1 ABSTRAKSI Judul : MEMAHAMI PENGALAMAN

advertisement
ABSTRAKSI
Judul : MEMAHAMI PENGALAMAN KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI
ORANG TUA, GURU, DENGAN ANAK TUNAWICARA DALAM
MENANAMKAN NILAI PROSOSIAL DAN ANTISOSIAL DI
MASYARAKAT
Nama : MAYA PUJI LESTARI
NIM : D2C009032
Anak tunawicara merupakan anak yang memiliki keterbatasan dan gangguan dalam
berkomunikasi. Keterbatasan komunikasi ini yang membuat proses penyampaian dan
pemaknaan pesan sulit dipahami oleh orang tua dan guru. Orang tua dan guru mempunyai
peran sangat besar dalam menanamkan nilai prososial dan antisosial di masyarakat kepada
anak tunawicara, karena keterbatasan komunikasi seringkali membuat anak tunawicara sulit
melakukan interaksi dengan masyarakat. Melakukan interaksi dengan orang lain merupakan
hal yang perlu dilakukan oleh setiap orang tidak terkecuali anak tunawicara, sehingga salah
satu hal yang harus dipahami oleh anak tunawicara ketika anak berinteraksi dengan
masyarakat adalah berperilaku prososial dan mengindari perilaku antisosial.
Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi. Penelitian ini berusaha menjelaskan pengalaman unik orang tua, guru, dan
anak tunawicara mengenai proses penyampaian pesan menggunakan komunikasi verbal dan
nonverbal serta pemaknaan pesan terkait dengan nilai prososial dan antisosial yang
disampaikan oleh orang tua dan guru kepada anak tunawicara. Penelitian ini menggunakan
Teori Manajemen Makna Terkoordinasi dan Teori Kinesik, yang menjelaskan bahwa dalam
proses komunikasi dengan anak tunawicara, hal yang paling penting adalah pemaknaan pesan
dan tindakan setelah menerima pesan. Proses penyampaian pesan yang dilakukan oleh orang
tua, guru, dan anak tunawicara seringkali menggunakan gerak tubuh sebagai bentuk
komunikasi nonverbal yang merupakan cara komunikasi yang dilakukan.
Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa orang tua dan guru harus memiliki
komitmen dalam mengasuh dan mendidik anak tunawicara. Kendala dalam berkomunikasi
dengan anak tunawicara adalah proses penyampaian dan pemaknaan pesan.Cara efektif yang
dilakukan orang tua dan guru dalam menanamkan nilai prososial dan antisosial kepada anak
tunawicara adalah mendemonstrasikan pesan dengan menggunakan gerak tubuh. Selain proses
penyampaian pesan secara verbal dan nonverbal, anak tunawicara memahami perilaku
prososial dan antisosial dari perilaku yang ditunjukkan oleh orang tua dan guru dalam
interaksi sehari-hari. Komunikasi Antar Pribadi antara orang tua, guru, dengan anak
tunawicara dikatakan berhasil ketika anak tunawicara dapat memaknai pesan secara
interpersonal bukan sekedar makna pribadi. Ketika anak tunawicara mampu memaknai pesan
secara interpersonal, perilaku yang ditunjukkan oleh anak tunawicara akan sesuai dengan
perilaku prososial yang diajarkan oleh orang tua dan guru. Anak tunawicara juga akan
memahami bahwa perilaku antisosial harus dihindari di masyarakat.
Kata kunci : keterbatasan dan gangguan komunikasi, prososial dan antisosial, makna dan
tindakan
1
ABSTRACK
Title
: UNDERSTANDING
INTERPERSONAL
COMMUNICATION
EXPERIENCE BETWEEN PARENTS AND TEACHERS WITH
COMMUNICATION
DISORDER
CHILD
IN
INCLUCATING
PROSOCIAL AND ANTISOCIAL VALUES IN SOCIETY
Name : MAYA PUJI LESTARI
NIM : D2C009032
Communication disorder child is a child who has limitations and disorders in
communication. This limitations communication makes the process of delivering and meaning
of messages is difficult to understood by parents and teachers. Parents and teachers have a
very big role in inclucating prosocial and antisosial values in society to communication
disorder child, because of limited communication often makes communication disorder child
difficult to interact with the society. Interaction with other people is the thing to be done by
every person no exception communication disorder child, so one of the things that must be
understood by communication disorder child when the child interact with the society is
prosocial behavior and avoid antisocial behavior.
