BAB II Telaah Morfologis terhadap Ragam Bahasa

advertisement
BAB II
Telaah Morfologis terhadap Ragam Bahasa Remaja
dalam Media Jejaring Sosial Facebook
Penelitian ini menelaah ihwal penggunaan bahasa remaja dalam Facebook
ditinjau dari sisi morfologisnya. Oleh karena itu, bab ini memuat pengertian morfologi
dan proses morfologis. Berikut penjelasan mengenai proses afiksasi dan abreviasi juga
turut dihadirkan di dalam bab ini. Bab ini juga membahas peran bahasa dalam masyarakat
dan ragam bahasa, khususnya bahasa gaul. Akhir bab berisi penjelasan mengenai media
jejaring sosial dan sejarah Facebook.
2.1 Morfologi
Kata merupakan unsur penting dalam memahami suatu bahasa sebagai alat
komunikasi. Oleh karena itu, kajian terhadap bahasa dapat difokuskan pada kata dan
proses pembentukannya. Cabang linguistik yang mempelajari kata dan pembentukannya
disebut morfologi.
Morfologi dalam definisi O‟Grady (1996) dinyatakan sebagai sebuah sistem
kategori dan aturan yang berkaitan dengan pembentukan kata dan interpretasinya.
Sedangkan Ramlan (1985) mengatakan bahwa morfologi merupakan salah satu cabang
linguistik yang mempelajari atau mengkaji atau menelaah seluk beluk bentuk kata serta
pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap kelas kata dan makna kata. Atau
dengan kata lain, bahwa morfologi mempelajari seluk beluk bentuk kata serta fungsi
Runtun Rima Ultima, 2012
Ragam Bahasa Remaja : studi terhadap Pemakaian Bahasa oleh ramaja dalam Media Sosial
Facebook
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatikal, maupun fungsi semantik.
Morfologi berkaitan dengan kajian pembentukan kata melalui proses penggabungan
morfem yang satu dengan morfem yang lain.
Senada dengan dua pendapat di atas, Kridalaksana (1996) mengatakan bahwa
morfologi dipandang sebagai subsistem yang berupa proses yang mengolah leksem
menjadi kata. Dalam pengertian ini leksem sebagai satuan leksikal, sedangkan kata
sebagai satuan gramatikal. Berdasarkan pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa kajian
terkecil dari morfologi adalah morfem dan kajian terbesar adalah kata.
2.1.1 Morf, Morfem, dan Kata
Morf adalah satuan bentuk terkecil yang sudah mempunyai arti. Pada hakikatnya
morf adalah deretan fonem yang dituliskan secara fonemis. Dalam bahasa Indonesia kita
jumpai kata seperti rumah, berumah, rumah-rumah, di rumah, dan sebagainya. Dengan
melihat deretan bentuk itu saja, kita dapat memerikan bahwa ada bagian bentuk yang
dapat kita pisahkan dengan mudah, yaitu rumah. Dengan demikian kita dapat
menetapkan bahwa / r u m a h/, / b e r /, / d i/ merupakan satuan terkecil yang bermakna.
Satuan-satuan itu masing-masing disebut dengan morf.
Satuan meN- yang mempunyai struktur fonologik mem-, men-, meny-, meng-, dan
me-, misalnya pada membawa, mendatang, menyuruh, menggali, dan melerai. Bentukbentuk mem-, men-, meny-, meng-, dan me-, masing-masing disebut dengan morf, yang
semuanya merupakan alomorf dari morfem meN-. Contoh lain, morfem ber-, yang terdiri
atas morf ber- pada kata berjalan, morf be- pada kata bekerja, morf bel- pada kata
belajar. Morf ber-, be-, dan bel-, ketiganya merupakan alomorf morfem ber-.
Runtun Rima Ultima, 2012
Ragam Bahasa Remaja : studi terhadap Pemakaian Bahasa oleh ramaja dalam Media Sosial
Facebook
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Definisi morfem itu sendiri adalah komponen struktur kata yang paling penting
dan merupakan sebuah unit bahasa terkecil yang memiliki informasi mengenai makna
atau fungsi (O‟Grady, 1996). Jadi, morfem merupakan bentuk yang paling kecil yang
mempunyai arti yang terdapat dalam pembentukan kata. Sebuah morfem dapat terbentuk
dari satu atau dua bunyi atau beberapa bunyi yang mempunyai sebuah unit yang
bermakna.
Menurut Chaer (1994) sebuah morfem merupakan segmen terkecil dari bahasa
yang harus memenuhi kriteria: (a) mempunyai arti, (b) tidak dapat dipisahkan ke dalam
bentuk yang lebih kecil tanpa mengubah artinya atau tanpa bagian-bagian yang berati,
dan (c) dapat muncul pada lingkungan verbal tertentu dengan arti yang tetap. Kata
memperbesar, misalnya, dapat dipilah menjadi mem – perbesar kemudian dipilah lagi
menjadi per – besar.
Jika satuan besar dipilah lagi, maka be dan sar masing-masing tidak mempunyai
makna. Satuan seperti mem-, per-, besar disebut morfem. Morfem yang dapat berdiri
sendiri, seperti besar, dinamakan morfem bebas, sedangkan yang melekat pada satuan
lain, seperti mem- dan per- dinamakan morfem terikat. Dengan batasan itu, maka sebuah
morfem dapat berupa kata (seperti besar di atas), tetapi sebuah kata dapat terdiri atas satu
morfem atau lebih. Contoh, kata memperbesar di atas adalah satu kata yang terdiri atas
tiga morfem, yakni dua morfem terikat mem- dan per- serta satu morfem bebas besar.
Satuan besar itu sendiri terdiri atas satu morfem yang kebetulan juga satu kata
O‟Grady (1996) menjelaskan bahwa sebuah morfem yang mampu menjadi sebuah
kata dengan berdiri sendiri disebut morfem bebas (free), sementara itu morfem yang
harus dilekatkan pada bentuk lain disebutkan morfem terikat (bound).
Runtun Rima Ultima, 2012
Ragam Bahasa Remaja : studi terhadap Pemakaian Bahasa oleh ramaja dalam Media Sosial
Facebook
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Setiap morfem bebas disebut dengan bentuk dasar atau asal, dan morfem terikat
dapat berwujud afiks. Kata dalam bahasa Indonesia dapat berbentuk kompleks dan dapat
pula berbentuk tunggal. Bentuk tunggal terdiri atas sebuah morfem, sedangkan bentuk
kompleks dapat terdiri atas lebih dari satu morfem. Morfem imbuhan selalu merupakan
morfem terikat.
