value relevance atas pelaporan laba rugi komprehensif

advertisement
VALUE RELEVANCE ATAS PELAPORAN
LABA RUGI KOMPREHENSIF
Ambya Arif Harimurti dan Taufik Hidayat
Departemen Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia
Email : [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menguji relevansi nilai (value relevance) laba rugi komprehensif baik secara
agregat maupun berdasarkan komponennya yang terpisah di Indonesia seperti yang diatur dalam PSAK 1 Revisi
2009. Data untuk penelitian ini berasal dari 127 laporan keuangan perusahaan yang tercatat di Bursa Efek
Indonesia selama kurun waktu 2011 – 2012. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa laba rugi komprehensif
secara agregat memiliki relevansi nilai. Laba bersih dan pendapatan komprehensif lain (OCI) sebagai dua
komponen utama laba rugi komprehensif memiliki relevansi nilai yang berbeda dimana relevansi nilai OCI lebih
rendah dibandingkan laba bersih. Selain itu penelitian ini juga menunjukkan bahwa komponen OCI yang
memiliki relevansi nilai adalah perubahan nilai atas surplus revaluasi aset tetap dan perubahan nilai wajar
lindung nilai arus kas.
Value Relevance of Comprehensive Income Reporting
Abstract
This study aimed to test the value relevance of comprehensive income either in the aggregate or by its separate
components in Indonesia as regulated in PSAK 1 Revisi 2009. Data for this study came from the financial
statements of 127 companies listed in Indonesia Stock Exchange during the period 2011-2012. Results of this
study find evidence that comprehensive income in the aggregate have a value relevance. Net income and other
comprehensive income (OCI) as the two main components of comprehensive income have different value
relevance where value relevance of OCI lower than net income. In addition, this study also shows that the
components of OCI that have value relevance is the change in value of fixed assets revaluation surplus and
change in fair value of cash flow hedges.
Keywords: comprehensive income, value relevance, OCI
1. Pendahuluan
Akuntansi di Indonesia mengalami beberapa perkembangan terutama sejak
dilakukannya konvergensi International Financial Reporting Standard (IFRS) dengan US
GAAP (United States General Accepted Accounting Standard) yang kemudian diadopsi oleh
PSAK (Pedoman Standar Akuntansi Keuangan). Salah satunya adalah diterbitkannya PSAK 1
Revisi 2009 yang berlaku efektif pada 1 Januari 2011 dan mengatur mengenai dasar-dasar
penyajian laporan keuangan untuk tujuan umum dan komponen laporan keuangannya. Salah
satu perubahan yang cukup signifikan dari revisi tersebut adalah mengenai adanya kewajiban
untuk membuat Laporan Laba Rugi Komprehensif sebagai pengganti laporan laba rugi.
1
Value relevance..., Ambya Arif Harimurti, FE UI, 2013
2
Konsep dari laba rugi komprehensif adalah seluruh perubahan nilai dalam semua aset dan
kewajiban perusahaan seharusnya masuk ke dalam laporan laba rugi dan diukur pada nilai
laba/rugi bersih dan pendapatan komprehensif lain/ Other Comprehensive Income (OCI).
Komponen utama dari laporan laba rugi komprehensif adalah laba bersih periode berjalan dan
pendapatan komprehensif lain (OCI) yang ditempatkan setelah laba bersih.
Ketika suatu standar baru ditetapkan, pertanyaan yang timbul adalah apakah informasi
yang terkandung dalam laporan keuangan menjadi semakin informatif dan bermanfaat bagi
pengguna laporan keuangan dalam mengambil keputusan. Untuk menjawab pertanyaan ini,
maka perlu dilakukan penelitian mengenai relevansi nilai (value relevance). Penelitian
mengenai relevansi nilai dapat menilai apakah jumlah akuntansi tertentu mencerminkan
informasi yang digunakan investor dalam menilai ekuitas perusahaan (Barth et al., 2001).
Sampai saat ini beberapa penelitian mengenai laba rugi komprehensif telah dilakukan.
Dhaliwal (1999) dalam penelitiannya menyatakan bahwa tidak terdapat bukti yang jelas
bahwa laba rugi komprehensif secara rata- rata memiliki hubungan yang lebih kuat terhadap
tingkat pengembalian dibandingkan laba bersih. Kemudian Cahan et al. (2000) dalam
penelitiannya menyatakan bahwa laba rugi komprehensif lebih memiliki relevansi nilai
dibandingkan laba bersih, namun tidak ada manfaat yang jelas dalam melaporkan komponen
yang terpisah atas laba rugi komprehensif (laba bersih dan OCI), setidaknya terkait komponen
revaluasi aset tetap dan selisih kurs karena penjabaran mata uang asing. Namun beberapa
penelitian terbaru seperti yang dilakukan oleh Chambers et al. (2006) memberikan hasil
bahwa kini investor makin menghargai informasi yang terkandung dalam laba rugi
komprehensif. Selain itu Kanagaretnam et al. (2009) menyatakan bahwa laba rugi
komprehensif secara agregat memiliki hubungan yang kuat terhadap kinerja perusahaan yang
diukur oleh harga pasar dan tingkat pengembalian pasar.
Laba rugi komprehensif merupakan sesuatu yang baru di Indonesia karena
pengungkapannya mulai diberlakukan efektif tahun 2011. Penelitian – penelitian yang ada
selama ini juga lebih banyak yang berfokus pada relevansi nilai laba rugi bersih (net income).
Oleh karena itu penelitian mengenai relevansi nilai yang terkandung dalam laba rugi
komprehensif khususnya di Indonesia akan menarik untuk dilakukan.
Fokus penelitian ini adalah menguji relevansi nilai laba rugi komprehensif yang
dilaporkan dalam Laba Rugi Komprehensif bagi penggunanya berdasarkan komponen utama
yang terdapat dalam laba rugi komprehensif yaitu laba bersih tahun berjalan dan pendapatan
komprehensif lain (OCI) khususnya di Indonesia. Selain itu penelitian ini juga ingin
menganalisis apakah relevansi nilai pendapatan komprehensif lain (OCI) lebih rendah bila
Value relevance..., Ambya Arif Harimurti, FE UI, 2013
3
dibandingkan dengan relevansi nilai laba bersih tahun berjalan. Hal yang mendasari
dilakukannya pengujian ini adalah karena nature dari keduanya berbeda, dimana pendapatan
komprehensif lain merupakan transitory income sedangkan laba bersih merupakan
keuntungan yang berasal dari aktivitas operasi perusahaan. Dalam penelitian ini juga akan
menguji apakah setiap komponen pendapatan komprehensif lain (OCI) memiliki relevansi
nilai. Relevansi nilai komponen OCI yang akan diuji dalam penelitian ini adalah perubahan
surplus revaluasi aset tetap, keuntungan/kerugian akibat translasi laporan keuangan dalam
mata uang asing, perubahan nilai wajar lindung nilai arus kas, dan keuntungan/kerugian akibat
pengukuran nilai wajar aset tersedia untuk dijual.
2. Tinjauan Teoritis dan Pengembangan Hipotesis
Laba rugi komprehensif merupakan salah satu bentuk dari konsep all inclusive income,
dimana laba didefinisikan sebagai semua perubahan non pemilik dalam ekuitas antar periode
(Le Manh, 2010). Dalam PSAK 1 Revisi 2009 sendiri laba rugi komprehensif didefinisikan
sebagai perubahan ekuitas selama satu periode yang dihasilkan dari transaksi dan peristiwa
lainnya, selain perubahan yang dihasilkan dari transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya
sebagai pemilik. Komponen utama laba rugi komprehensif adalah laba bersih dan pendapatan
komprehensif lain (OCI). Laba bersih merepresentasikan keuntungan/laba setelah semua
pendapatan dan beban dalam periode berjalan telah diperhitungkan dimana laba bersih juga
seringkali dipandang sebagai ukuran terpenting atas kesuksesan atau kegagalan perusahaan
(Kieso et al., 2011). Sedangkan pendapatan komprehensif lain (OCI) berisi pos-pos
pendapatan dan beban (termasuk penyesuaian reklasifikasi) yang tidak diakui dalam laba rugi
dari laporan pendapatan komprehensif sebagaimana dipersyaratkan oleh SAK lainnya.
