BAB I WAVEFORMS 1. Repetitive Waveforms and Transiens Ketika suatau kwantitas bervariasi berhubungan dengan kwantitas lain, maka hubungan tersebut dapat ditampilkan dalam suatu grafik. Misalkan suatu dioda semiconductor, arus forward diode (IF) terhadap tegangan forward (VF) jika di gambarkan dalam grafik akan memberikan suatu grafik karakteristik dari diode [gambar 1-1a]. Dengan cara yang sama, grafik juga bisa untuk menampilkan jumlah/kwantitas terhadap waktu. Grafik dari tegangan atau arus DC terhadap waktu biasanya menghasilkan grafik garis lurus, seperti pada gambar 1.1b. Dan tegangan AC menghasilkan grafik yang nilai tegangannya bertambah dan berkurang terhadap waktu. IF Idc Vdc VF t a. Grafik IF terhadap VF diode b. Grafik Idc atau V dc terhadap waktu +V t Vdc -V t c. Grafik Vac terhadap waktu d. Grafik perubahan V dc terhadap waktu Gambar 1.1. Beberapa contoh grafik Pada gambar 1.1c memperlihatkan suatu bentuk gelombang (waveform) sinus tegangan AC. Disini terlihat bahwa tegangan bertambah positif hingga mencapai harga puncak (peak) kemudian akan berkurang melalui nol hingga mencapai harga peak negative dan kembali lagi bertambah menuju nol; kemudian akan berulang terus menerus. Gelombang sinus mengulang siklus (cycle) dari tegangan (atau arus) terhadap waktu. Semua waveform yang terdiri dari identik cycle secara berulang dapat digolongkan sebagai repetitive waveform atau periodic waveform. Untuk mempelajari atau memahami perilaku voltase atau arus gelombang periodik cukup dengan mempelajari hanya satu cycle dari bentuk gelombang periodik bersangkutan. Jika tiap cyle dari tegangan AC tidak identik, bentuk gelombang tersebut di golongkan sebagai aperiodic waveform. Kadang-kadang tegangan DC berubah secara cepat (bertambah atau berkurang) dan kembali lagi ke normal tegangan (gambar 1.1d). Hal ini mungkin terjadi, contoh saat suatu beban tiba-tiba dinyalakan. Gelombang semacam itu di sebut sebagai transient waveform. 2. Display Methods Sejak gelombang elektrik, biasanya dengan periode waktu mili detik atau micro detik, pengukuran manual tidak dapat digunakan untuk membuat grafik lagi. Sebagai gantinya piranti instrumentasi digunakan untuk pembacaan secara actual dari tegangan atau arus terhadap waktu. Salah satu instrumentasi adalah strip chart recorder (gambar 1-2). Instrumen lain yang paling sering digunakan adalah Cathode-Ray Oscilloscope atau sering disebut sebagai oscilloscope saja, oscilloscope ini cukup sanggup mengukur untuk frekuensi tinggi. Arah kertas Sistem Deflaksi V Pen V t R Lengan Ayun Gambar 1.2. Strip Chart Recorder a. Satu Siklus Gelombang b. Dua Siklus Gelombang Gambar 1.3. Tampilan Oscilloscope 3. Jenis Waveform Sinusoidal (gel. Sinus). Kebanyakan gelombang elektrik adalah gelombang sinus, seperti pada berikut. Sine Wave Half-wave Rectified Positive Negative Full-wave Rectified Positive Negative Gambar 1.4. Bentuk Gelombang Sinus Rectangular (gel. Kotak). Saat tegangan dc tiba-tiba berubah dari suatu level ke level tegangan yang lain, perubahan ini kita sebut sebagai a step change, Perubahan ini bisa positif atau negatif seperti pada gambar 1.5. Saat durasi t 1 untuk level atas (upper) dc sama dengan durasi t2 untuk level bawah (lower), kita