs. kekuatan hubungan dianalisa melalui perhitungan 146 JKep. Vol. 2 No. 3 Nopember 2014, hlm 143-155 nilai Odd Ratio (OR ) pada Confidence 1. Variabel Kepatuhan Minum Obat: Interval ( CI ) 95 %. Uji validitas dan indeks skewness didapat = -1,310 reliabilitas instrumen penelitian dilakukan dengan standar error = 0,234. Hasil pada semua variabel penelitian baik pembagian ke dua nilai tersebut = - variabel obat, 5,598 berarti distribusi data variable pengetahuan, dan motivasi responden. pengetahuan tidak normal sehingga Dengan hasil sebagai berikut : menentukan kepatuhan minum titik potong 1. Variabel Kepatuhan Minum Obat: pengelompokkan/pengkategorisasian dari 30 item pertanyaan untuk menggunakan nilai median = 19. mengukur Dengan minum variabel obat, kepatuhan seluruhnya demikian kategori berada pengetahuan rendah bila < 19 dan diatas r table = 0,1599. Dengan nilai kategori pengetahuan tinggi bila ≥ Cronbach’s alpha total = 0.999. 19. Sehingga seluruh item pertanyaan dari variabel kepatuhan valid. 2. Variabel Pengetahuan Responden: indeks skewness didapat = -0,837 2. Variabel Pengetahuan Responden: dengan standar error = 0,234. Hasil dari 10 item pertanyaan untuk pembagian ke dua nilai tersebut = - mengukur Pengentahuan 3,57 berarti distribusi data variable Responden, seluruhnya berada diatas kepatuhan tidak normal sehingga r table = 0,1599. Dengan nilai menentukan Cronbach,s alpha total = 0.865. pengelompokkan/pengkategorisasian Sehingga seluruh item pertanyaan menggunakan nilai median = 30. dari variabel pengetahuan valid. Dengan variabel titik demikian potong kategori 3. Variabel Motivasi Responden: dari kepatuhan rendah bila < 30 dan 16 item pertanyaan untuk mengukur kategori pengetahuan tinggi bila ≥ variabel 30. Motivasi Responden, seluruhnya berada diatas r table = 3. Variabel Motivasi Responden: 0,1599. Dengan nilai Cronbach,s indeks skewness didapat = -4,025 alpha total = 0.948. Sehingga seluruh dengan standar error = 0,234. Hasil item pembagian ke dua nilai tersebut = - pertanyaan dari variabel motivasi valid. 17,2 berarti distribusi data variable Penelitian ini juga menguji validitas kepatuhan tidak normal sehingga normalitas terhadap variabel yang menentukan diteliti dengan hasil: pengelompokkan/pengkategorisasian titik potong 147 Shintha Silaswati: Faktor Kunci Ketidakpatuhan Pengobatan Tb Paru Di Puskesmas Wilayah Kecamatan Bekasi Timur Tahun 2014 menggunakan nilai median = 16. Dengan demikian kategori kepatuhan rendah bila < 16 dan kategori pengetahuan tinggi bila ≥ HASIL PENELITIAN Hasil penelitian ini menunjukkan: Analisis Univariat 16. Tabel 1. Distribusi frekwensi responden penelitian berdasarkan kepatuhan, usia, jenis kelamin, pendidikan, pengetahuan, pekerjaan dan motivasi pada pengobatan TB Paru di Puskesmas-Puskesmas Wilayah Kecamatan Bekasi Timur Tahun 2014. No variabel Frekuensi Persen Kumulatif 1 Kepatuhan Tidak 45 42,1 42,1 Patuh 62 57,9 100 Total 107 100 Usia Muda 85 79,4 79,4 Tua 22 20,6 100 107 100 Perempuan 42 39,3 39,3 Laki-laki 65 60,7 100 107 100 Rendah 44 41,1 41,1 Tinggi 63 58,9 100 107 100 Rendah 58 54,2 54,2 Tinggi 49 45,8 100 107 100 Tidak Bekerja 46,0 43,0 43,0 Bekerja 61,0 57,0 100 107 100 Rendah 26 24,3 24,3 TIngi 81 107 57,0 100 100 2 3 Jenis Kelamin 4 Pendidikan 5 Pengetahuan 6 Pekerjaan 7 Motivasi Analisa data tabel 1 menunjukkan bahwa dari 107 responden yang orang (60,7%) berjenis kelamin perempuan, sebagian besar penderita