FAKTOR KUNCI KETIDAKPATUHAN PENGOBATAN TB PARU DI

advertisement
FAKTOR KUNCI KETIDAKPATUHAN PENGOBATAN TB PARU DI
PUSKESMAS WILAYAH KECAMATAN BEKASI TIMUR TAHUN
2014
(The Key Factors Of The Tb Treatment Incompliance In Distric Public
Health Center East Bekasi 2014)
Shintha Silaswati, Hariri, Sri Hardyati
STIKes Bani Saleh Bekasi
Kepala Puskesmas Sukaindah, Kab. Bekasi
Penanggung jawab program TB Puskesmas Aren Jaya, Bekasi Timur
Email: [email protected]
ABSTRAK
Penyakit tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis
yang sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Penyakit ini setidaknya telah
menginfeksi sepertiga penduduk dunia. Pada tahun 1993, World Health Organization (WHO)
mencanangkan kedaruratan global penyakit tuberkulosis karena pada sebagian besar negara di dunia,
penyakit tuberkulosis tidak terkendali. Ini disebabkan banyaknya penderita yang tidak berhasil
disembuhkan, terutama penderita menular/Basil Tahan Asam Positif. Kecamatan Bekasi Timur
merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terpadat dengan luas 13,49 km2 dengan jumlah
penduduk 250.957 jiwa, sehingga terdapat 18.603 jiwa/km2 (Disdukcapil Kota Bekasi,2013). Dengan
jumlah penduduk ini diperkirakan ada 193 orang yang menderita TB dengan Bakteri Tahan Asam
(BTA) positif. Jumlah ini merupakan jumlah yang cukup besar bila tidak ditangani dengan baik.
Penelitian ini adalah penelitian Cross Sectional dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah
observasional (non eksperimental) yang bersifat analitik. Jumlah sampel masing-masing lokasi
Puskesmas ditentukan dengan cara proposional berdasarkan jumlah pasien TB Paru sebanyak 147
responden. Data diambil dengan menggunakan kuesioner yang selanjutnya dilakukan analisa statistik
Chi Square dengan menggunakan program SPSS.
Beberapa faktor yang memperngaruhi kepatuhan seperti usia (p value 1,000), jenis kelamin (p value
0,948), pendidikan (p value 0,047), pengetahuan (p value 0,016), pekerjaan(p value 1,000) dan
motivasi (p value 0,037). Dengan nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa kepatuhan memiliki
hubungan yang signifikan dengan pendidikan, pengetahuan dan motivasi, namun tidak berhubungan
dengan usia, jenis kelamin dan pekerjaan.
Kata Kunci: Pengobatan TB, Kepatuhan, TB, Pengobatan, Bekasi Timur
ABSTRACT
Tuberculosis is an infectious disease caused by Mycobacterium Tuberculosis is still a public health
problem. This disease has infected at least a third of the world's population. In 1993, the World
Health Organization (WHO) declared tuberculosis a global emergency because in most countries in
the world, tuberculosis is uncontrolled. This is due to the many patients who are not successfully
treated, especially patients with infectious / Basil Resistant Acid Positive. East Bekasi is the most
densely populated districts with an area of 13.49 km2 with a population of 250 957 inhabitants, so
there are 18 603 inhabitants / km2 (Disdukcapil Bekasi, 2013). With a population estimated there are
193 people suffering from TB with Acid Resistant Bacteria (AFB) positive. This amount is an amount
large enough if not handled properly.
This study was a cross sectional study with a design study is observational (non-experimental)
analytic. The amount of each sample is determined by the location of health centers proportionally
143
144
JKep. Vol. 2 No. 3 Nopember 2014, hlm 143-155
based on the number of patients with pulmonary TB as much as 147 respondents. Data taken using a
questionnaire which is then performed statistical analysis using Chi Square with SPSS program.
Some of the factors that affect compliance such as age (p value 1.000), gender (p value 0.948),
education (p value 0.047), knowledge (p value 0.016), occupation (p value 1.000) and motivation (p
value 0.037). With these values it can be concluded that compliance has a significant relationship
with the education, knowledge and motivation, but not associated with age, gender and occupation.
Keywords: Treatment of TB, Compliance, TB, Treatment, Bekasi Barat
Tahan Asam) pada tahun 2002. Indonesia
PENDAHULUAN
Penyakit
tuberkulosis
merupakan
penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis yang sampai
saat ini masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat. Penyakit ini setidaknya telah
menginfeksi sepertiga penduduk dunia.
Pada
tahun
1993,
Organization
(WHO)
World
Health
mencanangkan
kedaruratan global penyakit tuberkulosis
karena pada sebagian besar negara di
dunia,
penyakit
terkendali.
penderita
Ini
tuberkulosis
disebabkan
yang
tidak
banyaknya
tidak
berhasil
disembuhkan, terutama penderita menular
(Basil Tahan Asam positif). (WHO, 1993)
TB
paru
”mycobacterium
disebabkan
tubercolusis”
oleh
sejenis
kuman berbentuk batang dengan ukuran
panjang 1-4/um, dan tebal 0,3-0,6/um.
