GRII Kelapa Gading Khotbah Minggu (25 Januari 2015) Pengkhotbah : Pdt. Billy Kristanto, Th.D Tema : …....….…..……………...…......... Nas Alkitab : ............................................................................................................. Tahun ke-16 Pertobatan Mendahului Pengampunan Dosa Pdt. Billy Kristanto, Th.D. Lukas 3:1-20 Ringkasan Khotbah 762/801 18 Januari 2015 Bagian pasal 3 ini adalah satu-satunya injil yang melakukan paralelisasi demikian jelas antara Yohenes pembaptis sebagai pendahulu dari Sang Mesias yaitu Yesus Kristus, ini satu perspektif yang sangat penting di dalam injil Lukas, karena Lukas ingin menghadirkan konsep history of salvation, yaitu pekerjaan Tuhan yang dinyatakan di dalam sejarah. Yohanes pembaptis sendiri adalah seorang tokoh yang Yesus sendiri mengatakan dan Lukas sendiri juga mencatat seperti itu, dia mewakili seluruh nabi dari PL, yang terbesar dari seluruh nabi PL adalah Yohanes pembaptis yang pernah dilahirkan oleh manusia, demikian Yesus mengatakan. Maka waktu kita membaca bagian ini ayat 1 dan 2 keterangannya seperti agak bertele-tele, lalu kita bertanya, apa sih kepentingan kita membaca hal seperti ini? Untuk kita pembaca kitab modern, tidak aware istilah ini artinya apa, tetapi kalau kita sangat acquainted dengan pembacaan cerita nabi-nabi di dalam PL, kita langsung akan tahu bahwa secara form criticism Lukas ini menghadirkan struktur sedemikian untuk menyatakan bahwa Yohanes itu adalah nabi. Kalau kita membaca cerita nabi-nabi dalam PL selalu didahului dengan gambaran seperti ini. Waktu pembaca Lukas membaca kalimat ini, mereka pasti akan langsung tahu bahwa kita sedang berurusan dengan nabi dan sekali lagi Yesus mengkonfirmasikan bahwa Yohanes itu mewakili seluruh nabi PL dan dia menutup kanonisasi itu, dan dia mempersiapkan orang untuk datang, mengenal dan percaya kepada Yesus Kristus. Yohanes pembaptis mempunyai panggilan yang unik di dalam kehidupan pelayanannya, kita tahu di dalam catatan ini. Nah waktu kita membaca tentang kehidupan Yohanes, termasuk khotbahnya dsb., kita mendapati tidak terlalu banyak dibandingkan dengan Yohanes,. Petrus dll., tetapi waktu kita mempelajari dari bahan yang sangat minim itu, kita menemukan inti dari khotbah yang GRII KG 762/801 (hal 4) disampaikan oleh Yohanes pembaptis yaitu dalam ayat 3, “panggilan untuk bertobat”. Kalau kita membicarakan dengan perspektif ordo salutis (urutan keselamatan), ini dikatakan mendahului pengampunan dosa. Dalam bagian ini sekali kita membaca pertobatan dalam konteks ordo salutis, ini mendahului pengampuna dosa. Yohanes pembaptis itu mendahului Yesus, Yesus datang bukan tanpa didahului oleh Yohanes pembaptis dan berita keselamatan, injil yang disampaikan oleh Yesus Kristus bukan tanpa berita pertobatan dari Yohanes pembaptis. Kita harus hati-hati terhadap jenis kekristenan yang sangat menekankan anugerah, ya anugerah memang harus selalu ditekankan karena alkitab mengajarkan hal itu, tetapi kalau terus-menerus menekankan anugerah, anugerah, tapi tidak membicarakan tentang pertobatan, akhirnya menjadi gambaran teologi injili yang tidak injili lagi, karena teologi injili yang asli mengikuti kepada alkitab, itu ada berita pertobatan. Dalam ayat 4 yang sudah kita baca, Lukas mengutip kitab Yesaya, jalan yang harus diluruskan itu seperti satu tol, highway, yang mempersiapkan datangnya Mesias, kenapa Mesias tidak datang-datang? Karena jalan ini tidak beresberes, kita harus hati-hati dengan gambaran teologi injili yang agak murahan, yang mengatakan, semuanya itu non conditional, segala sesuatu itu tidak ada syaratnya, hanya satu-satunya itu, percaya kepada Yesus Kristus, saya baca alkitab ketemu prinsip yang lain dan saya percaya Calvin, Luther dan Zwingli juga akan ketemu prinsip yang sama, karena ini alkitab. Orang yang terus mengatakan pokoknya beriman dulu, beriman saja, memang kita hopeless kalau selalu di dalam dosa, kecuali beriman baru bisa diselamatkan, tetapi tidak ada berita pertobatan yang mendahului orang beriman dan menerima pengampunan dosa, akhirnya menciptakan orang-orang kristen yang tetap hidup di dalam dosa, meskipun mereka percaya sudah berada di dalam Yesus Kristus, persis seperti yang dikatakan di sini. Orang-orang ini menghibur diri, tetapi kita keturunan Abraham loh, jadi maksudnya keturunan Abraham itu apa? Tidak perlu jalan yang diluruskan ini? Tidak