Konsep Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR)

advertisement
Laporan Studi Pustaka (KPM 403)
PERAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP
INTENSITAS KONFLIK SOSIAL DI MASYARAKAT SEKITAR
PERKEBUNAN
WIDYA HASIAN SITUMEANG
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015
ii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyetakan bahwa Laporan Studi Pustaka yang berjudul “PERAN
PROGRAM
CORPORATE
SOCIAL RESPONSIBILITY
TERHADAP
INTENSITAS
KONFLIK
SOSIAL DI
MASYARAKAT
SEKITAR
PERKEBUNAN” benar-benar hasil karya saya sendiri yng belum pernah diajukan
sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapu. Sumber informasi
yang berasal dari pustaka yang diterbitkan atau tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam naskah dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
Laporan Studi Pustaka. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan
saya bersedia mempertanggungjawabkan penyataan ini.
Bogor, 5 Mei 2015
Widya Hasian Situmeang
I34120122
iii
ABSTRAK
WIDYA HASIAN SITUMEANG. Peran Program Corporate Social Responsibility
Terhadap Intensitas Konflik Sosial di Masyarakat Sekitar Perkebunan. Di bawah
bimbingan MAHMUDI SIWI
Keberadaan suatu korporasi perkebunan ditengah-tengah masyarakat
seharusnya menciptakan kesejahteraan. Namun beberapa tulisan justru menyebutkan
bahwa perkebunan merupakan tempat masyarakat sekitarnya berubah menjadi buruh
dan surplus ekonomi dikeruk oleh perusahaan-perusahaan pemilik perkebunan. Untuk
meminimalisir dampak negatif kegiatan produksi perusahaan tersebut, maka lahirlah
konsep pertanggungjawaban sosial perusahaan (CSR). Namun, tanggung jawab sosial
perusahaan masih kerap muncul sebagai pencitraan perusahaan. Lalu bentuk CSR
seperti apakah yang relevan dilakukan sebagai tanggung jawab perusahaan ketika
masyarakat sebenarnya sama sekali tidak menginginkan keberadaan perusahaan di
wilayah mereka. konflik antara masyarakat dan korporasi bukanlah suatu hal yang
baru. Ketidaknayamanan dan gesekan-gesekan sosial antara perusahaan dan
masyarakat inilah yang seharusnya mampu di minimalisir oleh perusahaan sebagai
pihak pendatang dan pemilik kekuatan yang jauh lebih besar. Fenomena ini
memunculkan suatu pertanyaan yaitu bagaimanakah dampak program CSR terhadap
intensitas konflik sosial pada masyarakat perkebunan. Laporan studi pustaka ini
adalah metode studi literatur kemudian menyimpulkan konsep-konsep yang menjadi
fokus pembahasan dalam laporan studi pustaka ini.
Kata Kunci: CSR, evaluasi, konflik, intensitas konflik.
WIDYA HASIAN. The Role of Corporate Social Responsibility toward Social
Conflict around Plantation Area. Supervised by MAHMUDI SIWI
Plantation Corporation in the middle of society should have a good impact and
prosperity to all stakeholders. In the opposite, some literatures provide another fact
that showed local communities around plantation area living as slave and just seeing
their resources taken by the corporation in profit form. Corporate Social
Responsibility (CSR) concept created in order to decrease the negative impact of
production activity. But in fact, CSR activities mostly only appear to give a good
image of the corporation. So, what kind is exactly CSR activity that relevant
implemented by corporation which community didn’t prefer to accept. Conflict
between community and corporation isn’t a new thing. As the new comer who has a
big power, corporation should handle this uncomfortness between them and the
community around their plantation area. This phenomenon raising a question, what is
the impact of CSR program toward social conflict between corporation and
community around plantation area? In order to concluding review of the focus
concept, this report using literature review method.
Keywords: CSR, evaluation, conflict, conflict intensity.
iv
PERAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP
INTENSITAS KONFLIK SOSIAL DI MASYARAKAT SEKITAR
PERKEBUNAN
Oleh
WIDYA HASIAN SITUMEANG
I34120122
Laporan Studi Pustaka
Sebagai syarat kelulusan KPM 403
pada
Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Fakultas Ekologi Manusia
Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUS PERTANIAN BOGOR
2015
v
LEMBAR PENGESAHAN
Dengan ini menyatakan bahwa Laporan Studi Pustaka yang disusun oleh:
Nama Mahasiswa
: Widya Hasian Situmeang
Nomor Pokok
: I34120122
Judul
: Peran Program Corporate Social Responsibility
Terhadap Intensitas Konflik Sosial di Masyarakat
Sekitar Perkebunan
Dapat diterima sebagai syarat kelulusan mata kuliah Studi Pustaka (KPM 403) pada
Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Departeman Sains
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut
Pertanian Bogor.
Disetujui oleh
Mahmudi Siwi, SP, M.Si
Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Siti Amanah, MSc
Ketua Depertemen
Tanggal pengesahan :_____ _______________
vi
PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah
melimpahkan anugrah dan pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan Studi Pustaka berjudul “Peran Program Corporate Social Responsibility
Terhadap Intensitas Konflik Sosial di Masyarakat Sekitar Perkebunan” ini dengan
baik. Laporan Studi Pustaka ini ditujukan untuk memenuhi syarat kelulusan MK
Studi Pustaka (KPM 403) pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Mahmudi Siwi, SP,
M.Si sebagai pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan selama proses
penulisan hingga penyelesaian laporan Studi Pustaka ini. Penulis juga menyampaikan
hormat dan terimakasih kepada orang tua tercinta, Bapak Bernard Situmeang dan Ibu
Stevani Siahaan, Ibu Dorly, serta Raisa Situmeang, adikku tersayang, yang selalu
berdoa dan senantiasa melimpahkan kasih sayangnya untuk penulis. Tidak lupa
terimakasih juga penulis sampaikan kepada segenap teman-teman satu perjuangan di
Departemen SKPM 49, terutama Yunita Winni Damayanti, teman berbagi segalanya,
dan sahabat-sahabatku Rachmawati serta Audina Amanda Prameswari yang telah
memberi semangat kepada penulis dalam proses penulisan laporan ini.
Semoga laporan Studi Pustaka ini bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, 5 Mei 2015
Widya Hasian Situmeang
NIM. I34120122
vii
DAFTAR ISI
BAB I ................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................................ 1
Latar Belakang .............................................................................................................................. 1
Tujuan Penulisan ........................................................................................................................... 2
Metode Penulisan .......................................................................................................................... 2
BAB II............................................................................................................................................... 3
RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA ................................................................................... 3
Efektivitas Program CSR/CD Dalam Pengentasan Kemiskinan Studi Peran Perusahaan
Geotermal Di Jawa Barat .............................................................................................................. 3
Program Corporate Social Responsibility Dan Community Development Pada Industri Tambang
Dan Migas ..................................................................................................................................... 5
PARTISIPASI MASYARAKAT DAN STAKEHOLDER DALAM PENYELENGGARAAN
PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DAN DAMPAKNYA
TERHADAP KOMUNITAS PEDESAAN ................................................................................... 8
Analisis Tingkat Partisipasi Peserta Program CSR Pemberdayaan Ekonomi PT. Arutmin
Indonesia ..................................................................................................................................... 11
Anatomi Konflik Antara Korporasi Dan Komunitas Lokal Pada Industri Geotermal Di Jawa
Barat ............................................................................................................................................ 13
Implementasi CSR terhadap Kesejahteraan Hidup Masyarakat.................................................. 16
KONFLIK AGRARIA DALAM RELASI ANTARA PERUSAHAAN PERKEBUNAN
DENGAN MASYARAKAT (KASUS KONFLIK ANTARA PETANI DENGAN PT.PP
LONSUM DI KABUPATEN BULUKUMBA) .......................................................................... 18
KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI BURUH PERKEBUNAN KALITENGAH TAHUN 19822010 21
DAMPAK INDUSTRI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PADA PERUBAHAN SOSIAL
MASYARAKAT DESA RUHUI RAHAYU KECAMATAN TANJUNG PALAS UTARA
KABUPATEN BULUNGAN ...................................................................................................... 23
Manakala Konflik Berkepanjangan Harus Diselesaikan: Kasus Konflik Perkebunan Kejatek,
Jember 26
PENGUKURAN INTENSITAS KONFLIK DALAM MASYARKAT MAJEMUK ................. 28
BAB III ........................................................................................................................................... 31
RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN ........................................................................................ 31
Definisi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) ................................................................... 31
viii
Konsep Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) dan Pengembangan Masyarakat ................ 31
Praktik Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) .................................................................... 32
Definisi Konflik Sosial................................................................................................................ 34
Penyebab Konflik........................................................................................................................ 36
Tahapan Konflik .......................................................................................................................... 37
BAB IV ........................................................................................................................................... 39
Hasil Rangkuman dan Pembahasan ............................................................................................ 39
Usulan Kerangka Analisis Baru .................................................................................................. 39
Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Skripsi .............................................................. 41
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 42
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................................................... 44
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1.Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel, dan Sumber data dalam Pustaka 1 .................. 4
Tabel 2.Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel, dan Sumber data dalam Pustaka 2 .................. 7
Tabel 3. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel, dan Sumber data dalam Pustaka 3 ............... 10
Tabel 4. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel, dan Ukuran dalam Pustaka 4 ....................... 12
Tabel 5.Matriks Keterangan Dimensi, Variabel, dan ukuran dalam Pustaka 5................................ 15
Tabel 6.Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel, dan Pengukuran dalam Pustaka 6 ................. 17
Tabel 7. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel, dan Sumber data dalam Pustaka 7 ............... 19
Tabel 8. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel, dan Fakta pendukung dalam Pustaka 8 ....... 22
Tabel 9. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel, dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 9 ....... 25
Tabel 10. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel, dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 10 ... 27
Tabel 11. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel, dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 11 ... 29
Tabel 12. Karakteristik dan tahap-tahap tanggung jawab sosial perusahaan .................................. 33
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Akar dan ragam teori konflik merujuk buku “The Structure of Sociological Theory”
karangan Turner (1998) ............................................................................................. 36
Gambar 2. Usulan kerangka Analisis baru ..................................................................................... 40
1
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor perkebunan merupakan salah satu bentuk usaha yang sangat banyak di
temui di Indonesia. Sektor ini merupakan salah satu penyumbang devisa yang sangat
besar bagi negara, sehingga negara terlihat mendukung usaha-usaha pengembangan
perkebunan dengan memberikan izin usaha bagi perusahaan yang akan membuka
wilayah perkebunan. Pembukaan lahan untuk dijadikan kawasan perkebunan semakin
intens. Penggunaan sumberdaya lahan, air dan energi untuk menunjang produksi
perkebunan juga semakin besar. Pengalokasian sumberdaya penunjang produksi untuk
perkebunan dapat saja menyebabkan terjadinya perebutan sumberdaya antara
perkebunan dan masyarakat sekitar. Kesejahteraan masyarakat dapat terganggu akibat
terjadinya pengurangan kapasitas sumberdaya yang bisa mereka manfaatkan.
Kesulitan mereka juga akan bertambah apabila pembukaan wilayah perkebunan
ternyata juga menyebabkan terjadinya perubahan ekologi di sekitar mereka.
Keberadaan perkebunan seharusnya mampu menyejahterakan masyarakat.
Ketimpangan perekonomian, akses terhadap sumberdaya dan kemiskinan seharusnya
dapat ditekan dengan adanya suatu aktifitas produksi yang besar disekitar masyarakat.
Namun beberapa tulisan justru menyebutkan bahwa perkebunan merupakan tempat
masyarakat sekitarnya berubah menjadi buruh dan surplus ekonomi dikeruk oleh
perusahaan-perusahaan pemilik perkebunan (Noer Fauzi, 1999:192). Keberadaan
perkebunan seharusnya mampu membuat masyarakat disekitarnya memiliki
kehidupan yang lebih baik, bukan malah memiskinkan mereka ataupun menciptakan
ketimpangan antara perkebunan dan masyarakat.
Untuk meminimalisir kerugian yang diderita masyarakat akibat adanya
eksploitasi tersebut, pemerintah telah membuat sebuat regulasi tentang tanggung
jawab sosial perusahaan atau yang sering dikenal dengan istilah CSR, yang
terkandung dalam UU Nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan. Banyak ahli telah
mendefinisikan tentang apa sebenarnya yang dimaksud dengan CSR. Kategorikategori tingkatan CSR juga telah dirumuskan seperti adanya level charity, filantropi
dan corporate citizenship (Saidi dan Abidin 2003). Praktek CSR seharusnya
dilandaskan pada kerelaan dan kesadaran perusahaan untuk bertanggungjawab atas
kegiatan usahanya di tengah-tengah masyarakat. Akan tetapi pada kenyataannya,
praktek CSR tidak jarang hanya dilakukan sebatas pemenuhan tuntutan regulasi dari
pemerintah dan menghindari sanksi semata. Di Indonesia, memang telah terdapat
regulasi yang mewajibkan semua kegiatan usaha yang berkaitan dengan sumber daya
alam sebagaimana yang telah tercantum dalam pasal 74 UU Nomor 40 tahun 2007
tentang perseroan terbatas. Akan tetapi regulasi ini juga dinilai masih memiliki
kekurangan, misalnya tidak mencantumkan besaran nilai yang harus dibayarkan
perusahaan sebagai tanggung jawab atas eksploitasi sumber alam pada masyarakat
(Solihin 2008). Celah inilah yang kemudian menyebabkan masih terdapatnya konflik
2
antara perusahaan dan masyarakat yang tinggal di sekitar wilayah perkebunan.
Dampak negatif aktivitas produksi tersebut, menjadikan sektor perkebunan ini
menjadi unik. Pertanggungjawaban sosial perusahaan menjadi suatu kewajiban yang
harus dilakukan perusahaan untuk meminimalisir dampak negatif kegiatan produksi
perusahaan tersebut. Namun, tanggung jawab sosial perusahaan masih kerap muncul
sebagai pencitraan perusahaan. Dari ketiga tingkatan pelaksanaan CSR, mayoritas
pelaksanaan CSR masih berbentuk Charity semata. Penyeragaman program CSR
hadir sebagai bukti bahwa praktik CSR selama ini masih belum sesuai dengan apa
yang dibutuhkan oleh masyarakat. Lalu bentuk CSR seperti apakah yang relevan
dilakukan sebagai tanggung jawab perusahaan ketika masyarakat sebenarnya sama
sekali tidak menginginkan keberadaan perusahaan di wilayah mereka. konflik antara
masyarakat dan korporasi bukanlah suatu hal yang baru. Ketidaknayamanan dan
gesekan-gesekan sosial antara perusahaan dan masyarakat inilah yang seharusnya
mampu di minimalisir oleh perusahaan sebagai pihak pendatang dan pemilik kekuatan
yang jauh lebih besar. Fenomena ini memunculkan suatu pertanyaan yaitu
bagaimanakah dampak program Corporate Social Responsibility(CSR) terhadap
intensitas konflik sosial pada masyarakat perkebunan?