diwawancarai 45 orang (42,1%) bersikap yaitu sejumlah 63 orang (58,9%) tidak patuh, 85 orang (79.4%) berusia berpendidikan rendah, sejumlah besar 65 muda, sebagian besar yaitu sejumlah 65 orang (60,7%) berjenis kelamin laki-laki, 148 JKep. Vol. 2 No. 3 Nopember 2014, hlm 143-155 sebagian besar yaitu sejumlah 58 orang (57,0%) tidak bekerja, dan sisanya 81 (54,20%) orang (75,7%) bermotivasi rendah. berpengetahuan rendah, sebagian besar penderita yaitu 61 orang Analisa Bivariat Variabel Usia dan Kepatuhan Tabel 2. Hubungan Antara Faktor Usia Dengan Kepatuhan pengobatan TB Paru di Puskesmas-Puskesmas Wilayah Kecamatan Bekasi-Timur Tahun 2014 Variabel Kepatuhan Tidak Patuh Patuh (%) (%) Jumlah (%) Nilai P OR (95%CI) <20 Tahun dan >35Tahun 36 (42,4%) 49 (57,6%) 85 (100%) 1,000 1,061 (0,409 - 2,751) 20-35 Tahun 9 (40,9%) 13 (59,1%) 22 (100%) Jumlah 45 (42,1%) 62 (57,9%) 107 (100%) Variabel Usia Analisa dari tabel diatas terlihat 1,061 (0,409 – 2,751) yang berarti usia < nilai P = 1,000 (continuity correction) > 20 tahun dan > 35 tahun dengan usia 20- dari α (0,05) yang berarti tidak ada 35 tahun memiliki resiko yang sama hubungan antara usia dan kepatuhan. untuk tidak patuh minum obat. Atau dengan kata lain Ho gagal ditolak. Variabel Jenis Kelamin Dan Kepatuhan Hal ini juga terlihat dalam nilai OR = Tabel 3. Hubungan Antara Faktor Jenis Kelamin Dengan Kepatuhan pengobatan TB Paru di Puskesmas-Puskesmas Wilayah Kecamatan Bekasi-Timur Tahun 2014. Variabel Jenis Kelamin Variabel Kepatuhan Tidak Patuh Patuh (%) (%) Jumlah (%) Nilai P OR (95%CI) Perempuan 17 (40,5%) 25 (59,5%) 42 (100%) 0,948 0,899 (0,409 – 1,976) Laki-laki 28 (43,1%) 37 (56,9%) 65 (100%) Jumlah 45 (42,1%) 62 (57,9%) 107 (100%) Dari data diatas terlihat nilai P = Atau dengan kata lain Ho gagal ditolak. 0,948 (continuity correction) > dari α Hal ini juga terlihat dalam nilai OR = (0,05) yang berarti tidak ada hubungan 0,899 (0,409 – 2,751) yang berarti antara Jenis Kelamin dan kepatuhan. Perempuan merupakan faktor pencegah 149 Shintha Silaswati: Faktor Kunci Ketidakpatuhan Pengobatan Tb Paru Di Puskesmas Wilayah Kecamatan Bekasi Timur Tahun 2014 untuk tidak patuh 0,899 lebih kecil Variabel Pendidikan dan Kepatuhan dibandingkan dengan Laki-laki. Tabel 4. Hubungan Antara Faktor Pendidikan Dengan Kepatuhan pengobatan TB Paru di Puskesmas-Puskesmas Wilayah Kecamatan Bekasi-Timur Tahun 2014 Variabel Pendidikan Variabel Kepatuhan Jumlah (%) Nilai P OR (95%CI) 20 (45,5%) 44 (100%) 0,047 2,400 (1,088 – 5,296) 21 (33,3%) 42 (66,7%) 63 (100%) 45 (42,1%) 62 (57,9%) 107 (100%) Tidak Patuh (%) Patuh (%) Rendah 24 (54,5%) Tinggi Jumlah Dari data diatas terlihat nilai P = 0,047 berpendidikan rendah beresiko tidak (continuity correction) < dari α (0,05) patuh untuk minum obat 2,4 kali lebih yang berarti ada hubungan secara statistik besar antara pendididkan dan kepatuhan. Atau berpendididkan tinggi. dengan responden yang dengan kata lain Ho ditolak. Hal ini juga terlihat dalam nilai OR = 2,400 (1,088 – Variabel Pengetahuan Dan Kepatuhan 5,296) yang berarti responden yang Tabel 5. Hubungan Antara Faktor Pengetahuan Dengan Kepatuhan pengobatan TB Paru di Puskesmas-Puskesmas Wilayah Kecamatan Bekasi-Timur Tahun 2014. Variabel Pengetahuan Variabel Kepatuhan Tidak Patuh Patuh (%) (%) Jumlah (%) Nilai P OR (95%CI) Rendah 31 (53,4%) 27 (46,6%) 58 (100%) 0,016 2,870 (1,281 – 6,429) Tinggi 14 (28,6%) 35 (71,4%) 49 (100%) Jumlah 