perlu pertobatan karena keturunan Abraham? Seperti sekarang banyak juga orang kristen yang berkata, tetapi GRII KG 762/801 (hal 1) Ekspositori Injil Lukas (56) Ekspositori Injil Lukas (56) saya ke gereja loh atau mungkin kalimat yang lebih theologically, lebih benar lagi, lebih bahaya lagi, tapi kita sudah percaya kepada Yesus Kristus loh? Tidak usah bicara tentang pertobatan, saya sudah terima anugerah dari Yesus Kristus, kamu tidak usah tegur dosa saya, saya sudah diselamatkan sepenuhnya oleh darah Yesus Kristus dan pengorbananNya itu sempurna. Waduh celaka sekali, luar biasa bahaya, padahal kalimatnya itu betul, tetapi kalau kita selidiki, tidak ada kalimat pertobatan yang mendahului, tidak ada dan tidak mungkin bisa melepaskan diri dari murka Allah, tidak ada kekristenan yang bisa melepaskan dirinya dari pada berita pertobatan, tidak ada, itu bukan kekristenan yang diajarkan oleh alkitab, itu kekristenan palsu, ajaran bidat. Lalu yang paling bahaya adalah coba dihias dengan gambarangambaran seperti teologi anugerah, sola fide dsb, sepertinya dekat sekali dengan ajaran para reformator, padahal para reformator tidak pernah mengajarkan hal seperti itu. Berita pertobatan mendahului pengampunan dosa, tanpa pertobatan tidak ada injil, tidak ada, coba kita perhatikan, Yesaya mengatakan, setiap lembah akan ditimbun, setiap gunung dan bukit akan menjadi rata, jalan yang naik turun itu Yesaya mengatakan, ini semua harus diratakan. Jadi jalan yang berliku-liku harus dibuat lurus dan yang naik turun juga harus dibuat lurus, baru setelah itu highway ini akan mempersiapkan kedatangan Sang Mesias, ini tentu saja maksudnya metaforik. Apa yang dimaksud jalan yang berliku-liku itu? Yang disebut jalan yang lurus itu apa? Kalau kita membaca konteks asli dari kitab Yesaya jelas sekali yaitu the way of righteousness, kehidupan yang benar dan ini sekali lagi dikatakan oleh Yohanes pembaptis, makanya bertobatlah dari kehidupan yang unrighteous menjadi kehidupan yang righteous. Kita jarang mendengar message seperti ini, biasanya kita kan seperti seolah-olah diajar dalam teologi reformatoris, kita ini manusia yang unrighteous, semuanya unrighteous, tidak ada seorang pun yang righteous, seorang pun tidak, semuanya unrighteous, memang betul, lalu habis itu apa? Percaya di dalam Yesus Kristus baru nanti kamu akan menjadi orang righteous, dibenarkan bukan dengan kebenaranmu sendiri, tetapi kebenaran yang dari Yesus Kristus, fine, kita terima teologi yang seperti itu, tetapi ini bukan satu-satunya pasal, pasal yang lain harus melengkapi. Kalau kita baca di sini, teriakan dari Yohanes pembaptis ini justru mempersiapkan orang kepada iman yang benar, Calvin mengatakan kalimat yang indah waktu dia bicara tentang kaitan antara repentance, pertobatan dan forgiveness, pengampunan dosa, dia mengatakan, repentance itu adalah precondition dari pada forgiveness tapi bukan basis, sehingga kita layak diampuni, ada certain paradoks di situ. Kalau kita mempelajari teologi reformed, kita harus siap dengan banyak paradoks, kalau orang yang tidak mau terima paradoks, pemikirannya hanya one sided, pokoknya saya satu sisi ini saja, lalu setiap tention kita akan pilih satu sisi, kita tidak akan bisa belajar teologi reformed. Teologi reformed itu paradoksikalitas-nya dibandingkan alkitab jauh lebih rendah, alkitab lebih banyak lagi paradoks-nya, paradoks itu bukan kontradiksi, kalau kita tidak siap dengan cara pikir yang lincah seperti ini, akan kesulitan sekali untuk mengerti bukan hanya teologi Calvin, tetapi kita akan kesulitan mengerti alkitab, karena alkitab sendiri banyak paradoks di dalamnya dan paradoks itu bukan kontradiksi, tetapi kelincahan melihat di dalam berbagai macam perspektif. Misalnya ada orang yang pikirannya luas seperti laut, lalu kita yang pikirannya hanya satu gayung ingin mengerti pikiran orang yang luas seperti laut, itu tidak masuk akal, kita yang harus rendah hati, bukan mereka yang perlu dikoreksi. Pikiranpikiran orang besar seringkali kita tidak mengerti, seperti kelihatan kontradiksi, sebenarnya pikiran kita yang tidak cukup untuk menampung kekayaan pikiran mereka. Satu sisi memang betul ada pengampunan dosa, iman, anugerah dsb., tetap di sisi yang lain kita melihat ajaran ini bukan tanpa pertobatan, maka Calvin waktu membahas bagian ini (relasi repentance dan forgiveness), menggunakan penjelasan