Tujuan Penulisan
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan, penulisan laporan
studi pustaka ini bertujuan untuk mengidentifikasi seperti apakah program CSR yang
dilaksanakan oleh korporasi perkebunan dan dampaknya terhadap konflik sosial yang
terjadi antara korporasi dan masyarakat.
Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan laporan studi pustaka ini adalah
metode studi literatur yakni dimulai dengan me-review, meringkas dan menganalisis
sebelas jurnal yang didapatkan melalui internet; membuat rangkuman dan
pembahasan; kemudian menyimpulkan konsep-konsep yang menjadi fokus
pembahasan dalam laporan studi pustaka ini. Review jurnal bertujuan untuk
mengidentifikasi hambatan komunikasi yang state of the art. Review jurnal dilakukan
dengan cara membuat mind mapping, maupun membuat ringkasan pustaka pada
masing-masing jurnal serta menganalisis dan mengkritisi seluruh aspek termasuk
keterkaitan antara variabel dengan hasil penelitian pada jurnal. Kemudian membuat
rangkuman dan pembahasan jurnal yang dilakukan dengan menyintesis hasil dari
konsep-konsep yang dibahas, yakni terkait dengan hambatan komunikasi dan
efektivitas komunikasi antarbudaya, dan diperkuat dengan buku teori yang dirujuk.
Selanjutnya menyimpulkan konsep-konsep yang menjadi fokus pembahasan dari
laporan studi pustaka ini, sehingga dapat memenuhi keseluruhan substansi yang
diperlukan.
3
BAB II
RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA
1. Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Judul Buku
Nama Jurnal
Volume (Edisi):Hal
AlamatURL/doi
Tanggal diunduh
: Efektivitas Program CSR/CD Dalam Pengentasan
Kemiskinan Studi Peran Perusahaan Geotermal Di
Jawa Barat
: 2012
: Jurnal
: Cetak
: Dody Prayogo Dan Yosef Hilarius
: : : Jurnal Sosiologi Masyarakat
: Vol 1, No 17 (2012) : 1-22
::-
Ringkasan Pustaka
Penelitian yang dilakukan oleh Dody Prayogo dan Yosef Hilarius ini
mendiskusikan model pengukuran keefektivan program CSR yang dilaksanakan oleh
korporasi pertambangan, minyak dan gas, serta geotermal dalam korelasinya dengan
pengentasan kemiskinan komunitas yang berada di sekitar area operasional mereka.
Hal yang melatarbelakangi penelitian ini adalah tingkat keberhasilan program CSR
dalam pengentasan kemiskinan dapat berbeda-beda tergantung pada jenis program
yang dulaksanakan. Demikian juga metode pengelolaan program yang lebih
partisipatif akan lebih memengaruhi tingkat keberhasilan program CSR dalam
pengentasan kemiskinan. Tulisan ini secara umum bertujuan untuk melihat bahwa
selain untuk kepentingan bisnis (citra) dan mendapatkan legitimasi sosial
(penerimaan) dari masyarakat sekitarnya, program CSR/CD juga memiliki relevansi.
Efektivitas, dan manfaat dalam mengatasi problem kemiskinan di masyarakat.
Selanjutnya, akan sangat menarik jika dilakukan kajian secara khusus untuk
mengaitkan signifikasi program CSR/CD dengan upaya pengentasan kemiskinan
secara lebih mikro (khususnya masyarakat penerima) bukan makro (masyarakat
keseluruhan).
Untuk meneliti hal tersebut, penulis menggunakan pendekatan kuantitatif
(positivik-deduktif) terlebih dahulu huna membangun kerangka teori hingga indikator
kemiskinan, yang kemudian digunakan sebagai kerangka analisis untuk melihat secara
empirik peran korporasi melalui program CSR/CD dalam mengentaskan kemiskinan.
Metode kuantitatif dengan teknik survey digunakan untuk mengukur efektivitas atau
sejauh mana program CSR/CD dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Responden survey adalah masyarakat penerima program CSR/CD perusahaan
geotermal yang berjumlah empat ratus orang.
4
Dalam penulisan penelitian ini, penulis sekaligus berperan sebagai penilai
(pihak ketiga) atas penerapan program CSR/CD yang dilaksanakan. Perhatian
korporasi dalam mengentaskan kemiskinan dilakukan pada beberapa sektor yaitu
ekonomi, pendidikan, infrastruktur dan kesehatan. Untuk mengukur efektivitas CSR
terhadap kemiskinan, secara metodelogis menjadi kurang tepat bila kita menggunakan
ukuran-ukura nkemiskinan dengan skala makro seperti indeks gini dalam mengukur
peran korporasi dalam pengentasan kemiskinan masyarakat sekitar. Pengukuran harus
dikembangkan dalam batasan skala program, menggunakan indikator mikro melalui
variabel yang relevan dan fokus pada kelompok penerima program. Beberapa variabel
yang dianggap relevan untuk melihat hubungan tersebut antara lain variabel
kesesuaian, kebermanfaatan, kesinambungan dan dampak. Selain itu, variabel
pengembangan masyarakat seperti partisipasi dan pemberdayaan juga dimasukkan
untuk melihat peranan korporasi dalam mengentaskan kemiskinan.
Pada penelitian ini kategori ‘baik’ berlaku untuk variabel kesesuaian dan
kebermanfaatan, kategori ‘cukup’ untuk keberlanjutan dan dampak, kategori ‘ kurang’
pada partisipasi dan pemberdayaan masyarakat.
Analisis Pustaka
Jurnal ini telah menjelaskan aktivitas CSR/CD yang diamati oleh penulis
dengan ringkas, meskipun tidak merincikan aktivitas apa saja yang telah
dilaksanakan. Penulis seakan memberi penekanan secara tersirat bahwa CD adalah
bentuk kegiatan yang setara dan berhubungan dengan CSR, karena didalam tulisan
ini kata CD disandingkan dengan CSR, yakni “ CSR serta CD” dan terkadang seperti
“ CSR dan CD koperasi” Pada tulisan ini juga telah diberikan definisi-definisi CSR,
sehingga pemikiran pembaca tentang CSR tidak lagi mengambang. Disisi lain,
definisi tentang kemiskinan juga diberikan dan dalam hal ini kemiskinan
didefinisikan sesuai dengan definisi lokal. Tulisan ini juga mencantumkan variabel
apa saja yang digunakan untuk mengukur efektivitas program CSR/CD,
membandingkan hasilnya dan memberi argumen untuk memperkuat pendapat penulis
akan hasil pengukuran aktivitas CSR/CD yang telah dilaksanakan oleh perusahan
yang diamati. Hal unik lainnya dalam tulisan ini adalah penulis juga memberi
pandangan dan batasan tentang peranan pengentasan kemiskinan seperti apakah yang
harusnya dimainkan oleh perusahaan yang diamati, tanpa mereduksi kewajiban
korporasi sesungguhnya dan tetap menekankan CSR/CD sebagai suatu kewajiban
yang harus dilakukan oleh korporasi. Penulis juga tidak hanya memberi penilaian
terhadap korporasi yang menjalankan program CSR/CD, tetapi juga memberi saran
dan pandangan tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh korporasi dalam
mengentaskan kemiskinan komunitas lokal.
Tabel 1.Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel, dan Sumber data dalam Pustaka 1
Variabel
Tingkat
keberhasilan
Sub Variabel
1. Tingkat Efektivitas
2. Tingkat Relevansi
Sumber Data
Pengukuran primer, arsip CSR/CD
5
program
Tingkat
Kemiskinan
3.
4.
5.
6.
1.
2.
3.
Tingkat Keberlanjutan
Tingkat Dampak
Tingkat Pemberdayaan
Tingkat partisipasi
Tingkat perekonomian
Tingkat kesehatan
Tingkat pembangunan
infrastruktur
4. Tingkat pendidikan
Pengukuran primer, data monograph
Kerangka Pemikiran Tulisan
Efektivitas Program CSR/CD Dalam Pengentasan Kemiskinan Studi Peran
Perusahaan Geotermal Di Jawa Barat
X
Pengukuran Program
CSR:
1. Tingkat Efektivitas
2. Tingkat Kesesuaian
3. Tingkat Keberlanjutan
4. Dampak
5. Tingkat Pemberdayaan
Y
Tingkat kemiskinan dibidang:
1. Ekonomi
2. Kesehatan
3. Infrastruktur
4. Pendidikan
6. Tingkat Partisipasi
2. Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Judul Buku
Nama Jurnal
Volume (Edisi):hal
AlamatURL/doi
Tanggal diunduh
: Program Corporate Social Responsibility Dan
Community Development Pada Industri Tambang
Dan Migas
: 2011
: Jurnal
: Cetak
: Dody Prayogo
: : : Makara Seri Sosial-Humaniora
: Vol 1, No 15 (2011) : 43-58
::-
6
Ringkasan Pustaka
Relasi antara korporasi dengan para pemangku kepentingannya salah satunya
dapat ditinjau dari bagaimana kinerja program CSR/CD yang dilakukan korporasi.
Tinggi rendahnya kinerja program CSR/CD tidak mutlak menjamin baik-buruknya
relasi korporasi-pemangku kepentingan, namun dari kinerja ini terlihat bagaimana
komitmen, kebijakan dan tindakan korporasi terhadap pemangku kepentingan mereka
atau khususnya terhadap komunitas terdekat (Carrol, 1999; Stone, 2001). Dukungan
atau penolakan sosial terhadap kehadiran korporasi salah satunya sangat bergantung
pada bagaimana komitmen dan tindakan korporasi terhadap mereka, yang secara
objektif dapat tercermin program CSR/CD. Berbeda dengan industri jasa dan
perkebunan, eksploitasi sumber alam dan praktek lingkungan yang dilakukan oleh
industri tambang dan migas banyak bertentangan dengan tujuan pelestarian
lingkungan dan kepentingan ekonomi masyarakat lokal. Oleh karenanya, untuk
membangun ‘citra yang baik’ serta ‘relasi baik’ dengan pemangku kepentingan
mereka, maka penilaian kinerja CSR dan CD korporasi dalam industri tambang dan
migas menjadi sangat penting dilakukan. Tulisan ini bertujuan sebagai pemaparan
tentang metode dalam melakukan evaluasi program CSR/CD, hasil pengalaman
langsung dari sejumlah evaluasi yang telah dilakukan oleh penulis dan hasil sejumlah
studi evaluasi di lapangan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan merumusakan
kembali langkah-langkah evaluasi lapang dari beberapa penelitian terdahulu, mulai
dari studi pustaka, pengembangan disain studi, penetapan fokus substansi evaluasi,
cara pengumpulan data, cara analisis, serta penarikan kesimpulan dan yang terpenting
dengan membandingkan metode antara hasil penelitian satu dengan yang lain.
Secara akademik, metode kerja evaluasi CD sama dengan riset ilmiah pada
umumnya, hanya dalam evaluasi diberikan penekanan aspek praktis secara lebih
khusus. Secara garis besar, metode kerja dapat dibagi menajdi tiga bagian: melakukan
formulasi disain evaluasi termasuk menetapkan variabel, indikator dan ukuran serta
metode pengumpulan dan analisis data, melakukan penelitian lapangan dengan
sebelumnya membuat rencana kerja, menetapkan sampel, informan, objek observasi
dan data sekunder, memproses menyeleksi dan merapikan data serta pada bagian ini
dapat pula dilakukan analisis data dan penulisan laporan.
Dalam tulisan ini dibahas mengenai hal-hal yang harus diperhatikan dalam
melakukan evaluasi program CSR/CD, khususnya pada perusahaan tambang. Bentuk
evaluasi program; etika evaluasi; langkah kerja evaluasi berupa: formulasi substansi
evaluasi, penetapan cakupan wilayah dan waktu evaluasi, teknik pengumpulan dan
analisis data, penetapan sampel-informan-objek observasi dan data sekunder,
penetapan subjek penilai, cara pengukuran dalam evaluasi; serta penyimpulan hasil
evaluasi. Jika hasil evaluasi menunjukkan bahwa kinerja program CSR/CD sebuah
korporasi sangat baik, maka hasil ini akan meningkatkan posisi korporasi terhadap
pemangku kepentingan mereka (Gauthier, 2005). Setidaknya terdapat tiga aspek
penting terkait dengan hasil evaluasi program CSR/CD yang baik: berkenaan dengan
business performance, social legitimacy, dan legal compliment. Ketiga aspek ini
sangat penting bagi keberhasilan baik korporasi secara khusus maupun industri
7
tambang dan migas secara umum. Secara sosial, program CSR/CD yang berhasil akan
meningkatkan social legitimacy atas kebeadaan dan operasi korporasi di komunitas
lokal. Legitimasi sosial berkaitan dengan bagaimana masyarakat lokal dalam
lingkungan operasi tambang dan migas menerima kehadiran dan kegiatan eksploitasi
sumber alam.
Analisis Pustaka
Tulisan ini bertujuan untuk memaparkan langkah-langkah dalam melakukan
evaluasi terhadap program CSR/CD oleh perusahaan tambang dan migas. Kondisi
ideal dan konsekuensi dari praktek CSR/CD yang baik juga disebutkan dalam tulisan
ini. secara umum, hal yang dipaparkan adalah metodologi dan penjelasn tentang
konsekuensi penerapan program CSR/CD yang dapat menjembatani hubungan antara
korporasi tambang dan migas dengan komunitas lokal. Urgensi hasil evaluasi
ditekankan pada legitimasi sosial dari masyarakat sekitar terhadap keberadaan dan
operasi tambang perusahaan di lingkungan mereka.
Dalam jurnal ini juga dicantumkan beberapa contoh sub penilaian program
CSR/CD yang menjunjung prinsip penelitian ilmiah dengan menekankan validitas
dan metode yang bertanggungjawab. Penulisan juga didasarkan pada teori-teori
tentang praktek CSR. dalam tulisan ini juga diberikan contoh nyata tentang
bagaimana dampak yang akan diterima perusahaan seandainya apabila hasil evaluasi
terhadap program CSR/CD menunjukkan hasil yang buruk. Sama hal nya dengan
tulisan Prayogo lainnya tentang CSR, penulis seakan memberi penekanan secara
tersirat bahwa CD adalah bentuk kegiatan yang setara dan berhubungan dengan CSR,
karena didalam tulisan ini kata CD disandingkan dengan CSR, yakni “ CSR serta
CD”
Tabel 2.Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel, dan Sumber data dalam Pustaka 2
Variabel
Tingkat kesejahteraan
desa
Efektivitas Pelaksanaan
program CSR/ CD
1.
2.
1.
2.
3.
4.
5.
Keberadaan
Potensi 1.
yang dimiliki desa
2.
3.
