antropologi bicara budaya dan korupsi

advertisement
ANTROPOLOGI BICARA BUDAYA DAN KORUPSI
Ditulis oleh redaksi
Kamis, 11 Oktober 2012 12:24 -
Bandung, Korupsi menjadi kasus yang setiap hari disajikan diberbagai media massa, dan
menjadi hal “biasa” di masyarakat. Selain itu, banyak pula ditemukan berbagai macam perilaku
korupsi di dalam kehidupan sehari-hari. Berangkat dari keprihatinan ini maka tema tentang
korupsi layak untuk didiskusikan oleh mahasiswa sebagai generasi masa depan dan calon
pemimpin bangsa.
Jaringan Kekeluargaan Indonesia (JKAI) mengadakan Stadium General dengan tema “Korupsi
dan Budaya” di Bale Sawala Gedung Rektorat Universitas Padjajaran Jatinangor Sumedang
(10/10) dengan menghadirkan Bambang Widjayanto, Wakil Ketua Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) sebagai pembicara. Pemilihan tema “Korupsi dan Budaya” karena maraknya
praktek korupsi yang terjadi di Indonesia dari yang berwujud materiil hingga immaterial yang
semakin mengakar kuat dalam budaya Indonesia.
Menurut Ketua Pelaksana, Renantera Rosalina JKAI merupakan sebuah ikatan mahasiswa
Antropologi seluruh Indonesia. “JKAI merupakan acara 2 tahun sekali yang diadakan bergilir di
universitas-universitas yang ada Fakultas Antropologinya, saat ini ada 15 universitas yang hadir
pada JKAI 2012 ini,” tambahnya.
Wakil Ketua KPK, Bambang Widjayanto mengungkapkan bahwa kondisi rakyat dan bangsa
sangat memprihatinkan, korupsi menjadi salah satu penyebab utama. Keluarga dan lingkungan
menjadi kontributor utama atas pembentukan sikap, perilaku dan karakter koruptif yang
akhirnya menjadi budaya yang koruptif pula.
Bambang menjelaskan ada 3 jenis korupsi yang biasa dilakukan oleh koruptor, korupsi terpaksa
(corruption by need) dilakukan karena ingin memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari yang
tidak tercukupi oleh gajinya yang rendah, korupsi memaksa (
corruption by
greed
)
1/2
ANTROPOLOGI BICARA BUDAYA DAN KORUPSI
Ditulis oleh redaksi
Kamis, 11 Oktober 2012 12:24 -
dilakukan karena adanya sifat keserakahan untuk bisa hidup secara berlebihan. Dan korupsi
dipaksa (
corruption by system
) karena adanya pertemuan antara niat dan kesempatan, tercipta karena kelemahan sistem dan
peraturan.
Dalam diskusi Bambang menjelaskan akar masalah korupsi yang terus terjadi karena aparat
penegak hukum masih lemah dalam peraturan, lemahnya manajemen sumber daya manusia
(SDM), kelemahan kepemimpinan, gaji/tunjangan/anggaran kurang memadai, lemahnya
pengawasan internal dan eksternal, serta lemahnya sistem penanganan perkara.
“Berdasarkan Survei Persepsi Masyarakat oleh KPK tahun 2010 menghasilkan, bahwa
apatisme masyarakat mencapai 85,1% terhadap peradilan. Ini merupakan dampak yang
muncul akibat tingginya korupsi yang terjadi saat ini,” tegasnya.
Peta korupsi itu menyangkut belanja barang dan jasa, bantuan sosial, pungutan daerah,
penerimaan pajak dan penerimaan non-pajak. Peran strategis KPK berdasarkan Pasal 6 UU
No. 30 Tahun 2002 ada 5, yaitu Penindakan, Koordinasi, Supervisi, Monitoring dan
Pemceghan.
Pencegahan korupsi juga membutuhkan peran serta dari masyarakat, masyarakat diharapkan
tidak bersifat permisif terhadap sikap dan perilaku koruptif. Masyarakat pula harus membangun
lembaga watch dog. “Mahasiswa sebagai generasi muda bangsa ini harus membentukan
karakter anti korupsi, pusat promosi dan pendidikan anti korupsi bangi masyarakat,” tegasnya.
Dalam acara ini diputar pula film-film pendek dari KPK yang menggambarkan praktek-praktek
korupsi dan sikap anti korupsi, ada pula Iklan Layanan Masyarakat yang menyindir para
koruptor. Sesusai acara panitia menggalang dana untuk menyumbang pembangunan gedung
KPK yang baru.(Novie/MaI)
2/2
Download