Laporan Studi Pustaka (KPM 403) PERAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP INTENSITAS KONFLIK SOSIAL DI MASYARAKAT SEKITAR PERKEBUNAN WIDYA HASIAN SITUMEANG DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2015 ii PERNYATAAN Dengan ini saya menyetakan bahwa Laporan Studi Pustaka yang berjudul “PERAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP INTENSITAS KONFLIK SOSIAL DI MASYARAKAT SEKITAR PERKEBUNAN” benar-benar hasil karya saya sendiri yng belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapu. Sumber informasi yang berasal dari pustaka yang diterbitkan atau tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam naskah dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Laporan Studi Pustaka. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya bersedia mempertanggungjawabkan penyataan ini. Bogor, 5 Mei 2015 Widya Hasian Situmeang I34120122 iii ABSTRAK WIDYA HASIAN SITUMEANG. Peran Program Corporate Social Responsibility Terhadap Intensitas Konflik Sosial di Masyarakat Sekitar Perkebunan. Di bawah bimbingan MAHMUDI SIWI Keberadaan suatu korporasi perkebunan ditengah-tengah masyarakat seharusnya menciptakan kesejahteraan. Namun beberapa tulisan justru menyebutkan bahwa perkebunan merupakan tempat masyarakat sekitarnya berubah menjadi buruh dan surplus ekonomi dikeruk oleh perusahaan-perusahaan pemilik perkebunan. Untuk meminimalisir dampak negatif kegiatan produksi perusahaan tersebut, maka lahirlah konsep pertanggungjawaban sosial perusahaan (CSR). Namun, tanggung jawab sosial perusahaan masih kerap muncul sebagai pencitraan perusahaan. Lalu bentuk CSR seperti apakah yang relevan dilakukan sebagai tanggung jawab perusahaan ketika masyarakat sebenarnya sama sekali tidak menginginkan keberadaan perusahaan di wilayah mereka. konflik antara masyarakat dan korporasi bukanlah suatu hal yang baru. Ketidaknayamanan dan gesekan-gesekan sosial antara perusahaan dan masyarakat inilah yang seharusnya mampu di minimalisir oleh perusahaan sebagai pihak pendatang dan pemilik kekuatan yang jauh lebih besar. Fenomena ini memunculkan suatu pertanyaan yaitu bagaimanakah dampak program CSR terhadap intensitas konflik sosial pada masyarakat perkebunan. Laporan studi pustaka ini adalah metode studi literatur kemudian menyimpulkan konsep-konsep yang menjadi fokus pembahasan dalam laporan studi pustaka ini. Kata Kunci: CSR, evaluasi, konflik, intensitas konflik. WIDYA HASIAN. The Role of Corporate Social Responsibility toward Social Conflict around Plantation Area. Supervised by MAHMUDI SIWI Plantation Corporation in the middle of society should have a good impact and prosperity to all stakeholders. In the opposite, some literatures provide another fact that showed local communities around plantation area living as slave and just seeing their resources taken by the corporation in profit form. Corporate Social Responsibility (CSR) concept created in order to decrease the negative impact of production activity. But in fact, CSR activities mostly only appear to give a good image of the corporation. So, what kind is exactly CSR activity that relevant implemented by corporation which community didn’t prefer to accept. Conflict between community and corporation isn’t a new thing. As the new comer who has a big power, corporation should handle this uncomfortness between them and the community around their plantation area. This phenomenon raising a question, what is the impact of CSR program toward social conflict between corporation and community around plantation area? In order to concluding review of the focus concept, this report using literature review method. Keywords: CSR, evaluation, conflict, conflict intensity. iv PERAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP INTENSITAS KONFLIK SOSIAL DI MASYARAKAT SEKITAR PERKEBUNAN Oleh WIDYA HASIAN SITUMEANG I34120122 Laporan Studi Pustaka Sebagai syarat kelulusan KPM 403 pada Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUS PERTANIAN BOGOR 2015 v LEMBAR PENGESAHAN Dengan ini menyatakan bahwa Laporan Studi Pustaka yang disusun oleh: Nama Mahasiswa : Widya Hasian Situmeang Nomor Pokok : I34120122 Judul : Peran Program Corporate Social Responsibility Terhadap Intensitas Konflik Sosial di Masyarakat Sekitar Perkebunan Dapat diterima sebagai syarat kelulusan mata kuliah Studi Pustaka (KPM 403) pada Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Departeman Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Disetujui oleh Mahmudi Siwi, SP, M.Si Dosen Pembimbing Diketahui oleh Dr Ir Siti Amanah, MSc Ketua Depertemen Tanggal pengesahan :_____ _______________ vi PRAKATA Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan anugrah dan pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Studi Pustaka berjudul “Peran Program Corporate Social Responsibility Terhadap Intensitas Konflik Sosial di Masyarakat Sekitar Perkebunan” ini dengan baik. Laporan Studi Pustaka ini ditujukan untuk memenuhi syarat kelulusan MK Studi Pustaka (KPM 403) pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Mahmudi Siwi, SP, M.Si sebagai pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan selama proses penulisan hingga penyelesaian laporan Studi Pustaka ini. Penulis juga menyampaikan hormat dan terimakasih kepada orang tua tercinta, Bapak Bernard Situmeang dan Ibu Stevani Siahaan, Ibu Dorly, serta Raisa Situmeang, adikku tersayang, yang selalu berdoa dan senantiasa melimpahkan kasih sayangnya untuk penulis. Tidak lupa terimakasih juga penulis sampaikan kepada segenap teman-teman satu perjuangan di Departemen SKPM 49, terutama Yunita Winni Damayanti, teman berbagi segalanya, dan sahabat-sahabatku Rachmawati serta Audina Amanda Prameswari yang telah memberi semangat kepada penulis dalam proses penulisan laporan ini. Semoga laporan Studi Pustaka ini bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, 5 Mei 2015 Widya Hasian Situmeang NIM. I34120122 vii DAFTAR ISI BAB I ................................................................................................................................................ 1 PENDAHULUAN ............................................................................................................................ 1 Latar Belakang .............................................................................................................................. 1 Tujuan Penulisan ........................................................................................................................... 2 Metode Penulisan .......................................................................................................................... 2 BAB II............................................................................................................................................... 3 RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA ................................................................................... 3 Efektivitas Program CSR/CD Dalam Pengentasan Kemiskinan Studi Peran Perusahaan Geotermal Di Jawa Barat .............................................................................................................. 3 Program Corporate Social Responsibility Dan Community Development Pada Industri Tambang Dan Migas ..................................................................................................................................... 5 PARTISIPASI MASYARAKAT DAN STAKEHOLDER DALAM PENYELENGGARAAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DAN DAMPAKNYA TERHADAP KOMUNITAS PEDESAAN ................................................................................... 8 Analisis Tingkat Partisipasi Peserta Program CSR Pemberdayaan Ekonomi PT. Arutmin Indonesia ..................................................................................................................................... 11 Anatomi Konflik Antara Korporasi Dan Komunitas Lokal Pada Industri Geotermal Di Jawa Barat ............................................................................................................................................ 13 Implementasi CSR terhadap Kesejahteraan Hidup Masyarakat.................................................. 16 KONFLIK AGRARIA DALAM RELASI ANTARA PERUSAHAAN PERKEBUNAN DENGAN MASYARAKAT (KASUS KONFLIK ANTARA PETANI DENGAN PT.PP LONSUM DI KABUPATEN BULUKUMBA) .......................................................................... 18 KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI BURUH PERKEBUNAN KALITENGAH TAHUN 19822010 21 DAMPAK INDUSTRI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PADA PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT DESA RUHUI RAHAYU KECAMATAN TANJUNG PALAS UTARA KABUPATEN BULUNGAN ...................................................................................................... 23 Manakala Konflik Berkepanjangan Harus Diselesaikan: Kasus Konflik Perkebunan Kejatek, Jember 26 PENGUKURAN INTENSITAS KONFLIK DALAM MASYARKAT MAJEMUK ................. 28 BAB III ........................................................................................................................................... 31 RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN ........................................................................................ 31 Definisi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) ................................................................... 31 viii Konsep Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) dan Pengembangan Masyarakat ................ 31 Praktik Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) .................................................................... 32 Definisi Konflik Sosial................................................................................................................ 34 Penyebab Konflik........................................................................................................................ 36 Tahapan Konflik .......................................................................................................................... 37 BAB IV ........................................................................................................................................... 39 Hasil Rangkuman dan Pembahasan ............................................................................................ 39 Usulan Kerangka Analisis Baru .................................................................................................. 39 Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Skripsi .............................................................. 41 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 42 RIWAYAT HIDUP .......................................................................................................................... 44 ix DAFTAR TABEL Tabel 1.Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel, dan Sumber data dalam Pustaka 1 .................. 4 Tabel 2.Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel, dan Sumber data dalam Pustaka 2 .................. 7 Tabel 3. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel, dan Sumber data dalam Pustaka 3 ............... 10 Tabel 4. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel, dan Ukuran dalam Pustaka 4 ....................... 12 Tabel 5.Matriks Keterangan Dimensi, Variabel, dan ukuran dalam Pustaka 5................................ 15 Tabel 6.Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel, dan Pengukuran dalam Pustaka 6 ................. 17 Tabel 7. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel, dan Sumber data dalam Pustaka 7 ............... 19 Tabel 8. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel, dan Fakta pendukung dalam Pustaka 8 ....... 22 Tabel 9. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel, dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 9 ....... 25 Tabel 10. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel, dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 10 ... 27 Tabel 11. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel, dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 11 ... 29 Tabel 12. Karakteristik dan tahap-tahap tanggung jawab sosial perusahaan .................................. 33 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Akar dan ragam teori konflik merujuk buku “The Structure of Sociological Theory” karangan Turner (1998) ............................................................................................. 36 Gambar 2. Usulan kerangka Analisis baru ..................................................................................... 