Presentasi Ajaran Buddha yang Rasional

advertisement
Presentasi Ajaran
Buddha yang
Rasional
Kosmologi Buddhis
The 31 Planes of Existence
Mount Meru
Kosmologi Buddhis
31 Alam Kehidupan
Mount Meru
Kosmologi Buddhis
31 Alam Kehidupan
Gunung Meru
31 Alam Kehidupan
4 Alam tanpa bentuk
Makhluk dengan batin saja
16 Alam berbentuk
Makhluk materi halus
Bukan persepsi pun bukan tidakpersepsi
Kekosongan
Kesadaran tanpa batas
Ruang tanpa batas
5 Kediaman Murni untuk Anagami
10 Alam Brahma
1 Alam untuk makhluk dengan tubuh
saja (tanpa batin)
6 Alam Dewa
1 Alam Manusia
Gunung Meru
A square mountain with four sides and is
84,000 yojanas (672,000 km) high.
It lies at the centre of the world.
Around it are seven 7 lakes separated by 7
rings of golden mountains.
Outside, in a great ocean, are 4 continents.
We humans live on the southern continent
called ‘Jambudvipa’.
Gunung Meru
Gunung persegi dengan empat sisi dan
tingginya 84,000 yojana (672,000 km).
Around it are seven 7 lakes separated by 7
rings of golden mountains.
Outside, in a great ocean, are 4 continents.
We humans live on the southern continent
called ‘Jambudvipa’.
Gunung Meru
Gunung persegi dengan empat sisi dan
tingginya 84,000 yojana (672,000 km).
Terletak di tengah-tengah dunia.
Around it are seven 7 lakes separated by 7
rings of golden mountains.
Outside, in a great ocean, are 4 continents.
We humans live on the southern continent
called ‘Jambudvipa’.
Gunung Meru
Gunung persegi dengan empat sisi dan
tingginya 84,000 yojana (672,000 km).
Terletak di tengah-tengah dunia.
Disekitarnya adalah 7 danau yang
dipisahkan oleh 7 lingkaran gunung
keemasan.
Outside, in a great ocean, are 4 continents.
We humans live on the southern continent
called ‘Jambudvipa’.
Gunung Meru
Gunung persegi dengan empat sisi dan
tingginya 84,000 yojana (672,000 km).
Terletak di tengah-tengah dunia.
Disekitarnya adalah 7 danau yang
dipisahkan oleh 7 lingkaran gunung
keemasan.
Diluar, dalam lautan besar, adalah 4 benua.
We humans live on the southern continent
called ‘Jambudvipa’.
Gunung Meru
Gunung persegi dengan empat sisi dan
tingginya 84,000 yojana (672,000 km).
Terletak di tengah-tengah dunia.
Disekitarnya adalah 7 danau yang
dipisahkan oleh 7 lingkaran gunung
keemasan.
Diluar, dalam lautan besar, adalah 4 benua.
Kita (manusia) tinggal di benua sebelah
selatan yang bernama ‘Jambudvipa’.
Gunung Meru
84,000 yojana persegi bagian atas
merupakan surga Tavatimsa, alam tertinggi
dalam kontak jasmani langsung dengan
bumi.
Below are terrace constituting the "heavens"
of the Four Great Kings, and is divided into
four parts, facing north, south, east & west.
The seas surrounding Mount Meru are the
abodes of the Asuras who are at war with
the Tavatimsa gods.
Gunung Meru
84,000 yojana persegi bagian atas
merupakan surga Tavatimsa, alam tertinggi
dalam kontak jasmani langsung dengan
bumi.
Bagian bawah adalah tingkatan yang
merupakan "surga-surga" dari Empat Maha
Raja, dan terbagi menjadi empat bagian,
menghadap utara, selatan, timur & barat.
The seas surrounding Mount Meru are the
abodes of the Asuras who are at war with
Gunung Meru
84,000 yojana persegi bagian atas merupakan
surga Tavatimsa, alam tertinggi dalam kontak
jasmani langsung dengan bumi.
Bagian bawah adalah tingkatan yang merupakan
"surga-surga" dari Empat Maha Raja, dan terbagi
menjadi empat bagian, menghadap utara, selatan,
timur & barat.
Lautan yang mengelilingi gunung Meru adalah
tempat kediaman dari Asura yang selalu
berperang dengan dewa Tavatimsa.
Gunung Meru
Diatas surga Tavatimsa adalah alam-alam
Dewa dan Brahma yang lebih tinggi.
Mount Meru is also 84,000 yojanas
(672,000 km) deep.
In contrast, the diameter of the earth is only
about 12,000 km.
The Hell realms are located below the
earth’s crust and are divided into 136 Hot
Hells and Cold Hells.
Gunung Meru
Diatas surga Tavatimsa adalah alam-alam
Dewa dan Brahma yang lebih tinggi.
Gunung Meru juga 84,000 yojana (672,000
km) dalamnya.
In contrast, the diameter of the earth is only
about 12,000 km.
The Hell realms are located below the
earth’s crust and are divided into 136 Hot
Hells and Cold Hells.
Gunung Meru
Diatas surga Tavatimsa adalah alam-alam
Dewa dan Brahma yang lebih tinggi.
Gunung Meru juga 84,000 yojana (672,000
km) dalamnya.
Kontrasnya, garis tengah dari bumi hanya
sekitar 12,000 km.
The Hell realms are located below the
earth’s crust and are divided into 136 Hot
Hells and Cold Hells.
Gunung Meru
Diatas surga Tavatimsa adalah alam-alam
Dewa dan Brahma yang lebih tinggi.
Gunung Meru juga 84,000 yojana (672,000
km) dalamnya.
Kontrasnya, garis tengah dari bumi hanya
sekitar 12,000 km.
Alam Neraka terletak dibawah lapisan kulit
bumi dan terbagi kedalam 136 Neraka
Panas dan Neraka Dingin.
Gunung Meru
Bahkan sampai pada akhir dari abad ke 19,
pandangan global Buddhis terkandung
dalam keberadaan dari gunung Meru
secara harfiah dan bumi yang datar, sesuai
dengan apa yang tertulis dalam teks.
The Christians used this to call in question
the credibility of Buddhism during the
famous Christian-Buddhist debates in Sri
Lanka in the 1870’s.
This point is still occasionally brought up
Gunung Meru
Bahkan sampai pada akhir dari abad ke 19,
pandangan global Buddhis terkandung
dalam keberadaan dari gunung Meru
secara harfiah dan bumi yang datar, sesuai
dengan apa yang tertulis dalam teks.
Umat Kristen menggunakan hal ini untuk
mempertanyakan kredibilitas dari ajaran
Buddha menjelang debat Kristen-Buddhis
yang terkenal di Sri Lanka pada tahun
1870’an.
Gunung Meru
Bahkan sampai pada akhir dari abad ke 19,
pandangan global Buddhis terkandung dalam
keberadaan dari gunung Meru secara harfiah dan
bumi yang datar, sesuai dengan apa yang tertulis
dalam teks.
Umat Kristen menggunakan hal ini untuk
mempertanyakan kredibilitas dari ajaran Buddha
menjelang debat Kristen-Buddhis yang terkenal di
Sri Lanka pada tahun 1870’an.