Kuman ini terdiri dari asam lemak,
sehingga kuman lebih tahan asam dan
tahan terhadap gangguan kimia dan fisis
(DepKes, 2008).
Laporan WHO (2006) menyatakan
bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru TB
Paru
dan
3,9 juta kasus BTA (Basil
merupakan peringkat ketiga di dunia
setelah India dan Cina dengan pasien
sekitar 10% dari total jumlah pasien TB
Paru sedunia. Insidensi kasus BTA positif
sekitar
110
per
100.000
penduduk
pertahun (Depkes RI, 2008). Sementara,
Kecamatan
Bekasi
Timur
Kecamatan
dengan
jumlah
merupakan
penduduk
terpadat dengan luas 13,49 km2 dan
jumlah penduduk 250.957 jiwa, sehingga
terdapat 18.603 jiwa/km2 (Disdukcapil
Kota Bekasi, 2013). Dengan jumlah
penduduk seperti yang tersebut diatas
diperkirakan
ada
193
orang
yang
menderita TB dengan Bakteri Tahan Asam
(BTA) Positf di Kecamatan Bekasi Timur.
Jumlah ini merupakan jumlah yang cukup
besar bila tidak ditangani dengan baik.
Peningkatan jumlah penderita TB
Paru dapat dipengaruhi oleh berbagai
faktor termasuk faktor kepatuhan terhadap
pengobatan.
Kenyataan yang ada di
lapangan membuktikan bahwa pengobatan
tuberkulosis
tidaklah
semudah
yang
dipikirkan sehingga diperlukan pendidikan
dan pelatihan khusus secara berkelanjutan
145
Shintha Silaswati: Faktor Kunci Ketidakpatuhan Pengobatan Tb Paru Di Puskesmas
Wilayah Kecamatan Bekasi Timur Tahun 2014
bagi
petugas.
Disamping
itu
upaya
Lokasi
penelitian
wilayah
kerja
adalah
di
meningkatkan peran serta pasien dan
Puskesmas
Kecamatan
masyarakat dalam upaya penanggulangan
Bekasi Timur Kota Bekasi.
TB dan pemberian informasi yang tepat
penelitian dilakukan selama kurang lebih 2
dan lengkap melalui penyuluhan yang
bulan dimulai pada bulan Juli sampai
intensif, serta melakukan pemeriksaan
Agustus 2014.
Waktu
secara aktif, khususnya pada kelompok
Populasi dalam penelitian ini adalah
resiko tinggi dan status gizi kurang untuk
seluruh pasien TB Paru yang sedang
mengurangi resiko penularan TB paru
menjalani pengobatan OAT di Puskesmas
(Hiswani, 2009).
wilayah Kecamatan Bekasi Timur pada
Berdasarkan latar belakang tersebut
penelitian
ini
masih
relevan
untuk
Triwulan I sampai dengan III tahun 2014
sebanyak 147 orang. Jumlah sampel
mengetahui adakah hubungan diantara
penelitian
faktor-faktor
menyebabkan
menggunakan rumus sampel satu proporsi
ketidakpatuhan pasien dalam pengobatan
dengan jumlah populasi yang diketahui
pasien TB Paru di Puskesmas wilayah
(finite) (Lameshow, 1986) yaitu menjadi
kerja Kecamatan Bekasi Timur Tahun
107 pasien. Peneliti menggunakan tehnik
2014?
Purposive
yang
Penelitian
ini
menggunakan
pendekatan Cross-sectional. Rancangan
yang
digunakan
adalah
observasional (non eksperimental) yang
bersifat analitik. Alasan digunakan desain
ini
adalah
yaitu
mencoba
menggali
bagaimana dan mengapa suatu fenomena
bisa terjadi kemudian melakukan analisis
dinamika
korelasi
antar
fenomena,
meliputi variabel dependen dan variabel
independen
Sampling
dengan
dengan
kriteria
sampel inklusi: Pasien TB Paru yang
METODE
penelitian
didapatkan
dimana
variabel
tersebut
diukur secara simultan (bersamaan) pada
suatu saat dengan menggunakan kuisioner.
memeriksakan
diri
ke
puskesmas-
puskesmas wilayah Kecamatan BekasiTimur, Pasien TB Paru yang bersedia
menjadi responden, pasien TB Paru yang
bertempat tinggal di 4 Puskesmas Wilayah
Kecamtan Bekasi Timur. Sampel eksklusi:
Pasien TB Paru yang tidak bersedia
menjadi responden, penderita yang bukan
pasien TB Paru yang memeriksakan
kesehatan di Puskesmas wilayah Bekasi
Timur.