40 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor perkebunan merupakan salah satu bentuk usaha yang sangat banyak di temui di Indonesia. Sektor ini merupakan salah satu penyumbang devisa yang sangat besar bagi negara, sehingga negara terlihat mendukung usaha-usaha pengembangan perkebunan dengan memberikan izin usaha bagi perusahaan yang akan membuka wilayah perkebunan. Pembukaan lahan untuk dijadikan kawasan perkebunan semakin intens. Penggunaan sumberdaya lahan, air dan energi untuk menunjang produksi perkebunan juga semakin besar. Pengalokasian sumberdaya penunjang produksi untuk perkebunan dapat saja menyebabkan terjadinya perebutan sumberdaya antara perkebunan dan masyarakat sekitar. Kesejahteraan masyarakat dapat terganggu akibat terjadinya pengurangan kapasitas sumberdaya yang bisa mereka manfaatkan. Kesulitan mereka juga akan bertambah apabila pembukaan wilayah perkebunan ternyata juga menyebabkan terjadinya perubahan ekologi di sekitar mereka. Keberadaan perkebunan seharusnya mampu menyejahterakan masyarakat. Ketimpangan perekonomian, akses terhadap sumberdaya dan kemiskinan seharusnya dapat ditekan dengan adanya suatu aktifitas produksi yang besar disekitar masyarakat. Namun beberapa tulisan justru menyebutkan bahwa perkebunan merupakan tempat masyarakat sekitarnya berubah menjadi buruh dan surplus ekonomi dikeruk oleh perusahaan-perusahaan pemilik perkebunan (Noer Fauzi, 1999:192). Keberadaan perkebunan seharusnya mampu membuat masyarakat disekitarnya memiliki kehidupan yang lebih baik, bukan malah memiskinkan mereka ataupun menciptakan ketimpangan antara perkebunan dan masyarakat. Untuk meminimalisir kerugian yang diderita masyarakat akibat adanya eksploitasi tersebut, pemerintah telah membuat sebuat regulasi tentang tanggung jawab sosial perusahaan atau yang sering dikenal dengan istilah CSR, yang terkandung dalam UU Nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan. Banyak ahli telah mendefinisikan tentang apa sebenarnya yang dimaksud dengan CSR. Kategorikategori tingkatan CSR juga telah dirumuskan seperti adanya level charity, filantropi dan corporate citizenship (Saidi dan Abidin 2003). Praktek CSR seharusnya dilandaskan pada kerelaan dan kesadaran perusahaan untuk bertanggungjawab atas kegiatan usahanya di tengah-tengah masyarakat. Akan tetapi pada kenyataannya, praktek CSR tidak jarang hanya dilakukan sebatas pemenuhan tuntutan regulasi dari pemerintah dan menghindari sanksi semata. Di Indonesia, memang telah terdapat regulasi yang mewajibkan semua kegiatan usaha yang berkaitan dengan sumber daya alam sebagaimana yang telah tercantum dalam pasal 74 UU Nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas. Akan tetapi regulasi ini juga dinilai masih memiliki kekurangan, misalnya tidak mencantumkan besaran nilai yang harus dibayarkan perusahaan sebagai tanggung jawab atas eksploitasi sumber alam pada masyarakat (Solihin 2008). Celah inilah yang kemudian menyebabkan masih terdapatnya konflik 2 antara perusahaan dan masyarakat yang tinggal di sekitar wilayah perkebunan. Dampak negatif aktivitas produksi tersebut, menjadikan sektor perkebunan ini menjadi unik. Pertanggungjawaban sosial perusahaan menjadi suatu kewajiban yang harus dilakukan perusahaan untuk meminimalisir dampak negatif kegiatan produksi perusahaan tersebut. Namun, tanggung jawab sosial perusahaan masih kerap muncul sebagai pencitraan perusahaan. Dari ketiga tingkatan pelaksanaan CSR, mayoritas pelaksanaan CSR masih berbentuk Charity semata. Penyeragaman program CSR hadir sebagai bukti bahwa praktik CSR selama ini masih belum sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Lalu bentuk CSR seperti apakah yang relevan dilakukan sebagai tanggung jawab perusahaan ketika masyarakat sebenarnya sama sekali tidak menginginkan keberadaan perusahaan di wilayah mereka. konflik antara masyarakat dan korporasi bukanlah suatu hal yang baru. Ketidaknayamanan dan gesekan-gesekan sosial antara perusahaan dan masyarakat inilah yang seharusnya mampu di minimalisir oleh perusahaan sebagai pihak pendatang dan pemilik kekuatan yang jauh lebih besar. Fenomena ini memunculkan suatu pertanyaan yaitu bagaimanakah dampak program Corporate Social Responsibility(CSR) terhadap intensitas konflik sosial pada masyarakat perkebunan? Tujuan Penulisan Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan, penulisan laporan studi pustaka ini bertujuan untuk mengidentifikasi seperti apakah program CSR yang dilaksanakan oleh korporasi perkebunan dan dampaknya terhadap konflik sosial yang terjadi antara korporasi dan masyarakat. Metode Penulisan Metode yang digunakan dalam penulisan laporan studi pustaka ini adalah metode studi literatur yakni dimulai dengan me-review, meringkas dan menganalisis sebelas jurnal yang didapatkan melalui internet; membuat rangkuman dan pembahasan; kemudian menyimpulkan konsep-konsep yang menjadi fokus pembahasan dalam laporan studi pustaka ini. Review jurnal bertujuan untuk mengidentifikasi hambatan komunikasi yang state of the art. Review jurnal dilakukan dengan cara membuat mind mapping, maupun membuat ringkasan pustaka pada masing-masing jurnal serta menganalisis dan mengkritisi seluruh aspek termasuk keterkaitan antara variabel dengan hasil penelitian pada jurnal. Kemudian membuat rangkuman dan pembahasan jurnal yang dilakukan dengan menyintesis hasil dari konsep-konsep yang dibahas, yakni terkait dengan hambatan komunikasi dan efektivitas komunikasi antarbudaya, dan diperkuat dengan buku teori yang dirujuk. Selanjutnya menyimpulkan konsep-konsep yang menjadi fokus pembahasan dari laporan studi pustaka ini, sehingga dapat memenuhi keseluruhan substansi yang diperlukan. 3 BAB II RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA 1. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Judul Buku Nama Jurnal Volume (Edisi):Hal AlamatURL/doi Tanggal diunduh : Efektivitas Program CSR/CD Dalam Pengentasan Kemiskinan Studi Peran Perusahaan Geotermal Di Jawa Barat : 2012 : Jurnal : Cetak : Dody Prayogo Dan Yosef Hilarius : : : Jurnal Sosiologi Masyarakat : Vol 1, No 17 (2012) : 1-22 ::- Ringkasan Pustaka Penelitian yang dilakukan oleh Dody Prayogo dan Yosef Hilarius ini mendiskusikan model pengukuran keefektivan program CSR yang dilaksanakan oleh korporasi pertambangan, minyak dan gas, serta geotermal dalam korelasinya dengan pengentasan kemiskinan komunitas yang berada di sekitar area operasional mereka. Hal yang melatarbelakangi penelitian ini adalah tingkat keberhasilan program CSR dalam pengentasan kemiskinan dapat berbeda-beda tergantung pada jenis program yang dulaksanakan. Demikian juga metode pengelolaan program yang lebih partisipatif akan lebih memengaruhi tingkat keberhasilan program CSR dalam pengentasan kemiskinan. Tulisan ini secara umum bertujuan untuk melihat bahwa selain untuk kepentingan bisnis (citra) dan mendapatkan legitimasi sosial (penerimaan) dari masyarakat sekitarnya, program CSR/CD juga memiliki relevansi. Efektivitas, dan manfaat dalam mengatasi problem kemiskinan di masyarakat. Selanjutnya, akan sangat menarik jika dilakukan kajian secara khusus untuk mengaitkan signifikasi program CSR/CD dengan upaya pengentasan kemiskinan secara lebih mikro (khususnya masyarakat penerima) bukan makro (masyarakat keseluruhan). Untuk meneliti hal tersebut, penulis menggunakan pendekatan kuantitatif (positivik-deduktif) terlebih dahulu huna membangun kerangka teori hingga indikator kemiskinan, yang kemudian digunakan sebagai kerangka analisis untuk melihat secara empirik peran korporasi melalui program CSR/CD dalam mengentaskan kemiskinan. Metode kuantitatif dengan teknik survey digunakan untuk mengukur efektivitas atau sejauh mana program CSR/CD dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Responden survey adalah masyarakat penerima program CSR/CD perusahaan geotermal yang berjumlah empat ratus orang. 4 Dalam penulisan penelitian ini, penulis sekaligus berperan sebagai penilai (pihak ketiga) atas penerapan program CSR/CD yang dilaksanakan. Perhatian korporasi dalam mengentaskan kemiskinan dilakukan pada beberapa sektor yaitu ekonomi, pendidikan, infrastruktur dan kesehatan. Untuk mengukur efektivitas CSR terhadap kemiskinan, secara metodelogis menjadi kurang tepat bila kita menggunakan ukuran-ukura nkemiskinan dengan skala makro seperti indeks gini dalam mengukur peran korporasi dalam pengentasan kemiskinan masyarakat sekitar. Pengukuran harus dikembangkan dalam batasan skala program, menggunakan indikator mikro melalui variabel yang relevan dan fokus pada kelompok penerima program. Beberapa variabel yang dianggap relevan untuk melihat hubungan tersebut antara lain variabel kesesuaian, kebermanfaatan, kesinambungan dan dampak. Selain itu, variabel pengembangan masyarakat seperti partisipasi dan pemberdayaan juga dimasukkan untuk melihat peranan korporasi dalam mengentaskan kemiskinan. Pada penelitian ini kategori ‘baik’ berlaku untuk variabel kesesuaian dan kebermanfaatan, kategori ‘cukup’ untuk keberlanjutan dan dampak, kategori ‘ kurang’ pada partisipasi dan pemberdayaan masyarakat. Analisis Pustaka Jurnal ini telah menjelaskan aktivitas CSR/CD yang diamati oleh penulis dengan ringkas, meskipun tidak merincikan aktivitas apa saja yang telah dilaksanakan. Penulis seakan memberi penekanan secara tersirat bahwa CD adalah bentuk kegiatan yang setara dan berhubungan dengan CSR, karena didalam tulisan ini kata CD disandingkan dengan CSR, yakni “ CSR serta CD” dan terkadang seperti “ CSR dan CD koperasi” Pada tulisan ini juga telah diberikan definisi-definisi CSR, sehingga pemikiran pembaca tentang CSR tidak lagi mengambang. Disisi lain, definisi tentang kemiskinan juga diberikan dan dalam hal ini kemiskinan didefinisikan sesuai dengan definisi lokal. Tulisan ini juga mencantumkan variabel apa saja yang digunakan untuk mengukur efektivitas program CSR/CD, membandingkan hasilnya dan memberi argumen untuk memperkuat pendapat penulis akan hasil pengukuran aktivitas CSR/CD yang telah dilaksanakan oleh perusahan yang diamati. Hal unik lainnya dalam tulisan ini adalah penulis juga memberi pandangan dan batasan tentang peranan pengentasan kemiskinan seperti apakah yang harusnya dimainkan oleh perusahaan yang diamati, tanpa mereduksi kewajiban korporasi sesungguhnya dan tetap menekankan CSR/CD sebagai suatu kewajiban yang harus dilakukan oleh korporasi. Penulis juga tidak hanya memberi penilaian terhadap korporasi yang menjalankan program CSR/CD, tetapi juga memberi saran dan pandangan tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh korporasi dalam mengentaskan kemiskinan komunitas lokal. Tabel 1.Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel, dan Sumber data dalam Pustaka 1 Variabel Tingkat keberhasilan Sub Variabel 1. Tingkat Efektivitas 2. Tingkat Relevansi Sumber Data Pengukuran primer, arsip CSR/CD 5 program Tingkat Kemiskinan 3. 4. 5. 6. 1. 2. 3. Tingkat Keberlanjutan Tingkat Dampak Tingkat Pemberdayaan Tingkat partisipasi Tingkat perekonomian Tingkat kesehatan Tingkat pembangunan infrastruktur 4. Tingkat pendidikan Pengukuran primer, data monograph Kerangka Pemikiran Tulisan Efektivitas Program CSR/CD Dalam Pengentasan Kemiskinan Studi Peran Perusahaan Geotermal Di Jawa Barat X Pengukuran Program CSR: 1. Tingkat Efektivitas 2. Tingkat Kesesuaian 3. Tingkat Keberlanjutan 4. Dampak 5. Tingkat Pemberdayaan Y Tingkat kemiskinan dibidang: 1. Ekonomi 2. Kesehatan 3. Infrastruktur 4. Pendidikan 6. Tingkat Partisipasi 2. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Judul Buku Nama Jurnal Volume (Edisi):hal AlamatURL/doi Tanggal diunduh : Program Corporate Social Responsibility Dan Community Development Pada Industri Tambang Dan Migas : 2011 : Jurnal : Cetak : Dody Prayogo : : : Makara Seri Sosial-Humaniora : Vol 1, No 15 (2011) : 43-58 ::- 6 Ringkasan Pustaka Relasi antara korporasi dengan para pemangku kepentingannya salah satunya dapat ditinjau dari bagaimana kinerja program CSR/CD yang dilakukan korporasi. Tinggi rendahnya kinerja program CSR/CD tidak mutlak menjamin baik-buruknya relasi korporasi-pemangku kepentingan, namun dari kinerja ini terlihat bagaimana komitmen, kebijakan dan tindakan korporasi terhadap pemangku kepentingan mereka atau khususnya terhadap komunitas terdekat (Carrol, 1999; Stone, 2001). Dukungan atau penolakan sosial terhadap kehadiran korporasi salah satunya sangat bergantung pada bagaimana komitmen dan tindakan korporasi terhadap mereka, yang secara objektif dapat tercermin program CSR/CD. Berbeda dengan industri jasa dan perkebunan, eksploitasi sumber alam dan praktek lingkungan yang dilakukan oleh industri tambang dan migas banyak bertentangan dengan tujuan pelestarian lingkungan dan kepentingan ekonomi masyarakat lokal. Oleh karenanya, untuk membangun ‘citra yang baik’ serta ‘relasi baik’ dengan pemangku kepentingan mereka, maka penilaian kinerja CSR dan CD korporasi dalam industri tambang dan migas menjadi sangat penting dilakukan. Tulisan ini bertujuan sebagai pemaparan tentang metode dalam melakukan evaluasi program CSR/CD, hasil pengalaman langsung dari sejumlah evaluasi yang telah dilakukan oleh penulis dan hasil sejumlah studi evaluasi di lapangan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan merumusakan kembali langkah-langkah evaluasi lapang dari beberapa penelitian terdahulu, mulai dari studi pustaka, pengembangan disain studi, penetapan fokus substansi evaluasi, cara pengumpulan data, cara analisis, serta penarikan kesimpulan dan yang terpenting dengan membandingkan metode antara hasil penelitian satu dengan yang lain. Secara akademik, metode kerja evaluasi CD sama dengan riset ilmiah pada umumnya, hanya dalam evaluasi diberikan penekanan aspek praktis secara lebih khusus. Secara garis besar, metode kerja dapat dibagi menajdi tiga bagian: melakukan formulasi disain evaluasi termasuk menetapkan variabel, indikator dan ukuran serta metode pengumpulan dan analisis data, melakukan