Titik ini adakalanya masih dipertanyakan saat ini
oleh umat Kristen.
canadianchristianity.com
September 2009
Pelajar Kristen menimbang kepercayaan Buddhis
Oleh James A. Beverley
Pengakuan pada pribadi yang luar biasa dari Dalai Lama adalah persoalan yang
berbeda dari penilaian umat Kristen terhadap ajaran Buddha. Terdapat alasan
kuat mengapa umat Kristen harus meragui ajaran Buddha, apakah Theravada
(Thailand, Myanmar, Kamboja, Vietnam, Sri Lanka), Mahayana (Tiongkok,
Jepang, Korea), atau Vajrayana (Tibet, Mongolia, Nepal).
Ilmu Pengetahuan
Walaupun ajaran Buddha mengaku bersifat ilmiah and rasional, banyak teori
dalam kitab suci Buddhis yang nampaknya sangat keliru, termasuk ajaran
tentang medis, pandangan astrologi dan teori kosmologi.
Sehubungan dengan yang terakhir, semua sekolah Buddhis mengajarkan
selama berabad-abad – berdasarkan pernyataan dari Gautama – bahwa
bumi adalah datar, dan ditengah-tengahnya terdapat gunung besar yang
bernama Meru. Empat dinding dari Meru terdiri dari batu yang berharga,
dan warna dari batu mencerminkan warna dari langit di empat benua
utama.
Jika anda tidak dapat mempercayai Buddha tentang kebenaran dari fakta
geografis, mengapa mempercayai Beliau tentang persoalan kekuatan gaib?
Gunung Meru
Dalam debat Kristen-Buddhis, umat
Buddhis tetap pada pandangan mereka
tentang gunung Meru, mengakui
keberadaannya, mungkin di kutub utara,
tetapi belum ditemukan.
The Christians gave the Buddhists a globe
and asked them to show where Mount Meru
is. Of course they could not.
Nowadays, Buddhists have abandoned the
idea of a literal Mount Meru, regarding it as
Gunung Meru
Dalam debat Kristen-Buddhis, umat
Buddhis tetap pada pandangan mereka
tentang gunung Meru, mengakui
keberadaannya, mungkin di kutub utara,
tetapi belum ditemukan
Umat Kristen memberikan bola bumi pada
umat Buddha dan meminta mereka untuk
menunjukkan keberadaan gunung Meru.
Tentu saja mereka tidak bisa.
.
Nowadays, Buddhists have abandoned the
Gunung Meru
Dalam debat Kristen-Buddhis, umat Buddhis tetap
pada pandangan mereka tentang gunung Meru,
mengakui keberadaannya, mungkin di kutub
utara, tetapi belum ditemukan.
Umat Kristen memberikan bola bumi pada umat
Buddha dan meminta mereka untuk menunjukkan
keberadaan gunung Meru. Tentu saja mereka
tidak bisa.
Sekarang ini, umat Buddha telah meninggalkan
ide dari gunung Meru secara harfiah, dan
menganggapnya sebagai mitos saja.
Konsepsi dan Kelahiran
Although celibate, Queen Maya conceives
the Buddha as he entered her womb as a
white elephant, in a dream.
On the way to visit her father, the Queen
gives birth while standing up with the
infant emerging from the side of her body.
Four great Brahma angels held out a
golden net to receive the infant.
Konsepsi dan Kelahiran
Walaupun hidup suci, Ratu Maya
mengandung calon Buddha ketika beliau
memasuki rahim ibunya sebagai seekor
gajah putih, dalam sebuah mimpi.
On the way to visit her father, the Queen
gives birth while standing up with the
infant emerging from the side of her body.
Four great Brahma angels held out a
golden net to receive the infant.
Konsepsi dan Kelahiran
Walaupun hidup suci, Ratu Maya
mengandung calon Buddha ketika beliau
memasuki rahim ibunya sebagai seekor
gajah putih, dalam sebuah mimpi.
Dalam perjalanan mengunjungi ayahnya,
Ratu melahirkan dengan posisi berdiri,
dan bayi keluar dari samping tubuhnya.
Four great Brahma angels held out a
golden net to receive the infant.
Konsepsi dan Kelahiran
Walaupun hidup suci, Ratu Maya
mengandung calon Buddha ketika beliau
memasuki rahim ibunya sebagai seekor
gajah putih, dalam sebuah mimpi.
Dalam perjalanan mengunjungi ayahnya,
Ratu melahirkan dengan posisi berdiri,
dan bayi keluar dari samping tubuhnya.
Empat dewa Maha Brahma menyebarkan
jaringan emas untuk menerima sang bayi.
Konsepsi dan Kelahiran
Although celibate, Queen Maya conceives
the Buddha as he entered her womb as a
white elephant, in a dream.
On the way to visit her father, the Queen
gives birth while standing up with the
infant emerging from the side of her body.
Four great Brahma angels held out a
golden net to receive the infant.
Konsepsi dan Kelahiran
Maksud yang memungkinkan adalah
untuk menunjukkan bahwa Buddha
dikandungi tanpa perlunya penyatuan
seksual diantara kedua orang tuanya.
On the way to visit her father, the Queen
gives birth while standing up with the
infant emerging from the side of her body.
Four great Brahma angels held out a
golden net to receive the infant.
Konsepsi dan Kelahiran
Maksud yang memungkinkan adalah
untuk menunjukkan bahwa Buddha
dikandungi tanpa perlunya penyatuan
seksual diantara kedua orang tuanya.
Untuk menunjukkan bahwa sang bayi
tidak keluar dari “saluran biasa”, dengan
demikian mempertahankan kesucian dan
kebersihannya.
Four great Brahma angels held out a
golden net to receive the infant.
Konsepsi dan Kelahiran
Maksud yang memungkinkan adalah untuk
menunjukkan bahwa Buddha dikandungi tanpa
perlunya penyatuan seksual diantara kedua
orang tuanya.
Untuk menunjukkan bahwa sang bayi tidak
keluar dari “saluran biasa”, dengan demikian
mempertahankan kesucian dan kebersihannya.
Menunjukkan pada Brahmin/Hindu bahwa
bahkan dewa-dewa mereka harus turun untuk
menerima sang bayi.
Tujuh Langkah Pertama
Sang bayi kemudian mulai berjalan
mengambil tujuh langkah, dengan
tumbuhnya bunga teratai di setiap langkah
kakinya dan mendeklamasikan bahwa ini
adalah kelahirannya yang terakhir kali.
Likely a later addition to the story. But
may be taken to mean that the Buddha
has already successfully cultivated the 7
Factors of Enlightenment.
Simbol
Sebagai contohnya adalah Dewi
yang penuh cinta kasih dalam
tradisi Mahayana : Kuan Yin.
Eleven heads symbolizes the ability
to hear the cries of suffering beings.
Thousand arms symbolizes the
ability to come to the aid of many.
Simbol
Sebagai contohnya adalah Dewi
yang penuh cinta kasih dalam
tradisi Mahayana : Kuan Yin.
Sebelas kepala menyimbolkan
kemampuan mendengarkan
tangisan penderitaan para makhluk.
Thousand arms symbolizes the
ability to come to the aid of many.
Simbol
Sebagai contohnya adalah Dewi
yang penuh cinta kasih dalam
tradisi Mahayana : Kuan Yin.
Sebelas kepala menyimbolkan
kemampuan mendengarkan
tangisan penderitaan para makhluk.
Ribuan tangan menyimbolkan
kemampuan memberikan bantuan
pada banyak makhluk.
