Ancaman Pangkalan Amerika Serikat di Darwin terhadap Stabilitas Keamanan Indonesia Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Politik Internasional Dosen Pengampu : Dr. Nur Rachmat Yuliantoro Ririn Tri Nurhayati, MA Prof. Dr. M. Amien Rais Farha Kamalia 10/305534/SP/24378 Neni Parida 10/296661/SP/23858 Dewanti Aditya Wardhani 09/280530/SP/23210 Annissa Sintawati 09/284783/SP/23690 Diah Nikmahayati 10/297292/SP/23963 Maria Shelly Putri Arttanti 09/280252/SP/23167 M. Luthfan Herdyanto 09/280984/SP/23291 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2012 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Presiden Amerika Serikat Barack Obama beserta Perdana Menteri Australia Julia Gillard pada November 2011 mengumumkan akan meningkatkan kerjasama militer. Salah satu agenda dalam peningkatan kerjasama militer antara Amerika Serikat dan Australia adalah peningkatan “kehadiran” Amerika Serikat di Australia secara militer. Pada April 2012, Amerika Serikat telah mulai mengirim pasukannya sejumlah 200 pasukan ke Darwin, Australia. Duta Besar Amerika Serikat untuk Australia, Jeffrey Bleich, menyatakan tujuan pengiriman pasukan AS ke Australia merupakan upaya peningkatan kerjasama militer dengan mengadakan pelatihan bersama di Darwin. Bleich juga menyatakan bahwa AS tidak berniat untuk membuka pangkalan militer di Darwin, walaupun pada nantinya pasukan Amerika Serikat di Australia akan mencapai 25,000.1 Pengiriman pasukan Amerika Serikat ke Darwin dapat berpengaruh terhadap beberapa negara di kawasan Asia Tenggara dan Asia Pasifik, termasuk Indonesia, melihat bahwa pangkalan Amerika Serikat di Darwin hanya berjarak 820 kilometer dari Indonesia. Gerakan separatisme masyarakat Papua dan adanya eksplorasi oleh perusahaan tambang Freeport di Papua Barat telah menjadi perhatian Amerika Serikat sejak lama dan menjadi salah satu kepentingannya. PT. Freeport merupakan perusahaan tambang yang sangat kontroversial. Beberapa pengusaha Amerika Serikat, sebagai pemegang saham terbesar di PT. Freeport, telah diduga melakukan tindakan korupsi kepada pejabat di Indonesia untuk mempermudah kelangsungan perusahaannya. 1 Russia Today, 2500 US Marines in Darwin ‘Not a Military Base’ (online), 2012, <http://rt.com/news/usaaustralia-darwin-china-185/>, diakses 5 April 2012. Munculnya kembali gerakan separatisme di Papua juga telah menambahkan ketegangan di wilayah tersebut. Organisasi Papua Merdeka (OPM) merupakan gerakan separatis masyarakat Papua yang didirikan pada tahun 1965. Walaupun telah dilarang oleh pemerintah Indonesia, kegiatan OPM masih berlangsung hingga saat ini. Pada akhir tahun 2011, masyarakat Papua mulai bergejolak kembali. Beberapa negara kemudian menyatakan dukungannya terhadap perjuangan kemerdekaan Papua, termasuk Amerika Serikat dan Australia.2 Pengiriman pasukan Amerika Serikat ke Darwin diduga, dari sekian banyak agenda Amerika Serikat di Asia Tenggara dan Pasifik, untuk mendukung gerakan separatis Papua dan untuk mengamankan kepentingannya di PT. Freeport. Hal ini dapat berpengaruh terhadap stabilitas keamanan dan politik di Indonesia. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, dapat ditarik pertanyaan penelitian, yaitu bagaimana pengiriman pasukan Amerika Serikat ke Darwin, Australia dapat menciptakan ancaman stabilitas keamanan di Indonesia? C. Landasan Konseptual Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan teori dan konsep untuk menganalisa bagaimana pengiriman pasukan Amerika Serikat ke Darwin mempengaruhi stabilitas keamanan di Indonesia. Teori dan konsep yang akan digunakan adalah realisme dan security dilemma. 1. Realisme Teori realisme klasik dalam hubungan internasional berpegang pada prinsip bahwa negara selalu mengejar kepentingan dengan menggunakan power dalam bentuk militer. Ada empat prinsip dasar dalam Teori Realisme klasik, yakni: 2 D. Muhammad, ‘Politisi Australia dan Pasifik Siapkan Gerakan Papua Merdeka’ (online), 2012, <http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/12/02/24/lzuio6-politisi-australia-dan-pasifik-siapkangerakan-papua-merdeka>, diakses 5 April 2012. • State security is paramount, negara merupakan suatu wilayah yang terdiri atas manusia yang tinggal di dalamnya, yang pada dasarnya mempunyai sifat yang cenderung gemar berperang. Hal ini menyebabkan adanya kecemasan akibat perasaan tidak aman. Oleh karena itu, negara terobsesi dengan security. Kedaulatan sebuah negara sangatlah penting dan untuk mengamankannya harus menunjukkan kekuatan dan posisinya. • State survival/security is always tenuous, survival didorong oleh pandangan bahwa sistem internasional adalah anarki, maksudnya bahwa dalam sistem internasional tidak ada super structure yang mengatur. Sehingga negara harus mempertahankan diri sendiri. Karena sistem internasional yang bersifat anarkis, survival dan security negara tidak terjamin dan dibayang-bayangi oleh perasaan tidak aman sehingga negara mau tidak mau harus siap untuk perang. • State power as key variable, power menentukan perilaku negara dalam hubungan internasional dan merupakan prinsip utama untuk survival. Ada 3 kapabilitas yang relevan untuk dapat mempengaruhi pihak lain, yaitu kekuatan militer, ekonomi, dan ideasional. Setiap negara harus melakukan self-help dengan mengakumulasi power dan kapabilitas atau resources dan membangun aliansi. • Systemic distribution of power, adanya distribusi power yang sistematik memperjelas posisi aktor dan hubungannya satu sama lain, dan juga memperjelas courses of action masing-masing aktor. Hal ini juga membentuk kemungkinan akan perang ataupun perdamaian. Distribusi power dapat mempengaruhi stabilitas sistem politik internasional. 