JURNAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA (JKPK), Vol.1, No.2, Agustus 2016 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/jkpk halaman 7-15 ISSN 2503-4146 ISSN 2503-4154 (online) KALSIUM ALGINAT SEBAGAI PENDUKUNG AMOBILISASI LASPARAGINASE DARI BAWANG PUTIH (Allium sativum) Nindy Kusumaningtias*, Nies Suci Mulyani dan Purbowatiningrum Ria Sarjono Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia *Keperluan korespondensi, telp: 081226283898, email: [email protected] Received: July 22 , 2016 Accepted: August 15, 2016 Online Published: August 31, 2016 ABSTRAK Enzim L-Asparaginase adalah enzim yang mampu menghidrolisis asam amino LAsparagin menjadi L-Aspartat dan amonia. Dalam Industri makanan, L-asparagin merupakan salah satu asam amino yang mampu bereaksi dengan suatu gugus karbonil dalam bahan makanan yang dipanaskan. Reaksi tersebut berjalan melalui jalur reaksi Maillard membentuk senyawa akrilamida yang bersifat karsinogenik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan enzim L-Asparaginase serta memperoleh karakter suhu dan pH optimum LAsparaginase dari bawang putih (Allium sativum) dalam bentuk enzim bebas maupun enzim amobil dengan pendukung kalsium alginat. Tahap pertama penelitian dimulai dari isolasi LAsparaginase dari bawang putih dan pemurnian melalui pengendapan dengan amonium sulfat dan dialisis. Tahap kedua melakukan uji aktivitas spesifik dan karakterisasi L-Asparaginase dengan cara menghitung jumlah produk amonia yang terbentuk menggunakan pereaksi Nessler dan mengukur kadar protein total dengan metode Lowry. Tahap selanjutnya yaitu amobilisasi LAsparaginase dalam matriks alginat dengan metode penjebakan. Tahap terakhir dari penelitian ini yaitu karakterisasi L-Asparaginase amobil. Hasil penelitian ini menunjukkan aktivitas spesifik tertinggi L-Asparaginase dari bawang putih ada pada fraksi 5 (80-100%) yaitu 1423,0248 U/mg protein. Kondisi optimum L-Asparaginase bebas yaitu pada suhu 37°C, pH 8,6. Enzim LAsparaginase dapat diamobil dalam matriks kalsium alginat dengan aktivitas spesifiik sebesar 1367,6741 U/mg protein yang diukur pada kondisi optimumnya yaitu pada suhu 42°C, pH 8,6. Kata Kunci: Allium sativum, L-Asparaginase, Amobilisasi, Kalsium Alginat ABSTRACT Enzyme L-asparaginase hydrolizes L-asparagine into L-aspartate and ammonia. In the food industry L-asparagine in one of amino acid that is reactable with a carbonyl group in heated foodstuffs. The reaction comes through Maillard reactions to form carcinogenic compound, acrylamide. This study aims to obtain the enzyme L-Asparaginase from garlic (Allium sativum) as free enzymes and immobilized enzymes using calcium alginate supporters, and as well as its characterizations of temperature and pH optimum. This research was conducted into four steps. First step: isolation of L-Asparaginase from garlic and purification by precipitation with ammonium sulfate and dialysis. Second step: determination of specific activity of the purified L-Asparaginase based on ammonia product detected by Nessler reagent, protein concentration were measured using Lowry methods. The third step: immobilization of LAsparaginase into the alginate matrix with trapping methods. The last step of this research is characterization of L-Asparaginase immobilized. The results showed that the highest specific activity of L-Asparaginase of garlic were found in fraction 5 (80-100%), 1423.0248 U/mg protein. Optimum condition of L-Asparaginase as free form is at a temperature of 37 °C and pH 8.6. That enzymes can be ammobilized into calcium alginate matrix and hahe spesifiik activities of 1367.6741 U/mg protein at a temperature of 42 ° C and pH 8.6. Keywords: Allium sativum , L - Asparaginase , Immobilization , Calcium Alginate. 