Tujuh Langkah Pertama
Sang bayi kemudian mulai berjalan
mengambil tujuh langkah, dengan
tumbuhnya bunga teratai di setiap langkah
kakinya dan mendeklamasikan bahwa ini
adalah kelahirannya yang terakhir kali.
Likely a later addition to the story. But
may be taken to mean that the Buddha
has already successfully cultivated the 7
Factors of Enlightenment.
Tujuh Langkah Pertama
Sang bayi kemudian mulai berjalan
mengambil tujuh langkah, dengan
tumbuhnya bunga teratai di setiap langkah
kakinya dan mendeklamasikan bahwa ini
adalah kelahirannya yang terakhir kali.
Sepertinya, ini adalah tambahan
belakangan pada cerita, tetapi dapat
diartikan bahwa Buddha telah sukses
mengembangkan 7 faktor pencerahan di
kehidupan lampau Beliau.
Empat Penglihatan dan Pelepasan
Keduniawian
Ketika tumbuh dewasa, ayahnya
melindunginya dari kenyataan akan
kesakitan, penuaan dan kematian
berhubung dia menginginkan anaknya
untuk menjadi Raja dunia dan bukan
Buddha.
Empat Penglihatan dan Pelepasan
Keduniawian
While growing up, his father shielded him
from the realities of sickness, old age and
death as he wished his son to be a great
Universal Monarch instead of a Buddha.
Empat Penglihatan dan Pelepasan
Keduniawian
Ini kemungkinan besar adalah
pembubuhan, agar cerita tentang Buddha
lebih menarik untuk orang banyak.
Empat Penglihatan dan Pelepasan
Keduniawian
Akan tetapi, walaupun usaha terbaik telah
diberikan ayahnya untuk menjauhkan
orang sakit, tua dan mati, Dewa
memperlihatkan tanda-tanda ini pada
Pangeran.
Empat Penglihatan dan Pelepasan
Keduniawian
Akan tetapi, walaupun usaha terbaik telah
diberikan ayahnya untuk menjauhkan
orang sakit, tua dan mati, Dewa
memperlihatkan tanda-tanda ini pada
Pangeran.
Pangeran kemudian melepaskan
keduniawian dan meninggalkan istana
pada tengah malam dengan kuda dan
kusirnya, dengan bantuan Dewa meredam
semua bunyi sehingga tidak ada yang
Empat Penglihatan dan Pelepasan
Keduniawian
However, despite the best efforts of his
father to keep away the sick, old and
dying, the Prince was shown these sights
by the Devas.
The Prince subsequently renounced and
left the palace in the dead of the night with
his horse and charioteer, with the Devas
suppressing all the noise so that no one
would be awakened.
Empat Penglihatan dan Pelepasan
Keduniawian
Empat penglihatan hanya disebutkan dalam
kitab komentar dan kemungkinan besar
Pangeran menyadari kebenaran ini oleh dirinya
sendiri dan mulai merenungi hal ini dengan
sendirinya.
The Prince subsequently renounced and
left the palace in the dead of the night with
his horse and charioteer, with the Devas
suppressing all the noise so that no one
would be awakened.
Empat Penglihatan dan Pelepasan
Keduniawian
Empat penglihatan hanya disebutkan dalam
kitab komentar dan kemungkinan besar
Pangeran menyadari kebenaran ini oleh dirinya
sendiri dan mulai merenungi hal ini dengan
sendirinya.
Karena pada usia ini, meninggalkan rumah
untuk pencarian spiritual adalah bagian dari
budaya India yang telah terbentuk
(Brahmin/Sramana). Oleh karenanya, pelepasan
keduniawian pangeran menyakitkan keluarga,
tetapi bukan tidak biasa.
Empat Penglihatan dan Pelepasan
Keduniawian
Ariyapariyesana Sutta MN. 26
"So, at a later time, while still young, a blackhaired young man endowed with the
blessings of youth in the first stage of life;
and while my parents, unwilling, were crying
with tears streaming down their faces;
I shaved off my hair & beard, put on the
ochre robe and went forth from the home life
into homelessness.”
Empat Penglihatan dan Pelepasan
Keduniawian
Ariyapariyesana Sutta MN. 26
"Di kemudian hari, ketika masih muda, sebagai
seorang pemuda berambut hitam yang memiliki
berkah kemudaan, di masa jaya kehidupan;
and while my parents, unwilling, were crying
with tears streaming down their faces;
I shaved off my hair & beard, put on the
ochre robe and went forth from the home life
into homelessness.”
Empat Penglihatan dan Pelepasan
Keduniawian
Ariyapariyesana Sutta MN. 26
"Di kemudian hari, ketika masih muda, sebagai
seorang pemuda berambut hitam yang memiliki
berkah kemudaan, di masa jaya kehidupan;
dan walaupun orang-tuaku, tidak
menginginkannya, menangis dengan wajah penuh
air mata;
I shaved off my hair & beard, put on the
ochre robe and went forth from the home life
Empat Penglihatan dan Pelepasan
Keduniawian
Ariyapariyesana Sutta MN. 26
"Di kemudian hari, ketika masih muda, sebagai
seorang pemuda berambut hitam yang memiliki
berkah kemudaan, di masa jaya kehidupan;
dan walaupun orang-tuaku, tidak
menginginkannya, menangis dengan wajah penuh
air mata;
Aku mencukur rambut & jenggotku, mengenakan
jubah kuning dan pergi dari kehidupan berumah
menuju tanpa rumah.”
Dilindungi Raja Naga
Pada minggu ke 6 pencerahan, terjadi
badai besar dan Raja Naga Mucalinda
keluar dari kediamannya, dan melingkari
tubuh Buddha untuk melindunginya.
At the end of the week, King Mucalinda
appeared before the Buddha as a young
man and with joined hands, paid his
respects.
Dilindungi Raja Naga
Pada minggu ke 6 pencerahan, terjadi
badai besar dan Raja Naga Mucalinda
keluar dari kediamannya, dan melingkari
tubuh Buddha untuk melindunginya.
Pada akhir minggu tersebut, Raja
Mucalinda muncul di hadapan Buddha
sebagai seorang pemuda dan dengan
bersikap anjali, memberikan
penghormatannya.
Dilindungi Raja Naga
On the 6th week of Enlightenment, there
was a great storm and the Naga King
Mucalinda came out of his abode, and
coiled round the body of the Buddha to
protect him.
At the end of the week, King Mucalinda
appeared before the Buddha as a young
man and with joined hands, paid his
respects.
Dilindungi Raja Naga
Sebenarnya ada sebuah tempat di India
yang disebut “Tanah Naga”, di sebelah
Timur–Laut yang didiami oleh berbagai
suku pegunungan. Juga, kota “Nagpur”
berarti “Kota dari Naga”.
At the end of the week, King Mucalinda
appeared before the Buddha as a young
man and with joined hands, paid his
respects.
Dilindungi Raja Naga
Sebenarnya ada sebuah tempat di India
yang disebut “Tanah Naga”, di sebelah
Timur–Laut yang didiami oleh berbagai
suku pegunungan. Juga, kota “Nagpur”
berarti “Kota dari Naga”.
Jadi ada kemungkinan bahwa suku atau
komunitas dari penduduk yang disebut
Naga memberikan perlindungan pada
Buddha saat cuaca buruk, dan ini menjadi
berlebihan atau disalahpahami.