2. Security Dilemma Security dilemma merupakan konsep yang menganalisa fenomena aksi dan reaksi antar negara terkait keamanan dalam suatu isu. Dalam konsep ini, tindakan suatu negara dianggap dilakukan untuk melemahkan negara lain akibat adanya mistrust yang menyebabkan adanya kesulitan untuk menentukan karakter suatu tindakan atau persenjataan, apakah tindakan atau persenjataan itu mempunyai tujuan ofensif atau defensif. Kesulitan untuk menentukan tindakan sebagai ofensif atau defensif kemudian menimbulkan ketegangan. D. Argumentasi Utama Sesuai dengan teori realisme dan konsep security dilemma, pengiriman pasukan Amerika Serikat ke Darwin dapat menambahkan terhadap ketegangan yang telah ada di Papua Barat akibat PT. Freeport dan gerakan separatisme yang sudah berlangsung lama, dan dapat berpengaruh buruk pada stabilitas keamanan di Indonesia. Dengan membuka pangkalan militer di Darwin, banyak pihak yang berspekulasi bahwa Amerika Serikat tidak sekedar mempunyai tujuan untuk meningkatkan kerjasama militer dengan Australia, tetapi juga mempunyai tujuan untuk mengamankan kepentingannya di wilayah Asia Tenggara, termasuk di Indonesia. Adanya mistrust dapat membuat Indonesia merasa terancam dengan kehadiran Amerika Serikat di Darwin, dan dapat dianggap bertujuan ofensif oleh Indonesia, yaitu untuk melemahkan posisi Indonesia dalam isu PT. Freeport dan separatisme Papua. BAB II PEMBAHASAN A. Dinamika Hubungan Indonesia-Amerika Serikat Hubungan Indonesia dan Amerika Serikat mulai terjalin cukup kuat pada saat pemerintahan Soeharto. Hal ini ditunjukkan dengan sifat Soeharto yang merupakan pemimpin anti komunis. Tidak seperti pada pemerintahan Soekarno yang cenderung berporos ke negara komunis. Padahal setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, Indonesia diharapkan menerapkan politik bebas aktifnya untuk menganggapi permasalahan internasional. Soeharto yang cenderung condong dengan Amerika Serikat mengadakan kerjasama bilateral, khususnya di bidang ekonomi. Kerjasama tersebut berjalan berjalan dengan baik. Akan tetapi, sejak adanya insiden di Timor-Timor menyebabkan kerjasama pertahanan dan keamanan dengan Amerika Serikat terlihat tidak baik. Hal ini ditunjukkan dengan diluncurkannya embargo persenjataan dan penghentian pelatihan kemiliteran terhadap Indonesia. Hal ini terjadi akibat pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang dilakukan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) di Timor Timur pada pemerintahan Soeharto. Kerusuhan berdarah yang tidak dapat dilupakan masyarakat dunia ini membuat Amerika Serikat sangat marah terhadap Indonesia. Banyak desakan dari masyarakat dunia terhadap Amerika Serikat untuk mengambil tindakan terhadap kejadian Santa Cruz dan adu senjata ABRI yang bersatu dengan milisi pro integrasi terhadap kelompok yang menginginkan kemerdekaan Timor-Timor. Desakan dan kejadian ini kemudian berhasil memperkuat alasan Amerika Serikat untuk mengembargo secara penuh melalui keputusan kongres Amerika Serikat dengan Leahy Amandement yang dikeluarkan.3 3 J. Pramodhawardani, Indonesia dan Embargo Amerika (online), <http://metrotvnews.com/read/analisdetail/2010/08/03/54/Indonesia-dan-Embargo-Amerika>, 8 April 2012. Embargo ini kemudian ditindaklanjuti Indonesia dengan menjalin kerjasama mengenai pengadaan alat persenjataan dari China, Rusia, Korea Selatan, Belanda, dan Turki agar tetap memiliki kekuatan pertahanan yang stabil, namun Indonesia tetap berusaha melakukan dialog dengan pemerintahan Amerika Serikat untuk membicarakan pencabutan embargo ini. Dialog ini telah dilakukan melalui beberapa presiden terdahulu mulai dari presiden Abdurrahman Wahid hingga saat ini presiden Susilo Bambang Yudhoyono Hubungan luar negeri Indonesia dengan Amerika sempat surut pada masa Soeharto karena embargo persenjataan ini. Kemudian dalam pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa mengatakan bahwa Indonesia memiliki hubungan bilateral yang terbaik dengan Amerika Serikat setelah adanya pertemuan pertama dengan Menteri Luar Negeri Clinton.4 Datangnya Menlu Clinton ke Indonesia ini menunjukkan bahwa Indonesia penting bagi Amerika Serikat. Hubungan bilateral yang terjalin ini menyangkut peningkatan kerjasama perdagangan dan investasi antar kedua Negara, bekerjasama di bidang HAM, demokrasi dan lingkungan hidup. Indonesia menjadi salah satu negara yang dilirik oleh Amerika Serikat untuk dirangkul dan dijadikan negara untuk menjaga hegemon Amerika Serikat terhadap negara-negara di Pasifik dan Asia Tenggara. Dalam hubungan pertahanan keamanan kini terlihat timbal baliknya ketika dibandingkan dengan masa pemerintahan