Berdasarkan pentingnya morfem dalam berkombinasi dengan morfem lain dapat
diklasifikasikan menjadi morfem dasar dan morfem imbuhan. Pada setiap kombinasi,
morfem dasar itu selalu ada, karena memang menjadi dasar bentukan yang lebih besar
daripada morfem dasar itu sendiri. Tetapi morfem imbuhan tidak selalu harus ada dalam
kombinasi. Tidak pernah ada suatu bentuk yang hanya terdiri dari atas kombinasi dari
morfem-morfem imbuhan saja.
Para tata bahasawan tradisional biasanya memberi pengertian terhadap kata
bardasarkan arti dan ortografi. Menurut mereka kata adalah satuan bahasa yang memiliki
satu pengertian, atau kata adalah deretan huruf yang diapit oleh dua spasi, dan
mempunyai satu arti.
Kata adalah satuan bebas yang paling kecil, atau dengan kata lain, setiap satu
satuan bebas merupakan kata (Chaer, 1994). Jadi satuan-satuan rumah, duduk, penduduk,
kedudukan, dan sebagainya, masing-masing merupakan kata, karena masing-masing
merupakan satuan-satuan bebas.
Satuan-satuan dari, kepada, sebagai, tentang, karena, meskipun, lah dan
sebagainya, juga termasuk golongan kata. Satuan-satuan tersebut meskipun tidak
mempunyai satuan bebas, tetapi secara gramatikal mempunyai sifat bebas.
Runtun Rima Ultima, 2012
Ragam Bahasa Remaja : studi terhadap Pemakaian Bahasa oleh ramaja dalam Media Sosial
Facebook
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Satuan-satuan rumah makan, kamar mandi, kamar tidur, dan sebagainya
sekalipun terdiri atas dua satuan bebas, juga termasuk golongan kata, karena satuansatuan tersebut memiliki sifat sebagai kata, yang membedakan dirinya dari frase.
Berdasarkan contoh di atas, jelas bahwa kata itu dapat berupa morfem tunggal dan
dapat berupa morfem kombinasi. Kata merupakan satuan yang lebih tinggi dari morfem,
karena kata dapat dipergunakan secara langsung dalam tuturan, sedangkan morfem belum
tentu.
Ditinjau dari fungsinya sebagai unsur tuturan, ada dua macam kata, yaitu kata
yang langsung dapat dipergunakan sebagai unsur tuturan, dan yang lebih dahulu harus
melaui proses morfemis. Yang pertama berupa morfem tunggal bebas, dan yang kedua
berupa morfem tunggal terikat. Berangkat dari uraian di atas, kata juga dapat
diklasifikasikan menjadi kata leksikal, kata morfologis, dan kata semantis.
Kata mempunyai dua macam satuan, yaitu satuan fonologik dan satuan
gramatikal. Sebagai satuan fonologik, kata terdiri dari satu atau beberapa suku, dan suku
terdiri dari satu atau beberapa fonem. Kata belajar, terdiri dari tiga suku, yaitu be, la, dan
jar. Suku be terdiri dari dua fonem, suku la terdiri dari dua fonem, suku jar terdiri dari
tiga fonem. Sebagai satuan gramatik, kata terdiri atas satu atau beberapa morfem. Kata
belajar terdiri atas dua morfem, yaitu morfem ber- dan morfem ajar.
2.2 Proses Morfologis
Proses morfologis ialah proses pembentukan kata-kata dari satuan lain yang
merupakan bentuk dasarnya (Ramlan, 1985). Lebih lanjut Ramlan mengatakan bahwa
dalam bahasa Indonesia terdapat tiga proses morfologis, yaitu (1) afiksasi (proses
Runtun Rima Ultima, 2012
Ragam Bahasa Remaja : studi terhadap Pemakaian Bahasa oleh ramaja dalam Media Sosial
Facebook
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pembubuhan afiks), (2) proses pengulangan, dan (3) proses pemajemukan. Sedangkan
Kridalaksana (1996), mengatakan bahwa proses morfologis meliputi (1) afiksasi, (2)
reduplikasi, (3) komposisi, (4) abreviasi, (5) derivasi zero, (6) derevasi balik, dan (7)
metanalisis.
Menurut Chaer (2008:25) proses morfologi pada dasarnya adalah proses
pembentukan kata dari sebuah bentuk dasar melalui pembubuhan afiks (dalam proses
afiksasi), pengulangan (dalam proses reduplikasi), penggabungan (dalam proses
komposisi), pemendekkan (dalam proses akronimisasi), dan pengubahan status (dalam
proses konversi).
Proses morfologi melibatkan komponen (1) bentuk dasar, (2) alat pembentuk
(afiksasi, reduplikasi, komposisi, akronimisasi, dan konversi), (3) makna gramatikal, dan
(4) hasil proses pembentukan.
Berikut ini akan di bicarakan proses-proses morfologis yang berkenaan dengan
afiksasi dan abreviasi.
2.2.1 Afiksasi (Proses Pembubuhan Afiks)
Pembahasan mengenai afiks dapat ditemukan dalam setiap buku linguistik umum
dan morfologi. Menurut Chaer (2003:8) proses afiksasi adalah proses pembubuhan afiks
pada bentuk dasar, baik dalam membentuk verba turunan, nomina turunan, maupun
kategori turunan lainnya. Sedangkan afiks adalah morfem terikat yang dilekatkan pada
morfem dasar atau akar (Fromkin dan Rodman, 1998:519).
Ramlan (1985) menyatakan afiksasi adalah proses mengubah leksem menjadi kata
kompleks. Dari semua pendapat diatas penulis berkesimpulan bahwa afiksasi merupakan
Runtun Rima Ultima, 2012
Ragam Bahasa Remaja : studi terhadap Pemakaian Bahasa oleh ramaja dalam Media Sosial
Facebook
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
proses pembubuhan afiks pada suatu satuan, baik satuan berupa bentuk tunggal maupun
bentuk kompleks. Dalam proses ini, leksem (1) berubah bentuknya, (2) menjadi kategori
kelas kata tertentu, (3) berubah maknanya.
Kata yang dibentuk dari satuan lain (kata lain) pada umumnya mengalami
tambahan bentuk pada kata dasarnya. Kata seperti berjalan, bersepeda, bertiga,
ancaman, gerigi, berdatangan terdiri atas enam bentuk dasar jalan, sepeda, tiga, ancam,
gigi, dan datang, yang masing-masing dilekati bentuk yang berwujud ber-, ber-, ber-, an, -er-, ber-an. Bentuk (morfem) terikat yang dipakai untuk menurunkan kata
dinamakan afiks atau imbuhan. Atau dengan menggunakan konsep Ramlan (1985), afiks
adalah suatu satuan gramatik terikat yang di dalam suatu kata merupakan unsur yang
bukan kata dan bukan pokok kata, yang memiliki kesanggupan melekat pada satuansatuan lain untuk membentuk kata baru.