paradoksikal itu. Pengampunan dosa bukan tidak didahului dengan pertobatan, pertobatan itu semacam precondition dari pada pengampunan dosa, tetapi (ini paradoksnya) pengampunan dosa ini basisnya bukan karena kita bertobat, tetapi basis pengampunan dosa ini karena Kristus yang mati. Sekali lagi, memang kita diampuni dosanya bukan karena usaha pertobatan kita, bukan, basisnya itu selalu adalah korban Yesus Kristus di atas kayu salib, tetapi pengampunan dosa bukan tanpa pertobatan (paradoks), itu adalah pattern yang ditetapkan oleh Tuhan. Maka bahaya sekali orang yang mengatakan, saya percaya kepada Mesias, saya terima Yesus sebagai Juruselamat di dalam hatiku, dsb., tetapi tidak ada cerita tentang lembah yang ditimbun, gunung dan bukit yang menjadi rata dsb., yang berliku-liku diluruskan, tidak ada cerita itu di dalam kehidupan orang tersebut, tidak ada, tetapi dia berani mengaku sebagai orang percaya, sebagai orang pilihan, tetapi tidak ada buah pertobatan di dalam kehidupannya, tidak ada. Yohanes mengatakan, kamu keturunan ular beludak, siapa yang mengatakan kepada kamu supaya melarikan diri dari murka yang akan datang? Maksudnya adalah, kamu pikir kamu bisa melarikan diri dari murka yang akan datang, hanya dengan mengatakan, kami ini keturunan Abraham? Tidak, Yohanes mengatakan, hasilkan buah yang sesuai dengan pertobatan. Di dalam ajaran mana pun tidak ada yang tanpa pertobatan, pokoknya tiba-tiba regeneration faith lalu diselamatkan, surga, tidak ada seperti itu dalam ajaran manapun, GRII KG 762/801 (hal 2) pasti harus ada satu poin membicarakan repentance, dimanapun urutannya ataupun kalau tidak mau diurutkan tetap harus ada aspek repentance, karena ini adalah ajaran dari alkitab sendiri. Tetapi waktu kita membaca di dalam Lukas, kita mendapati gambaran repentance yang mendahului pengampunan dosa, Yohanes mengatakan mengikuti Yesaya, sebetulnya itu cerita pertobatan, waktu gunung, bukit dibuat menjadi rata, itu adalah cerita pertobatan, orang yang dipersiapkan akhirnya layak untuk menerima injil dari Tuhan. Sekali lagi, ketetapan dari Tuhan bahwa cerita keselamatan itu bukan tanpa pertobatan, di dalam PL sepertinya orang kan lament kenapa kok Mesias tidak datangdatang? Mereka terus mengeluh, mereka meratap dihadapan Tuhan, seperti orang itu lupa apa yang dikatakan Yesaya, Mesias tidak akan datang kalau jalan itu tidak diluruskan, jalan yang berliku-liku itu harus diluruskan, perlu jalan tol-nya, misalnya kalau presiden datang, kan perlu dipersiapkan jalannya? Ini gambaran lumrah, di dalam alkitab juga dikatakan mirip seperti itu, bukan karena Tuhan perlu dikawal, tentu saja bukan di dalam spirit seperti itu, karena kita tahu Yesus kan lahir begitu rendah, dikandang binatang dsb., tetapi ini adalah pattern yang memang dikehendaki Tuhan sendiri. Bahwa ketika Mesias datang, orang harus terlebih dahulu dikoreksi kehidupan berdosanya, kalau tidak, apa yang menjadi akibatnya? Orang akan menghina injil, coba kita perhatikan, kenapa orang-orang Farisi, ahli Taurat (tentu saja tidak semuanya) tidak bisa menerima injil yang disampaikan oleh Yesus Kristus? Karena tidak ada cerita pertobatan, mereka tidak mau diluruskan, hatinya itu banyak lembah, bukit, gunung yang terus berliku-liku, hati mereka itu berliku-liku, terus bersilat lidah, hatinya banyak cabang, akhirnya tidak pernah bisa menerima injil. Waktu injil diberitakan kepada mereka selalu kosong, tidak ada resonance, justru menimbulkan kejengkelan, kepahitan dan kebencian lebih dalam di dalam diri orang-orang itu. Nah di sini waktu Yohanes tampil, dia mempersiapkan jalan itu, the way of righteousness, hasilkan buah-buah yang sesuai dengan pertobatan, kapak sudah tersedia dalam setiap pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, akan ditebang dan dibuang ke dalam api. Berkaitan dengan ayat ini biasanya orang suka memperdebatkan (khususnya waktu di PA), bicara tentang yang ditebang ini betul-betul orang yang ditebang atau di dalam pengertian di dalam diri satu orang ada bagian-bagian yang jahat yang akan ditebang? Secara singkat dalam bagian ini, paradigma mereka waktu berpikir, itu berpikir umat Israel sebagai satu komunitas, satu umat, bukan berpikir secara individual, itu kan penemuan modern. Kita kan seringkali mengatakan kalimat supaya firman Tuhan ini boleh menyentuh pribadi lepas pribadi, tetapi kalau kita membaca di dalam