Soeharto. Indonesia memiliki hubungan yang kian membaik dengan negeri Paman Sam, khususnya dalam bidang pertahanan dan kemanan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya komitmen Indonesia untuk mereformasi angkatan bersenjatanya setelah Menteri Pertahanan Amerika Serikat Robert Gates mengatakan akan membuka kembali hubungan kerjasama dengan Kopasus pada tahun 2010. Kemudian hal ini diperkuat dengan datangnya Menteri Pertahanan Amerika Serikat Leon Panetta ke Indonesia untuk membicarakan 4 E. Mazrieva, Marty Natalegawa: Hubungan Indonesia-AS Terbaik Saat Ini <http://www.voaindonesian.com/content/marty-natalegawa-hubungan-indonesia-as-terbaik-saat-ini103574584/84062.html>, 8 April 2012. (online), peningkatan hubungan militer Indonesia-Amerika Serikat dengan Menteri Pertahanan Indonesia Purnomo Yusgiantoro pada tahun 2011.5 B. Ketegangan Papua Barat Papua Barat sebagai bagian dari wilayah Indonesia memiliki kekayaan alam yang besar dan perlu dilakukan eksplorasi lebih jauh. Salah satu aktor yang berperan dalam eksplorasi kekayaan alam Papua Barat adalah PT Freeport Indonesia (PTFI). PTFI merupakan perusahaan pertambangan skala multinasional asal Amerika yang beroperasi di Kabupaten Mimika, Papua, Indonesia. PTFI memfokuskan eksplorasi pada bijih yang mengandung tembaga, emas, dan perak serta pendistribusian hasil eksplorasi tersebut ke berbagai belahan dunia.6 Harapan pemerintah atas hadirnya PTFI ke kawasan Papua Barat tentunya agar adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat dikawasan tersebut. Kehadiran PT. Freeport di Indonesia membawa dilema tersendiri bagi bangsa Indonesia. Pajak yang diberikan oleh perusahaan pertambangan sebesar freeport tentunya berjumlah besar dan menjadi salah satu faktor dari bargaining position PT. Freeport terhadap pemerintah Indonesia, tetapi kemudian permasalahan muncul ketika isu pelanggaran kerap dilakukan oleh PT. Freeport. Selama ini kehadiran PT. Freeport berusaha dipertahankan atas alasan ekonomi, tetapi seberapa menguntungkannya kehadiran PTFI bagi Indonesia pun kembali dipertanyakan. Pelanggaran yang dilakukan oleh PTFI semakin merugikan masyarakat Indonesia terutama di kawasan Papua dengan perusakan lingkungan dan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang dilakukan.7 Ketidakadilan semakin dirasakan oleh masyarakat yang dipekerjakan oleh PTFI. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya aksi protes dan sering kali berujung 5 BBC Indonesia, Indonesia-AS Bicarakan Hubungan Militer (online), 2011, <http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2011/10/111023_panettaindonesia.shtml>, 8 April 2012. 6 PT Freeport Indonesia, Sekilas tentang PT Freeport Indonesia (online), <http://www.ptfi.com/about/default.asp>, diunduh pada 2 April 2012. 7 WALHI, Laporan Dampak Operasi PT. Freeport-Rio Tinto, Publikasi Ulang Riset WALHI 2006 (online), 2011, <http://www.walhi.or.id/id/component/content/article/48-publikasi/1613-laporan-dampak-operasi-pt-freeport-riotinto-publikasi-ulang-riset-walhi-2006.html>, diakses 2 April 2012. kekerasan yang dilakukan oleh masyarakat setempat. Masyarakat Papua merasa tidak mendapatkan keuntungan atas segala eksplorasi yang dilakukan PTFI di wilayahnya. PTFI sendiri seperti tidak bergeming menghadapi tuntutan dari masyarakat Papua. Ketiadaannya transparansi dari pihak PTFI semakin menyulitkan proses penyelesaian konflik. Terlepas dari tanggung jawab secara legal terhadap publik atas transparansi, terdapat keperluan yang mendesak untuk akses terhadap kegiatan operasi PTFI yang sesungguhnya di Papua.8 Kesadaran masyarakat Papua akan potensi alamnya yang dieksplorasi secara berlebihan membuat rawan terjadinya gerakan separatis. Organisasi Papua Merdeka (OPM) salah satu dari gerakan separatis yang menginginkan pemisahan Papua Barat dari NKRI. Tujuan pembentukan OPM adalah untuk bergerilya di kawasan Papua Barat yang diiringi dengan pembentukan 7 batalyon Kasuari dengan beberapa Komandan Peleteon.9 Keberadaan OPM dirasa meresahkan tidak hanya mengenai persoalan kedaulatan Indonesia sebagai negara kesatuan, tetapi juga kekerasan yang digunakan sebagai alat mencapai tujuannya tersebut. Gerakan Separatis yang ada di Papua bukan tanpa hambatan. Pertama, Gerakan Separatis yang ada di Papua terpecah-pecah dan sulit untuk mengkompromikan serta menyatukan kepentingan masing-masing pihak. Dampak yang diberikan kemudian hanya berskala kecil tetapi meski demikian masih tetap menjadi prioritas pemerintah Indonesia.10 Kedua, hambatan gerakan separatis tersebut tidak hanya sebatas pada pihak pemerintah Indonesia tetapi terdapat pihakpihak lain yang memiliki kepentingan di Papua Barat yang turut berperan. Seperti PTFI yang memiliki pengaruh terhadap Pemerintah Indonesia dan kapabilitas dalam bentuk kapital. TNI dan Polri sebagai dua institusi dari kemanan dan pertahanan 8 WALHI, Dampak Lingkungan Hidup Operasi Pertambangan Tembaga dan Emas Freeport-Rio Tinto di Papua (online), 2006, <https://docs.google.com/file/d/0B_d10A4iodvOYWZjYzZlODQtMzBiYy00NTY0LTkxN2ItODk4N2JiZGRlND Jm/edit?hl=en_US&pli=1>, diunduh pada 2 April 2012. 