Afiks bahasa Indonesia menurut posisi melekatnya pada bentuk dasar biasanya
dibedakan menjadi prefiks, infiks, sufiks, konfiks, dan simulfiks. Berikut pengertiannya
menurut Alwi dll., (1998):
(1) Prefiks disebut juga awalan. Prefiks adalah afiks yang ditempatkan di bagian muka
suatu kata dasar. Istilah ini berasal dari bahasa Latin praefixus yang berarti melekat
(fixus, figere) sebelum sesuatu (prae).
Contoh: ajar + meN-  mengajar
(2) Sufiks atau akhiran adalah afiks yang digunakan di bagian belakang kata. Istilah ini
juga berasal dari bahasa Latin suffixus yang berarti melekat (fixus, figere) di bawah
(sub).
Contoh: beli + -kan  belikan
Runtun Rima Ultima, 2012
Ragam Bahasa Remaja : studi terhadap Pemakaian Bahasa oleh ramaja dalam Media Sosial
Facebook
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
(3) Infiks atau sisipan adalah afiks yang diselipkan di tengah kata dasar. Dalam bahasa
Latinnya adalah infixus yang berarti melekat (fixus, figere) di dalam (in).
Contoh: getar + -em-  gemetar
(4) Konfiks disebut juga ambifiks atau sirkumfiks. Secara etimologis dari bahasa Latin,
ketiga istilah ini memiliki kesamaan arti. Kon- berasal dari kata confero yang berarti
secara bersamaan (bring together), ambi- berasal dari kata ambo yang berarti keduaduanya (both), dan sirkum- berasal dari kata circumdo yang berarti ditaruh
disekeliling (put around) (Gummere dan Horn, 1955). Menurut Alwi dll. (1998:32)
konfiks adalah gabungan prefiks dan sufiks yang membentuk suatu kesatuan dan
secara serentak diimbuhkan.
Contoh: ke-an + pergi  kepergian
(5) Simulfiks, definisinya dapat dilihat dari asal katanya dalam bahasa Latin simulatus
„bersamaan, membentuk‟ dan fixus „melekat‟. Menurut Kridalaksana dll. (1985: 20),
simulfiks adalah afiks yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri segmental yang
dileburkan pada bentuk dasar. Dalam bahasa Indonesia, simulfiks dimanifestasikan
dengan nasalisasi dari fonem pertama suatu bentuk dasar. Simulfiks masih dianggap
hanya terdapat dalam bahasa Indonesia tidak baku,
Contoh: kopi  ngopi
Dalam proses afiksasi sebuah kata akan terjadi proses morfofonemik. Proses
morfofonemik merupakan peristiwa fonologis yang terjadi karena pertemuan morfem
dengan morfem. Proses morfofonemik dalam bahasa Indonesia hanya terjadi dalam
realisasi pertemuan morfem dasar dengan realisasi afiks, baik prefiks, sufiks, infiks
Runtun Rima Ultima, 2012
Ragam Bahasa Remaja : studi terhadap Pemakaian Bahasa oleh ramaja dalam Media Sosial
Facebook
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
maupun konfiks. Morfofonemik merupakan subsistem yang menghubungkan morfologi
dan fonologi.
2.2.1.1 Proses Morfofonemik
Morfofonemik berkaitan dengan struktur bahasa yang menggambarkan pola
fonologis dari suatu morfem. Pola fonologis yang dimaksud adalah adanya penambahan,
pengurangan, penggantian fonem, atau perubahan tekanan. Morfofonemik dianggap
sebagai tataran tersendiri struktur linguistik antara gramatika dan fonologi.
Kemudian, Hockett (1958) mengemukakan bahwa setiap frase menyangkut
bentuk fonemik morfem sebagai kajian morfofonemik. Oleh sebab itu, Hockett
menekankan, morfofonemik merupakan inti kajian bahasa.
Dalam bahasa Indonesia yang terkenal ialah perubahan-perubahan fonem nasal
yang berwujud /N/ di depan fonem /b/, /p/, /m/, /t/, /d/, /j/, /c/ dan lain-lain. Oleh karena
itu, dalam bahasa Indonesia sedikitnya terdapat tiga proses morfofonemik, yaitu (1)
proses perubahan fonem, (2) proses penambahan fonem, dan (3) proses hilangnya fonem.
Jadi, pada kesimpulannya morfofonemik adalah suatu kajian tentang perubahanperubahan pada fonem yang disebabkan oleh hubungan antara dua morfem atau lebih.
Morfofonemik merupakan subsistem yang menghubungkan morfologi dan fonologi. Di
dalamnya dipelajari bagaimana morfem yang direalisasikan dalam tingkat fonologi.
2.2.1.1.1 Proses Perubahan Fonem
Proses perubahan fonem, misalnya terjadi sebagai akibat pertemuan morfem meNdan peN- dengan bentuk dasarnya. Fonem /N/ pada kedua morfem itu berubah menjadi
Runtun Rima Ultima, 2012
Ragam Bahasa Remaja : studi terhadap Pemakaian Bahasa oleh ramaja dalam Media Sosial
Facebook
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
/m, n, ñ, ŋ/, hingga morfem meN- menjadi mem-, men-, meny-, dan meng-, dan morfem
peN- berubah menjadi pem-, pen-, peny-, peng-. Perubahan itu tergantung pada bentuk
dasar yang mengikutinya.
(1) Fonem /N/ pada morfem meN- dan peN- berubah menjadi fonem /m/ apabila bentuk
dasar yang mengikutinya berawal dengan /p, b, f/.
Misalnya:
meN- + bawa ----> membawa
meN- + pukul
----> memukul
meN- + fasakh ----> memfasakh
peN- + periksa ----> pemeriksa
peN- + fitnah
----> pemfitnah.
(2) Fonem /N/ pada meN- dan peN- berubah menjadi fonem /n/ apabila bentuk dasar yang
mengikuti berawal dengan fonem /t, d, s/.
Misalnya:
meN- + tulis
----> menulis
meN- + dapat
----> mendapat
meN- + sinyalir ----> mensinyalir
peN- + dapat
----> pendapat
(3) Fonem /N/ pada morfem meN- dan peN- berubah menjadi /ñ/ apabila bentuk dasar
yang mengikutinya berawal dengan /s/.
Misalnya:
meN- + sapu ----> menyapu
Runtun Rima Ultima, 2012
Ragam Bahasa Remaja : studi terhadap Pemakaian Bahasa oleh ramaja dalam Media Sosial
Facebook
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
peN- + suluh ----> penyuluh
(4) Fonem /N/ pada meN- dan peN- berubah menjadi /ŋ/ apabila bentuk dasar yang
mengikutinya berawal dengan fonem /k, g, h, dan vokal/.