Analisis
data
dilakukan
secara
univariat dan bivariat dengan Chi-Square
diolah dalam bentuk Crosstabs. kekuatan
hubungan dianalisa melalui perhitungan
146
JKep. Vol. 2 No. 3 Nopember 2014, hlm 143-155
nilai Odd Ratio (OR ) pada Confidence
1. Variabel Kepatuhan Minum Obat:
Interval ( CI ) 95 %. Uji validitas dan
indeks skewness didapat = -1,310
reliabilitas instrumen penelitian dilakukan
dengan standar error = 0,234. Hasil
pada semua variabel penelitian baik
pembagian ke dua nilai tersebut = -
variabel
obat,
5,598 berarti distribusi data variable
pengetahuan, dan motivasi responden.
pengetahuan tidak normal sehingga
Dengan hasil sebagai berikut :
menentukan
kepatuhan
minum
titik
potong
1. Variabel Kepatuhan Minum Obat:
pengelompokkan/pengkategorisasian
dari 30 item pertanyaan untuk
menggunakan nilai median = 19.
mengukur
Dengan
minum
variabel
obat,
kepatuhan
seluruhnya
demikian
kategori
berada
pengetahuan rendah bila < 19 dan
diatas r table = 0,1599. Dengan nilai
kategori pengetahuan tinggi bila ≥
Cronbach’s alpha total = 0.999.
19.
Sehingga seluruh item pertanyaan
dari variabel kepatuhan valid.
2. Variabel Pengetahuan Responden:
indeks skewness didapat = -0,837
2. Variabel Pengetahuan Responden:
dengan standar error = 0,234. Hasil
dari 10 item pertanyaan untuk
pembagian ke dua nilai tersebut = -
mengukur
Pengentahuan
3,57 berarti distribusi data variable
Responden, seluruhnya berada diatas
kepatuhan tidak normal sehingga
r table = 0,1599. Dengan nilai
menentukan
Cronbach,s alpha total = 0.865.
pengelompokkan/pengkategorisasian
Sehingga seluruh item pertanyaan
menggunakan nilai median = 30.
dari variabel pengetahuan valid.
Dengan
variabel
titik
demikian
potong
kategori
3. Variabel Motivasi Responden: dari
kepatuhan rendah bila < 30 dan
16 item pertanyaan untuk mengukur
kategori pengetahuan tinggi bila ≥
variabel
30.
Motivasi
Responden,
seluruhnya berada diatas r table =
3. Variabel
Motivasi
Responden:
0,1599. Dengan nilai Cronbach,s
indeks skewness didapat = -4,025
alpha total = 0.948. Sehingga seluruh
dengan standar error = 0,234. Hasil
item
pembagian ke dua nilai tersebut = -
pertanyaan
dari
variabel
motivasi valid.
17,2 berarti distribusi data variable
Penelitian ini juga menguji validitas
kepatuhan tidak normal sehingga
normalitas terhadap variabel yang
menentukan
diteliti dengan hasil:
pengelompokkan/pengkategorisasian
titik
potong
147
Shintha Silaswati: Faktor Kunci Ketidakpatuhan Pengobatan Tb Paru Di Puskesmas
Wilayah Kecamatan Bekasi Timur Tahun 2014
menggunakan nilai median = 16.
Dengan
demikian
kategori
kepatuhan rendah bila < 16 dan
kategori pengetahuan tinggi bila ≥
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian ini menunjukkan:
Analisis Univariat
16.
Tabel 1. Distribusi frekwensi responden penelitian berdasarkan kepatuhan, usia, jenis
kelamin, pendidikan, pengetahuan, pekerjaan dan motivasi pada pengobatan TB Paru di
Puskesmas-Puskesmas Wilayah Kecamatan Bekasi Timur Tahun 2014.
No
variabel
Frekuensi
Persen
Kumulatif
1
Kepatuhan
Tidak
45
42,1
42,1
Patuh
62
57,9
100
Total
107
100
Usia
Muda
85
79,4
79,4
Tua
22
20,6
100
107
100
Perempuan
42
39,3
39,3
Laki-laki
65
60,7
100
107
100
Rendah
44
41,1
41,1
Tinggi
63
58,9
100
107
100
Rendah
58
54,2
54,2
Tinggi
49
45,8
100
107
100
Tidak Bekerja
46,0
43,0
43,0
Bekerja
61,0
57,0
100
107
100
Rendah
26
24,3
24,3
TIngi
81
107
57,0
100
100
2
3
Jenis Kelamin
4
Pendidikan
5
Pengetahuan
6
Pekerjaan
7
Motivasi
Analisa data tabel 1 menunjukkan
bahwa
dari
107
responden
yang
orang
(60,7%)
berjenis
kelamin
perempuan, sebagian besar penderita
diwawancarai 45 orang (42,1%) bersikap
yaitu
sejumlah
63
orang
(58,9%)
tidak patuh, 85 orang (79.4%) berusia
berpendidikan rendah, sejumlah besar 65
muda, sebagian besar yaitu sejumlah 65
orang (60,7%) berjenis kelamin laki-laki,
148
JKep. Vol. 2 No. 3 Nopember 2014, hlm 143-155
sebagian besar yaitu sejumlah 58 orang
(57,0%) tidak bekerja, dan sisanya 81
(54,20%)
orang (75,7%) bermotivasi rendah.