sebut sebagai square wave. Saat t1 dan t2 tidak sama, gelombang ini biasanya disebut sebagai pulse waveform. V Perubahan Tegangan DC V t Perubahan Positif t Perubahan Negatif Gelombang Kotak t1 t2 T t1 t2 t1 T t2 Gelombang Pulsa T Gambar 1.5. Bentuk Gelombang Kotak Ramp. Adalah gelombang yang terbentuk dengan perubahan tegangan (bertambah atau berkurang) yang konstan terhadap waktu. Suatu ramp yang berulang dari positive ramp langsung diikuti negative ramp biasa disebut sebagai triangular waveform (gel. Segitiga). Jika salah satu ramp lebih lebar dari yang lain biasanya disebut sebagai sawtooth waveform (gel. Gigi gergaji). Perubahan Tegangan Ramp V V t Ramp Positif t Ramp Negatif Gelombang Segitiga (Triangular) Gelombang Gigi Gergaji (Sawtooth) Gambar 1.6. Bentuk Gelombang Ramp Exponential. Pada gelombang ini level tegangan bervariasi terhadap waktu menurut rumus V kt dan adlah kt atau V exponential , dimana t adalah waktu, k adalah konstanta constant (=2,718). Macam-macam gelombang eksponensial dapat dilihat pada gambar 1.7. berikut: V Perubahan Tegangan Eksponensial V t Perubahan Positif t Perubahan Negatif Gelombang Eksponensial Kombinasi Eksponensial dan Step Gelombang Spike Gambar 1.7. Bentuk Gelombang Eksponensial 4. Karakteristik Gelombang-Gelombang Pulsa Anggap suatu pulsa ideal seperti pada gambar 1.8. Pada kasus tertentu pulse positif terhadap ground. Amplitudo pulsa dengan mudah diukur dari level atas tegangan pada pulsa terhadap ground. Pada tepi pertama pulsa (t=0) disebut sebagai leading edge, dan pada tepi kedua disebut sebagai trailing edge atau lagging edge. Leading Edge V Pulse Amplitude Trailing Edge Pulse Width Space Width T t Gambar 1.8. Gelombang Pulsa Ideal Waktu periode T adalah waktu diukur dari leading edge pulsa pertama hingga leading edge pulsa berikutnya. Jika T=1 dt, maka kemudian pulse repetition frequency (PRF) adalah 1 cycle/sec, atau 1 pulse per sec (pps), atau PRF=1/T pps. Waktu yang di ukur dari leading edge hingga trailing edgepada satu pulsa disebut dengan pulse width (PW), pulse duration (PD) atau mark length. Waktu antara pulsa disebut sebagai space width. Perbandingan atara lebar pulsa (PW) terhadap waktu sering disebut sebagai duty cycle (siklus kerja) dan perbandingan mark to space (M/S). DutyCycle PW 100% T M PW ratio S SpaceWidth dan (1-1) (1-2) Contoh 1-1 Tentukan amplitudo, PRF, PW, duty cycle dan M/S ratio. Jika diketahui bentuk gelombang pulsa seperti pada gambar 1.9, skala vertikal 1 V per div dan skala horisontal 0,1 ms per div. Gambar 1.9. Gelombang Pulsa pada Oscilloscope Jawab Amplitudo = (4,5 div) x (1 V/div) = 4,5 Volt T = (6 div) x (0,1 ms/div) = 0,6 ms PRF = 1/T = 1/0.6 ms = 1666 pps PW = (2,5 div) x (0,1 ms/div) = 0,25 ms Space Width = 3,5 x 0,1 ms = 0,35 ms Duty Cycle M/S = PW 100% T = 0,25ms 100% =41,6% 0,6ms = PW 0,25ms = SpaceWidth 0,35ms = 0,71 Pulsa pada gambar 1.9 tampak sangat ideal, dimana bagian atas flat dengan sempurna dan bagian vertikal juga flat ke bawah atau ke atas dengan sempurna. Meskipun begitu, jika kita mengukur dalam keadaan sebenarnya maka akan kita temukan bahwa bagian atas pulsa tidak pernah flat sempurna. Amplitudo dari lagging edge biasanya lebih kecil dari leading edge. Pada