Pendapatan komprehensif lain sendiri terdiri atas beberapa komponen yaitu perubahan
dalam surplus revaluasi aset tetap, keuntungan dan kerugian dari pengukuran kembali nilai
investasi/aset keuangan tersedia untuk dijual, bagian efektif dari keuntungan dan kerugian
instrument lindung nilai dalam rangka lindung nilai arus kas, keuntungan dan kerugian yang
timbul dari penjabaran/translasi laporan keuangan dalam mata uang asing, serta keuntungan
dan kerugian aktuarial atas program manfaat pasti yang diakui. Sebelum adanya kewajiban
untuk melaporkan laba komprehensif, laba bersih merupakan bottom line income yang
disajikan dalam Laporan Laba Rugi dan seringkali dilihat oleh para investor atau pengguna
laporan keuangan sebagai ukuran kinerja perusahaan. Sedangkan informasi mengenai
pendapatan komprehensif lain disajikan dalam Laporan Perubahan Ekuitas.
Value relevance..., Ambya Arif Harimurti, FE UI, 2013
4
Beberapa penelitian mengenai laba rugi komprehensif telah dilakukan sejak awal
diterapkannya standar yang mengharuskan perusahaan melaporkan laba rugi komprehensifya
seperti yang dimandatkan dalam IAS 1 Presentation of Financial Statements atau SFAS 130
Reporting Comprehensive Income. Dhaliwal (1999) menggunakan item dirty surplus untuk
menghitung laba rugi komprehensif dan mengevaluasi kemampuan relatif dari laba rugi
komprehensif itu sendiri untuk merangkum kinerja perusahaan dan hasil penelitiannya yang
menyatakan bahwa tidak ditemukan bukti bahwa laba rugi komprehensif memiliki hubungan
yang lebih kuat dengan return/nilai pasar atau memprediksi arus kas/pendapatan masa depan
dibandingkan laba bersih. Kemudian Cahan et al. (2000) dalam penelitiannya mencoba
menentukan apakah informasi mengenai komponen terpisah laba rugi komprehensif memiliki
relevansi nilai secara khusus atas dan dibalik nilai laba rugi komprehensif. Hasil penelitiannya
menyatakan bahwa laba rugi komprehensif lebih memiliki relevansi nilai dibandingkan laba
bersih namun tidak ada manfaat yang jelas dalam melaporkan komponen yang terpisah atas
laba rugi komprehensif (laba bersih dan OCI), setidaknya terkait komponen revaluasi aset
tetap dan selisih kurs karena penjabaran mata uang asing.
Namun penelitian terbaru mengenai laba rugi komprehensif seperti yang dilakukan
oleh Biddle (2004) menunjukkan hasil yang berbeda dimana hasilnya menunjukkan bahwa
baik laba bersih tradisional (NI) dan laba rugi komprehensif seperti yang didefinisikan dalam
FASB Statement 130 mendominasi dalam menjelaskan tingkat pengembalian ekuitas, namun
laba bersih lebih dominan dibandingkan laba rugi komprehensif dalam menjelaskan
kompensasi eksekutif.
Chambers et al. (2006) menemukan bukti bahwa setelah periode
diberlakukannya SFAS 130 mengenai pengungkapan laba komprehensif, OCI sebagai
transitory income memiliki relevansi nilai pada basis dolar demi dolar, namun tidak
menemukan bukti bahwa investor lebih memperhatikan OCI yang disajikan pada Laporan
Kinerja Keuangan. Ferraro (2009) melakukan penelitian terhadap perusahaan – perusahaan di
Italia dan menyatakan bahwa dalam banyak kasus, kesimpulan para analis laporan keuangan
dapat berubah jika mereka menggunakan kinerja OCI sebagai dasar estimasinya. Hal ini
menunjukkan bahwa OCI juga memiliki nilai yang relevan. Kemudian dalam penelitiannya di
Kanada, Kanagaretnam et al. (2009) menemukan bahwa laba rugi komprehensif secara
agregat memiliki kaitan yang lebih kuat dengan harga saham dan return dibandingkan dengan
laba bersih. Penelitiannya juga mendapatkan bukti bahwa komponen aset keuangan tersedia
untuk dijual dan lindung nilai arus kas memiliki hubungan yang signifikan dengan harga dan
tingkat pengembalian pasar.
Value relevance..., Ambya Arif Harimurti, FE UI, 2013
5
Beberapa hasil penelitian terdahulu tersebut memberikan indikasi awal bahwa laba
rugi komprehensif memiliki relevansi nilai. Selain itu laba rugi komprehensif semakin
dihargai
dan dapat digunakan oleh pengguna laporan keuangan dalam melakukan
pengambilan keputusan ekonominya. Penyajian laba rugi komprehensif dapat mempengaruhi
keputusan pengguna laporan keuangan karena laba rugi komprehensif berhubungan dengan
pendapatan perusahaan secara keseluruhan dan dapat mencerminkan nilai perusahaan pada
nilai wajarnya. Dalam konteks ini penelitian ini, penulis akan menguji kembali hipotesis
tersebut dengan kondisi perusahaan-perusahaan di Indonesia. Tujuan utama penelitian ini
adalah menguji apakah nila laba rugi komprehensif yang dilaporkan dalam laporan keuangan
khususnya dalam konteks Indonesia memiliki relevansi nilai bagi pengguna laporan keuangan
dalam mengambil keputusan. Sehingga hipotesis pertama yang akan penulis uji adalah:
H1 :
Informasi laba rugi komprehensif memiliki relevansi nilai
Selanjutnya komponen utama dari laba rugi komprehensif adalah laba rugi tahun
berjalan dan pendapatan komprehensif lain (OCI). Pertanyaan yang muncul berikutnya adalah
bagaimana relevansi nilai pendapatan komprehensif lain (OCI) bila dibandingkan dengan
relevansi nilai laba bersih (net income). Hal ini terkait nature OCI sebagai transitory income.
Komponen OCI terdiri dari keuntungan atau kerugian yang belum terealisasi dari pengukuran
nilai wajar atas aset dan aktivitas tertentu perusahaan. Sedangkan laba bersih merupakan
keuntungan yang dihasilkan dari aktivitas operasi perusahaan. Beberapa penelitian terdahulu
seperti penelitian Chambers et al. (2006) menyatakan bahwa OCI juga memiliki relevansi
nilai pada basis dolar demi dolar, namun tidak menemukan bukti bahwa investor lebih
memperhatikan OCI yang disajikan pada Laporan Kinerja Keuangan. Oleh karena itu
hipotesis kedua dari penelitian ini adalah :
H2 :
Relevansi nilai pendapatan komprehensif lain (OCI) lebih rendah
dibandingkan relevansi nilai laba bersih
Salah satu tujuan penelitian ini adalah menguji relevansi nilai dari masing – masing
komponen pendapatan komprehensif lain (OCI). Hal ini didasari pada konsep bahwa
komponen OCI tersebut merupakan hasil dari penyesuaian nilai wajar aset perusahaan.