berpengetahuan
rendah,
sebagian besar penderita yaitu 61 orang
Analisa Bivariat
Variabel Usia dan Kepatuhan
Tabel 2. Hubungan Antara Faktor Usia Dengan Kepatuhan pengobatan TB Paru di
Puskesmas-Puskesmas Wilayah Kecamatan Bekasi-Timur Tahun 2014
Variabel Kepatuhan
Tidak Patuh
Patuh (%)
(%)
Jumlah (%)
Nilai P
OR (95%CI)
<20 Tahun dan
>35Tahun
36 (42,4%)
49 (57,6%)
85 (100%)
1,000
1,061
(0,409 - 2,751)
20-35 Tahun
9 (40,9%)
13 (59,1%)
22 (100%)
Jumlah
45 (42,1%)
62 (57,9%)
107 (100%)
Variabel Usia
Analisa dari tabel diatas terlihat
1,061 (0,409 – 2,751) yang berarti usia <
nilai P = 1,000 (continuity correction) >
20 tahun dan > 35 tahun dengan usia 20-
dari α (0,05) yang berarti tidak ada
35 tahun memiliki resiko yang sama
hubungan antara usia dan kepatuhan.
untuk tidak patuh minum obat.
Atau dengan kata lain Ho gagal ditolak.
Variabel Jenis Kelamin Dan Kepatuhan
Hal ini juga terlihat dalam nilai OR =
Tabel 3. Hubungan Antara Faktor Jenis Kelamin Dengan Kepatuhan pengobatan TB Paru
di Puskesmas-Puskesmas Wilayah Kecamatan Bekasi-Timur Tahun 2014.
Variabel Jenis
Kelamin
Variabel Kepatuhan
Tidak Patuh
Patuh (%)
(%)
Jumlah (%)
Nilai P
OR (95%CI)
Perempuan
17 (40,5%)
25 (59,5%)
42 (100%)
0,948
0,899
(0,409 – 1,976)
Laki-laki
28 (43,1%)
37 (56,9%)
65 (100%)
Jumlah
45 (42,1%)
62 (57,9%)
107 (100%)
Dari data diatas terlihat nilai P =
Atau dengan kata lain Ho gagal ditolak.
0,948 (continuity correction) > dari α
Hal ini juga terlihat dalam nilai OR =
(0,05) yang berarti tidak ada hubungan
0,899 (0,409 – 2,751) yang berarti
antara Jenis Kelamin dan kepatuhan.
Perempuan merupakan faktor pencegah
149
Shintha Silaswati: Faktor Kunci Ketidakpatuhan Pengobatan Tb Paru Di Puskesmas
Wilayah Kecamatan Bekasi Timur Tahun 2014
untuk tidak patuh 0,899 lebih kecil
Variabel Pendidikan dan Kepatuhan
dibandingkan dengan Laki-laki.
Tabel 4. Hubungan Antara Faktor Pendidikan Dengan Kepatuhan pengobatan TB Paru di
Puskesmas-Puskesmas Wilayah Kecamatan Bekasi-Timur Tahun 2014
Variabel
Pendidikan
Variabel Kepatuhan
Jumlah (%)
Nilai P
OR (95%CI)
20 (45,5%)
44 (100%)
0,047
2,400
(1,088 – 5,296)
21 (33,3%)
42 (66,7%)
63 (100%)
45 (42,1%)
62 (57,9%)
107 (100%)
Tidak Patuh
(%)
Patuh (%)
Rendah
24 (54,5%)
Tinggi
Jumlah
Dari data diatas terlihat nilai P = 0,047
berpendidikan rendah beresiko tidak
(continuity correction) < dari α (0,05)
patuh untuk minum obat 2,4 kali lebih
yang berarti ada hubungan secara statistik
besar
antara pendididkan dan kepatuhan. Atau
berpendididkan tinggi.
dengan
responden
yang
dengan kata lain Ho ditolak. Hal ini juga
terlihat dalam nilai OR = 2,400 (1,088 –
Variabel Pengetahuan Dan Kepatuhan
5,296) yang berarti responden yang
Tabel 5. Hubungan Antara Faktor Pengetahuan Dengan Kepatuhan pengobatan TB Paru di
Puskesmas-Puskesmas Wilayah Kecamatan Bekasi-Timur Tahun 2014.