penelitian lapangan dengan sebelumnya membuat rencana kerja, menetapkan sampel, informan, objek observasi dan data sekunder, memproses menyeleksi dan merapikan data serta pada bagian ini dapat pula dilakukan analisis data dan penulisan laporan. Dalam tulisan ini dibahas mengenai hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan evaluasi program CSR/CD, khususnya pada perusahaan tambang. Bentuk evaluasi program; etika evaluasi; langkah kerja evaluasi berupa: formulasi substansi evaluasi, penetapan cakupan wilayah dan waktu evaluasi, teknik pengumpulan dan analisis data, penetapan sampel-informan-objek observasi dan data sekunder, penetapan subjek penilai, cara pengukuran dalam evaluasi; serta penyimpulan hasil evaluasi. Jika hasil evaluasi menunjukkan bahwa kinerja program CSR/CD sebuah korporasi sangat baik, maka hasil ini akan meningkatkan posisi korporasi terhadap pemangku kepentingan mereka (Gauthier, 2005). Setidaknya terdapat tiga aspek penting terkait dengan hasil evaluasi program CSR/CD yang baik: berkenaan dengan business performance, social legitimacy, dan legal compliment. Ketiga aspek ini sangat penting bagi keberhasilan baik korporasi secara khusus maupun industri 7 tambang dan migas secara umum. Secara sosial, program CSR/CD yang berhasil akan meningkatkan social legitimacy atas kebeadaan dan operasi korporasi di komunitas lokal. Legitimasi sosial berkaitan dengan bagaimana masyarakat lokal dalam lingkungan operasi tambang dan migas menerima kehadiran dan kegiatan eksploitasi sumber alam. Analisis Pustaka Tulisan ini bertujuan untuk memaparkan langkah-langkah dalam melakukan evaluasi terhadap program CSR/CD oleh perusahaan tambang dan migas. Kondisi ideal dan konsekuensi dari praktek CSR/CD yang baik juga disebutkan dalam tulisan ini. secara umum, hal yang dipaparkan adalah metodologi dan penjelasn tentang konsekuensi penerapan program CSR/CD yang dapat menjembatani hubungan antara korporasi tambang dan migas dengan komunitas lokal. Urgensi hasil evaluasi ditekankan pada legitimasi sosial dari masyarakat sekitar terhadap keberadaan dan operasi tambang perusahaan di lingkungan mereka. Dalam jurnal ini juga dicantumkan beberapa contoh sub penilaian program CSR/CD yang menjunjung prinsip penelitian ilmiah dengan menekankan validitas dan metode yang bertanggungjawab. Penulisan juga didasarkan pada teori-teori tentang praktek CSR. dalam tulisan ini juga diberikan contoh nyata tentang bagaimana dampak yang akan diterima perusahaan seandainya apabila hasil evaluasi terhadap program CSR/CD menunjukkan hasil yang buruk. Sama hal nya dengan tulisan Prayogo lainnya tentang CSR, penulis seakan memberi penekanan secara tersirat bahwa CD adalah bentuk kegiatan yang setara dan berhubungan dengan CSR, karena didalam tulisan ini kata CD disandingkan dengan CSR, yakni “ CSR serta CD” Tabel 2.Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel, dan Sumber data dalam Pustaka 2 Variabel Tingkat kesejahteraan desa Efektivitas Pelaksanaan program CSR/ CD 1. 2. 1. 2. 3. 4. 5. Keberadaan Potensi 1. yang dimiliki desa 2. 3. Sub Variabel Tingkat ekonomi Jumlah infrastrutur publik Tingkat pemanfaatan program Tingkat kesesuaian Tingkat keberlanjutan Dampak program Kekuatan organisasi Kepemilikan SDA Kepemilikan SDM Akses terhadap SD Sumber Data Data sekunder/ monograf statistik Pemanfaat dan nonpemanfaat, tokoh masyarakat, aparat desa, staf pelaksana CD, sumber lain Data sekunder, tokoh formal dan informal 8 Kerangka Pemikiran Tulisan Program Corporate Social Responsibility Dan Community Development Pada Industri Tambang Dan Migas X1 Efektivitas Pelaksanaan program CSR/ CD 1. Tingkat pemanfaatan program 2. Tingkat kesesuaian 3. Tingkat keberlanjutan 4. Dampak program 5. Kekuatan Organisasi X2 Keberadaan Potensi yang dimiliki desa 1. Kepemilikan SDA 2. Kepemilikan SDM 3. Akses terhadap SD 3. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Judul Buku Nama Jurnal Volume (Edisi):hal AlamatURL/doi Tanggal diunduh Y Tingkat kesejahteraan desa 1. Tingkat ekonomi 2. Jumlah infrastrutur publik : PARTISIPASI MASYARAKAT DAN STAKEHOLDER DALAM PENYELENGGARAAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DAN DAMPAKNYA TERHADAP KOMUNITAS PEDESAAN : 2011 : Jurnal : Cetak : Isma Rosyidan Dan Fredian Tonny Nasdian : : : Sodality: Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi Dan Ekologi Manusia : Vol 1, No 5 (2011) : 57-78 ::- Ringkasan Pustaka Sebagai bukti profesionalisme dan tanggung jawab sosial perusahaan, perusahaan geothermal menyelenggrarakan program CSR yang mencakup tiga area 9 kritis, yakni kebutuhan dasar, pendidikan dan pelatihan, serta pengembangan usaha kecil mikro. CSR yang diselenggarakan oleh perusahaan geothermal merupakan bagian dari strategic plan perusahaan, yang pelaksanaannya berorientasi pada penciptaan pertumbuhan ekomoni melalui capacity builing dan investasi masyarakat. Penting untuk melihat sejauh mana implementasi dari program pengembangan masyarakat dalam kaitannya dnegan partisipasi seluruh stakeholder yang pada akhirnya membawa dampak pada komunitas pedesaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara tingkat partisipasi masyarakat dan stakeholder dalam program CSR dari perusahaan geothermal melalui Badan Keuangan Mikro serta dampaknya terhadap kondisi sosial dan ekonomi masyarakat. Penelitian ini fokus dalam melihat pelaksanaan Program Keuangan Mikro Berbasis Masyarakat di Kabupaten Kabandungan melalui LKMS Kartini. Subjek penelitian ini adalah masyarakat Desa Cihamerang, yang meliputi masyarakat lokal dan pemerintah lokal serta staf perusahaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari studi kuantitatif dan kualitatif. sampel diambil sebanyak empat puluh lima responden yang mewakili masyarakat Desa Cihamerang, dengan informan sebaganyak sembilan orang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa setiap stakeholder memiliki tipe tingkat partisipasi yang berbeda-beda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat partisipasi anggota kelompok simpan pinjam di Desa Cihamerang dalam penyelenggaraan program pemberdayaan ekonomi lokal berhubungan dengan dampak sosial dan ekonomi masyarakat, sehingga jika partisipasi anggota kelompok simpan pinjam dalam penyelenggaraan program tinggi, maka dampak sosial dan ekonomi juga akan tinggi. Jika dilihat dari klasifikasi kategori sosial yang ada, masyarakat dengan kategori sosial farm/buruh memiliki tingkat partisipasi yang paling rendah diantara kategori sosial yang lain. Keikutsertaan anggota kelompok simpan pinjam kategori sosial tersebut, sejalan dengan kondisi taraf hidup anggota kelompok simpan pinjam karena tidak ada nilai peningkatan taraf hidup setelah mengikuti kegiatan simpan pinjam. Analisis Pustaka Dalam jurnal ini telah dilakukan penelitian terhadap partisipasi dengan menghubungkan beberapa variabel yang mengindikasikan kesejahteraan masyarakat yang menajdi sasaran program CSR yang dilakukan perusaan geothermal. Pengujian hubungan antar a variabel partisipasi dan dampak sosial, variabel partisipasi dan dampak ekonomi bagi masyarakat, telah menggambarkan urgensi dilakukannya penelitian ini. partisipasi dalam program CSR ini terlihat membuahkan hasil bagi kelompok dengan status tertentu dan dapat menjadi acuan bagi penyelenggara program CSR untuk dapat memaksimalkan manfaat pelaksanaan program CSR selanjutnya. 10 Tabel 3. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel, dan Sumber data dalam Pustaka 3 Variabel Sub Variabel Sumber data Tingkat partisipasi Manipulasi, terapi, pemberitahuan, Data primer konsultasi, penentraman, kemitraan, pendelegasian kekuasaan, kontrol masyarakat. Dampak Sosial Kekuatan modal sosial Data primer/ sekunder Taraf hidup 1. Tingkat pendapatan Data sekunder anggota 2. Tingkat pengeluaran kelompok 3. Tingkat tabungan simpan pinjam Kerangka Pemikiran Pustaka PARTISIPASI MASYARAKAT DAN STAKEHOLDER DALAM PENYELENGGARAAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DAN DAMPAKNYA TERHADAP KOMUNITAS PEDESAAN X1 Penyelenggaraan program CSR perusahaan Geothermal 1. Perencanaan (awareness building, CSR Assessment, CSR Manual) 2. Implementasi (sosialisasi, pelaksanaan, internalisasi) 3. Evaluasi 4. pelaporan Y1 Kondisi sosial (modal sosial) 1. Tingkat kepercayaan 2. Kekuatan kerjasama 3. Kekuatan jejaring Y2 Kondisi ekonomi (taraf hidup) 1. Luas bangunan tempat tinggal 2. Jenis lantai bangunan tempat tinggal 3. Jenis dinding bangunan tempat tinggal 4. Fasilitas tempat buang air besar 5. Sumber penerangan rumah tangga 6. Sumber air minum 7. Bahan bakar untuk memasak 8. Pemilikan alat transportasi 9. Tingkat pendapatan 10. Tingkat pengeluaran 11. Tingkat investasi 11 4. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Judul Buku Nama Jurnal Volume (Edisi):hal AlamatURL/doi Tanggal diunduh : Analisis Tingkat Partisipasi Peserta Program CSR Pemberdayaan Ekonomi PT. Arutmin Indonesia : 2011 : Jurnal : Cetak : Rahmawati Dan Titik Sumarti : : : Sodality: Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi Dan Ekologi Manusia : Vol 3, No 5 (2011) : 325-338 ::- Ringkasan Pustaka Masyarakat yang berada disekitar lokasi operasional perusahaan adalah salah satu pihak yang dapat memengaruhi keberadaan dan keberlanjutan suatu perusahaan. Oleh karena itu perusahaan sangat perlu menajga keseimbangan dengan masyarakat khususnya yang berada di sekitar lokasi operasional perusahaan dalam rangka menjaga eksistensinya. Keseimbangan ini dapat dijaga dengan melakukan tanggung jawab sosial perusahaan. PT. Arutmin Indonesia Tambang Senakin adalah salah satu perusahaan penghasil dan pengekspor batu bara terbesar di Indonesia. Perusahaan ini secara aktif melaksanakan kegiatan CSR dengan memberdayakan perekonomian masyarakat melalui program Dana Pengembangan Ekonomi Masyarakat (DPEM) dan Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat (PPEM). Penelitian ini bermaksud untuk meneliti lebih dalam tentang partisipasi peserta dalam kedua program tersebut yang meliputi faktor-faktor yang mendorong terciptanya partisipasi. Penelitian ini menggunan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan metode survei. Penentuan responden dilakukan dengan secara sengaja. Sementara pemilihan informan dilakukan dengan menggunakan teknik snowball sampling. Data yang akan digunakan dalam penelitian ini dalah data primer (diperoleh dari wawancara terstruktur, kuesioner, dan panduan wawancara untuk informan) dan sekunder ( data dari PT. Arutmin dan data Dompet Dhuafa). Kegiatan yang dilaksanakan CSR PT. Arutmin dibagi dalam bentuk community relation (berupa pembangunan infrastruktur) dan community developmnet (meliputi bidang pendidikan, kesehatan dan pengembangan ekonomi). Kegiatan CSR PT. Arutmin sebenarnya telah dilaksanakan sejak awal masa operasional tambang, tetapi kegiatan yang dilaksanakan untuk masyarakat sekitar perusahaan umumnya masih bersifat charity. Pada tahun 2002 sempat terjadi demonstrasi yang dilakukan masyarakat sekitar dengan tuntutan agar perusahaan lebih memperhatikan kesejahteraan masyarakat sekitar, sehingga akhirnya sebagai jawaban atas tuntutan masyarakat, pada tahun yang sama perusahaan membentuk Lembaga Pengembangan Perekonomian Masyarakat (LPPM). Program LPPM melalui DPEM menyalurkan dana bantuan kepada masyarakat. Akan tetapi program DPEM ini tidak berhasil 12 karena masyarakat menganggap dana DPEM sebagai dana hibah yang tidak perlu dikembalikan. Tahun 2010 perusahaan bekerja sama dengan Dompet Dhuafa Republika (DD) untuk mengembangkan perekonomian masyarakat dengan PPEM. Melalui PPEM yang dikelola oleh DD inilah perusahaan melakukan pengembangan masyarakat. Semakin tinggi tingkat kemauan peserta, maka semakin tinggi pula partisipasinya, namun pada tingkat kemampuan terlihat perbedaan, pada program DPEM peserta dengan tingkat kemampuan yang rendah cenderung memiliki tingkat partisispasi rendah. Namun sebaliknya pada PPEM peserta dengan tingkat kemampuan yang lebih rendah memiliki kecenderungan tingkat partisipasi yang lebih tinggi. Tingkat kesempatan peserta program PPEM cenderung berbanding lurus dengan tingkat partisipasi, sedangkan pada program DPEM tidak demikian. Analisis Pustaka Pada jurnal ini, penulis mencantumkan tinjauan pustaka yang cukup memadai sebagai acuan dalam mengukur partisipasi peserta program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh CSR PT. Arutmin. Penulis juga dengan lengkap mencantumkan sejarah pemberdayaan masyarakat yang dilakukan PT. Arutmin dan awal mula kegiatan CSR yang dilaksanakan PT. Arutmin. Dalam tulisan ini tidak dituliskan lebih lanjut tentang dampak tingkat partisispasi masyarakat dengan hubungan antara perusahaan dan masyarakat sehingga sulit mengetahui apakah kegiatan CSR yang dilaksanakan PT. Arutmin berhasil dalam menjembatani hubungan antara perusahaan dan masyarakat, serta apakah masyarakat meningkat kesejahteraannya setelah adanya PPEM dan DPEM. Hasil penelitian sebaiknya disajikan dalam bentuk tabel, sehingga pembaca tidak terlalu kesulitan membaca dan melihat hubungan antara variabel partisipasi dan hubungannya dengan variabel lainnya. Tabel 4. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel, dan Ukuran dalam Pustaka 4 Variabel Sub Variabel Ukuran Tingkat partisipasi 1. Tingkat kemauan 2. Tingkat akses 3. Tingkat kemampuan Tinggi, Sedang, rendah Pelaksanaan CSR 1. intensitas pelaksanaan 2. intensitas pendampingan Tinggi, Sedang, rendah 13 Kerangka Pemikiran Analisis Tingkat Partisipasi Peserta Program CSR Pemberdayaan Ekonomi PT. Arutmin Indonesia X Tingkat pelaksanaan CSR 1. Tingkat Pelaksanaan 2. Intensitas Program perekonomian 3. Intensitas pendampingan 5. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Judul Buku Nama Jurnal Volume (Edisi):Hal Alamaturl/Doi Tanggal Diunduh Y Tingkat Partisipasi 1. Tingkat kemauan 2. Tingkat kemampuan 3. Tingkat kesempatan : Anatomi Konflik Antara Korporasi Dan Komunitas Lokal Pada Industri Geotermal Di Jawa Barat : 2010 : Jurnal : Cetak : Dody Prayogo : : : Makara Seri Sosial-Humaniora : Vol 1, No 14 (2010) : 25-34 ::- Ringkasan Pustaka Dalam rentang waktu sejak reformasi hingga sekitar pertengahan tahun 2000, terlihat peningkatan jumlah konflik antar korporasi dan masyarakat yang signifikan. Gejala ini menarik karena menunjukkan adanya pola dalam bentuk peningkatan secara kuantitas maupun tingkat kekerasannya. Fokus kajian dalam tulisan ini diarahkan pada analisis tentang anatomi konflik antara korporasi dengan komunitas lokal dengan studi kasus pada industri geotermal di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Fokus tentang konflik antara korporasi dan komunitas lokal masih jarang dilakukan. Konflik antara korporasi-komunitas lokal terjadi bukan untuk saling menghancurkan tetapi untuk ‘memenangkan’ kepentingan terutama kepentingan ekonomi komunitas terhadap korporasi (Prayogo dalam Achwan dkk, 2004) Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana dinamika konflik antara korporasi dengan komunitas lokal pada kasus industri geotermal di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung. Kemudian, melihat bagaimana kompleksitas 14 dalam dimensi sebab konflik bekerja, apakah dimensi ini hanya ditandai oleh adanya variabel ketimpangan, eksploitasi, dominasi, perubahan politik dan pemberdayaan masyarakat atau adakah variabel lain yang mendorong terjadinya konflik, serta bagaimana hubungan antar variabel nya. Dan tujuan terakhir adalah melihat apakah resolusi konflik cenderung mengacu pada model perubahan dari kontrak sosial ‘lama’ menjadi kontrak sosial ‘baru’ dan melalui mekanisme ‘paksaan’ menjadi ‘konsensus’, atau adakah bentuk dan model resolusi lain, dan mengidentifikasi peran masingmasing sektor dalam menciptakan resolusi konflik yang berkelanjutan. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan deduktif-kualitatif karena mengingat konflik adalah hal yang sensitif. Penggunaan metode ini dapat dibenarkan selama operasionalisasinya konsisten dengan prinsip-prinsip paradigmanya (Denzin & Lincoln, 2000). Data dikumpulkan melalui FGD, survey, dan pengumpulan data sekunder. Sampel ditentukan secara purposif dan dengan menggunakan teknik snowball. Secara konseptual, anatomi konflik memang dapat dipetakan. Namun bekerjanya variabel-variabel konflik berlangsung dalam proses yang kompleks. Dari dinamika konflik, hal yang perlu diperhatikan adalah intensitas konflik. Pada dimensi sebab konflik, variabel yang sangat penting diperhatikan adalah ketimpangan. Dari dimensi resolusi, variabel yang perlu di perhatikan adalah justice, equality, dan social contract. Dalam penelitian ini, dengan melihat tingkat kerusakan fisik, maka konflik pada industri geotermal di lokasi penelitian dapat didefinisikan tergolong ‘sedang’. Terdapat kecenderungan pada industri ekstraktif, konflik sangat rentan terjadi antara korporasi denga komunitas lokal, sementara pada manufaktur antara korporasi dan pekerja, pada bidang jasa antara korporasi dan konsumen. Pengukuran pada dimensi sebab konflik dilakukan dengan menggunakan skala kuantitatif. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, elemen ekonomi berperan sebagai prima causa dari munculnya konflik. Pada dimensi resolusi konflik, dari data hasil penelitian lapang di Pangalengan, dapat dipetakan tiga institusi penting yang terlibat langsung antara lain: korporasi, pemerintah dan komunitas lokal. Proses resolusi yang perlu dikembangkan adalah melalui kontrak sosial dan dengan prinsip yang menekankan pada justice dan equality. Tingkat pertama direpresentasikan oleh konsep filantrofi. Tingkat kedua adalah share of profit, pada tingkat ini peran CSR merupakan salah satu perwujudan nya. Tingkat ketiga adalah share of production cost, yaitu korporasi memasukkan biaya untuk equality bagi komunitas lokal kedalam biaya produksi. Tingkat keempat adalah share of ownership atau equity, keadilan sudah diaplikasikan melalui penegasan hak komunitas sebagai salah satu pemilik saham. Dalam tahap resolusi ini, pemerintah harus mampu berperan sebagai juri yang netral dan otonom. Analisis Pustaka Dalam tulisan ini telah terdapat pendefinisian konflik pada tempat penelitian dan aktor-aktor yang terlibat. Penjelasnan tentang konflik yang terjadi memang tidak dipaparkan secara langsung. Penulis langsung menyatakan variabel apa yang merupakan sebab terjadinya konflik di lokasi penelitian. Penulis juga membahas 15 konflik secara bertahap dimulai dari menjelaskan dinamika konflik, sebab konflik, hingga resolusi konflik. Ketiga tahap tersebut dikelompokkan lengkap dengan aktoraktor yang terlibat. Keterlibatan aktor juga diukur dan dideskripsikan dengan jelas. Dalam penelitian ini, penulis juga memberikan rekomendasi langkah resolusi kontrak sosial yang dapat diambil oleh masing-masing aktor. Selain itu, penulis juga memberi rekomendasi operasionalisasi konsep keadilan dan pemerataan yang mengarah pada prinsip keadilan dan pemerataan. Tabel 5.Matriks Keterangan Dimensi, Variabel, dan ukuran dalam Pustaka 5 Dimensi Sebab Dinamika Resolusi Variabel 1. 2. 3. 4. 5. 6. 1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3. Perubahan politik Ketimpangan Tingkat eksploitasi Tingkat dominasi Tingkat pemberdayaan Peran negara Tingkat fluktuasi Intensitas Eskalasi dan bentuk Peran aktor dan lembaga Peran negara Model sosial kontrak lama Model sosial kontrak baru Peran negara Ukuran Sangat signifikan, Tidak signifikasn Tinggi, Sedang, Rendah Relevan, tidak relevan. Kerangka Berpikir Anatomi Konflik Antara Korporasi Dan Komunitas Lokal Pada Industri Geotermal Di Jawa Barat X1 Dinamika konflik 1. 2. 3. 4. 5. 6. 1. 2. 3. 4. Perubahan politik Tingkat Ketimpangan Tingkat eksploitasi Tingkat dominasi Tingkat pemberdayaan Tingkat Peran negara X2 Sebab konflik: Tingkat fluktuasi Intensitas Eskalasi dan bentuk Peran aktor dan lembaga Peran negara Y Resolusi konflik 1. Model sosial kontrak lama 2. Model sosial kontrak baru 3. Tingkat Peran negara 16 6. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Judul Buku Nama Jurnal Volume (Edisi):Hal Alamaturl/Doi Tanggal Diunduh : Implementasi CSR terhadap Kesejahteraan Hidup Masyarakat : 2009 : Jurnal : Elektronik : Andi Mapisangka : : : JESP : Vol 1, No 1 (2009) : 39-47 : http://fe.um.ac.id/wpcontent/uploads/2010/03/ANDI_M-CSR.pdf : 5 Maret 2015 Ringkasan Pustaka Secara implementatif, perkembangan CSR di Indonesia masih membutuhkan banyak perhatian bagi semua pihak, baik pemerintah, masyarakat luas dan perusahaan. Di antara ribuan perusahaan yang ada, diindikasikan belum semua perusahaan benar-benar menerapkan konsep CSR dalam kegiatan perusahaannya. CSR masih merupakan bagian lain dari manejemen perusahaan, sehingga keberadaannya dianggap tidak memberikan kontribusi positif terhadap kelangsungan perusahaan. Lebih jauh lagi dalam lingkungan bisnis perusahaan, masyarakat di sekitar perusahaan pada dasarnya merupakan pihak yang perlu mendapatkan apresiasi. Apresiasi ini dapat diwujudkan dalam bentuk peningkatan kesejahteraan hidup mereka melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh kegiatan CSR perusahaan. Hal ini karena perusahaan dan masyarakat pada dasarnya merupakan kesatuan elemen yang dapat menjaga keberlangsungan perusahaan itu sendiri. Penelitian ini bertujuan melihat bagaimana dampak implementasi program CSR sebuah perusahaan terhadap kesejahteraan masyarakat. Metode penelitian yang akan digunakan adalah deskriptif dan analitik dengan pen-dekatan cross sectional. Dalam pembahasannya metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dan analitik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Implementasi program CSR diarahkan pada tercapainya peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat. Sejak awal berdiri, komitmen PT. BIC Batam dalam menjaga keseimbangan dan keharmonisan hubungan dengan masyarakat sangat kuat. Hal ini dibuktikan dengan serangkaian kegiatan sosial kemasyarakatan yang dicanangkan perusahaan mendapatkan apresiasi yang positif dari masyarakat. Variabel-variabel seperti corporate so-cial responsibility goal, corporate social issue dan corporate relation program secara signifikan memiliki pengaruh positif terhadap peningkatan kesejahtera-an hidup masyarakat. Diantara variabel-variabel tersebut, vari-abel corporate relation program memi-liki pengaruh yang paling besar dalam mempengaruhi peningkatan kesejahte-raan hidup masyarakat di lingkungan kawasan industri Batamindo, Batam. 17 Analisis Pustaka Penelitian yang dilakukan penulis terhadap praktek CSR sebuah perusahaan ini tidak begitu jelas dicantumkan dalam jurnal. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan CSR perusahaan tersebut juga tidak dijelaskan dan hanya disebutkan dalam beberapa bidang yang sepertinya mengarah pada bentuk kegiatan charity. Akan tetapi, penulis berulang-ulang menyebutkan bahwa praktik CSR yang dilakukan perusahaan ini sudah baik. Tidak terlihat konsistensi antara penilaian ‘apa yang telah dilakukan oleh PT. BIC telah menggambarkan keberhasilan dalam pelaksanaan CSR perusahaan’ yang disebutkan penulis dengan beberapa saran yang diajukan, seperti penilaian bahwa praktek CSR perusahaan ini ternyata masih kurang partisipatif, kemudian masih berskala charity, serta masih perlu memperhatikan unsur lokalitas. Tabel 6.Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel, dan Pengukuran dalam Pustaka 6 Variabel Sub Variabel Corporate social reponsibility (Tidak disebutkan) Corporate social issue (Tidak disebutkan) Corporate relation program (Tidak disebutkan) Kesejahteraan 1. Intenistas pemberian hidup santunan terhadap masyarakat fakir miskin 2. Intensitas Pembinaan sosial kemasyarakatan Pengukuran Apabila terjadi kenaikan dalam variabel CSR goalsebesar 1 persen dan variabel lain dianggap konstan, maka kesejahteraan hidup masyarakat akan meningkat secara rata-rata sebesar 0,280 persen Apabila terjadi kenaikan dalam variabel corporate social issue sebesar 1 persen dan variabel lain dianggap konstan, maka kesejahteraan hidup masyarakat akan meningkat secara rata-rata sebesar 0,179 persen Apabila terjadi kenaikan dalam variabel corporate relation programsebesar 1 persen dan variabel lain dianggap konstan, maka kesejahteraan hidup masyarakat akan meningkat secara rata-rata sebesar 0,499 persen 18 Kerangka Berpikir Implementasi CSR terhadap Kesejahteraan Hidup Masyarakat (X1) Capaian Corporate Social Responsibility goal (X2) Tingkat Corporate Social issue Y Peningkatan Kesejahteraan Hidup Masyarakat (Program –program kegiatan secara periode dan kontinyu) (X3) Tingkatan Corporate relation program 7. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Judul Buku Nama Jurnal Volume (Edisi):Hal Alamaturl/Doi Tanggal Diunduh : KONFLIK AGRARIA DALAM RELASI ANTARA PERUSAHAAN PERKEBUNAN DENGAN MASYARAKAT (KASUS KONFLIK ANTARA PETANI DENGAN PT.PP LONSUM DI KABUPATEN BULUKUMBA) : 2009 : Jurnal : Elektronik : Musdalifah : : : Disertasi : : http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/f37a36b6ee43f77 056c67e2905ac9798.pdf : 25 Maret 2015 Ringkasan Pustaka Latar belakang dari penelitian ini adalah terdapatnya konflik antara masyarakat tani dan PT. PP Lonsum, yang memiliki areal perkebunan di Kabupaten Bulukumba. Konflik yang terjadi berkembang dari konflik yang cenderung tertutup (laten), kemudian mencuat dan selanjutnya menjadi konflik manifest akibat tindakan agresif pihak perusahaan yang mendorong terjadinya tindakan perlawanan yang didasari oleh pertimbangan moralitas melalui protes, perlawanan, bahkan revolusi 19 petani sebagai suatu tindakan defensif melawan kapitalisme yang mengancam keamanan subsistensi masyarakat, dan pertimbangan rasionalitas melalui kesepakatan melakukan perlawanan yang dinilai sebagai cara yang efektif dan eifsien dalam menuntut hakhak mereka. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan mengidentifikasi relasi antar aktor yang terlibat dalam konflik pada level makro dan mikro, dampak positif dan negatif keberadaan perkebunan dari segi ekonomi bagi masyarakat, dialektika konflik yang terjadi serta bentuk-bentuk resolusi konflik yang ditempuh PT. Lonsum dan masyarakat tani. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatitf dengan metode analisis data kualitatif berdasarkan kata-kata yang disusun ke dalam bentuk teks yang diperluas. Penelitian ini juga dilakukan dengan menggunakan data primer dan sekunder yang didapat dari beberapa pihak serti BPS, Dinas Perkebunan, Dinas Pariwisata dan Seni Budaya, serta kantor PP PT. Lonsum. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dengan panduan pertanyaan, dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konflik antara masyarakat dan perkebunan telah terjadi sejak adanya HGU yang diberikan pemerintah kepada perusahaan. Mesikipun pada awalnya, konflik yang terjadi masih laten dan meningkat seiring waktu. Relasi antara pemerintah, perusahaan dan masyarakat digambarkan sebagai hubungan keterikatan antara kepentingan pemerintah terhadap keberadaan perusahaan perkebunan PT. Lonsum, kekuasaan pemerintah sebagai penentu kebijakan, serta hak guna usaha yang dimiliki PT. Lonsum dan hak masyarakat yang merupakan warisan nenek moyang. Berbagai ikhtiar rekonsiliasi yang telah dilakukan dijadikan modal dalam mewujudkan penyelesaian konflik secara menyeluruh dan permanen sebagai wujud bentuk resolusi konflik yakni melalui konsultasi publik, negosiasi, mediasi dan arbitrasi. Analisis Pustaka Tulisan ini dengan jelas membahas seluruh tujuan penelitian dengan melihat relasi antar aktor yang terlibat dalam konflik, dengan terlebih dahulu menelusuri sejarah konflik. Selanjutnya tulisan ini juga memuat dialiktika konflik yang terjadi antar aktor, sehingga pembaca dapat memahami bagaimana hubungan dan konflik yang terjadi antara pemerintah, masyarakat , PT. Lonsum dan pihak keamanan. Namun dalam tulisan ini juga terdapat kekurangan kutipan kualitatif yang merupakan ciri khas penelitian kualitatif. tidak ada satupun kutipan kualitatif yang dimasukkan dalam penulisan sebagai hasil dari wawancara mendalam. Penggunaan teori konflik sebagai acuan penggolongan tahapan konflik terlihat seperti teori Fisher (2001), akan tetapi penulis mencantumkan sumber kutipan yang berbeda. Tabel 7. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel, dan Sumber data dalam Pustaka 7 20 Variabel Relasi aktor antar Dampak positif keberadaan perkebunan Dampak negatif keberadaan perkebunan Intensitas konflik Sub Variabel Sumber data 1. Relasi antar perusahaan dan masyarakat 2. Relasi antar perusahaan dan pemerintah 3. Relasi antar perusahaan dan LSM 4. Relasi antar perusahaan dan pihak keamanan 1. Dampak ekonomi 2. Dampak sosial Data primer sekunder. dan Data primer sekunder. dan 1. Dampak ekonomi 2. Dampak sosial Data primer sekunder. dan 1. Wujud konflik 2. Arah konflik Data primer sekunder. dan Kerangka Pemikiran KONFLIK AGRARIA DALAM RELASI ANTARA PERUSAHAAN PERKEBUNAN DENGAN MASYARAKAT (KASUS KONFLIK ANTARA PETANI DENGAN PT.PP LONSUM DI KABUPATEN BULUKUMBA) X Intensitas konflik 1. Wujud konflik a. Laten b. Mencuat c. manifest 2. Arah konflik a. Vertikal b. Horizontal 1. 2. 3. 4. Y1 Relasi antar aktor Relasi antar perusahaan dan masyarakat Relasi antar perusahaan dan pemerintah Relasi antar perusahaan dan LSM Relasi antar perusahaan dan pihak keamanan. Y2 Dampak positif dan negatif keberadaan perkebunan 1. Dampak ekonomi 2. Dampak sosial 21 8. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Judul Buku Nama Jurnal Volume (Edisi):Hal Alamaturl/Doi Tanggal Diunduh : KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI BURUH PERKEBUNAN KALITENGAH TAHUN 1982-2010 : 2013 : Jurnal : Elektronik : Nurma Tisa Meladipa, Sumarjono, Kayan Swastika : : : Pancaran : Vol 2, No 3 (2013) : 153-164 : http://jurnal.unej.ac.id/index.php/pancaran/article/downl oad/711/529 : 5 Maret 2015 Ringkasan Pustaka Latar belakang penelitian ini adalah adanya fenomena yang secara empirik menarik di Perkebunan Kalitengah, dengan adanya sistem patron-client. Mayoritas buruh Perkebunan Kalitengah merupakan buruh yang secara turun-temurun bekerja di Perkebunan Kalitengah. Padahal dilihat dari segi kesejahteraan buruh masih rendah. Bentuk relasi patron klient adalah warisan penjajahan belanda sejak zaman pembukaan perkebunan besar-besaran dengan adanya Agrarische Wet (Undangundang Agraria) tahun 1870, yang memungkinkan investor asing menanam modal di Indonesia (Nagazumi,1988:17). Penelitian ini bertujuan untuk memahami latar belakang buruh bertahan di Perkebunan Kalitengah. Sedangkan secara teoritik, kajian-kajian terdahulu tentang perkebunan hanya membahas aspek ekonomi, tanah, dan kebijakan pemerintah. Secara lebih spesifik penelitian diarahkan untuk mencari jawaban mengenai 1) bagaimana usaha pihak perkebunan mengelola sumber daya sosial-ekonomi Perkebunan Kalitengah; 2) mengapa buruh Perkebunan Kalitengah tetap bertahan di Perkebunan Kalitengah; dan 3) bagaimanakah struktur sosial-ekonomi buruh Perkebunan Kalitengah. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah (historical method) dengan teori fungsional struktural, serta dengan mewawancarai informan kunci, yang dipilih berdasarkan lama masa bekerja di perkebunan. Hal ini untuk melihat hubungan antara pihak perkebunan dan buruh di Perkebunan Kalitengah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur sosial-ekonomi buruh di Perkebunan Kalitengah menunjukkan buruh berada pada struktur sosial paling bawah dalam hierarki masyarakat Perkebunan Kalitengah. Hal ini dikarenakan buruh berposisi sebagai orang yang menerima perintah untuk melakukan tugas dan fungsinya sesuai arahan pimpinan. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi buruh tetap bertahan di Perkebunan Kalitengah. Yaitu: Faktor intern ialah adanya kemudahan menjadi buruh di Perkebunan Kalitengah, sehingga ada penilaian bahwa pekerjaan buruh adalah pilihan realistis dibanding pekerjaan lain yang memerlukan 22 syarat yang rumit. Selain itu, ada keinginan membalas budi kepada perkebunan yang telah memberikan bantuan baik berupa pekerjaan maupun finansial sehingga buruh bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan faktor ekstern yakni adanya fasilitas dan tunjangan yang diberikan pihak perkebunan. Fasilitas rumah dinas, ijin penanaman tanaman perkebunan di lahan perkebunan secara gratis, dan adanya tunjangan hari tua yang diberikan pihak perkebunan membuat buruh merasa nyaman dan aman, sehingga mereka tidak beralih pada profesi lain. Analisis Pustaka Tulisan ini telah merupakan suatu penelitian yang bersifat kualitatifdeskriptif. Tulisan ini bermaksud mengemukakan pola-pola kehidupan sosial buruh perkebunan di perkebunan Kalitengah. Dalam penelitian ini ditemukan hal-hal yang menjadi alasan mengapa buruh perkebunan tetap bertahan menjalani profesinya sebagai buruh perkebunan, padahal hidup mereka sebagai buruh belum dapat dikatakan sejahtera. penelitian ini menekankan pada aspek modal sosial yang terbentuk antara buruh dan perusahaan, yang terlihat dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa peran perusahaan yang mencoba menunjang kehidupan buruh telah membuat para buruh betah bekerja di perkebunan. Fenomena patron-clientyang berlangsung lintas generasi juga menunjukkan adanya modal sosial yang terbentuk antara buruh dan perusahaan. Meskipun upah yang diberikan perusahaan tidak mencapai UMR bagi para buruh, tetapi, fasilitas dan kenyamanan yang muncul akibat relasi patron-client antara buruh dan perusahaan perkebunan membuat para buruh tidak beralih. Dalam hal ini perusahaan telah terlihat berhasil menerapkan aktivitas CSR internal bagi stakeholdernya (dalam hal ini para buruh perkebunan), terlepas dari pada level apakah CSR yang diberikan perusahan terhadap para buruh ini. Tabel 8. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel, dan Fakta pendukung dalam Pustaka 8 Variabel Tingkat pendapatan Tingkat pemberian fasilitas Sub Variabel Tingkat sosial - Fakta Pendukung pelapisan Adanya perbedaan pendapatan antara kategori pekerjaan tertentu di perkebunan 1.penyediaan fasilitas gedung di perkebunan. 2. Penyediaan listrik bagi buruh 3. pemberian izin tanam tanaman sela 4.pemberian tunjangan hari tua dan asuransi keselamatan 23 Kerangka Pemikiran KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI BURUH PERKEBUNAN KALITENGAH TAHUN 1982-2010 X1 Tingkat pendapatan X2 Tingkat pemberian fasilitas 1. penyediaan fasilitas gedung di perkebunan. 2. Penyediaan listrik bagi buruh 3. pemberian izin tanam tanaman sela 4.pemberian tunjangan hari tua dan asuransi keselamatan 9. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Judul Buku Nama Jurnal Volume (Edisi):Hal Alamaturl/Doi Tanggal Diunduh Y Relasi patron-client turun-temurun : DAMPAK INDUSTRI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PADA PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT DESA RUHUI RAHAYU KECAMATAN TANJUNG PALAS UTARA KABUPATEN BULUNGAN : 2014 : Jurnal : Elektronik : Sidiq Baehaqi : : : Jurnal Sosiologi : Vol 2, No 4 (2014) : 39-50 : http://ejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wpcontent/uploads/2014/11/JURNAL%20%20SIDIQ%20 BAEHAQI%20%2811-18-14-03-19-06%29.doc : 5 Maret 2015 Ringkasan Pustaka Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masuknya Industri perkebunan kelapa sawit di Desa Ruhui Rahayu memberikan banyak perubahan, terutama pada percepatan pembangunan di desa ruhui rahayu. Selain memberikan dampak yang positif terhadap percepatan pembangunan, masuknya sektor industri di desa ini juga 24 memberikan dampak yang negatif, yaitu perubahan sistem kerja sama masyarakat, tingginya tingkat persaingan dan konflik dalam masyarakat. Peneltian ini bertujuan untuk mengetahui dampak industri perkebunan kelapa sawit terhadap perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat Desa Ruhui Rahayu Kecamatan Tanjung Palas Utara Kabupaten Bulungan dan mengetahui sejauh mana bentuk-bentuk perubahan sosial sebelum dan sesudah masuknya industri perkebunan kelapa sawit. Penelitian ini dilakukan dengan langkah penelitian kualitatif deskriptif, populasi yang diambil adalah masyarakat Desa Ruhui Rahayu kabupaten Bulungan Kalimantan Utara. Sampel dalam penelitian ini diambil 40 sampel secara random sampling dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan pengumpulan data sekunder. Dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti, dapat diambil garis besar bahwasanya masuknya industri di Desa Ruhui Rahayu memang memberikan perubahan yang besar dalam masyarakat, terutama dalam sektor pertanian. Dari data yang ada hampir 50% dari penduduk yang dahulu bekerja sebagai petani sekarang beralih menjadi buruh pabrik dan perkebunan. Dalam sistem kerjasama orientasi kerja masyarakat yang mulai berubah dari sistem gotong royong ke sistem kerja sama masyarakat yang berorientasi pada materi, hal ini disebabkan oleh sibuknya masyarakat yang bekerja di perusahaan. Jadi masuknya sektor industri di desa ini juga sangat berpengaruh pada perubahan kerja sama masyarakat. Masuknya industri kelapa sawit di desa ruhui rahayu juga mempengaruhi bentuk persaingan yang ada di Desa tersebut. Persaingan tidak hanya terjadi pada masyarakat lokal dengan pendatang dalam memperebutkan posisi dalam pekerjaan, tetapi juga terjadi persaingan pada masyarakat lokal. Persaingan yang dominan terjadi pada sistem mata pencaharian, misalnya persaingan dalam mendapatkan posisi jabatan di perusahaan, dan persaingan dalam sektor usaha. Namun persaingan yang tejadi terjadi di desa ini masih dalam batas yang wajar. Konflik sosial juga terjadi akibat keberadaan industri perkebunan di desa ini. konflik justru terjadi karena adanya program CSR yang dilakukan oleh perusahaan. Ketimpangan akses terhadap program yang diselenggarakan Comdev PT. Sanggam kahuripan Indonesia, membuat timbulnya kecemburuan sosial antar warga sehingga timbullkah aksi-aksi berupa , penutupan akses jalan dari Desa Ruhui rahayu ke Desa Salim batu, penikaman terhadap warga, hingga aksi penyerangan pada masyarakat. Analisis Pustaka Tulisan ini merupakan hasil penelitian atas dampak keberadaan industri perkebunan kelapa sawit terhadap masyarakat sekitarnya. Hasil penelitian menunjukkan terjadi perubahan yang signifikan setelah perkebunan sawit hadir ditengah-tengah masyarakat. Dalam tulisan ini secara keseluruhan, terlihat bahwa kehadiran perkebunan membawa dampak yang negatif terhadap masyarakat. Dalam tulisan ini juga telah dituliskan perbandingan situasi sosial sebelum dan sesudah hadirnya perkebunan ketengah-tengah masyarakat, Tulisan ini merupakan fakta empiris yang menunjukkan apabila CSR dan program Comdev suatu perusahaan tidak dilaksanakan dengan benar, justru dapat 25 mencetuskan konflik baru dalam masyarakat. Terlihat dengan adanya program Comdev, justru malah menciptakan kesenjangan baru di masyarakat yang berujung pada lahirnya konflik horizontal. Keberadaan perkebunan sendiri terlihat tidak sertamerta mendatangkan keuntungan bagi seluruh stakeholder yang berkaitan, tetapi juga menimbulkan perubahan sosial dan kesenjangan-kesenjangan baru dalam masyarakat. Tabel 9. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel, dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 9 Variabel Sub Variabel Tingkat kerjasama antar anggota masyarakat Tingkat persaingan antar anggota masyarakat Fakta Pendukung Perubahan dari sistem gotong-royong dalam masyarakat menjadi orientasi materi. Bentuk persaingan sebelum masuknya industri antara lain : 1. Persaingan dalam perluasan kepemilikan lahan 2. Persaingan dalam kualitas hasil pertanian 3. Persaingan hasil jual komoditas pertanian. Setelah masuknya industri dalam masyarakat, bentuk persaingan masyarakat mulai banyak mengalami perubahan, antara lain : 1. Persaingan dalam memperoleh pekerjaan di perusahaan 2. Persaingan dalam bidang usaha Tingkat pendapatan Mata pencaharian Intensitas konflik sosial Arah konflik terjadinya Adanya konflik vertikal dan horizontal 26 Kerangka Pemikiran DAMPAK INDUSTRI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PADA PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT DESA RUHUI RAHAYU KECAMATAN TANJUNG PALAS UTARA KABUPATEN BULUNGAN X Masuknya Industri Perkebunan Kelapa Sawit 1. Tingkat persaingan antar anggota masyarakat 2. Tingkat kerjasama antar anggota masyarakat 3. Tingkat pendapatan 4. Intensitas konflik sosial 10. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Judul Buku Nama Jurnal Volume (Edisi):Hal Alamaturl/Doi Tanggal Diunduh Y Perubahan sosial di masyarakat 1. Perubahan dari sistem gotongroyong dalam masyarakat menjadi orientasi materi. 2. Perubahan bentuk persaingan dalam perekonomian 3. Munculnya konflik : Manakala Konflik Berkepanjangan Harus Diselesaikan: Kasus Konflik Perkebunan Kejatek, Jember : 2009 : Jurnal : Elektronik : Tri Chandra Aprianto : : : Jurnal Ilmu Sosial dan Politik : Vol 13, No 1 (2009) : 71-90 : http://jurnalsospol.fisipol.ugm.ac.id/index.php/jsp/articl e/view/67 : 22 April 2015 Ringkasan Pustaka Tulisan ini dilatarbelakangi oleh adanya konflik klaim penguasaan dan pemilikan hak atas lahan antara masyarakat dengan perkebunan di Kejatek, Jember. Tulisan ini dipublikasikan, kampung perkebunan ini dikuasai oleh Perusahaan Perkebunan Daerah (PDP) milik Pemerintah Kabupaten Jember. Sementara itu masyarakat yang tinggal di sekitar wilayah tersebut sebagai petani dan menunggu kejelasan dan penyelesaian konflik hak atas tanahnya. Persoalan penataan dan pengelolaan sumber agraria yang tidak sesuai dengan daya dukung masyarakat dan lingkungan sekitarnya akan melahirkan konflik pada wilayah hidup. Tulisan ini membahas persoalan perebutan klaim atas wilayah hidup di kampung perkebunan ini. 27 Sekaligus perebutan klaim tersebut telah menghancurkan modal sosial yang telah terbangun sebelumnya. Bentuk tulisan ini menyajikan deskripsi dinamika konflik yang melintas disetiap orde kuasa, sekaligus memberi jawaban atas pertanyaan bagaimana proses penyelesaiannya, mengingat telah merentang dalam sejarah yang panjang. Pihak yang sedang bertikai dihadirkan langsung saling berargumentasi dan difasilitasi oleh pemerintah, yang dalam kasus ini diwakili oleh Kepala Desa setempat. Pada titik ini sebenarnya, dinamika tata kelola masyarakat merupakan salah satu langkah awal dari penyelesaian konflik yang berkepanjangan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder berupa surat-surat dan dokumen lama, yang membuktikan adanya pengalihan hak lahan perkebunan Kejatek dari pemilik terdahulu pascapenjajahan kepada masyarakat sekitar, lalu kepemilikan ini dipertanyakan lagi bahkan terjadi perebutan lahan antara masyarakat dan pemerintah hingga terdapat masyarakat yang dipenjarakan. Penelitian menunjukkan bahwa hukum atas kepemilikan lahan menjadi tidak jelas karena adanya ketidakjelasan regulasi yang berlaku pascapenjajahan, hingga pada orde baru. Ketidakjelasan regulasi kepemilikan lahan ini kemudian menimbulkan konflik antara masyarakat yang merasa telah menanami lahan dengan negara. Analisis Pustaka Tulisan tentang konflik perkebunan ini terlihat kurang sistematis. Didalamnya tidak tercantum tujuan penelitian, dan metode yang digunakan. Penulis langsung menuliskan hasil penelitiannya seperti bercerita tentang sejarah konflik yang terjadi di perkebunan Kejatek, Jember. Hal ini sedikit menyulitkan pembaca untuk memahami kerangka berfikir yang digunakan oleh penulis. Selain itu, bahasa tulis yang digunakan terkadang tidak mengikuti pola penulisan Bahasa Indonesia yang benar. Variabel yang dilihat oleh penulis juga tidak terlalu jelas. Penulis hanya menceritakan rangkaian kejadian kepemilikan lahan dan konflik yang terjadi di perkebunan tersebut. Akan tetapi penulisan jurnal ini menarik karena menyertakan dokumen-dokumen terdahulu yang melegitimasi bahwa memang terjadi konflik penguasaan lahan diperkebunan tersebut. Aktor yang terlibat dalam konflik adalah masyarakat, yang merupakan warga yang tinggal di kampung sekitar areal perkebunan, dengan pengusaha (pra orde baru) dan dengan pemerintah (orde baru). Tabel 10. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel, dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 10 Variabel Kepemilikan lahan Relasi konflik Sub Variabel - aktor - Fakta Pendukung Adanya kepemilikan lahan yang menjadi perhatian penulis dalam menganalisis konflik Dalam tulisan disebutkan siapa saja yang berusaha mengklaim lahan perkebunan 28 Hukum yang melandasi Dalam tulisan, penulis melihat hukum apa yang dipakai oleh negara pada masa terjadinya konflik tersebut. Bagaimana regulasi yang melegitimasi kepemilikan tanah. Kerangka Pemikiran Manakala Konflik Berkepanjangan Harus Diselesaikan: Kasus Konflik Perkebunan Kejatek, Jember. X1 Kepemilikan lahan X2 Relasi aktor yang terlibat Y Konflik kepemilikan lahan perkebunan X3 Regulasi kepemilikan lahan 11. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Judul Buku Nama Jurnal Volume (Edisi):Hal Alamaturl/Doi Tanggal Diunduh : PENGUKURAN INTENSITAS KONFLIK DALAM MASYARKAT MAJEMUK : 2005 : Jurnal : Elektronik : Usman Pelly : : : Jurnal Antropologi Sosial Budaya ETNOVISI : Vol 1, No 2 (Oktober) : 53-56 : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15277/1 /etv-okt2005-1.pdf : 27 April 2015 Ringkasan Pustaka Penelitian yang dilakukan oleh penulis dilatarbelakangi adanya masyarakat yang majemuk. Kemajemukan dalam masyarakat tersebut baik secara horizontal maupun vertikal menyebabkan masyarakat majemuk seperti Indonesia memiliki 29 potensi konflik. Tulisan ini memberikan panduan bagaimana mengukur intensitas konflik, yang berguna bagi pengambil kebijakan dalam proses-proses penciptaan keserasian sosial dalam lingkungan masyarakat majemuk. Metode yang digunakan dalam penulisan pustaka ini adalah dengan melakukan tinjauan pustaka yang memuat teori-teori terdahulu tentang konflik yang bermula dari kemajemukan secara vertikal maupun secara horizintal. Tujuan penelitian ini adalah untuk merumuskan pengukuran intensitas konflik yang terjadi. Hasil penelitian yang dilakukan adalah berupa fungsi pengukuran intensitas potensi konflik. Secara praktis cara pengukuran ini setidaknya akan memudahkan kita dalam: (1) merekrut tokoh/kader lokal untuk memimpin berbagai kelompok, dan (2) membuat program dan perencanaan usaha-usaha pencegahan konflik dan pembinaan ke arah keserasian sosial. Usaha ke arah perbaikan kehidupan fisik dan nonfisik seperti: perbaikan pemukiman, kesempatan untuk mendapatkan pendidikan, lapangan kerja, akan sangat bermanfaat untuk mengurangi intensitas konflik faktor-faktor vertikal. Dengan demikian, pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya serta peningkatan kualitas kehidupan demokratisasi akan memperkecil intensitas potensi konflik dan masyarakat majemuk. Dalam keadaan itu pula usaha-usaha kerjasama akan lebih berfungsi ke arah keserasian sosial. Analisis Pustaka Dalam pustaka ini, digambarkan secara padat tentang pengukuran intensitas konflik. Terdapat dua faktor besar yang dirumuskan yaitu adanya faktor vertikal dan faktor horizintal. Kemajemukan akan menjurus ke arah konflik yang sangat potensial apabila faktor kemajemukan horizontal bersatu dengan faktor kemajemukan vertikal. Dengan kata lain, apabila suatu kelompok etnis tertentu tidak hanya dibedakan dengan kelompok etnis lainnya karena faktor-faktor “ascribed” lainnya seperti bahasa daerah, agama, dan lain-lain, tetapi juga karena perbedaan faktor “achievement” seperti ekonomi, pemukiman dan kedudukan politis, maka intensitas konflik akan dapat menjurus kepada suasana permusuhan. Sebaliknya, apabila kemajemukan faktorfaktor horizontal tidak diperkuat oleh faktor-faktor vertikal, maka intensitas konflik sangat kecil dan mudah untuk dijuruskan kepada persesuaian atau harmoni. Kelemahan pustaka ini adalah tidak mencantumkan tujuan serta metode penelitian dengan jelas. Akan tetapi, penulisannya yang ringkas dan jelas membuat pembaca menjadi mudah memahami maksud utama dari penelitian yang dilakukan oleh penulis. Tabel 11. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel, dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 11 Variabel Faktor Horizontal Sub Variabel Fakta Pendukung a. Etnis b. Bahasa daerah c. Adat-istiadat/perilaku Faktor kemajemukan horizontal merupakan faktor-faktor yang diterima seseorang sebagai warisan (ascribed-factors). 30 Faktor Vertikal d. Agama, dan e.Pakaian/makanan (budaya material) a.Penghasilan (income) b. Pendidikan c. Pemukiman d. Pekerjaan, dan e. Kedudukan Politis Faktor-faktor kemajemukan vertikal lebih banyak diperolehnya dari usahanya sendiri (achievement-factors). Kerangka Pemikiran PENGUKURAN INTENSITAS KONFLIK DALAM MASYARKAT MAJEMUK X1 Faktor horizontal Y Intensitas konflik X2 Faktor vertikal BAB III RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN Definisi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) Tanggung jawab sosial perusahaan merupakan salah satu isu penting dalam bisnis korporasi. Tanggung jawab sosial korporat pada era tahun 1970an dan 1980an pada dasarnya tidak begitu peduli terhadap sebagian besar komuniti di sekitar wilayah korporat, terutama komunitas lokal yang pola hidupnya sangat berbeda dengan komunitas korporat (Budimanta, dkk, 2004). Untuk itu pemerintah kemudian membuat suatu regulasi yang mengharuskan setiap korporasi di Indonesia memiliki tanggung jawab sosial perusahaan. Tanggung jawab sosial perusahaan merupakan suatu konsep yang berlaku secara global. Menurut Prayogo (2012) korporasi memiliki tanggung jawab sosial selain tanggung jawab bisnis dan legal. Pemerintah Indonesia telah memformulasikan kebijakan tentang CSR dalam UU nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan, khususnya pada pasal 74 menegaskan bahwa suatu korporasi atau perusahaan berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Apabila tanggung jawab ini tidak dilaksanakan maka korporasi dapat dikenai sanksi sesuai yang tertera pada undang-undang tersebut. Akan tetapi pada prakteknya masih banyak perusahaan yang kemudian menanggapi regulasi ini dengan melaksanakan tanggung jawab sosial yang seadanya dan sarat dengan aksi kedermawanan (charity) yang merupakan tingkatan terendah dalam pelaksanaan CSR menurut Zaidi (2003). Secara tegas, CSR juga telah diatur dalam sistem hukum di Indonesia dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Akan tetapi masih terdapat perbedaan definisi dalam kedua produk hukum tersebut, diskriminasi bagi perusahaan tertentu yang terkena kewajiban untuk melaksanakan CSR, serta banyaknya peraturan perundang-undangan yang ada terkait dengan ruang lingkup dan isu-isu CSR. hal ini terkadang menjadi cela dalam pelaksanaan CSR secara tidak maksimal (Fajar, 2009). Menurut Wibisono (2007) CSR dapat didefinisikan sebagai tanggung jawab perusahaan kepada para pemangku kepentingan untuk berlaku etis, meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif yang mencakup aspek ekonomi sosial dan lingkungan (triple bottom line) dalam rangka mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Sementara Poerwanto (2010) berpendapat bahwa tanggung jawab sosial perusahaan dapat dipahami sebagai kebijakan-kebijakan dan tindakan-tindakan perusahaan dalam berinteraksi dengan lingkungannya yang didasarkan pada etika. Konsep Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) dan Pengembangan Masyarakat Tanggung jawab sosial perusahaan adalah tentang nilai standar yang dilakukan berkaitan dengan beroprasinya korporat (Budimanta, dkk, 2004). Tanggung jawab 32 sosial dan lingkungan secara sosial tidak hanya terbatas pada konsep pemberian donor saja, tetapi konsepnya sangat luas dan tidak bersifat statis dan pasif, hanya dikeluarkan dari perusahaan, akan tetapi hak dan kewajiban yang dimiliki bersama antar stakeholders. Menurut Moralis dan Cochius (2011) dalam Nasdian (2014), pemangku kepentingan dalam hal ini adalah pemerintah, perusahaan dan masyarakat. Kemudian pemangku peran pemangku kepentingan ini dipertegas oleh Nasdian (2014) bahwa tanggung jawab sosial perusahaan tidak hanya melibatkan perusahaan dan masyarakat, tetapi jug amelibatkan pemerintah, khususnya pemerintah lokal dalam hak dan kewajiban negara dalam pembangunan dan pengembangan masyarakat. Maka itu lah diperlukan implementasi pengembangan prinsip tatakelola yang baik (good governence system). Konsep CSR menurut Ambadar (2008) sebenarnya bukanlah suatu hal yang baru dalam dunia bisnis. Di tingkat internasional CSR tidak hanya kewajiban secara formalitas tetapi juga merupakan sentuhan moralitas perusahaan terhadap lingkungan sosialnya, sehingga CSR merupakan denyut nadi perusahaan. Elklington (1997) dalam Nasdian (2014) merumuskan suatu konsep yang menjadi landasan bagi aktivitas CSR. konsep ini dinamakan konsep tripple bottom line (3P), yaitu people, planet, dan profit. Perusahaan yang baik harus turut mempertimbangkan kelestarian lingkungan (planet), dan kesejahteraan masyarakat (people) disamping mengejar keuntungan bisnis (profit). Sinergitas dari ketiga orientasi tersebut dimanifestasikan sebagai upaya perusahaan untuk menginternalisasi faktor-faktor luar kedalam kebijakan perusahsaan (the internalisation of externalities). Dalam pandangan pengembangan masyarakat, CSR merupakan salah satu konsep yang dapat dilakukan untuk memberdayakan masyarakat (Nasdian, 2014). Akan