Besarnya penyesuaian nilai terebut dipengaruhi oleh besaran nilai dan karakteristik aset yang
berbeda satu sama lain. Hal ini dapat menyebabkan informasi yang terkandung dalam masing
– masing komponen tersebut dihargai secara berbeda pula oleh para investor. Kanagaretnam
(2009) dalam penelitiannya mencoba menguji kegunaan atas pelaporan laba rugi
komprehensif. Hasilnya menunjukkan bahwa setiap komponen OCI memiliki relevansi nilai
Value relevance..., Ambya Arif Harimurti, FE UI, 2013
6
yang berbeda dimana keuntungan/kerugian nilai aset keuangan yang tersedia untuk dijual dan
lindung nilai arus kas merupakan dua komponen yang paling signifikan. Oleh karena itu
hipotesis ketiga yang ingin diuji dalam penelitian ini adalah :
H3 :
Komponen – komponen pendapatan komprehensif lain (OCI) memiliki
relevansi nilai.
3. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang didapat dari data perusahaan di Bursa
Efek Indonesia. Data yang diteliti diperoleh dari laporan tahunan dan keuangan perusahaan
yang dipublikasikan untuk tahun 2011 - 2012. Pemilihan tahun ini disebabkan karena
pengungkapan laba rugi komprehensif di Indonesia baru diberlakukan efektif 1 Januari 2011.
Sedangkan data harga saham sebagai variabel dependen dalam penelitian ini diperoleh dari
Yahoo Finance dan data stream. Adapun metode pemilihan sampel penelitian ini
menggunakan purposive sampling, dengan kriteria yang diantaranya adalah perusahaan
tercatat di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011 – 2012, perusahaan melaporkan laba rugi
komprehensif (laba rugi bersih dan pendapatan komprehensif lain) selama tahun 2011 – 2012
dimana nilai pendapatan komprehensif lain (OCI)-nya tidak 0 selama kurun waktu tersebut,
dan Perusahaan yang menyajikan laporan keuangan dalam mata uang Rupiah.
Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini mengadopsi model penelitian
Cahan et al. (2000) dan Kanagaretnam e al. dimana model tersebut juga merupakan
pengembangan dari model Feltham dan Ohlson (1995) yang dimodifikasi untuk menguji
relevansi nilai laba rugi komprehensif. Berikut adalah model penelitian dasar yang akan
dipakai untuk menguji hipotesis :
it   1BVEit   2 Eit   it
dimana Pit adalah nilai perusahaan pada waktu t yang diukur dengan harga saham, BVEit
adalah nilai buku ekuitas per lembar saham pada perusahaan t dan Eit adalah pendapatan
(earnings) per lembar saham pada periode t. Harga saham adalah variabel dependen dalam
penelitian ini dimana harga saham yang digunakan adalah harga saham 31 Maret yang
merupakan tenggat waktu publikasi laporan keuangan perusahaan yang tercatat di Bursa Efek
Indonesia sehingga diasumsikan semua informasi keuangan telah tersedia. Sedangkan nilai
buku ekuitas menjadi variabel kontrol.
E merupakan clean surplus earnings atau laba rugi komprehensif, sehingga:
it   1BVEit   2CIit   it
Value relevance..., Ambya Arif Harimurti, FE UI, 2013
(1)
7
dimana CIit adalah laba rugi komprehensif yang dilaporkan per lembar saham. CIit dapat
disubtitusi dengan komponennya yaitu laba bersih (NI) dan pendapatan komprehensif lain
(OCI) sehingga akan didapatkan persamaan berikut
it   1BVEit   2 NIit   3OCIit   it
(2)
dimana NIit adalah laba bersih perusahaan selama tahun berjalan per lembar saham dan OCIit
adalah penjumlahan komponen OCI perusahaan per lembar sahamnya.
Model 1 digunakan untuk menguji H1 yang dibuktikan dengan melihat apakah nilai β2
signifikan atau tidak. Sedangkan model 2 digunakan untuk menguji H2 yang dibuktikan
dengan cara melihat apakah β3 lebih rendah bila dibandingkan dengan β2.
Selanjutnya OCIit dapat dibagi lagi menjadi komponen individualnya seperti yang
digunakan oleh Kanagaretnam et al. (2009) dalam penelitiannya sehingga persamaan 2 di atas
dapat disajikan menjadi :
it   1BVEit   2 NIit   3RFAit   4CURit   5 HEDGit   6 SECit   it
(3)
dimana
RFAit adalah perubahan dalam surplus revaluasi aset tetap per lembar saham, CURit adalah
keuntungan atau kerugian yang timbul karena adanya penjabaran/translasi laporan keuangan
dalam mata uang asing per lembar saham,
HEDGit adalah perubahan nilai wajar lindung nilai arus kas per lembar saham,
SECit adalah keuntungan atau kerugian karena pengukuran kembali nilai wajar aset keuangan
yang tersedia untuk dijual per lembar saham.
Model ini digunakan untuk menguji H3 yang dilakukan dengan cara melihat apakah β4,
β5, β6,dan β7 signifikan atau tidak. Komponen keuntungan/kerugian aktuarial akibat program
manfaat pasti tidak diuji dalam penelitian ini karena jumlah perusahaan yang melaporkannya
masih sangat sedikit.
Penelitian ini menggunakan data panel, yaitu jenis yang mengkombinasikan atau
menggabungkan observasi time series dan cross section secara bersama – sama
(Gujarati,2004). Model penelitian ini menggunakan teknik regresi pool. Pendekatan yang
digunakan dalam metode regresi dalam penelitian ini adalah common-constant effect.
Pendekatan ini merupakan salah satu teknik analisis data panel, dimana regresi diestimasi
dengan menggunakan metode kuadrat terkecil (Pooled Ordinary Least Square/PLS).
Value relevance..., Ambya Arif Harimurti, FE UI, 2013
8
4. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Jumlah akhir sampel penelitian ini sebanyak 127 perusahaan dan jumlah observasinya
adalah 254 (127 perusahaan dikali 2 tahun). Jumlah 127 perusahaan sampel tersebut terdiri
atas 49 perusahaan dan 78 perusahaan sektor non-finansial.
4.1 Analisis Statistik Deskriptif dan Korelasi
Tabel 1 di bawah ini menunjukkan statistik deskriptif untuk variabel – variabel
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini.
Tabel 1. Statistik Deskriptif
PRICEMAR
BVE
CI
NI
OCI
RFA
CUR
HEDG
SEC
Mean
Median Standar Deviasi Maksimum Minimum
2,440.71
805
3,913.01 27,100.00
50.00
1,043.28
593.135
1,124.50
5,741.92
(667.99)
178.52
82.115
275.62
1,859.95
(323.29)
169.58
73.565
258.89
1,583.32
(323.29)
8.94
0.2
99.41
1,520.54
(277.91)
6.08
0
95.29
1,518.75
(1.14)
1.07
0
9.27
69.99
(89.36)
(0.51)
0
4.88
2.45
(72.72)
2.51
0
20.76
199.46
(72.00)
Keterangan
PRICEMAR = Harga saham 31 Maret; BVE = nilai buku ekuitas;
CI = laba rugi komprehensif; NI = laba/rugi bersih tahun berjalan
OCI = pendapatan komprehensif lain ; RFA = penyesuaian akibat revaluasi aset tetap;
CUR = keuntungan/kerugian karena translasi laporan keuangan
dalam mata uang asing; HEDG = perubahan nilai wajar lindung nilai arus kas;
SEC = keuntungan/kerugian akibat pengukuran nilai wajar aset tersedia untuk dijual
Semua variabel telah dibagi jumlah saham beredar. Statistik deskriptif di atas
menunjukkan bahwa mayoritas perusahaan sampel dalam penelitian memperoleh laba rugi
komprehensif yang positif selama kurun waktu 2011 – 2012. Selain itu secara umum
perusahaan sampel dalam penelitian ini dalam posisi mendapatkan untung (profit) selama
2011-2012. Hasil di atas juga menunjukkan bahwa secara rata – rata laba bersih jauh lebih
besar dibandingkan rata – rata pendapatan komprehensif lain dan mengindikasikan bahwa
laba bersih merupakan komponen yang lebih dominan dalam laba rugi komprehensif
dibandingkan OCI.