9 West Papua Liberation Organization, Sejarah OPM (online), 2011, <http://oppb.webs.com/sejarahopm.htm>, diakses pada 2 April 2012. 10 Fakta Pos, Gerakan Separatis Papua Terpecah (online), 2011, <http://www.faktapos.com/nasional/12894/gerakan-separatis-papua-terpecah>, diakses pada 2 April 2012. NKRI bahkan dianggap mendapatkan dana dari PTFI untuk pengamanan kawasan di sekitar perusahaan tersebut. “Berdasarkan surat Kepolisian Negara Republik Indonesia daerah Papua Nomor B/918/IV/2011 tertanggal 19 April 2011, mereka terdiri atas 50 anggota Polda Papua, 69 Polres Mimika, 35 Brimob Den A Jayapura, 141 Brimob Den B Timika, 180 Brimob Mabes Polri dan 160 TNI.”11 Tentu hal ini mengundang protes dari banyak pihak baik dari dalam masyarakat maupun pihak yang berada dalam kepemerintahan sendiri terutama dikarenakan dengan adanya tindakan pemberian imbalan semacam ini terhadap institusi pemerintah dikhawatirkan akan semakin menyulut adanya gerakan separatis dari masyarakat setempat. Terlepas dari bagaimana institusi pemerintah mendapat sokongan dana dari pihak luar, gerakan separatis di lain pihak memiliki kesulitan dalam mendapatkan dana yang menyulitkan kegiatan operasional organisasinya. Tentunya dengan adanya persoalan dana, akan sulit bagi gerakan separatis untuk dapat memberikan implikasi yang besar dalam kegiatannya. Meskipun dianggap sebagai ancaman, gerakan separatis di Papua Barat sesungguhnya masih memiliki hambatan dalam pencapaian tujuannya untuk memisahkan diri dari NKRI. C. Aliansi Militer Amerika Serikat-Australia Serta Kerjasama Pangkalan Amerika Serikat di Darwin 1. Sejarah kerjasama keamanan Amerika Serikat—Australia Kemenangan Amerika Serikat dalam Perang Dunia II memperlihatkan bagaimana pentingnya peran Amerika Serikat sebagai pengawal pertahanan Australia. Sebelumnya, kebijakan luar negeri Australia tidak terlepas dari pengaruh Inggris. Akan tetapi, Inggris yang dulu dipandang sebagai negara kuat yang dapat menyelamatkan Australia, ternyata tidak berdaya menghadapi Perang Pasifik yang sedang dihadapi Australia. Justru Amerika Serikat yang berperan sebagai kekuatan 11 Republika Online, Bayaran Freeport untuk TNI/Polri (online), 2011, <http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/11/10/25/ltm9e5-amankan-freeport-anggota-tnipolri-dapatimbalan-rp-125-juta>, diakses pada 8 April 2012. tangguh untuk melindungi Australia dari serangan Jepang. Kebijakan politik luar negeri Australia kemudian tidak terlepas dari sistem pertahanan dan kemananan, dimana kepentingan dan tujuannya ialah melindungi negara dari ancaman luar, menjaga keamanan dan kestabilan di wilayah Australia dan Pasifik sebagai kawasan terdekat Australia, meskipun itu berarti melibatkan kekuatan luar, dari Amerika Serikat sekalipun. Perang Dingin yang muncul antara Blok Barat (Amerika Serikat) dengan Blok Timur (Uni Soviet) membuat Australia semakin mengukuhkan sekaligus mengikatkan diri sebagai sekutu dari Amerika Serikat. Hal tersebut dilakukan demi kepentingan politik dan perdamaian dan dalam rangka memerangi pengaruh komunis di wilayah Asia Pasifik terutama di kawasan Asia Tenggara. Kawasan tersebut dipandang sebagai daerah yang potensial bagi perkembangan komunis yang disebarluaskan oleh Republik Rakyat Cina (yang baru saja berdiri) yang merupakan basis komunis di Asia. Dalam politik luar negeri, pemerintah Australia melancarkan kebijakan antikomunis melalui keikutsertaanya dalam Politik Pembendungan (Containment Policy) yang dijalankan oleh Amerika Serikat. Sebagai usaha pembendungan komunis dalam militer dan menjamin stabilitas kemanan regional di Asia Pasifik, Australia bersama dengan New Zealand (sebagai negara tetangga terdekat) dan Amerika Serikat membentuk pakta pertahanan ANZUS (Australia New Zealand United States) pada 1 September 1951 di San Fransico. Pada awalnya Amerika Serikat merasa tidak perlu untuk membentuk pakta di kawasan Asia Pasifik, tapi karena desakan dari Australia yang merasa diperlukannya pakta pertahanan seperti NATO (North Atlantic Treaty Organization) untuk membuat kondisi politik yang stabil di kawasannya, akhirnya Amerika Serikat setuju. Pakta ini adalah momentum dari keterlepasan Australia dengan ketergantungannya pada Inggris, Australia merasa negaranya membutuhkan dukungan militer yang kuat, dan berdasarkan pengalaman Perang Pasifik, Amerika Serikat dianggap sebagai pelindung. 2. Berdirinya Pangkalan Militer Angkatan Laut di Darwin Australia The Sixth East Asia Summit (EAS)12 yang diselenggarakan di Bali pada tanggal 9 November 2011, adalah pertemuan yang sangat istimewa karena dihadiri oleh Presiden Amerika Serikat Barack Obama. Kehadiran ini memberikan kesan positif dengan adanya dukungan terhadap negara-negara di Asia Timur. Akan tetapi, tiga hari sebelum acara ini diselenggarakan, Presiden Barack Obama mengumumkan bahwa akan dibangun sebuah pangkalan militer angkatan laut di Darwin, Utara Australia. Rencananya Amerika Serikat akan mengirimkan 2.500 pasukannya untuk mengisi pangkalan perang tersebut.13 Obama telah dijadwalkan untuk membuat pengumuman dengan Perdana Menteri Julia Gillard ketika mereka mengunjungi Darwin dan sebagai kunjungan pertama Obama ke Australia sebagai