SOSIOLOGI PERTANIAN Yusuf Enril Fathurrohman, S.P., M.Sc. MATERI POKOK SOSIOLOGI PERTANIAN: DEFINISI, RUANG LINGKUP DAN SEJARAH PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN MASYARAKAT PETANI Proses Sosial dalam Masyarakat Petani Interaksi Sosial pada Masyarakat Petani Stratifikasi Sosial pada Masyarakat Petani Kelompok dan Organisasi Sosial pada Masyarakat Petani Refrensi • Ulrich Plank, 1990. SOSIOLOGI PERTANIAN. Jakarta. Yayasan obor Indonesia • Rahardjo. 1999. Pengantar Sosiologi Pedesaaan dan Pertanian, Edisi Pertama. Gadjah Mada University Press • Santosa, Imam.2012. Dinamika Masyarakat Pedesaan dalam Perspektif Sosiologis. Penerbit Universitas Jenderal Sudirman Press. Purwokerto • Soekanto, Soerjono.2006. Sosiologi : Suatu Pengantar, Penerbit PT Raja Grafindo Persada Rajawali Pers. Jakarta • Wiriaatmadja,S., 1976. Sosiologi Pedesaan. Cetakan ke 4.Yasaguna. Jakarta Kontrak Perkuliahan 1. Perkuliahan di mulai pukul WIB 2. Kuis diselenggarakan dengan pemberitahuan terlebih dahulu, dengan demikian tidak ada kuis susulan. 3. Tugas dikumpulkan paling lambat 2 minggu setelah penugasan. Lebih dari waktu yg ditentukan, tugas tidak dapat diterima. 4. Mahasiswa yang tidak mengikuti perkuliahan lebih dari 30% tidak dapat mengikuti ujian. Sejarah lahirnya Sosiologi • Revolusi Industri (Inggris) dan Revolusi sosial (Prancis) • Tumbuhnya kapitalisme pada akhir abad 15 • Perubahan dibidang sosial dan politik • Meningkatnya individualisme • Lahirnya ilmu pengetahuan modern • Berkembangnya kepercayaan pada diri sendiri (Laeyendecker,1983). Lanjutan - Sejarah lahirnya Sosiologi • Auguste Comte (1798-1857), orang yang pertama kali menggunakan perkataan sosiologi. • Menurut Comte, bahwa sosiologi harus didasarkan pada pengamatan, perbandingan, eksperimen, dan metode historis secara sistematis (deskripsi ilmiah) • Objek yang dikaji pun harus berupa fakta bukan harapan atau prediksi. • Comte, mengklasifikasikan sosiologi ke dalam dua kategori besar, yaitu statika sosial (mewakili stabilitas dan kemantapan sosial), serta dinamika sosial (mewakili perubahan dan dan kemajuan sosial Lanjutan - Sejarah lahirnya Sosiologi • Emile durkheim (1858-1917), sosiologi meneliti lembaga lembaga dalam masyarakat dan proses proses sosial • Durkheim dan rekannya memperkenalkan pembagian sosiologi berdasrakan pokok bahasannya : – Sosiologi umum (kepribadian individu dan kelompok man.) – Sosiologi agama – Sosiologi hukum dan moral (organisasi politik, sosial) – Sosiologi kejahatan – Sosiologi ekonomi (ukuran ukuran penelitian dan kelompok kerja) – Sosiologi masyarakat (masyarakat perkotaan dan masyarakat pedesaan) – Sosiologi estetika TERMINOLOGI Sosiologi , berasal dari bahasa Yunani : Socius = kawan, teman (orang lain dalam satu hubungan Logos = ilmu, pengetahuan Definisi Menurut Ahli Pitirim Sorokin : sosiologi adalah ilmu yang mempelajari : 1. Hub dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala sosial (ekonomi, agama, keluarga, politik). 2. Hub dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala non-sosial( misal: gejala geografis, biologis dsb) 3. ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial. Lanjutan - Definisi Menurut Ahli Roucek dan Warren : sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompk-kelompok. Selo Sumardjan dan Soelaeman Soemardi : ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk di dalamnya perubahan-perubahan sosial. Ouburn dan Nimkoff penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya yaitu organisasi sosial Green (1960) dalam Raharjo (1999) ilmu yang mepelajari kehidupan manusia dalam masyarakat, dalam pelbagai aspeknya. Obyek Sosiologi : ”Masyarakat” DEFINISI MASYARAKAT : • Masyarakat merupakan manusia yang hidup bersama. Tidak ditentukan berapa jumlahnya, minimal 2 orang hidup bersama. • Bercampur untuk waktu yang cukup lama. • Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan. • Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama. sistem kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan karena setiap anggota kelp merasa dirinya terikat satu dengan yang lainnya. MANUSIA Makhluk Sosial GREGARIOUSNESS Reaksi akibat adanya hubungan, reaksi mengakibatkan bertambah luasnya sikap tindak seseorang Lanjutan – Obyek Sosiologi : “Masyarakat” Dua hasrat kuat dalam diri manusia : • Keinginan untuk menjadi satu dengan sesamanya atau manusia lain disekelilingnya • Keinginan untuk menjadi satu dengan lingkungan alam sekelilingnya Komponen-Komponen Dasar Masyarakat • POPULASI, warga-warga suatu masyarakat yg dilihat dari suatu pandangan kolektif. • KEBUDAYAAN, hasil karya, cipta, dan rasa dari kehidupan bersama yang mencakup sistem lambang-lambang dan informasi • HASIL-HASIL KEBUDAYAAN MATERIIL • ORGANISASI SOSIAL, jaringan hubungan antara warga-warga masyarakat yang bersangkutan, yang mencakup : warga masyarakat secara individual, peranan-peranan, kelompok sosial dan kelas sosial. • LEMBAGA-LEMBAGA SOSIAL DAN SISTEMNYA Sosiologi Pertanian Planck (1993), Sosiologi Pertanian (Agricultural Sociology) sering disamakan dengan Sosiologi Pedesaan (Rural Sociology). Tetapi ini hanya berlaku jika penduduk desa terutama hidup dari pertanian saja. Raharjo (1999), pertanian memang masih merupakan karakteristik pokok dari umumnya desa-desa di dunia. Dengan mengingat pentingnya faktor pertanian bagi keberadaan desa, maka dapat dipahami bahwa kebanyakan batasan sosiologi pedesaan masih selalu berkisar pada aspek pertanian. Namun semakin sedikit kehidupan manusia di desa ditandai oleh kegiatan pertanian, maka semakin pantas SOSIOLOGI PERTANIAN DIPISAHKAN DARI SOSIOLOGI PEDESAAN Objek SOSIOLOGI PEDESAAN adalah seluruh penduduk di pedesaan yang terus menerus atau sementara tinggal di sana Sosiologi Pedesaan sama halnya sosiologi perkotaan yang merupakan Sosiologi pemukiman Objek SOSIOLOGI PERTANIAN adalah keseluruhan penduduk yang bertani tanpa memperhatikan jenis tempat tinggalnya Lanjutan – Sosiologi Pertanian Sosiologi pertanian adalah sosiologi ekonomi seperti halnya sosiologi industri yang membahas fenomena sosial dalam bidang ekonomi pertanian Sosiologi pertanian memusatkan hampir semua perhatiannya pada petani dan Permasalahan hidup petani. Ruang Lingkup Sosiologi Pertanian Tema utama dalam sosiologi pertanian adalah 1. organisasi sosial pertanian (struktur pertanian), 2. usaha pertanian, 3. bentuk organisasi pertanian, 4. masalah sosial pertanian. 5. posisi sosial petani dalam masyarakat. Sejarah Sosiologi Pertanian • Sejarah sosiologi pertanian dimulai di Prancis dan Jerman pada akhir abad 18 dan 19 yaitu sejak banyaknya negarawan dan polisi, penyair dan filsuf serta ahli sosiologi mengeluarkan pendapat mengenai rakyat desa. • Di Amerika Serikat, penelitian kehidupan desa secara sistematis baru dimulai ketika penelitian sosial desa di Jerman telah berlalu. • 1952, didirikan Perhimpunan Peneliti untuk Politik Pertanian dan Sosiologi Pertanian. • 1953, terbit setahun dua kali majalah sejarah pertanian dan sosiologi pertanian. Sosiologi pertanian diajarkan di semua fakultas pertanian di Jerman Barat. • Setelah Perang Dunia II, sosiologi pertanian bangkit di negara-negara Eropa terutama di Belanda, Prancis, Norwegia, Inggris, Itali. • Di semua negara-negara Timur, paling lambat sejak tahun 1960-an sosiologi pertanian naik daun. Lanjutan – Sejarah Sosiologi Pertanian • 1957, didirikan Perhimpunan Sosiologi Pedesaan Eropa, yang menyelenggarakan kongres dua tahun sekali dan menerbitkan majalah Sosiologia Ruralis dalam bahasa Inggris, Perancis dan Jerman. • 1913, terbit buku pelajaran sosiologi pertanian pertama yang ditulis oleh John M. Gillette • Sosiologi pertanian dikenal di Amerika Latin setelah PD II. Muncul sebagai prodi di Meksiko, Brasilia, dan Chili. Tahun 1969 didirikan perhimpunan sosiologi pedesaan Amerika Latin • Pelembagaan sosiologi Pertanian dan Pedesaan yang bersifat internasional di Asia Tenggara terhambat karena kesulitan bahasa dan budaya serta kurangnya sarana. • Konferensi regional Asia untuk penelitian dan pengajaran sosiologi pedesaan di Los Banos Filipina (1971) merupakan langkah pertama di Asia Tenggara yang bsifat internasional. • Di negara-negara kepulauan Pasifik, terutama di Australia kurang ada keinginan membangun sosiologi pertanian dan pedesaan. Kegunaan Mempelajari Sosiologi Pertanian • Mengumpulkan keterangan mengenai masyarakat yang berprofesi sebagai petani dan pola hubungannya • Membantu dalam mengambil gambaran detail tentang tingkah laku, sikap, perasaan, motif dan kegiatan-kegiatan petani yang umumnya hidup dalam lingkungan pedesaan. Desa/Perkampungan Merupakan komunitas kecil yang menetap tetap disuatu tempat. Desa menurut Bergel : 1. Setiap pemukiman para petani. 