Variabel
Pengetahuan
Variabel Kepatuhan
Tidak Patuh
Patuh (%)
(%)
Jumlah (%)
Nilai P
OR (95%CI)
Rendah
31 (53,4%)
27 (46,6%)
58 (100%)
0,016
2,870
(1,281 – 6,429)
Tinggi
14 (28,6%)
35 (71,4%)
49 (100%)
Jumlah
45 (42,1%)
62 (57,9%)
107 (100%)
Dari data diatas terlihat nilai P = 0,016
terlihat dalam nilai OR = 2,870 (1,281 –
(continuity correction) < dari α (0,05)
6,429) yang berarti responden yang
yang berarti ada hubungan secara statistik
berpengetahuan rendah merupakan resiko
antara pengetahuan dan kepatuhan. Atau
untuk tidak patuh minum obat 2,87 kali
dengan kata lain Ho ditolak. Hal ini juga
150
JKep. Vol. 2 No. 3 Nopember 2014, hlm 143-155
lebih besar dibandingkan dengan yang
Variabel Pekerjaan Dan Kepatuhan
berpengetahuan tinggi.
Tabel 6. Hubungan Antara Faktor Pekerjaan Dengan Kepatuhan pengobatan TB Paru di
Puskesmas-Puskesmas Wilayah Kecamatan Bekasi-Timur Tahun 2014.
Variabel
Pekerjaan
Variabel Kepatuhan
Tidak Patuh
Patuh (%)
(%)
Jumlah (%)
Nilai P
OR (95%CI)
Tidak Bekerja
24 (52,2%)
22 (47,8%)
46 (100%)
0,100
2,078
(0,949 – 4,548)
Bekerja
21 (34,4%)
40 (65,6%)
61 (100%)
Jumlah
45 (42,1%)
62 (57,9%)
107 (100%)
Dari data diatas terlihat nilai P = 0,100
Pasien TB Paru yang tidak bekerja
(continuity correction) > dari α (0,05)
beresiko tidak patuh untuk minum obat
yang berarti tidak ada hubungan secara
2,078 kali lebih besar dibandingkan
statistik antara pekerjaan dan kepatuhan.
dengan yang bekerja.
Atau dengan kata lain Ho gagal ditolak.
Variabel Motivasi Dan Kepatuhan
Tabel 7. Hubungan Antara FaktorMotivasi Dengan Kepatuhan pengobatan TB Paru di
Puskesmas-Puskesmas Wilayah Kecamatan Bekasi-Timur Tahun 2014.
Variabel Motivasi
Variabel Kepatuhan
Tidak Patuh
Patuh (%)
(%)
Jumlah (%)
Nilai P
OR (95%CI)
0,037
2,867
(1,153 – 7,137)
Rendah
16 (61,5%)
10 (38,5%)
26(100%)
Tinggi
21 (34,4%)
40 (65,6%)
61 (100%)
Jumlah
45 (42,1%)
62 (57,9%)
107 (100%)
Dari data diatas terlihat nilai P = 0,037
kali lebih besar dibandingkan dengan
(continuity correction) < dari α (0,05)
yang memiliki motivasi tinggi.
yang berarti ada hubungan secara statistik
antara motivasi dan kepatuhan. Atau
dengan kata lain Ho ditolak. Pasen TB
Paru yang memiliki motivasi rendah
beresiko tidak patuh minum obat 2,867
PEMBAHASAN
Penelitian
mendapatkan
ini
dilakukan
faktor-faktor
untuk
yang
berhubungan dengan variabel kepatuhan
151
Shintha Silaswati: Faktor Kunci Ketidakpatuhan Pengobatan Tb Paru Di Puskesmas
Wilayah Kecamatan Bekasi Timur Tahun 2014
penderita
TB
Paru
terhadap
pengobatannya. Hasil dari analisa data
Variabel Usia dan Kepatuhan Pengobatan
TB Paru.
menunjukkan gambaran seperti dibawah
Hasil dari penelitian ini didapatkan
ini:
hasil OR=1,061 dengan p value 1,000 (α
Variabel Kepatuhan Responden Dalam
0,05) CI 0,409 – 2,751
Pengobatan TB Paru.
diartikan bahwa tidak ada perbedaan
Berdasarkan
hasil
hal ini dapat
penelitian
antara usia < 20 tahun dan > 35 tahun
diketahui dari 107 responden bersikap
dengan usia 20-35 tahun. Hal yang sama
tidak patuh, yaitu sebanyak 45 orang (
juga ditemukana pada penelitian yang
42,1 % ), sedangkan responden yang
dilakukan oleh Erawatiningsing (2009)
bersikap
yaitu
dimana ditemukan OP =0,048 dengan P=
sebanyak 62 orang (57,9 %). Jumlah ini
0,469. Penelitian tersebut menyimpulkan
termasuk
dibandingkan
tidak ada perbedaan antara kelompok
dengan penelitian Bagiada (2006) yang
umur 30-44 dan kelompok umur 45-
hanya 12,6 % yang mangkir berobat.(1).