Adapun perubahan nilai surplus revaluasi aset tetap per lembar saham merupakan
komponen yang memiliki nilai rata – rata paling tinggi. Sedangkan komponen yang nilai rata
Value relevance..., Ambya Arif Harimurti, FE UI, 2013
9
– ratanya paling rendah adalah perubahan nilai wajar lindung nilai arus kas dimana rata –
ratabta negatif. Nilai negatif tersebut menunjukkan bahwa secara rata – rata perusahaan
sampel yang melaporkan perubahan nilai wajar atas lindung nilai arus kas mengalami
kerugian akibat perubahan nilai tersebut.
Selanjutnya pada tabel 2 di bawah ini menunjukkan matriks korelasi antar variabel
dalam model penelitian ini.
Tabel 2. Matriks Korelasi
Correlation
Probability
PRICEMAR
BVE
NI
RFA
CUR
HEDG
SEC
OCI
CI
PRICEMAR
BVE
NI
RFA
CUR
HEDG
SEC
OCI
CI
1
----0.7235
1
0.0000*** -----
0.7428
0.7806
1
0.0000*** 0.0000*** -----
0.3787
0.1320
0.0000***
0.0355**
0.0153
0.0339
-0.1306
0.8078
0.5902
0.0375**
-0.0693
-0.0725
-0.0718
0.0067
0.0134
0.2710
0.2496
0.2542
0.9153
0.8312 -----
0.0204
0.1287
0.0201
-0.0091
-0.0700
0.7463
0.0404**
0.7504
0.8851
0.2661
0.8493 -----
-0.0183
0.9579
0.0778
0.0581
0.7717 0.0000***
0.2166
0.3568 0.0050*** -----
0.3314
0.1300
0.0000***
0.0384**
0.8172
0.7801
0.0407
1
0.5186 -----
0.9327
0.0046
1
0.9425 -----
1
0.0120
0.3837
-0.0946
-0.0465
0.0000*** 0.0000*** 0.0000*** 0.0000***
0.1327
0.4606
1
0.1756
0.0822
1
0.3435
0.1917 0.0000*** -----
Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa variabel CI berkorelasi positif dan signifikan
terhadap PRICEMAR. Hal ini dapat menjadi indikasi awal bahwa laba rugi komprehensif
memiliki hubungan positif yang sangat erat terhadap nilai perusahaan (harga saham). Variabel
NI dan OCI sebagai komponen utama laba rugi komprehensif juga berkorelasi positif dan
signifikan terhadap harga saham 31 Maret. Variabel NI berkorelasi positif signifikan terhadap
variabel BVE. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar laba bersih yang dilaporkan maka
nilai buku ekuitas perusahaan juga meningkat melalui laba ditahan. Selain itu variabel OCI
juga mempunyai hubungan yang signifikan dengan variabel BVE. Korelasi ini sesuai dengan
konsep bahwa OCI merupakan item yang dapat menyebabkan perubahan ekuitas selain
perubahan yang dihasilkan dari transaksi pemilik modal.
4.2 Pengujian Hipotesis
Tabel 3 menunjukkan hasil regresi variabel dependen nilai perusahaan (value of the
firm) yang diukur dengan harga saham per 31 Maret. Berdasarkan hasil regresi yang
Value relevance..., Ambya Arif Harimurti, FE UI, 2013
1
10
ditunjukkan pada tabel 3 di bawah ini, dapat kita lihat bahwa koefisien laba rugi komprehensif
adalah 8,5497 dan signifikan pada α = 1%. Hasil regresi atas model 1 ini menunjukkan bahwa
hipotesis H1 didukung oleh data karena nilai β3 arahnya positif dan signifikan. Dengan dasar
tersebut dapat kita simpulkan bahwa laba rugi komprehensif memiliki hubungan yang positif
dan signifikan terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan harga saham 31 Maret. Semakin
tinggi nilai laba rugi komprehensif yang dilaporkan maka semakin tinggi pula harga saham
dan sebaliknya. Oleh karena itu hipotesis H1 yang menyatakan bahwa informasi yang
terkandung dalam laba rugi komprehensif memiliki relevansi nilai secara empiris terbukti.
Kandungan informasi yang terdapat dalam laba rugi komprehensif dapat merefleksikan nilai
perusahaan dan mempengaruhi pengguna laporan keuangan untuk mengambil keputusan yang
tercermin pada harga saham 31 Maret.
Tabel 3. Hasil Regresi Pengujian Utama
Variabel
C
BVE
CI
NI
OCI
RFA
CUR
HEDG
SEC
Model (1)
Model (2)
Model (3)
Expected
t-stat
Koefisien
t-stat
Koefisien
t-stat
Sign Koefisien
?
47.4068
2.8544 51.9749
3.2968 1382.99
3.8520
+
0.7607 10.3472*** 0.8011 10.0094*** 0.2294 8.8316***
+
8.5497 26.5602***
+
8.5857 31.3288*** 8.3110 23.5809***
+
4.9285 2.7336***
+
11.9092 2.8709***
+
7.3177
0.8022
-16.6119
-1.9560*
+
-0.4374
-0.2448
R-squared
Adjusted R-squared
Prob(F-statistic)
0.93662
0.93612
0.0000
0.98849
0.98835
0.0000
0.96434
0.96347
0.0000
Keterangan
PRICEMAR = Harga saham 31 Maret; BVE = nilai buku ekuitas; CI = laba rugi komprehensif;
NI = laba/rugi bersih tahun berjalan ; OCI = pendapatan komprehensif lain; RFA = penyesuaian akibat
revaluasi; aset tetap; CUR = keuntungan/kerugian karena translasi laporan keuangan dalam mata
uang asing; HEDG = perubahan nilai wajar lindung nilai arus kas; SEC = keuntungan/kerugian akibat
pengukuran nilai wajar aset tersedia untuk dijual ; angka yang dicetak miring = t-stat
*** : signifikan pada α = 1% ; ** : signifikan pada α = 5%;
* : signifikan pada α = 10%
Dengan demikian hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian lain yang telah
dilakukan sebelumnya seperti penelitian Cahan et al. (2000) yang menggunakan perusahaan
yang tercatat di Bursa Efek Selandia Baru (NZSE) sebagai sampel, Biddle (2004), Chambers
(2006) di Amerika Serikat, dan Kanagaretnam (2009) di Kanada yang menyatakan bahwa
pelaporan laba rugi komprehensif semakin dihargai oleh investor dan memiliki relevansi nilai.
Value relevance..., Ambya Arif Harimurti, FE UI, 2013
11
Kemampuan laba rugi komprehensif sebagai nilai yang dapat merangkum seluruh perubahan
ekuitas kecuali terkait dengan transaksi pemilik membuatnya berhubungan sangat erat dengan
harga saham. Selain itu hasil pengujian ini juga mendukung diberlakukannya PSAK 1 Revisi
2009 yang mengharuskan semua perusahaan, terutama perusahaan yang listed di bursa, untuk
menyajikan laba rugi komprehensif. Konsep all-inclusive income yang terdapat pada laba rugi
komprehensif terbukti dapat menyediakan informasi yang menyeluruh dan bermanfaat bagi
pengguna laporan keuangan.
Dalam model 2 variabel independen yang digunakan adalah laba bersih (NI) dan
pendapatan komprehensif lain (OCI). Laba bersih merupakan salah satu komponen utama
dalam laba rugi komprehensif
yang seringkali menjadi ukuran kinerja perusahaan.
Berdasarkan hasil regresi model 2 yang dilakukan, diperoleh koefisien laba bersih (NI)
sebesar 8,5857 dan signifikan pada α = 1%. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
positif dan signifikan antara laba bersih dengan harga saham 31 Maret. Artinya semakin nilai
laba rugi bersih tahun berjalan maka nilai perusahaan yang diukur dengan harga saham juga
semakin tinggi. Sebaliknya bila laba bersih yang dilaporkan semakin kecil atau bahkan merugi
akan menyebabkan harga saham turun.