7 8 Kusumaningtias dkk., Kalsium Alginat Sebagai Pendukung Amobilisasi enzim PENDAHULUAN L-Asparaginase. Penelitian yang dilakukan Rizki dkk (2009) menunjukkan Enzim L-Asparaginase amidohidrolase, (L-Asparagin E.C.3.5.1.1) merupakan enzim yang mampu mengkatalisis reaksi hidrolisis L-Asparagin menjadi asam LAspartat dan amonia Asparaginase [5]. juga Enzim terbukti L- dapat menurunkan kadar akrilamida di dalam makanan. Enzim L-Asparaginase dapat bahwa bawang putih mengandung enzim LAsparaginase asam amino L-Asparagin sebagai prekusornya menjadi bentuk asam amino lain yaitu asam L-Aspartat yang umum terdapat dalam makanan [1]. optimum manusia. Akrilamida dapat muncul pada makanan apabila dipanaskan sebagai konsekuensi terjadinya reaksi antara LAsparagin dan sumber karbonil melalui reaksi Maillard [1]. Beberapa penelitian membuktikan bahwa menggunakan enzim terhadap kentang mereduksi pre-treatment L-Asparaginase dan akrilamida dough tanpa [3]. Efektivitas spesifik dan pH optimum 8,6. Aktivitas spesifik ini dinilai cukup tinggi untuk kemudian diteliti dan dilakukan amobilisasi agar dapat dilakukan pemakaian secara berulang. Amobilisasi dilakukan dengan matriks alginat karena sifatnya yang tidak beracun, mekanisme kestabilan dan porositasnya tinggi, memerlukan prosedur untuk yang ammobilisasi, dan harganya murah untuk diaplikasikan dalam industri makanan atau farmasi [2]. Dari bertujuan uraian untuk diatas, penelitian memperoleh enzim ini L- Asparaginase baik bebas maupun amobil dan memberikan informasi karakter enzim LAsparaginase bebas dan amobil dari bawang putih pada matriks kalsium alginat. efektif merusak penampilan dan rasa dari hasil akhir produk makanan 37°C, sederhana Akrilamida bersifat karsinogenik pada aktivitas sebesar 506,158 U/mg protein pada suhu mencegah pembentukan akrilamida dengan mengkonversi dengan enzim L- METODE PENELITIAN Bahan dan Alat Asparaginase dalam mereduksi akrilamida Bahan: juga telah teruji dan dijadikan beberapa hidroksimetil aminometan p.a., amonium paten yang berbeda dalam pengolahan sulfat makanan seperti camilan, keripik, dough, dll acetate (TCA) p.a., Bovine serum albumine [4]. (BSA) p.a., Follin ciocalteau p.a., natrium Selama bawang p.a., putih, L-asparagin bufer p.a., tris- Trichloro putih (Allium alginat, kalsium klorida p.a., barium klorida sebagai bumbu p.a., akuades, natrium karbonat p.a., kalium penyedap makanan dan diekstrak kemudian natrium tartrat p.a., tembaga sulfat p.a., dikapsulkan reagen Nessler (kalium iodida dan raksa (II) sativum) ini, Bawang dimanfaatkan sebagai suplemen untuk memelihara kesehatan tubuh. Di sisi lain, iodida). bawang putih juga mengandung enzim L- Alat: Asparaginase [7]. Untuk itu, padapenelitian spektrofotometer ini digunakan bawang putih sebagai sumber inkubator, lumpang dan mortar, timbangan, Sentrifugasi UV-Vis (Centrific-228), (Shimadzu), 9 JURNAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA (JKPK), Vol. 1, No. 2, Agustus 2016, hal. 7-15 neraca analitik (kern 870), magnetic stirer 2.2 Dialisis Enzim (Quart), kulkas, membran selofan, kertas saring, gunting, tali, botol semprot, Dialisis dilakukan dengan membran selofan.Selofan yang telah berisi enzim