This study uses a qualitative descriptive type with phenomenological approach. This
study attempts to explain the unique experience of parents, teachers, and communication
disorder child about process of delivering a message using verbal and nonverbal
communication as well as the meaning of messages related with prosocial and antisocial
values are delivered by parents and teachers to communication disorder child. This study uses
Coordinated Management of Meaning Theory and Kinesik Theory, which explains that in the
process of communication with communication disorder child, the most important thing is the
meaning of messages and the action after receiving messages. The process of delivering
messages that is done by parents, teachers, and communication disorder child often use
gestures as a form of nonverbal communication that is the way communication is done.
Based on the results of the study, suggests that parents and teachers should have a
commitment to nurturing and educating communication disorder child. Constraints in
communication with communication disorder child is the process of delivering and meaning
of messages. The effective way that done by parents and teachers in inculcating prosocial and
antisosial values to communication disorder child is demonstrate with using gestures
messages. Besides the process of delivering
messages verbally and nonverbally,
communication disorder child understanding the prosocial and antisocial from the behaviors
are shown by parents and teachers in their daily interactions. Interpersonal communication
between parents and teachers with communication disorder child is successful when the child
can meaning of messages in interpersonal rather than personal meaning. When communication
disorder child are able meaning of messages in interpersonal, the behaviors are shown by
communication disorder child interpersonal, will suit with prosocial behavior that is taught by
parents and teachers. Cmmunication disorder child will also understand that antisocial
behavior should be avoided in the society.
Key words : limitations and disorders communications, prosocial and antisocial, meaning and
action
2
MEMAHAMI PENGALAMAN KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI ORANG
TUA,GURU, DENGAN ANAK TUNAWICARA DALAM MENANAMKAN
NILAI PROSOSIAL DAN ANTISOSIAL DI MASYARAKAT
Latar Belakang
Perilaku masyarakat yang seringkali mengasingkan atau membedakan anak tunawicara
seperti menolak anak tunawicara untuk sekolah di sekolah umum dan juga terbatasnya
sekolah inklusi bagi anak berkebutuhan khusus, sehingga hak anak untuk
mendapatkan pendidikan tidak dimiliki oleh anak tunawicara. Hal seperti ini yang
membuat anak tunawicara semakin bersikap antisosial di masyarakat, selain itu anak
tunawicara juga memiliki sifat-sifat yang berbeda dengan anak normal biasa seperti
sering membentak, berteriak keras, berkemauan keras, dan juga sulit untuk diajarkan
sesuatu. Sikap yang ditunjukkan anak tunawicara seperti ini membuat orang tua dan
guru memiliki peran besar dalam menanamkan nilai prososial dan antisosial di
masyarakat, karena pada dasarnya setiap orang merupakan makhluk sosial yang
membutuhkan interaksi dengan orang lain,tidak terkecuali anak tunawicara.
Penanaman nilai prososial dan antisosial merupakan salah satu hal yang
penting, karena dalam berinteraksi dengan masyarakat, anak tunawicara harus
memahami akan perilaku yang harus dilakukan dan harus dihindari. Anak tunawicara
merupakan anak berkebutuhan khusus yang memiliki gangguan komunikasi, hal ini
membuat proses komunikasi tidak berjalan dengan baik. Proses komunikasi bukan
sekedar proses penyampaian pesan dari komunikator ke komunikan, akan tetapi lebih
menekankan kepada proses sharing meaning atau berbagi makna. Perilaku prososial
yang diajarkan oleh orang tua dan guru kepada anak tunawicara ditunjukkan dengan
komunikasi instruksional dengan cara mendemontrasikan menggunakan komunikasi
verbal dan nonverbal. Penggunaan komunikasi verbal dan nonverbal merupakan salah
satu cara untuk memudahkan anak memaknai pesan dengan mudah.