2. Pemukiman dimana penduduknya sebagian besar penduduknya bermata pencaharian dari sektor pertanian. Lanjutan – Desa/Perkampungan Karakteristik Desa 1. Peranan kelompok primer sangat besar. 2. Hubungan bersifat intim/awet. 3. Homogen. 4. Mobilitas rendah. 5. Keluarga sebagai unit ekonomi. 6. Faktor geografis sebagai dasar pembentukan keluarga. 7. Populasi anak > dari kota. Lanjutan – Desa/Perkampungan Ciri-Ciri Kebudayaan Tradisional Masyarakat Desa 1. Adaptasi yang kuat terhadap lingkungan alamnya. 2. Rendahnya tingkat inovasi masyarakat. 3. Kepribadian masyarakat dengan filsafat hidup organis. 4. Pola kebiasaan hidup yang lamban. 5. Tebalnya kepercayaan terhadap takhayul. 6. Kebudayaan material yang bersahaja. 7. Rendahnya kesadaran akan waktu. 8. Bersifat praktis. 9. Standar moral yang kaku. PEASAN & SUBSISTENSI Peasan Diidentikan dengan Petani Kecil Definisi 1. 2. Eric R. Wolf : peasan adalah petani yang mengerjakan tanah pertanian secara efektif bukan sebagai bisnis. Raymond Firth : Peasan adalah petani yang mengusahakan usahatani dengan skala kecil, teknologi sederhana, subsisten dan nafkah hidup utamanya dari mengolah tanah. Ciri-Ciri Umum Peasan 1. 2. 3. Petani produsen subsisten. Cenderung pedesaan dan tradisional. Jarang yang kebutuhannya sendiri sepenuhnya tercukupi. Lanjutan – Peasan & Subsistensi Subsistensi 1. Cara hidup yang minimalis ( utk tk. Hidup ). 2. Usaha yang dilakukan cenderung untuk sekedar hidup ( utk. produksi ). 3. Derajat komersialisasi rendah. 4. Semua produksi yang dihasilkan utk. dikonsumsi 5. Tidak ada pengguna, penghasil dan pelayanan dari luar yang masuk. Studi tentang peasan masih menarik karena ; 1. Jumlah peasan didunia masih sangat banyak dibandingkan dengan petani modern (agricultural entrepreneur). 2. Pertumbuhan penduduk yang sangat cepat. 3. Revolusi dan ketidakstabilan yang berpangkal pada peranan/pengaruh peasan. Lanjutan – Peasan & Subsistensi Peasan dapat dilihat dari sudut pandang : 1. Fenomena kultural : peasan sebagai way of life. 2. Fenomena struktural : -. Sempitnya pemilikan & penguasaan lahan. -. Tingkat kemiskinan & kebodohan yg tinggi. -. Struktur politik dan ekonomi yang kurang mendukung sektor pertanian. Penyebab rendahnya tingkat inovasi peasan : 1. Kurang berani mengambil resiko. 2. Penerapan teknologinya kurang tepat guna. 3. Rendahnya pengetahuan teknis dan sumberdaya. Lanjutan – Peasan & Subsistensi Ciri2 peasantry menurut Everett M. Rogers : 1. Tidak mudah percaya satu dg yang lain. 2. Terbatasnya pandangan segala sesuatu didunia mengenai phisik dan non phisik. 3. Sikapnya kontroversial tetapi juga tergantung terhadap pemerintah. 4. Familiisme : ikatan keluarga yang erat. 5. Rendahnya inovasi. 6. Fatalisme : rendahnya kemampuan perorangan untuk mengendalikan masa depan 7. Tingkat asrirasi rendah. 8. Kurang terbiasa menangguhkan kepuasan 9. Pandangan yang sempit terhadap dunia. 10. Empati yang rendah. Ciri no.1 untuk Indonesia tidak berlaku, karena kuatnya sifat gotong royong. Lanjutan – Peasan & Subsistensi Peasan dan pola budaya masyarakat desa di Ind. Petani Indonesia terbagi menjadi : 1. Petani Jawa, merupakan petani sawah dan banyak memenuhi kriteria peasan. 2. Petani Luar Jawa, merupakan petani ladang dan perkebunan. Petani perkebunan terdiri dari ; 1. Petani tradisional, perkebunan rakyat. 2. Petani modern, orientasi usaha pada keuntungan, pekerja bukan peasan tetapi buruh. Lanjutan – Peasan & Subsistensi Petani sawah di Jawa pedalaman peasantrynya lebih kelihatan karena : 1. Tanahnya subur. 2. Eksistensi kraton sebagai pusat kekuasaan yang kuat, sehingga kadang2 menciptakan sistem feodalisme. 3. Eksisnya budaya subsistensi. 4. Hubungan yang intensif antara peasan dan kekuatan supra desa. Dualisme ekonomi Indonesia menurut Boeke : Pertanian Indonesia dibagi menjadi dua : 1. Perkebunan, yang merupakan jalur kapitalisme dan modern. 2. Petani sawah, ciri2 peasan melekat, tidak mengalami perkembangan, dan jumlah penduduk bertambah pesat. Lanjutan – Peasan & Subsistensi Aspek kultural : 1. Peasan dominan di Jawa. 2. Cultural focus dengan agama/kepercayaan sebagai elemen pokok. 3. Adat istiadat atau tradisi diidentikkan dengan budaya bagi masyarakat kelompok kecil. Pola budaya desa ( Wartheim ) 1. Sebagian besar Jateng dan Jatim, pola desanya adalah petani dengan lahan sawah. Petani disini mempunyai sifat tertutup, statis dan kurang berorientasi pada keuntungan. 2. Sepanjang pantai, daerah berkembang dan kota pelabuhan. Penduduk daerah pantai lebih terbuka dan cenderung berkembang. 