aluminium foil, plastic wrap, dan alat-alat direndam gelas untuk analisa. aminometan 0,002 M pH 8,6 dalam keadaan dalam bufer tris-hidroksimetil dingin. Bufer diaduk dengan magnetic stirrer Cara Kerja dan 1. Isolasi Enzim amonium sulfatnya setiap 2 jam dengan dilakukan pengujian kandungan Sampel penelitian berupa 250 g umbi penambahan BaCl2. Dialisis dihentikan jika bawang putih Allium sativum yang ditumbuk hasil pengujian tidak lagi menghasilkan kemudian ditambahkan dengan 125 mL 0,2 endapan putih. M bufer tris-hidroksimetil aminometan pH 2.3 Penentuan Aktivitas Enzim 8,6 dan dihomogenkan. Homogenat yang Larutan substrat 1 mL L-asparagin diperoleh selanjutnya di didiamkan 1-2 jam ditambahkan dengan 0,05 mL enzim bebas o pada suhu 5 C kemudian disaring dan dan 2,5 bufer tris-hidroksimetil aminometan filtratnya disentrifugasi. Supernatan yang 0,2 M pH 8,6 diinkubasi pada suhu 37 C diperoleh merupakan ekstrak kasar enzim selama 30 menit kemudian ditambahkan (EK). larutan TCA 1,5 M sebanyak 1 mL dan 2. Pemurnian Enzim disentrifugasi pada kecepatan 5000 rpm 2.1 Fraksinasi Amonium Sulfat selama Pengendapan 15 menit untuk memisahkan garam endapan. Filtrat diambil sebanyak 0,5 mL amonium sulfat dilakukan untuk memurnikan lalu ditambah 4 mL akuades dan 1 mL enzim pereaksi Nessler. Campuran ini kemudian (enzim dengan o kasar) dengan prinsip pengendapan. Amonium sulfat ditimbang diukur sesuai fraksi yang dikehendaki 0-20% (dari gelombang tabel fraksinasi) dimasukkan dalam gelas spektrofotometer UV-Vis. Aktivitas enzim beaker berisi ekstrak kasar sambil diaduk ditentukan secara regresi linier terhadap dengan magnetic stirer dalam keadaan kurva standar amonium sulfat. dingin. Campuran didiamkan semalam 2.4 Penentuan Kadar Protein dengan dalam keadaan dingin kemudian Metode Lowry disentrifugasi dengan kecepatan 5000 rpm selama 15 menit optimum pada (402 nm) panjang dengan Sebanyak 9,8 mL larutan Na2CO3 diperoleh ditambah 0,1 mL larutan kalium natrium endapan dan filtrat untuk fraksi 0-20% (F1). tartrat dan 0,1 mL larutan CuSO4 kemudian Endapan dipisahkan dan disuspensi dengan dikocok perlahan. Campuran ini kemudian 0,2 M bufer Tris-hidroksimetil aminometan ditambahkan 0,1 mL larutan ekstrak kasar pH 8,6. Endapan tersebut merupakan fraksi atau enzim (F1, F2, F3, F4 dan F5) dan 0-20%. Filtrat diperlakukan sama dengan diinkubasi selama 10 menit pada suhu diatas fraksi-fraksi kamar. Campuran ini ditambahkan 1 mL protein dengan tingkat kejenuhan 20-40%, folin-ciocalteau kemudian diinkubasi kembali 40-60%, 60-80%, 80-100%. selama 30 menit pada suhu kamar. Larutan sehingga sehingga absorbansinya diperoleh 10 Kusumaningtias dkk., Kalsium Alginat Sebagai Pendukung Amobilisasi tersebut selanjutnya diukur absorbansinya natrium alginat ditambahkan 0,1 mL enzim menggunakan UV-Vis sambil diaduk hingga homogen. Penetesan pada panjang gelombang optimum BSA dilakukan menggunakan pipet tetes ke (726 nm). Kadar protein ditentukan secara dalam larutan CaCl2 0,2 M dingin kemudian regresi linier terhadap kurva standar BSA. diinkubasi selama 2 jam. Manik-manik enzim spektrofotometer yang telah terbentuk disaring menggunakan 3. Karakterisasi Enzim kertas saring untuk dipisahkan dari larutan 3.2 Penentuan Suhu Optimum kalsium klorida lalu dicuci menggunakan Larutan substrat L-Asparagin 1 mL, akuades sebanyak 3 kali. Larutan kalsium ditambah 0,05 mL enzim dan 2,5 mL bufer klorida ini selanjutnya digunakan untuk tris-hidroksimetil aminometan 0,2 M pH 8,6 mengukur kadar protein teramobil. dan diinkubasi selama 30 menit dengan variasi suhu (27, 32, 37, 42, 47)°C. Tahap 4. Karakterisasi Enzim Amobil selanjutnya ditambahkan larutan TCA 1,5 M 4.1 Penentuan Suhu Optimum sebanyak 1 mL. Campuran ini diambil Enzim amobil ditambah larutan sebanyak 0,5 mL lalu ditambahkan 4 mL substrat L-Asparagin sebanyak 1 mL dan akuades Nessler. 