Sub Variabel
Tingkat ekonomi
Jumlah infrastrutur publik
Tingkat pemanfaatan program
Tingkat kesesuaian
Tingkat keberlanjutan
Dampak program
Kekuatan organisasi
Kepemilikan SDA
Kepemilikan SDM
Akses terhadap SD
Sumber Data
Data
sekunder/
monograf statistik
Pemanfaat dan nonpemanfaat,
tokoh
masyarakat,
aparat
desa, staf pelaksana
CD, sumber lain
Data sekunder, tokoh
formal dan informal
8
Kerangka Pemikiran Tulisan
Program Corporate Social Responsibility Dan Community Development Pada
Industri Tambang Dan Migas
X1
Efektivitas Pelaksanaan program CSR/
CD
1. Tingkat pemanfaatan program
2. Tingkat kesesuaian
3. Tingkat keberlanjutan
4. Dampak program
5. Kekuatan Organisasi
X2
Keberadaan Potensi yang dimiliki desa
1. Kepemilikan SDA
2. Kepemilikan SDM
3. Akses terhadap SD
3. Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Judul Buku
Nama Jurnal
Volume (Edisi):hal
AlamatURL/doi
Tanggal diunduh
Y
Tingkat kesejahteraan desa
1. Tingkat ekonomi
2. Jumlah infrastrutur publik
: PARTISIPASI
MASYARAKAT
DAN
STAKEHOLDER DALAM PENYELENGGARAAN
PROGRAM
CORPORATE
SOCIAL
RESPONSIBILITY (CSR) DAN DAMPAKNYA
TERHADAP KOMUNITAS PEDESAAN
: 2011
: Jurnal
: Cetak
: Isma Rosyidan Dan Fredian Tonny Nasdian
: : : Sodality: Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi
Dan Ekologi Manusia
: Vol 1, No 5 (2011) : 57-78
::-
Ringkasan Pustaka
Sebagai bukti profesionalisme dan tanggung jawab sosial perusahaan,
perusahaan geothermal menyelenggrarakan program CSR yang mencakup tiga area
9
kritis, yakni kebutuhan dasar, pendidikan dan pelatihan, serta pengembangan usaha
kecil mikro. CSR yang diselenggarakan oleh perusahaan geothermal merupakan
bagian dari strategic plan perusahaan, yang pelaksanaannya berorientasi pada
penciptaan pertumbuhan ekomoni melalui capacity builing dan investasi masyarakat.
Penting untuk melihat sejauh mana implementasi dari program pengembangan
masyarakat dalam kaitannya dnegan partisipasi seluruh stakeholder yang pada
akhirnya membawa dampak pada komunitas pedesaan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara tingkat
partisipasi masyarakat dan stakeholder dalam program CSR dari perusahaan
geothermal melalui Badan Keuangan Mikro serta dampaknya terhadap kondisi sosial
dan ekonomi masyarakat. Penelitian ini fokus dalam melihat pelaksanaan Program
Keuangan Mikro Berbasis Masyarakat di Kabupaten Kabandungan melalui LKMS
Kartini. Subjek penelitian ini adalah masyarakat Desa Cihamerang, yang meliputi
masyarakat lokal dan pemerintah lokal serta staf perusahaan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari studi kuantitatif dan
kualitatif. sampel diambil sebanyak empat puluh lima responden yang mewakili
masyarakat Desa Cihamerang, dengan informan sebaganyak sembilan orang. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa setiap stakeholder memiliki tipe tingkat partisipasi
yang berbeda-beda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat partisipasi anggota
kelompok simpan pinjam di Desa Cihamerang dalam penyelenggaraan program
pemberdayaan ekonomi lokal berhubungan dengan dampak sosial dan ekonomi
masyarakat, sehingga jika partisipasi anggota kelompok simpan pinjam dalam
penyelenggaraan program tinggi, maka dampak sosial dan ekonomi juga akan tinggi.
Jika dilihat dari klasifikasi kategori sosial yang ada, masyarakat dengan kategori
sosial farm/buruh memiliki tingkat partisipasi yang paling rendah diantara kategori
sosial yang lain. Keikutsertaan anggota kelompok simpan pinjam kategori sosial
tersebut, sejalan dengan kondisi taraf hidup anggota kelompok simpan pinjam karena
tidak ada nilai peningkatan taraf hidup setelah mengikuti kegiatan simpan pinjam.
Analisis Pustaka
Dalam jurnal ini telah dilakukan penelitian terhadap partisipasi dengan
menghubungkan beberapa variabel yang mengindikasikan kesejahteraan masyarakat
yang menajdi sasaran program CSR yang dilakukan perusaan geothermal. Pengujian
hubungan antar a variabel partisipasi dan dampak sosial, variabel partisipasi dan
dampak ekonomi bagi masyarakat, telah menggambarkan urgensi dilakukannya
penelitian ini. partisipasi dalam program CSR ini terlihat membuahkan hasil bagi
kelompok dengan status tertentu dan dapat menjadi acuan bagi penyelenggara
program CSR untuk dapat memaksimalkan manfaat pelaksanaan program CSR
selanjutnya.
10
Tabel 3. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel, dan Sumber data dalam Pustaka
3
Variabel
Sub Variabel
Sumber data
Tingkat
partisipasi
Manipulasi, terapi, pemberitahuan, Data primer
konsultasi, penentraman, kemitraan,
pendelegasian kekuasaan, kontrol
masyarakat.
Dampak Sosial Kekuatan modal sosial
Data primer/ sekunder
Taraf
hidup 1. Tingkat pendapatan
Data sekunder
anggota
2. Tingkat pengeluaran
kelompok
3. Tingkat tabungan
simpan pinjam
Kerangka Pemikiran Pustaka
PARTISIPASI MASYARAKAT DAN STAKEHOLDER DALAM
PENYELENGGARAAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY (CSR) DAN DAMPAKNYA TERHADAP KOMUNITAS
PEDESAAN
X1
Penyelenggaraan program
CSR perusahaan Geothermal
1. Perencanaan (awareness
building, CSR Assessment,
CSR Manual)
2. Implementasi (sosialisasi,
pelaksanaan, internalisasi)
3. Evaluasi
4. pelaporan
Y1
Kondisi sosial (modal sosial)
1. Tingkat kepercayaan
2. Kekuatan kerjasama
3. Kekuatan jejaring
Y2
Kondisi ekonomi (taraf hidup)
1. Luas bangunan tempat tinggal
2. Jenis lantai bangunan tempat tinggal
3. Jenis dinding bangunan tempat tinggal
4. Fasilitas tempat buang air besar
5. Sumber penerangan rumah tangga
6. Sumber air minum
7. Bahan bakar untuk memasak
8. Pemilikan alat transportasi
9. Tingkat pendapatan
10. Tingkat pengeluaran
11. Tingkat investasi
11
4. Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Judul Buku
Nama Jurnal
Volume (Edisi):hal
AlamatURL/doi
Tanggal diunduh
: Analisis Tingkat Partisipasi Peserta Program CSR
Pemberdayaan Ekonomi PT. Arutmin Indonesia
: 2011
: Jurnal
: Cetak
: Rahmawati Dan Titik Sumarti
: : : Sodality: Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi
Dan Ekologi Manusia
: Vol 3, No 5 (2011) : 325-338
::-
Ringkasan Pustaka
Masyarakat yang berada disekitar lokasi operasional perusahaan adalah salah
satu pihak yang dapat memengaruhi keberadaan dan keberlanjutan suatu perusahaan.
Oleh karena itu perusahaan sangat perlu menajga keseimbangan dengan masyarakat
khususnya yang berada di sekitar lokasi operasional perusahaan dalam rangka
menjaga eksistensinya. Keseimbangan ini dapat dijaga dengan melakukan tanggung
jawab sosial perusahaan. PT. Arutmin Indonesia Tambang Senakin adalah salah satu
perusahaan penghasil dan pengekspor batu bara terbesar di Indonesia. Perusahaan ini
secara aktif melaksanakan kegiatan CSR dengan memberdayakan perekonomian
masyarakat melalui program Dana Pengembangan Ekonomi Masyarakat (DPEM) dan
Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat (PPEM).
Penelitian ini bermaksud untuk meneliti lebih dalam tentang partisipasi peserta
dalam kedua program tersebut yang meliputi faktor-faktor yang mendorong
terciptanya partisipasi. Penelitian ini menggunan pendekatan kuantitatif dengan
menggunakan metode survei. Penentuan responden dilakukan dengan secara sengaja.
Sementara pemilihan informan dilakukan dengan menggunakan teknik snowball
sampling. Data yang akan digunakan dalam penelitian ini dalah data primer (diperoleh
dari wawancara terstruktur, kuesioner, dan panduan wawancara untuk informan) dan
sekunder ( data dari PT. Arutmin dan data Dompet Dhuafa).
Kegiatan yang dilaksanakan CSR PT. Arutmin dibagi dalam bentuk
community relation (berupa pembangunan infrastruktur) dan community developmnet
(meliputi bidang pendidikan, kesehatan dan pengembangan ekonomi). Kegiatan CSR
PT. Arutmin sebenarnya telah dilaksanakan sejak awal masa operasional tambang,
tetapi kegiatan yang dilaksanakan untuk masyarakat sekitar perusahaan umumnya
masih bersifat charity. Pada tahun 2002 sempat terjadi demonstrasi yang dilakukan
masyarakat sekitar dengan tuntutan agar perusahaan lebih memperhatikan
kesejahteraan masyarakat sekitar, sehingga akhirnya sebagai jawaban atas tuntutan
masyarakat, pada tahun yang sama perusahaan membentuk Lembaga Pengembangan
Perekonomian Masyarakat (LPPM). Program LPPM melalui DPEM menyalurkan
dana bantuan kepada masyarakat. Akan tetapi program DPEM ini tidak berhasil
12
karena masyarakat menganggap dana DPEM sebagai dana hibah yang tidak perlu
dikembalikan. Tahun 2010 perusahaan bekerja sama dengan Dompet Dhuafa
Republika (DD) untuk mengembangkan perekonomian masyarakat dengan PPEM.
Melalui PPEM yang dikelola oleh DD inilah perusahaan melakukan pengembangan
masyarakat.
Semakin tinggi tingkat kemauan peserta, maka semakin tinggi pula
partisipasinya, namun pada tingkat kemampuan terlihat perbedaan, pada program
DPEM peserta dengan tingkat kemampuan yang rendah cenderung memiliki tingkat
partisispasi rendah. Namun sebaliknya pada PPEM peserta dengan tingkat
kemampuan yang lebih rendah memiliki kecenderungan tingkat partisipasi yang lebih
tinggi. Tingkat kesempatan peserta program PPEM cenderung berbanding lurus
dengan tingkat partisipasi, sedangkan pada program DPEM tidak demikian.
Analisis Pustaka
Pada jurnal ini, penulis mencantumkan tinjauan pustaka yang cukup memadai
sebagai acuan dalam mengukur partisipasi peserta program pemberdayaan
masyarakat yang dilakukan oleh CSR PT. Arutmin. Penulis juga dengan lengkap
mencantumkan sejarah pemberdayaan masyarakat yang dilakukan PT. Arutmin dan
awal mula kegiatan CSR yang dilaksanakan PT. Arutmin. Dalam tulisan ini tidak
dituliskan lebih lanjut tentang dampak tingkat partisispasi masyarakat dengan
hubungan antara perusahaan dan masyarakat sehingga sulit mengetahui apakah
kegiatan CSR yang dilaksanakan PT. Arutmin berhasil dalam menjembatani
hubungan antara perusahaan dan masyarakat, serta apakah masyarakat meningkat
kesejahteraannya setelah adanya PPEM dan DPEM. Hasil penelitian sebaiknya
disajikan dalam bentuk tabel, sehingga pembaca tidak terlalu kesulitan membaca dan
melihat hubungan antara variabel partisipasi dan hubungannya dengan variabel
lainnya.
Tabel 4. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel, dan Ukuran dalam Pustaka 4
Variabel
Sub Variabel
Ukuran
Tingkat
partisipasi
1. Tingkat kemauan
2. Tingkat akses
3. Tingkat kemampuan
Tinggi,
Sedang,
rendah
Pelaksanaan
CSR
1. intensitas pelaksanaan
2. intensitas pendampingan
Tinggi,
Sedang,
rendah
13
Kerangka Pemikiran
Analisis Tingkat Partisipasi Peserta Program CSR Pemberdayaan Ekonomi PT.
Arutmin Indonesia
X
Tingkat pelaksanaan CSR
1. Tingkat Pelaksanaan
2. Intensitas
Program perekonomian
3. Intensitas pendampingan
5. Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Judul Buku
Nama Jurnal
Volume (Edisi):Hal
Alamaturl/Doi
Tanggal Diunduh
Y
Tingkat Partisipasi
1. Tingkat kemauan
2. Tingkat kemampuan
3. Tingkat kesempatan
: Anatomi Konflik Antara Korporasi Dan Komunitas
Lokal Pada Industri Geotermal Di Jawa Barat
: 2010
: Jurnal
: Cetak
: Dody Prayogo
: : : Makara Seri Sosial-Humaniora
: Vol 1, No 14 (2010) : 25-34
::-
Ringkasan Pustaka
Dalam rentang waktu sejak reformasi hingga sekitar pertengahan tahun 2000,
terlihat peningkatan jumlah konflik antar korporasi dan masyarakat yang signifikan.
Gejala ini menarik karena menunjukkan adanya pola dalam bentuk peningkatan
secara kuantitas maupun tingkat kekerasannya. Fokus kajian dalam tulisan ini
diarahkan pada analisis tentang anatomi konflik antara korporasi dengan komunitas
lokal dengan studi kasus pada industri geotermal di Kecamatan Pangalengan,
Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Fokus tentang konflik antara korporasi dan
komunitas lokal masih jarang dilakukan. Konflik antara korporasi-komunitas lokal
terjadi bukan untuk saling menghancurkan tetapi untuk ‘memenangkan’ kepentingan
terutama kepentingan ekonomi komunitas terhadap korporasi (Prayogo dalam
Achwan dkk, 2004)
Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana dinamika konflik antara
korporasi dengan komunitas lokal pada kasus industri geotermal di Kecamatan
Pangalengan, Kabupaten Bandung. Kemudian, melihat bagaimana kompleksitas
14
dalam dimensi sebab konflik bekerja, apakah dimensi ini hanya ditandai oleh adanya
variabel ketimpangan, eksploitasi, dominasi, perubahan politik dan pemberdayaan
masyarakat atau adakah variabel lain yang mendorong terjadinya konflik, serta
bagaimana hubungan antar variabel nya. Dan tujuan terakhir adalah melihat apakah
resolusi konflik cenderung mengacu pada model perubahan dari kontrak sosial ‘lama’
menjadi kontrak sosial ‘baru’ dan melalui mekanisme ‘paksaan’ menjadi ‘konsensus’,
atau adakah bentuk dan model resolusi lain, dan mengidentifikasi peran masingmasing sektor dalam menciptakan resolusi konflik yang berkelanjutan.
Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan deduktif-kualitatif
karena mengingat konflik adalah hal yang sensitif. Penggunaan metode ini dapat
dibenarkan selama operasionalisasinya konsisten dengan prinsip-prinsip
paradigmanya (Denzin & Lincoln, 2000). Data dikumpulkan melalui FGD, survey,
dan pengumpulan data sekunder. Sampel ditentukan secara purposif dan dengan
menggunakan teknik snowball.
