tak mati karena "ditanggap fungsi"

advertisement
TAK MATI KARENA "DITANGGAP FUNGSI"
(Video Dokumenter tentang Potret Kesenian Ketoprak Di Kabupaten Pati
yang Masih Tetap Eksis dan Masih Mampu Menghidupi Para Pemainnya)
Ardhi Perdana Sasmita
Aryanto Budhy S
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Abstract
In this country art universe, Ketoprak a media show to perform in the maze of life
stories and wisdom Java. A native Javanese performing arts who have had
periods of glory in the 70 - 90s. The time Ketoprak Art impressions on TVRI had
become a favorite event and rule the prime time, but now let alone compete on
television, his live performances were attended by only a handful of people are
even less than the number of players. It actually felt by the artist - artist Ketoprak
Balekambang in Solo, one Dwi Mustanto.
In Pati, anomalous condition actually occurs, survival Ketoprak in Pati
shows nan energetic expression dynamics. Ketoprak in Pati generally not
Ketoprak tobong (to move where to hold the show) but Ketoprak response (stage
because there is a demand for a celebration and alms earth). Percentage points in
response to groups Ketoprak in pati very exciting, as expressed by one of the
artists Aji Saka Ketoprak In Starch.
Does that make Ketoprak left the audience ? But why Ketoprak in Pati still
exist and popular with the public ? There are interesting facts behind what ?
Ketoprak what extent is able to support the players ?
Keyword: Ketoprak, Javanese Art, The Traditional Theatre of Javanese
1
Pendahuluan
Jawa sebagai suatu masyarakat budaya yang ditinjau dari segi historisnya
ternyata sangat tua, memiliki seni tradisional budaya yang sangat banyak sekali
macamnya, yang meliputi seni rupa, seni tari, seni sastra dan seni teater (drama).
Termasuk dalam kategori seni rupa antara lain adalah seni ukir dan seni tatah.
Wayang kulit, jatilan, reog termasuk dalam kategori seni tari. Seni sastra berupa
bentuk-bentuk puisi seperti khinanti, pangkur, dan bentuk-bentuk prosa seperti
babad dan cerita rakyat. Dalam seni pertunjukan/teater jawa ada ketoprak, wayang
wong dan ludruk.
Dari berbagai seni pertunjukan tradisional yang terdapat di Jawa, salah
satu yang populer adalah ketoprak. Sifatnya yang lebih luwes dan dinamis dari
pada wayang orang misaInya memungkinkan kesenian ini untuk dapat bertahan
dan mengikuti perkembangan jaman. Kethoprak yang pada awalnya merupakan
kesenian yang dipentaskan di jalanan (ngamen/ongkek) kemudian berkembang
menjadi seni pertunjukan yang dipentaskan di panggung bahkan masuk layar
televisi. Ketoprak sebagai seni pertunjukan tradisional yang mempunyai sifat
luwes dan dinamis, yang mampu menyesuaikan perkembangan yang terjadi pada
masyarakat, menjadikan ketoprak sebagai kesenian yang digemari masyarakat
Jawa.
Ketoprak menjadi media pertunjukan untuk mementaskan cerita dalam
labirin kehidupan dan kearifan Jawa. Ketoprak menjadi media hiburan bagi warga
di tengah keringnya kehidupan manusia akibat krisis yang membelit. Semacam
oase yang menyejukkan kehidupan warga, media hiburan alternatif yang tetap
menguarkan nilai-nilai sejarah dalam setiap fragmen, kearifan lokal dan sindiran
kebudayaan yang kental. Di tengah krisis kebudayaan bangsa ini, perjuangan
penggiat kesenian lokal menjadi “ijtihad” penting, agar kesenian dan kekayaan
budaya negeri ini menjadi identitas kemanusiaan bangsa. Akan tetapi, perjuangan
pekerja seni ketoprak dalam ngugemi (menjaga) nilai-nilai kearifan lokal (local
wisdom) dan rekaman sejarah tak sebanding dengan apresiasi yang diterima.
Padahal, besarnya insentif (upah) penggiat ketoprak ditentukan banyaknya
pagelaran yang dijalani. Tanpa adanya panggilan pertunjukan, penghasilan
2
penggiat ketoprak akan berhenti total. Inilah tragedi kehidupan pekerja kesenian
negeri, di tengah agenda nasional dalam mengapresiasi khazanah kebudayaan
bangsa.