3. Daerah pedalaman dengan pertanian ladang, masyarakatnya kurang dapatmengadopsi program dengan baik. Lanjutan – Peasan & Subsistensi Pola kebudayaan masyarakat desa berdasar faktor integrasi : 1. Ikatan darah, sifat-sifatnya : -. Adat-istiadat/tradisi jelas dan kuat. -. Sistem kekerabatan yang jelas. -. Masyarakat desanya disebut masyarakat seturunan. 2. Ikatan daerah, sifat-sifatnya : -. Adat-istiadat kurang kuat. -. Tidak terjalin hubungan kekerabatan. -. Lebih banyak terdapat di Jawa. Interaksi Sosial Interaksi sosial (Giddens, 2004) adalah suatu proses yang mana kita bertindak dan bereaksi atau memberikan respon terhadap orang orang disekitar kita. Ciri ciri interaksi sosial : • Ada pelaku dengan jumlah lebih dari satu orang • Ada komunikasi antar pelaku dengan menggunakan simbol simbol • Ada dimensi waktu yang menentukan sifat aksi yang sedang berlangsung • Ada tujuan tujuan tertentu Lanjutan – Interaksi Sosial Dasar terjadinya interaksi sosial adalah kontak sosial dan komunikasi Syani (2002) berpendapat, bahwa kontak sosial adalah hubungan antara satu orang atau lebih melalui percakapan dengan saling mengerti tentang maksud dan tujuan masing masing dalam kehidupan masyarakat • Dalam Kontak sosial dapat terjadi hubungan positif atau negatif tergantung dari saling pengertian akan tujuan masing masing • Kontak sosial dapat berlangsung antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, atau keompok dengan kelompok Lanjutan – Interaksi Sosial Komunikasi adalah suatu proses saling memberikan tafsiran kepada atau dari perilaku pihak lain. • Melalui tafsiran pada perilaku orang lain, seseorang mewujudkan perilaku sebagai reaksi terhadap maksud atau peran yang ingin disampaikan oleh pihak lain itu • komunikasi pembicaraan, dapat gerak diwujudkan dengan gerik ataupun fisik perasaan • Komunikasi menuntut adanya pemahaman makna atas suatu pesan dan tujuan bersama masing masing pihak Lanjutan – Interaksi Sosial Sitorus (2000) berpendapat selain karena kontak dan komunikasi, interaksi sosial juga dapat berlangsung atas dasar : Imitasi , yaitu suatu proses belajar dengan cara meniru atau mengikuti perilaku orang lain Ex : semakin banyaknya pencinta musik k-pop yang dibawakan oleh artis Korea, semakin banyak juga lahir group –group vokal layaknya kpop yang bermunculan di Indonesia. Sugesti, adalah cara pemberian suatu pandangan atau pengaruh oleh seseorang kepada orang lain dengan cara tertentu sehingga orang tersebut mengikuti pandangan atau pengaruh tersebut tanpa berfikir panjang. Lanjutan – Interaksi Sosial Identifikasi, adalah kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain Simpati, adalah perasaan “tertarik” yang timbul dalam diri seseorang dan membuatnya merasa seolah olah berada dalam keadaan orang lain. Ex : Sebagai contoh, seorang rakyat yang simpati terhadap pemimpinnya. Empati yaitu merupakan simpati yang menfdalam yang dapat mempengaruhi kejiwaan dan fisik seseorang Ex : masyarakat yang menggalang dana kemanusiaan untuk daerah yang sedang terkena bencana. Lanjutan – Interaksi Sosial Berdasarkan pendapat gillin menyebutkan dua macam dari proses sosial dengan timbul dari akibat adanya interaksi sosial, yaitu proses asosiatif/bersekutu (processes of association) dan proses disosiatif/memisahkan (processes of dissociation). interaksi sosial asosiatif adalah proses menuju terbentuknya persatuan atau interaksi sosial. Proses interaksi sosial disosiatif adalah proses oposisi (oppositional process) yang berarti tip berjuang melawan seorang ataupun sekelompok orang untuk meraih tujuan tertentu. Lanjutan – Interaksi Sosial A. Interaksi Sosial Asosiatif 1. Kerjasama Kerja sama adalah suatu usaha bersama antar individu ataupun kelompok untuk mencapai kepentingan dan tujuan yang serupa, serta menyadarinya bermanfaat untuk dirinya atau orang lain. Bentuk-Bentuk Kerja Sama - Berdasarkan pelaksanaannya, kerja sama memiliki bentuk-bentuk antara lain lain sebagai berikut : • Kerukuran atau gotong royong ialah bentuk kerja sama yang dilakukan secara sukarela demi mengerjakan pekerjaan-pekerjaan tertentu yang berkaitan langsung dengan orang-orang yang terlibat dalam gotong royong. • Bargaining, yaitu kegiatan perjanjian pertukaran barang ataupun jasa dua organisasi ataupun lebih • Kooptasi, yaitu prosedur penerimaan unsur-unsur baru di kepemimpinan dan