Secara konseptual, anatomi konflik memang dapat dipetakan. Namun
bekerjanya variabel-variabel konflik berlangsung dalam proses yang kompleks. Dari
dinamika konflik, hal yang perlu diperhatikan adalah intensitas konflik. Pada dimensi
sebab konflik, variabel yang sangat penting diperhatikan adalah ketimpangan. Dari
dimensi resolusi, variabel yang perlu di perhatikan adalah justice, equality, dan social
contract. Dalam penelitian ini, dengan melihat tingkat kerusakan fisik, maka konflik
pada industri geotermal di lokasi penelitian dapat didefinisikan tergolong ‘sedang’.
Terdapat kecenderungan pada industri ekstraktif, konflik sangat rentan terjadi antara
korporasi denga komunitas lokal, sementara pada manufaktur antara korporasi dan
pekerja, pada bidang jasa antara korporasi dan konsumen.
Pengukuran pada dimensi sebab konflik dilakukan dengan menggunakan skala
kuantitatif. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, elemen ekonomi
berperan sebagai prima causa dari munculnya konflik. Pada dimensi resolusi konflik,
dari data hasil penelitian lapang di Pangalengan, dapat dipetakan tiga institusi penting
yang terlibat langsung antara lain: korporasi, pemerintah dan komunitas lokal. Proses
resolusi yang perlu dikembangkan adalah melalui kontrak sosial dan dengan prinsip
yang menekankan pada justice dan equality. Tingkat pertama direpresentasikan oleh
konsep filantrofi. Tingkat kedua adalah share of profit, pada tingkat ini peran CSR
merupakan salah satu perwujudan nya. Tingkat ketiga adalah share of production cost,
yaitu korporasi memasukkan biaya untuk equality bagi komunitas lokal kedalam
biaya produksi. Tingkat keempat adalah share of ownership atau equity, keadilan
sudah diaplikasikan melalui penegasan hak komunitas sebagai salah satu pemilik
saham. Dalam tahap resolusi ini, pemerintah harus mampu berperan sebagai juri yang
netral dan otonom.
Analisis Pustaka
Dalam tulisan ini telah terdapat pendefinisian konflik pada tempat penelitian dan
aktor-aktor yang terlibat. Penjelasnan tentang konflik yang terjadi memang tidak
dipaparkan secara langsung. Penulis langsung menyatakan variabel apa yang
merupakan sebab terjadinya konflik di lokasi penelitian. Penulis juga membahas
15
konflik secara bertahap dimulai dari menjelaskan dinamika konflik, sebab konflik,
hingga resolusi konflik. Ketiga tahap tersebut dikelompokkan lengkap dengan aktoraktor yang terlibat. Keterlibatan aktor juga diukur dan dideskripsikan dengan jelas.
Dalam penelitian ini, penulis juga memberikan rekomendasi langkah resolusi
kontrak sosial yang dapat diambil oleh masing-masing aktor. Selain itu, penulis juga
memberi rekomendasi operasionalisasi konsep keadilan dan pemerataan yang
mengarah pada prinsip keadilan dan pemerataan.
Tabel 5.Matriks Keterangan Dimensi, Variabel, dan ukuran dalam Pustaka 5
Dimensi
Sebab
Dinamika
Resolusi
Variabel
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
Perubahan politik
Ketimpangan
Tingkat eksploitasi
Tingkat dominasi
Tingkat pemberdayaan
Peran negara
Tingkat fluktuasi
Intensitas
Eskalasi dan bentuk
Peran aktor dan lembaga
Peran negara
Model sosial kontrak lama
Model sosial kontrak baru
Peran negara
Ukuran
Sangat signifikan,
Tidak signifikasn
Tinggi,
Sedang,
Rendah
Relevan,
tidak relevan.
Kerangka Berpikir
Anatomi Konflik Antara Korporasi Dan Komunitas Lokal Pada Industri
Geotermal Di Jawa Barat
X1
Dinamika konflik
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
3.
4.
Perubahan politik
Tingkat Ketimpangan
Tingkat eksploitasi
Tingkat dominasi
Tingkat pemberdayaan
Tingkat Peran negara
X2
Sebab konflik:
Tingkat fluktuasi
Intensitas
Eskalasi dan bentuk
Peran aktor dan lembaga
Peran negara
Y
Resolusi konflik
1. Model sosial kontrak lama
2. Model sosial kontrak baru
3. Tingkat Peran negara
16
6. Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Judul Buku
Nama Jurnal
Volume (Edisi):Hal
Alamaturl/Doi
Tanggal Diunduh
: Implementasi CSR terhadap Kesejahteraan Hidup
Masyarakat
: 2009
: Jurnal
: Elektronik
: Andi Mapisangka
: : : JESP
: Vol 1, No 1 (2009) : 39-47
:
http://fe.um.ac.id/wpcontent/uploads/2010/03/ANDI_M-CSR.pdf
: 5 Maret 2015
Ringkasan Pustaka
Secara implementatif, perkembangan CSR di Indonesia masih membutuhkan
banyak perhatian bagi semua pihak, baik pemerintah, masyarakat luas dan
perusahaan. Di antara ribuan perusahaan yang ada, diindikasikan belum semua
perusahaan benar-benar menerapkan konsep CSR dalam kegiatan perusahaannya.
CSR masih merupakan bagian lain dari manejemen perusahaan, sehingga
keberadaannya dianggap tidak memberikan kontribusi positif terhadap kelangsungan
perusahaan. Lebih jauh lagi dalam lingkungan bisnis perusahaan, masyarakat di
sekitar perusahaan pada dasarnya merupakan pihak yang perlu mendapatkan apresiasi.
Apresiasi ini dapat diwujudkan dalam bentuk peningkatan kesejahteraan hidup
mereka melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh kegiatan
CSR perusahaan. Hal ini karena perusahaan dan masyarakat pada dasarnya
merupakan kesatuan elemen yang dapat menjaga keberlangsungan perusahaan itu
sendiri.
Penelitian ini bertujuan melihat bagaimana dampak implementasi program
CSR sebuah perusahaan terhadap kesejahteraan masyarakat. Metode penelitian yang
akan digunakan adalah deskriptif dan analitik dengan pen-dekatan cross sectional.
Dalam pembahasannya metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah deskriptif dan analitik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Implementasi program CSR diarahkan
pada tercapainya peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat. Sejak awal berdiri,
komitmen PT. BIC Batam dalam menjaga keseimbangan dan keharmonisan hubungan
dengan masyarakat sangat kuat. Hal ini dibuktikan dengan serangkaian kegiatan sosial
kemasyarakatan yang dicanangkan perusahaan mendapatkan apresiasi yang positif
dari masyarakat. Variabel-variabel seperti corporate so-cial responsibility goal,
corporate social issue dan corporate relation program secara signifikan memiliki
pengaruh positif terhadap peningkatan kesejahtera-an hidup masyarakat. Diantara
variabel-variabel tersebut, vari-abel corporate relation program memi-liki pengaruh
yang paling besar dalam mempengaruhi peningkatan kesejahte-raan hidup masyarakat
di lingkungan kawasan industri Batamindo, Batam.
17
Analisis Pustaka
Penelitian yang dilakukan penulis terhadap praktek CSR sebuah perusahaan
ini tidak begitu jelas dicantumkan dalam jurnal. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan
CSR perusahaan tersebut juga tidak dijelaskan dan hanya disebutkan dalam beberapa
bidang yang sepertinya mengarah pada bentuk kegiatan charity. Akan tetapi, penulis
berulang-ulang menyebutkan bahwa praktik CSR yang dilakukan perusahaan ini
sudah baik. Tidak terlihat konsistensi antara penilaian ‘apa yang telah dilakukan oleh
PT. BIC telah menggambarkan keberhasilan dalam pelaksanaan CSR perusahaan’
yang disebutkan penulis dengan beberapa saran yang diajukan, seperti penilaian
bahwa praktek CSR perusahaan ini ternyata masih kurang partisipatif, kemudian
masih berskala charity, serta masih perlu memperhatikan unsur lokalitas.
Tabel 6.Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel, dan Pengukuran dalam Pustaka
6
Variabel
Sub Variabel
Corporate
social
reponsibility
(Tidak disebutkan)
Corporate
social issue
(Tidak disebutkan)
Corporate
relation
program
(Tidak disebutkan)
Kesejahteraan 1. Intenistas pemberian
hidup
santunan terhadap
masyarakat
fakir miskin
2. Intensitas
Pembinaan sosial
kemasyarakatan
Pengukuran
Apabila terjadi kenaikan dalam variabel
CSR goalsebesar 1 persen dan variabel lain
dianggap konstan, maka kesejahteraan hidup
masyarakat akan meningkat secara rata-rata
sebesar 0,280 persen
Apabila terjadi kenaikan dalam variabel
corporate social issue sebesar 1 persen dan
variabel lain dianggap konstan, maka
kesejahteraan hidup masyarakat akan
meningkat secara rata-rata sebesar 0,179
persen
Apabila terjadi kenaikan dalam variabel
corporate relation programsebesar 1 persen
dan variabel lain dianggap konstan, maka
kesejahteraan hidup masyarakat akan
meningkat secara rata-rata sebesar 0,499
persen
18
Kerangka Berpikir
Implementasi CSR terhadap Kesejahteraan Hidup Masyarakat
(X1)
Capaian Corporate Social
Responsibility goal
(X2)
Tingkat Corporate Social issue
Y
Peningkatan Kesejahteraan Hidup
Masyarakat
(Program –program kegiatan secara
periode dan kontinyu)
(X3)
Tingkatan Corporate relation program
7. Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Judul Buku
Nama Jurnal
Volume (Edisi):Hal
Alamaturl/Doi
Tanggal Diunduh
: KONFLIK AGRARIA DALAM RELASI ANTARA
PERUSAHAAN
PERKEBUNAN
DENGAN
MASYARAKAT (KASUS KONFLIK ANTARA
PETANI
DENGAN
PT.PP
LONSUM
DI
KABUPATEN BULUKUMBA)
: 2009
: Jurnal
: Elektronik
: Musdalifah
: : : Disertasi
:
:
http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/f37a36b6ee43f77
056c67e2905ac9798.pdf
: 25 Maret 2015
Ringkasan Pustaka
Latar belakang dari penelitian ini adalah terdapatnya konflik antara
masyarakat tani dan PT. PP Lonsum, yang memiliki areal perkebunan di Kabupaten
Bulukumba. Konflik yang terjadi berkembang dari konflik yang cenderung tertutup
(laten), kemudian mencuat dan selanjutnya menjadi konflik manifest akibat tindakan
agresif pihak perusahaan yang mendorong terjadinya tindakan perlawanan yang
didasari oleh pertimbangan moralitas melalui protes, perlawanan, bahkan revolusi
19
petani sebagai suatu tindakan defensif melawan kapitalisme yang mengancam
keamanan subsistensi
masyarakat, dan pertimbangan rasionalitas melalui kesepakatan melakukan
perlawanan yang dinilai sebagai cara yang efektif dan eifsien dalam menuntut hakhak mereka.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan mengidentifikasi relasi antar aktor
yang terlibat dalam konflik pada level makro dan mikro, dampak positif dan negatif
keberadaan perkebunan dari segi ekonomi bagi masyarakat, dialektika konflik yang
terjadi serta bentuk-bentuk resolusi konflik yang ditempuh PT. Lonsum dan
masyarakat tani.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatitf dengan metode analisis data
kualitatif berdasarkan kata-kata yang disusun ke dalam bentuk teks yang diperluas.
Penelitian ini juga dilakukan dengan menggunakan data primer dan sekunder yang
didapat dari beberapa pihak serti BPS, Dinas Perkebunan, Dinas Pariwisata dan Seni
Budaya, serta kantor PP PT. Lonsum. Pengumpulan data dilakukan dengan
wawancara mendalam dengan panduan pertanyaan, dan observasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konflik antara masyarakat dan perkebunan
telah terjadi sejak adanya HGU yang diberikan pemerintah kepada perusahaan.
Mesikipun pada awalnya, konflik yang terjadi masih laten dan meningkat seiring
waktu. Relasi antara pemerintah, perusahaan dan masyarakat digambarkan sebagai
hubungan keterikatan antara kepentingan pemerintah terhadap keberadaan perusahaan
perkebunan PT. Lonsum, kekuasaan pemerintah sebagai penentu kebijakan, serta hak
guna usaha yang dimiliki PT. Lonsum dan hak masyarakat yang merupakan warisan
nenek moyang. Berbagai ikhtiar rekonsiliasi yang telah dilakukan dijadikan modal
dalam mewujudkan penyelesaian konflik secara menyeluruh dan permanen sebagai
wujud bentuk resolusi konflik yakni melalui konsultasi publik, negosiasi, mediasi dan
arbitrasi.
Analisis Pustaka
Tulisan ini dengan jelas membahas seluruh tujuan penelitian dengan melihat
relasi antar aktor yang terlibat dalam konflik, dengan terlebih dahulu menelusuri
sejarah konflik. Selanjutnya tulisan ini juga memuat dialiktika konflik yang terjadi
antar aktor, sehingga pembaca dapat memahami bagaimana hubungan dan konflik
yang terjadi antara pemerintah, masyarakat , PT. Lonsum dan pihak keamanan.
Namun dalam tulisan ini juga terdapat kekurangan kutipan kualitatif yang merupakan
ciri khas penelitian kualitatif. tidak ada satupun kutipan kualitatif yang dimasukkan
dalam penulisan sebagai hasil dari wawancara mendalam. Penggunaan teori konflik
sebagai acuan penggolongan tahapan konflik terlihat seperti teori Fisher (2001), akan
tetapi penulis mencantumkan sumber kutipan yang berbeda.
Tabel 7. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel, dan Sumber data dalam Pustaka
7
20
Variabel
Relasi
aktor
antar
Dampak
positif
keberadaan
perkebunan
Dampak
negatif
keberadaan
perkebunan
Intensitas
konflik
Sub Variabel
Sumber data
1. Relasi antar perusahaan dan
masyarakat
2. Relasi antar perusahaan dan
pemerintah
3. Relasi antar perusahaan dan LSM
4. Relasi antar perusahaan dan pihak
keamanan
1. Dampak ekonomi
2. Dampak sosial
Data
primer
sekunder.
dan
Data
primer
sekunder.
dan
1. Dampak ekonomi
2. Dampak sosial
Data
primer
sekunder.
dan
1. Wujud konflik
2. Arah konflik
Data
primer
sekunder.
dan
Kerangka Pemikiran
KONFLIK AGRARIA DALAM RELASI ANTARA PERUSAHAAN
PERKEBUNAN DENGAN MASYARAKAT (KASUS KONFLIK ANTARA
PETANI DENGAN PT.PP LONSUM DI KABUPATEN BULUKUMBA)
X
Intensitas konflik
1. Wujud konflik
a. Laten
b. Mencuat
c. manifest
2. Arah konflik
a. Vertikal
b. Horizontal
1.