Di Pati, grup ketoprak pada umumnya bukan ketoprak tobong (pentas di
arena pertunjukan resmi), akan tetapi ketoprak tanggapan/panggilan (pentas
karena ditanggap untuk berbagai keperluan, mulai dari pesta sunatan, pernikahan,
haul, sampai sedekah bumi ataupun sedekah laut). Ada puluhan grup ketoprak di
Pati, yang tetap survive karena permintaan pasar tetap stabil. Grup-grup ketoprak
ini biasanya pentas selain bulan Sura (Muharram) dan Pasa (Ramadhan) dalam
penanggalan Jawa. Pada bulan Madilawal, Madilakir, Rejeb, Ruwah, Sawal, Apit
dan Besar, grup ketoprak laris tanggapan pentas.
Tak sebatas di wilayah Kabupaten Pati, grup-grup ketoprak Pati juga
kadang-kadang manggung di wilayah Kudus, Demak, Blora, Rembang, Jepara,
Grobogan, Boyolali, dan Semarang. Mereka bahkan pernah pentas tanggapan di
wilayah Jawa Timur, yakni di Kabupaten Madiun, Bojonegoro, dan Tuban. Tak
pelak lagi, dengan frekuensi pentas yang demikian tinggi, secara ekonomi
ketoprak telah menjadi sarana penghidupan. Tidak hanya bagi para pemain,
niyaga, waranggana, dan tempat persewaan sarana pentas, tetapi juga bagi para
pedagang kaki lima yang mengais rezeki di sekitar arena pentas. Di tangan para
bakul itu bisa dijumpai lembaran kertas yang berisi jadwal pentas ketoprak ketoprak "besar" selama sebulan yang akan mereka datangi untuk berjualan.
Ketoprak Pati, yang kini juga dengan mudah bisa dinikmati lewat keping
cakram (VCD) yang dijajakan para pedagang kak lima, bolehlah disebut sebagai
sebuah anomali dari kecenderungan seni pertunjukan. Ketika seni pertunjukan
tradisional cenderung berada di antara hidup dan mati, satu demi satu menghadapi
kepunahan, sedangkan yang masih hidup keadaannya terengah-engah, ketoprak
Pati justru tetap menampakkan survivalitas dan vitalitasnya.
3
Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam tugas akhir ini adalah :
“Bagaimana penggiat kesenian ketoprak di Pati mampu survive sampai saat ini
di tengah gempuran budaya modern maupun kesenian modern lewat cara
dipanggil/ditanggap oleh masyarakat yang digambarkan melalui format film
dokumenter?”
Tujuan
Tujuan dari tugas akhir ini adalah :
Menunjukkan bagaimana kesenian ketoprak di Pati yang masih mampu survive
bertahan di tengah masyarakat dan masih mampu menghidupi para pemainnya
sehingga mampu mengajak masyarakat agar lebih mengapreasiasi grup
ketoprak sebagai bagian penting khazanah kebudayaan bangsa.
Tinjauan Pustaka
a. Komunikasi
Menurut Onong (2001: 9) komunikasi adalah proses penyampaian pikiran
atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan).
Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul
dari benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keragu-raguan,
kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang timbul
dari lubuk hati.
Little John (John, 1989: 5) mendefinisikan komunikasi sebagai
“communication is the process by which we understand others and it turn
endeavor to be understood by them. It is dynamic, constantly, changing and
shifting in response to the total situation.”
Berdasarkan paparan di atas, pikiran dan atau perasaan seseorang baru
akan diketahui oleh dan akan ada dampaknya kepada orang lain apabila
ditransmisikan dengan menggunakan media primer tersebut, yakni lambanglambang. Dengan perkataan lain, pesan (message) yang disampaikan oleh
4
komunikator kepada komunikan terdiri atas isi (content) dan lambang
(symbol)(Uchjana, 2001: 12).
Menurut Harold Lasswell, terdapat lima unsur dalam proses komunikasi
yang saling bergantung satu sama lain, antara lain (Mulyana, 2005: 62):
1.
Sumber (source), yaitu semua pihak yang berinisiatif atau mempunyai
kebutuhan untuk berkomunikasi.
2.
Pesan, yaitu apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima,
baik itu verbal atau non-verbal.
3.
Saluran atau media, yaitu alat yang digunakan sumber untuk
menyampaikan pesan kepada penerima.
4.
Penerima (receiver), yaitu orang yang menerima pesan dari sumber.
5.
Efek, yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan
tersebut.