Presiden. Kunjungan 26 jam ditujukan untuk menandai peringatan 60 tahun aliansi ANZUS. Dua pertiga dari semua marinir Amerika yang berbasis di Pasifik, dengan konsentrasi yang besar di pangkalan AS di pulau Okinawa, Jepang, di Guam, dan di sebuah wilayah AS sekitar 2000 kilometer utara Papua Nugini. Obama dan Gillard diharapkan menyatakan bahwa Amerika Serikat tidak akan membangun pangkalan marinir tetapi untuk digunakan sebagai the Robertson Barracks, pangkalan Australia yang telah ada di dekat Darwin. Akan tetapi, pangkalan hanya tersedia untuk sekitar 4500 tentara Australia dan hanya berkapasitas untuk beberapa ratus lagi. Sehingga fasilitas ini akan diperluas hingga dapat mengakomodasi marinir AS yang telah diperkirakan.14 Militer AS juga akan meningkatkan penggunaan pangkalan udara yang telah ada dan pelabuhan di utara 12 The Sixth East Asia Summit (EAS) diketuai oleh H.E. DR. H. Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden Republik Indonesia, yang diselenggarakan di Bali. Pertemuan ini dihadiri oleh kepala negara dan pemerintahan negaranegara ASEAN, Australia, Cina, India, Jepang, Korea dan Amerika Serikat. Menteri Luar Negeri Rusia dan Menteri Luar Negeri Selandia Baru hadir pada pertemuan ini untuk memberikan penghormatan kepada tamu-tamu negara. Diambil dalam pidato chairman The Sixth East Asia Summit (EAS) di Bali, Indonesia, 19 November 2011. Diunduh dari www.aseansec.org dan diakses pada tanggal 15 April 2012. 13 Maria Monica Wihardja, Asia Pacific Bulletin number 142, 8 December 2011, East West Centre, Washington. 14 The Age, Obama to announce US marine base in Darwin (online), 2011, <http://www.theage.com.au/national/obama-to-announce-us-marine-base-in-darwin-20111110-1n9rf.html>, diakses 17 April 2012. dan barat Australia.15 Hal tersebut juga telah disetujui pihak Australia. Pada September lalu, Menteri Pertahanan Australia, Stephen Smith, mengatakan bahwa kerjasama dimaksudkan untuk “more ships in, ships out; more planes in, planes out; more troops in, troops out”.16 Marinir yang tiba awal tahun 2012 dan sejumlah 2500 personil menjelang 2016-2017, akan menghabiskan enam bulan setiap tahun di Australia. Mereka akan berlatih bersama pasukan Australia untuk pertama kalinya. Build-up akan menjadi tambahan untuk pelatihan bersama sering latihan sudah dilakukan antara Australia dan mengunjungi pasukan AS, seperti Operasi Talisman Sabre dua tahunan yang tahun ini melibatkan lebih dari 14.000 pasukan AS. Mulai awal tahun 2012, 250 marinir AS datang ke Darwin dan menghabiskan setiap musim kering berkemah dan melakukan latihan di area Lapangan pelatihan Bradshaw dekatnya.17 Pada 2014, jumlah marinir akan 1000 dan pada tahun 2016-2017 akan ada 2500 marinir datang setiap tahun untuk enam bulan. Mereka akan diputar melalui dari Pasifik lainnya pangkalan AS dan milik Angkatan Udara-Tanah Tugas Marinir. Masing-masing tugas gugus terdiri dari unsur perintah, pasukan tempur darat, logistik dan komponen penerbangan tempur yang akan mencakup helikopter seperti Black Hawk, Kobra, Hueys dan mungkin Harrier jump jets. Unsur kedua dari build-up akan melibatkan peningkatan kunjungan dari pesawat tempur AS melalui pangkalan udara Tindal yang perlu diperluas. Sementara AS B-52 bombers secara teratur berlatih di Wilayah itu. Selama dua tahun kedepan akan diadakan peningkatan kunjungan dari pesawat lain termasuk pesawat tempur, pesawat pengisi ulang bahan bakar, pesawat mata-mata dan pesawat transportasi. Unsur ketiga akan melibatkan kapal AS dan kapal selam yang beroperasi dari pangkalan angkatan laut Stirling, di selatan Perth. 15 World Socialist Web, US and Australia discuss joint military base in Indian Ocean (online), <http://www.wsws.org/articles/2011/nov2011/coco-n21.shtml>, diakses 17 April 2012. 16 The Wall Street Journal, U.S. to Build Up Military in Australia (online), <http://online.wsj.com/article/SB10001424052970203537304577028490161890480.html>, diakses 17 2012. 17 The Sydney Morning Herald, Obama to send marines to Darwin (online), <http://www.smh.com.au/national/obama-to-send-marines-to-darwin-20111116-1njd7.html>, diakses 17 2012. 2011, 2011, April 2011, April Belum ditetapkan waktu untuk memulainya. Kapal-kapal dan kapal selam dapat ditenagai dengan nuklir namun tidak sebagai senjata nuklir.18 BAB III ANALISA Pada saat berakhirnya Perang Dunia II, Amerika Serikat dan Australia memiliki hubungan yang sangat dekat. Hubungan kedua negara tersebut mencakup seluruh kerjasama dalam spektrum politik internasional yang meliputi kerjasama politik dan pertahanan. Keberadaan pangkalan militer AS di Darwin dapat dilihat sebagai bentuk kegiatan dari hasil perjanjian bilateral yang disepakati oleh AS dan Australia pada pakta perjanjian ANZUS yang dibentuk pada 1 September 1951.19 Dalam perjanjian ANZUS, AS dan Australia diperbolehkan untuk melakukan kegiatan bersama termasuk melakukan latihan militer angkatan laut maupun darat. Dalam meningkatkan hubungan bilateral AS-Australia, AS meningkatkan pasukan militernya di wilayah Darwin yang bertujuan untuk memperluas kekuatan militer Amerika Serikat di Asia Pasifik, menjaga kestabilitasan negara dari ancaman pihak