2.
3.
4.
Y1
Relasi antar aktor
Relasi antar perusahaan dan masyarakat
Relasi antar perusahaan dan pemerintah
Relasi antar perusahaan dan LSM
Relasi antar perusahaan dan pihak
keamanan.
Y2
Dampak positif dan negatif keberadaan
perkebunan
1. Dampak ekonomi
2. Dampak sosial
21
8. Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Judul Buku
Nama Jurnal
Volume (Edisi):Hal
Alamaturl/Doi
Tanggal Diunduh
: KEHIDUPAN
SOSIAL-EKONOMI
BURUH
PERKEBUNAN KALITENGAH TAHUN 1982-2010
: 2013
: Jurnal
: Elektronik
: Nurma Tisa Meladipa, Sumarjono, Kayan Swastika
: : : Pancaran
: Vol 2, No 3 (2013) : 153-164
:
http://jurnal.unej.ac.id/index.php/pancaran/article/downl
oad/711/529
: 5 Maret 2015
Ringkasan Pustaka
Latar belakang penelitian ini adalah adanya fenomena yang secara empirik
menarik di Perkebunan Kalitengah, dengan adanya sistem patron-client. Mayoritas
buruh Perkebunan Kalitengah merupakan buruh yang secara turun-temurun bekerja di
Perkebunan Kalitengah. Padahal dilihat dari segi kesejahteraan buruh masih rendah.
Bentuk relasi patron klient adalah warisan penjajahan belanda sejak zaman
pembukaan perkebunan besar-besaran dengan adanya Agrarische Wet (Undangundang Agraria) tahun 1870, yang memungkinkan investor asing menanam modal di
Indonesia (Nagazumi,1988:17).
Penelitian ini bertujuan untuk memahami latar belakang buruh bertahan di
Perkebunan Kalitengah. Sedangkan secara teoritik, kajian-kajian terdahulu tentang
perkebunan hanya membahas aspek ekonomi, tanah, dan kebijakan pemerintah.
Secara lebih spesifik penelitian diarahkan untuk mencari jawaban mengenai 1)
bagaimana usaha pihak perkebunan mengelola sumber daya sosial-ekonomi
Perkebunan Kalitengah; 2) mengapa buruh Perkebunan Kalitengah tetap bertahan di
Perkebunan Kalitengah; dan 3) bagaimanakah struktur sosial-ekonomi buruh
Perkebunan Kalitengah. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah
(historical method) dengan teori fungsional struktural, serta dengan mewawancarai
informan kunci, yang dipilih berdasarkan lama masa bekerja di perkebunan. Hal ini
untuk melihat hubungan antara pihak perkebunan dan buruh di Perkebunan
Kalitengah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur sosial-ekonomi buruh di
Perkebunan Kalitengah menunjukkan buruh berada pada struktur sosial paling bawah
dalam hierarki masyarakat Perkebunan Kalitengah. Hal ini dikarenakan buruh
berposisi sebagai orang yang menerima perintah untuk melakukan tugas dan
fungsinya sesuai arahan pimpinan. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi buruh
tetap bertahan di Perkebunan Kalitengah. Yaitu: Faktor intern ialah adanya
kemudahan menjadi buruh di Perkebunan Kalitengah, sehingga ada penilaian bahwa
pekerjaan buruh adalah pilihan realistis dibanding pekerjaan lain yang memerlukan
22
syarat yang rumit. Selain itu, ada keinginan membalas budi kepada perkebunan yang
telah memberikan bantuan baik berupa pekerjaan maupun finansial sehingga buruh
bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan faktor ekstern yakni adanya fasilitas
dan tunjangan yang diberikan pihak perkebunan. Fasilitas rumah dinas, ijin
penanaman tanaman perkebunan di lahan perkebunan secara gratis, dan adanya
tunjangan hari tua yang diberikan pihak perkebunan membuat buruh merasa nyaman
dan aman, sehingga mereka tidak beralih pada profesi lain.
Analisis Pustaka
Tulisan ini telah merupakan suatu penelitian yang bersifat kualitatifdeskriptif. Tulisan ini bermaksud mengemukakan pola-pola kehidupan sosial buruh
perkebunan di perkebunan Kalitengah. Dalam penelitian ini ditemukan hal-hal yang
menjadi alasan mengapa buruh perkebunan tetap bertahan menjalani profesinya
sebagai buruh perkebunan, padahal hidup mereka sebagai buruh belum dapat
dikatakan sejahtera. penelitian ini menekankan pada aspek modal sosial yang
terbentuk antara buruh dan perusahaan, yang terlihat dari hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa peran perusahaan yang mencoba menunjang kehidupan buruh
telah membuat para buruh betah bekerja di perkebunan.
Fenomena patron-clientyang berlangsung lintas generasi juga menunjukkan
adanya modal sosial yang terbentuk antara buruh dan perusahaan. Meskipun upah
yang diberikan perusahaan tidak mencapai UMR bagi para buruh, tetapi, fasilitas dan
kenyamanan yang muncul akibat relasi patron-client antara buruh dan perusahaan
perkebunan membuat para buruh tidak beralih. Dalam hal ini perusahaan telah
terlihat berhasil menerapkan aktivitas CSR internal bagi stakeholdernya (dalam hal
ini para buruh perkebunan), terlepas dari pada level apakah CSR yang diberikan
perusahan terhadap para buruh ini.
Tabel 8. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel, dan Fakta pendukung dalam
Pustaka 8
Variabel
Tingkat
pendapatan
Tingkat
pemberian
fasilitas
Sub Variabel
Tingkat
sosial
-
Fakta Pendukung
pelapisan Adanya perbedaan pendapatan antara
kategori pekerjaan tertentu di perkebunan
1.penyediaan
fasilitas
gedung
di
perkebunan.
2. Penyediaan listrik bagi buruh
3. pemberian izin tanam tanaman sela
4.pemberian tunjangan hari tua dan asuransi
keselamatan
23
Kerangka Pemikiran
KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI BURUH PERKEBUNAN KALITENGAH
TAHUN 1982-2010
X1
Tingkat pendapatan
X2
Tingkat pemberian fasilitas
1. penyediaan fasilitas gedung di
perkebunan.
2. Penyediaan listrik bagi buruh
3. pemberian izin tanam tanaman
sela
4.pemberian tunjangan hari tua dan
asuransi keselamatan
9. Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Judul Buku
Nama Jurnal
Volume (Edisi):Hal
Alamaturl/Doi
Tanggal Diunduh
Y
Relasi patron-client
turun-temurun
: DAMPAK INDUSTRI PERKEBUNAN KELAPA
SAWIT
PADA
PERUBAHAN
SOSIAL
MASYARAKAT
DESA
RUHUI
RAHAYU
KECAMATAN
TANJUNG
PALAS
UTARA
KABUPATEN BULUNGAN
: 2014
: Jurnal
: Elektronik
: Sidiq Baehaqi
: : : Jurnal Sosiologi
: Vol 2, No 4 (2014) : 39-50
:
http://ejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wpcontent/uploads/2014/11/JURNAL%20%20SIDIQ%20
BAEHAQI%20%2811-18-14-03-19-06%29.doc
: 5 Maret 2015
Ringkasan Pustaka
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masuknya Industri perkebunan kelapa
sawit di Desa Ruhui Rahayu memberikan banyak perubahan, terutama pada
percepatan pembangunan di desa ruhui rahayu. Selain memberikan dampak yang
positif terhadap percepatan pembangunan, masuknya sektor industri di desa ini juga
24
memberikan dampak yang negatif, yaitu perubahan sistem kerja sama masyarakat,
tingginya tingkat persaingan dan konflik dalam masyarakat. Peneltian ini bertujuan
untuk mengetahui dampak industri perkebunan kelapa sawit terhadap perubahan
sosial yang terjadi pada masyarakat Desa Ruhui Rahayu Kecamatan Tanjung Palas
Utara Kabupaten Bulungan dan mengetahui sejauh mana bentuk-bentuk perubahan
sosial sebelum dan sesudah masuknya industri perkebunan kelapa sawit.
Penelitian ini dilakukan dengan langkah penelitian kualitatif deskriptif,
populasi yang diambil adalah masyarakat Desa Ruhui Rahayu kabupaten Bulungan
Kalimantan Utara. Sampel dalam penelitian ini diambil 40 sampel secara random
sampling dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan
pengumpulan data sekunder.
Dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti, dapat diambil garis besar
bahwasanya masuknya industri di Desa Ruhui Rahayu memang memberikan
perubahan yang besar dalam masyarakat, terutama dalam sektor pertanian. Dari data
yang ada hampir 50% dari penduduk yang dahulu bekerja sebagai petani sekarang
beralih menjadi buruh pabrik dan perkebunan. Dalam sistem kerjasama orientasi kerja
masyarakat yang mulai berubah dari sistem gotong royong ke sistem kerja sama
masyarakat yang berorientasi pada materi, hal ini disebabkan oleh sibuknya
masyarakat yang bekerja di perusahaan. Jadi masuknya sektor industri di desa ini juga
sangat berpengaruh pada perubahan kerja sama masyarakat.
Masuknya industri kelapa sawit di desa ruhui rahayu juga mempengaruhi bentuk
persaingan yang ada di Desa tersebut. Persaingan tidak hanya terjadi pada masyarakat
lokal dengan pendatang dalam memperebutkan posisi dalam pekerjaan, tetapi juga
terjadi persaingan pada masyarakat lokal. Persaingan yang dominan terjadi pada
sistem mata pencaharian, misalnya persaingan dalam mendapatkan posisi jabatan di
perusahaan, dan persaingan dalam sektor usaha. Namun persaingan yang tejadi terjadi
di desa ini masih dalam batas yang wajar.
Konflik sosial juga terjadi akibat keberadaan industri perkebunan di desa ini.
konflik justru terjadi karena adanya program CSR yang dilakukan oleh perusahaan.
Ketimpangan akses terhadap program yang diselenggarakan Comdev PT. Sanggam
kahuripan Indonesia, membuat timbulnya kecemburuan sosial antar warga sehingga
timbullkah aksi-aksi berupa , penutupan akses jalan dari Desa Ruhui rahayu ke Desa
Salim batu, penikaman terhadap warga, hingga aksi penyerangan pada masyarakat.
Analisis Pustaka
Tulisan ini merupakan hasil penelitian atas dampak keberadaan industri
perkebunan kelapa sawit terhadap masyarakat sekitarnya. Hasil penelitian
menunjukkan terjadi perubahan yang signifikan setelah perkebunan sawit hadir
ditengah-tengah masyarakat. Dalam tulisan ini secara keseluruhan, terlihat bahwa
kehadiran perkebunan membawa dampak yang negatif terhadap masyarakat. Dalam
tulisan ini juga telah dituliskan perbandingan situasi sosial sebelum dan sesudah
hadirnya perkebunan ketengah-tengah masyarakat,
Tulisan ini merupakan fakta empiris yang menunjukkan apabila CSR dan
program Comdev suatu perusahaan tidak dilaksanakan dengan benar, justru dapat
25
mencetuskan konflik baru dalam masyarakat. Terlihat dengan adanya program
Comdev, justru malah menciptakan kesenjangan baru di masyarakat yang berujung
pada lahirnya konflik horizontal. Keberadaan perkebunan sendiri terlihat tidak sertamerta mendatangkan keuntungan bagi seluruh stakeholder yang berkaitan, tetapi juga
menimbulkan perubahan sosial dan kesenjangan-kesenjangan baru dalam
masyarakat.
Tabel 9. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel, dan Fakta Pendukung dalam
Pustaka 9
Variabel
Sub Variabel
Tingkat
kerjasama
antar anggota
masyarakat
Tingkat
persaingan
antar anggota
masyarakat
Fakta Pendukung
Perubahan dari sistem gotong-royong dalam
masyarakat menjadi orientasi materi.
Bentuk persaingan sebelum masuknya
industri antara lain :
1. Persaingan
dalam
perluasan
kepemilikan lahan
2. Persaingan dalam kualitas hasil
pertanian
3. Persaingan hasil jual komoditas
pertanian.
Setelah
masuknya
industri
dalam
masyarakat, bentuk persaingan masyarakat
mulai banyak mengalami perubahan, antara
lain :
1. Persaingan
dalam
memperoleh
pekerjaan di perusahaan
2. Persaingan dalam bidang usaha
Tingkat
pendapatan
Mata pencaharian
Intensitas
konflik sosial
Arah
konflik
terjadinya Adanya konflik vertikal dan horizontal
26
Kerangka Pemikiran
DAMPAK INDUSTRI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PADA PERUBAHAN
SOSIAL MASYARAKAT DESA RUHUI RAHAYU KECAMATAN TANJUNG
PALAS UTARA KABUPATEN BULUNGAN
X
Masuknya Industri Perkebunan
Kelapa Sawit
1. Tingkat persaingan antar anggota
masyarakat
2. Tingkat kerjasama antar anggota
masyarakat
3. Tingkat pendapatan
4. Intensitas konflik sosial
10. Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Judul Buku
Nama Jurnal
Volume (Edisi):Hal
Alamaturl/Doi
Tanggal Diunduh
Y
Perubahan sosial di masyarakat
1. Perubahan dari sistem gotongroyong dalam masyarakat
menjadi orientasi materi.
2. Perubahan bentuk persaingan
dalam perekonomian
3. Munculnya konflik
: Manakala
Konflik
Berkepanjangan
Harus
Diselesaikan: Kasus Konflik Perkebunan Kejatek,
Jember
: 2009
: Jurnal
: Elektronik
: Tri Chandra Aprianto
: : : Jurnal Ilmu Sosial dan Politik
: Vol 13, No 1 (2009) : 71-90
:
http://jurnalsospol.fisipol.ugm.ac.id/index.php/jsp/articl
e/view/67
: 22 April 2015
Ringkasan Pustaka
Tulisan ini dilatarbelakangi oleh adanya konflik klaim penguasaan dan
pemilikan hak atas lahan antara masyarakat dengan perkebunan di Kejatek, Jember.
Tulisan ini dipublikasikan, kampung perkebunan ini dikuasai oleh Perusahaan
Perkebunan Daerah (PDP) milik Pemerintah Kabupaten Jember. Sementara itu
masyarakat yang tinggal di sekitar wilayah tersebut sebagai petani dan menunggu
kejelasan dan penyelesaian konflik hak atas tanahnya. Persoalan penataan dan
pengelolaan sumber agraria yang tidak sesuai dengan daya dukung masyarakat dan
lingkungan sekitarnya akan melahirkan konflik pada wilayah hidup. Tulisan ini
membahas persoalan perebutan klaim atas wilayah hidup di kampung perkebunan ini.
27
Sekaligus perebutan klaim tersebut telah menghancurkan modal sosial yang telah
terbangun sebelumnya.