Onong (2001: 11) membagi proses komunikasi menjadi dua tahap, yakni
secara primer dan sekunder. Proses komunikasi secara primer adalah proses
penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media
primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar, warna, dan
lain sebagainya yang secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran dan
atau perasaan komunikator kepada komunikan. Proses komunikasi secara
sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain
dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai
lambang sebagai media pertama.
b. Film Dokumenter Sebagai Bentuk Komunikasi
Menurut Onong (2001: 26) Komunikasi adalah proses penyampaian pesan
oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek
tertentu. Fungsi-fungsi komunikasi dan komunikasi massa dapat disederhanakan menjadi: menyampaikan informasi (to inform), mendidik (to educate),
menghibur (to entertain), dan mempengaruhi (to influence)
5
Salah satunya dalam film dokumenter , layaknya laporan jurnalisme, film
dokumenter mampu merekonstruksikan realitas sosial atau fakta - fakta ke
dalam simbol audio visual. Dalam hal ini pada film dokumenter memenuhi
komponen komunikasi itu sendiri yaitu, pembuat film merupakan sumber atau
source yang mengirimkan sebuah pesan. Pesan atau message yang dimaksud
adalah sebuah ide mengangkat sebuah realitas, atau suatu fakta – fakta ke
dalam sebuah karya film dokumenter yang mempunyai film statement. Film
dokumenter berupa produk audio visual yang dibuat tersebut adalah sebuah
saluran atau media dari seorang pembuat film untuk menyampaikan pesan
kepada penonton filmnya.
Beberapa komponen tersebut, sebenarnya sudah dapat menunjang film
dokumenter yang berupa produk audio visual untuk bisa dikategorikan sebagai
salah satu media komunikasi.
c. Ketoprak
Dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia (1990: 451) ketoprak adalah suatu
bentuk drama rakyat tradisional yang berasal dari Jawa Tengah. Ketoprak
dibawakan baik oleh pemain pria maupun wanita yang jumlahnya tergantung
dari lakon yang dibawakan. Ketoprak dimainkan pada malam hari dengan lama
main 3-4 jam. Kostum yang dikenakan berupa pakaian daerah Jawa dengan
berbahasa Jawa. Ceritanya pada sejarah atau Babad Jawa dengan pelukisan
tokoh ketoprak lebih realistis. Penampilan ketoprak terkadang unsur seni tari,
seni suara, seni musik dan seni akting.
Ketoprak merupakan drama tradisional, dikatakan tradisional karena
drama ini dipertunjukkan kepada penonton tanpa menggunakan teks
sebagaimana yang berlaku pada drama modern. Di sini para pemainnya tidak
perlu menghafalkan teks terlebih dahulu sebelum bermain. Para pemain
mengucapkan dialog-dialognya secara improvisasi atau memakai pola-pola
kalimat tertentu yang dikenal secara tradisi oleh masyarakat (Poer, 1993: 60).
6
d. Ketoprak di Pati
Menurut Lembaga Research Kebudayaan Nasional (1984: 146) Ketoprak
Jawa juga berkembang sampai Jawa Timur dan pesisir pantai utara jawa.
Ketoprak yang berkembang sekarang adalah perkembangan ketoprak lesung
yang makin berkembang dengan adanya beberapa kelompok seniman yang
memakai
musik
pengiring
gamelan.
Tarian
dan
tembang
pada
perkembangannya dirasa mengganggu seni dramatik ketoprak, maka kedua
seni tersebut dikurangi porsinya dan digantikan dengan dialog langsung.
Bentuk atau model pementasan Ketoprak Pati sangat berbeda dengan
bentuk pementasan Ketoprak Mataraman, jenis pementasannya adalah jenis
pementasan pesisiran atau jenis pementasan ndeso. Bentuk drama Ketoprak
hampir sama dengan bentuk teater modern, perbedaan yang mendasar adalah
tradisional dan modern, perbedaan yang umum terdapat pada jenis iringan,
penggarapan cerita yang diambil, dan tata panggung.
Sebenarnya Pati adalah surganya ketoprak, Pati terkenal dengan sebutan
kota ketoprak. Pasalnya, banyak ketoprak Pati sering pentas di Jawa Tengah,
mulai dari Rembang, Groboban, Jepara, Kudus, Demak, Kota Semarang, dan
sebagainya.
Dalam sejarahnya, berdirinya grup-grup ketoprak di Pati cukup unik.