luar dan meningkatkan keamanan di kawasan Asia-Pasifik serta untuk memberikan bantuan kemanusiaan atas bencana yang terjadi.20 Pada November 2011, pihak AS mengumumkan akan mengerahkan 250 Marinir pasukannya untuk melakukan pelatihan militer di Darwin, kota bagian utara Australia dan akan ditempatkan di pertengahan tahun 2012 dengan jumlah marinir yang akan terus meningkat menjadi 2.500 selama 6 tahun.21 Hal tersebut merupakan suatu bentuk memperingati 60 tahun perjanjian ANZUS yang dibentuk antara ASAustralia. Penempatan pasukan militer di Darwin juga bertujuan untuk meningkatkan 18 The Sydney Morning Herald, Obama to send marines to Darwin (online). U.S Department of State, Background Note: Australia (Online), 2012, <http://www.state.gov/r/pa/ei/bgn/2698.htm>, diakses 17 April 2012. 20 U.S Department of State, Background Note: Australia (Online). 21 Australia Matters for America, No Hedging in Canberra: The Australia-US Alliance in the “Asian Century” (Online), 2012, <http://www.australiamattersforamerica.org/2012/04/no-hedging-in-canberra-the-australia-usalliance-in-the-asian-century/>, diakses 17 April 2012. 19 kerjasama bilateral militer dan pelatihan.22 Keberadaan pelatihan militer AS di Darwin, yang berlokasi sangat strategis dengan wilayah Asia Tenggara, memberikan peluang kemampuan untuk melakukan pelatihan gabungan dengan militer di Asia Tenggara.23 Hal yang dapat kita analisa lebih dalam adalah kedekatan lokasi Darwin yang berjarak sekitar 820 kilo meter ke wilayah Papua menjadi suatu ancaman bagi kedaulatan Indonesia dibanding dengan wilayah tetangganya seperti, Filipina, Vietnam. Wilayah Papua yang memiliki kekayaan sumber daya alam dan terdapat banyak konflik yang terjadi diwilayah Papua, seringkali menyebabkan isu pelanggaran kerap dilakukan oleh PT. Freeport yang memberikan perlakuan diskriminatif terhadap masyarakat papua selain itu adanya konflik separatisme Papua yang ingin memisahkan diri dengan Indonesia. Banyaknya aksi separatisme yang dilakukan di Papua dan isu-isu pelanggaran hak asasi manusia yang kerap dilakukan oleh Freeport menjadi salah satu alasan AS mendirikan pangkalan militernya di Darwin, tujuannya tersebut ialah untuk melakukan bantuan kemanusiaan, menciptakan misi perdamaian dan membangun situasi damai di kawasan Papua tersebut. Hal kemudian tampak terlihat jelas bahwa adanya keinginan intervensi AS terhadap masalah internal Indonesia. Dilihat dari perspektif realis, bahwasanya setiap negara ingin mencapai kepentingan nasional dalam setiap kesempatan yang ada, kekuasaan negara bagi kaum realis ialah sebagai alat pemaksa dan mempengaruhi negara lain. Meskipun AS menyatakan bahwa tujuan mereka untuk mengirim pasukan militernya ke Darwin sebagai tujuan kemanusiaan dan bantuan bencana alam, namun bisa jadi kekayaan sumber daya alam yang berada di Papua, menjadi salah satu tujuan AS untuk mencapai kepentingan nasionalnya, karena tidak dapat dipungkiri bahwa kekayaan alam di Papua akan memberikan keuntungan untuk meningkatkan perekonomian negara. Hal ini terbukti terungkapnya keberadaan puluhan tentara AS di PT Freeport 22 BBC, Obama Visit: Australia Agrees US Marine Deployment <http://www.bbc.co.uk/news/world-asia-15739995>, diakses 17 April 2012. 23 U.S Department of State, Background Note: Australia (Online). Plan (Online), 2011, dalam rapat tim pemantau situasi Papua DPR RI dengan menteri lingkungan Polhukam. Sebanyak 70 orang tentara AS dipekerjakan sebagai tenaga pengamanan di PT Freeport dengan menyamar sebagai karyawan ataupun teknisi.24 Hal ini merupakan pelanggaran terhadap Indonesia karena pada dasarnya tidak ada perjanjian yang dibuat menyangkut hal ini. Penyamaran tersebut juga dapat diindikasikan sebagai upaya AS untuk mengamankan aset mereka di Papua. Hal inilah yang kemudian menjadi salah satu faktor menyebabkan kerawanan NKRI, terlebih lagi apabila gerakan separatisme Papua terutama dari OPM kembali muncul secara agresif. Meskipun gerakan separatis di Papua Barat sesungguhnya masih memiliki hambatan—seperti masalah pendanaan—dalam pencapaian tujuannya untuk memisahkan diri dari NKRI, namun menjadi berbeda ketika gerakan separatisme tersebut didukung dan dibantu oleh tentara AS yang ada di sana. Amerika Serikat yang mempunyai militer yang lebih canggih dari Indonesia bisa jadi dengan mudah dapat menjadi aliansi gerakan separatisme di Papua dan menyerang Indonesia. Hal ini menjadi sangat rawan bagi Indonesia terlebih lagi AS menjalin kerjasama militer dengan Australia dimana Darwin menjadi pangkalan militer mereka yang wilayahnya cukup dekat dengan Papua. AS seperti telah mempertimbangkannya dengan matang dan bisa jadi bersiap-siap untuk mendukung gerakan separatisme dan menyerang Indonesia. Keberadaan pangkalan militer AS di Darwin juga dapat menjadi faktor untuk melemahkan kekuatan negara lain. AS yang memiliki basis militer yang kuat dan menjadi salah satu kekuatan hegemon di dunia saat ini memiliki kemampuan untuk mempengaruhi kekuatan militer. Karena apabila disejajarkan keberadaan kekuatan militer di AS dan kekuatan militer negara-negara berkembang itu tidak akan seimbang. Keberadaan militer AS di Darwin yang