Permohonan untuk Pembabaran
Dhamma
Setelah minggu ke 7 dari pencerahannya,
Buddha mempertimbangkan bahwa beliau
tidak akan membabarkan Dhamma
berhubung Dhamma sangat sulit untuk
dipahami.
Brahma Sahampati read the Buddha’s
mind and appeared before him, pleading
that the Buddha teach the Dhamma for
those with little dust in their eyes.
Permohonan untuk Pembabaran
Dhamma
Setelah minggu ke 7 dari pencerahannya,
Buddha mempertimbangkan bahwa beliau
tidak akan membabarkan Dhamma
berhubung Dhamma sangat sulit untuk
dipahami.
Brahma Sahampati membaca pikiran
Buddha dan muncul di hadapan Beliau,
memohon kepada Buddha untuk
mengajarkan Dhamma kepada mereka
dengan sedikit debu di mata.
Permohonan untuk Pembabaran
Dhamma
After the 7th week of His enlightenment,
the Buddha considered that he would not
preach the Dhamma as it was too
profound.
Brahma Sahampati read the Buddha’s
mind and appeared before him, pleading
that the Buddha teach the Dhamma for
those with little dust in their eyes.
Permohonan untuk Pembabaran
Dhamma
Ini berarti menyia-nyiakan semua
pengembangan yang dilakukannya
selama berabad-abad untuk menjadi
Samma Sambuddha, dan keinginan
Beliau sendiri untuk mengajari Dhamma.
Brahma Sahampati read the Buddha’s
mind and appeared before him, pleading
that the Buddha teach the Dhamma for
those with little dust in their eyes.
Permohonan untuk Pembabaran
Dhamma
Ini berarti menyia-nyiakan semua
pengembangan yang dilakukannya
selama berabad-abad untuk menjadi
Samma Sambuddha, dan keinginan
Beliau sendiri untuk mengajari Dhamma.
Dalam Sutta Padhana, Buddha sebelum
pencerahan, menyatakan pada Mara
bahwa “Saya akan berkelana dari kota ke
kota membimbing banyak pengikut.” Snp
3.2.
Permohonan untuk Pembabaran
Dhamma
Dua penjelasan yang memungkinkan
untuk kontradiksi yang nyata ini :
• Brahma Sahampati is the personification
of the Buddha’s compassion to teach
the Dhamma to the world.
• This is a later insertion to elevate the
Buddha above the Brahmin/Hindu gods
as Brahma Sahampati pleads the
Buddha to teach the Dhamma.
Permohonan untuk Pembabaran
Dhamma
Dua penjelasan yang memungkinkan
untuk kontradiksi yang nyata ini :
• Brahma Sahampati adalah personifikasi
dari belas kasih Buddha untuk mengajari
Dhamma pada dunia.
• This is a later insertion to elevate the
Buddha above the Brahmin/Hindu gods
as Brahma Sahmapati pleads the
Buddha to teach the Dhamma.
Permohonan untuk Pembabaran
Dhamma
Dua penjelasan yang memungkinkan
untuk kontradiksi yang nyata ini :
• Brahma Sahampati adalah personifikasi
dari belas kasih Buddha untuk mengajari
Dhamma pada dunia .
• Ini adalah sisipan belakangan untuk
mengagungkan Buddha diatas dewa
Brahmin/Hindu karena Brahma Sahampati
memohon kepada Buddha untuk
mengajari Dhamma.
Ibunda Sariputta
Dalam kitab Komentar Jataka, terdapat
cerita dari Sariputta, pulang ke rumah
menjumpai ibunya, seorang Brahmin,
mengetahui bahwa kematian dirinya telah
dekat.
At his deathbed, she saw Maha Brahma,
King Sakka (Lord Indra) and other devas
coming to pay respects to her son. So
she thought how great must he be, and
greater still the Buddha!
Ibunda Sariputta
Dalam kitab Komentar Jataka, terdapat
cerita dari Sariputta, pulang ke rumah
menjumpai ibunya, seorang Brahmin,
mengetahui bahwa kematian dirinya telah
dekat.
Di ranjang kematiannya, sang ibu melihat
Maha Brahma, Raja Sakka (Tuhan Indra)
dan dewa lainnya datang memberi hormat
kepada putranya. Jadi dia berpikir betapa
agungnya dia, dan lebih agung lagi Sang
Ibunda Sariputta
Tanpa perlu berkata, dia kemudian
berpindah ke ajaran Buddha oleh
Sariputta…
This story has even been told whereby it
was explained that King Sakka is the
same as the Taoist deity 天公 Tiān Gōng.
So therefore implying that Taoists should
convert to Buddhism!
Ibunda Sariputta
Tanpa perlu berkata, dia kemudian
berpindah ke ajaran Buddha oleh
Sariputta…
Cerita ini telah pernah diceritakan dimana
dijelaskan bahwa Raja Sakka serupa
dengan dewa Tao 天公 Tiān Gōng.
So therefore implying that Taoists should
convert to Buddhism!
Ibunda Sariputta
Tanpa perlu berkata, dia kemudian
berpindah ke ajaran Buddha oleh
Sariputta…
Cerita ini telah pernah diceritakan dimana
dijelaskan bahwa Raja Sakka serupa
dengan dewa Tao 天公 Tiān Gōng.
Maka dengan itu tersirat bahwa umat Tao
harus berpindah ke ajaran Buddha!
Pembabaran Abhidhamma
Beberapa tahun kemudian, setelah
melakukan keajaiban ganda, Buddha naik
ke surga Tavitimsa untuk membabarkan
Abhidhamma kepada ibunya dan juga
para dewa.
During the 3 months of his preaching, the
Buddha would come down to earth for his
alms, creating an image of himself in
Tavatimsa to continue teaching.
Pembabaran Abhidhamma
Beberapa tahun kemudian, setelah
melakukan keajaiban ganda, Buddha naik
ke surga Tavitimsa untuk membabarkan
Abhidhamma kepada ibunya dan juga
para dewa.
Selama 3 bulan membabarkan Dhamma,
Buddha akan turun ke bumi untuk
meminta sedekah, dengan menciptakan
kesan dari dirinya di Tavatimsa untuk
melanjuti pembabaran.
Pembabaran Abhidhamma
Some years later, after performing the
Twin Miracles, the Buddha ascended to
the Tavitimsa heaven to preach the
Abhidhamma to his mother and the devas.
During the 3 months of his preaching, the
Buddha would come down to earth for his
alms, leaving an image of himself in
Tavatimsa to continue teaching.
Pembabaran Abhidhamma
Tidak disebutkan tentang Abhidhamma
dalam Sidang Pertama. Para pelajar
memperkirakan kemunculannya sekitar
abad ke-3 sebelum Masehi, atau 100 –
200 setelah kemangkatan Buddha.
During the 3 months of his preaching, the
Buddha would come down to earth for his
alms, leaving an image of himself in
Tavatimsa to continue teaching.
Pembabaran Abhidhamma
Tidak disebutkan tentang Abhidhamma
dalam Sidang Pertama. Para pelajar
memperkirakan kemunculannya sekitar
abad ke-3 sebelum Masehi, atau 100 –
200 setelah kemangkatan Buddha.
Kemungkinan besar adalah mitos untuk
meningkatkan status dari Abhidhamma
dan mempromosikan penerimaannya. Ini
adalah ajaran yang berguna tetapi harus
diletakkan dalam konteks yang sesuai.