Meskipun Pati adalah daerah pesisir yang jauh dari Keraton Solo dan
Yogyakarta, namun dalam hal kesenian ketoprak, daerah ini boleh dibilang
sangat membanggakan. Dengan demikian, ketoprak harus dilestarikan dan
dijaga.
e. Film Dokumenter
John
Grierson
berpendapat
dokumenter
merupakan
cara
kreatif
merepresentasikan realitas (Effendy, 2002: 11). Film dokumenter menyajikan
realita melalui berbagai cara dan dibuat untuk berbagai macam tujuan. Kunci
utama dari dokumenter adalah penyajian fakta. Kekuatan utama yang dimiliki
film dokumenter terletak pada rasa keontentikan, bahwa tidak ada definisi film
dokumenter
yang
lengkap
tanpa
7
mengaitkan
faktor-faktor
subyektif
pembuatnya. Dengan kata lain, film dokumenter bukan cerminan pasif dari
kenyataan, melainkan ada proses penafsiran atas kenyataan yang dilakukan
oleh si pembuat film dokumenter.
Film dokumenter, selain mengandung fakta, ia juga mengandung
subyektivitas pembuat. Subyektivitas dalam arti sikap atau opini terhadap
peristiwa. Jadi ketika faktor manusia berperanan, persepsi tentang kenyataan
kan sangat tergantung pada manusia pembuat film dokumenter itu (Sumarno,
1996: 13).
DA. Peransi (1996: 15) mengatakan bahwa film dokumenter yang baik
adalah yang mencerdaskan penonton. Sehingga kemudian film dokumenter
menjadi wahana yang tepat untuk mengungkap realitas, menstimulasi
perubahan. Jadi yang terpenting adalah menunjukkan realitas kepada
masyarakat yang secara normal tidak terlihat realitas itu.
Film dokumenter adalah salah satu media komunikasi. Film dokumenter
sangat tepat digunakan sebagai media komunikasi satu arah, mengingat film
dokumenter memuat konten fakta dan dapat lebih relevan untuk diyakini
kebenarannya. Dengan format audio-visual, keberadaan film dokumenter
berpengaruh dalam pembentukan pemikiran dan sikap khalayak tanpa
mempertimbangkan usia. Penyampaian komunikasi dalam film dokumenter ini
lebih menitik beratkan pada pemakain narasi dan narasumber, sehingga akan
lebih mudah dan cepat dipahami oleh masyarakat. Tampilan visual yang
diperlihatkan mengacu pada kejelasan penyampaian informasi realita yang
mempunyai kesan sederhana, tegas, minimalis dan berisi sebagaimana
umumnya sebuah dokumentasi film. Struktur bertutur film dokumenter
umumnya sederhana dengan tujuan agar memudahkan penonton untuk
memahami dan mempercayai fakta-fakta yang disajikan.
Metodologi
Tugas akhir ini menggunakan metode observasi dan wawancara. Pawito
(2007: 111) mengemukakan metode observasi (observation research) dilakukan
untuk melacak secara sistematis dan langsung gejala-gejala komunikasi terkait
8
dengan persoalan-persoalan sosial, politis, dan kultural masyarakat. Metode
wawancara merupakan alat pengumpulan data yang sangat penting yang
melibatkan manusia sebagai subjek (pelaku, aktor) sehubungan dengan realitas
atau gejala yang dipilih untuk diteliti. Kedua metode tersebut bertujuan untuk
mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan dalam penyusunan tugas akhir
(Pawito, 2007: 132).
Di dalam film dokumenter ini, penulis melakukan observasi di Gedung
Kesenian
Belekambang
yang
merupakan
lokasi
pementasan
Ketoprak
Balekambang dan di beberapa desa di Kabupaten Pati yang sedang ada
pementasan Ketoprak Pati. Penulis juga melakukan wawancara dengan salah satu
seniman Ketoprak Balekambang, juga salah satu dari seniman Ketoprak Pati, dan
salah satu Dosen Jurusan Bahasa Dan Sastra Jawa UNNES.
Sajian dan Analisis Data
a. Judul
Tak Mati Karena "Ditanggap Fungsi"
b. Lokasi
Gedung Kesenian Balekambang, Perumahan Seniman Ketoprak di
Ngipang, Universitas Negeri Semarang, Pati dan beberapa tempat di Kota Pati.
c. Durasi
34 menit 40 detik
d. Segmentasi
Masyarakat umum
e. Film Statement
Ditengah surutnya minat masyarakat terhadap kesenian ketoprak dan
berujung matinya grup-grup ketoprak di Solo, Yogyakarta, Kediri dan Tulung
agung. Ketoprak Pati justru menjadi semacam anomali bagi perkembangan
kesenian ketoprak saat ini. Di Solo yang merupakan asal muasal munculnya
ketoprak sekarang hanya ada ketoprak balekambang yang rutin pentas
seminggu sekali. Di Pati hampir setiap hari bisa dijumpai kelompok-kelompok
ketoprak yang sedang pentas. Selain menjalankan fungsinya sebagai media
9
hiburan, ketoprak pati juga menjadi media untuk mengais rejeki para
pemainnya dan orang-orang yang berjualan tiap ada pentas ketoprak, ketoprak
pati juga berfungsi untuk mementaskan gengsi kepada mereka yang
menanggap, dan berbagai fungsi lainnya.
f. Ringkasan Film
Film dokumenter Tak Mati Karena "Ditanggap Fungsi" terdiri atas empat
sekuen.