Perumusan Masalah dan Tujuan
Gangguan komunikasi yang dialami oleh anak tunawicara membuat orang tua, guru
serta anak tunawicara mengalami kesulitan dalam memaknai setiap pesan yang
dikomunikasikan. Sehingga dalam penelitian ini ingin mengetahui “Bagaimana
3
pengalaman komunikasi antarpribadi orang tua, guru dengan anak tunawicara dalam
menanamkan nilai prososial dan antisosial di masyarakat?”
Sehingga melalui penelitian ini ingin mendeskripsikan pengalaman komunikasi
antarpribadi orang tua, guru dengan anak tunawicara dalam menanamkan nilai
prososial dan antisosial di masyarakat yang fokus pada 1)mengetahui komitmen orang
tua dan guru dalam mengasuh dan mendidik anak tunawicara, 2)mengetahui kendala
komunikasi selama proses penyampaian pesan kepada anak tunawicara, 3)mengetahui
konsistensi penggunaan komunikasi verbal dan nonverbal dalam menanamkan nilai
prososial dan antisosial di masyarakat.
Kerangka Teori dan Metodologi Penelitian
Peneilitian ini menggunakan Teori
Manajemen Makna Terkoordinasi
atau
Coordinated Management of Meaning yang dikembangkan oleh W.Bernett Pearce,
Vernon Cronen yang mengatakan bahwa ini merupakan pendekatan komprehensif
terhadap interaksi sosiak yang memakai tata cara kompleks dari tindakan dan makna
yang selaras dalam komunikasi. Teori ini membantu kita dalam memahami proses
pemaknaan dan tindakan. Kunci pada teori ini adalah makna dan tindakan, interaksi
serta cerita. (Littlejohn,2009:225)
Keterbatasan komunikasi anak tunawicara tidak menghalangi hubungan
interaksi diantara orang tua dan guru dengan anak tunawicara. Dalam proses
penyampaian makna terkait dengan nilai prososial dan antisosial yang disampaikan
oleh orang tua dan guru kepada anak tunawicara diharapkan dapat dimaknai
sebagaimana makna tersebut disampaikan oleh orang tua maupun guru dalam
berkomunikasi dengan anak tuanawicara. Sehingga makna tersebut terbentuk dalam
makna
interpersonal
bukan
hanya
sekedar
makna
pribadi.
Manusia
mengkoordinasikan makna dengan cara yang hierarkis, ini merupakan salah satu ciri
inti dari CMM. Terdapat enam level makna dalam hierarki yang dibentuk yaitu isi,
tindak
tutur,
episode,
hubungan,
naskah
kehidupan,
dan
pola
budaya.
(Turner,2008:118-119)
Proses penyampaian pesan yang dilakukan oleh orang tua dan guru adalah
menggunakan komunikasi verbal dan nonverbal yang dalam penelitian ini
menggunakan Teori Kinesik dari Birdwhistel yang menjelaskan tentang isyarat
nonverbal yang menggunakan tubuh untuk mengisyaratkan pesan (Liliweru,1997:72).
4
Ray Birdwhistell dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa semua tubuh dan anggota
tubuh mempunyai fungsi tertentu dan komunikasi antar manusia.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif kualitatif dengan
menggunakan pendekatan fenomenologi. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian seperti perilaku, persepsi, motivasi, dan tindakan secara holistik dan dengan
cara deskripsi dalam bentuk kata – kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang
alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah dan cenderung
menggunakan analisis induktif.