konteks alkitab, mereka berpikirnya itu sebagai kumpulan umat. Kita sulit mengerti cerita Akhan yang berdosa, yang mencuri barang, kok Yosua dan seluruh Israel kalah, karena cara pikir kita individualis, yang dosa dia yang tanggung ya dia sendiri. Seperti kita mau mengatakan kalau saya berdosa ya saya tanggung sendiri dosanya, apakah kita masih percaya kalimat seperti itu ya? Saudara berdosa, punya kelemahan, saudara tanggung sendiri? Saudara tidak tanggung sendiri, yang ikut tanggung itu termasuk juga tetangga saudara, keluarga saudara, mereka semua ikut menanggung, bukan hanya saudara yang tanggung, itu terlalu mudah. Apakah ada orang membunuh orang lain lalu setelah itu dosanya dia tanggung sendiri? Lalu keluarga yang mati itu bagaimana? Keluarga yang dibunuh juga ikut menanggung dosa itu, maka gambaran dosa yang individualis seperti ini, hyper individualize itu bukan ajaran alkitab, itu ajaran bohong, orang yang bilang kalau saya berdosa, saya tidak mempengaruhi siapasiapa kok, semua akibat akan saya tanggung sendiri, kalimat seperti tidak ada di dalam alkitab. Coba kita baca lagi tentang Akhan, kenapa dia jadi mempengaruhi orang lain harus menanggung dosanya dia juga? Padahal Yosua tidak iku mencuri seperti Akhan, kenapa semua orang jadi kena seperti itu? Kalau kita melihat kembali pada bagian ini, ayat ini mengatakan, pikiran Israel sebagai umat, komunitas, yang kemudian kepada mereka Yohanes pembaptis ini menyampaikan firman, bukan individu demi individu, itu memang betul ada tempatnya juga, tetapi di sini adalah orang banyak, the crowd. Lalu waktu kita membaca juga di dalam ayat 10, demikian juga yang berespon adalah orang banyak. Kalau kita melihat di sini, respon pertama dari orang banyak, tetapi kemudian Lukas men-detail-kan, ada pemungut cukai, ada prajurit-prajurit, ada berbagai macam kelompok dan juga termasuk di dalam pelayanan Yesus Kristus, mencapai setiap lapisan dari pada masyarakat, setiap jenis vocation and calling itu diberitakan kepada mereka berita pertobatan. Berita pertobatan bukan certain untuk satu orang saja, bukan, ada gereja yang konsentrasi sekali kepada orang-orang kaya, ada gereja yang konsentrasi sekali kepada orang-orang miskin, seperti kalau konsentrasi kepada orang miskin lebih benar, yang orang kaya berkata, waduh gereja itu perlu dicurigai, sepertinya motivasinya tidak benar, pemimpinnya hanya mau perpuluhan dan kolekte saja dsb., tetapi dua-duanya sebetulnya salah. Karena di dalam alkitab kalau kita melihat, pelayanan dari Yohanes pembaptis, Yesus Kristus itu bukan hanya mencapai satu lapisan, whether hanya orang kaya saja atau orang miskin saja atau whether hanya pejabatpejabat saja, atau hanya orang-orang yang tidak punya kedudukan saja, ya tidak, tapi itu mencapai semua lapisan, keluasan seperti ini kita harus belajar dari Yohanes pembaptis, GRII KG 762/801 (hal 3) Yesus Kristus. Waktu kita membaca respon dari orang banyak, dikatakan, jika demikian apakah yang harus kami perbuat? Saya mau tekankan kalimat “apakah yang harus kami perbuat?” Ada resepsi yang salah dari teologi reformatoris, setiap kali kita ketemu kalimat “perbuatan” kita langsung bilang, manusia bukan diselamatkan karena perbuatan, tapi karena iman, terus bicara seperti itu, akhirnya orang-orang kristen benar-benar tidak ada perbuatan, yang ada hanya iman. Celakanya yang lihat iman hanya Tuhan, setelah Tuhan lihat, sebenarnya juga tidak ada, karena menurut Yakobus iman yang tidak ada perbuatan, itu bukan iman, berkanjang dalam teologi iman seperti ini akhirnya bisa bahaya sekali. Coba kita perhatikan, Yohanes pembaptis yang mempersiapkan Yesus Kristus datang dengan injil Kerajaan Surga, lalu Yohanes pembaptis yang mendahului dengan berita pertobatan. Waktu Yohanes membawa berita pertobatan ini, menegur dengan keras, lalu orang menanggapi secara positif, “apa yang harus kami perbuat?”, ada sesuatu yang konkrit. Yohanes bukan menjawab, oh tidak perlu berbuat apa-apa, perbuatan tidak menyelamatkan, percaya saja, tidak ada tulisan seperti itu dalam bagian ini. Kita akan bingung sebetulnya sola fide atau bukan sola fide? Nah sekali lagi, pengajaran yang paradoksikal di dalam alkitab, kalau kita tidak siap, lalu pikiran kita terus one sided, maunya hanya sisi ini saja, pokoknya yang berlainan dengan sisi ini pasti kontradiktif, harus saya buang, either saya pilih ini tidak terima ini