1.
Sekuen I
Sekuen ini akan menjelasakan tentang sejarah dan perkembangan
kesenian ketoprak. Pengenalan Solo sebagai tempat munculnya ketoprak. Ciriciri dari ketoprak Solo. Serta kejayaan dan kemerosotan kesenian ketoprak
yang ditinggal penontonnya. Khususnya disolo sebagai asal muasal munculnya
kesenian ketoprak. Serta pementasan ketoprak balekambang sebagai gambaran
suasana pementasan ketoprak dimasa lalu. Wawancara dilakukan kepada Dwi
Mustanto sebagai pelaku kesenian Ketoprak Balekambang.
Film ini dibuka dengan penjelasan Dwi Mustanto (seniman Ketoprak
Balekambang) tentang sejarah munculnya Kesenina Ketoprak.
Ketoprak itu lahir di Solo, ketoprak lahir di solo kemudian lahirnya dari
kalangan masyarakat bawah, dari kaum tani kaum buruh itu, lalu
kemudian berkembang sampai di keraton, kemudian berkembang lagi
sampai menjadi ketoprak bisnis, kemudian merambah sampai jogjakarta,
jawa timur, bahkan diseluruh jawa ini sangat memfavoritkan ketoprak, itu
sejarah singkat tentang perkembangan ketoprak, jadi lahirnya di solo
justru. (Wawancara Dwi Mustanto, seniman Ketoprak Balekambang, 6
Juli 2013)
Gambar 1 : Dwi Mustanto
Sumber : Dokumen Pribadi
10
Gambar 2 : Pementasan Ketoprak Balekambang
Sumber : Dokumen Pribadi
Ketoprak solo itu perpaduan antara gaya mataraman dengan gaya
pesisiran,seperti siswo budoyo,ketoprak pati,ketoprak didaerah jawa
timur. Itukan ketoprak-ketoprak pesisiran, yang misalnya dari bentuk
aktingnya dari tehnik bermainnya, keaktorannya masih.. masih maaf kalo
anak jaman sekarang mungkin menganggapnya itu lebay, masih besarbesar itu ekspresif itu, ooh..ooh diajeng misalnya. Nah jogja sudah agak
realis, pendekatannya sudah realis, misalnya terkejut itu nggak harus
ekspresif, cukup cukup itu. Nah solo berada di dua wilayah itu, perpaduan
itu. (Wawancara Dwi Mustanto, seniman Ketoprak Balekambang, 6 Juli
2013)
Ketoprak itu mulai banyak diminati oleh publik itu mulai dari tahun 70an
sampai akhir 80an, setelah itu meredup sampai sekarang. Kenapa ketoprak
mulai ditinggal penonton karena banyak kompetitor diwilayah kesenian,
wilayah hiburan dan kompetitornya adalah mereka yang punya modal besar
seperti televisi swasta, ketika dulu televisi itu hanya tvri dan tvri menyiarkan
ketoprak itu sangat dinantikan. Tapi ketika muncul televisi swasta, tiba-tiba
masyarakat dikasih hiburan yang gratis, instan dan tentunya karena itu industri
lebih bagus kualitasnya.
Gambar 3 : Sepinya Penonton
Sumber : Dokumen Pribadi
11
2.
Sekuen II
Sekuen ini akan menggambarkan tentang kemeriahan ketoprak pati,
keramaian penonton, dan begitu atraktifnya para pemain ketoprak pati di atas
panggung. Dan penjelasan mengenai lakon-lakon yang sering diminati oleh
masyarakat Pati. Wawancara dilakukan kepada Aji Saka sebagai pelaku
kesenian Ketoprak Pati.
Cerita-cerita favorit biasanya cerita-cerita sing legenda mas seperti
halnya cerita keagamaan karena mayoritas cerita-cerita pati itu kan cerita
keagamaan, contoh misal berdirinya masjid demak, terus saridin syeh
jangkung, ondo rante, empu sumali. Enaknya cerita-cerita yang berbau
legenda itu penonjolan karakter pemaine kuat sekali terutama ondo rante,
kisahnya sangat bagus sekali. (Wawancara Aji Saka, seniman Ketoprak
Pati, 26 Juni 2013)
Gambar 4 : Aji Saka
Sumber : Dokumen Pribadi
Gambar 5 : Make Up
Sumber : Dokumen Pribadi
12
Gambar 6 : Pementasan Ketoprak Pati
Sumber : Dokumen Pribadi
Gambar 7 : Ramainya Penonton
Sumber : Dokumen Pribadi
3.