pelaksanaan ketatanegaraan organisasi sebagai satu-satunya tips untuk menghindari adanya konflik yang dapat mengguncang organisasi • Koalisi, adalah kombinasi yang dilakukan dari dua organisasi atau lebih yang memiliki tujuan yang sama. Koalisi menghasilkan keadaan dengan tidak stabil karena ke-2 organisasi memiliki struktur tersendiri. • Joint-venture, adalah bentuk kerja sama dalam perusahaan proyek khusus, seperti pengeboran minyak dan juga perhotelan. Lanjutan – Interaksi Sosial 2. Akomodasi Akomodasi adalah suatu proses penyesuaian diri individu atau kelompok manusia dengan semula saling bertentangan untuk upaya mengatasi ketegangan. Akomodasi berarti adanya keseimbangan interaksi sosial dengan norma dan nilai yang ada dalam masyarakat. Akomodasi seringkali merupakan cara untuk menyelesaikan pertentangan, entah dengan cara menghargai kepribadian yang berkonflik ataupun paksaan (tekanan). Bentuk-Bentuk Akomodasi - Akomodasi sebagai proes mempunyai beberap bentuk antara lain sebagai berikut : • Koersi adalah bentuk dari akomodasi yang berlangsung karena paksaan kehendak suatu pihak terhadap pihak lain yang lemah dengan didominasi suatu kelompok atas kelompok lain. Contohnya sistem rezim (pemerintahan) totaliter. • Kompromi adalah bentuk dari akomodasi yng pihak-pihak terlibat perselisihan saling meredakan tuntutan sehingga tercapai suatu penyelesaian. Sikap dasar kompromi adalah semua pihak bersedia merasakan dan memahami keadaan pihak lain. Contohnya: perjanjian gencatan senajata antara kedua negara yang sedang terlibat perang. Lanjutan – Interaksi Sosial • Arbitrase adalah bentuk akomodasi yang terjadi apabila terdapat pihak-pihak yang berselisih tidak sanggup mencapai kompromi sendiri. Maka dari itu diundanglah kelompok ketiga yang tidak berat sebelah (netral) untuk mengusahakan penyelesaian. Pihak ketiga tersebut berasal dari badan yang berwenang. Contohnya: penyelesaian pertentangan antara pengusaha dan serikat buruh diselesaikan melalui arbitrase (pihak ketiga yang netral). • Mediasi adalah pihak ketiga untuk penengah atau juru damai. Keputusan berdamai tergantung pihak-pihak yang betikai. Contohnya: mediasi pemerintah Republik Indonesia untuk mendamaikan faksi-faksi yang bersilih di kamboja. • Konsiliasi ialah upaya mempertemukan keinginan pihak-pihak yang berselisih untuk tercapainya suat persetujuan bersama. Konsiliasi bersifat lebih lunak dan membuka kesempatan mengadakan asimilasi. Contohnya, panitia tetap penyelesaian masalah ketenagakerjaan mengundang perusaan dan wakil karyawan untuk menyelesaikan masalah. Lanjutan – Interaksi Sosial Toleransi adalah bentuk akomodasi tanpa adanya persetujuan resmi karena tanpa disadari dan direncanakan, adanya keinginan untuk menghindarkan diri dari perselisihan yang saling merugikan. Stalemate adalah bentuk dari akomodasi yang terjadik ketika kelompok terlibat pertentangan dengan kekuatan seimbang. Dengan kesadaran ke-2 belah pihak maka tidak ada yang maju ataupun mundur sehingga pertentangan akan berhenti dengan sendirinya 3. Asimilasi 4. Alkulturasi 5. Paternalisme Lanjutan – Interaksi Sosial B. Interaksi Sosial Disosiatif 1. Persaingan Persaingan merupakan proses sosial ketika terdapat ke-2 pihak atau lebih saling berlomba melakukan sesuatu untuk mencapai kemenangan tertentu. Persaingan terjadi jikalau beberapa pihak menginginkan sesuatu dengan jumlah yang terbatas ataupun menjadi pusat perhatian umum. Fungsi Persaingan - Persaingan memiliki beberapa fungsi antara lain sebagai berikut : • Menyalurkan keinginan individu atau kelompok yang sama-sama menuntut dipenuhi, padahal sulit dipenuhi seluruhnya secara serentak. Contohnya, membangun jalan desa atau memperbaiki pos keamanan di permukiman. • Menyalurkan kepentingan dan nilai dalam masyarakat, paling utama kepentingan dan nilai dengan menimbulkan konflik. Contohnya, dalam Provinsi Aceh warganya tak boleh berpakaian minim ataupun pendek, mereka harus berpakaian islami. • Menyeleksi individu dengan pantas memperoleh kedudukan dan peran yang sesuai secara kemampuannya. Lanjutan – Interaksi Sosial 2. Kontravensi Kontravensi adalah sikap menentang dengan tersembunyi agar tidak adanya perselisihan (konflik) terbuka. Kontravensi merupakan proses sosial dengan tanda ketidakpastian, keraguan, penolakan, dan penyangkalan dengan tidak diungkapkan secara terbuka. Penyebab kontravensi adalah perbedaan pendirian antara