45 (42,1%) 62 (57,9%) 107 (100%) Dari data diatas terlihat nilai P = 0,016 terlihat dalam nilai OR = 2,870 (1,281 – (continuity correction) < dari α (0,05) 6,429) yang berarti responden yang yang berarti ada hubungan secara statistik berpengetahuan rendah merupakan resiko antara pengetahuan dan kepatuhan. Atau untuk tidak patuh minum obat 2,87 kali dengan kata lain Ho ditolak. Hal ini juga 150 JKep. Vol. 2 No. 3 Nopember 2014, hlm 143-155 lebih besar dibandingkan dengan yang Variabel Pekerjaan Dan Kepatuhan berpengetahuan tinggi. Tabel 6. Hubungan Antara Faktor Pekerjaan Dengan Kepatuhan pengobatan TB Paru di Puskesmas-Puskesmas Wilayah Kecamatan Bekasi-Timur Tahun 2014. Variabel Pekerjaan Variabel Kepatuhan Tidak Patuh Patuh (%) (%) Jumlah (%) Nilai P OR (95%CI) Tidak Bekerja 24 (52,2%) 22 (47,8%) 46 (100%) 0,100 2,078 (0,949 – 4,548) Bekerja 21 (34,4%) 40 (65,6%) 61 (100%) Jumlah 45 (42,1%) 62 (57,9%) 107 (100%) Dari data diatas terlihat nilai P = 0,100 Pasien TB Paru yang tidak bekerja (continuity correction) > dari α (0,05) beresiko tidak patuh untuk minum obat yang berarti tidak ada hubungan secara 2,078 kali lebih besar dibandingkan statistik antara pekerjaan dan kepatuhan. dengan yang bekerja. Atau dengan kata lain Ho gagal ditolak. Variabel Motivasi Dan Kepatuhan Tabel 7. Hubungan Antara FaktorMotivasi Dengan Kepatuhan pengobatan TB Paru di Puskesmas-Puskesmas Wilayah Kecamatan Bekasi-Timur Tahun 2014. Variabel Motivasi Variabel Kepatuhan Tidak Patuh Patuh (%) (%) Jumlah (%) Nilai P OR (95%CI) 0,037 2,867 (1,153 – 7,137) Rendah 16 (61,5%) 10 (38,5%) 26(100%) Tinggi 21 (34,4%) 40 (65,6%) 61 (100%) Jumlah 45 (42,1%) 62 (57,9%) 107 (100%) Dari data diatas terlihat nilai P = 0,037 kali lebih besar dibandingkan dengan (continuity correction) < dari α (0,05) yang memiliki motivasi tinggi. yang berarti ada hubungan secara statistik antara motivasi dan kepatuhan. Atau dengan kata lain Ho ditolak. Pasen TB Paru yang memiliki motivasi rendah beresiko tidak patuh minum obat 2,867 PEMBAHASAN Penelitian mendapatkan ini dilakukan faktor-faktor untuk yang berhubungan dengan variabel kepatuhan 151 Shintha Silaswati: Faktor Kunci Ketidakpatuhan Pengobatan Tb Paru Di Puskesmas Wilayah Kecamatan Bekasi Timur Tahun 2014 penderita TB Paru terhadap pengobatannya. Hasil dari analisa data Variabel Usia dan Kepatuhan Pengobatan TB Paru. menunjukkan gambaran seperti dibawah Hasil dari penelitian ini didapatkan ini: hasil OR=1,061 dengan p value 1,000 (α Variabel Kepatuhan Responden Dalam 0,05) CI 0,409 – 2,751 Pengobatan TB Paru. diartikan bahwa tidak ada perbedaan Berdasarkan hasil hal ini dapat penelitian antara usia < 20 tahun dan > 35 tahun diketahui dari 107 responden bersikap dengan usia 20-35 tahun. Hal yang sama tidak patuh, yaitu sebanyak 45 orang ( juga ditemukana pada penelitian yang 42,1 % ), sedangkan responden yang dilakukan oleh Erawatiningsing (2009) bersikap yaitu dimana ditemukan OP =0,048 dengan P= sebanyak 62 orang (57,9 %). Jumlah ini 0,469. Penelitian tersebut menyimpulkan termasuk dibandingkan tidak ada perbedaan antara kelompok dengan penelitian Bagiada (2006) yang umur 30-44 dan kelompok umur 45- hanya 12,6 % yang mangkir berobat.(1). 