tetapi, dalam tulisan Prayogo (2012) pengembangan masyarakat justru merupakan bagian dari aktivitas CSR. Secara sosial, kinerja program CSR dan CD pada gilirannya dapat menentukan seberapa besar social legitimacy (penerimaan sosial) para pemangku kepentingan, utamanya komunitas sekitar, atas komitmen, kehadiran dan tindakan korporasi secara umum (Prayogo, 2008c). Hal ini senada dengan pendapat Ambadar (2008) bahwa pengembangan masyarakat diyakini merupakan sebuah aktualisasi dari CSR yang lebih bermakna daripada sekedar aktivitas kedermawanan semata. Ardianto dan Machfudz (2011) juga mengatakan bahwa pengembangan masyarakat adalah aktualisasi CSR. pengembangan masyarakat adalah corak utama dalam CSR. metodelogi yang benar dalam pelaksanaan pengembangan masyarakat harus dimulai dari Participatory Rural Appraisal (PRA). Sebagai jiwa dari CSR, pengembangan masyarakat harus dilakukan dnegan pemahaman yang mendalam. Kaidah dan metodelogi yang digunakan harus tepat. Bias pendapat dari salah satu stakeholder saja dapat ‘mejebak’ masyarakat dalam ketergantungan baru. Terdapat beberapa isu strategis dalam pengembangan masyarakat, yaitu: pengusahaan kedamaian, kesejahteraan hidup, kesejahteraan gender, keberlanjutan lingkungan dan kearifan lokal (Ardianto dan Machfudz, 2011). Praktik Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) Menurut Carrol (1999) dan Stone (2001) dalam Prayogo (2011), tinggi rendahnya kinerja program CSR tidak mutlak menjamin baik-buruknya relasi 33 korporasi-pemangku kepentingan, namun dari pengukuran kinerja inilah terlihat komitmen, kebijakan dan tindakan korporasi terhadap pemangku kepentingan mereka atau khususnya pada komunitas terdekat. Menurut Nasdian (2014) secara empiris, terdapat tujuh isu proses dan implementasi CSR yaitu : organizational governance; human rights; labour practices; the environment; (5) fair operating practices; (6) consumer issues; dan (7) community development. Moralis dan Cochius (2011) Dalam Nasdian (2014) dijelaskan pula bahwa, secara umum tuntutan dan harapan terhadap CSR bersifat multidimensional: turut menyumbang pembangunan ekonomi (dimensi ekonomi); (2) melebihi kewajiban hukum/regulasi (dimensi kesukarelaan); (3) kepedulian terhadap lingkungan dalam pengelolaan operasi bisnis (dimensi lingkungan); (4) mengintegrasikan kepentingan sosial dalam operasi bisnis (dimensi sosial); dan (5) interaksi dengan pemangku kepentingan perusahaan (dimensi pemangku kepentingan). Terdapat beberapa tingkatan pelaksanaan CSR menurut Zaidi (2003) dalam Ambadar (2008), yaitu kedermawanan (charity), pilantropi (philantrophy) dan corporate citizenship. Karakteristik ketiga tahapan tersebut dimuat dalam tabel dibawah ini: Tabel 12. Karakteristik dan tahap-tahap tanggung jawab sosial perusahaan Tahapan Motivasi Misi Pengelolaan Pengorganis asian Penerima manfaat Kontribusi Charity Agama, tradisi, adat Mengatasi sesaat Jangka menyelesaikan sesaat Kepanitiaan Orang miskin Hibah sosial Kewajiban Inspirasi Sumber : Zaidi, 2003 Philantrophy Norma, etika dan hukum universal, redistribusi kekayaan masalah Mencari dan mengatasi akar masalah pendek, Terencana, terorganisir dan masalah terprogram Corporate Citizenship Pencerahan diri dan rekonsilisasi dengan ketertiba n sosial Memberikan kontribusi kepada masyarakat Terinternalisasi dalam kebijakan perusahaan Yayasan (Dana profesional Masyarakat luas abadi), Keterlibatan dalam pendanaan Masyarakat luas dan perusahaan Hibah pembangunan Hibah dan keterlibatan sosial Kepentingan bersama Pelaksanaan CSR juga dapat dievaluasi. Berbagai peneliti telah mencoba merumuskan pengukuran efektivitas dan efisiensi pengukuran kinerja program CSR sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan. Terdapat beberapa peneliti yang mencoba mengukur efektivitas CSR yang dilaksanakan korporasi dengan melihat tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan itu. Pengukuran dilakukan dengan mengacu pada tangga partisipasi Arnstein (1986) dalam Nasdian (2014), yang merumuskan terdapat 8 tingkatan partisipasi, yaitu manipulasi (sebagai tingkatan 34 terendah),terapi, pemberitahuan, konsultasi, penentraman, kemitraan, pendelegasian kekuasaan dan tingkatan yang tertinggi adalah kontrol masyarakat. Prayogo (2011) merumuskan substansi evaluasi program CSR berdasarkan dimensi tipologi wilayah dan komunitas; tipologi desa; tipologi komunitas; program CSR dan CD yang diukur melalui: manfaat, kesesuaian, keberlanjutan, dampak, organisasi, dan aspek lainnya yang disesuaikan dengan kebutuhan; serta dimensi potensi, yang terdiri dari sumber alam, sumber daya manusia, organisasi, akses, dan aspek lokalitas lainnya. Awal mula praktik CSR di Indonesia terlihat belum terdokumentasikan dengan baik. Akan tetapi, penghujung tahun 2005 merupakan salah satu puncak momentum CSR di Indonesia melalui adanya CSR Award (Sukada dkk, 2007). Salah satu permasalahan besar CSR di Indonesia adalah belum adanya pemahaman yang utuh tetantang praktek dan kecakapan teknis pelaksanaannya oleh stakeholder. Programprogram yang dijalankan masih tidak konstan, tidak terarah, serta sporadis, karena lebih dilatarbelakangi desakan dan perluasan protes sosial. Menurut Widiyanto (2007) dalam Ardianto dan Machfudz (2011) terdapat dua bentuk praktek CSR di Indonesia. Pertama, tanggung jawab institusional perusahaan yang terikat dengan peraturan perundang-undangan, seperti BUMN, yang disyaratkan memberikan sumbangan keuntungan dari tahun ke tahun atau pengusaha hak pengawasan hutan (HPH) diwajibkan melaksanakan program pembinaan masyarakat desa yang berada di sekitar kawasan hutan. Kedua, adalah tanggung jawab sukarela yang tidak terikat dengan peraturan perundang-undangan, tetapi tetap dilaksanakan karena dianggap penting oleh perusahaan Definisi Konflik Sosial Konflik secara termonologi diambil dari bahasa Yunani configere yang artinya saling memukul. Menurut Kinseng (2013) konflik merupakan relasi sosial antar aktor sosial yang ditandai oleh pertentangan atau perselisihan dan kemarahan baik dinyataka secara terbuka atau tidak dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Analitis politik dan ekonomi yang dikembangkan oleh Karl Marx, ternyata juga dibangun atas asumsi bahwa konflik adalah bagian yang tidak terelakkan dalam sebuah masyarakat, yang mencerminkan filosofi dialektis yang menjadi pegangannya. Dalam konsep materialisme dialektikalnya, Marx juga berpendapat bahwa konflik mendorong timbulnya konflik lebih lanjut, sehingga menyebabkan perubahan yang tidak dapat dihindari, yang hampir akan selalu mengarah pada peningkatan mutu kondisi manusia. Menurut Lewis A Coser, konflik merupakan perselisihan mengenai nilai-nilai atau tuntutan yang berkenaan dengan status, kuasa dan sumber-sumber kekayaan yang persediannya terbatas. Perselisihan tersebut dapat dipahami sebagai disfungsi yang terdapat antara pihak yang berkonflik. Pada awalnya, Lewis A Coser menganggap bahwa masyarakat selalu bergerak kepada keseimbangan dengan usaha-usaha memperbaiki disfungsi yang terjadi akibat adanya ketidaksamaan tujuan, yang dijelaskan dengan pendekatan fungsionalisme struktural. Pendekatan fungsionalisme ini menyebabkan terabaikannya penekatan konflik. Menurut pendapatnya, struktur yang terbentuk dalam masyarakat adalah hasil dari kesepakatan yang dibuat dalam 35 rangka menyeimbangkan keadaan, akan tetapi disisi lainnya Coser juga mengakui adanya proses-proses yang tidak dapat disepakati bersama, dan disebut sebagai konflik. Dalam tulisannya, Fisher (2000) membagi wujud konflik menjadi tiga yaitu: konflik laten, konflik manifestasi dan konflik mencuat. Pada tahapan konflik laten, masing-masing pihak yang bertentangan tidak memperlihatkan bahwa diantara mereka telah terjadi ketidaksepahaman. Konflik laten akan terpendam terus, hingga ada momentum yang akan mengubahnya menjadi konflik mencuat. Konflik mencuat adalah bentuk konflik yang mulai terdidentifikasi, pihak-pihak mana sajakah yang bertentangan, tetapi pada tahapan ini, belum terlihat ada usaha dari masing-masing pihak untuk melakukan penyelesaian. Selanjutnya, bentuk yang terakhir adalah konflik manifest, yang merupakan konflik terbuka yang para pelakunya telah melakukan usaha-usaha untuk menyelesaikan konflik tersebut, terlepas dari bagaimana cara yang ditempuh. Teori tentang wujud konflik ini dapat digunakan dalam menganalisis intensitas konflik yang terjadi pada antara masyarakat dan perusahaan. Meskipun tidak pernah ada perlawanan yang jelas dari masyarakat, tidak berarti bahwa tidak ada potensi konflik yang timbul akibat eksploitasi batu kapur dan operasional PT. Indocement di desa Bantarjati. Berdasarkan level permasalahannya menurut Fisher (2001) konflik dapat dibedakan menjadi konflik horizontal dan konflik vertikal. Konflik horizontal mengarah pada konflik yang terjadi antara pihak-pihak yang memiliki level yang sama, misalnya konflik antar etnis, suku, golongan, agama, antar kelompok dalam masyarakat yang disebabkan karena adanya kecemburuan sosial. Selanjutnya, konflik vertikal adalah konflik yang terjadi pada pihak-pihak yang memiliki level yang berbeda, misalnya anatara masyrakat dan pemerintah, atau masyarakat dengan perusahaan. Terdapat dua pengelompokan teori konflik yaitu teori kritis dan teori analistis. Teori kritis merupakan teori yang digagas oleh Karl Marx pada abad ke-19 dengan ide bahwa konflik muncul karena adanya perubahan material. Industrialisasi yang muncul sejak revolusi Inggris, menyebabkan terjadinya polarisasi antara pihak borjuis dan kaum proletar. Kedua kaum ini berada dalam struktur sosial hirarkis dalam proses produksi. Kaum borjuis melakukan eksploitasi terhadap kaum proletar. Ketimpangan hirarki antar keduanya memicu munculnya konflik. Faktor ekonomi menjadi determinan yang penting dari struktur dan perubahan sosial yang dialami oleh masyarakat. Sedangkan menurut Dahrendoft, yang mengusung teori analitis, bukan material yang menyebabkan konflik terjadi, melainkan adanya kekuasaan. Kedua teori ini dapat menjadi bahan analisis dalam usaha untuk mengetahui apakah penyebab sebenarnya dari konflik yang mungkin terjadi antara perusahaan dan masyarakat Bantarjati. 36 Gambar 1. Akar dan ragam teori konflik merujuk buku “The Structure of Sociological Theory” karangan Turner (1998)1 Penyebab Konflik Dalam tulisannya Fisher juga menyebukan beberapa teori mengenai penyebab konflik. Teori yang pertama adalah teori hubungan masyarakat. Teori ini menganggap konflik adalah keadaan yang disebabkan oleh polarisasi yang terus terjadi, ketidakpercayaan dan permusuhan. Teori kedua adalah teori negosiasi prinsip yang menganggap bahwa konflik disebabkan oleh posisi-posisi yang tidak selaras dan perbedaan pandangan tentang konflik oleh masing-masing pihak. Teori ketiga adalah teori kebutuhan manusia. Teori ini mengatakan bahwa konflik terjadi akibat tidak terpenuhinya kebutuhan manusia. Teori keempat adalah teori identitas, yang mengatakan bahwa kemunculan konflik adalah akibat dari perbedaan indentitas yang melekat pada individu. Ketidakmampuan suatu pihak menerima keberadaan pihak lainnya yang berbeda dengan dirinya, mengakibatkan munculnya pertentangan diantara pihak-pihak tersebut. Teori kelima adalah teori kesalahpahaman antar budaya. Perbedaan dan ketidakcocokan dengan cara-cara berkomunikasi antar budaya menjadi penyebab munculnya perbedaan kepentingan dan mengakibatkan munculnya pertentangan antar pihak. Teori lainnya adalah teori transformasi konflik. Teori ini mengatakan bahwa konflik muncul akibat adanya masalah-masalah ketidaksetaraan dan ketidakadilan yang muncul sebagai masalah-masalah sosial, budaya dan ekonomi. Dari keenam teori yang telah disebutkan, konflik yang muncul pada 1 Dikutip dari tulisan “ Memahami Akar dan Ragam Teori Konflik” Sofyan Sjaf 37 masyarakat desa Bantarjati secara dominan dapat dilihat dengan teori hubungan masyarakat, negosiasi prinsip, dan teori identitas. Apabila dihubungkan dengan keberadaan perusahaan, intensitas konflik sosial yang muncul cenderung disebabkan oleh hubungan masyarakat dengan perusahaan, diikuti oleh negosisasi prinsip, dan perbedaan yang ada antara perusahaan yang merupakan pendatang dengan masyarakat yang telah terlebih dahulu bermukim di Bantarjati. Tahapan Konflik Menurut Fisher (2001) situasi konflik dapat dianalisis dengan alat bantu berupa penahapan konflik. Konflik dapat berubah setiap saat melalui tahapan aktivitas, intensitas, ketegangan, dan kekerasan yang berbeda. Tahapan yang dimaksud adalah: 1. Tahap pra-konflik Dalam tahapan sebelum terjadinya konflik ini, mulai terdapat ketidaksesuaian sasaran antara dua pihak atau lebih, sehingga menjadi awal mula timbulnya konflik. Konflik masih bersifat laten. Pihak-pihak yang mulai menyadari ketidaksamaan tujuan ini mungkin akan mulai saling menjauhi satu sama lain sehingga muncul ketegangan diantara mereka. 2. Konfrontasi Merupakan tahapan saat konflik mulai terbuka. Jika hanya salah satu pihak yang menyadari telah timbul suatu permasalahan, maka mereka akan berusaha menyuarakan ketidaksetujuannya. Misalnya dengan melakukan demonstrasi atau kegiatan konfrotatif lainnya. 