kalangan tertentu dan pendirian kalangan lainnya dalam masyarakat ataupun dapat juga pendirian menyeluruh masyarakat. Macam-Macam Bentuk Kontrakvensi - Menurut Leopald von Wiese dan Howard Becker, terdapat lima bentuk kontravensi antara lain sebagai berikut : • Kontravensi umum, seperti penolakan, keengganan, protes, perlawanan, gangguan, dan mengancam pihak lawan. • Kontravensi sederhana, seperti menyangkal pernyataan orang di depan umum. • Kontravensi intensif, seperti penghasutan dan penyebaran desas-desus. • Kontravensi rahasia, seperti membocorkan rahasia atau berkhianat. • Kontravensi taktis, misalnya mengejutkan kelompok lawan provokasi dan intimidasi. Lanjutan – Interaksi Sosial 3. Pertikaian dan Pertentangan Pertikaian adalah proses sosial sebagai bentuk lanjut dari kontravensi. Dalam pertikaian, perselisihan sudah bersifat terbuka. Pertikaian terjadi karena adanya perbedaan yang semakin tajam antara kalangan tertentu dalam masyarakat. Jadi, pertikaian muncul apabila individu atau kelompok berusaha memenuhi kebutuhan atau tujuannya dengan jalan menentang pihak lain lewat ancaman atau kekerasan. Sistim Nilai Basrowi menyatakan bahwa sistim nilai adalah nilai inti (core value) dari masyarakat yang dijunjung tinggi dan diakui oleh setiap manusia di dunia untuk berprilaku Sistim nilai sering diasosiasikan dengan “value” dan “norms” Menurut Giddens, “value” adalah suatu konsep yang memberikan makna dan menyediakan tuntunan untuk umat manusia sebagaimana mereka berinteraksi dalam lingkungan sosialnya. Sedangkan “norms” adalah aturan atau perilaku yang merefleksikan atau menjelma dalam sebuah nilai budaya Lanjutan – Sistim Nilai “Value” dan “Norms” bekerja bersama untuk mengarahkan dan menentukan bagaimana anggota dari suatu budaya berperilaku sesuai dengan lingkungannya.(Giddens, 2004) Lanjutan – Sistim Nilai Ibrahim (2002), menyatakan bahwa sistim norma merupakan sejumlah norma yang terangkai dan berkaitan satu sama lain Norma norma ini mempunyai kekuatan yang mengikat yang berbeda beda dan atas dasar kekuatan mengikatnya ini maka dikenal dengan istilah kebiasaan, tata kelakuan, dan adat istiadat Menurut Soekanto (2003), mula mula norma dibentuk secara tidak sengaja namun lama kelamaan dibuat secara sadar Contoh : perantara dalam jual beli Lanjutan – Sistim Nilai Kekuatan Norma dalam mengikat anggota masyarakat mulai dari yang paling lemah ke yang paling kuat adalah : cara – kebiasaan – tata kelakuan – adat istiadat Kekuatan mengikatnya semakin kuat Usage Folkways Mores Custom Lanjutan – Sistim Nilai Cara (Usage), menunjuk pada suatu bentuk perbuatan. Pelanggaran terhadap norma ini misalnya berupa celaan. Kebiasaan (folkways), merupakan kebiasaan yang diulang ulang dalam bentuk yang sama yang merupakan bukti bahwa orang menyukai perbuatan tersebut. Pelanggaran terhadap norma ini misalnya pemberian teguran, gosip sosial Lanjutan – Sistim Nilai Tata Kelakuan (mores), merupakan kebiasaan yang dianggap sebagai norma pengatur. Pelanggaran terhadap norma ini misalnya berupa pengucilan Adat istiadat (custom), mencerminkan sifat sifat yang hidup dari kelompok manusia yang dilaksanakan sebagai alat pengawas, secara sadar maupun tidak sadar, oleh masyarakat terhadap anggota anggotanya Lanjutan – Sistim Nilai Sistim norma dalam masyarakat biasanya mengalami suatu proses yang pada akhirnya akan menjadi bagian tertntu dari lembaga kemasyarakatan. Proses terbut dinamakan proses pelembagaan (institutionalization) Fungsi Norma menurut Ibrahim (2002) : • Memberikan pedoman kepada anggota masyarakat bagaimana harus bertingkah laku dalam menghadapi masalah - masalah pemenuhan kebutuhan hidup • Menjaga keutuhan masyarakat • Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistim pengendalian sosial terhadap tingkah laku anggotanya. (ex. Sanksi fisik, intimadasi, cemoohan, gosip sosial , mengembangkan rasa malu bagi pelanggar norma) Stratifikasi Sosial berasal dari kata stratum yang berarti : strata atau lapisan. Menurut Sorokin, stratifikasi sosial adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas kelas secara bertingkat (hirarkis). Dasar dan inti pelapisan dalam masyarakat adalah tidak adanya keseimbangan dalam pembagian hak hak dan kewajiban kewajiban di antara anggota anggota masyarakat Ibrahim (2002) berpendapat bahwa pelapisan sosial merupakan proses penempatan diri di dalam suatu lapisan (subyektif) atau