59.Hal ini dikonfirmasi dengan beberapa
Namun
lain
penelitian yang menyatakan hal yang
berobat
serupa. Kelompok umur muda maupun
secarateratur/patuh dan 33% responden
yang usia lanjut tidak mempengaruhi
berobat secara tidak teratur/tidak patuh.
kepatuhan,
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
kelompok umur juga memiliki motivasi
pasien
untuk
memberikan
tinggi
jika
menurut
menunjukan
penelitian
(67.0%)
yang
memenuhi
patuh
bersikap
pendapat
patuh
sockett
yang
(Niven,
karena
sehat.
pengaruh
Usia
secara
masing-masing
tidak
memiliki
statistik
semua
2000) di puskesmas-puskesmas wilayah
kelompok usia memiliki kecenderungan
Bekasi Timur 57,9%. Angka kepatuhan
untuk
yang hanya berkisar 57,9% menjadikan
menjadikannya faktor yang berpengaruh
tugas berat bagi para petugas puskesmas
kepatuhan.
untuk mencegah terjadinya kegagalan
Variabel Jenis Kelamin dan Kepatuhan
pengobatan.
Pengobatan TB Paru
Perbedaan
ini
mungkin
tidak
patuh
namun
tidak
disebabkan perbedaan lokasi penelitian
Pada penelitian ini juga dilihat
yaitu dirumah sakit dan puskesmas, dan
hubungan antar jenis kelamin dengan
juga
kepatuhan
berberda
responden
penelitian.
yang
karakteristik
diikutkan
dari
dalam
pengobatan
TB
Paru.
Didapatkan hasil p value 0,948 (α 0,05)
dengan OR=0,899 CI 0,409 – 2,751.
Yang berarti tidak ada perbedaan antara
152
JKep. Vol. 2 No. 3 Nopember 2014, hlm 143-155
kedua jenis kelamin. Akan kaitannya
tidak bekerja 34,9 % dan berpendidikan
dengan jenis kelamin: Penderita TB-paru
rendah (tidak sekolah, tidak tamat SD,
cenderung lebih tinggi pada laki-laki
dan
dibandingkan
Pendidikan
perempuan.
Menurut
tamat
SD)
sebesar
62,9
mempengaruhi
%.
kepatuhan
Hiswani (2009), sedikitnya dalam periode
pengobatan,
setahun ada sekitar 1 juta perempuan
pendidikan sendiri yang mempengaruhi
yang meninggal akibat TB paru, dapat
kepatuhan. Faktor yang berkaitan dengan
disimpulkan
kaum
pendidikan dimana orang yang lebih
perempuan lebih banyak terjadi kematian
terdidik dan berpenghasilan lebih baik
yang
TB-paru
dibanding dengan yang tidak terdidik
proses
sehingga memiliki kemampuan untuk
kehamilan dan persalinan. Pada jenis
tetap patuh dalam pengobatan. Akan
kelamin laki-laki penyakit ini lebih tinggi
tetapi hal ini masih perlu dilakukan
karena merokok tembakau dan minum
penelitian
alkohol
kaitannya.
bahwa
disebabkan
dibandingkan
oleh
dengan
sehingga
pada
akibat
dapat
menurunkan
kemungkinan
lagi
untuk
bukan
mengetahui
system pertahanan tubuh, sehingga lebih
Variabel Pengetahuan dan Kepatuhan
mudah terpapar dengan agent penyebab
Pengobatan TB Paru
TB-paru. Jenis kelamin tidak berkaitan
Penelitian ini juga didapat hasil
tetapi
hitung statistik didapat p value 0,016 (α
berpengaruh dengan kematian akibat
0,05) yang berarti ada hubungan antara
rokok, hal ini dikarenakan perbedaan
pengetahuan
gaya hidup diantara kedua kelompok ini.
yang berpengetahuan tinggi akan lebih
Variabel
patuh 2,870 kali dibanding dengan yang
dengan
kepatuhan
Pendidikan
akan
dan
Kepatuhan
dan kepatuhan
dimana
berpengetahuan (OR = 2,870 ;CI=1,281 –
Pengobatan TB Paru
Dari perhitungan statistik penelitian
6,429). Hasil penelitian ini sesuai dengan
ini didapat p value 0,047 (α 0,05) yang
penelitian Fahruda yang dikutip oleh
berarti ada hubungan antara pendidikan
Erawatyningsih
dan
menunjukkan
kepatuhan
dimana
yang
(2009)
bahwa
pada
yang
tingkat
berpendidikan tinggi akan lebih patuh
pengetahuan penderita yang rendah akan
2,400
berisiko lebih dari dua kali terjadi
kali
dibanding
bependidikan rendah
dengan
yang
(OR = 2,400
kegagalan
pengobatan
;CI=1,088 – 5,296). Demikian juga
dengan
penelitian Herryanto (2004), dimana
pengetahuan
penderita TB paru,sebagian besar mereka
tatalaksana
penderita
dibandingkan
yang
tinggi.