Pembabaran Abhidhamma
Setelah Beliau selesai membabarkan
Abhidhamma, Raja Dewa menciptakan tiga
tangga yang terbuat dari perak, emas dan
permata yang berharga sehingga Buddha
dapat turun ke kota manusia yang
bernama Sankassa.
While descending, the Buddha used his
powers to enable the millions of humans
who had come to welcome him, to see the
celestial beings accompanying him down.
Pembabaran Abhidhamma
Setelah Beliau selesai membabarkan
Abhidhamma, Raja Dewa menciptakan tiga
tangga yang terbuat dari perak, emas dan
permata yang berharga sehingga Buddha
dapat turun ke kota manusia yang
bernama Sankassa.
Semasa turun, Buddha menggunakan
kekuatannya sehingga jutaan manusia
yang datang menyambut, mampu melihat
makhluk surgawi yang menemaninya
Pembabaran Abhidhamma
After he finished preaching the
Abhidhamma, the Deva king created a
triple staircase made from silver, gold and
precious gems so that the Buddha could
descend to the human town of Sankassa.
While descending, the Buddha used his
powers to enable the millions of humans
who had come to welcome him, to see the
celestial beings accompanying him down.
Pembabaran Abhidhamma
Semuanya ini adalah cerita yang
mengesankan orang dari jaman dahulu.
Akan tetapi, mereka hanya disebutkan
dalam Komentar Abhidhamma, bahkan
lebih belakangan dari Abhidhamma itu
sendiri.
While descending, the Buddha used his
powers to enable the millions of humans
who had come to welcome him, to see the
celestial beings accompanying him down.
Pembabaran Abhidhamma
Semuanya ini adalah cerita yang
mengesankan orang dari jaman dahulu.
Akan tetapi, mereka hanya disebutkan
dalam Komentar Abhidhamma, bahkan
lebih belakangan dari Abhidhamma itu
sendiri.
Bertolak-belakang dengan karakter
Buddha dan berlawanan dengan
instruksinya sendiri dalam memamerkan
kekuatan fisik dan keajaiban.
Kehidupan dan Ajaran Buddha
Kita harus mencoba untuk membedakan
antara :
• Facts
• Legends
• Symbolism
This will reduce our ignorance and
delusion and allow us to see things
Kehidupan dan Ajaran Buddha
Kita harus mencoba untuk membedakan
antara :
• Kenyataan
• Legends
• Symbolism
This will reduce our ignorance and
delusion and allow us to see things
more clearly. Apply Kalama Sutta!
Kehidupan dan Ajaran Buddha
Kita harus mencoba untuk membedakan
antara :
• Kenyataan
• Legenda
• Symbolism
This will reduce our ignorance and
delusion and allow us to see things
more clearly. Apply Kalama Sutta!
Kehidupan dan Ajaran Buddha
Kita harus mencoba untuk membedakan
antara :
• Kenyataan
• Legenda
• Simbol
This will reduce our ignorance and
delusion and allow us to see things
more clearly. Apply Kalama Sutta!
Kehidupan dan Ajaran Buddha
Kita harus mencoba untuk membedakan
antara :
• Kenyataan
• Legenda
• Simbol
Ini akan mengurangi kebodohan dan
khayalan kita dan mengizinkan kita untuk
melihat segala sesuatu dengan lebih jelas.
Kehidupan dan Ajaran Buddha
Kita harus mencoba untuk membedakan
antara :
• Kenyataan
• Legenda
• Simbol
Ini akan mengurangi kebodohan dan
khayalan kita dan mengizinkan kita untuk
melihat segala sesuatu dengan lebih jelas.
Terapkan Kalama Sutta!
32 Tanda-tanda dari Manusia Luar
Biasa
Lakkhana Sutta DN. 30
Feet with level soles (flat feet)
Hands and feet are webbed
Arms reaching down to the knees
Male organs enclosed in a sheath
Proportioned like a banyan tree
Forty teeth
Tongue can touch the forehead
Head like a turban
32 Tanda-tanda dari Manusia Luar
Biasa
Lakkhana Sutta DN. 30
Telapak kaki rata
Hands and feet are webbed
Arms reaching down to the knees
Male organs enclosed in a sheath
Proportioned like a banyan tree
Forty teeth
Tongue can touch the forehead
Head like a turban
32 Tanda-tanda dari Manusia Luar
Biasa
Lakkhana Sutta DN. 30
Telapak kaki rata
Tangan dan kaki bagaikan jala
Arms reaching down to the knees
Male organs enclosed in a sheath
Proportioned like a banyan tree
Forty teeth
Tongue can touch the forehead
Head like a turban
32 Tanda-tanda dari Manusia Luar
Biasa
Lakkhana Sutta DN. 30
Telapak kaki rata
Tangan dan kaki bagaikan jala
Kedua lengan menyentuh kedua lutut
Male organs enclosed in a sheath
Proportioned like a banyan tree
Forty teeth
Tongue can touch the forehead
Head like a turban
32 Tanda-tanda dari Manusia Luar
Biasa
Lakkhana Sutta DN. 30
Telapak kaki rata
Tangan dan kaki bagaikan jala
Kedua lengan menyentuh kedua lutut
Kemaluan terbungkus selaput
Proportioned like a banyan tree
Forty teeth
Tongue can touch the forehead
Head like a turban
32 Tanda-tanda dari Manusia Luar
Biasa
Lakkhana Sutta DN. 30
Telapak kaki rata
Tangan dan kaki bagaikan jala
Kedua lengan menyentuh kedua lutut
Kemaluan terbungkus selaput
Potongan badan bagaikan pohon banyan
Forty teeth
Tongue can touch the forehead
Head like a turban
Pohon Banyan
Britannica Concise Encyclopedia: banyan
• Pohon dengan bentuk yang tidak biasa dari
gen ara kelompok bebesaran (mulberry), asli
dari Asia tropis. Akar-akar udara yang
berkembang dari cabangnya menurun ke
bawah dan berakar di tanah untuk
membentuk batang pohon yang baru. Pohon
banyan mencapai ketinggian sekitar 100 kaki
(30 m) dan menyebar secara menyamping
dengan tak terbatas.
32 Tanda-tanda dari Manusia Luar
Biasa
Lakkhana Sutta DN. 30
Telapak kaki rata
Tangan dan kaki bagaikan jala
Kedua lengan menyentuh kedua lutut
Kemaluan terbungkus selaput
Potongan badan bagaikan pohon banyan
Forty teeth
Tongue can touch the forehead
Head like a turban
32 Tanda-tanda dari Manusia Luar
Biasa
Lakkhana Sutta DN. 30
Telapak kaki rata
Tangan dan kaki bagaikan jala
Kedua lengan menyentuh kedua lutut
Kemaluan terbungkus selaput
Potongan badan bagaikan pohon banyan
Empat puluh buah gigi
Tongue can touch the forehead
Head like a turban
32 Tanda-tanda dari Manusia Luar
Biasa
Lakkhana Sutta DN. 30
Telapak kaki rata
Tangan dan kaki bagaikan jala
Kedua lengan menyentuh kedua lutut
Kemaluan terbungkus selaput
Potongan badan bagaikan pohon banyan
Empat puluh buah gigi
Lidah dapat menyentuh dahi
Head like a turban
32 Tanda-tanda dari Manusia Luar
Biasa
Lakkhana Sutta DN. 30
Telapak kaki rata
Tangan dan kaki bagaikan jala
Kedua lengan menyentuh kedua lutut
Kemaluan terbungkus selaput
Potongan badan bagaikan pohon banyan
Empat puluh buah gigi
Lidah dapat menyentuh dahi
Kepala bagaikan berserban
32 Tanda-tanda dari Manusia Luar
Biasa
Lakkhana Sutta DN. 30
Ke 32 Tanda-tanda ini adalah ide sebelum ajaran
Buddha dan kemungkinan diimpor belakangan
ke dalam ajaran Buddha sebagai cara
meyakinkan Brahmin/Hindu bahwa Buddha patut
dihormati dan dipuja.