Misalnya:
meN- + kutip
----> mengutip
meN- + gaji
-----> menggaji
meN- + hukum ----> menghukum
meN- + usir
----> mengusir
peN- + angkut ----> pengangkut
peN- + hokum ----> penghukum
2.2.1.1.2 Proses Penambahan Fonem
Proses penambahan fonem, terjadi sebagai akibat pertemuan meN- dengan bentuk
dasarnya yang terdiri dari satu suku. Fonem tambahannya adalah /e/, sehingga meNberubah menjadi menge-. Perhatikan contoh berikut ini.
meN- + bom ----> mengebom
peN- + cat ----> pengecat
meN- + bor ----> mengebor
peN- + bor ----> pengebor
Selain itu akibat pertemuan morfem –an, ke-an, peN-an dengan bentuk dasarnya,
terjadi penambahan fonem /?/ apabila bentuk dasarnya berakhir dengan vokal /a/,
penambahan /w/ apabila bentuk dasarnya itu berakhir dengan /u, o, aw/, dan terjadi
penambahan /y/ apabila bentuk dasar itu berakhir dengan /i, ay/, misalnya -an + hari
Runtun Rima Ultima, 2012
Ragam Bahasa Remaja : studi terhadap Pemakaian Bahasa oleh ramaja dalam Media Sosial
Facebook
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
menjadi hari(y)an; ke-an + raja menjadi keraja(?)an; peN-an + temu menjadi
pertemu(w)an; peN- an + ada menjadi pengada(?)an
2.2.1.1.3 Proses Hilangnya Fonem
Proses hilangnya fonem /N/ pada meN- dan peN- terjadi sebagai akibat pertemuan
morfem meN- dan peN- dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem /l, r, y, w, dan
nasal/, misalnya meN- + lerai menjadi melerai; peN- + lerai menjadi pelerai; meN- +
rusak menjadi merusak; peN- + rusak menjadi perusak; meN- + wakil menjadi mewakili;
peN- + waris menjadi pewaris; meN- + yakin menjadi meyakinkan; peN- + lupa menjadi
pelupa; dan sebagainya.
Fonem /r/ pada morfem ber-, per-, dan ter- hilang sebagai akibat pertemuan
morfem-morfem itu dengan bentuk dasar yang berawal dengan /r/ dan bentuk dasar yang
suku pertamanya berakhir /er/, misalnya ber- + rantai menjadi berantai, ber- + ternak
menjadi beternak; per- + raga menjadi peraga; ter- + rasa menjadi terasa; dan
sebagainya.
Fonem-fonem /p, t, s, k/ pada awal morfem hilang akibat pertemuan dengan
morfem meN- dan peN- dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem-fonem itu,
misalnya meN- + pakai menjadi memakai; meN- + tulis menjadi menulis; peN- + pakai
menjadi pemakai; meN- + karang menjadi mengarang; peN- karang menjadi pengarang,
dan sebagainya.
Runtun Rima Ultima, 2012
Ragam Bahasa Remaja : studi terhadap Pemakaian Bahasa oleh ramaja dalam Media Sosial
Facebook
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2.2.2 Abreviasi (Pemendekan)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:3) abreviasi adalah pemendekan
bentuk sebagai pengganti bentuk yang lengkap; bentuk singkatan tertulis sebagai
pengganti kata atau frasa. Hal yang senada dikemukakan oleh Arifin & Junaiyah (2009),
abreviasi merupakan proses morfologis yang berupa penanggalan satu atau beberapa
satuan kata atau kombinasi kata, sehingga membentuk kata baru. Istilah lain untuk
abreviasi adalah pemendekan, sedang hasil prosesnya disebut kependekan..
Sejalan dengan pendapat Arifin dan Junaiyah, Kridalaksana (1993:1) menyatakan
bahwa abreviasi merupakan proses morfologis berupa penanggalan satu atau beberapa
bagian dari kombinasi leksem sehingga terjadi bentuk baru yang berstatus kata. Abreviasi
ini menyangkut penyingkatan, pemenggalan, akronimi, kontraksi, lambang huruf.
Berdasarkan pendapat para linguis di atas penulis berkesimpulan abreviasi adalah
proses penanggalan bagian-bagian leksem atau gabungan leksem sehingga menjadi
sebuah bentuk singkat, tetapi maknanya tetap sama dengan makna bentuk utuhnya.
Pemendekan merupakan proses yang cukup produktif dan terdapat hampir pada semua
bahasa. Produktifnya proses pemendekan ini karena keinginan untuk menghemat tempat
(tulisan) dan tentu juga ucapan. Dalam bahasa Indonesia pemendekan ini menjadi sangat
produktif adalah karena bahasa Indonesia seringkali tidak mempunyai kata untuk
menyatakan suatu konsep yang agak pelik.
Sebagaimana diuraikan di atas, abreviasi terdiri dari berbagai jenis, yaitu:
(1) Pemenggalan, yaitu proses pemendekan yang mengekalkan salah satu bagian kata
atau leksem, seperti prof. (profesor), bu (Ibu), pak (Bapak), dan sebagainya.
Runtun Rima Ultima, 2012
Ragam Bahasa Remaja : studi terhadap Pemakaian Bahasa oleh ramaja dalam Media Sosial
Facebook
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
(2) Kontraksi, yaitu proses pemendekan yang meringkaskan kata atau leksem dasar atau
gabungan kata atau leksem dasar, seperti tak (dari tidak), takkan (dari tidak akan),
berdikari (dari berdiri di atas kaki sendiri), dan sebagainya;
(3) Akronim, yaitu pembentukan kata melalui penggabungan huruf-huruf awal urutan
kata atau bagian tertentu dari kata-kata yang berurutan, misalnya kata raker (rapat
kerja), rapim (rapat pimpinan), polwan (polisi wanita), dan sebagainya;
(4) Penyingkatan, yaitu salah satu proses pemendekan berupa huruf atau gabungan huruf,
yang dieja huruf demi huruf, seperti KKN (Kuliah Kerja Nyata), DKI Ddaerah
Khusus Ibukota), DPR (Dewan Perwakilan Rakyat, dsb. (dan sebagainya), dll. (dan
lain-lain).
(5) Lambang huruf, yaitu proses pemendekan yang menghasilkan satu huruf atau lebih
yang menggambarkan konsep dasar kuantitas, satuan, atau unsur, seperti kg
(kilogram), g (gram), dan sebagainya.