2,5 mL bufer tris-hidroksimetil aminometan Larutan ini kemudian diukur absorbansinya 0,2 M pH 8,6 dan diinkubasi selama 30 pada panjang gelombang optimum (402 nm) menit dengan variasi suhu (27, 32, 37, 42, dengan spektrometer UV-Vis. 47)°C. Campuran ini ditambahkan larutan 3.3 Penentuan pH Optimum TCA 1,5 M sebanyak 1 mL. Larutan tersebut dan 1 mL pereaksi Larutan substrat L-Asparagin 1 mL, diambil sebanyak 0,5 mL lalu ditambahkan 4 ditambah 0,05 mL enzim dan 2,5 mL bufer mL akuades dan 1 mL pereaksi Nessler. tris-hidroksimetil aminometan 0,2 M dengan Campuran variasi pH (8,2; 8,4; 8,6; 8,8; 9,0) dan absorbansinya pada panjang gelombang diinkubasi pada suhu 37°C selama 30 menit. optimum (402 nm) dengan spektrometer UV- Campuran ini ditambahkan larutan TCA 1,5 Vis. M sebanyak 1 mL. Larutan tersebut diambil 4.2 Penentuan pH optimum sebanyak 0,5 mL lalu ditambahkan 4 mL akuades Campuran dan 1 ini mL pereaksi kemudian Nessler. Enzim substrat ini kemudian amobil L-Asparagin ditambah sebanyak diukur larutan 1 mL, diukur ditambah 0,05 mL enzim dan 2,5 mL bufer absorbansinya pada panjang gelombang tris-hidroksimetil aminometan 0,2 M dengan optimum (402 nm) dengan spektrometer UV- variasi pH (8,2; 8,4; 8,6; 8,8; 9,0) dan Vis. diinkubasi selama 30 menit pada suuhu 3.4 Amobilisasi Enzim 37°C. Campuran ini ditambahkan larutan Pembuatan larutan Natrium Alginat TCA 1,5 M sebanyak 1 mL. Selanjutnya 3%. Natrium alginat dilarutkan dalam bufer filtrat diambil sebanyak tris-hidroksimetil aminometan 0,2 M pH 8,6 ditambahkan 4 mL akuades dan 1 mL dalam keadaan panas dan diaduk hingga pereaksi Nessler. Campuran ini kemudian homogen. Suhu diturunkan menjadi 37°C, diukur absorbansinya 0,5 pada mL lalu panjang 11 JURNAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA (JKPK), Vol. 1, No. 2, Agustus 2016, hal. 7-15 gelombang optimum (402 nm) dengan spektrometer UV-Vis. 4.3 Penentuan protein menggunakan garam amonium sulfat, sentrifugasi dan dialisis. Kadar Protein Enzim Amobil Ammonium digunakan sulfat karena lebih memiliki sering beberapa Filtrat hasil rendaman (CaCl2) dan kelebihan dibandingkan garam-garam yang larutan hasil pencucian (akuades) enzim lain, yaitu mempunyai kelarutan yang tinggi, amobil diukur kadar proteinnya dengan tidak metode Lowry. Sebanyak 9,8 mL larutan mempunyai daya pengendapan yang efektif, Na2CO3 ditambah 0,1 mL larutan kalium mempunyai natrium tartrat dan 0,1 mL larutan CuSO4 kebanyakan enzim, dapat digunakan pada dikocok perlahan. Campuran ini kemudian berbagai pH dan harganya murah [8]. ditambahkan 1 mL filtrat dan diinkubasi selama 10 menit Sebanyak 1 ditambahkan pada pada suhu mL kamar. folin-ciocalteau campuran tersebut mempengaruhi Hasil berupa efek aktivitas penstabil pemurnian fraksi endapan enzim, terhadap yang diperoleh protein dengan berbagai tingkat kemurnian. Penambahan garam pada konsentrasi menurunkan kamar selama 30 menit. Larutan tersebut dikarenakan adanya peningkatan muatan diukur listrik di sekitar protein yang akan menarik gelombang optimum pada (726 Hal ini nm) molekul-molekul air dari protein. Interaksi kemudian