It is unlikely for the Buddha to claim to have
these outward physical characteristics when he
clearly had the appearance of a normal human
being.
32 Tanda-tanda dari Manusia Luar
Biasa
Lakkhana Sutta DN. 30
Ke 32 Tanda-tanda ini adalah ide sebelum ajaran
Buddha dan kemungkinan diimpor belakangan
ke dalam ajaran Buddha sebagai cara
meyakinkan Brahmin/Hindu bahwa Buddha patut
dihormati dan dipuja.
Sepertinya tidak mungkin bagi Buddha untuk
menyatakan bahwa dirinya memiliki karakteristik
fisik luar ini ketika Beliau dengan jelas memiliki
penampilan dari seorang manusia yang normal.
32 Tanda-tanda dari Manusia Luar
Biasa
Lakkhana Sutta DN. 30
Terdapat banyak indikasi bahwa penampilan
Buddha adalah normal dalam berbagai cara :
• Upaka was impressed by the Buddha’s clear
faculties and radiant complexion.
• King Ajatasattu unable to tell the Buddha
from other monks.
• Maha Kassapa said to have a strong
resemblance to the Buddha.
• Nanda often mistaken for the Buddha from
a distance.
32 Tanda-tanda dari Manusia Luar
Biasa
Lakkhana Sutta DN. 30
Terdapat banyak indikasi bahwa penampilan
Buddha adalah normal dalam berbagai cara :
• Upaka terkesan dengan indera yang jernih dan
wajah yang bersinar dari Buddha.
• Maha Kassapa said to have a strong
resemblance to the Buddha.
• Nanda often mistaken for the Buddha from
a distance.
32 Tanda-tanda dari Manusia Luar
Biasa
Lakkhana Sutta DN. 30
Terdapat banyak indikasi bahwa penampilan
Buddha adalah normal dalam berbagai cara :
• Upaka terkesan dengan indera yang jernih dan
wajah yang bersinar dari Buddha.
• Raja Ajatasattu tidak dapat membedakan
Buddha dari bhikkhu-bhikkhu yang lainnya.
• Maha Kassapa said to have a strong
resemblance to the Buddha.
• Nanda often mistaken for the Buddha from
a distance.
32 Tanda-tanda dari Manusia Luar
Biasa
Lakkhana Sutta DN. 30
Terdapat banyak indikasi bahwa penampilan
Buddha adalah normal dalam berbagai cara :
• Upaka terkesan dengan indera yang jernih dan
wajah yang bersinar dari Buddha.
• Raja Ajatasattu tidak dapat membedakan
Buddha dari bhikkhu-bhikkhu yang lainnya.
• Maha Kassapa dikatakan sangat mirip dengan
Buddha.
• Nanda often mistaken for the Buddha from
a distance.
32 Tanda-tanda dari Manusia Luar
Biasa
Lakkhana Sutta DN. 30
Terdapat banyak indikasi bahwa penampilan
Buddha adalah normal dalam berbagai cara :
• Upaka terkesan dengan indera yang jernih dan
wajah yang bersinar dari Buddha.
• Raja Ajatasattu tidak dapat membedakan
Buddha dari bhikkhu-bhikkhu yang lainnya.
• Maha Kassapa dikatakan sangat mirip dengan
Buddha.
• Nanda selalu dikira sebagai Buddha dari suatu
jarak.
Dhatu-vibhanga Sutta MN 140
Ven. Pukkusati : “I have gone forth out of
dedication to that Blessed One. That Blessed
One is my teacher. It is of that Blessed One's
Dhamma that I approve."
The Buddha : "But where, monk, is that Blessed
One staying now? Have you ever seen that
Blessed One before? On seeing him, would you
recognize him?“
Ven. Pukkusati : "No, my friend, I have never
seen the Blessed One before, nor on seeing him
would I recognize him."
Dhatu-vibhanga Sutta MN 140
Yang Mulia. Pukkusati : “Saya telah melepaskan
keduniawian karena pengabdian pada Sang
Bhagava. Sang Bhagava tersebut adalah guru saya.
Saya menerima Dhammanya Sang Bhagava
tersebut.”
The Buddha : "But where, monk, is that Blessed
One staying now? Have you ever seen that
Blessed One before? On seeing him, would you
recognize him?“
Ven. Pukkusati : "No, my friend, I have never
seen the Blessed One before, nor on seeing him
would I recognize him."
Dhatu-vibhanga Sutta MN 140
Yang Mulia. Pukkusati : “Saya telah melepaskan
keduniawian karena pengabdian pada Sang
Bhagava. Sang Bhagava tersebut adalah guru saya.
Saya menerima Dhammanya Sang Bhagava
tersebut.”
Buddha : “Tetapi dimanakah, Bhikkhu, Sang
Bhagava tersebut sekarang tinggal? Apakah anda
pernah melihat Sang Bhagava sebelumnya? Dengan
melihatnya, dapatkah anda mengenali Beliau?”
Ven. Pukkusati : "No, my friend, I have never
seen the Blessed One before, nor on seeing him
would I recognize him."
Dhatu-vibhanga Sutta MN 140
Yang Mulia. Pukkusati : “Saya telah melepaskan
keduniawian karena pengabdian pada Sang
Bhagava. Sang Bhagava tersebut adalah guru saya.
Saya menerima Dhammanya Sang Bhagava
tersebut.”
Buddha : “Tetapi dimanakah, Bhikkhu, Sang
Bhagava tersebut sekarang tinggal? Apakah anda
pernah melihat Sang Bhagava sebelumnya? Dengan
melihatnya, dapatkah anda mengenali Beliau?”
Yang Mulia. Pukkusati : “Tidak, sahabat, saya tidak
pernah melihat Sang Bhagava sebelumnya, dan
apabila saya melihatnya, saya tidak dapat mengenali
Beliau.”