Seperti yang telah penulis kemukakan pada bab sebelumnya bahwa penelitian ini
membahas tentang ragam bahasa remaja dalam media jejaring sosial Facebook, pada bab
ini juga akan dibahas beberapa teori yang berhubungan dengan ragam bahasa remaja dan
penjelasan mengenai media jejaring sosial serta sejarah Facebook itu sendiri. Teoriteorinya adalah sebagai berikut:
2.3 Peran Bahasa dalam Masyarakat
Bahasa mempunyai peranan yang sangat penting dalam hidup manusia. Manusia
sudah menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi antarsesamanya sejak berabad-abad
silam. Bahasa hadir sejalan dengan sejarah sosial komunitas-komunitas masyarakat atau
Runtun Rima Ultima, 2012
Ragam Bahasa Remaja : studi terhadap Pemakaian Bahasa oleh ramaja dalam Media Sosial
Facebook
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
bangsa. Pemahaman bahasa sebagai fungsi sosial menjadi hal pokok manusia untuk
mengadakan interaksi sosial dengan sesamanya.
Bahasa bersifat manasuka (arbitrer). Oleh karena itu, bahasa sangat terkait dengan
budaya dan sosial ekonomi suatu masyarakat penggunanya. Hal ini memungkinkan
adanya diferensiasi kosakata antara satu daerah dengan daerah yang lain.
Bahasa tidak terlepas dari perkembangan budaya manusia. Bahasa berkembang
sejalan dengan perkembangan budaya manusia. Bahasa dalam suatu masa tertentu
mewadahi apa yang terjadi di dalam masyarakat. Sehingga, bahasa dapat disebut sebagai
cermin zamannya.
Sumarsono dan Partana dalam Sosiolinguistik (2006) menyatakan bahwa bahasa
sebagai produk sosial atau produk budaya. Bahasa tidak dapat dipisahkan dengan
kebudayaan manusia. Sebagai produk sosial atau budaya, bahasa berfungsi sebagai
wadah aspirasi sosial, kegiatan dan perilaku masyarakat, dan sebagai wadah
penyingkapan budaya termasuk teknologi yang diciptakan oleh masyarakat pemakai
bahasa itu.
Keraf (1991) yang menyatakan bahwa bahasa apabila ditinjau dari dasar dan
motif pertumbuhannya, bahasa berfungsi sebagai (1) alat untuk menyatakan ekspresi diri,
(2) alat komunikasi, (3) alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial, dan (4) alat
untuk mengadakan kontrol sosial.
Bahasa sebagai alat untuk menyatakan ekspresi diri dipergunakan untuk
mengkespresikan segala sesuatu yang tersirat di dalam pikiran dan perasaan penuturnya.
Ungkapan pikiran dan perasaan manusia dipengaruhi oleh dua hal yaitu oleh keadaan
pikiran dan perasaan itu sendiri. Ekspresi bahasa lisan dapat dilihat dari mimik,
Runtun Rima Ultima, 2012
Ragam Bahasa Remaja : studi terhadap Pemakaian Bahasa oleh ramaja dalam Media Sosial
Facebook
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
lagu/intonasi, tekanan, dan lain-lain. Ekspresi bahasa tulis dapat dilihat dengan diksi,
pemakaian tanda baca, dan gaya bahasa. Ekspresi diri dari pembicaraan seseorang
memperlihatkan segala keinginannya, latar belakang pendidikannya, sosial, ekonomi.
Selain itu, pemilihan kata dan ekspresi khusus dapat menandai indentitas kelompok
dalam suatu masyarakat.
Sebagai alat komunikasi, bahasa mempunyai fungsi sosial dan fungsi kultural.
Bahasa sebagai fungsi sosial adalah sebagai alat perhubungan antaranggota masyarakat.
Sedangkan sebagai aspek kultural, bahasa sebagai sarana pelestarian budaya dari satu
generasi ke generasi berikutnya. Hal ini meliputi segala aspek kehidupan manusia yang
tidak terlepas dari peranan kehidupan manusia yang tidak terlepas dari peranan bahasa
sebagai alat untuk memperlancar proses sosial manusia.
Bahasa dapat pula berperan sebagai alat integrasi sosial sekaligus alat adaptasi
sosial, hal ini mengingat bahwa bangsa Indonesia memiliki bahasa yang majemuk.
Kemajemukan ini membutuhkan satu alat sebagai pemersatu keberseragaman tersebut. Di
sinilah fungsi bahasa sangat diperlukan sebagai alat integrasi sosial. Bahasa disebut
sebagai alat adaptasi sosial apabila seseorang berada di suatu tempat yang memiliki
perbedaan adat, tata krama, dan aturan-aturan dari tempatnya berasal. Proses adaptasi ini
akan berjalan baik apabila terdapat sebuah alat yang membuat satu sama lainnya
mengerti, alat tersebut disebut bahasa. Dari uraian ini dapat kita tarik kesimpulan bahwa
bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting bagi manusia.
Runtun Rima Ultima, 2012
Ragam Bahasa Remaja : studi terhadap Pemakaian Bahasa oleh ramaja dalam Media Sosial
Facebook
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2.4 Ragam Bahasa Remaja
2.4.1 Ragam Bahasa
Manusia merupakan mahluk sosial. Manusia melakukan interaksi, bekerja sama,
dan menjalin kontak sosial di dalam masyarakat. Dalam melakukan hal tersebut, manusia
membutuhkan sebuah alat komunikasi yang berupa bahasa. Bahasa memungkinkan
manusia membentuk kelompok sosial, sebagai pemenuhan kebutuhannya untuk hidup
bersama.
Bahasa dalam lingkungan sosial masyarakat satu dengan yang lainnya berbeda.
Dari
adanya
kelompok-kelompok
sosial
tersebut
menyebabkan
bahasa
yang
dipergunakan beragam. Keberagaman bahasa ini timbul sebagai akibat dari kebutuhan
penutur yang memilih bahasa yang digunakan agar sesuai dengan situasi konteks
sosialnya. Oleh karena itu, ragam bahasa timbul bukan karena kaidah-kaidah kebahasaan,
melainkan disebabkan oleh kaidah-kaidah sosial yang beraneka ragam.
Lebih sederhana, Sumarsono dan Partana (2006) mencoba mengelompokkan
apakah dua bahasa merupakan dialek atau subdialek atau hanya sekedar dua ragam saja,
dapat ditentukan dengan mencari kesamaan kosakatanya. Jika persamaannya hanya 20%
atau kurang, maka keduanya adalah dua bahasa. Tetapi kalau bisa mencapai 40% - 60%,
maka keduanya dua dialek; dan kalau mencapai 90% misalnya, jelas keduanya hanyalah
dua ragam dari sebuah bahasa.