59.Hal ini dikonfirmasi dengan beberapa Namun lain penelitian yang menyatakan hal yang berobat serupa. Kelompok umur muda maupun secarateratur/patuh dan 33% responden yang usia lanjut tidak mempengaruhi berobat secara tidak teratur/tidak patuh. kepatuhan, Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kelompok umur juga memiliki motivasi pasien untuk memberikan tinggi jika menurut menunjukan penelitian (67.0%) yang memenuhi patuh bersikap pendapat patuh sockett yang (Niven, karena sehat. pengaruh Usia secara masing-masing tidak memiliki statistik semua 2000) di puskesmas-puskesmas wilayah kelompok usia memiliki kecenderungan Bekasi Timur 57,9%. Angka kepatuhan untuk yang hanya berkisar 57,9% menjadikan menjadikannya faktor yang berpengaruh tugas berat bagi para petugas puskesmas kepatuhan. untuk mencegah terjadinya kegagalan Variabel Jenis Kelamin dan Kepatuhan pengobatan. Pengobatan TB Paru Perbedaan ini mungkin tidak patuh namun tidak disebabkan perbedaan lokasi penelitian Pada penelitian ini juga dilihat yaitu dirumah sakit dan puskesmas, dan hubungan antar jenis kelamin dengan juga kepatuhan berberda responden penelitian. yang karakteristik diikutkan dari dalam pengobatan TB Paru. Didapatkan hasil p value 0,948 (α 0,05) dengan OR=0,899 CI 0,409 – 2,751. Yang berarti tidak ada perbedaan antara 152 JKep. Vol. 2 No. 3 Nopember 2014, hlm 143-155 kedua jenis kelamin. Akan kaitannya tidak bekerja 34,9 % dan berpendidikan dengan jenis kelamin: Penderita TB-paru rendah (tidak sekolah, tidak tamat SD, cenderung lebih tinggi pada laki-laki dan dibandingkan Pendidikan perempuan. Menurut tamat SD) sebesar 62,9 mempengaruhi %. kepatuhan Hiswani (2009), sedikitnya dalam periode pengobatan, setahun ada sekitar 1 juta perempuan pendidikan sendiri yang mempengaruhi yang meninggal akibat TB paru, dapat kepatuhan. Faktor yang berkaitan dengan disimpulkan kaum pendidikan dimana orang yang lebih perempuan lebih banyak terjadi kematian terdidik dan berpenghasilan lebih baik yang TB-paru dibanding dengan yang tidak terdidik proses sehingga memiliki kemampuan untuk kehamilan dan persalinan. Pada jenis tetap patuh dalam pengobatan. Akan kelamin laki-laki penyakit ini lebih tinggi tetapi hal ini masih perlu dilakukan karena merokok tembakau dan minum penelitian alkohol kaitannya. bahwa disebabkan dibandingkan oleh dengan sehingga pada akibat dapat menurunkan kemungkinan lagi untuk bukan mengetahui system pertahanan tubuh, sehingga lebih Variabel Pengetahuan dan Kepatuhan mudah terpapar dengan agent penyebab Pengobatan TB Paru TB-paru. Jenis kelamin tidak berkaitan Penelitian ini juga didapat hasil tetapi hitung statistik didapat p value 0,016 (α berpengaruh dengan kematian akibat 0,05) yang berarti ada hubungan antara rokok, hal ini dikarenakan perbedaan pengetahuan gaya hidup diantara kedua kelompok ini. yang berpengetahuan tinggi akan lebih Variabel patuh 2,870 kali dibanding dengan yang dengan kepatuhan Pendidikan akan dan Kepatuhan dan kepatuhan dimana berpengetahuan (OR = 2,870 ;CI=1,281 – Pengobatan TB Paru Dari perhitungan statistik penelitian 6,429). Hasil penelitian ini sesuai dengan ini didapat p value 0,047 (α 0,05) yang penelitian Fahruda yang dikutip oleh berarti ada hubungan antara pendidikan Erawatyningsih dan menunjukkan kepatuhan dimana yang (2009) bahwa pada yang tingkat berpendidikan tinggi akan lebih patuh pengetahuan penderita yang rendah akan 2,400 berisiko lebih dari dua kali terjadi kali dibanding bependidikan rendah dengan yang (OR = 2,400 kegagalan pengobatan ;CI=1,088 – 5,296). Demikian juga dengan penelitian Herryanto (2004), dimana pengetahuan penderita TB paru,sebagian besar