mengelilingi wilayah Asia Tenggara akan menyudutkan Asia Tenggara dan merupakan suatu bentuk ancaman besar bagi kelangsungan situasi politik di Asia Tenggara, karena pada dasarnya 24 Palakat, Wah ternyata ada 70 Tentara Menyamar di Freeport (online), 2011, <http://www.palakat.com/news/read/8269-wah-ternyata-ada-70-tentara-as-menyamar-di-freeport.html>, diakses 20 April 2012. kelompok militer AS mampu melihat, mengontrol serta mengawasi tindakan yang dilakukan oleh negara di sekelilingnya khususnya Indonesia secara lebih dekat dan intens. Inilah yang menjadi security dilemma bagi Indonesia. Indonesia yang mulai luntur kepercayaannya terhadap AS karena mengirimkan pasukan militernya menyamar menjadi pekerja dan teknisi di PT Freeport menyebabkan adanya kesulitan untuk menentukan apakah tindakan dan militer AS di Darwin mempunyai tujuan ofensif atau defensif. Kesulitan untuk menentukan tindakan sebagai ofensif atau defensif tersebut kemudian yang menimbulkan ketegangan bagi Indonesia. Dalam KTT ASEAN, Menteri Luar Negeri Indonesia, Marty Natalegawa mengecam atas tindakan Amerika Serikat terhadap penempatan pangkalan militer di Darwin, karena lokasi Darwin merupakan sudut terdekat Australia ke wilayah ASEAN, itu dapat mengganggu stabilitas kawasan ASEAN, terutama Indonesia.25 Marty Natalegawa juga menanggapi bahwa apabila keseriusan Amerika Serikat untuk menempatkan pangkalan militer di Darwin, maka harus dibentuk suatu kode etik militer yang sejalan dengan Perjanjian ASEAN dalam menciptakan suatu persahabatan dan Kerjasama dengan saling menghormati dan tinda mengganggu masalah internal negara lain.26 Akan tetapi, Indonesia masih belum melakukan tindakan apapun dalam upaya penolakkan keberadaan pangkalan militer Amerika Serikat di Darwin, karena hal tersebut didasari pada Amerika Serikat merupakan hegemoni di dunia saat ini yang memiliki kekuatan militer yang besar dan kekuatan Amerika Serikat dapat menjadi suatu hubugan yang mana dapat mempengaruhi negara lain, hubungan baik yang telah terjalin antara Indonesia dan Amerika Serikat, membuat Indonesia tidak menolak pangkalan militer di Darwin. Hal tersebut juga dikarenakan Barack Obama terus meyakinkan Indonesia bahwa, keberadaan 25 Jakarta Press, Wah, PKS Curiga SBY Dibungkam AS (Online), 2011, <http://www.jakartapress.com/detail/read/7438/wah-pks-curiga-sby-dibungkam-as>, diakses 17 April 2012. 26 Voice of America, ASEAN Leaders React to Planned US Marine Base in Australia (Online), 2011, <http://www.voanews.com/english/news/asia/east-pacific/ASEAN-Leaders-React-to-Planned-US-Marine-Basein-Australia-134031053.html>, diakses 17 April 2012. pangkalan militer di Darwin bukan ancaman bagi Indonesia27 tetapi untuk menciptakan kestabilitasan di wilayah tersebut dan untuk meningkatkan hubungan kerjasama bilateral dan pelatihan militer antara Amerika Serikat dan Australia.28 Akan tetapi, kedekatan jarak antara Indonesia dengan Darwin menjadi suatu ancaman besar untuk masa depan, apabila kekuatan militer Indonesia tidak mampu menjaga keamanan wilayah Indonesia khususnya di Papua, maka akan dengan mudah kelompok militer Amerika Serikat masuk ke wilayah Papua untuk mengintervensi dalam penyelesaian konflik di Papua dan kemungkinan lepasnya Papua dari Indonesia sangat besar. Di kasus lain, kedekatan jarak Darwin dengan Indonesia menjadi kesempatan Amerika Serikat untuk mengambil kepulauan Natuna milik Indonesia, karena Indonesia belum meratifikasi konvensi 1982 PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS),29 yang dapat memungkinkan Amerika Serikat untuk mengambil kepulauan Natuna, yang terletak dekat Kepulauan Spratly yang disengketakan. Adanya kerjasama pangkalan militer Amerika Serikat dengan Australia di Darwin yang jaraknya sangat dekat dengan Indonesia, mengingatkan Indonesia untuk lebih waspada dengan gerak-gerik Amerika Serikat. Indonesia harus mampu melakukan self-help dalam keamanan. Hal ini ditujukan dalam rangka mempertahankan NKRI. 27 United States Military Base in Darwin Would Disrupt the Asean Region (Online), 2011, http://mbahwo.com/2011/11/united-states-military-base-in-darwin-would-disrupt-the-asean-region/>, diakses 17 April 2012. 28 Press TV, First deployment of US marines arrives in Australia’s Darwin (Online), 2012, <http://www.presstv.ir/detail/234487.html>, diakses 17 April 2012. 29 Asia News Network, Indonesia Cautious over US Spy Base (Online), 2012, <http://www.asianewsnet.net/home/news.php?id=29114&sec=1>, diakses 17 April 2012. BAB IV PENUTUPAN A. Kesimpulan Pengiriman pasukan dan berdirinya pangkalan militer Amerika Serikat di Darwin menimbulkan security dillema dan dapat memunculkan ketidakstabilitasan keamanan bagi Indonesia. Meski berdirinya pangkalan militer tersebut dikatakan AS bertujuan untuk meningkatkan kerjasama militer dengan Australia, tetapi dapat dibalik itu juga mempunyai tujuan untuk mengamankan kepentingannya di wilayah Asia Tenggara, termasuk di Indonesia, khususnya kekayaan alam di Papua terkait keberadaan PT Freeport Indonesia. Dapat dibuktikan dari terungkapnya keberadaan puluhan tentara AS di PT Freeport yang menyamar sebagai pekerja dalam rapat tim pemantau situasi