Bentuk tulisan ini menyajikan deskripsi dinamika konflik yang melintas
disetiap orde kuasa, sekaligus memberi jawaban atas pertanyaan bagaimana proses
penyelesaiannya, mengingat telah merentang dalam sejarah yang panjang. Pihak yang
sedang bertikai dihadirkan langsung saling berargumentasi dan difasilitasi oleh
pemerintah, yang dalam kasus ini diwakili oleh Kepala Desa setempat. Pada titik ini
sebenarnya, dinamika tata kelola masyarakat merupakan salah satu langkah awal dari
penyelesaian konflik yang berkepanjangan.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder berupa surat-surat
dan dokumen lama, yang membuktikan adanya pengalihan hak lahan perkebunan
Kejatek dari pemilik terdahulu pascapenjajahan kepada masyarakat sekitar, lalu
kepemilikan ini dipertanyakan lagi bahkan terjadi perebutan lahan antara masyarakat
dan pemerintah hingga terdapat masyarakat yang dipenjarakan.
Penelitian menunjukkan bahwa hukum atas kepemilikan lahan menjadi tidak jelas
karena adanya ketidakjelasan regulasi yang berlaku pascapenjajahan, hingga pada
orde baru. Ketidakjelasan regulasi kepemilikan lahan ini kemudian menimbulkan
konflik antara masyarakat yang merasa telah menanami lahan dengan negara.
Analisis Pustaka
Tulisan tentang konflik perkebunan ini terlihat kurang sistematis. Didalamnya
tidak tercantum tujuan penelitian, dan metode yang digunakan. Penulis langsung
menuliskan hasil penelitiannya seperti bercerita tentang sejarah konflik yang terjadi di
perkebunan Kejatek, Jember. Hal ini sedikit menyulitkan pembaca untuk memahami
kerangka berfikir yang digunakan oleh penulis. Selain itu, bahasa tulis yang
digunakan terkadang tidak mengikuti pola penulisan Bahasa Indonesia yang benar.
Variabel yang dilihat oleh penulis juga tidak terlalu jelas. Penulis hanya
menceritakan rangkaian kejadian kepemilikan lahan dan konflik yang terjadi di
perkebunan tersebut. Akan tetapi penulisan jurnal ini menarik karena menyertakan
dokumen-dokumen terdahulu yang melegitimasi bahwa memang terjadi konflik
penguasaan lahan diperkebunan tersebut. Aktor yang terlibat dalam konflik adalah
masyarakat, yang merupakan warga yang tinggal di kampung sekitar areal
perkebunan, dengan pengusaha (pra orde baru) dan dengan pemerintah (orde baru).
Tabel 10. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel, dan Fakta Pendukung dalam
Pustaka 10
Variabel
Kepemilikan
lahan
Relasi
konflik
Sub Variabel
-
aktor -
Fakta Pendukung
Adanya kepemilikan lahan yang menjadi
perhatian penulis dalam menganalisis
konflik
Dalam tulisan disebutkan siapa saja yang
berusaha mengklaim lahan perkebunan
28
Hukum yang melandasi
Dalam tulisan, penulis melihat hukum apa
yang dipakai oleh negara pada masa
terjadinya konflik tersebut. Bagaimana
regulasi yang melegitimasi kepemilikan
tanah.
Kerangka Pemikiran
Manakala Konflik Berkepanjangan Harus Diselesaikan: Kasus Konflik
Perkebunan Kejatek, Jember.
X1
Kepemilikan lahan
X2
Relasi aktor yang terlibat
Y
Konflik kepemilikan lahan perkebunan
X3
Regulasi kepemilikan lahan
11. Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Judul Buku
Nama Jurnal
Volume (Edisi):Hal
Alamaturl/Doi
Tanggal Diunduh
: PENGUKURAN INTENSITAS KONFLIK DALAM
MASYARKAT MAJEMUK
: 2005
: Jurnal
: Elektronik
: Usman Pelly
: : : Jurnal Antropologi Sosial Budaya ETNOVISI
: Vol 1, No 2 (Oktober) : 53-56
:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15277/1
/etv-okt2005-1.pdf
: 27 April 2015
Ringkasan Pustaka
Penelitian yang dilakukan oleh penulis dilatarbelakangi adanya masyarakat
yang majemuk. Kemajemukan dalam masyarakat tersebut baik secara horizontal
maupun vertikal menyebabkan masyarakat majemuk seperti Indonesia memiliki
29
potensi konflik. Tulisan ini memberikan panduan bagaimana mengukur intensitas
konflik, yang berguna bagi pengambil kebijakan dalam proses-proses penciptaan
keserasian sosial dalam lingkungan masyarakat majemuk.
Metode yang digunakan dalam penulisan pustaka ini adalah dengan
melakukan tinjauan pustaka yang memuat teori-teori terdahulu tentang konflik yang
bermula dari kemajemukan secara vertikal maupun secara horizintal. Tujuan
penelitian ini adalah untuk merumuskan pengukuran intensitas konflik yang terjadi.
Hasil penelitian yang dilakukan adalah berupa fungsi pengukuran intensitas potensi
konflik. Secara praktis cara pengukuran ini setidaknya akan memudahkan kita dalam: (1)
merekrut tokoh/kader lokal untuk memimpin berbagai kelompok, dan (2) membuat
program dan perencanaan usaha-usaha pencegahan konflik dan pembinaan ke arah
keserasian sosial.
Usaha ke arah perbaikan kehidupan fisik dan nonfisik seperti: perbaikan
pemukiman, kesempatan untuk mendapatkan pendidikan, lapangan kerja, akan sangat
bermanfaat untuk mengurangi intensitas konflik faktor-faktor vertikal. Dengan
demikian, pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya serta peningkatan kualitas
kehidupan demokratisasi akan memperkecil intensitas potensi konflik dan masyarakat
majemuk. Dalam keadaan itu pula usaha-usaha kerjasama akan lebih berfungsi ke
arah keserasian sosial.
Analisis Pustaka
Dalam pustaka ini, digambarkan secara padat tentang pengukuran intensitas
konflik. Terdapat dua faktor besar yang dirumuskan yaitu adanya faktor vertikal dan
faktor horizintal. Kemajemukan akan menjurus ke arah konflik yang sangat potensial
apabila faktor kemajemukan horizontal bersatu dengan faktor kemajemukan vertikal.
Dengan kata lain, apabila suatu kelompok etnis tertentu tidak hanya dibedakan dengan
kelompok etnis lainnya karena faktor-faktor “ascribed” lainnya seperti bahasa daerah,
agama, dan lain-lain, tetapi juga karena perbedaan faktor “achievement” seperti
ekonomi, pemukiman dan kedudukan politis, maka intensitas konflik akan dapat
menjurus kepada suasana permusuhan. Sebaliknya, apabila kemajemukan faktorfaktor horizontal tidak diperkuat oleh faktor-faktor vertikal, maka intensitas konflik
sangat kecil dan mudah untuk dijuruskan kepada persesuaian atau harmoni.
Kelemahan pustaka ini adalah tidak mencantumkan tujuan serta metode
penelitian dengan jelas. Akan tetapi, penulisannya yang ringkas dan jelas membuat
pembaca menjadi mudah memahami maksud utama dari penelitian yang dilakukan
oleh penulis.
Tabel 11. Matriks Keterangan Variabel, Sub Variabel, dan Fakta Pendukung dalam
Pustaka 11
Variabel
Faktor
Horizontal
Sub Variabel
Fakta Pendukung
a. Etnis
b. Bahasa daerah
c. Adat-istiadat/perilaku
Faktor kemajemukan horizontal merupakan
faktor-faktor yang diterima seseorang
sebagai warisan (ascribed-factors).
30
Faktor Vertikal
d. Agama, dan
e.Pakaian/makanan
(budaya material)
a.Penghasilan (income)
b. Pendidikan
c. Pemukiman
d. Pekerjaan, dan
e. Kedudukan Politis
Faktor-faktor kemajemukan vertikal lebih
banyak diperolehnya dari usahanya sendiri
(achievement-factors).
Kerangka Pemikiran
PENGUKURAN INTENSITAS KONFLIK DALAM MASYARKAT MAJEMUK
X1
Faktor horizontal
Y
Intensitas konflik
X2
Faktor vertikal
BAB III
RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN
Definisi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR)
Tanggung jawab sosial perusahaan merupakan salah satu isu penting dalam
bisnis korporasi. Tanggung jawab sosial korporat pada era tahun 1970an dan 1980an
pada dasarnya tidak begitu peduli terhadap sebagian besar komuniti di sekitar wilayah
korporat, terutama komunitas lokal yang pola hidupnya sangat berbeda dengan
komunitas korporat (Budimanta, dkk, 2004). Untuk itu pemerintah kemudian
membuat suatu regulasi yang mengharuskan setiap korporasi di Indonesia memiliki
tanggung jawab sosial perusahaan. Tanggung jawab sosial perusahaan merupakan
suatu konsep yang berlaku secara global. Menurut Prayogo (2012) korporasi memiliki
tanggung jawab sosial selain tanggung jawab bisnis dan legal.
Pemerintah Indonesia telah memformulasikan kebijakan tentang CSR dalam
UU nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan, khususnya pada pasal 74 menegaskan
bahwa suatu korporasi atau perusahaan berkewajiban melaksanakan tanggung jawab
sosial dan lingkungan. Apabila tanggung jawab ini tidak dilaksanakan maka korporasi
dapat dikenai sanksi sesuai yang tertera pada undang-undang tersebut. Akan tetapi
pada prakteknya masih banyak perusahaan yang kemudian menanggapi regulasi ini
dengan melaksanakan tanggung jawab sosial yang seadanya dan sarat dengan aksi
kedermawanan (charity) yang merupakan tingkatan terendah dalam pelaksanaan CSR
menurut Zaidi (2003). Secara tegas, CSR juga telah diatur dalam sistem hukum di
Indonesia dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
Akan tetapi masih terdapat perbedaan definisi dalam kedua produk hukum tersebut,
diskriminasi bagi perusahaan tertentu yang terkena kewajiban untuk melaksanakan
CSR, serta banyaknya peraturan perundang-undangan yang ada terkait dengan ruang
lingkup dan isu-isu CSR. hal ini terkadang menjadi cela dalam pelaksanaan CSR
secara tidak maksimal (Fajar, 2009).
Menurut Wibisono (2007) CSR dapat didefinisikan sebagai tanggung jawab
perusahaan kepada para pemangku kepentingan untuk berlaku etis, meminimalkan
dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif yang mencakup aspek ekonomi
sosial dan lingkungan (triple bottom line) dalam rangka mencapai tujuan
pembangunan berkelanjutan. Sementara Poerwanto (2010) berpendapat bahwa
tanggung jawab sosial perusahaan dapat dipahami sebagai kebijakan-kebijakan dan
tindakan-tindakan perusahaan dalam berinteraksi dengan lingkungannya yang
didasarkan pada etika.
Konsep Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) dan Pengembangan
Masyarakat
Tanggung jawab sosial perusahaan adalah tentang nilai standar yang dilakukan
berkaitan dengan beroprasinya korporat (Budimanta, dkk, 2004). Tanggung jawab
32
sosial dan lingkungan secara sosial tidak hanya terbatas pada konsep pemberian donor
saja, tetapi konsepnya sangat luas dan tidak bersifat statis dan pasif, hanya
dikeluarkan dari perusahaan, akan tetapi hak dan kewajiban yang dimiliki bersama
antar stakeholders. Menurut Moralis dan Cochius (2011) dalam Nasdian (2014),
pemangku kepentingan dalam hal ini adalah pemerintah, perusahaan dan masyarakat.
Kemudian pemangku peran pemangku kepentingan ini dipertegas oleh Nasdian
(2014) bahwa tanggung jawab sosial perusahaan tidak hanya melibatkan perusahaan
dan masyarakat, tetapi jug amelibatkan pemerintah, khususnya pemerintah lokal
dalam hak dan kewajiban negara dalam pembangunan dan pengembangan
masyarakat. Maka itu lah diperlukan implementasi pengembangan prinsip tatakelola
yang baik (good governence system). Konsep CSR menurut Ambadar (2008)
sebenarnya bukanlah suatu hal yang baru dalam dunia bisnis. Di tingkat internasional
CSR tidak hanya kewajiban secara formalitas tetapi juga merupakan sentuhan
moralitas perusahaan terhadap lingkungan sosialnya, sehingga CSR merupakan
denyut nadi perusahaan.
Elklington (1997) dalam Nasdian (2014) merumuskan suatu konsep yang
menjadi landasan bagi aktivitas CSR. konsep ini dinamakan konsep tripple bottom
line (3P), yaitu people, planet, dan profit. Perusahaan yang baik harus turut
mempertimbangkan kelestarian lingkungan (planet), dan kesejahteraan masyarakat
(people) disamping mengejar keuntungan bisnis (profit). Sinergitas dari ketiga
orientasi tersebut dimanifestasikan sebagai upaya perusahaan untuk menginternalisasi
faktor-faktor luar kedalam kebijakan perusahsaan (the internalisation of externalities).
Dalam pandangan pengembangan masyarakat, CSR merupakan salah satu
konsep yang dapat dilakukan untuk memberdayakan masyarakat (Nasdian, 2014).
Akan tetapi, dalam tulisan Prayogo (2012) pengembangan masyarakat justru
merupakan bagian dari aktivitas CSR. Secara sosial, kinerja program CSR dan CD
pada gilirannya dapat menentukan seberapa besar social legitimacy (penerimaan
sosial) para pemangku kepentingan, utamanya komunitas sekitar, atas komitmen,
kehadiran dan tindakan korporasi secara umum (Prayogo, 2008c). Hal ini senada
dengan pendapat Ambadar (2008) bahwa pengembangan masyarakat diyakini
merupakan sebuah aktualisasi dari CSR yang lebih bermakna daripada sekedar
aktivitas kedermawanan semata. Ardianto dan Machfudz (2011) juga mengatakan
bahwa pengembangan masyarakat adalah aktualisasi CSR. pengembangan masyarakat
adalah corak utama dalam CSR. metodelogi yang benar dalam pelaksanaan
pengembangan masyarakat harus dimulai dari Participatory Rural Appraisal (PRA).
Sebagai jiwa dari CSR, pengembangan masyarakat harus dilakukan dnegan
pemahaman yang mendalam. Kaidah dan metodelogi yang digunakan harus tepat.
Bias pendapat dari salah satu stakeholder saja dapat ‘mejebak’ masyarakat dalam
ketergantungan baru. Terdapat beberapa isu strategis dalam pengembangan
masyarakat, yaitu: pengusahaan kedamaian, kesejahteraan hidup, kesejahteraan
gender, keberlanjutan lingkungan dan kearifan lokal (Ardianto dan Machfudz, 2011).
Praktik Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR)
Menurut Carrol (1999) dan Stone (2001) dalam Prayogo (2011), tinggi
rendahnya kinerja program CSR tidak mutlak menjamin baik-buruknya relasi
33
korporasi-pemangku kepentingan, namun dari pengukuran kinerja inilah terlihat
komitmen, kebijakan dan tindakan korporasi terhadap pemangku kepentingan mereka
atau khususnya pada komunitas terdekat.