Sedangkan komponen laba rugi komprehensif selanjutnya adalah pendapatan
komprehensif lain (OCI). Pengujian atas OCI menjadi sangat penting karena komponen inilah
yang menjadi salah satu perbedaan antara laporan laba rugi tradisional dengan laporan laba
rugi komprehensif yang saat ini digunakan. Penelitian mengenai pendapatan komprehensif
lain sudah banyak dilakukan seperti penelitian Chambers (2006) dan Kanagaretnam (2009)
dimana keduanya memberikan hasil yang sama, yaitu pendapatan komprehensif lain memiliki
relevansi nilai.
Berdasarkan hasil regresi model 2 yang telah dilakukan, diperoleh koefisien untuk
variabel ini sebesar 4,92845 dan signifikan pada α = 1%. Artinya variabel OCI secara agregat
juga memiliki pengaruh yang positif dan signifikan dengan variabel dependennya yaitu nilai
perusahaan (harga saham 31 Maret). Hasil ini mendukung penelitian – penelitian sebelumnya
dan dapat kita interpretasikan bahwa semakin tinggi nilai OCI yang dilaporkan maka akan
diikuti dengan kenaikan harga saham. Pasar memberikan respon atas informasi ini sehingga
dapat kita simpulkan bahwa OCI secara agregat memiliki relevansi nilai.
Penjelasan di atas memberikan gambaran bahwa baik variabel NI maupun OCI
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Namun t-stat diantara keduanya
berbeda dimana t-stat NI adalah 31,3288 sedangkan t-stat OCI adalah 2,7366. Artinya
pengaruh NI lebih signifikan dibandingkan pengaruh OCI terhadap harga saham 31 Maret.
Value relevance..., Ambya Arif Harimurti, FE UI, 2013
12
Hasil ini dapat menjawab hipotesis H2 yaitu relevansi nilai pendapatan komprehensif lain
(OCI) lebih rendah dibandingkan relevansi nilai laba bersih. Untuk memperkuat bukti ini,
penulis melakukan pengujian elastisitas untuk melihat variabel manakah yang hubungannya
lebih kuat dengan variabel dependennya. Gujarati (2004) menyatakan bahwa elastisitas adalah
persentase perubahan Y (variabel dependen) yang disebabkan oleh persentase perubahan X
(variabel independennya). Adapun perhitungan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
ENI  b 
X1
169,58
 8,5857 
 60%
2440,71
Y
dan
EOCI  c 
X2
8,94
 4,9285 
 2%
2,440.71
Y
dimana ENI = elastisitas laba bersih (NI); b = koefisien NI; X 1 = rata – rata laba bersih; EOCI
c = koefisien OCI; X 2 = rata – rata OCI, dan Y = rata –rata harga saham 31 Maret.
Perhitungan di atas menunjukkan bahwa elastisitas variabel NI lebih besar
dibandingkan variabel OCI. Artinya variabel harga saham lebih elastis terhadap perubahan NI
dan mengindikasikan relevansi nilai NI lebih mendominasi laba rugi komprehensif secara
keseluruhan (Brimble, 2001). Sehingga dapat disimpulkan bahwa meskipun keduanya
memiliki hubungan yang signifikan terhadap harga saham, namun relevansi nilai laba bersih
dan pendapatan komprehensif lain berbeda dimana relevansi nilai OCI lebih rendah
dibandingkan relvansi nilai laba bersih. Hipotesis H2 pun dapat dibuktikan. Hasil ini
mendukung penelitian Chambers (2006) yang menyatakan bahwa OCI juga memiliki
relevansi nilai pada basis dolar demi dolar, namun tidak menemukan bukti bahwa investor
lebih memperhatikan OCI yang disajikan pada Laporan Kinerja Keuangan (Laporan Laba
Rugi).
Selain itu faktor lain yang membuat relevansi nilai OCI lebih rendah dibanding laba
bersih adalah nature dari OCI sendiri sebagai transitory income. OCI dihasilkan dari
pengukuran nilai wajar aset perusahaan dan aktivitas tertentu perusahaan yang sifatnya tidak
tetap. Sedangkan laba bersih merupakan keuntungan yang dihasilkan dari aktivitas operasi
perusahaan. Kanagaretnam et al. (2009) menyatakan bahwa nature OCI sebagai transitory
income menyebabkan kemampuannya untuk memprediksi kinerja perusahaan di masa depan
lebih rendah dibandingkan laba bersih. Suatu informasi akuntansi dianggap lebih relevan jika
memiliki predictive power yang lebih baik. Sebagai konsekuensinya, OCI memiliki relevansi
nilai yang lebih rendah dibanding laba bersih.
Value relevance..., Ambya Arif Harimurti, FE UI, 2013
13
Hasil pengujian regresi model 3 menunjukkan bahwa komponen penyesuaian akibat
revaluasi aset tetap (RFA) dan
perubahan nilai dari lindung nilai arus kas (HEDG)
merupakan komponen yang memiliki pengaruh paling signifikan dengan harga saham.
Koefisien RFA yang positif dan signifikan menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai RFA
akan direspon oleh pasar dengan kenaikan harga saham. Hasil ini sesuai dengan ekspektasi
karena penelitian Aboody et al. (1998) dan Cahan et al. (2000) juga memberikan hasil yang
sama yaitu revaluasi aset tetap berhubungan positif dan signifikan dengan harga saham. Pasar
menangkap revaluasi aset tetap sebagai tanda positif atas kinerja perusahaan di masa depan
(Aboody et al., 1998). Harga saham merefleksikan penilaian investor terhadap nilai aset dan
ekspektasi mereka terhadap performa operasional perusahaan di masa mendatang. Selain itu
harga saham juga dapat menggambarkan dampak penilaian pengguna laporan keuangan
terhadap keputusan investasi dan pendanaan perusahaan terkait aset tetap tersebut.
Selain itu komponen perubahan nilai wajar lindung nilai arus kas (HEDG) juga
merupakan komponen OCI yang memiliki pengaruh signifikan dengan nilai perusahaan
(harga saham). Namun berbeda dengan penyesuaian revaluasi aset tetap, arah hubungan
komponen HEDG dengan harga saham adalah negatif. Artinya semakin tinggi nilai HEDG
yang dilaporkan akan direspon dengan harga saham yang turun dan sebaliknya nilai HEDG
yang semakin kecil akan menyebabkan harga saham naik. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Kanagaretnam et al. (2009) yang juga menemukan bahwa perubahan nilai wajar
lindung nilai arus kas berhubungan negatif dan signifikan terhadap harga saham. Menurutnya
alasan logis dari hasil pengujian tersebut adalah perubahan nilai hedging yang tinggi dapat
menjadi indikasi bahwa ada resiko yang cukup besar yang sedang dikelola oleh perusahaan
dan bagi investor yang tidak ingin mengambil resiko tentunya akan menghindari resiko ini
sehingga respon pasar negatif. Sebaliknya semakin kecil perubahan nilai hedging arus kas
maka dapat menjadi indikasi bahwa resiko yang dikelola perusahaan yang dilindung nilai
tersebut lebih kecil sehingga pasar memberi respon positif dengan harga saham yang naik.
Komponen keuntungan/kerugian karena translasi laporan keuangan dalam mata uang
asing (CUR) dan keuntungan/kerugian akibat pengukuran nilai wajar aset keuangan tersedia
untuk dijual (SEC) merupakan komponen yang memiliki hubungan yang tidak signifikan
dengan harga saham karena probability kedua komponen tersebut tidak signifikan maka
analisis lebih jauh tidak dapat dilakukan. Kita dapat menyatakan bahwa di Indonesia,
komponen CUR dan SEC tidak memiliki relevansi nilai. Cahan et al. (2000) menyatakan
komponen CUR tidak memiliki relevansi nilai karena keuntungan/kerugian akibat translasi
laporan keuangan dalam mata uang asing memiliki sifat transitory income yang lebih kuat bila
Value relevance..., Ambya Arif Harimurti, FE UI, 2013
14
dibandingkan dengan komponen lain dimana penyesuaian yang muncul dari translasi tidak
dapat diprediksi, tidak relevan dalam memprediksi sumber pendapatan lainnya, dan tidak
memiliki relevansi dalam mengestimasi nilai intrinsik perusahaan.