atau saya pilih ini tidak terima itu, kalau seperti itu, kita tidak bisa masuk ke dalam kekayaan akitab, karena pikiran kita hanya terima di dalam laci kita yang sempit. Dalam bagian ini Yohanes tidak mengkoreksi waktu mereka tanya apa yang harus kami perbuat, Yohanes menjawab dengan kalimat-kalimat yang mengarahkan mereka kepada perbuatan. Yesus mengajarkan iman dan Yohanes pembaptis mendahului dengan perbuatan, berapa banyak orang non kristen yang tersandung karena perbuatan orang kristen? Apakah ada orang non kristen yang tersandung karena iman orang kristen? Saya tidak bisa jadi kristen karena imannya, kalimat seperti itu tidak pernah saya dengar, biasanya orang non kristen tersandung karena perbuatannya, lalu orang kristen berkata apa? Orang itu tidak diselamatkan dengan perbuatan, ini betul-betul celaka, orang itu makin tidak yakin lagi, kalau sudah begitu ya sudah, good luck to your theology and your religion, saya semakin tidak yakin dengan jalan yang kamu jalani, memang kamu selalu menghina perbuatan, itu persoalannya. Tetapi di dalam cerita ini kita melihat Yohanes pembaptis setelah menantang mereka untuk menghasilkan buah pertobatan, respon-nya adalah apakah yang harus kami perbuat? Lalu Yohanes menjawab dengan perbuatan, di dalam perbuatan itu terkandung iman yang sejati, ini tidak ada benturan sama sekali dengan sola gracia, sola fide, yang akan ada benturan adalah kalau mereka betul-betul menjadikan ini sebagai basis dari pada forgiveness, pengampunan itu seolah-olah di dasarkan oleh cerita pertobatan ini. Bukan didasarkan oleh pertobatan ini, tetapi di sisi yang lain, bukan tanpa cerita pertobatan yang dihasilkan di dalam perbuatan yang konkrit. Coba perhatikan, di dalam kekristenan yang kita terima dari alkitab ada tanggung jawab sosial, ini sangat berkaitan dengan injil, kadang-kadang di dalam kelompok injili begitu sensitif, over sensitif, kita mengatakan itu sebagai liberal, kalau kita yang injili, kita menekankan iman ibadah, iman ibadah, iman penginjilan dsb., itu yang sosial gospel tidak karu-karuan (saya bukan mau mengajarkan sosial gospel), tetapi kalau kita membaca di dalam alkitab, di dalam injil yang sejati ada dimensi sosial, bukan hanya dimensi berdoa, tutup mata kemudian melihat Tuhan, tapi ada dimensi horizontal, ada dimensi sosial, itu cerita injil yang sejati. Kenapa Yesus melenyapkan banyak penyakit? Kalau orangorang karismatik mengatakan tentunya di dalam mukjizat-Nya, orang lupa itu adalah aspek melepaskan orang dari pada penderitaan dsb., pemulihan dari pada theology of creation, itu semua tercakup di dalam cerita Yesus melenyapkan penyakit, mengusir setan dsb. Waktu Yohanes menjawab pertanyaan dari orang banyak itu, kita mendapat jawabnnya itu untuk berbagai macam kelompok, menarik, untuk kelompok ini ada jawaban ini dst., maksudnya apa? Setiap orang sepertinya memang mempunyai pergumulannya masing-masing, punya kelemahannya sendiri-sendiri, mungkin kita teriak-teriak menyuruh orang untuk memberi, memberi, mungkin tidak semua orang persoalannya di situ? Mungkin tidak semua orang itu persoalannya di situ, dia tidak persoalan di dalam memberi, persoalannya di dalam bagian yang lain, maka di sini Yohanes pembaptis dengan sensitif terhadap audience, kepada kelompok ini mengatakan ini, kepada kelompok itu mengatakan ini dst., alangkah indahnya kalau pelayanan kita bisa seperti ini. Bukan kalimat borongan, satu kalimat untuk seribu orang, semuanya pasti kalimat benar, untuk seribu orang pasti cocok, kenyataannya adalah orang ini membutuhkan kalimat ini, orang itu membutuhkan kalimat itu dst., sekali lagi ada dimensi sosial, seperti dalam ayat 11, barang siapa mempunyai baju, hendaklah ia membagi dengan yang tidak punya, barang siapa mempunyai makanan, hendaklah ia berbuat juga demikian. Urusan food and clothing, makanan dan pakaian, kalau kita cukup, berikanlah kepada mereka yang tidak cukup, ada orang yang simply tidak bisa berpikir seperti ini, dia hanya berpikir yang penting saya sendiri cukup, orang lain tidak cukup, itu karena dia harus trying harder, harus berjuang sampai berhasil. Kadangkadang mendorong orang berjuang sampai berhasil itu very much connected dengan kepelitan kita dan kita tidak sadar, kita berkata, kamu harus berjuang, berjuang, maksudnya adalah kamu jangan ganggu saya financially, saya doa saja, diganggu terus- GRII KG 762/801 (hal 