Sekuen III
Sekuen ini akan berisikan tentang penjelasan Sucipto Hadi tentang apa dan
kenapa ketoprak Pati disebut ketoprak "tanggapan". Serta statement dari Aji
Saka tentang begitu banyaknya frekuensi tanggapan dari ketoprak Pati dan juga
ciri dari ketoprak Pati itu sendiri. Dilengkapi dengan penjelasan dari Sucipto
Hadi mengenai fungsi-fungsi yang diemban Ketoprak Pati sehingga tetap eksis
dan mampu berada dihati masyarakat. Wawancara dilakukan kepada Sucipto
Hadi Purnomo sebagai pengamat dari kesenian Ketoprak Pati juga kepada Aji
Saka dan Dwi Mustanto.
Ketoprak tanggapan itu kan berasal dari bahsa jawa terutama dialek pati,
nanggap itu artinya mengundang grup ketoprak untuk main dirumahnya
atau didesanya atau pada kelompoknya itukan, ditanggap dibayar.itu
ketoprak tanggapan. ini berbeda dengan ketoprak tobong misalnya yang
mereka bikin tobong atau ketoprak kelilingan yang bayarannya didapat
dari penonton yang datang, maka hidup dan matinya sangat tergantung
pada ada ndak orang yang lagi nyunatke yang ingin dan berkemampuan
13
untuk nanggap, ada nggak orang yang lagi mantu kemudian nanggap, ada
nggak desa yang kemudian untuk bersih desa ditanggap, yang paling
utama memang itu kemudian ditambah lagi ada orang, ada nggak orang
yang kaul dalam artian bukan haul, tapi kaul yang punya uni yang nazar
itu, tapi yang haul juga ada, jadi memperingati orang yang meninggal itu
nanggap ketoprak juga bisa disamping ada pengajian, haul haul itu
nanggap ketoprak juga bisa. (Wawancara Sucipto Hadi Purnomo sebagai
pengamat dari kesenian Ketoprak Pati., 10 Juli 2013)
Gambar 8 : Sucipto Hadi Purnomo
Sumber : Dokumen Pribadi
Dalam satu bulan kalau di grup saya maksimal full minimal 15 tanggapan
dalam satu bulan. Kalau di wahyu manggolo ini sebuah gambaran ya mas
itu dalam satu tahun mencapai tiga ratus tanggapan. bisa mencapai tiga
ratus tanggapan kemarin malah tiga ratus sebelas. Tapi unutuk
dikalangan seniman grup keoprak yang urutan terbawah itu bisa
mencapai tujuh puluh delapan puluh tanggapan dalam satu tahun.Ada tiga
puluh sembilan grup yang, kalo keseluruhan bisa mencapai 40an lebih,
tapi menurut saya yang punya idakop atau ijin resmi itu tiga puluh
sembilan grup, nek untuk keseluruhan lebih dari empat puluh lima
maksudnya kan ada yang pinjem idakop dan sebagainya ngoten.
(Wawancara Aji Saka, seniman Ketoprak Pati, 26 Juni 2013)
Gambar 9 : Kridho Carito Salah Satu Grup Ketoprak Favorit
Sumber : Dokumen Pribadi
14
Ciri khas dari ketoprak pati itu terutama logat pesisirannya yang lebih mudah
dicerna dan dipahami oleh khalayak masyarakat.Yang kedua konsep tata
panggung yang sangat berbeda dengan ketoprak-ketoprak lain. Ketiga tata
pentas itu secara keseluruhan juga sangat berbeda dengan ketoprak-ketoprak
yang diluar pati semisal embane akeh dan termanajemen. Dan yang sangan erat
dan sangat lekat untuk study bandingnya dengan daerah-daerah lain itu cerita
pati yang sangat enak dan bagus.