banyak kasus kemiringan (slope) bagian atas pusla sangat kecil sehingga tidak dengan mudah diukur. E2 E1 E Space PW 90% 10% tr tf T a. E3 E1 E E2 b. Gambar 1.10. Gelombang Pulsa pada Oscilloscope Pada kasus lainnya, seperti pada gambar 1.10, kemiringan bagian atas pulsa tampak jelas. Tegangan pulsa tidak dengan cepat berubah dari nol ke level maksimum, dan juga tidak dengan cepat berubah dari level maksimum ke nol. Kenyataannya terdapat rise time tr dan fall time tf pada tepi leading dan lagging. Jika PW diukur dekat dengan bagian atas pulsa hasilnya akan sangat berbeda jika diukur dekat dengan bagian bawah pulsa. Oleh karena itu PW diukur dari tengah amplitudo dan space width diukur seperti pada PW yaitu pada tengah amplitudo. Jumlah dari PW dan SW selalu sama dengan time period (T). PW + SW = T Masih pada gambar 1.10, E1 adalah tegangan maksimum amplitudo pulsa, E2 adalah tegangan minimum amplitudo dan E tegangan rata-rata pulsa amplitudo adalah : E E1 E2 2 Waktu naik tr (rise time) adalah Waktu naik mulai dari 10% hingga 90%. Dengan cara yang sama untuk waktu turun tf (fall time) yaitu dari 90% hingga 10%. Kemiringan (Tilt atau Slope) pada puncak gelombang adalah : Tilt E3 100% E (1-3) E1 E2 100% E Sedangkan pada gambar 1-10(b), gelombang adalah gelombang yang simetris antara atas dengan bawah ground. Meskipun terdapat Tilt, leading dan trailing nya mempunyai amplitudo yang sama. Jika E1 diukur keseluruhan dari leading dan E2 diukur keseluruhan dari trailing, persamaan 1-3 akan menghasilkan 0 Tilt. Maka E1 dan E2 diukur dari ground, sehingga : Tilt E1 E2 100% 2E Contoh 1-2 Pada gambar 1-10(a), tentukan amplitudo, tilt, tr, tf, PW, PRF, perbandingan M/S, dan duty cycle. Untuk gambar 1-10(b) tentukan tilt. V/div : 100 mV/div, T/div : 100µs/div. Jawab a. Amplitudo, E E1 E2 380mV 330mV 355mV 2 2 Tilt E1 E2 100% E 380mV 330mV 100% 14,1% 355mV t r (0,3div) (100s / div) 30s t f (0,4div ) (100s / div ) 40s T (6,1div ) (100s / div ) 610s PRF 1 / T 1 / 610s 1639 pps PW (2,2div ) (100s / div ) 220s space width (3,9div ) (100s / div ) 390s M /S 220s 0,564 390s duty cycle b. 220s 100% 36,1% 610s E1 (2,5div) (100mV / div) 250mV E2 (2div) (100mV / div) 200mV Tegangan Rata2= E1 Tilt E1 E2 250mV 200mV 225mV 2 2 250mV 200mV 100% 11,1% 2 225mV V+=+12 V Vav=6 V V+=+6 V Vav =0 V V-=0 V T t V-=-6 V T t 0 1 2 3 0 ms a 1 2 3 ms b Gambar 1.11. Gelombang Pulsa Dengan Peak To Peak Yang Sama, Beda Tegangan Rata-Rata Gelombang kotak pada gambar 1.11(a) terlihat simetris pada atas dan bawah ground. Peak positif dan negatif memiliki amplitudo yang sama dan juga lebarnya (t1=t2). Ini berarti tegangan rata-rata nya sama dengan nol, jika ini diukur dengan multitester maka akan menunjukkan nilai nol. Tegangan rata-rata dari gelombang tersebut adalah : Vav Tegangan Rata-Rata (V t1 ) (V t 2 ) T Maka untuk gambar 1-11(a) Vav (6V 1ms) (6 1ms) 0V 2ms Selanjutnya untuk gambar 1-11(b) Vav (12V 1ms) (0) 6V 2ms Contoh 1-3 Tentukan tegangan rata-rata dari pulsa berikut : a. 12 V Vav t1 t2 T 0 1 2 t 3 4 5 6 ms (1-4) b. 10 V Vav 2V 0 1 2 3 4 5 6 ms t c. 12 V Vav 2V 0 1 2 3 4 t Jawab a. Vav (V t1 ) (V t 2 ) T (12V 1ms) (0 3ms) 4ms =3V b. Vav (10V 1ms) (2V 3ms) 4ms =1V c. Vav (14V 1ms) (2V 3ms) 4ms =5V 5 6 ms