Pateda (1987) mengemukakan bahwa ragam bahasa dapat dilihat dari enam segi,
yaitu tempat, waktu, pemakai, situasi, dialek yang dihubungkan dengan sapaan, status,
dan pemakaiannya/ragam. Tempat dapat menjadikan sebuah bahasa beragam. Yang
dimaksud dengan tempat di sini adalah keadaan tempat lingkungan yang secara fisik
Runtun Rima Ultima, 2012
Ragam Bahasa Remaja : studi terhadap Pemakaian Bahasa oleh ramaja dalam Media Sosial
Facebook
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dibatasi oleh sungai, lautan, gunung, maupun hutan. Kebervariasian ini mengahasilkan
adanya dialek, yaitu bentuk ujaran setempat yang berbeda-beda namun masih dipahami
oleh pengguna dalam suatau masyarakat bahasa walaupun terpisah secara geografis.
Ragam bahasa dilihat dari segi waktu secara diakronis (historis) disebut juga
sebagai dialek temporal. Dialek tersebut adalah dialek yang berlaku pada kurun waktu
tertentu. Perbedaan waktu itu pulalah yang menyebabkan perbedaan makna untuk katakata tertentu. Hal ini disebabkan oleh karena bahasa mengikuti perkembangan
masyarakat pemakai bahasanya. Itulah mengapa bahasa bersifat dinamis, tidak statis.
Dari segi pemakai, bahasa dapat menimbulkan keberagaman juga. Istilah pemakai
di sini adalah orang atau penutur bahasa yang bersangkutan. Ragam bahasa dilihat dari
segi penutur oleh Pateda (1987:52) dibagi menjadi tujuh, yaitu glosolalia (ujaran yang
dituturkan ketika orang kesurupan), idiolek (berkaitan dengan aksen, intonasi, dsb),
kelamin, monolingual (penutur bahasa yang memakai satu bahasa saja), rol (peranan
yang dimainkan oleh seorang pembicara dalam interaksi sosial), status sosial, dan umur.
Ragam bahasa dilihat dari segi situasi akan memunculkan bahasa dalam situasi
resmi dan bahasa yang dipakai dalam tidak resmi. Dalam bahasa resmi, bahasa yang
digunakan adalah bahasa standar. Kesetandaran ini disebabkan oleh situasi keresmiannya.
Sedangkan dalam situasi tidak resmi ditandai oleh keintiman.
Bahasa menurut statusnya meliputi status bahasa itu sendiri. Hal ini berarti bahwa
bagaimanakah fungsi bahasa itu serta peraanan apa yang disandang oleh bahasa. Sebuah
bahasa, bahasa Indonesia, dapat memiliki berbagai macam status apakah ia sebagai
bahasa ibu, bahasa nasional, bahasa resmi, bahasa pemersatu, atau bahasa negara.
Runtun Rima Ultima, 2012
Ragam Bahasa Remaja : studi terhadap Pemakaian Bahasa oleh ramaja dalam Media Sosial
Facebook
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Sebuah komunikasi dikatakan efektif apabila setiap penutur menguasi perbedaan
ragam bahasa. Dengan penguasaan ragam bahasa, penutur bahasa dapat dengan mudah
mengungkapkan gagasannya melalui pemilihan ragam bahasa yang ada sesuai dengan
kebutuhannya. Oleh karena itu, penguasaan ragam bahasa termasuk bahasa gaul remaja
menjadi tuntutan bagi setiap penutur, mengingat kompleksnya situasi dan kepentingan
yang masing-masing menghendaki kesesuaian bahasa yang digunakan.
2.4.2
Masa Remaja
Definisi masa remaja bagi Romaine (1984) adalah sebagai berikut: adolescence is
the time between being a child and full adult, that is the period of time during which a
person is biologically (physically) adult but emotionally (feelings) not at full maturity.
Jadi, masa remaja adalah masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang
ditandai dengan secara biologis (fisik) sudah matang namun secara emosional (emosi)
mereka itu belum matang sepenuhnya.
Sementara itu menurut Salzman (dalam Pikunas, 1976) mengemukakan bahwa
remaja merupakan masa perkembangan sikap tergantung (dependence) terhadap orang
tua kearah kemandirian (independence), minat-minat seksual, perenungan diri, dan
perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral.
Romaine (1984) mengatakan bahwa masa remaja merupakan kebudayaan dan
tidak mengacu pada periode waktu yang tetap. Batasan masa remaja pada setiap budaya
berbeda-beda. Contohnya, di Amerika Serikat, seseorang dianggap remaja biasanya mulai
sekitar usia 13 tahun, dan berakhir sekitar usia 18 tahun. Dalam bahasa Inggris, remaja
Runtun Rima Ultima, 2012
Ragam Bahasa Remaja : studi terhadap Pemakaian Bahasa oleh ramaja dalam Media Sosial
Facebook
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
(adolescents) sering disebut teenagers atau teen, yang berasal dari akhiran kata bahasa
Inggris thirteen sampai dengan nineteen.
Sedangkan Aristoteles (dalam Sarwono, 2010) membagi jiwa manusia yang
dikaitkan dengan perkembangan fisiknya, ke dalam tiga tahap yang masing-masing
berlangsung dalam kurun usia 7 tahunan. Tahap-tahap perkembangan jiwa menurut
Aristoteles adalah sebagai berikut:
(1) 0-7 tahun: masa kanak-kanak (infancy)
(2) 7-14 tahun: masa kanak-kanak (boyhood)
(3) 14-21 tahun: masa dewasa muda (young manhood)
Pandangan Aristoteles ini sampai sekarang masih berpengaruh pada dunia modern kita,
antara lain dengan tetap dipakainya batas usia 21 tahun dalam kitab-kitab hukum di
berbagai Negara, sebagai batas usia dewasa. Berdasarkan pendapat di atas, maka penulis
berkesimpulan batasan masa remaja untuk penelitian ini dimulai dari usia 13 tahun
sampai 20 tahun.
Masa remaja, ditinjau dari segi perkembangan, merupakan masa kehidupan
manusia yang paling menarik dan mengesankan. Masa remaja mempunyai ciri antara lain
petualangan, pengelompokan, dan “kenakalan”. Ciri ini tercermin pula dalam bahasa
mereka. Keinginan untuk membuat kelompok eksklusif menyebabkan mereka
menciptakan bahasa “rahasia” yang hanya berlaku bagi kelompok mereka, atau kalau
semua pemuda sudah tahu, bahasa ini tetap rahasia bagi kelompok anak-anak dan orang
tua (Sumarsono, 2009:150).