32 Tanda-tanda dari Manusia Luar
Biasa
Lakkhana Sutta DN. 30
Feet with level soles (flat feet)
Hands and feet are webbed
Arms reaching down to the knees
Male organs enclosed in a sheath
Tall as a banyan tree
Forty teeth
Tongue can touch the forehead
Head like a turban
32 Tanda-tanda dari Manusia Luar
Biasa
Lakkhana Sutta DN. 30
Tindakan jasmani, ucapan dan pikiran yang baik
Hands and feet are webbed
Arms reaching down to the knees
Male organs enclosed in a sheath
Tall as a banyan tree
Forty teeth
Tongue can touch the forehead
Head like a turban
32 Tanda-tanda dari Manusia Luar
Biasa
Lakkhana Sutta DN. 30
Tindakan jasmani, ucapan dan pikiran yang baik
Kedermawanan, tindakan yang bermanfaat,
kejujuran
Arms reaching down to the knees
Male organs enclosed in a sheath
Tall as a banyan tree
Forty teeth
Tongue can touch the forehead
Head like a turban
32 Tanda-tanda dari Manusia Luar
Biasa
Lakkhana Sutta DN. 30
Tindakan jasmani, ucapan dan pikiran yang baik
Kedermawanan, tindakan yang bermanfaat,
kejujuran
Mengenali sifat alami dari makhluk-makhluk
Male organs enclosed in a sheath
Tall as a banyan tree
Forty teeth
Tongue can touch the forehead
Head like a turban
32 Tanda-tanda dari Manusia Luar
Biasa
Lakkhana Sutta DN. 30
Tindakan jasmani, ucapan dan pikiran yang baik
Kedermawanan, tindakan yang bermanfaat,
kejujuran
Mengenali sifat alami dari makhluk-makhluk
Menyatukan keluarga, sanak keluarga dan temanteman
Tall as a banyan tree
Forty teeth
Tongue can touch the forehead
Head like a turban
32 Tanda-tanda dari Manusia Luar
Biasa
Lakkhana Sutta DN. 30
Tindakan jasmani, ucapan dan pikiran yang baik
Kedermawanan, tindakan yang bermanfaat,
kejujuran
Mengenali sifat alami dari makhluk-makhluk
Menyatukan keluarga, sanak keluarga dan temanteman
Memperhatikan kesejahteraan makhluk
Forty teeth
Tongue can touch the forehead
Head like a turban
32 Tanda-tanda dari Manusia Luar
Biasa
Lakkhana Sutta DN. 30
Tindakan jasmani, ucapan dan pikiran yang baik
Kedermawanan, tindakan yang bermanfaat,
kejujuran
Mengenali sifat alami dari makhluk-makhluk
Menyatukan keluarga, sanak keluarga dan temanteman
Memperhatikan kesejahteraan makhluk
Meninggalkan ucapan salah & bergembira dalam
kedamaian
Tongue can touch the forehead
Head like a turban
32 Tanda-tanda dari Manusia Luar
Biasa
Lakkhana Sutta DN. 30
Tindakan jasmani, ucapan dan pikiran yang baik
Kedermawanan, tindakan yang bermanfaat,
kejujuran
Mengenali sifat alami dari makhluk-makhluk
Menyatukan keluarga, sanak keluarga dan temanteman
Memperhatikan kesejahteraan makhluk
Meninggalkan ucapan salah & bergembira dalam
kedamaian
Mempraktekkan ucapan tanpa cela & yang sesuai
Head like a turban
32 Tanda-tanda dari Manusia Luar
Biasa
Lakkhana Sutta DN. 30
Tindakan jasmani, ucapan dan pikiran yang baik
Kedermawanan, tindakan yang bermanfaat,
kejujuran
Mengenali sifat alami dari makhluk-makhluk
Menyatukan keluarga, sanak keluarga dan temanteman
Memperhatikan kesejahteraan makhluk
Meninggalkan ucapan salah & bergembira dalam
kedamaian
Mempraktekkan ucapan tanpa cela & yang sesuai
Unggul dalam keahlian dan tindak-tanduk
Presentasi Ajaran Buddha yang
Rasional
Umat Buddhis terdahulu menyadari tentang
konsep Brahmana bahwa seorang ‘Manusia Luar
Biasa' dapat diketahui dari karakteristik fisiknya.
This concept was rejected by teachings such as
the Lakkhana Sutta.
The Sutta’s message is that our conduct of body,
speech and mind are far more important than our
physical characteristics.
Presentasi Ajaran Buddha yang
Rasional
Umat Buddhis terdahulu menyadari tentang
konsep Brahmana bahwa seorang ‘Manusia Luar
Biasa' dapat diketahui dari karakteristik fisiknya.
Konsep ini ditolak oleh ajaran-ajaran seperti
Lakkhana Sutta.
The Sutta’s message is that our conduct of body,
speech and mind are far more important than our
physical characteristics.
Presentasi Ajaran Buddha yang
Rasional
Umat Buddhis terdahulu menyadari tentang
konsep Brahmana bahwa seorang ‘Manusia Luar
Biasa' dapat diketahui dari karakteristik fisiknya.
Konsep ini ditolak oleh ajaran-ajaran seperti
Lakkhana Sutta.
Pesan dari Sutta tersebut adalah bahwa tindakan
jasmani, ucapan dan pikiran kita jauh lebih
penting dari karakteristik fisik kita.
Presentasi Ajaran Buddha yang
Rasional
Akan tetapi, metode yang dipakai oleh Sutta ini
hanya sesuai untuk kebudayaan dan lingkungan
dari kaum Brahmana atau Hindu.
Such an approach is unlikely to work in today’s
modern and educated society, and will probably
even cast doubts on the credibility of Buddhism.
It may also impede new entrants to Buddhism,
and hinder the learning and development of
practicing Buddhists.
Presentasi Ajaran Buddha yang
Rasional
Akan tetapi, metode yang dipakai oleh Sutta ini
hanya sesuai untuk kebudayaan dan lingkungan
dari kaum Brahmana atau Hindu.
Pendekatan seperti ini tidak dapat berfungsi
dalam lingkungan modren dan terpelajar dewasa
ini, dan kemungkinan dapat menimbulkan
keraguan terhadap kredibilitas ajaran Buddha.
It may also impede new entrants to Buddhism,
and hinder the learning and development of
practicing Buddhists.
Presentasi Ajaran Buddha yang
Rasional
Akan tetapi, metode yang dipakai oleh Sutta ini
hanya sesuai untuk kebudayaan dan lingkungan
dari kaum Brahmana atau Hindu.
Pendekatan seperti ini tidak dapat berfungsi
dalam lingkungan modren dan terpelajar dewasa
ini, dan kemungkinan dapat menimbulkan
keraguan terhadap kredibilitas ajaran Buddha.
Ia juga dapat merintangi pengikut baru ajaran
Buddha, dan menghalangi pembelajaran dan
perkembangan dari praktisi Buddhis.
Presentasi Ajaran Buddha yang
Rasional
Ajaran Buddha tidak seharusnya diperkenalkan
sebagai dongeng, misteri, keajaiban dan
kerumitan yang berlebihan.
Buddhism should nowadays be presented in a
manner that is clear, down-to-earth, practical and
above all, applicable to modern society and daily
life.
In this way, more and more people will be able to
accept and truly practice the Dhamma in the way
that the Buddha originally envisaged.
Presentasi Ajaran Buddha yang
Rasional
Ajaran Buddha tidak seharusnya diperkenalkan
sebagai dongeng, misteri, keajaiban dan
kerumitan yang berlebihan.
Ajaran Buddha sekarang ini seharusnya
diperkenalkan dalam cara yang jelas, sederhana,
praktis dan diatas semuanya, bisa diterapkan
dalam lingkungan modren dan kehidupan seharihari.
In this way, more and more people will be able to
accept and truly practice the Dhamma in the way
Presentasi Ajaran Buddha yang
Rasional
Ajaran Buddha tidak seharusnya diperkenalkan sebagai
dongeng, misteri, keajaiban dan kerumitan yang
berlebihan.