ditentukan kadar protein yang hidrofobik sesama molekul protein pada terserap menghitung suasana ionik tinggi akan menyebabkan selisih antara kadar protein enzim bebas pengendapan protein, yang disebut salting dengan kadar protein filtrat. out. Protein yang hidrofobisitasnya tinggi dilakukan BSA panjang protein. akan secara cepat dan diinkubasi pada suhu absorbansinya kelarutan tinggi dengan akan mengendap lebih dahulu, sedangkan protein yang memiliki sedikit residu non HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Isolasi dan Purifikasi L-Asparaginase meskipun pada konsentrasi garam yang dari Bawang Putih. Isolasi L-Asparaginase dilakukan secara mekanik yaitu dengan mengekstrak bawang putih melalui pemecahan jaringan kasar enzim merupakan campuran protein enzim dan protein non enzim yang diperoleh dari proses ekstraksi bawang putih. Untuk memperoleh enzim LAsparaginase dengan tingkat kemurnian yang tinggi maka perlu dilakukan pemurnian terhadap ekstrak kasar. Pemurnian yang dilakukan paling tinggi [8]. Pada tahap pemurnian selanjutnya, dialisis dilakukan sebagai metode untuk memisahkan bawang putih. Ekstrak polar (lebih hidrofilik) akan tetap larut adalah dengan pengendapan partikel-partikel kecil lebih dari partikel-partikel yang besar menggunakan membran semipermeabel berdasarkan prinsip difusi, perpindahan molekul dari larutan berkonsentrasi tinggi ke larutan berkonsentrasi rendah.Enzim yaitu yang merupakan molekul berukuran besar akan tetap tertahan di dalam membran karena tidak mampu melewati pori-pori membran 12 Kusumaningtias dkk., Kalsium Alginat Sebagai Pendukung Amobilisasi selofan. Garam amonium sufat sebagai penyusun protein enzim L-asparaginase molekul yang kecil akan bermigrasi keluar bersifat hidrofil, sehingga membran sehingga enzim menjadi lebih membutuhkan garam amonium sulfat lebih murni. banyak untuk mengendapkannya. 2. Uji Aktivitas Spesifik Enzim L- spesifik ini Asparaginase. Penentuan aktivitas bertujuan untuk mengetahui kemurnian tiap fraksi enzim. Enzim L-Asparaginase dalam menghidrolisis substrat L-Asparagin menghasilkan produk asam L-Aspartat dan amonia. Aktivitas enzim L-Asparaginase dapat diketahui dari total amonia yang dihasilkan dari reaksi enzimatis melalui metode Nessler. Gambar 1. Grafik hubungan antara fraksi pemurnian enzim dan aktivitas spesifik enzim L-Asparaginase 3. Penentuan Karakter Optimum Enzim Aktivitas spesifik enzim L- Bebas Asparaginase dari bawang putih dapat Karakterisasi L-Asparaginase ini dilihat pada Gambar 1. Satu unit aktivitas bertujuan enzim L-Asparaginase didefinisikan sebagai optimum dari L-Asparginase hasil isolasi. aktivitas enzim yang menghasilkan 1μmol Fraksi produk L-Aspartat maupun amonia per merupakan satuan aktivitas spesifik tertinggi yaitu fraksi 5. menit Aktivitas pada spesifik kondisi enzim optimum. untuk enzim fraksi mengetahui yang enzim kondisi dikarakterisasi yang memiliki L-Asparaginase ditentukan berdasarkan perhitungan unit 4. Suhu Optimum L-Asparaginase Bebas aktivitas enzim L-Asparaginase (Unit/mL) Ditinjau dari struktur protein, suhu per kadar protein enzim L-Asparaginase berpengaruh terhadap kerenggangan dan (mg/mL protein). kerapatan ikatan pada struktur protein Gambar 1 menunjukkan pada setiap fraksi enzim. Hasil penentuan suhu optimum L- enzim Asparaginase bebas dapat dilihat pada memiliki berbeda. Pada aktivitas spesifik fraksi memiliki 5 yang nilai Gambar 2. aktivitas spesifik tertinggi yaitu sebesar Berdasarkan Gambar 2 