4) terusan tidak apa-apa, tapi kamu jangan bicara tentang uang dan kartu kredit, itu urusan sensitif, kalau urusan itu kamu berjuang sendiri, kita dukung dalam dosa saja, Tuhan Yesus menyertai engkau, begitu kan ya? Tetapi di dalam bagian ini kita betulbetul melihat satu realitas orang yang berbagian di dalam kehidupan orang lain yang kekurangan physically bukan di dalam doa saja, tetapi juga physically ada bagian makanan, pakaian artinya hal-hal yang pokok, bukan orang yang perlu travelling ke suatu tempat dll., bukan itu, orang seperti itu tidak usah ditolong ya tidak apa-apa, itu bukan yang utama. Tetapi di dalam bagian ini khususnya adalah makanan dan pakaian, berarti ini adalah hal-hal yang paling dasar di dalam kehidupan seseorang, tetapi tidak tercukupi, tidak ada orang yang tidak peduli dengan hal ini, ya dia bisa saja jalan terus dan tidak mempedulikan orang-orang seperti itu. Yohanes mengingatkan kepada mereka, jangan menjadi orang yang tidak sensitif seperti ini, untuk pemungut-pemungut cukai yang datang untuk dibaptis, Yohanes mengatakan, jangan menagih lebih banyak dari pada yang telah ditentukan. Yang pertama tadi urusan ketidakpedulian, mungkin pelit, tidak peduli, acuh tak acuh terhadap penderitaan orang lain, yang kedua ini serakah, memang ada kemiripan, serakah, jangan menagih lebih banyak dari pada yang telah ditentukan bagimu. Sebetulnya setiap orang itu ada porsinya masing-masing, tetapi ada orang yang serakah, apa sih serakah itu? Yaitu orang yang tidak bisa mencukupkan diri dengan porsi yang ditentukan Tuhan baginya, akhirnya terjerat di dalam berbagai macam dosa, kenapa? Karena dia serakah, jangan menagih lebih banyak dari pada yang telah ditentukan bagimu, itu bukan porsimu, itu haknya orang lain. Kepada prajurit-prajurit pertanyaan yang sama, apa yang harus kami perbuat? Yohanes menjawab mereka, jangan merampas dan jangan memeras, dan cukupkan dirimu dengan gajimu, the art of contentment, mencukupkan diri dengan apa yang kita miliki, dengan apa yang Tuhan berikan kepada kita dan tidak mempergunakan power, jabatan untuk memeras, untuk mencekik orang lain, untuk merampas. Orang yang bisa merampas, memeras di sini kan certain punya power, ada perkataan dari Abraham Lincoln, kalau kita mau menguji karakter seseorang, semua orang itu pada dasarnya bisa berhadapan dengan kesulitan, berjuang saja, hampir semuanya bisa lewat, tetapi kalau kita mau menguji karakter seseorang, bukan dengan adversity, bukan dengan difficulty, menurut Abramah Lincoln adversity itu ujian terlalu rendah, terlalu mudah, karena semua orang nanti banyak yang lulus. Tapi kalau kita mau uji karakter seseorang, kita berikan dia power, berikan dia kekuasaan, lalu kita bicara lagi tentang karakternya. Ada banyak orang yang tidak punya power seperti sangat ramah dsb., itu bukan ramah, masalahnya tidak punya modal juga untuk sombong, kalau dia tidak punya apa-apa, tidak punya uang, pasti akan kelihatan ramah, begitu kan ya? Tetapi begitu dia memiliki power, lalu kita jadi bingung, loh kok dia berubah ya? Itu tidak berubah, dari dulu juga memang begitu, hanya monster yang di dalam belum kelihatan, begitu kan ya? Begitu ada power, monster-nya langsung kelihatan, dulu ketutupan, tidak kelihatan, karena dia tidak punya modal. Orang yang suka merampas, memeras, itu adalah orang yang tidak tahan uji pada waktu diberikan power di dalam kehidupannya, ini kan prajuritprajurit, punya certain power, Israel kan bangsa jajahan, prajurit-prajurit, mereka punya certain power. Kalau mau abuse otoritas mereka, ya bisa, makanya mereka bisa memeras dan merampas. Orang takut, tidak berani berurusan dengan para prajurit, maka bagaimana? Ya ini gambaran kerentanan seseorang waktu punya power, punya kuasa, punya kedudukan dsb., dia bisa mempergunakannya dengan salah, lalu dipakai untuk memeras dan merampas orang lain. Yohanes mengingatkan kepada mereka cukupkan dirimu dengan gajimu. Sekali lagi the art of contentment, seni mencukupkan diri dengan apa yang Tuhan berikan di dalam kehidupan kita. Waktu kita membaca dalam bagian ini, Yohanes mulai berhadapan dengan orangorang yang kemudian bertanya, kalau kita baca khususnya dalam injil Lukas dan injil Yohanes, membahas semacam pertanyaan yang timbul apakah sebetulnya Yohanes ini adalah Mesias? Kita lihat ayat 15, orang banyak itu menanti, berharap dan bertanya di dalam hatinya