Penelitian ini menggunakan pendekatan atau tradisi fenomenologi yang fokus
pada pengalaman pribadi objek yang diteliti. Fenomenologi diartikan sebagai 1)
pengalaman subjektif atau pengalaman fenomenologikal, 2) suatu studi tentang
kesadaran dari perspektif pokok dari seseorang. Istilah fenomenologi sering digunakan
sebagai anggapan umum bahwa menunjuk pada pengalaman subjektif dari berbagai
jenis dan tipe subjek yang ditemui. Fenomenologi merupakan pandangan berpikir
yang menekankan pada fokus kepada pengalaman-pengalaman subjektif manusia dan
interpretasi-interpretasi dunia. (Moelong, 2007: 14-15)
Dapat dikatakan bahwa penelitian deskriprif kualitatif ini digunakan untuk
menggambarkan pengalaman pribadi objek yang diteliti. Sehingga seseorang dapat
memahami tentang pengalaman pribadi objek yang diteliti karena semua informasi
yang didapatkan oleh peneliti berdasarkan pengalaman pribadi yang dikomunikasikan
dan informasi yang didapatkan dideskripsikan dan ditulis dalam bentuk naratif.
Deskripsi Tekstural dan Struktural Pengalaman Komunikasi Antarpribadi
Orang Tua, Guru dengan Anak Tunawicara dalam Menanamkan Nilai Prososial
dan Antisosial di Masyarakat
Deskripsi struktural merupakan deskripsi mengenai bagaimana fenomena dimaksud
sebagai pengalaman. Deskripsi struktural meliputi perilaku sadar dalam berpikir dan
memutuskan, berimajinasi, dan mengingat kembali untuk menemukan makna
struktural dasar yang hanya dipahami melalui refleksi. Deskripsi tekstural adalah
deskripsi dari sesuatu yang tampak sedangkan deskripsi struktural mendeskripsikan
pengalaman yang tersembunyi. (Moustakas,1994:79)
5
Pengalaman unik yang ditemukan dari pengalaman informan dalam tiga bagian
yang dikelompokkan adalah 1) komitmen orang tua dan guru dalam mengasuh dan
mendidik anak tunawicara. Pengalaman unik orang tua dalam mengasuh anak
tunawicara adalah dalam berkomunikasi dengan anak tunawicara orang tua harus
konsisten menggunakan satu bahasa yang mana bahasa merupakan media komunikasi.
Guru mempunyai pengalaman dalam mendidik anak tunawicara seorang guru harus
mampu memahami bahasa isyarat nonverbal SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia)
yang seringkali digunakan anak tunawicara untuk melakukan komunikasi.
Bagian yang ke 2) kendala komunikasi dengan anak tunawicara. Pengalaman
orang tua ketika berkomunikasi dengan anak tunawicara adalah orang tua mengalami
kesulitan dalam menanamkan iman dan kepercayaan kepada anak, karena orang tua
tidak dapat memberikan contoh secara nyata kepada anak tunawicara. Penggunaan
bahasa isyarat SIBI yang dilakukan oleh anak tunawicara sulit untuk dipahami oleh
orang tua. Sedangkan kendala yang dialami oleh guru adalah dalam mengajarkan
pelajaran Bahasa Indonesia yang lebih kepada mengenalkan kata dan makna kepada
anak tunawicara.
Bagian yang ke 3) konsistensi penggunaan komunikasi verbal dan nonverbal
sebagai pembelajaran penanaman nilai prososial dan antisosial di masyarakat.
Pengalaman komunikasi yang diungkapkan oleh orang tua dan guru ketika
mengajarkan anak untuk memahami nilai prososial dan antisosial adalah dengan
mendemonstrasikan pesan kepada anak tunawicara yaitu menggunakan komunikasi
verbal dan nonverbal.
Sintesis Makna Tekstural dan Struktural
Cara berkomunikasi yang digunakan oleh orang tua dan guru dengan anak tunawicara
adalah komunikasi verbal dan nonverbal. Komunikasi nonverbal biasanya digunakan
untuk menekankan pesan yang disampaikan. Orang tua dan guru lebih menggunakan
komunikasi verbal untuk melatih anak berkomunikasi, dalam penyampaikan pesan
terkait dengan penanaman nilai prososial dan antisosial, orang tua lebih sering
mendemontrasikan
kepada
anak
tentang
perilaku
prososial.
Dalam
mendemonstrasikan, orang tua lebih banyak menggunakan bahasa nonverbal.