pengobatan
memiliki
Ketidakpatuhan
ini
meliputi
153
Shintha Silaswati: Faktor Kunci Ketidakpatuhan Pengobatan Tb Paru Di Puskesmas
Wilayah Kecamatan Bekasi Timur Tahun 2014
keteraturan
pengobatan,
pemeriksaan
pendapatan per kapita penduduk. Di sisi
dahak ulang pada akhir pengobatan fase
lain,
awal dan satu bulan sebelum akhir
kemampuan pembiayaan dalam bidang
pengobatan fase lanjutan. Sementara,
kesehatan
penderita yang memiliki pengetahuan
kebutuhan pokoknya. Dengan demikian,
tinggi lebih patuh dikarenakan karena
pekerjaan tidak menjadi faktor yang
pasien mengetahui secara jelas apa yang
mempengaruhi
akan terjadi bila tidak patuh dalam
akan tetapi faktor sosio ekonomi yang
pengobatan TB.
lebih berpengaruh terhadap kepatuhan.
Variabel
Pekerjaan
dan
Kepatuhan
Pengobatan TB Paru
sosial-ekonomi
Variabel
karena
mempengaruhi
masih
kepatuhan
Motivasi
dan
terfokus
pengobatan
Kepatuhan
Pengobatan TB Paru
Penelitian ini mendapatkan tidak
Pada
penelitian
ini
terungkap
ada perbedaan dari orang yang bekerja
bahwa motivasi berhubungan dengan
dan yang tidak bekerja dimana didapata p
kepatuhan pengobatan TB Paru dengan p
value 0,100 (α 0,05) . Akan tetapi yang
value 0,037
bekerja akan memiliki kecenderungan
menunjukkan
lebih patuh dari pada yang tidak bekerja
bermotivasi tinggi akan 2,867 kali lebih
OR = 2,078 ( CI 0,949 – 4,548). Dimana
patuh dalam pengobatan (OR = 2,867
yang bekerja akan 2,870 kali memilik
;CI=1,153 – 7,137). Seperti yang didapat
potensi lebih patuh dalam pengobatan.
pada penelitian Prasetya (2009) yang
Seperti yang dilihat dalam penelitian
menyatakan motivasi berkaitan dengan
Itang (2004) Dari 40 penderita yang tidak
kepatuhan pengobatanan. Motivasi untuk
patuh dalam pengobatan ada 87,50%
tetap patuh dalam pengobatan TB Paru
termasuk golongan yang berpenghasilan
dapat berasal dari PMO, keluarga dan
rendah dan mengaku tidak ada biaya
pelayanan yang baik dari petugas TB
untuk berobat ke Puskesmas.
(Erawatyningsih, 2009). Motivasi sangat
Sosio ekonomi juga berpengaruh
(α 0,05) yang yang
bahwa
berpengaruh
pasien
dalam
karena
pasien
yang
kepatuhan
terhadap kelangsungan pengobatan pada
pengobatan
memiliki
penelitian Kusbiantoro (2002) tentang
keinginan utnuk mencapai kesembuhan.
faktor sosial-ekonomi penderita berperan
sebagai faktor risiko rendahnya kemauan
penderita
untuk
mencari
pelayanan
kesehatan karena pendapatan rata-rata
penderita TB paru masih rendah dari
KESIMPULAN
Penelitian ini telah menunjukkan
hasil bahwa dari 107 responden yang
diwawancarai:
154
JKep. Vol. 2 No. 3 Nopember 2014, hlm 143-155
(continuity correction) < dari
1. Hasil analisa variabel secara univariat
α =0,05 dan nilai OR = 2,870
memperlihatkan masih ada 45 orang
(42,1%) bersikap tidak patuh, 85
orang
(79.4%)
berusia
(60,7%)
muda,
berjenis
lebih
58
berpengetahuan
besar
penderita
rendah
dibandingkan
yang
memiliki
pengetahuan tinggi;
c. Faktor motivasi dengan p
yaitu
value
0,037
(continuity
orang
(54,20%)
correction) < dari α (0,05)
rendah,
sebagian
dan nilai OR = 2,867 (1,153 –
yaitu
61
orang
7,137). Hal ini menunjukkan
(57,0%) tidak bekerja, dan sisanya 81
bahwa pasien yang memiliki
orang (75,7%) bermotivasi rendah.
motivasi
2. Hasil analisa bivariat menunjukkan:
faktor-faktor
besar
dengan
65 orang (60,7%) berjenis kelamin
sejumlah
memiliki
patuh minum obat 2,87 kali
berpendidikan rendah, sejumlah besar
besar
yang
merupakan resiko untuk tidak
kelamin
yaitu sejumlah 63 orang (58,9%)
sebagian
Artinya
pengetahuan
perempuan, sebagian besar penderita
laki-laki,
6,429).