Pada umumnya para remaja menggunakan pertuturan ini untuk berkomunikasi
dengan sesamanya dalam keadaan santai dan berfungsi untuk menjalin keakraban atau
Runtun Rima Ultima, 2012
Ragam Bahasa Remaja : studi terhadap Pemakaian Bahasa oleh ramaja dalam Media Sosial
Facebook
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
sebagai identitas keakraban.Terkadang bagi mereka yang sudah tidak remaja lagi, bahasa
remaja ini menimbulkan kebingungan karena tidak dapat mengerti apa yang diucapkan
atau yang ditulis para remaja itu saat mereka berkomunikasi
2.4.3 Bahasa Remaja
Saat ini penggunaan bahasa Indonesia di kalangan anak remaja agak berbeda
dengan bahasa Indonesia yang 'baik dan benar'. Salah satu syarat bahasa yang baik dan
benar adalah pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah yang dibakukan atau dianggap
baku" atau "pemanfaatan ragam yang tepat dan serasi menurut golongan penutur dan
jenis pemakaian bahasa (Badudu, 1985).
Ragam yang digunakan dalam bahasa remaja termasuk ragam santai sehingga
bahasanya tidak terlalu baku. Ketidakbakuan tersebut tercermin dalam kosa kata, struktur
kalimat dan intonasi. Misalnya, dalam pilihan kata gimana digunakan untuk mengganti
kata bagaimana, napa untuk kenapa Untuk menghindari pembentukan kata dengan
afiksasi, bahasa remaja menggunakan proses nasalisasi dan ada pula yang diiringi dengan
penambahan akhiran -in seperti ngerusakin untuk merusak atau juga kata menguntungkan
menjadi nguntungin.
Kosakata yang dimiliki bahasa remaja sangatlah kaya. Kosakata bahasa remaja
dapat berupa pemendekan kata, penggunaan kata alami diberi arti baru atau kosakata
yang serba baru dan berubah-ubah. Disamping itu bahasa remaja juga dapat berupa
pembalikan tata bunyi, kosakata yang lazim dipakai di masyarakat menjadi aneh, lucu,
bahkan ada yang berbeda makna sebenarnya.
Runtun Rima Ultima, 2012
Ragam Bahasa Remaja : studi terhadap Pemakaian Bahasa oleh ramaja dalam Media Sosial
Facebook
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Bahasa remaja dapat dikenal secara luas melalui peran media massa, seperti
media cetak dan media elektronik. Pada media cetak, bahasa remaja banyak digunakan
dalam majalah, novel, cerpen, dan tabloid. Sedangkan dalam media elektronik, bahasa
remaja kerap kita temukan dalam bahasa di sms, radio, televisi dan internet.
Saat ini, penggunaan internet bukanlah suatu hal yang istimewa. Internet tak lagi
khusus untuk kalangan tertentu, baik dari status sosial, profesi, pendidikan dan usia.
Hampir semua golongan masyarakat baik di kota dan di desa sudah tahu dan akrab
dengan internet. Dalam era globalisasi ini, internet menjadi sebuah kebutuhan dan
aktifitas tetap manusia sebagai anggota masyarakat. Beberapa tahun terakhir ini, selain
menjadi tuntutan profesi, pengembangan ilmu pengetahuan, berita, dan hiburan,
berinternet juga menjadi salah satu cara seseorang untuk bergaul sebagai makhluk sosial.
Kalau kita perhatikan bahasa yang digunakan kaum remaja dan mencoba
memahaminya, tidak jarang kaum yang tidak dapat dikatakan remaja lagi akan bingung,
heran bahkan pusing karena tidak dapat mengerti apa yang diucapkan atau pun yang
ditulis pada waktu mereka berbicara dalam keadaan santai diantara mereka sendiri.
Tampaknya bahasa yang digunakan itu merupakan bahasa yang biasa kita pakai seharihari atau campuran antara bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa asing. Dari
bahasa yang digunakan ini ada sejumlah kosa kata yang dapat dipahami, tetapi ada yang
tidak dapat dipahami.
Hal inilah yang sangat merisaukan masyarakat yang sama sekali tidak paham
akan bahasa remaja ini sehingga menganggap bahwa mereka ini merusak bahasa
Indonesia baku. Bahasa remaja memang tidak pernah tetap, atau dengan kata lain selalu
Runtun Rima Ultima, 2012
Ragam Bahasa Remaja : studi terhadap Pemakaian Bahasa oleh ramaja dalam Media Sosial
Facebook
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
berganti-ganti, sesuai dengan sifat remaja itu sendiri yang memang belum mapan.
Perubahannya itu tidak dapat diramalkan, juga tidak oleh para remaja itu sendiri.
Secara lingual perbedaan bahasa remaja dengan anggota kelompok masyarakat
yang lain, dapat dilihat dalam berbagai tataran kebahasaannya, seperti tataran fonologi,
tataran morfologi, tataran sintaksis, dan tataran leksikon, bahkan mungkin tataran yang
lebih tinggi, seperti paragraf dan wacana.
Masyarakat sebagai lingkungan tersier (ketiga) adalah lingkungan terluas bagi
remaja sekaligus paling banyak menawarkan piulihan. Terutama dengan maju pesatnya
teknologi komunikasi massa, maka hampir-hampir tidak ada batas-batas geografis, etnis,
politis maupun sosial antara satu masyarakat dengan masyarakat yang lain (Sarwono,
2010: 159). Masih menurut Sarwono (2010) bahasa remaja (kata-katanya diubah-ubah
sedemikian rupa sehingga hanya bisa dimengerti di antara mereka) bisa dipahami oleh
hampir seluruh remaja di tanah air yang terjangkau oleh media massa, padahal istilah–
istilah tersebut berkembang, berubah, dan bertambah hampir setiap hari.
Teknologi komunikasi massa yang mempunyai andil paling besar dalam
memperkenalkan bahsa remaja adalah media elektronik, salah satunya melalui internet.
Khusus untuk penggunaan internet, saat ini banyak remaja yang menggunakan situs
jejaring sosial Facebook sebagai sarana mereka untuk bersosialisasi dan berkomunikasi.
Penulis melihat ada gaya bahasa tertentu yang digunakan para remaja itu dalam
berkomunikasi.
Ragam bahasa remaja dalam Facebook merupakan kreativitas dalam bahasa yang
dilatarbelakangi oleh faktor sosial yang terdapat dalam kehidupan masyarakat
pembacanya. Faktor sosial itu berdasarkan pada usia, tingkat pendidikan, jenis kelamin,
Runtun Rima Ultima, 2012
Ragam Bahasa Remaja : studi terhadap Pemakaian Bahasa oleh ramaja dalam Media Sosial
Facebook
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
profesi, dan sebagainya. Penerapan bahasa remaja dalam Facebook belum banyak
diketahui oleh orang lain di luar pemakainya sebab bahasa remaja memiliki karakteristik
tertentu yang hanya berlaku pada bahasa tersebut dan diketahui oleh penggunanya.