Teori Kinesik dari Birdwhistel menjelaskan tentang isyarat nonverbal yang
menggunakan tubuh untuk mengisyaratkan pesan (Liliweri, 1997:72). Ray
Birdwhistell dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa semua gerakan tubuh dan
6
anggota tubuh mempunyai fungsi tertentu dan komunikasi antar manusia (Liliweri,
1997:72). Bagi anak tunawicara isyarat nonverbal merupakan cara komunikasi yang
dilakukan anak dalam menyampaikan setiap pesan. Gerakan tangan dan gerakan tubuh
lainnya yang dilakukan oleh anak tunawicara dalam berkomunikasi mengisyaratkan
pesan, setiap gerakan isyarat yang dilakukan memiliki makna pesan, sehingga semua
gerakan tubuh dan anggota tubuh mempunyai fungsi tertentu dalam proses komunikasi
dengan orang lain.
Hal tersebut tidak hanya dilakukan oleh anak tunawicara saja, akan tetapi orang
tua dan juga guru yang akan berkomunikasi dengan anak tunawicara. Ketika orang tua
dan guru menyampaikan pesan kepada anak tunawicara dengan menggunakan
komunikasi nonverbal, orang tua dan guru menggunakan gerakan tubuh untuk
menekankan pesan yang disampaikan. Terkait dengan nilai prososial dan antisosial
yang diajarkan oleh orang tua dan guru kepada anak tunawicara, proses penyampaian
pesan yang dilakukan oleh orang tua adalah lebih menggunakan demonstrasi yang
didalamnya menggunakan gerak tubuh, isyarat tangan dan ekspresi wajah. Setiap
gerakan tangan dan tubuh lainnya memiliki makna pesan yang harus diinterpretasikan
oleh anak tunawicara sesuai dengan makna pesan yang dimaksudkan oleh orang tua.
Orang tua menjelaskan kepada anak akan nilai prososial dan antisosial , dengan
menggunakan bahasa nonverbal dan mendemonstrasikannya seperti contoh anak tidak
boleh berbohong orang tua menjelaskan bohong itu dosa dengan mendeskripsikan
menunjuk keatas yang artinya Tuhan ditambah dengan ekspresi nonverbal yang
memperlihatkan wajah dengan raut muka yang marah, mata melotot. Selain itu
dipertegas lagi dengan orang bohong mulutnya lebar, dengan ekspresi mulut dibuka
lebar dengan mata melotot. Deskripsi itu menjelaskan bahwa bohong tidak boleh,
sehingga dapat dilihat bahwa setiap gerakan tubuh dan ekspresi yang digunakan untuk
mengkomunikasikan setiap pesan memiliki makna.
Paul Eckmandan Wallace V.Friesen memberikan beberapa klasifikasi gerakan
tubuh
yaitu
emblems,
ilustrator,
affect
display,
regulator,
dan
adaptor
(Devito,1997:187). Berdasarkan penuturan sebelumnya, orang tua dan guru
mendemonstrasikan dengan menggunakan beberapa klasifikasi gerakan tubuh seperti
ilustrator adalah perilaku nonverbal yang mengilustrasikan pesan verbal dengan
menggunakan isyarat badan dengan gerakan gerakan tangan. Kemudian affect display
7
merupakan gerakan wajah yang mengandung makna emosional, seperti ekspresi marah
dengan mata melotot, mulut dan mulut dibuka lebar yang ditunjukkan orang tua ketika
menjelaskan suatu pesan kepada anak tunawicara.
Berdasarkan penelitian mengenai pengalaman komunikasi antar pribadi antara orang
tua, guru dengan anak tunawicara dalam menanamkan nilai prososial dan antisosial di
masyarakat ini menunjukkan bahwa penelitian ini merujuk pada paparan teoritis dari
Teori Manajemen Makna Terkoordinasi (Coordinated Management of Meaning) yang
fokus pada hubungan antar individu dan bagaimana seseorang memberi makna pada
pesan dan pentingnya mengatur koordinasi mengenai suatu makna pesan. Koordinasi
adalah usaha untuk mengartikan pesan-pesan yang berurutan. (Turner, 2008:122)
Kesesuaian Teori Manajemen Makna Terkoordinasi dengan penelitian ini
adalah proses komunikasi antar pribadi antara orang tua dengan anak tunawicara serta
guru dengan anak tunawicara yang membentuk suatu hubungan atau relasi diantara
keduanya, baik hubungan dalam keluarga maupun di lingkungan sekolah. Relasi yang
terbangun tersebut akan membantu anak tunawicara yang memiliki keterbatasan dalam
berkomunikasi untuk menyampaikan pesan yang dimaksudkan. Hubungan dalam
suatu komunikasi akan sangat membantu antara komunikator dan komunikan yaitu
orang tua, guru, serta anak tunawicara yang masing-masing dapat berperan sebagai
komunikator dan komunikan.