3. Krisis Merupakan puncak dari pertentangan yang terjadi. Pada tahapan ini akan terjadi ketegangan bahkan mungkin kekerasan yang paling hebat sebagai wujud ketidaksetujuan masing-masing pihak. Dalam konflik skala besar, tahapan ini adalah periode perang. Komunikasi antara pihak yang bertentangan memiliki kemungkinan besar untuk terputus dan tidak dapat berfungsi. Pernyataan-pernyataan yang diberikan masing-masing pihak cenderung bersifat menuduh dan menentang pihak lainnya. 4. Akibat Merupakan tahapan dengan usaha untuk menyelesaikan konflik. Pihak yang bertentangan mencoba untuk bernegosiasi atau melakukan upaya-upaya penyelesaian konflik lainnya. 5. Pascakonflik Merupakan situasi akhir dari konflik. Situasi yang memanas diselesaikan dengan cara mengakhiri berbagai konfrontasi kekerasan. Ketegangan berkurang dan hubungan akan berjalan menuju seperti sedia kala. Akan tetapi,apabila pertentangan kembali muncul, fase ini dapat kembali berubah menjadi fase pra-konflik. X Masuknya Industri Perkebunan Kelapa Sawit X1 Efektivitas Pelaksanaan program CSR/ CD X2 Keberadaan Potensi yang dimiliki desa X1 Penyelenggaraan program CSR X Pengukuran Program CSR Y Perubahan sosial di masyarakat Y Tingkat kesejahteraan desa (X1) Capaian Corporate Social Responsibility goal (X2) Tingkat Corporate Social issue (X3) Tingkatan Corporate relation program X Tingkat pelaksanaan CSR Y1 Kondisi sosial (modal sosial) Y2 Kondisi ekonomi (taraf hidup) Y Peningkatan Kesejahteraan Hidup Masyarakat Y Tingkat Partisipasi Y Tingkat kemiskinan X2 Tingkat pemberian fasilitas X1 Tingkat pendapatan Y Relasi patron-client turun-temurun X1 Kepemilikan lahan X1 Dinamika konflik X2 Sebab konflik X1 Faktor horizontal X2 Faktor vertikal Y1 Relasi antar aktor Y Intensitas konflik X3 Regulasi kepemilikan lahan Y2 Dampak positif dan negatif keberadaan perkebunan Y Konflik kepemilikan lahan perkebunan Y Resolusi konflik BAB IV SIMPULAN Hasil Rangkuman dan Pembahasan Tanggung jawab sosial perusahaan bukanlah suatu konsep yang baru. Di Indonesia sendiri tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) memiliki momentum besar pada tahun 2005 dengan diadakannya CSR Award. Pelaksanaan CSR di Indonesia juga sudah diatur dalam bentuk perundang-undangan. Baik perusahaan yang terikat undang-undang maupun tidak kini sama-sama diwajibkan untuk melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Dalam sudut pandang pelaksanaan CSR, pengembangan masyarakat merupakan jiwa dari aktivitas CSR. Pengembangan masyarakat harus dilakukan melalui need assessment terlebih dahulu, agar pelaksanaan CSR sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Konflik antara korporasi perkebunan juga bukanlah suatu hal yang baru. Sejak berlakunya domein verklaring sebagai acuan utama dalam pengaturan pertanahan, konflik kepemilikan tanah hingga perbudakan di perkebunan selaku terjadi. Keadaan ini menyebabkan selalu ada gesekan antara masyarakat dan perusahaan perkebunan. Program CSR hadir sebagai jembatan antara perusahaan dan masyarakat sebagai bentuk pertanggungjawaban perusahaan atas perubahan yang terjadi. Efektivitas pelaksanaan program CSR dapat diukur menggunakan beberapa pengukuran. Terdapat beberapa variabel yang dapat dijadikan instrumen pengukuran pelaksanaan dan kemanfaatan program CSR di masyarakat. Begitu pula dengan pengukuran konflik. Konflik dapat dipisahkan menjadi konflik vertikal dan horizontal. Faktor penyebab terjadinya konflik horizontal biasanya adalah faktorfaktor yang didapat dari pewarisan, sementara faktor penyebab konflik vertikal adalah faktor-faktor yang didapat melalui pencapaian. Usulan Kerangka Analisis Baru Pengukuran dan evaluasi program CSR akan memberikan gambaran tentang bagaimana kegiatan CSR suatu perusahaan dilaksanakan. Pengukuran dapat dilakuakn dengan mengukur variabel-variabel pelaksanaan CSR, seperti yang dilakukan oleh Prayogo (2011) berdasarkan dimensi tipologi wilayah dan komunitas; tipologi desa; tipologi komunitas; program CSR dan CD yang diukur melalui: manfaat, kesesuaian, keberlanjutan, dampak, organisasi, dan aspek lainnya yang disesuaikan dengan kebutuhan; serta dimensi potensi, yang terdiri dari sumber alam, sumber daya manusia, organisasi, akses, dan aspek lokalitas lainnya. Setelah pengukuran terhadap pelaksanaan CSR dilakukan, pemetaan relasi antar stakeholder juga sangat diperlukan untuk melihat potensi konflik yang dimiliki. Seperti yang dilakukan oleh Musdalifah (2009), yaitu dengan menelusuri pola relasi antar aktor, Dampak positif keberadaan perkebunan, Dampak negatif keberadaan 40 perkebunan dan pada akhirnya melakukan pengukuran Intensitas konflik yang terjadi, disertai arah konflik, seperti yang dilakukan oleh Pelly (2005) dengan melihat apakah konflik yang terjadi tergolong kedalam konflik vertikal atau konflik horizontal. Pada akhirnya, penelitian ini bertujuan untuk melihat apa sebenarnya dampak program CSR terhadap potensi konflik yang terjadi, baik antara perusahaan dan masyarakat juga konflik yang terjadi dalam masyarakat, terkait dengan adanya program CSR. 1. Corporate Social Responsibility (CSR) 2. 3. 4. Relasi sosial dalam masyarakat Tingkat persaingan antar anggota masyarakat Tingkat kerjasama antar anggota masyarakat Tingkat pendapatan Intensitas konflik sosial Pengukuran Program CSR Dinamika konflik 1. 2. 3. 4. 5. Tingkat Efektivitas Tingkat Kesesuaian Tingkat Keberlanjutan Dampak kesejahteraan Tingkat Pemberdayaan 1. Perubahan politik 2. Tingkat Ketimpangan 3. Tingkat eksploitasi 4. Tingkat dominasi 5. Tingkat pemberdayaan Sebab konflik 6. Tingkat Peran negara 6. Tingkat Partisipasi Pemetaan relasi antar aktor 1. Relasi antar perusahaan dan masyarakat 2.Relasi antar perusahaan dan pemerintah 3.Relasi antar perusahaan dan LSM 4.Relasi anatara pihak perusahaan dan keamanan = dilakukan 1. Tingkat fluktuasi 2. Intensitas 3. Eskalasi dan bentuk 4. Peran aktor dan lembaga = berhubungan Gambar 2. Usulan kerangka Analisis baru = berdampak pada 41 Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Skripsi Keberadaan korporasi perkebunan seharusnya memiliki dampak yang baik pada kesejahteraan masyarakat. Akan tetapi perkebunan justru menjadi kantongkantong kemiskinan berada. Kemiskinan dan kesenjangan lainnya yang muncul antara perusahaan dan masyarakat sekitar dapat dengan mudah berubah menjadi potensi konflik. Program CSR lahir dan diharapkan mampu menjadi jembatan antara korporasi dan masyarakat dalam menekan kerugian yang terjadi akibat kegiatan produksi perusahaan. Tanggung jawab sosial perusahaan sedikit banyak harusnya memiliki dampak terhadap potensi konflik yang terdapat antara stakeholder disekitar wilayah perkebunan. Keadaan ini melahirkan pertanyaan, pertanyaan khusus, yaitu, bagaimanakah pelaksanaan program CSR bagi masyarakat disekitar perkebunan? Program CSR seharusnya dilakukan dengan terlebih dahulu melihat dan melakukan need assessment terhadap masyarakat yang akan menjadi subjek pemberdayaan. Seluruh kebutuhan, sumber daya bahkan keadaan sosial di masyarakat juga harus diketahui oleh perusahaan. Hal ini memunculkan pertanyaan khusus kedua, yaitu, apakah terdapat potensi konflik di masyarakat sekitar perkebunan, baik horizontal maupun vertikal? Setelah mengetahui potensi konflik yang ada di masyarakat, dan melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan, maka munculnya pertanyaan khusus yang ketiga, yaitu, apakah dampak pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap konflik sosial di masyarakat sekitar wilayah perkebunan? 42 DAFTAR PUSTAKA Ambadar, J. 2008. CSR DALAM PRAKTIK DI INDONESIA WUJUD KEPEDULIAN DUNIA USAHA. Jakarta: Alex Media Komputindo Aprianto, TC. 2009. Manakala Konflik Berkepanjangan Harus Diselesaikan: Kasus Konflik Perkebunan Kejatek, Jember. Jurnal Ilmu Politik dan Sosial, 13 (1), 71-90. Diunduh dari http://jurnalsospol.fisipol.ugm.ac.id/index.php/jsp/article/view/67 Ardianto, E; Machfudz, D. 2011. EFEK KEDERMAWANAN PEBISNIS dan CSR. Jakarta: Alex Media Komputindo. Budimanta, A; Prasetijo, A; Rudito, B. 2004. Corporate Social Responsibility Jawaban Bagi Model Pembangunan Indonesia Masa Kini. Jakarta: Indonesia Center for Sustainable Development (ICSD) Baehaqi, S. 2014. DAMPAK INDUSTRI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PADA PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT DESA RUHUI RAHAYU KECAMATAN TANJUNG PALAS UTARA KABUPATEN BULUNGAN. Jurnal Sosiologi, 2 (4), 39-50. Diunduh dari http://ejournal.sos.fisipunmul.ac.id/site/wpcontent/uploads/2014/11/JURNAL%20%20SIDIQ%20BAEHAQI%20%281 1-18-14-03-19-06%29.doc Fisher, S; dkk. 2000. Mengelola Konflik: Keterampilan &Strategi Untuk Bertindak. Jakarta: The British Council, Indonesia Fajar, M. 2009. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia: STUDI TENTANG PENERAPAN KETENTUAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PADA PERUSAHAAN MULTI NASIONAL, SWASTA NASIONAL DAN BADAN USAHA MILIK NEGARA. Jakarta: Pustaka Pelajar. Meladipa, NT; Sumarjono; Swastika, K. 2013. KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI BURUH PERKEBUNAN KALITENGAH TAHUN 1982-2010. Jurnal Pancaran, 2 (3), 153-164. Diunduh dari http://pancaran.fkip.unej.org/halkategori-35-1.html Mapisangka, A. (2009). Implementasi CSR terhadap Kesejahteraan Hidup Masyarakat. JESP, 1(1), 39-47. Diunduh dari http://fe.um.ac.id/wpcontent/uploads/2010/03/ANDI_M-CSR.pdf Musdalifah. 2009. KONFLIK AGRARIA DALAM RELASI ANTARA PERUSAHAAN PERKEBUNAN DENGAN MASYARAKAT (KASUS KONFLIK ANTARA PETANI DENGAN PT.PP LONSUM DI KABUPATEN BULUKUMBA). Jurnal Disertasi. Diunduh dari http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/f37a36b6ee43f77056c67e2905ac9798.pd f Nasdian, FT. 2014. Pengembangan Masyarakat. Jakarta [ID]: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Pelly, U. 2005. PENGUKURAN INTENSITAS KONFLIK DALAM MASYARKAT MAJEMUK. Jurnal Antropologi Sosial Budaya ETNOVISI, 2(1), 53-56. Poerwanto. 2010. CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY Menjinakkan Gejala 43 Sosial di Era Pornografi. Jember: Pustaka Pelajar Prayogo, D; Hilarius,Y. 2012. Efektivitas Program CSR/CD Dalam Pengentasan Kemiskinan Studi Peran Perusahaan Geotermal Di Jawa Barat. Jurnal Sosiologi Masyarakat, 1(17), 1-22. Prayogo, D. 2010. Anatomi Konflik Antara Korporasi Dan Komunitas Lokal Pada Industri Geotermal Di Jawa Barat. Jurnal Makara Seri Sosial-Humaniora, 1( 14), 25-34. Prayogo, D. 2011. Program Corporate Social Responsibility Dan Community Development Pada Industri Tambang Dan Migas. Jurnal Makara Seri SosialHumaniora, 1 (15) , 43-58. Rahmawati; Sumarti, T. 2011. Analisis Tingkat Partisipasi Peserta Program CSR Pemberdayaan Ekonomi PT Arutmin Indonesia. Sodality: Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi Dan Ekologi Manusia, 3(5), 325-338. Rosyidan, I; Nasdian, FT. 2011. PARTISIPASI MASYARAKAT DAN STAKEHOLDER DALAM PENYELENGGARAAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DAN DAMPAKNYA TERHADAP KOMUNITAS PEDESAAN.Sodality: Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi Dan Ekologi Manusia, 1 (5), 57-78. Sembiring, E. 2010. Resolusi Konflik Pengelolaan Taman Nasional Teluk Cenderawasih di Kabupaten Teluk Wondama Provinsi Papua Barat. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. [Tesis]. [Internet]. Diunduh tanggal 17 Oktober 2014. Diunduh dari http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/9424/2006hpu.pdf Shaliza, F. 2004. Dinamika Konflik Antar Komunitas dan Transformasi Modal Sosial. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. [Tesis]. [Internet]. Diunduh tanggal 17 Oktober 2014. Diunduh dari http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/1234283746276327/2006hpu.pdf Sukada, S; Wibowo, P; Ginano, K; Jalal; Kadir, I; Rahman, T. 2007. Membumikan bisnis berkelanjutan memahami konsep &praktik tanggung jawab sosial perusahaan. Jakarta: Indonesia Business Links Tim Editor Sosiologi Umum. Sosiologi Umum. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Wibisono, Y. 2007. Membedah Konsep & Aplikasi CSR Corporate Social Responsibility. Gresik: FASCHO PUBLISHING 44 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Pekanbaru, Riau pada tanggal 28 November 1994, dari pasangan Bernard Situmeang dan Stevani Siahaan. Merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Penulis menempuh pendidikan formal di TK. Santa Maria Kota Pekanbaru pada tahun 1999-2000, SD. Santa Maria Pekanbaru pada tahun 2000-2006, SMP Bhayangkari Pekanbaru pada tahun 2006-2009 dan SMAN 8 Pekanbaru pada tahun 2009-2012. Pada tahun 2012, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB), Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, melalui jalur SNMPTN Tertulis. Hingga saat ini, penulis adalah mahasiswa Mayor Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat dan Minor Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor. Selama penulis menjadi mahasiswa di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif dalam beberapa organisasi kemahasiswaan seperti PSM IPB Agria Swara, sebagai ketua konser angkatan ‘Magnifica’; HIMASIERA, sebagai pengurus pada divisi Research and Development; Tanoto Scholars Assosiation, sebagai wakil ketua angkatan dan kepala divisi Sosial dan Lingkungan periode 2014-2015. Penulis juga pernah mengikuti magang di LSM Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan. Penulis juga pernah mengikuti kegiatan PKM-P dan mendapat hibah penelitian dari DIKTI pada tahun 2015. Penulis merupakan salah seorang penerima beasiswa Tanoto Foundation