Papua DPR RI dengan menteri lingkungan Polhukam. Penyamaran tersebut dapat diindikasikan sebagai upaya AS untuk mengamankan aset mereka di Papua. Dan ini menjadi peringatan bagi Indonesia untuk lebih waspada dengan keberadaan pasukan dan pangkalan militer AS di Darwin ini karena kelompok militer Amerika Serikat dapat dengan mudah masuk ke wilayah Papua untuk mengintervensi dalam penyelesaian konflik di Papua dan kemungkinan lepasnya Papua dari Indonesia sangat besar. Indonesia harus mampu melakukan self-help dalam keamanan. Hal ini ditujukan dalam rangka menjaga dan mempertahankan wilayah NKRI. DAFTAR PUSTAKA Asia News Network, Indonesia Cautious over US Spy Base (Online), 2012, <http://www.asianewsnet.net/home/news.php?id=29114&sec=1>. Associasion of Southeast Asian Nations, 2012, <www.aseansec.org>. Australia Matters for America, No Hedging in Canberra: The Australia-US Alliance in the “Asian Century” (Online), 2012, <http://www.australiamattersforamerica.org/2012/04/no-hedging-in-canberrathe-australia-us-alliance-in-the-asian-century/>. BBC Indonesia, Indonesia-AS Bicarakan Hubungan Militer (online), 2011, <http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2011/10/111023_panettaindonesia.sht ml>. BBC, Obama Visit: Australia Agrees US Marine Deployment Plan (Online), 2011, <http://www.bbc.co.uk/news/world-asia-15739995>. Darmawan D., Aliansi Australia dalam ANZUS Treaty. http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJARAH/197101011999031WAWAN_DARMAWAN/ANZUS.pdf Fakta Pos, Gerakan Separatis Papua Terpecah (online), 2011, http://www.faktapos.com/nasional/12894/gerakan-separatis-papua-terpecah Mazrieva, E., Marty Natalegawa: Hubungan Indonesia-AS Terbaik Saat Ini (online), <http://www.voaindonesian.com/content/marty-natalegawa-hubunganindonesia-as-terbaik-saat-ini-103574584/84062.html>. Monica Wihardja M., Asia Pacific Bulletin number 142, 8 December 2011, East West Centre, Washington. Muhammad, D., ‘Politisi Australia dan Pasifik Siapkan Gerakan Papua Merdeka’ 2012, (online), <http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/12/02/24/lzuio6politisi-australia-dan-pasifik-siapkan-gerakan-papua-merdeka>. Jakarta Press, Wah, PKS Curiga SBY Dibungkam AS (Online), 2011, <http://www.jakartapress.com/detail/read/7438/wah-pks-curiga-sbydibungkam-as>. Oktaviani H., Australia dalam Pembentukan ANZUS (Australia, New Zealand, United States of America) 1951. <http://www.lontar.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-20156934.pdf>. Palakat, Wah ternyata ada 70 Tentara Menyamar di Freeport (online), 2011, <http://www.palakat.com/news/read/8269-wah-ternyata-ada-70-tentara-asmenyamar-di-freeport.html>. Pramodhawardani, J., Indonesia dan Embargo Amerika (online), <http://metrotvnews.com/read/analisdetail/2010/08/03/54/Indonesia-danEmbargo-Amerika>. The Age, Obama to announce US marine base in Darwin (online), 2011, <http://www.theage.com.au/national/obama-to-announce-us-marine-base-indarwin-20111110-1n9rf.html>. The Sydney Morning Herald, Obama to send marines to Darwin (online), 2011, <http://www.smh.com.au/national/obama-to-send-marines-to-darwin20111116-1njd7.html>. The Wall Street Journal, U.S. to Build Up Military in Australia (online), 2011, <http://online.wsj.com/article/SB1000142405297020353730457702849016189 0480.html>. Press TV, First deployment of US marines arrives in Australia’s Darwin (Online), 2012, <http://www.presstv.ir/detail/234487.html>. PT Freeport Indonesia, Sekilas tentang PT Freeport Indonesia (online), http://www.ptfi.com/about/default.asp Russia Today, 2500 US Marines in Darwin ‘Not a Military Base’ (online), 2012, <http://rt.com/news/usa-australia-darwin-china-185/>. Republika Online, Bayaran Freeport untuk TNI/Polri (online), 2011, <http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/11/10/25/ltm9e5-amankanfreeport-anggota-tnipolri-dapat-imbalan-rp-125-juta>. United States Military Base in Darwin Would Disrupt the Asean Region (Online), 2011, <http://mbahwo.com/2011/11/united-states-military-base-in-darwin- would-disrupt-the-asean-region/>. U.S Department of State, Background Note: Australia (Online), 2012, <http://www.state.gov/r/pa/ei/bgn/2698.htm>. Voice of America, ASEAN Leaders React to Planned US Marine Base in Australia (Online), 2011, <http://www.voanews.com/english/news/asia/east- pacific/ASEAN-Leaders-React-to-Planned-US-Marine-Base-in-Australia134031053.html>. WALHI, Dampak Lingkungan Hidup Operasi Pertambangan Tembaga dan Emas Freeport-Rio Tinto di Papua (online), 2006, <https://docs.google.com/file/d/0B_d10A4iodvOYWZjYzZlODQtMzBiYy00N TY0LTkxN2ItODk4N2JiZGRlNDJm/edit?hl=en_US&pli=1> WALHI, Laporan Dampak Operasi PT. Freeport-Rio Tinto, Publikasi Ulang Riset WALHI 2006 2011, (online), <http://www.walhi.or.id/id/component/content/article/48-publikasi/1613laporan-dampak-operasi-pt-freeport-rio-tinto-publikasi-ulang-riset-walhi2006.html>. West Papua Liberation Organization, Sejarah OPM (online), 2011, <http://oppb.webs.com/sejarahopm.htm>. World Socialist Web, US and Australia discuss joint military base in Indian Ocean (online), 2011, <http://www.wsws.org/articles/2011/nov2011/coco-n21.shtml>.