Anak tunawicara merupakan anak berkebutuhan khusus yang secara spesifik
memiliki keterbatasan dalam berkomunikasi, sehingga proses pemaknaan pesan yang
disampaikan tidak semudah ketika seseorang menyampaikan pesan dengan orang lain
yang tidak memiliki keterbatasan komunikasi. Anak tunawicara memiliki kendala
dalam mengkoordinasikan setiap pesan secara berurutan yang ditangkapnya dan
kesulitan dalam memaknai setiap pesan yang ada. Hal yang terpenting dalam
berkomunikasi adalah makna yang disampaikan dapat diterima dan dimaknai sesuai
dengan makna pesan yang dimaksudkan. Sehingga yang ditekankan dan sangat
penting dalam penelitian ini adalah proses pemaknaan pesan yang dilakukan oleh anak
tunawicara terkait dengan nilai prososial dan antisosial yang disampaikan oleh orang
tua dan guru. Dalam penyampaian pesan tersebut, tidak terlepas dari sebuah interaksi
komunikasi yang berada dalam sebuah hubungan atau relasi antar keduanya.
8
Pearce (1989) menyatakan bahwa koordinasi lebih mudah ditunjukkan
daripada dijelaskan, maksudnya cara terbaik untuk memahami koordinasi adalah
dengan mengamati orang-orang berinteraksi dalam sehari-hari. Karena orang
memasuki suatu percakapan dengan kemampuan dan kompetensi yang berbeda-beda,
mencapai koordinasi dapat menjadi sulit pada saat-saat tertentu. Selain itu, koordinasi
dengan orang lain merupakan hal yang penuh tantangan sebagiannya karena orang lain
juga sedang berusaha untuk mengkoordinasikan tindakannya dengan tindakan kita.
(Turner,2008:122)
Anak tunawicara memahami koordinasi atau mengartikan pesan-pesan yang
disampaikan orang tua mengenai nilai prososial dan antisosial lebih kepada anak
mengamati orang tua dalam berinteraksi sehari-hari. Seperti perilaku sopan santun,
saling menolong, menghormati orang lain, anak tunawicara mengerti mengenai
perilaku tersebut dari dia melihat sikap orang tuanya kepada orang lain ketika bertemu
dengan tetangga yang memberikan senyuman. Pesan tersebut dikoordinasikan oleh
anak karena dia mengamati orang tuanya, orang tua dalam menjelaskan nilai prososial
dan antisosial ini juga lebih mengkomunikasikan melalui contoh atau demontrasi. Hal
tersebut ternyata sangat membantu anak mengkoordinasikan pesan yang disampaikan.
Hanya menggunakan komunikasi secara verbal dirasa susah untuk dikoordinasikan
oleh anak karena kemampuan komunikasi verbal lisan yang sangat kurang dari anak
tunawicara.