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan terhadap keempat komponen OCI yang
menjadi fokus dalam penelitian ini, dapat kita lihat bahwa masing – masing komponen
mempunyai relevansi nilai yang berbeda satu sama lain. Komponen RFA memiliki hubungan
positif dan signifikan sedangkan komponen HEDG memiliki hubungan negatif yang
signifikan terhadap harga saham. Artinya kedua komponen tersebut memiliki relevansi nilai.
Di sisi lain, komponen CUR dan SEC tidak memiliki relevansi nilai karena hubungannya
dengan harga saham tidak signifikan. Arah hubungan semua komponen OCI yang diuji dalam
penelitian ini sesuai dengan prediksi kecuali SEC. Oleh karena itu dapat kita simpulkan
bahwa hipotesis H3 untuk komponen perubahan nilai surplus revaluasi aset tetap dan
perubahan nilai wajar lindung nilai arus kas terbukti secara empiris dan didukung oleh hasil
pengujian yang telah dilakukan. Sedangkan pada komponen keuntungan/kerugian akibat
transalasi laporan keuangan dan pengukuran nilai wajar aset keuangan tersedia untuk dijual
hipotesis H3 tidak terbukti (ditolak).
Sedangkan hasil pengujian variabel kontrol dalam model ketiga model ini yaitu nilai
buku ekuitas (BVE) menunjukkan bahwa variabel ini berpengaruh positif dan signifikan
terhadap harga saham. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ohlson (1995)
dan Cahan et al. (2000) yang membuktikan bahwa nilai buku ekuitas sangat berpengaruh
terhadap nilai perusahaan (harga saham).
4.3 Pengujian Tambahan
Untuk mendukung hasil pengujian hipotesis H3 mengenai relevansi nilai dari masing –
masing komponen OCI, penulis melakukan pengujian tambahan dengan mengelompokkan
perusahaan sampel berdasarkan sektor usahanya, yaitu sektor keuangan dan non keuangan.
Dari total 127 perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini, 49 perusahaan
merupakan perusahaan yang bergerak di sektor keuangan sedangkan sisanya yaitu 78
perusahaan berasal dari sektor non keuangan. Pengujian dilakukan dengan menggunakan
model 3 seperti yang sebelumnya digunakan dalam pengujian hipotesis H3. Pengujian
tambahan ini berusaha melihat apakah perbedaan karakteristik antara dua sektor usaha
tersebut dapat menyebabkan perbedaan relevansi nilai komponen OCI-nya. Tabel 4 di bawah
ini menunjukkan hasil regresi model 3 berdasarkan sektor usahanya.
Value relevance..., Ambya Arif Harimurti, FE UI, 2013
15
Pada tabel 4 dapat kita lihat bahwa dalam pengujian atas perusahaan – perusahaan di
sektor keuangan, variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham adalah
variabel NI, RFA, HEDG, dan SEC. Hasil pengujian untuk variabel NI dan RFA sesuai
dengan hasil pengujian utama dimana perusahaan belum dikelompokkan berdasarkan sektor
usahanya. Sedangkan untuk HEDG dan SEC, terdapat perbedaan dimana pada kelompok
perusahaan di sektor keuangan, komponen perubahan nilai wajar lindung nilai arus kas
(HEDG) dan keuntungan/kerugian akibat pengukuran nilai wajar aset tersedia untuk dijual
(SEC) pada perusahaan keuangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham.
Hasil yang ditunjukkan dua komponen ini wajar karena hedging dan transaksi terkait aset
keuangan yang tersedia untuk dijual merupakan aktivitas yang lazim dilakukan pada
perusahaan di sektor keuangan dan menjadi salah satu bisnis utama dalam sektor usaha
tersebut.
Tabel 4. Hasil Uji Regresi Perusahaan Sektor Keuangan dan Non Keuangan
Variabel
Expected
Sign
C
BVE
NI
RFA
CUR
HEDG
SEC
R-squared
Adjusted R-squared
Prob(F-statistic)
Keterangan
?
+
+
+
+
+
FINANCIAL
Koefisien
t-stat
-87.2772
0.9894
6.8573
6.2922
-2.5401
296.8592
1.7614
-7.3587
13.0768***
15.1527
2.7717***
-0.4734
2.4372**
2.1431**
NON-FINANCIAL
Koefisien
t-stat
51.9749
0.7638***
8.7475***
13.0952***
15.7886
-17.2925*
-7.4067***
0.970234
0.968271
0.0000
4.8703
5.3369***
14.0428***
3.18294***
1.5703
-1.7937*
-3.7167***
0.914524
0.911082
0.0000
PRICEMAR = Harga saham 31 Maret; BVE = nilai buku ekuitas; CI = laba rugi komprehensif;
NI = laba/rugi bersih tahun berjalan ; OCI = pendapatan komprehensif lain; RFA = penyesuaian akibat
revaluasi; aset tetap; CUR = keuntungan/kerugian karena translasi laporan keuangan dalam mata
uang asing; HEDG = perubahan nilai wajar lindung nilai arus kas; SEC = keuntungan/kerugian akibat
pengukuran nilai wajar aset tersedia untuk dijual ; angka yang dicetak miring = t-stat
*** : signifikan pada α = 1% ; ** : signifikan pada α = 5%;
* : signifikan pada α = 10%
Di sisi lain hasil uji regresi atas perusahaan – perusahaan sektor non keuangan
menunjukkan bahwa variabel NI, RFA, HEDG dan SEC merupakan variabel yang
berhubungan paling signifikan terhadap harga saham pada tingkat keyakinan yang berbeda.
Variabel NI dan RFA memiliki koefisien positif. Sedangkan variabel HEDG dan SEC
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap harga saham. Komponen OCI lainnya yaitu CUR
berhubungan positif dan namun tidak signifikan. Hasil pada variabel HEDG menunjukkan
bahwa dalam perusahaan non-keuangan, pasar cenderung memberikan respon negatif bila
Value relevance..., Ambya Arif Harimurti, FE UI, 2013
16
perubahan nilai hedging arus kas tinggi. Investor melihat indikasi adanya resiko tambahan
yang mungkin akan terjadi dibalik tingginya perubahan nilai hedging. Sedangkan variabel
SEC juga berhubungan negatif dan signifikan dengan harga saham. Dugaan atas hasil ini
adalah pasar melihat ada idle cash yang digunakan perusahaan non keuangan untuk
berinvestasi pada aset tersedia untuk dijual dan jika nilainya semakin tinggi justru direspon
negatif oleh pasar karena aset keuangan bukan merupakan bisnis utama dari perusahaan non
keuangan. Seharusnya idle cash tersebut dapat diinvestasikan pada aset yang lebih sesuai
dengan bisnis utama dan karakteristik perusahaan non – keuangan. Hasil pengujian tambahan
ini menunjukkan bahwa relevansi nilai komponen OCI berbeda bila perusahaan sampel
dikelompokkan berdasarkan sektor usahanya.
Selanjutnya pengujian tambahan yang dilakukan adalah dengan menambahkan time
series yaitu data dari laporan keuangan tahun 2010. Dasar pengujian ini adalah bahwa pada
laporan keuangan 2010 yang dirilis pada Maret 2011, beberapa perusahaan diasumsikan telah
menerapkan PSAK 1 Revisi 2009 yang berlaku efektif 1 Januari 2011. Selain itu data tahun
2010 dapat digunakan karena komponen OCI dapat dilihat pada Laporan Perubahan Ekuitas.
