Musisi muda berusaha mempertahankan lagu

advertisement
komunitas
JUMAT, 13 AGUSTUS 2010
B4
IKLAN
KINK KUSUMA REIN (TEMPO)
LAGU ETNIK
TIADA MATI
Musisi muda berusaha
mempertahankan lagu-lagu
daerah. Mengubah
aransemen dan memasarkannya melalui nada
sambung pribadi.
uara kecapi pengiring dendang lagu etnik begitu menarik perhatian Maharani
dalam acara pernikahan di
Sindreng Rappang, Sulawesi Selatan. Penasaran dengan aksi
kelompok musisi itu, penyanyi
tunggal asal Makassar ini sampai
bertanya-tanya kepada orang tuanya. “Itu judulnya apa?” kata dia,
mengingat waktu itu. Orang tuanya
segera memberi tahu bahwa lagu
itu berjudul Sindenreng.
Sindenreng adalah lagu etnis Bugis yang jarang diperdengarkan,
bahkan bisa dikatakan hampir punah. Irama lagu itu hanya dilantunkan pada acara perkawinan, acara
adat, atau acara Kerajaan Bugis di
kabupaten penghasil sutra tersebut.
“Di sana saya pertama kali mendengar lagu itu,”kata Maharani.
Ketertarikannya pada lagu tersebut berlanjut. Ia segera mengabadikan lagu itu dalam album keduanya
bertajuk Evolution 2. Namun Maharani menganggap banyak orang
S
gengsi mendengar lagu asal daerah
sendiri. Padahal lagu lawas etnik
dianggap lebih sarat makna dan tak
akan mati.
Maharani pun mencari cara memasarkan lagu etnik tersebut agar
lebih menarik. Ia tak hanya memperkenalkan album melalui kaset
dan keping cakram. Cara lain ditempuh melalui nada sambung pribadi (NSP) beberapa provider seluler dengan pengguna terbanyak di
Indonesia.“Kami menyuguhkan kolaborasi musik etnik dan modern,”
kata pendiri kelompok musik
Art2tonic itu.
Banyak lagu daerah dari berbagai etnik Celebes yang hampir punah. Sebagian lagu bahkan sudah
tak didengar lagi. Maharani tergerak mengaransemen ulang lagu etnik dengan lebih menarik dan sesuai dengan tren musik masa kini.
“Agar lagu itu tetap diingat,” kata
dia.
Maharani kemudian mengaransemen belasan lagu dari etnik Makassar, Bugis, Toraja, dan Mandar.
Musik pengiringnya semi-orkestra.
Hasilnya, irama etnik jazz, pop, dan
solo. Lagu yang dinyanyikan kembali itu antara lain Indologo,
Anging Mammiri, Pakarena, Sulawesi Parasanganta, Mappadendang, Ongkona Sidenreng, Tulolonna Sulawesi, Ati Raja, Lembang Sura, dan Pembolongan.
“Aransemen musiknya dilakukan
Sejumlah pembeli memilih compact disc lagu daerah di Pasar Sentral Makassar kemarin.
musisi Makassar,” kata perempuan
yang sudah menyanyi lagu etnik sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama ini.
Proses penciptaan irama etnik
cukup panjang. Perempuan kelahiran 1981 ini memulai dari pencarian
lagu, irama, hingga rekaman. Setelah selesai, ia menyiapkan pembuatan klip video. Sebelum video dibuat, Maharani terlebih dulu mencocokkan lirik aslinya kepada warga daerah asal lagu. Terutama lagu
yang penciptanya sudah meninggal.
“Kadang mencocokkan dengan kaset-kaset lama,” kata dia. “Namun
kadang ditemukan lirik berbeda tiap label menjualnya.”
Kesulitan mengaransemen lagu
daerah bisa terlihat dari proses pem-
buatan lagu Pembolongan dari Mandar. Mantan personel Laguna Band
ini kesulitan memadukan lirik dengan irama ciptaannya. Ia pun melakukan sedikit perubahan. Beruntung, proses rekaman belum selesai
saat pencipta lagu muncul.“Ternyata
banyak salah,”kata dia.“Jadi diubah
dan dicocokkan dengan aslinya.”
Maharani menyerahkan proses
penggarapan musik kepada kelompok orkestra. Cara ini bertujuan
memadukan irama musik dengan
lagu.
Ia mengaku kesulitan menghasilkan satu lagu aransemen etnik dan
bisa diperdengarkan ke berbagai
kalangan usia dan etnis. Bahasa
daerah pada lirik lagu tak umum
diucapkan pada zaman sekarang.
“Juga penciptanya sudah tidak
ada,” kata dia. “Jadi kami tidak
mengubah lirik ataupun bahasanya.”
Pengambilan lagu-lagu lawas sarat makna sesuai dengan kehidupan
warga Sulawesi Selatan terhadap
pada lag-lagu Tulolonna Sulawesi.
Pemilihan dan aransemen banyak
dikonsultasikan dengan ayahnya
dan sejumlah seniman Makassar.
“Tidak ada lagu tentang cinta,” kata dia.
Nada sambung pribadi lagu Maharani membidik para perantau asal
Sulawesi Selatan di luar pulau. Mereka mengunduh dengan alasan agar
bisa mengingat kampung halaman.
“Lagu itu bisa mengobati rasa rindu
masyarakat perantauan.” ● ABD AZIS
IKLAN
Download