Gambar 10 : Adegan Emban
Sumber : Dokumen Pribadi
Iso rame nek neng pati niku nggih, sama sepertinya disolo juga begitu mas
ketika kita mau mendekati penonton lho,ketika kita ndak mendekat
kepenonton nggak bakal rame, misalnya seperti konsep balekambang itu,
itu kan tidak all segmen, anak kecil tetep dilarang oleh orang tuanya
nonton kebalekambang,karena konsep pertunjukannya mereka harus
datang ketempat pertunjukan,berbeda ketika kita main dikampung mulai
dari anak kecil sampai orang tua nonton semua,sebetulnya cuma masalah
konsep itu,konsep bagaimana kita menyajikan dagangan kita. (Wawancara
Dwi Mustanto, seniman Ketoprak Balekambang, 6 Juli 2013)
Ada sejumlah hal yang menjadi ini, tapi sesungguhnya iya tak mati-mati
itu karena disangga oleh fungsi, mulai dari fungsi hiburan ketoprak
dianggap masih menghibur itu kan,kemudian ada juga fungsi yang bersifat
ritual,ketoprak juga menjadi penopang ketika ritual itu ya mulai dari
untuk sedekah bumi itukan, ada juga fungsi ekonomi, fungsi ekonomi itu
kan mulai dari kalau ketoprak ini nggak menguntungkan secara ekonomi
orang-orang pasti sudah pada lari tidak mau main ketoprak, dengan
nanggak ketoprak mungkin tamunya jadi lebih banyak dengan adanya
ketoprak ya banyak orang yang kemudian menjajakan apakah itu
makanan mainan barang atau apapun.Kemudian ada fungsi bahwa
ketoprak itu menjadi ajang untuk mememntaskan gengsi,ketoprak pati itu
memiliki kewibawaan yang tinggi ketika maindi kabupaten rembang atau
15
kabupaten lainnya,begitu nanggap ketoprak pati apakah itu namanya
wahyu budoyo siswo budoyo atau kridho carito atau apa itu sudah
menjadi kebanggaan. Fungsi yang lainnya saya kira fungsi komunikasi
itukan, ketoprak terkomunikasikan akan banyak hal.Kemudian ada fungsi
yang bersifat sebagai fungsi pengucapan sejarah. (Wawancara Sucipto
Hadi Purnomo sebagai pengamat dari kesenian Ketoprak Pati., 10 Juli
2013)
Gambar 11 : Ketoprak Pati Memiliki Fungsi Ritual
Sumber : Dokumen Pribadi
Gambar 12 : Ketoprak Pati Sebagai Media Pengucapan Sejarah
Sumber : Dokumen Pribadi
4.
Sekuen IV
Sekuen ini akan berisi penjelasan mengenai bagaimana Ketoprak Pati
selama ini menjaga penonton dan penanggap untuk tetap menonton dan
menanggap ketoprak Pati. Juga pengakuan dan penjelasan dari Dwi Mustanto
dan Aji Saka mengenai apa yang sudah ia dapat dan alami selama berketoprak
di Solo dan di Pati. Serta kesimpulan dan pandangan dari Sucipto Hadi
megenai ketoprak Pati. Wawancara dilakukan kepada Sucipto Hadi Purnomo
juga kepada Aji Saka dan Dwi Mustanto.
16
Hal yang tidak disadari oleh pelaku ketoprak itu pye carane nggolek
penonton,ternyata nggolek penonton itu lebih susah daripada bermain
ketoprak mas,meyakinkan penonton bahwa nontonno ketoprakku apik itu
bukan hal yang mudah, karena masyarakat juga sudah pesimis apalagi
anak muda. (Wawancara Dwi Mustanto, seniman Ketoprak Balekambang,
6 Juli 2013)
Gambar 13 : Ekspresi Dwi Mustanto di atas Panggung
Sumber : Dokumen Pribadi
Ini yang berbeda dibeberapa tempat hampir tidak ada yang namanya
pentas siang, pentas siang itu sekalipun dianggap pentas main-main nggak
sungguh-sungguh tapi ini adalah pentas yang merawat regenerasi
penonton. Apa artinya mementaskan hal yang bagus tapi pentas baru
berlangsung pukul sembilan atau sepuluh malam ketika anak-anak sudah
tertidur,sambil gojekan sambil main atau sambil apapun anak-anak makin
didekatkan telinganya makin akrab dengan suara gamelan makin akrab
dengan dialog antar tokoh disana dengan panggung ketoprak itu, nah
sambil mereka menonton tumbuhlah minat ini ketoprak telah menjadi
pemandangan dan kenikmatan anak-anak disiang hari, sudahjadi ini yang
merawat kehidupan ketoprak ini agak berbeda dengan wayang disejumlah
tempat makin hilang penontonnya karena penonton tidak dibina dari
ketika ia masih kecil,ketoprak pati relatif memiliki kesempatan itu karena
sampai sekarang masih ada yang namanya pentas siang, dan pentas siang
itu yang merawat. (Wawancara Sucipto Hadi Purnomo sebagai pengamat
dari kesenian Ketoprak Pati., 10 Juli 2013)
Gambar 14 : Ekspresi Keceriaan Anak-anak Menonton Ketoprak
Sumber : Dokumen Pribadi
17
Eee menurut rating dari dua ribu sebelas sampai sekarang nggih ini justru
munculnya grup-grup ketoprak baru ini menggambarkan bahwa ketoprak
pati soyo payu,nyatane sing maune grup siji tok iso dadi pirang-pirang
dan itu ditanggap kabeh, makanya semoga bertahan. (Wawancara Aji
Saka, seniman Ketoprak Pati, 26 Juni 2013)
Kesimpulan
Kesimpulan dalam tugas akhir ini, antara lain:
a. Kelangsungan hidup kesenian Ketoprak semakin hari semakin memprihatinkan, karena dari kota-kota yang dahulu banyak terdapat grup-grup
ketoprak besar seperti di Solo, Jogja, Tulungagung, Kediri, Banjarnegara, dan
Pati sekarang ini hanya tinggal di Pati saja yang masih memiliki banyak grup
ketoprak dan masih diminati masyarakat.