Menurut Nasdian (2014) secara empiris, terdapat tujuh isu proses dan
implementasi CSR yaitu : organizational governance; human rights; labour practices;
the environment; (5) fair operating practices; (6) consumer issues; dan (7) community
development.
Moralis dan Cochius (2011) Dalam Nasdian (2014) dijelaskan pula bahwa,
secara umum tuntutan dan harapan terhadap CSR bersifat multidimensional: turut
menyumbang pembangunan ekonomi (dimensi ekonomi); (2) melebihi kewajiban
hukum/regulasi (dimensi kesukarelaan); (3) kepedulian terhadap lingkungan dalam
pengelolaan operasi bisnis (dimensi lingkungan); (4) mengintegrasikan kepentingan
sosial dalam operasi bisnis (dimensi sosial); dan (5) interaksi dengan pemangku
kepentingan perusahaan (dimensi pemangku kepentingan).
Terdapat beberapa tingkatan pelaksanaan CSR menurut Zaidi (2003) dalam
Ambadar (2008), yaitu kedermawanan (charity), pilantropi (philantrophy) dan
corporate citizenship. Karakteristik ketiga tahapan tersebut dimuat dalam tabel
dibawah ini:
Tabel 12. Karakteristik dan tahap-tahap tanggung jawab sosial perusahaan
Tahapan
Motivasi
Misi
Pengelolaan
Pengorganis
asian
Penerima
manfaat
Kontribusi
Charity
Agama, tradisi, adat
Mengatasi
sesaat
Jangka
menyelesaikan
sesaat
Kepanitiaan
Orang miskin
Hibah sosial
Kewajiban
Inspirasi
Sumber : Zaidi, 2003
Philantrophy
Norma, etika dan hukum
universal,
redistribusi
kekayaan
masalah Mencari dan mengatasi
akar masalah
pendek, Terencana, terorganisir dan
masalah terprogram
Corporate Citizenship
Pencerahan diri dan
rekonsilisasi
dengan
ketertiba n sosial
Memberikan kontribusi
kepada masyarakat
Terinternalisasi dalam
kebijakan perusahaan
Yayasan (Dana
profesional
Masyarakat luas
abadi), Keterlibatan
dalam
pendanaan
Masyarakat luas dan
perusahaan
Hibah pembangunan
Hibah dan keterlibatan
sosial
Kepentingan bersama
Pelaksanaan CSR juga dapat dievaluasi. Berbagai peneliti telah mencoba
merumuskan pengukuran efektivitas dan efisiensi pengukuran kinerja program CSR
sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan. Terdapat beberapa peneliti yang
mencoba mengukur efektivitas CSR yang dilaksanakan korporasi dengan melihat
tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan itu. Pengukuran dilakukan dengan
mengacu pada tangga partisipasi Arnstein (1986) dalam Nasdian (2014), yang
merumuskan terdapat 8 tingkatan partisipasi, yaitu manipulasi (sebagai tingkatan
34
terendah),terapi, pemberitahuan, konsultasi, penentraman, kemitraan, pendelegasian
kekuasaan dan tingkatan yang tertinggi adalah kontrol masyarakat.
Prayogo (2011) merumuskan substansi evaluasi program CSR berdasarkan
dimensi tipologi wilayah dan komunitas; tipologi desa; tipologi komunitas; program
CSR dan CD yang diukur melalui: manfaat, kesesuaian, keberlanjutan, dampak,
organisasi, dan aspek lainnya yang disesuaikan dengan kebutuhan; serta dimensi
potensi, yang terdiri dari sumber alam, sumber daya manusia, organisasi, akses, dan
aspek lokalitas lainnya.
Awal mula praktik CSR di Indonesia terlihat belum terdokumentasikan dengan
baik. Akan tetapi, penghujung tahun 2005 merupakan salah satu puncak momentum
CSR di Indonesia melalui adanya CSR Award (Sukada dkk, 2007). Salah satu
permasalahan besar CSR di Indonesia adalah belum adanya pemahaman yang utuh
tetantang praktek dan kecakapan teknis pelaksanaannya oleh stakeholder. Programprogram yang dijalankan masih tidak konstan, tidak terarah, serta sporadis, karena
lebih dilatarbelakangi desakan dan perluasan protes sosial.
Menurut Widiyanto (2007) dalam Ardianto dan Machfudz (2011) terdapat dua
bentuk praktek CSR di Indonesia. Pertama, tanggung jawab institusional perusahaan
yang terikat dengan peraturan perundang-undangan, seperti BUMN, yang disyaratkan
memberikan sumbangan keuntungan dari tahun ke tahun atau pengusaha hak
pengawasan hutan (HPH) diwajibkan melaksanakan program pembinaan masyarakat
desa yang berada di sekitar kawasan hutan. Kedua, adalah tanggung jawab sukarela
yang tidak terikat dengan peraturan perundang-undangan, tetapi tetap dilaksanakan
karena dianggap penting oleh perusahaan
Definisi Konflik Sosial
Konflik secara termonologi diambil dari bahasa Yunani configere yang artinya
saling memukul. Menurut Kinseng (2013) konflik merupakan relasi sosial antar aktor
sosial yang ditandai oleh pertentangan atau perselisihan dan kemarahan baik
dinyataka secara terbuka atau tidak dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Analitis
politik dan ekonomi yang dikembangkan oleh Karl Marx, ternyata juga dibangun atas
asumsi bahwa konflik adalah bagian yang tidak terelakkan dalam sebuah masyarakat,
yang mencerminkan filosofi dialektis yang menjadi pegangannya. Dalam konsep
materialisme dialektikalnya, Marx juga berpendapat bahwa konflik mendorong
timbulnya konflik lebih lanjut, sehingga menyebabkan perubahan yang tidak dapat
dihindari, yang hampir akan selalu mengarah pada peningkatan mutu kondisi
manusia.
Menurut Lewis A Coser, konflik merupakan perselisihan mengenai nilai-nilai
atau tuntutan yang berkenaan dengan status, kuasa dan sumber-sumber kekayaan yang
persediannya terbatas. Perselisihan tersebut dapat dipahami sebagai disfungsi yang
terdapat antara pihak yang berkonflik. Pada awalnya, Lewis A Coser menganggap
bahwa masyarakat selalu bergerak kepada keseimbangan dengan usaha-usaha
memperbaiki disfungsi yang terjadi akibat adanya ketidaksamaan tujuan, yang
dijelaskan dengan pendekatan fungsionalisme struktural. Pendekatan fungsionalisme
ini menyebabkan terabaikannya penekatan konflik. Menurut pendapatnya, struktur
yang terbentuk dalam masyarakat adalah hasil dari kesepakatan yang dibuat dalam
35
rangka menyeimbangkan keadaan, akan tetapi disisi lainnya Coser juga mengakui
adanya proses-proses yang tidak dapat disepakati bersama, dan disebut sebagai
konflik.
Dalam tulisannya, Fisher (2000) membagi wujud konflik menjadi tiga yaitu:
konflik laten, konflik manifestasi dan konflik mencuat. Pada tahapan konflik laten,
masing-masing pihak yang bertentangan tidak memperlihatkan bahwa diantara
mereka telah terjadi ketidaksepahaman. Konflik laten akan terpendam terus, hingga
ada momentum yang akan mengubahnya menjadi konflik mencuat. Konflik mencuat
adalah bentuk konflik yang mulai terdidentifikasi, pihak-pihak mana sajakah yang
bertentangan, tetapi pada tahapan ini, belum terlihat ada usaha dari masing-masing
pihak untuk melakukan penyelesaian. Selanjutnya, bentuk yang terakhir adalah
konflik manifest, yang merupakan konflik terbuka yang para pelakunya telah
melakukan usaha-usaha untuk menyelesaikan konflik tersebut, terlepas dari
bagaimana cara yang ditempuh.
Teori tentang wujud konflik ini dapat digunakan dalam menganalisis intensitas
konflik yang terjadi pada antara masyarakat dan perusahaan. Meskipun tidak pernah
ada perlawanan yang jelas dari masyarakat, tidak berarti bahwa tidak ada potensi
konflik yang timbul akibat eksploitasi batu kapur dan operasional PT. Indocement di
desa Bantarjati.
Berdasarkan level permasalahannya menurut Fisher (2001) konflik dapat
dibedakan menjadi konflik horizontal dan konflik vertikal. Konflik horizontal
mengarah pada konflik yang terjadi antara pihak-pihak yang memiliki level yang
sama, misalnya konflik antar etnis, suku, golongan, agama, antar kelompok dalam
masyarakat yang disebabkan karena adanya kecemburuan sosial. Selanjutnya, konflik
vertikal adalah konflik yang terjadi pada pihak-pihak yang memiliki level yang
berbeda, misalnya anatara masyrakat dan pemerintah, atau masyarakat dengan
perusahaan.
Terdapat dua pengelompokan teori konflik yaitu teori kritis dan teori analistis.
Teori kritis merupakan teori yang digagas oleh Karl Marx pada abad ke-19 dengan
ide bahwa konflik muncul karena adanya perubahan material. Industrialisasi yang
muncul sejak revolusi Inggris, menyebabkan terjadinya polarisasi antara pihak borjuis
dan kaum proletar. Kedua kaum ini berada dalam struktur sosial hirarkis dalam proses
produksi. Kaum borjuis melakukan eksploitasi terhadap kaum proletar. Ketimpangan
hirarki antar keduanya memicu munculnya konflik. Faktor ekonomi menjadi
determinan yang penting dari struktur dan perubahan sosial yang dialami oleh
masyarakat.
Sedangkan menurut Dahrendoft, yang mengusung teori analitis, bukan
material yang menyebabkan konflik terjadi, melainkan adanya kekuasaan. Kedua teori
ini dapat menjadi bahan analisis dalam usaha untuk mengetahui apakah penyebab
sebenarnya dari konflik yang mungkin terjadi antara perusahaan dan masyarakat
Bantarjati.
36
Gambar 1. Akar dan ragam teori konflik merujuk buku “The Structure of Sociological
Theory” karangan Turner (1998)1
Penyebab Konflik
Dalam tulisannya Fisher juga menyebukan beberapa teori mengenai penyebab
konflik. Teori yang pertama adalah teori hubungan masyarakat. Teori ini
menganggap konflik adalah keadaan yang disebabkan oleh polarisasi yang terus
terjadi, ketidakpercayaan dan permusuhan. Teori kedua adalah teori negosiasi prinsip
yang menganggap bahwa konflik disebabkan oleh posisi-posisi yang tidak selaras dan
perbedaan pandangan tentang konflik oleh masing-masing pihak. Teori ketiga adalah
teori kebutuhan manusia. Teori ini mengatakan bahwa konflik terjadi akibat tidak
terpenuhinya kebutuhan manusia.
Teori keempat adalah teori identitas, yang mengatakan bahwa kemunculan
konflik adalah akibat dari perbedaan indentitas yang melekat pada individu.
Ketidakmampuan suatu pihak menerima keberadaan pihak lainnya yang berbeda
dengan dirinya, mengakibatkan munculnya pertentangan diantara pihak-pihak
tersebut. Teori kelima adalah teori kesalahpahaman antar budaya. Perbedaan dan
ketidakcocokan dengan cara-cara berkomunikasi antar budaya menjadi penyebab
munculnya perbedaan kepentingan dan mengakibatkan munculnya pertentangan antar
pihak. Teori lainnya adalah teori transformasi konflik. Teori ini mengatakan bahwa
konflik muncul akibat adanya masalah-masalah ketidaksetaraan dan ketidakadilan
yang muncul sebagai masalah-masalah sosial, budaya dan ekonomi.
Dari keenam teori yang telah disebutkan, konflik yang muncul pada
1
Dikutip dari tulisan “ Memahami Akar dan Ragam Teori Konflik” Sofyan Sjaf
37
masyarakat desa Bantarjati secara dominan dapat dilihat dengan teori hubungan
masyarakat, negosiasi prinsip, dan teori identitas. Apabila dihubungkan dengan
keberadaan perusahaan, intensitas konflik sosial yang muncul cenderung disebabkan
oleh hubungan masyarakat dengan perusahaan, diikuti oleh negosisasi prinsip, dan
perbedaan yang ada antara perusahaan yang merupakan pendatang dengan masyarakat
yang telah terlebih dahulu bermukim di Bantarjati.
Tahapan Konflik
Menurut Fisher (2001) situasi konflik dapat dianalisis dengan alat bantu
berupa penahapan konflik. Konflik dapat berubah setiap saat melalui tahapan
aktivitas, intensitas, ketegangan, dan kekerasan yang berbeda. Tahapan yang
dimaksud adalah:
1. Tahap pra-konflik
Dalam tahapan sebelum terjadinya konflik ini, mulai terdapat ketidaksesuaian
sasaran antara dua pihak atau lebih, sehingga menjadi awal mula timbulnya
konflik. Konflik masih bersifat laten. Pihak-pihak yang mulai menyadari
ketidaksamaan tujuan ini mungkin akan mulai saling menjauhi satu sama lain
sehingga muncul ketegangan diantara mereka.
2. Konfrontasi
Merupakan tahapan saat konflik mulai terbuka. Jika hanya salah satu pihak
yang menyadari telah timbul suatu permasalahan, maka mereka akan berusaha
menyuarakan ketidaksetujuannya. Misalnya dengan melakukan demonstrasi
atau kegiatan konfrotatif lainnya.
3. Krisis
Merupakan puncak dari pertentangan yang terjadi. Pada tahapan ini akan
terjadi ketegangan bahkan mungkin kekerasan yang paling hebat sebagai
wujud ketidaksetujuan masing-masing pihak. Dalam konflik skala besar,
tahapan ini adalah periode perang. Komunikasi
antara pihak yang
bertentangan memiliki kemungkinan besar untuk terputus dan tidak dapat
berfungsi. Pernyataan-pernyataan yang diberikan masing-masing pihak
cenderung bersifat menuduh dan menentang pihak lainnya.
4. Akibat
Merupakan tahapan dengan usaha untuk menyelesaikan konflik. Pihak yang
bertentangan mencoba untuk bernegosiasi atau melakukan upaya-upaya
penyelesaian konflik lainnya.
5. Pascakonflik
Merupakan situasi akhir dari konflik. Situasi yang memanas diselesaikan
dengan cara mengakhiri berbagai konfrontasi kekerasan. Ketegangan
berkurang dan hubungan akan berjalan menuju seperti sedia kala. Akan
tetapi,apabila pertentangan kembali muncul, fase ini dapat kembali berubah
menjadi fase pra-konflik.