apakah Yohanes ini adalah Sang Mesias? Yohanes jujur waktu dia mengatakan, aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia yang lebih berkuasa daripadaku akan datang, membuka tali kasutNya pun aku tidak layak (membuka tali kasut itu adalah pekerjaan budak), Yohanes mau mengatakan, jadi budakNya pun saya tidak layak. Dan di sini ada metafora, simbol yang lain, dikatakan, aku membaptis kamu dengan air, alkitab suka memakai elemen-elemen natural, lalu kemudian di dalamnya itu ada certain spektrum pengertian air, ini kan berita pertobatan? Menarik, waktu saya merenungkan bagian ini, ini berita yang begitu keras, berita pertobatan, kapak dsb., tetapi sebetunya substansinya adalah air, air itu membersihkan kan ya? Di dalam teriakan pertobatan yang sangat keras dari Yohanes pembaptis, itu ada kelembutan air yang membersihkan, di dalam injil, kelemahlembutan yang diberitakan oleh Yesus Kristus bukan tidak ada penghakiman, di dalam kapak ada air, di dalam injil yang diberitakan Yesus Kristus ada api. Maka gambaran kekristenan yang hanya satu sisi, itu selalu tidak cukup, di dalam banyak hal, whether itu di dalam doktrin keselamatan, atau di dalam doktrin gereja atau di dalam doktrin Allah Tritunggal, ada orang yang lebih cenderung menekankan ketigaannya, akhirnya nanti jadi polytheis, bukan jadi trinitarian, ada orang yang cenderung menekankan kesatuannya, GRII KG 762/801 (hal 1) Ekspositori Injil Lukas (56) Ekspositori Injil Lukas (56) akhirnya juga bukan pengakuan iman trinitaris, nanti jadi sama-sama bidat. Di dalam alkitab itu ada banyak konsep yang paradoksikal, satu dan tiga, tiga dan satu, dan dua-duanya betul, bukan satu atau tiga, kalau tiga tidak mungkin satu, kalau satu tidak mungkin tiga, salah, itu bukan pikiran di dalam alkitab. Di dalam doktrin keselamatan juga sama, satu sisi ada kedaulatan Allah yang menetapkan, sisi yang lain ada kehendak Tuhan untuk menyelamatkan semua orang, kalau kita tidak bisa terima keduanya, sebetulnya kita tidak mengerti alkitab, karena alkitab berbicara di dalam bahasa paradoksikal. Di dalam pemberitaan Yohanes yang keras itu ada air segar yang membersihkan orang dari pada dosa-dosanya dan di dalam pelayanan dari Yesus Kristus bukan tidak ada api, sebetulnya terjemahan Roh Kudus dan api bisa diterjemahkan juga dengan angin dan api, itu seperti yang kita baca dalam peristiwa pentakosta, itu seringkali diambil menjadi simbol untuk menggambarkan divine powerful present, maksudnya Roh Kudus, angin dan api. Dua metafora ini mengandung kekayaan spektrum, angin, seperti dalam peristiwa pentakosta, kita juga membaca percakapan Yesus dengan Nikodemus juga memakai metafora angin, seperti angin dsb. Angin di sini, khususnya di dalam konteks Lukas 3, itu dikaitkan dengan alat penampi, bukan angin topan atau angin ribut, kalau di desa masih bisa kita lihat ketika menampi gabah, yang ringan itu akan terbang, jadi angin itu berfungsi untuk melakukan penghakiman, jadi waktu ditampi ada bobotnya, dia balik lagi ke bawah, yang tidak ada bobot (debu, sekam dsb.) itu semua akan ke luar dan yang membersihkan itu adalah angin. Angin itu akan menyingkirkan bahan campuran yang tidak dibutuhkan, api juga demikian, api mempunyai fungsi yang memurnikan, menyucikan, logam-logam kalau ingin dimurnikan harus dipanaskan dengan api yang sekian derajat sampai semua campurannya terpisah, lalu yang asli kelihatan, melalui api. Api seperti angin, itu mempunyai satu pengertian pemurnian dan penyucian, dan juga sekaligus penghakiman, waktu di sini dikatakan, Yesus Sang Mesias itu akan membaptis kamu dengan Roh Kudus dan dengan api, berarti di sini bukan tanpa penyucian, bukan tanpa pemisahan, bukan tanpa penghakiman. Yohanes melanjutkan dalam ayat 17, alat penampi itu sudah ditanganNya untuk membersihkan tempat pengirikanNya dan untuk mengumpulkan gandumNya ke dalam lumbungNya, tetapi debu jerami itu akan dibakarNya dalam api yang tidak terpadamkan, ini berita pertobatan yang sangat serius, bukan kekristenan yang murahan, bukan kekristenan yang tanpa pertobatan. Yang menarik dalam ayat 18, setelah berbicara yang sangat keras, Lukas mencatat Yohanes memberitakan kabar baik kepada orang banyak, berita teguran dosa itu adalah kabar baik, orang yang tidak bisa menerima ini, memang hatinya sudah bebal. Orang yang tidak bisa menerima teguran yang dari Tuhan sebagai good news, orang itu