Ajaran Buddha sekarang ini seharusnya diperkenalkan
dalam cara yang jelas, sederhana, praktis dan diatas
semuanya, bisa diterapkan dalam lingkungan modren
dan kehidupan sehari-hari.
Dengan cara ini, lebih banyak orang akan mampu
menerima dan sungguh-sungguh mempraktekkan
Dhamma dalam cara sebagaimana pertimbangan
Buddha pada awalnya.
Keajaiban Pengajaran
Sangarava Sutta AN 3.60
"Brahman, there are these three miracles.
Which three? The miracle of psychic
power, the miracle of telepathy, and the
miracle of instruction.
"As for the miracle where a certain person
gives instruction in this way… this is the
miracle that, of the three, appeals to me as
the highest & most sublime.”
Keajaiban Pengajaran
Sangarava Sutta AN 3.60
"Brahmana, terdapat tiga keajaiban ini.
Tiga yang manakah? Keajaiban dari
kekuatan fisik, keajaiban dari telepati, dan
keajaiban dari instruksi.”
"As for the miracle where a certain person
gives instruction in this way… this is the
miracle that, of the three, appeals to me as
the highest & most sublime.”
Keajaiban Pengajaran
Sangarava Sutta AN 3.60
"Brahmana, terdapat tiga keajaiban ini.
Tiga yang manakah? Keajaiban dari
kekuatan fisik, keajaiban dari telepati, dan
keajaiban dari instruksi.”
"Sehubungan dengan keajaiban dimana
seseorang memberikan instruksi dengan
cara ini... ini adalah keajaiban bahwa, dari
ketiganya, muncul kepada saya sebagai
yang tertinggi & teragung.”
Keajaiban Pengajaran
Apakah kita membutuhkan semua cerita yang
dibuat-buat dan bersifat dongeng ini untuk
mengesankan orang tentang Buddha dan
ajarannya?
It is now a different day and age, where people
are more intelligent and educated.
Presenting Buddhism with excessive myths,
legends and miracles only serves to degrade
Buddhism and detract from the real teachings of
Keajaiban Pengajaran
Apakah kita membutuhkan semua cerita yang
dibuat-buat dan bersifat dongeng ini untuk
mengesankan orang tentang Buddha dan
ajarannya?
Sekarang ini adalah masa yang berbeda, dimana
orang-orang lebih pintar dan terpelajar.
Presenting Buddhism with excessive myths,
legends and miracles only serves to degrade
Buddhism and detract from the real teachings of
the Buddha.
Keajaiban Pengajaran
Apakah kita membutuhkan semua cerita yang
dibuat-buat dan bersifat dongeng ini untuk
mengesankan orang tentang Buddha dan
ajarannya?
Sekarang ini adalah masa yang berbeda, dimana
orang-orang lebih pintar dan terpelajar.
Memperkenalkan ajaran Buddha dengan mitos
yang berlebihan, legenda dan keajaiban hanya
berfungsi untuk merendahkan ajaran Buddha
dan jauh dari ajaran Buddha yang sebenarnya.
Keajaiban Pengajaran
Kita harus melihat lebih dalam terhadap legenda
dan keajaiban apapun dan jika perlu, rasionalkan
dan letakkan mereka dalam konteks yang sesuai.
Buddhists should now be more discerning and
not just take everything on faith, even towards
the scriptures.
We should not forget to apply the Buddha’s
advice in the Kalama Sutta, even to our own
scriptures and teachings.
Keajaiban Pengajaran
Kita harus melihat lebih dalam terhadap legenda
dan keajaiban apapun dan jika perlu, rasionalkan
dan letakkan mereka dalam konteks yang sesuai.
Umat Buddha dewasa ini seharusnya lebih bijak
dan tidak hanya mempercayai segala
sesuatunya berdasarkan kepercayaan, bahkan
terhadap kitab suci.
We should not forget to apply the Buddha’s
advice in the Kalama Sutta, even to our own
scriptures and teachings.
Keajaiban Pengajaran
Kita harus melihat lebih dalam terhadap legenda
dan keajaiban apapun dan jika perlu, rasionalkan
dan letakkan mereka dalam konteks yang sesuai.
Umat Buddha dewasa ini seharusnya lebih bijak
dan tidak hanya mempercayai segala
sesuatunya berdasarkan kepercayaan, bahkan
terhadap kitab suci.
Kita tidak boleh lupa untuk menerapkan nasehat
Buddha dalam Kalama Sutta, bahkan terhadap
kitab suci dan ajaran kita sendiri.
Kalama Sutta
Jangan bersandar pada hal-hal berikut tanpa pengujian
lebih lanjut :
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Ajaran lisan atau wahyu Ketuhanan
Tradisi
Laporan atau rumor
Kitab suci atau buku-buku suci
Alasan yang bersifat logis
Alasan yang bersifat filosofis
Penampilan luar
Opini pribadi
Kekuasaan atau Ahli
Guru sendiri
Kalama Sutta
Jangan bersandar pada hal-hal berikut tanpa pengujian
lebih lanjut :
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Ajaran lisan atau wahyu Ketuhanan
Tradisi
Laporan atau rumor
Kitab suci atau buku-buku suci
Alasan yang bersifat logis
Alasan yang bersifat filosofis
Penampilan luar
Opini pribadi
Kekuasaan atau Ahli
Guru sendiri
Kalama Sutta
Jangan bersandar pada hal-hal berikut tanpa pengujian
lebih lanjut :
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Ajaran lisan atau wahyu Ketuhanan
Tradisi
Laporan atau rumor
Kitab suci atau buku-buku suci
Alasan yang bersifat logis
Alasan yang bersifat filosofis
Penampilan luar
Opini pribadi
Kekuasaan atau Ahli
Guru sendiri
Kalama Sutta
Jangan bersandar pada hal-hal berikut tanpa pengujian
lebih lanjut :
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Ajaran lisan atau wahyu Ketuhanan
Tradisi
Laporan atau rumor
Kitab suci atau buku-buku suci
Alasan yang bersifat logis
Alasan yang bersifat filosofis
Penampilan luar
Opini pribadi
Kekuasaan atau Ahli
Guru sendiri
Kalama Sutta
Jangan bersandar pada hal-hal berikut tanpa pengujian
lebih lanjut :
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Ajaran lisan atau wahyu Ketuhanan
Tradisi
Laporan atau rumor
Kitab suci atau buku-buku suci
Alasan yang bersifat logis
Alasan yang bersifat filosofis
Penampilan luar
Opini pribadi
Kekuasaan atau Ahli
Guru sendiri
Kalama Sutta
Jangan bersandar pada hal-hal berikut tanpa pengujian
lebih lanjut :
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Ajaran lisan atau wahyu Ketuhanan
Tradisi
Laporan atau rumor
Kitab suci atau buku-buku suci
Alasan yang bersifat logis
Alasan yang bersifat filosofis
Penampilan luar
Opini pribadi
Kekuasaan atau Ahli
Guru sendiri
Kalama Sutta
Jangan bersandar pada hal-hal berikut tanpa pengujian
lebih lanjut :
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Ajaran lisan atau wahyu Ketuhanan
Tradisi
Laporan atau rumor
Kitab suci atau buku-buku suci
Alasan yang bersifat logis
Alasan yang bersifat filosofis
Penampilan luar
Opini pribadi
Kekuasaan atau Ahli
Guru sendiri
Dipersiapkan oleh T Y Lee
www.justbegood.net
Download