menempatkan orang ke dalam lapisan (obyektif) Lanjutan – Stratifikasi Sosial Secara sederhana pelapisan sosial dalam masyarakat muncul karena “ada sesuatu yang bernilai” dibanding dengan yang lainnya. Menurut Basrowi, stratifikasi sosial dalam masyarakat pada prinsipnya dapat diklasifikasikan menjadi 3 macam : Stratifikasi berdasarkan ekonomis Stratifikasi berdasarkan Politis Stratifikasi berdasarkan Jabatan Ketiga dasar stratifikasi tersebut satu sama lain saling berhubungan. Lanjutan – Stratifikasi Sosial Dalam sistim sosial komunitas desa, mereka yang digolongkan dalam strata atas di desa adalah para pamong desa, orang kaya desa, golongan terdidik setempat, para ulama, dsb Strata menengah adalah orang yang tingkat ekonominya sedang, para pedagang, petani kecil, dll. Strata bawah adalah para buruh dan orang yang tidak memiliki tanah (landless) Lanjutan – Stratifikasi Sosial Stratifikasi sosial memiliki tiga dimensi, yaitu : • Kekuasaan, kesempatan yang ada pada seseorang untuk melaksanakan kemauannya dalam suatu tindakan sosial • Previlege, berarti hak istimewa, hak mendahului, dan hak untuk memperoleh perlakuan khusus dalam kehidupan bersama • Prestise, berarti kehormatan dan harus dikaitkan dengan suatu sistim sosial tertentu Pelapisan pelapisan sosial mengalami perkembangan atau perubahan tergantung dari kehidupan masyarakat setempat atau masyarakat lainnya dalam lingkup yang lebih luas Ada dua sifat pelapisan sosial yang mempengaruhi perubahannya, yaitu : • stratifikasi sosial yang bersifat tertutup, bercirikan sulitnya seseorang untuk berpindah dari satu lapisan ke lapisan lainnya. Ex. Kasta • Stratifikasi sosial yang bersifat terbuka, setiap anggota masyarakat mempunyai kesempatan untuk berpindah dari satu lapisan ke lapisan yang lain. Hal ini dapat dilakukan dengan usaha berdasar kecakapan sendiri. Lanjutan – Stratifikasi Sosial • Unsur unsur lapisan dalam masyarakat – Kedudukan (status), tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial. • Ascribed status adalah status seseorang karena kelahirannya • Achieved status adalah kedudukan seseorang yang diperoleh melalui usaha yang disengaja • Assigned status adalah kedudukan yang diberikan oleh orang lain – Peranan (role), akan mengatur perilaku seseorang, juga dapat meramalkan perbuatan orang lain dalam batas tertentu sehingga orang yang bersangkutan akan dapat menyesuaikan perilakunya dengan perilaku orang orang dikelompoknya. Kelompok sosial mengandung pengertian suatu kumpulan dari individu-individu yang saling berinteraksi sehingga menumbuhkan perasaan atau pikiran yang sama. Paul B. Horton dan Chester L. Hunt Kelompok sosial diartikan sebagai kumpulan manusia yang memiliki kesadaran akan keanggotaannya dan saling berinteraksi. Kelompok adalah kumpulan individu yang melakukan kegiatan, interaksi dan memiliki perasaan untuk membentuk suatu keseluruhan yang terorganisasi dan berhubungan secara timbal balik. Soerjono Soekanto Kelompok adalah himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama karena saling berhubungan di antara mereka secara timbal balik dan saling mempengaruhi. Lanjutan –KelompokSosial 1. 2. 3. 4. 5. • Setiap anggota kelompok memiliki kesadaran bahwa ia bagian dari kelompok tersebut. Adanya hubungan timbal balik antaranggota. Adanya faktor pengikat, seperti kesamaan ideologi, kesamaan kepentingan atau kesamaan nasib. Memiliki struktur, kaidah dan pola perilaku. Bersistem dan berproses. Merupakan satuan yang nyata dan dapat dibedakan dari kesatuan manusia yang lain. Suatu kelompok sosial akan dapat dibedakan dengan kelompok sosial yang lain, misalnya kelompok formal dengan informal. • Memiliki struktur sosial, yang setiap anggotanya memiliki status dan peran tertentu. Setiap anggota dalam kelompok sosial tentunya memiliki peran masing masing, baik itu secara tertulis atau secaratidak tertulis • Memiliki norma-norma yang mengatur di antara hubungan para anggotanya. Dalam hubungan antar anggota dalam suatu kelompok sosial ada norma, hukum, peraturan, maupun kode etik sesuai dengan jenis kelompok sosialnya. • Memiliki kepentingan bersama. Kelompok sosial terbentuk pastinya ada tujuan yang melatarbelakangi yang salah satunya adalah kesamaan kepentingan, sehingga diharapkan dengan kepentingan yang sama tersebut dapat diusahakan secarabersama-sama. • Adanya interaksi dan komunikasi diantara para anggotanya. Kelompok sosial dapat