X
Masuknya Industri
Perkebunan
Kelapa Sawit
X1
Efektivitas Pelaksanaan program CSR/
CD
X2
Keberadaan Potensi yang dimiliki desa
X1
Penyelenggaraan program CSR
X
Pengukuran Program
CSR
Y
Perubahan sosial
di masyarakat
Y
Tingkat kesejahteraan desa
(X1)
Capaian Corporate Social
Responsibility goal
(X2)
Tingkat Corporate Social issue
(X3)
Tingkatan Corporate relation program
X
Tingkat pelaksanaan CSR
Y1
Kondisi sosial (modal sosial)
Y2
Kondisi ekonomi (taraf hidup)
Y
Peningkatan
Kesejahteraan Hidup
Masyarakat
Y
Tingkat Partisipasi
Y
Tingkat kemiskinan
X2
Tingkat pemberian
fasilitas
X1
Tingkat
pendapatan
Y
Relasi patron-client
turun-temurun
X1
Kepemilikan lahan
X1
Dinamika konflik
X2
Sebab konflik
X1
Faktor horizontal
X2
Faktor vertikal
Y1
Relasi antar aktor
Y
Intensitas konflik
X3
Regulasi kepemilikan lahan
Y2
Dampak positif dan negatif
keberadaan perkebunan
Y
Konflik kepemilikan
lahan perkebunan
Y
Resolusi
konflik
BAB IV
SIMPULAN
Hasil Rangkuman dan Pembahasan
Tanggung jawab sosial perusahaan bukanlah suatu konsep yang baru. Di
Indonesia sendiri tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) memiliki momentum besar
pada tahun 2005 dengan diadakannya CSR Award. Pelaksanaan CSR di Indonesia
juga sudah diatur dalam bentuk perundang-undangan. Baik perusahaan yang terikat
undang-undang maupun tidak kini sama-sama diwajibkan untuk melaksanakan
tanggung jawab sosial perusahaan.
Dalam sudut pandang pelaksanaan CSR, pengembangan masyarakat
merupakan jiwa dari aktivitas CSR. Pengembangan masyarakat harus dilakukan
melalui need assessment terlebih dahulu, agar pelaksanaan CSR sesuai dengan apa
yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Konflik antara korporasi perkebunan juga bukanlah suatu hal yang baru. Sejak
berlakunya domein verklaring sebagai acuan utama dalam pengaturan pertanahan,
konflik kepemilikan tanah hingga perbudakan di perkebunan selaku terjadi. Keadaan
ini menyebabkan selalu ada gesekan antara masyarakat dan perusahaan perkebunan.
Program CSR hadir sebagai jembatan antara perusahaan dan masyarakat sebagai
bentuk pertanggungjawaban perusahaan atas perubahan yang terjadi.
Efektivitas pelaksanaan program CSR dapat diukur menggunakan beberapa
pengukuran. Terdapat beberapa variabel yang dapat dijadikan instrumen pengukuran
pelaksanaan dan kemanfaatan program CSR di masyarakat. Begitu pula dengan
pengukuran konflik. Konflik dapat dipisahkan menjadi konflik vertikal dan
horizontal. Faktor penyebab terjadinya konflik horizontal biasanya adalah faktorfaktor yang didapat dari pewarisan, sementara faktor penyebab konflik vertikal adalah
faktor-faktor yang didapat melalui pencapaian.
Usulan Kerangka Analisis Baru
Pengukuran dan evaluasi program CSR akan memberikan gambaran tentang
bagaimana kegiatan CSR suatu perusahaan dilaksanakan. Pengukuran dapat dilakuakn
dengan mengukur variabel-variabel pelaksanaan CSR, seperti yang dilakukan oleh
Prayogo (2011) berdasarkan dimensi tipologi wilayah dan komunitas; tipologi desa;
tipologi komunitas; program CSR dan CD yang diukur melalui: manfaat, kesesuaian,
keberlanjutan, dampak, organisasi, dan aspek lainnya yang disesuaikan dengan
kebutuhan; serta dimensi potensi, yang terdiri dari sumber alam, sumber daya
manusia, organisasi, akses, dan aspek lokalitas lainnya.
Setelah pengukuran terhadap pelaksanaan CSR dilakukan, pemetaan relasi
antar stakeholder juga sangat diperlukan untuk melihat potensi konflik yang dimiliki.
Seperti yang dilakukan oleh Musdalifah (2009), yaitu dengan menelusuri pola relasi
antar aktor, Dampak positif keberadaan perkebunan, Dampak negatif keberadaan
40
perkebunan dan pada akhirnya melakukan pengukuran Intensitas konflik yang terjadi,
disertai arah konflik, seperti yang dilakukan oleh Pelly (2005) dengan melihat apakah
konflik yang terjadi tergolong kedalam konflik vertikal atau konflik horizontal.
Pada akhirnya, penelitian ini bertujuan untuk melihat apa sebenarnya dampak
program CSR terhadap potensi konflik yang terjadi, baik antara perusahaan dan
masyarakat juga konflik yang terjadi dalam masyarakat, terkait dengan adanya
program CSR.
1.
Corporate Social
Responsibility
(CSR)
2.
3.
4.
Relasi sosial dalam
masyarakat
Tingkat persaingan antar
anggota masyarakat
Tingkat kerjasama antar
anggota masyarakat
Tingkat pendapatan
Intensitas konflik sosial
Pengukuran Program CSR
Dinamika konflik
1.
2.
3.
4.
5.
Tingkat Efektivitas
Tingkat Kesesuaian
Tingkat Keberlanjutan
Dampak kesejahteraan
Tingkat Pemberdayaan
1. Perubahan politik
2. Tingkat
Ketimpangan
3. Tingkat eksploitasi
4. Tingkat dominasi
5. Tingkat
pemberdayaan
Sebab konflik
6. Tingkat Peran negara
6. Tingkat Partisipasi
Pemetaan relasi antar aktor
1. Relasi antar perusahaan dan
masyarakat
2.Relasi antar perusahaan dan
pemerintah
3.Relasi antar perusahaan dan
LSM
4.Relasi anatara pihak
perusahaan dan keamanan
= dilakukan
1. Tingkat fluktuasi
2. Intensitas
3. Eskalasi dan bentuk
4. Peran aktor dan lembaga
= berhubungan
Gambar 2. Usulan kerangka Analisis baru
= berdampak pada
41
Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Skripsi
Keberadaan korporasi perkebunan seharusnya memiliki dampak yang baik
pada kesejahteraan masyarakat. Akan tetapi perkebunan justru menjadi kantongkantong kemiskinan berada. Kemiskinan dan kesenjangan lainnya yang muncul antara
perusahaan dan masyarakat sekitar dapat dengan mudah berubah menjadi potensi
konflik. Program CSR lahir dan diharapkan mampu menjadi jembatan antara
korporasi dan masyarakat dalam menekan kerugian yang terjadi akibat kegiatan
produksi perusahaan. Tanggung jawab sosial perusahaan sedikit banyak harusnya
memiliki dampak terhadap potensi konflik yang terdapat antara stakeholder disekitar
wilayah perkebunan. Keadaan ini melahirkan pertanyaan, pertanyaan khusus, yaitu,
bagaimanakah pelaksanaan program CSR bagi masyarakat disekitar
perkebunan?
Program CSR seharusnya dilakukan dengan terlebih dahulu melihat dan
melakukan need assessment terhadap masyarakat yang akan menjadi subjek
pemberdayaan. Seluruh kebutuhan, sumber daya bahkan keadaan sosial di masyarakat
juga harus diketahui oleh perusahaan. Hal ini memunculkan pertanyaan khusus kedua,
yaitu, apakah terdapat potensi konflik di masyarakat sekitar perkebunan, baik
horizontal maupun vertikal?
Setelah mengetahui potensi konflik yang ada di masyarakat, dan
melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan, maka munculnya pertanyaan khusus
yang ketiga, yaitu, apakah dampak pelaksanaan tanggung jawab sosial
perusahaan terhadap konflik sosial di masyarakat sekitar wilayah perkebunan?
42
DAFTAR PUSTAKA
Ambadar, J. 2008. CSR DALAM PRAKTIK DI INDONESIA WUJUD
KEPEDULIAN DUNIA USAHA. Jakarta: Alex Media Komputindo
Aprianto, TC. 2009. Manakala Konflik Berkepanjangan Harus Diselesaikan: Kasus
Konflik Perkebunan Kejatek, Jember. Jurnal Ilmu Politik dan Sosial, 13 (1),
71-90.
Diunduh
dari
http://jurnalsospol.fisipol.ugm.ac.id/index.php/jsp/article/view/67
Ardianto, E; Machfudz, D. 2011. EFEK KEDERMAWANAN PEBISNIS dan CSR.
Jakarta: Alex Media Komputindo.
Budimanta, A; Prasetijo, A; Rudito, B. 2004. Corporate Social Responsibility
Jawaban Bagi Model Pembangunan Indonesia Masa Kini. Jakarta: Indonesia
Center for Sustainable Development (ICSD)
Baehaqi, S. 2014. DAMPAK INDUSTRI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PADA
PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT DESA RUHUI RAHAYU
KECAMATAN TANJUNG PALAS UTARA KABUPATEN BULUNGAN.
Jurnal Sosiologi, 2 (4), 39-50. Diunduh dari http://ejournal.sos.fisipunmul.ac.id/site/wpcontent/uploads/2014/11/JURNAL%20%20SIDIQ%20BAEHAQI%20%281
1-18-14-03-19-06%29.doc
Fisher, S; dkk. 2000. Mengelola Konflik: Keterampilan &Strategi Untuk Bertindak.
Jakarta: The British Council, Indonesia
Fajar, M. 2009. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia: STUDI TENTANG
PENERAPAN KETENTUAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
PADA PERUSAHAAN MULTI NASIONAL, SWASTA NASIONAL DAN
BADAN USAHA MILIK NEGARA. Jakarta: Pustaka Pelajar.
Meladipa, NT; Sumarjono; Swastika, K. 2013. KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI
BURUH PERKEBUNAN KALITENGAH TAHUN 1982-2010. Jurnal
Pancaran,
2
(3),
153-164.
Diunduh
dari
http://pancaran.fkip.unej.org/halkategori-35-1.html
Mapisangka, A. (2009). Implementasi CSR terhadap Kesejahteraan Hidup
Masyarakat. JESP, 1(1), 39-47. Diunduh dari http://fe.um.ac.id/wpcontent/uploads/2010/03/ANDI_M-CSR.pdf
Musdalifah. 2009. KONFLIK AGRARIA DALAM RELASI ANTARA
PERUSAHAAN PERKEBUNAN DENGAN MASYARAKAT (KASUS
KONFLIK ANTARA PETANI DENGAN PT.PP LONSUM DI
KABUPATEN BULUKUMBA). Jurnal Disertasi. Diunduh dari
http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/f37a36b6ee43f77056c67e2905ac9798.pd
f
Nasdian, FT. 2014. Pengembangan Masyarakat. Jakarta [ID]: Yayasan Pustaka Obor
Indonesia.
Pelly, U. 2005. PENGUKURAN INTENSITAS KONFLIK DALAM MASYARKAT
MAJEMUK. Jurnal Antropologi Sosial Budaya ETNOVISI, 2(1), 53-56.
Poerwanto. 2010. CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY Menjinakkan Gejala
43
Sosial di Era Pornografi. Jember: Pustaka Pelajar
Prayogo, D; Hilarius,Y. 2012. Efektivitas Program CSR/CD Dalam Pengentasan
Kemiskinan Studi Peran Perusahaan Geotermal Di Jawa Barat. Jurnal
Sosiologi Masyarakat, 1(17), 1-22.
Prayogo, D. 2010. Anatomi Konflik Antara Korporasi Dan Komunitas Lokal Pada
Industri Geotermal Di Jawa Barat. Jurnal Makara Seri Sosial-Humaniora, 1(
14), 25-34.
Prayogo, D. 2011. Program Corporate Social Responsibility Dan Community
Development Pada Industri Tambang Dan Migas. Jurnal Makara Seri SosialHumaniora, 1 (15) , 43-58.
Rahmawati; Sumarti, T. 2011. Analisis Tingkat Partisipasi Peserta Program CSR
Pemberdayaan Ekonomi PT Arutmin Indonesia. Sodality: Jurnal
Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi Dan Ekologi Manusia, 3(5), 325-338.
Rosyidan, I; Nasdian, FT. 2011. PARTISIPASI MASYARAKAT DAN
STAKEHOLDER
DALAM
PENYELENGGARAAN
PROGRAM
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DAN DAMPAKNYA
TERHADAP KOMUNITAS PEDESAAN.Sodality: Jurnal Transdisiplin
Sosiologi, Komunikasi Dan Ekologi Manusia, 1 (5), 57-78.
Sembiring, E. 2010. Resolusi Konflik Pengelolaan Taman Nasional Teluk
Cenderawasih di Kabupaten Teluk Wondama Provinsi Papua Barat. Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. [Tesis]. [Internet]. Diunduh tanggal 17
Oktober
2014.
Diunduh
dari
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/9424/2006hpu.pdf
Shaliza, F. 2004. Dinamika Konflik Antar Komunitas dan Transformasi Modal Sosial.
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. [Tesis]. [Internet]. Diunduh
tanggal
17
Oktober
2014.
Diunduh
dari
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/1234283746276327/2006hpu.pdf
Sukada, S; Wibowo, P; Ginano, K; Jalal; Kadir, I; Rahman, T. 2007. Membumikan
bisnis berkelanjutan memahami konsep &praktik tanggung jawab sosial
perusahaan. Jakarta: Indonesia Business Links
Tim Editor Sosiologi Umum. Sosiologi Umum. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
Wibisono, Y. 2007. Membedah Konsep & Aplikasi CSR Corporate Social
Responsibility. Gresik: FASCHO PUBLISHING
44
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pekanbaru, Riau pada tanggal 28 November 1994, dari
pasangan Bernard Situmeang dan Stevani Siahaan. Merupakan anak pertama dari dua
bersaudara. Penulis menempuh pendidikan formal di TK. Santa Maria Kota
Pekanbaru pada tahun 1999-2000, SD. Santa Maria Pekanbaru pada tahun 2000-2006,
SMP Bhayangkari Pekanbaru pada tahun 2006-2009 dan SMAN 8 Pekanbaru pada
tahun 2009-2012. Pada tahun 2012, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB),
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi
Manusia, melalui jalur SNMPTN Tertulis.
Hingga saat ini, penulis adalah mahasiswa Mayor Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat dan Minor Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian
Bogor. Selama penulis menjadi mahasiswa di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif
dalam beberapa organisasi kemahasiswaan seperti PSM IPB Agria Swara, sebagai
ketua konser angkatan ‘Magnifica’; HIMASIERA, sebagai pengurus pada divisi
Research and Development; Tanoto Scholars Assosiation, sebagai wakil ketua
angkatan dan kepala divisi Sosial dan Lingkungan periode 2014-2015. Penulis juga
pernah mengikuti magang di LSM Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan. Penulis
juga pernah mengikuti kegiatan PKM-P dan mendapat hibah penelitian dari DIKTI
pada tahun 2015. Penulis merupakan salah seorang penerima beasiswa Tanoto
Foundation
Download