memang hatinya sudah bebal, kalau orang yang hatinya betul-betul digerakkan oleh Roh Kudus, yang dipimpin oleh Tuhan sendiri, waktu dia mendengar berita pertobatan, dia seperti yang dicatat di sini, menurut Lukas, itu adalah good news. Good news kalau Tuhan itu masih menghajar kita, Good news kalau Tuhan masih menyatakan sebetulnya kita itu siapa dan ini ada satu pengharapan, karena Tuhan mau memerdekakan kita dari pada keberdosaan itu. Tetapi waktu orang sudah mulai dibiarkan, waktu orang sudah mulai menjadi seperti Herodes, bagaimanapun di sini ditutup dengan cerita yang tidak enak ini kan ya? Yohanes memberitakan berita penghakiman itu, tetapi Lukas mengatakan, ini sebetulnya good news, kenapa good news? Karena motivasinya bukan Tuhan itu senang sekali dengan kematian orang fasik, Tuhan menghendaki semua orang diselamatkan, God revealed will, tapi di sisi yang lain kita harus menerima fakta, tidak semua orang akhirnya diselamatkan. Herodes ini adalah orang yang bukan saja tidak berespon, tetapi dia memasukkan Yohanes ke dalam penjara, dia berusaha untuk mendiamkan, to silent berita dari pada Yohanes, sekarang dia sendiri terusik dosanya, kita harus hati-hati mencari firman Tuhan, kalau bisa yang terus mengangkat kita, tidak ada teguran, bikin kita senang, seperti kita orang yang saleh sekali begitu kan ya? Akhirnya terakhir ketemunya api neraka atau kita cari gereja, cari tempat yang kita betul-betul dibuka keadaan hati kita bagaimana, kesempitan kita ada dimana, persoalan kita ada dimana? Lalu itu menjadi satu good news untuk kita, untuk kita terus bertumbuh dan berbagian di dalam natur Ilahi, seperti dikatakan oleh rasul Petrus, tetapi Herodes tidak, Herodes berusaha mendiamkan berita dari pada Yohanes. Waktu injil diberitakan itu ada kuasa yang mengutubkan, ini tidak bisa ditolak, injil waktu diberitakan akan memisahkan orang percaya dan tidak percaya, itu namanya doktrin pilihan, ada yang disingkirkan, ada yang tidak diberikan pengertian oleh Tuhan, bukan karena mereka tidak sanggup untuk mengerti, karena mereka sendiri tidak mau mengerti, jadi ada tanggungjawab manusia juga menolak injil. Orang-orang Farisi, waktu menolak pengajaran dari Yesus Kristus, mereka menolak dari dirinya sendiri, kita tidak bisa bilang mereka menolak karena sudah ditetapkan Tuhan, tidak, mereka menolak dari kedagingan mereka sendiri, dari dosa mereka sendiri. Dari sisi Tuhan, Tuhan tidak menganggap mereka layak untuk menerima firman Tuhan, di situ ada dignitas injil, kalau kita tidak mengerti bagian ini, kita belum mengerti alkitab secara komplit, Yesus mengatakan, kita tidak buang mutiara ke babi (jangan membaca ayat ini dengan pengertian GRII KG 762/801 (hal 2) yang salah), Yesus mau mengatakan, ada orang yang memang kita tidak ada perlunya lagi berbicara tentang injil kepada mereka. Karena mereka tidak siap, mereka menghina dan mereka tidak dipimpin oleh Tuhan terusmenerus mendengarkan mutiara yang begitu berharga untuk mereka, ini ajaran dari alkitab, ajaran Yesus Kristus dan ide ini berkaita erat dengan kedaulatan Tuhan. Sekali lagi, meskipun Yohanes memberikan teguran begitu keras, tetapi Lukas mencatat this is the good news, ini adalah kabar baik, ini adalah injil, orang yang sakit, lalu dikasih tahu bahwa dia sakit, itu sepertinya memang bukan kabar baik, tetapi itu adalah good news di dalam pengertian kita bisa tahu bahwa kita sakit, itu maksudnya. Kalau orang yang sakit dibilang tidak sakit, itu kan penipuan, jadi yang penipuan bisa seperti good news, yang bad news itu bisa good news di dalam pengertian, istilah good itu bukan istilah enak didengar, menyenangkan saya, itu bukan good news, good news menurut alkitab adalah membawa orang untuk masuk ke dalam pengenalan diri apa adanya dan memberikan kesempatan orang untuk bertobat. Karena tanpa pertobatan tidak ada orang yang diselamatkan, Herodes tidak diselamatkan, at least kita tidak pernah baca cerita pertobatan Herodes di dalam alkitab, kemungkinan besar dia adalah orang yang binasa, karena dia tidak pernah bertobat, karena dia tidak pernah menerima berita yang dibicarakan oleh Yohanes pembaptis, dia anggap sepi, seperti tidak ada, dia bermegah di dalam posisinya dsb., akhirnya menjadi orang yang dilewatkan oleh Tuhan. Kiranya Tuhan memberkati kita semua. Amin. Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah (AS) GRII KG 762/801 (hal 3)