lahir, tumbuh, dan berkembang tidak terlepas dengan adanya komunikasi sosial dan interaksi sosial. Dengan adanya interasi dan komunikasi sosial, masing-masing individu dapat menyampaikan ide/ gasannya demi mencapai tujuan bersama dalam kelompok sosial tersebut. Maka kelompok sosial dapat dibedakan ke dalam dua bentuk, yaitu kelompok sosial kecil dan kelompok sosial besar Lanjutan – Kelompok Sosial Pada proses pembentukan kelompok sosial ada faktor-faktor tertentu yang mendorong manusia untuk membentuk dan bergabung dalam suatu kelompok sosial tertentu. Adapun dorongan tersebut antara lain : Dorongan untuk mempertahankan hidup. Dorongan untuk meneruskan keturunan. Dorongan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja. Lanjutan – Kelompok Sosial Faktor Pembentuk Bergabung dengan sebuah kelompok merupakan sesuatu yang murni dari diri sendiri atau juga secara kebetulan. Misalnya, seseorang terlahir dalam keluarga tertentu. Namun, ada juga yang merupakan sebuah pilihan. Dua faktor utama yang tampaknya mengarahkan pilihan tersebut: Kedekatan Kedekatan geografis tempat tinggal Kedekatan geografis daerah asal Kesamaan Kepentingan Kesamaan Kesamaan Keturunan Kesamaan Nasib Lanjutan – Kelompok Sosial Proses Pembentukan Kelompok Pada dasarnya, pembentukan kelompok dapat diawali dengan adanya persepsi, perasaan atau motivasi, dan tujuan yang sama dalam memenuhi kebutuhannya. Dalam proses selanjutnya didasarkan adanya hal-hal berikut: Persepsi Pembagian kelompok didasarkan pada tingkat kemampuan intelegensi yang dilihat dari pencapaian akademis. Motivasi Pembagian kekuatan yang berimbang akan memotivasi anggota kelompok untuk berkompetisi secara sehat dalam mencapai tujuan kelompok. Tujuan Terbentuknya kelompok karena memiliki tujuan untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas kelompok atau individu. Lanjutan – Kelompok Sosial Organisasi Pengorganisasian dilakukan untuk mempermudah koordinasi dan proses kegiatan kelompok. Independensi Kebebasan setiap anggota untuk menyampaikan ide, pendapat, serta ekspresi selama kegiatan. Interaksi Interaksi merupakan syarat utama dalam dinamika kelompok, karena dengan interaksi akan ada proses transfer ilmu dapat berjalan secara horizontal yang didasarkan atas kebutuhan akan informasi tentang pengetahuan tersebut. Lanjutan – Kelompok Sosial Klasifikasi Kelompok Berdasarkan Indentifikasi Diri In-Group In group : suatu perasaan perikatan antara satu orang dengan orang lain dalam suatu kelompok sosial tertentu. Perasaan tersebut sangat kuat sehingga membentuk suatu perilaku – perilaku sosial tertentu seperti : Solidaritas, kesediaan berkorban, kerja sama. Out-Group Out group : Out-side feeling, seseorang merasa bukan bagian dari kehidupan kelompok. Out-group feeling selalu ditandai munculnya perilaku antogonistik dan antipati.Sehingga muncul gejala prejudiace, paranoid, etnocentristic, non koperatif, lalai, dan sebagainya. Lanjutan – Kelompok Sosial Klasifikasi Kelompok Berdasarkan Kualitas Hubungan diantara Para Anggotanya. Kelompok Primer Merupakan suatu kelompok yang hubungan antar anggotanya saling kenal mengenal dan bersifat informal. Contoh : keluarga, kelompok sahabat, teman, teman sepermainan. Kelompok Sekunder Kelompok Sekunder adalah kelompok sosial yang terbentuk karena Merupakan hubungan antar anggotanya bersifat formal, impersonal dan didasarkan pada asas manfaat. Contoh : sekolah, PGRI Lanjutan – Kelompok Sosial Klasifikasi Kelompok Berdasarkan Pencapaian Tujuan Kelompok Formal Merupakan kelompok yang memiliki peraturan-peraturan dan tugas dengan sengaja dibuat untuk mengatur hubungan antar anggotanya. Contoh : Parpol, lembaga pendidikan Kelompok Informal Merupakan kelompok sosial yang terbentuk karena pertemuan yang berulangulang dan memiliki kepentingan dan pengalaman yang sama.Contoh : anggota OSIS 1. Jelaskan mengenai sosiologi pertanian dan ruang lingkupnya? 2. Apa sajakah kegunaan mempelajari sosiologi pertanian? 3. Sebutkan Ciri-ciri Peasan? 4. Jelaskan penyebab rendahnya inovasi peasan? 5. Apa yang dimaksud dengan “sugesti” dalam interaksi sosial? 6. Apa yang dimaksud dengan “indentifikasi” dalam interaksi sosial? 7. Jelaskan yang dimaksud dengan “value”? 8. Jelaskan yang dimaksud dengan “norms”? 9. Siapa sajakah yang digolongkan strata atas, menengah dan bawah dalam sistem sosial komunitas desa? 10. Sebut dan Jelaskan dimensi stratifikasi sosial?