mereka tatalaksana penderita dibandingkan yang tinggi. pengobatan memiliki Ketidakpatuhan ini meliputi 153 Shintha Silaswati: Faktor Kunci Ketidakpatuhan Pengobatan Tb Paru Di Puskesmas Wilayah Kecamatan Bekasi Timur Tahun 2014 keteraturan pengobatan, pemeriksaan pendapatan per kapita penduduk. Di sisi dahak ulang pada akhir pengobatan fase lain, awal dan satu bulan sebelum akhir kemampuan pembiayaan dalam bidang pengobatan fase lanjutan. Sementara, kesehatan penderita yang memiliki pengetahuan kebutuhan pokoknya. Dengan demikian, tinggi lebih patuh dikarenakan karena pekerjaan tidak menjadi faktor yang pasien mengetahui secara jelas apa yang mempengaruhi akan terjadi bila tidak patuh dalam akan tetapi faktor sosio ekonomi yang pengobatan TB. lebih berpengaruh terhadap kepatuhan. Variabel Pekerjaan dan Kepatuhan Pengobatan TB Paru sosial-ekonomi Variabel karena mempengaruhi masih kepatuhan Motivasi dan terfokus pengobatan Kepatuhan Pengobatan TB Paru Penelitian ini mendapatkan tidak Pada penelitian ini terungkap ada perbedaan dari orang yang bekerja bahwa motivasi berhubungan dengan dan yang tidak bekerja dimana didapata p kepatuhan pengobatan TB Paru dengan p value 0,100 (α 0,05) . Akan tetapi yang value 0,037 bekerja akan memiliki kecenderungan menunjukkan lebih patuh dari pada yang tidak bekerja bermotivasi tinggi akan 2,867 kali lebih OR = 2,078 ( CI 0,949 – 4,548). Dimana patuh dalam pengobatan (OR = 2,867 yang bekerja akan 2,870 kali memilik ;CI=1,153 – 7,137). Seperti yang didapat potensi lebih patuh dalam pengobatan. pada penelitian Prasetya (2009) yang Seperti yang dilihat dalam penelitian menyatakan motivasi berkaitan dengan Itang (2004) Dari 40 penderita yang tidak kepatuhan pengobatanan. Motivasi untuk patuh dalam pengobatan ada 87,50% tetap patuh dalam pengobatan TB Paru termasuk golongan yang berpenghasilan dapat berasal dari PMO, keluarga dan rendah dan mengaku tidak ada biaya pelayanan yang baik dari petugas TB untuk berobat ke Puskesmas. (Erawatyningsih, 2009). Motivasi sangat Sosio ekonomi juga berpengaruh (α 0,05) yang yang bahwa berpengaruh pasien dalam karena pasien yang kepatuhan terhadap kelangsungan pengobatan pada pengobatan memiliki penelitian Kusbiantoro (2002) tentang keinginan utnuk mencapai kesembuhan. faktor sosial-ekonomi penderita berperan sebagai faktor risiko rendahnya kemauan penderita untuk mencari pelayanan kesehatan karena pendapatan rata-rata penderita TB paru masih rendah dari KESIMPULAN Penelitian ini telah menunjukkan hasil bahwa dari 107 responden yang diwawancarai: 154 JKep. Vol. 2 No. 3 Nopember 2014, hlm 143-155 (continuity correction) < dari 1. Hasil analisa variabel secara univariat α =0,05 dan nilai OR = 2,870 memperlihatkan masih ada 45 orang (42,1%) bersikap tidak patuh, 85 orang (79.4%) berusia (60,7%) muda, berjenis lebih 58 berpengetahuan besar penderita rendah dibandingkan yang memiliki pengetahuan tinggi; c. Faktor motivasi dengan p yaitu value 0,037 (continuity orang (54,20%) correction) < dari α (0,05) rendah, sebagian dan nilai OR = 2,867 (1,153 – yaitu 61 orang 7,137). Hal ini menunjukkan (57,0%) tidak bekerja, dan sisanya 81 bahwa pasien yang memiliki orang (75,7%) bermotivasi rendah. motivasi 2. Hasil analisa bivariat menunjukkan: faktor-faktor besar dengan 65 orang (60,7%) berjenis kelamin sejumlah memiliki patuh minum obat 2,87 kali berpendidikan rendah, sejumlah besar besar yang merupakan resiko