Ada berbagai pemakaian kata dalam bahasa remaja pada Facebook, misalnya
pemakaian kata hbd, brownis, japri, curcol, lola, lagdim, maksi, tpaksa, ngedengerin,
lupain, harkos dan sebagainya. Bahasa unik ini sudah terlanjur membudaya khususnya di
kalangan anak-anak remaja. Mereka gemar menyingkat kata, sesuka hatinya mereka
membuat perbendaharaan kata sendiri dan tak ada yang mampu menerjemahkan bahasa
aneh ini selain mereka.
Kekhawatiran banyak orang bahwa bahasa remaja akan „merusak‟ bahasa
Indonesia memang beralasan, tetapi menurut Chaer (1993) tidak perlu dibesar-besarkan,
sebab tampaknya para remaja juga tahu kapan harus menggunakan ragam santai dan
kapan pula harus menggunakan ragam baku. Kalau di dalam berbahasa formal mereka
banyak melakukan kesalahan yang mereka buat sama saja dengan kesalahan remaja lain
yang kuper, alias tidak mengenal bahasa prokem, atau kesalahan yang dibuat masyarakat
lain.
Menurut Bloomfield (1933) faktor pendukung terjadinya perubahan bahasa itu
antara lain: letak geografis, stratifikasi sosial/kelas sosial, level pendidikan, gender, usia,
dan solidaritas sosial.
Fenomena perubahan bahasa banyak terdapat dalam kehidupan sosial. Bahasa
dapat berubah jika dilihat dari aspek-aspek linguistik seperti fonologi, morfologi,
sintaksis, dan semantik (Malmkjaer, 1991).
Runtun Rima Ultima, 2012
Ragam Bahasa Remaja : studi terhadap Pemakaian Bahasa oleh ramaja dalam Media Sosial
Facebook
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2.4 Media Jejaring Sosial
Kata “media” sendiri dalam bahasa Indonesia memiliki arti sebagai alat (sarana)
komunikasi seperti koran, majalah, radio, televisi, film, poster, dan spanduk (Kamus
Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, 2008:892).
Dalam era globalisasi ini, media merupakan salah satu sarana globalisasi.
Terdapat berbagai macam media yang berkembang di Indonesia seperti media televisi,
majalah, musik, radio, perfilman, internet, dan jejaring sosial. Contoh-contoh dari media
tersebut telah menjadi salah satu bagian gaya hidup remaja yang tidak terpisahkan.
Dalam konteks ini, media yang menjadi fokus penelitian yaitu media jejaring
sosial. Media jenis ini merupakan sebuah sarana komunikasi untuk memperluas
pergaulan dan pertemanan dalam lingkup global yang terhubung melalui internet, salah
satunya adalah media jejaring sosial Facebook.
Seiring dengan hal tersebut, remaja Indonesia sebagai kalangan mayoritas yang
menikmati perkembangan media, juga ikut mengalami perubahan. Menurut Fiske (1995),
terdapat dua model perubahan sosial, yaitu model radikal dan model populer. Perubahan
sosial radikal sering diartikan sebagai revolusi. Sedangkan, perubahan populer adalah
proses perubahan yang berlangsung terus-menerus secara progresif.
Media sebagai salah satu sarana penyampaian informasi ternyata juga memiliki
fungsi implisit yaitu sebagai trendsetter yang memberikan panduan mengenai gaya
berpakaian dan gaya berbahasa terkini. Kalangan remaja dalam usianya yang masih
belum stabil dengan sangat mudah menyerap dan mengikuti semua yang ditampilkan di
media.
Runtun Rima Ultima, 2012
Ragam Bahasa Remaja : studi terhadap Pemakaian Bahasa oleh ramaja dalam Media Sosial
Facebook
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Menjadi bukan tidak mungkin bahwa fungsi implisit dari media, yaitu sebagai
sarana memunculkan kata-kata baru yang menyimpang dari bahasa baku kemudian
digunakan secara umum dalam gaya berbasa remaja untuk percakapan sehari-hari. Hal ini
mungkin dikarenakan media telah membuat gaya bahasa remaja ini seolah-olah menjadi
suatu gaya bahasa yang sedang tren, umum, dan layak digunakan.
2.5.1 Facebook
Facebook adalah sebuah situs jaringan sosial yang didirikan oleh Mark
Zuckerberg pada tanggal 4 Februari 2004. Pada awalnya, Facebook dengan situs
www.facebook.com
yang
sebelumnya
bernama
the
facebook
dengan
situs
www.thefacebook.com digunakan untuk komunikasi antar mahasiswa Universitas
Harvard. Namun setelah beberapa waktu, target pengguna adalah seluruh mahasiswa dan
masyarakat umum.
Media jejaring sosial Facebook memungkinkan seseorang untuk menemukan
teman lama, menemukan teman baru, menjalin pertemanan, bergabung dalam komunitas
seperti kota, kerja, sekolah, dan daerah untuk melakukan koneksi dan berinteraksi dengan
orang lain, mengirimkan pesan dan komentar. Selain fasilitas-fasilitas utama yang
disebutkan, masih sangat banyak fasilitas-fasilitas yang ditawarkan situs itu, baik secara
formal maupun non-formal, independen atau dependen.
Facebook saat ini masih mendominasi penggunaan situs jejaring sosial, baik
dalam hal jumlah pengguna maupun yang terpopuler di mesin pencari. (dalam
http://tekno.kompas.com/read/2011/12/30/09322836/5.Prediksi.Social.Media.di.2012).
Runtun Rima Ultima, 2012
Ragam Bahasa Remaja : studi terhadap Pemakaian Bahasa oleh ramaja dalam Media Sosial
Facebook
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Harian
New
York
Times
(dalam
http://id-
id.facebook.com/note.php?note_id=132001396837183) pernah merilis sebuah grafik
menarik. Isinya tentang peringkat negara pengguna Facebook terdaftar di dunia. Di grafik
itu, sejumlah negara diperingkat berdasarkan jumlah warga pengguna Facebook di
masing-masing negara. Indonesia dipatok pada peringkat ketiga setelah Inggris dan AS.
Inggris, peringkat kedua disebut memiliki komunitas Facebook 24,1 juta orang. AS pada
peringkat pertama dengan pecinta Facebook sebanyak 118,7 juta orang. Indonesia,
peringkat ketiga berada di atas sejumlah negara maju seperti Perancis, Italia, Kanada, dan
Spanyol.
Demikian uraian dari teori-teori yang menjadi landasan penelitian ini. Bab
selanjutnya membahas metode penelitian yang digunakan.
Runtun Rima Ultima, 2012
Ragam Bahasa Remaja : studi terhadap Pemakaian Bahasa oleh ramaja dalam Media Sosial
Facebook
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Download