dapat dilihat 1423,0248 U/mg protein. Hasil tersebut bahwa suhu optimum dari L-Asparaginase menunjukkan bahwa dalam fraksi 5 terdapat hasil isolasi adalah 37°C yang ditunjukkan enzim dengan meningkatnya aktivitas enzim. Pada L-Asparaginase lebih banyak dibandingkan dengan fraksi lainnya. suhu optimum, konformasi dari struktur Pada fraksi 5 menunjukkan aktivitas spesifik protein enzim berada tepat untuk mengikat yang lebih besar dibandingkan dengan fraksi substrat dalam membentuk produk sehingga protein sebelumnya. Hal ini menunjukkan menghasilkan aktivitas tertinggi. bahwa pada fraksi 5 banyak asam amino 13 JURNAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA (JKPK), Vol. 1, No. 2, Agustus 2016, hal. 7-15 menyebabkan proses katalisis tidak berjalan optimal sehingga aktivitas enzim menurun atau kurang optimal. Gambar 2. Grafik hubungan antara suhu dan aktivitas spesifik enzim Lasparaginase. Enzim merupakan protein yang tersusun dari ribuan asam-asam amino dimana Gambar 3. Grafik hubungan antara pH lingkungan enzim dan aktivitas protein dapat mengalami denaturasi pada spesifik enzim L-Asparaginase suhu tinggi. Kenaikan aktivitas enzim di bawah suhu optimum disebabkan karena kenaikan energi kinetika molekul-molekul enzim yang bereaksi. Akan tetapi apabila suhu tetap dinaikkan terus, energi kinetika molekul-molekul sehingga sekunder enzim menjadi memecahkan yang besar Dengan demikian perubahan pH berpengaruh terhadap efektivitas sisi aktif enzim dalam membentuk kompleks enzim substrat. ikatan-ikatan mempertahankan enzim dalam bentuk aslinya, akibatnya struktur sekunder dan tersier berubah sehingga 6. Amobilisasi Enzim L-Asparaginase dengan Pendukung Kalsium Alginat Amobilisasi enzim merupakan suatu proses dimana pergerakan molekul enzim aktivitas enzim menurun. ditahan sedemikian rupa sehingga terbentuk sistem enzim yang aktif dan tidak larut 5. pH Optimum L-Asparaginase Bebas Struktur protein enzim salah satunya dipengaruhi oleh pH [6]. Hasil penentuan pH optimum ditunjukkan pada Gambar 3. Berdasarkan Gambar 3 dapat diketahui bahwa pH optimum enzim L-Asparaginase dari bawang putih adalah 8,6. Pada pH tersebut, enzim berada pada konformasi struktur enzim 3 dimensi yang tepat untuk mengikat substrat. Pada kondisi di luar pH optimum, konformasi enzim mulai berubah menyebabkan posisi substrat berada tidak tepat pada sisi aktif enzim. Hal ini dalam air. Hasil amobilisasi L-Asparaginase pada matriks alginat yaitu berupa manikmanik enzim amobil. Aktivitas spesifik L-Asparaginase amobil mengalami sebesar penurunan aktivitas spesifik 4% jika dibandingkan dengan aktivitas spesifik enzim bebas (aktivitas spesifik enzim amobil 1367,6741 U/mg, aktivitas spesifik enzim bebas 1423,0248 U/mg). Penurunan aktivitas enzim amobil disebabkan adanya menghalangi substrat matriks untuk yang berikatan 14 Kusumaningtias dkk., Kalsium Alginat Sebagai Pendukung Amobilisasi dengan enzim. Amobilisasi enzim dengan enzim L-Asparaginase amobil mampu metode penjebakan akan menyebabkan bertahan pada suhu yang lebih tinggi penghambatan kerja enzim [9]. dibandingkan dengan enzim L-Asparaginase bebas. 7. Penentuan Karakter Optimum L- Asparaginase Amobil. a. Penentuan Suhu b. Penentuan pH Optimum L-Asparaginase Optimum L- Asparaginase Amobil Amobil. Penentuan Penentuan suhu optimum bertujuan untuk mengetahui kondisi optimum enzim setelah dilakukan amobil. Hasil penentuan suhu optimum L-Asparaginase amobil dapat dilakukan untuk pH optimum mengetahui perlu kondisi optimum enzim dalam bereaksi dengan substrat. Hasil karakterisasi pH optimum dapat dilihat pada Gambar 5. dilihat pada Gambar 4. Gambar Gambar 4. Grafik hubungan antara suhu dan aktivitas spesifik enzim L-Asparaginase amobil. Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa suhu optimum dari L-Asparaginase amobil adalah 42°C. Suhu optimum pada enzim amobil lebih tinggi dari enzim bebas dikarenakan matriks kalsium alginat mampu melindungi enzim L-Asparaginase amobil terhadap panas sehingga enzim L- Asparaginase mampu bertahan pada suhu yang lebih tinggi dibandingkan dengan enzim L-Asparaginase bebas. Hal tersebut menunjukkan bahwa matriks kalsium alginat mampu melindungi enzim L-Asparaginase amobil terhadap peningkatan suhu sehingga 5.Grafik hubungan lingkungan dan antara pH aktivitas spesifik enzim L-Asparaginase amobil. Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa pH optimum L-Asparaginase amobil dari bawang putih adalah pada pH 8,6. Kondisi optimum dari enzim bebas dan amobil adalah sama. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan matriks alginat dalam amobilisasi L-Asparaginase dari bawang putih tidak menyebabkan perubahan muatan sisi aktif enzim maupun struktur enzim terutama pada sisi aktif enzim. JURNAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA (JKPK), Vol. 1, No. 2, Agustus 2016, hal. 7-15 15 Enzymatic Elimination of Acrylamide in KESIMPULAN Potato-Based Berdasarkan penelitian yang telah Thermally Treated Foods, Slovak Republic. dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. L-Asparaginase dapat diisolasi dari [4] Article of Journal: Corrigan, P.J., 2008, Methods for Reducing Asparagine in a bawang putih dengan aktivitas spesifik Dough Food Component Using Water tertinggi pada fraksi 5 (80-100%) yaitu Activity, Patent No US20080166450- 1423,0248 U/mg protein. A1. 2. Kondisi optimum L-Asparaginase bebas diperoleh pada suhu 37°C dan pH 8,6. [5] 3. L-Asparaginase dapat diamobil pada Article of Journal: Lincoln, L., dan More, S.S., 2014, Isolation and Production of matriks kalsium alginat 3% dengan Clinical penurunan aktivitas sebesar 4% dari and Food Asparaginase aktivitas L-Asparaginase bebas. Grade Enzyme Lfrom Fungi,India. 4. Kondisi optimum L-Asparaginase amobil diperoleh pada suhu 42°C dan pH 8,6. [6] Chapter of Book: Lehninger, A.L., 1982, Principles of Biochemistry: 1st Edition, UCAPAN TERIMA KASIH Worth Pub, New York. Penelitian ini sukses dan berjalan dengan lancar berkat dukungan dari dosen [7] Thesis: Rizki, R.A., 2009, Isolasi dan pembimbing, dosen lab. biokimia, dosen Karakterisasi Enzim L-Asparaginase jurusan kimia, laboran jurusan kimia, serta dari Bawang Putih (Allium sativum), teman-teman jurusan kimia angkatan 2011. Jurusan Kimia, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro, Semarang. DAFTAR RUJUKAN [1] Article of Journal: Anese, M., Quarta, [8] B., dan Frias, J.M., 2011, Modelling Whole Book: Scopes, Protein Effect of Asparginase in Reducing Purification, Practice, 2 Acrylamide Formation in Biscuits Food nd R.K., Priciple 1987, and ed, Springer Verlag, New York. Chemistry, Ireland. [9] [2] Article of Journal: Bucke, C., 1987, Industrial Use of Immobilized Enzyme and Cells, In: Immobilized Microbial Enzyme and Cells, Bangkok. [3] Article of Journal: Ciesarová, Z., Kukurová, K., dan Benešová, C., 2010, Whole Book: Biotechnology, Smith, J.E., Diterjemahkan 1990, oleh Hartono, A., Penerbit Buku Kedokteran Indonesia, Jakarta.