untuk tidak kelamin yaitu sejumlah 63 orang (58,9%) sebagian Artinya pengetahuan perempuan, sebagian besar penderita laki-laki, 6,429). responden sebagian besar yaitu sejumlah 65 orang – (1,281 yang rendah beresiko tidak patuh minum obat 2,867 berhubungan kali lebih besar. dengan kepatuhan pengobatan TB Penelitian Paru adalah: ini tidak mengukur dengan variabel motivasi berdasarkan motivas 0,047 internal dan eksternalnya. Maka perlu (continuity correction) < dari dilakukan penelitian yang lebih rinci α =0,05 dan nilai OR = 2,400 mengeksplorasi a. Faktor nilai pendidikan p value – (1,088 responden 5,296). yang Artinya memiliki motivasi penderita terhadap kepatuhan untuk mimun obat. Dengan demikian, para pemegang pendidikan rendah memiliki program TB di Puskesmas resiko patuh memberikan dorongan sesuai dengan minum obat 2,4 kali lebih jenis motivasi yang membuat penderita besar dibandingkan dengan TB yang berpendidikan; meminimalisasi jumlah penderita TB untuk tidak b. Faktor pengetahuan dengan nilai p value 0,016 Paru teratur minum mampu obat dan Paru yang tidak/kurang patuh untuk mengobati penyakitnya. Shintha Silaswati: Faktor Kunci Ketidakpatuhan Pengobatan Tb Paru Di Puskesmas Wilayah Kecamatan Bekasi Timur Tahun 2014 REFERENSI Anonim, (2009). Analisa Data Statistical Program For Social Sciene SPSS, Jakarta : Fakultas Tehnik Universitas Muhammadiyah Jakarta. Bagiada I Made., Primasari Ni Luh Putri (2010) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Ketidakpatuhan Penderita Tuberkulosis Dalam Berobat Di Poliklinik Dots RSUP Sanglah . Jurnal Penyakit Dalam Vol 11 No3 2010 Depkes, (2008). Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta : Dit.Jen P2M dan PLP Depkes RI Dinas Kependudukan Dan Catatan SIpil .Data Penduduk Kota Bekasi Semester II 2013 Erawatyningsih Erni., Purwanta., Subekti Heru (2009) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan Berobat Pada Penderita Tuberkulosis Paru Erni ¹, Purwanta², Heru Subekti² Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 25, No. 3, September 2009 Herryanto, D.Anwar Musadad Dan Freddy M., (2004), Riwayat Pengobatan Penderitaparu Meninggal Di Kabupaten Bandung., Jurnal Ekologi Kesehatan Vol 3 No. 1, April 2004: 1-6 Hiswani (2009). Tuberkulosis Merupakan Penyakit Infeksi Yang Masih Menjadi Masalah Kesehatan Masyarakat Http://Librarv.Usu.Ac.Id/Download /Fkm Hiswani6.Pdf 2009). 155 Kusbiyantoro (2002), Perbandingan Efektivitas Kader Kesehatan Dan Tokoh Masyarakat Sebagai Pengawas Minum Obat Terhadap Kepatuhan Obat Dan Konversi Dahak Penderita Tb Paru Di Kabupaten Kebumen. Tesis. Pascasarjana UGM. Yogyakarta. Tidak dipublikasikan. Nizar M, (2010). Pemberantasan Dan Penanggulangan Tuberkulosis. Yogyakarta: Gosyen Publishing. Notoatmodjo, (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta Prasetya., Jaka (2009) Hubungan Motivasi Pasien Tb Paru Dengan Kepatuhan Dalam Mengikuti Program Pengobatan Sistem Dots Di Wilayah Puskesmas Genuk Semarang. JURNAL VISIKES Vol. 8 / No. 1 / Maret 2009 Pratisto Arif, (2009), Statistik Mudah Dengan SPSS 17, Jakarta : PT.Elex Media Komputindo Senewe Felly Philipus (2002) FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Berobat Penderita Tuberkulosis Paru D1 Puskesmas Depok.,Buletin Pend. Kesehatan, Vo1.30, No. 1,2002: 31 – 38 Suharsimi Arikunto, (2002). Prosedur Penelitian – Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi V : Jakarta : Penerbit Rineka Cipta