responden
sebagian besar yaitu sejumlah 65
orang
–
(1,281
yang
rendah
beresiko
tidak patuh minum obat 2,867
berhubungan
kali lebih besar.
dengan kepatuhan pengobatan TB
Penelitian
Paru adalah:
ini
tidak
mengukur
dengan
variabel motivasi berdasarkan motivas
0,047
internal dan eksternalnya. Maka perlu
(continuity correction) < dari
dilakukan penelitian yang lebih rinci
α =0,05 dan nilai OR = 2,400
mengeksplorasi
a. Faktor
nilai
pendidikan
p
value
–
(1,088
responden
5,296).
yang
Artinya
memiliki
motivasi
penderita
terhadap kepatuhan untuk mimun obat.
Dengan
demikian,
para
pemegang
pendidikan rendah memiliki
program TB di Puskesmas
resiko
patuh
memberikan dorongan sesuai dengan
minum obat 2,4 kali lebih
jenis motivasi yang membuat penderita
besar dibandingkan dengan
TB
yang berpendidikan;
meminimalisasi jumlah penderita TB
untuk
tidak
b. Faktor pengetahuan dengan
nilai
p
value
0,016
Paru teratur
minum
mampu
obat
dan
Paru yang tidak/kurang patuh untuk
mengobati penyakitnya.
Shintha Silaswati: Faktor Kunci Ketidakpatuhan Pengobatan Tb Paru Di Puskesmas
Wilayah Kecamatan Bekasi Timur Tahun 2014
REFERENSI
Anonim, (2009). Analisa Data Statistical
Program For Social Sciene SPSS,
Jakarta
:
Fakultas
Tehnik
Universitas
Muhammadiyah
Jakarta.
Bagiada I Made., Primasari Ni Luh Putri
(2010)
Faktor-Faktor
Yang
Mempengaruhi
Tingkat
Ketidakpatuhan
Penderita
Tuberkulosis Dalam Berobat Di
Poliklinik Dots RSUP Sanglah .
Jurnal Penyakit Dalam Vol 11 No3
2010
Depkes, (2008). Pedoman Nasional
Penanggulangan
Tuberkulosis.
Jakarta : Dit.Jen P2M dan PLP
Depkes RI
Dinas Kependudukan Dan Catatan SIpil
.Data Penduduk Kota Bekasi
Semester II 2013
Erawatyningsih Erni., Purwanta., Subekti
Heru (2009) Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi
Ketidakpatuhan
Berobat
Pada
Penderita
Tuberkulosis
Paru
Erni
¹,
Purwanta², Heru Subekti² Berita
Kedokteran Masyarakat, Vol. 25,
No. 3, September 2009
Herryanto, D.Anwar Musadad Dan
Freddy M., (2004), Riwayat
Pengobatan
Penderitaparu
Meninggal
Di
Kabupaten
Bandung.,
Jurnal
Ekologi
Kesehatan Vol 3 No. 1, April
2004: 1-6
Hiswani (2009). Tuberkulosis Merupakan
Penyakit Infeksi Yang Masih
Menjadi
Masalah
Kesehatan
Masyarakat
Http://Librarv.Usu.Ac.Id/Download
/Fkm Hiswani6.Pdf 2009).
155
Kusbiyantoro (2002), Perbandingan
Efektivitas Kader Kesehatan Dan
Tokoh
Masyarakat
Sebagai
Pengawas Minum Obat Terhadap
Kepatuhan Obat Dan Konversi
Dahak Penderita Tb Paru Di
Kabupaten
Kebumen.
Tesis.
Pascasarjana UGM. Yogyakarta.
Tidak dipublikasikan.
Nizar M, (2010). Pemberantasan Dan
Penanggulangan
Tuberkulosis.
Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Notoatmodjo,
(2012).
Metodologi
Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi.
Jakarta: Rineka Cipta
Prasetya., Jaka (2009) Hubungan
Motivasi Pasien Tb Paru Dengan
Kepatuhan
Dalam
Mengikuti
Program Pengobatan Sistem Dots
Di Wilayah Puskesmas Genuk
Semarang. JURNAL VISIKES Vol. 8 / No. 1 / Maret 2009
Pratisto Arif, (2009), Statistik Mudah
Dengan SPSS 17, Jakarta : PT.Elex
Media Komputindo
Senewe Felly Philipus (2002) FaktorFaktor
Yang
Mempengaruhi
Kepatuhan Berobat Penderita
Tuberkulosis Paru D1 Puskesmas
Depok.,Buletin Pend. Kesehatan,
Vo1.30, No. 1,2002: 31 – 38
Suharsimi Arikunto, (2002). Prosedur
Penelitian – Suatu Pendekatan
Praktek, Edisi Revisi V : Jakarta :
Penerbit Rineka Cipta
Download