Tujuan pengujian tambahan ini adalah untuk memperkuat bukti yang sudah didapatkan dari
hasil pengujian utama yang telah dilakukan. Tabel 5 di bawah ini menyajikan hasil regresi
dengan menggunakan time series selama 3 tahun (2010 – 2012).
Tabel 5. Hasil Regresi dengan Data Tahun 2010 – 2012
Model (1)
Model (2)
Model (3)
Expected
t-stat
Koefisien
t-stat
Koefisien
t-stat
Sign Koefisien
?
C
1261.23
20.9377 1450.4450
14.7847 1430.45
16.8281
+
BVE
0.6583 9.8971***
0.1949 2.0646**
0.2092
2.4309**
+
CI
4.8112 20.7358***
+
NI
6.6489 16.7448***
6.6271 15.5437***
+
OCI
2.1188 5.5741***
+
RFA
8.5037 15.5978***
+
CUR
1.0478 3.9358***
HEDG
-93.8339 -3.3333***
+
SEC
0.4016
0.9654
R-squared
0.97865
0.96691
0.97510
Adjusted R-squared
0.96780
0.94987
0.96180
Prob(F-statistic)
0.0000
0.0000
0.0000
Keterangan
Variabel
PRICEMAR = Harga saham 31 Maret; BVE = nilai buku ekuitas; CI = laba rugi komprehensif;
NI = laba/rugi bersih tahun berjalan ; OCI = pendapatan komprehensif lain; RFA = penyesuaian akibat
revaluasi; aset tetap; CUR = keuntungan/kerugian karena translasi laporan keuangan dalam mata
uang asing; HEDG = perubahan nilai wajar lindung nilai arus kas; SEC = keuntungan/kerugian akibat
pengukuran nilai wajar aset tersedia untuk dijual ; angka yang dicetak miring = t-stat
*** : signifikan pada α = 1% ; ** : signifikan pada α = 5%;
* : signifikan pada α = 10%
Value relevance..., Ambya Arif Harimurti, FE UI, 2013
17
Hasil regresi di atas menunjukkan bahwa laba rugi komprehensif (CI) memiliki
pengaruh signifikan terhadap harga saham pada α = 1%. Begitu pula dengan laba bersih (NI)
dan OCI secara agregat yang koefisiennya positif dan signifikan. Bila dibandingkan t-stat OCI
lebih rendah dibandingkan t-stat laba bersih yang menunjukkan bahwa pengaruh OCI lebih
rendah terhadap harga saham dibandingkan laba bersih. Hasil ini tentunya mendukung hasil
pengujian utama yang telah dilakukan sebelumnya yang membuktikan H1 dan H2.
Pada pengujian tambahan ini, dapat kita lihat pula bahwa komponen OCI yang
memiliki pengaruh signifikan adalah RFA, CUR, dan HEDG. RFA secara konsisten
berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham dan semakin mendukung hasil
penelitian Aboody et al. (1998) dan Cahan et al. (2000). Adapun komponen CUR memiliki
pengaruh yang juga positif dan signifikan terhadap harga saham. Sedangkan komponen
HEDG memiliki pengaruh negatif dan signifkan dengan harga saham dan menunjukkan hasil
yang sesuai dengan pengujian utama yang telah dilakukan dengan tingkat signifikansi yang
semakin tinggi pula dan semakin mendukung hasil penelitian Kanagaretnam et al. (2009)
untuk komponen ini. Komponen SEC merupakan komponen yang tidak memiliki pengaruh
signifikan dan hal ini sesuai dengan pengujian sebelumnya. Dengan kata lain hasil ini juga
menunjukkan hipotesis H3 terbukti untuk komponen RFA, CUR, dan HEDG dimana
ketiganya memiliki relevansi nilai. Sedangkan untuk komponen SEC hipotesis H3 tidak
terbukti.
Berdasarkan pengujian tambahan dengan menambahkan time series dengan data
laporan keuangan tahun 2010 ini dapat kita simpulkan bahwa secara umum arah dan
signifikansi variabel – variabel yang diuji sesuai dengan pengujian utama yang telah
dilakukan dengan tingkat signifikansi yang semakin meningkat. Artinya dengan jumlah tahun
yang semakin banyak maka dapat menghasilkan output yang semakin optimal dan dapat
mencerminkan kondisi yang sebenarnya. Selain itu regresi dengan menggunakan cross section
fixed effect juga terbukti dapat meningkatkan hasil estimasi. Pengujian tambahan ini juga
menunjukkan bahwa meskipun data komponen OCI tahun 2010 diperoleh dari Laporan
Perubahan Ekuitas namun terbukti bahwa informasi yang terkandung di dalamnya memiliki
relevansi nilai.
4.4 Uji Sensitivitas
Uji sensitivitas merupakan pengujian yang bertujuan untuk melihat konsistensi hasil
pengujian utama dalam penelitian. Pengujian dilakukan dengan time window yang berbeda.
Variabel dependen yang digunakan adalah harga saham tanggal 31 Desember yang
Value relevance..., Ambya Arif Harimurti, FE UI, 2013
18
merupakan tanggal laporan keuangan. Hasil regresi pada tabel 6 di bawah ini menunjukkan
bahwa variabel CI, NI, dan OCI berpengaruh positif dan signfikan terhadap harga saham dan
hasil ini konsisten dengan pengujian utama meskipun dengan time window yang berbeda.
Sedangkan komponen OCI yang berpengaruh signifikan hanya vairabel RFA.
Tabel 6. Hasil Regresi Variabel Dependen Harga Saham 31 Desember
Variabel
Model (1)
Expected
t - stat
Sign Koefisien
?
10.2288
0.6308
+
0.8407 10.9895***
+
6.6813 17.2599***
C
BVE
CI
+
NI
+
OCI
+
RFA
+
CUR
HEDG
+
SEC
R-squared
Adjusted R-squared
Prob(F-statistic)
Keterangan
Model (2)
Koefisien
t - stat
19.2421
21.0948
1.3065
0.8739 11.4084***
0.8545 8.9937***
6.3059 16.0915***
3.802512 2.4019**
0.90504
0.90429
0.0000
Model (3)
Koefisien
t - stat
6.4158 13.8328***
10.5953 3.5536***
10.0640
1.2874
-13.2266
-1.1277
-1.7844
-1.3151
0.90179
0.90260
0.90061
0.90023
0.0000
0.0000
PRICEDES = Harga saham 31 Desember; BVE = nilai buku ekuitas; CI = laba rugi komprehensif;
NI = laba/rugi bersih tahun berjalan ; OCI = pendapatan komprehensif lain; RFA = penyesuaian akibat
revaluasi; aset tetap; CUR = keuntungan/kerugian karena translasi laporan keuangan dalam mata
uang asing; HEDG = perubahan nilai wajar lindung nilai arus kas; SEC = keuntungan/kerugian akibat
pengukuran nilai wajar aset tersedia untuk dijual ; angka yang dicetak miring = t-stat
*** : signifikan pada α = 1% ; ** : signifikan pada α = 5%;
* : signifikan pada α = 10%
Berdasarkan uji sensitivitas yang telah dilakukan dapat kita simpulkan bahwa sebagian
informasi mengenai laba rugi komprehensif dan komponennya telah ditangkap oleh pengguna
laporan keuangan pada 31 Desember. Hal ini terbukti dari adanya beberapa variabel yang
memiliki relevansi nilai pada tanggal tersebut. Informasi yang tersedia mengenai laba rugi
komprehensif semakin lengkap pada 31 Maret saat laporan keuangan dirilis dimana investor
dapat menggunakannya sebagai dasar untuk mengambil keputusan.
5. Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan penelitian dan analisis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
laba rugi komprehensif secara agregat memiliki relevansi nilai dan memiliki pengaruh yang
sangat kuat terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian ini juga mendukung PSAK 1 Revisi
2009 yang mewajibkan perusahaan melaporkan laba rugi komprehensifnya sehingga dapat
menyediakan informasi yang semakin berguna bagi pemakai laporan keuangan. Selain itu
Value relevance..., Ambya Arif Harimurti, FE UI, 2013
19
terdapat perbedaan relevansi nilai laba bersih dan pendapatan komprehensif lain (OCI)
dimana OCI memiliki relevansi nilai lebih rendah dibandingkan laba bersih meskipun
keduanya memiliki hubungan yang sangat erat terhadap harga saham. Hal ini dikarenakan
nature OCI sebagai transitory income.
Penelitian ini juga membuktikan bahwa komponen OCI secara terpisah memiliki
relevansi nilai yang berbeda satu sama lain dimana komponen penyesuaian akibat revaluasi
aset tetap dan perubahan nilai wajar lindung nilai arus kas merupakan komponen yang
memiliki relevansi nilai. Hasil pengujian tambahan juga menunjukkan bahwa relevansi nilai
atas komponen OCI berbeda bila sampel penelitiannya dipisahkan antara perusahaan sektor
keuangan dan non keuangan. Pada kelompok perusahaan keuangan, perubahan nilai lindung
nilai arus kas dan aset tersedia untuk dijual memiliki hubungan positif yang sangat kuat
dengan harga saham. Sebaliknya pada kelompok perusahaan non-keuangan, arah hubungan
kedua komponen tersebut terhadap harga saham adalah negatif. Hal ini menunjukkan bahwa
perbedaan sektor usaha berpengaruh terhadap relevansi nilai dari masing - masing komponen
OCI. Pengujian tambahan lainnya telah dilakukan dengan menambahkan tahun observasi
yaitu data tahun 2010. Hasilnya adalah dengan menambahkan time series dan menggunakan
fixed effect dalam penelitian ini, maka relevansi nilai beberapa variabel yang diuji meningkat.
Keterbatasan Penelitian dan Saran
Beberapa keterbatasan yang terdapat dalam penelitian ini dan saran untuk penelitian
sejenis berikutnya diantaranya adalah penelitian ini belum melihat variabel lain yang mungkin
dapat mempengaruhi variabel independennya seperti ukuran perusahaan dan kualitas audit.
Oleh karena itu model yang digunakan untuk penelitian berikutnya dapat dikembangkan lagi
dengan menambahkan interaksi kepada variabel independennya. Selain itu penelitian ini
hanya menggunakan harga saham sebagai proksi untuk mengukur nilai perusahaan (value of
the firm). Sebaiknya penelitian selanjutnya menggunakan proksi lain untuk mengukur nilai
perusahaan seperti TobinsQ. Untuk melihat variasi dan perbedaan relevansi nilai laba rugi
komprehensif, sebaiknya penelitian selanjutnya dapat melakukan pengujian berdasarkan
kelompok industri yang lebih spesifik.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan balanced sample. Artinya
sampel pada setiap tahun yang diobservasi jumlahnya sama sehingga ada beberapa observasi
yang dikeluarkan. Untuk penelitian selanjutnya dapat menggunakan unbalanced sample
sehingga jumlah observasi setiap tahunnya menjadi lebih banyak.
Value relevance..., Ambya Arif Harimurti, FE UI, 2013
20
Daftar Referensi
Aboody, David., Mary E. Barth, Ron Kasznik. 1999. Revaluations of Fixed Asets and Future Firm Performance
: Evidence from the UK. Journal of Accounting and Economics 26 p. 149 – 178
Albrecht, W. Steve.(2011). Financial Accounting, Concepts and Application. South Western : Cengage Learning
Baker, Richard E., Theodore E. Christensen, and David M. Cotrell. (2011). Advanced Financial Accounting.
Singapore : Mc. Graw-Hill Education (Asia)
Bamber, Linda Smith, John Jiang, Kathy R. Petroni, and Isabel Yanyan Wang.(2010). Comprehensive Income :
Who’s Afraid of Performance Reporting. The Accounting Review Vo. 85
Barth, Mary E., William H. Beaver, and Wayne R. Landsman. (2001). The relevance of the value relevance
literature for financial accounting standard setting: another view. Journal of Accounting and
Economics 31 p. 77 – 104
Biddle, Gary C., Jong-Hag Choi, (2006). Is Comprehensive Useful? Journal of Contemporary Accounting and
Economics 2
Brimble, Mark., Allan Hodgson. (2001). The Value Relevance of Comprehensive Income and Components fot
Industrial Firms. Australia
Cahan, Stephen F., Stephen M. Courtenay, Paul N. Gronewoller and David R. Upton .(2000).Value Relevance of
Mandated Comprehensive Income Disclosure. Journal of Business, Finance, and Accounting 27.
Cameron, Colin A. and Pravin K. Trivedi. (2005). Microeconomics : Methods and Applications. Cambridge :
Cambridge University Press
Chambers, Dennis, Thomas J. Linsmeier, Catherine Shakespeare, and Theodore Sougiannis.
(2006).
An
Evaluation of SFAS No.130 Comprehensive Income Disclosures. Review of Accounting Studies 12
Collins, D. W., E. L. Maydew., dan I. S. Weiss (1997). Changes in the Value Relevance of Earnings and Book
Values Over The Past Fourty Years. Journal of accounting and economics 24 (1): 39-67
Cope, A.T., Johnson, L.T., & Reither, C.L. (1996). The Call for Reporting Comprehensive Income. Financial
Analysts Journal, pp. 7-12
Dhaliwal, Dan , K.R. Subramanyam , Robert Trezevant, (1999). Is Comprehensive Income Superior to Net
Income as A Measure of Firm Performance? Journal of Accounting and Economics 26
Ferraro, Olga. (2009). Comprehensive Income in Italy:Reporting Preferences and Its Effects on Performance
Indicators. Journal of Modern Accounting and Auditing Vol.7 No. 12 p. 1315-1328
Fernandez, Francisco Souza and Maria Mercedes Carro Arana.(2009).Empirical Evaluation of the Overall
Impact and by Industries of Comprehensive Income on European Groups Listed on NYSE and
NASDAQ. Spain : International Business and Economics Research Journal
Godfrey, Jayne., Allan Hodgson, An Tarca, Jane Hamilton, and Scott Holmes .(2010). Accounting Theory : 7th
edition. Australia : John Wiley and Sons
Gujarati, Damodar N. (2004). Basic Econometrics Fourth Edition. Singapore : McGraw-Hill Co.
Ikatan Akuntan Indonesia. (2009). PSAK No. 1 Penyajian Laporan Keuangan. Jakarta
Jones, Charles P. (2007). Investments : Analysis and Management. Hoboken, NJ : John Wiley and Sons Inc.
Kanagaretnam, Kiridaran. , Robert Mathieu and Mohamed Shehata .(2009). Usefulness of Comprehensive
Reporting in Canada. Journal Accounting Public Policy 28
Khan, S. (2009). Value Relevance of Comprehensive Income. Auckland : ARA
Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt and Terry D. Warfield. (2010). Intermediate Accounting 12th Edition. New
York: John Wiley & Sons.
Le Manh, Anne.(2010). Is Comprehensive Income Required by IAS 1 Relevant for Users? A literature review.
Paris : ESCP Europe
Newberry, S. (1993) Reporting Performance Comprehensive Income and Its Components. ABACUS Vol. 39, p.
325 -339
Sihite, Beatrise. (2013). Reaksi Volume Perdagangan Seputar Pengumuman Laba Komprehensif : Analisis
Dampak Berlakunya PSAK 1 (Revisi 2009). Skripsi Program Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia
Walther, Larry M. (2009). Using Accounting Information. Ventus Publishing Aps
Value relevance..., Ambya Arif Harimurti, FE UI, 2013
Download