b. Ketoprak di Pati berbeda dari kebanyakan ketoprak-ketoprak ditempat lain,
karena ketoprak Pati pentas kalau ada tanggapan atau ada yang menyewa
untuk acara pernikahan, khitanan, sedekah bumi dan sebagainya. Ini berbeda
dengan ketoprak-ketoprak dibanyak tempat yang pementasannya menggunakan
panggung tobong atau tidak berpindah tempat.
c. Ketoprak Pati masih banyak diminati oleh masyarakat Pati dan sekitarnya
karena Ketoprak Pati disangga atau ditopang oleh fungsi-fungsi yang masih
tetap melekat seperti, fungsi hiburan, fungsi ritual, fungsi ekonomi, fungsi
sebagai ajang pementasan gengsi, fungsi komunikasi, dan berfungsi sebagai
media pengucapan sejarah.
d. Ketoprak Pati tidak hanya melakukan pentas dimalam hari tetapi juga disiang
hari, dan ini justru yang merawat regenerasi penonton, karena sambil gojekan
sambil main atau sambil apapun anak-anak makin didekatkan telinganya dan
makin akrab dengan suara gamelan makin akrab dengan dialog antar tokoh di
panggung ketoprak, sambil mereka menonton tumbuhlah minat ini, ketoprak
telah menjadi pemandangan dan kenikmatan anak-anak disiang hari.
18
Saran
Saran yang diajukan dan diharapkan untuk Kesenian Ketoprak dan
Ketoprak di Pati pada khususnya, serta untuk masyarakat pada umumnya, antara
lain:
a. Masyarakat agar lebih mengapreasiasi grup ketoprak sebagai bagian penting
khazanah kebudayaan bangsa.
b. Dengan masih adanya Ketoprak Pati dan lewat tugas akhir ini agar senimanseniman Ketoprak didaerah-daerah lain dapat melihat dan mengetahui bahwa
masih ada ruang atau kesempatan supaya Ketoprak ini tetap selalu dihati
masyarakat.
c. Pemerintah dalam hal ini Pemerintahan Kabupaten Pati agar lebih
memperhatikan, menjaga, dan berusaha untuk selalu melestarikan kesenian
ketoprak di Pati ini agar tidak redup seperti dikota-kota lain karena ketoprak di
Pati ini memiliki potensi sebagai ikon dari kota Pati.
Daftar Pustaka
Effendy, Heru. (2002). Mari Membuat Film. Yogyakarta: Panduan.
Effendy, Onong Uchjana. (2001). Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Hasbullah. (1999). Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Lembaga
Studi Islam dan Kemasyarakatan LKIS.
Littlejohn, Stephen W. (1989). Theories of Human Communication 3th ed.
Belmont: Wadsworth Publishing Company.
Mulyana, Deddy. (2005). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Pawito. (2007). Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LKiS.
Prawata, Poer Adhie. 1993. Wawasan Sastra Jawa Modern. Bandung: Angkasa
Sumarno, Marselli. (1996). Dasar-Dasar Apresiasi Film. Jakarta: PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Tim Lembaga Research Kebudayaan Nasional, LRKNY/LIPI. 1984. Kapita
Selekta Manifestasi Budaya Indonesia. Bandung: Penerbit Alumni
Tim Penyusun Ensiklopedi Nasional Indonesia. 1990. Ensiklopedi Nasional
Indonesia. Jakarta: Cipta Adi Pustaka
Tubbs, Stewart L., Sylvia Moss. (1996). Human Communication: KonteksKonteks Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
19
Download