Pembelajaran nilai prososial dan antisosial di masyarakat yang dilakukan oleh
orang tua dan guru kepada anak tunawicara ini menerangkan mengenai instruksi yang
ditunjukkan oleh orang tua dan guru kepada anak tunawicara untuk berperilaku
prososial. Instruksi yang disampaikan tersebut menggunakan komunikasi verbal dan
nonverbal seperti gerak tangan dan tubuh. Pesan yang disampaikan tersebut kemudian
diterima oleh anak tunawicara, dalam proses penerimaan pesan, anak kemudian akan
memaknai pesan yang disampaikan sesuai dengan pemahaman anak untuk
mentafsirkan pesan. Tahapan selanjutnya adalah mengenai umpan balik yang
diberikan oleh anak tunawicara kepada orang tua dan guru. Umpan balik adalah
komunikasi yang diberikan pada sumber pesan oleh penerima pesan yang
menunjukkan pemahaman makna. (Turner,2007:13)
Umpan balik atau feed back merupakan suatu respon yang ditunjukkan oleh
anak tunawicara kepada orang tua dan guru. Ketika pesan yang ingin disampaikan
9
kepada anak tunawicara dalam menyampaikan pesan kepada anak tunawicara. Proses
penyampaian pesan yang dilakukan tersebut menggunakan komunikasi verbal dan
nonverbal yang diharapkan pesan tersebut dapat dimakanai oleh anak tunawicara.
Setelah proses pemaknaan terjadi, anak tunawicara kemudian menunjukkan perilaku
yang merupakan hasil dari komunikasi instruksional yang dapat dikontrol dan
dikendalikan dengan baik.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang sudah dipaparkan mengenai pengalaman unik dari
temuan penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Mengasuh dan mendidik anak tunawicara harus didasari dengan komitmen
yang diambil oleh orang tua. Komitmen yang ditunjukkan orang tua adalah
kesiapan dalam mengasuh dan mendidik anak tunawicara. Cara pengasuhan
yang tepat bagi anak tunawicara adalah cara pengasuhan authoritative yaitu
cara pengasuhan yang memiliki keseimbangan antara responsiveness dan
demandingness. Pola pengasuhan ini menunjukkan bahwa orang tua
memberikan kasih sayang, keluasan, dan kebebasan kepada anak tunawicara
akan tetapi tetap memberikan pengawasan kepada anak tunawicara.
Keterbatasan komunikasi anak tunawicara juga harus dipahami oleh orang tua
dengan orang tua memiliki komitmen dalam berkomunikasi menggunakan
komunikasi verbal dan nonverbal seperti mendeskripsikan, mengilustrasikan,
dan mendemonstrasikan pesan supaya mudah dipahami oleh anak serta
konsisten menggunakan satu bahasa ketika melakukan komunikasi dengan
anak tunawicara.
2. Guru SMALB memiliki komitmen dalam mengasuh dan mendidik anak
tunawicara, komitmen yang ditunjukkan oleh guru adalah dalam control atau
mengawasi perilaku prososial dan antisosial anak tunawicara selama berada di
sekolah. Guru juga berperan dalam memberikan pembelajaran bagi anak
tunawicara. Sikap yang ditunjukkan guru kepada anak tunawicara adalah
penuh kasih sayang dan penuh kesabaran yang merupakan salah satu hal yang
terpenting untuk membuat proses belajar mengajar menjadi nyaman dan
menyenangkan. Selain itu, guru SMALB juga harus memiliki kemampuan
dalam menguasai bahasa nonverbal seperti isyarat SIBI yang merupakan salah
satu cara komunikasi yang dilakukan oleh anak tunawicara. Kemampuan guru
10
dalam berkomunikasi secara verbal dan nonverbal akan membantu proses
penyampaian pesan kepada anak tunawicara.
3. Kendala komunikasi yang dialami oleh orang tua dan guru adalah pada cara
penyampaian pesan kepada anak tunawicara. Orang tua merasa kesulitan ketika
menjelaskan kepada anak mengenai sesuatu yang sifatnya tidak dapat dilihat
dan ditunjukkan secara nyata seperti menjelaskan mengenai iman dan
kepercayaan kepada anak tunawicara. Selain itu, orang tua juga mempunyai
kendala dalam memaknai pesan yang disampaikan oleh anak tunawicara ketika
anak menggunakan isyarat SIBI. Hal ini disebabkan karena orang tua tidak
mengerti arti dari setiap gerak jari yang digunakan oleh anak tunawicara.
4. Orang tua dan guru dalam berkomunikasi dengan anak tunawicara tetap
menggunakan komunikasi verbal untuk melatih kemampuan berbicara anak
tunawicara, sedangkan komunikasi nonverbal yang digunakan orang tua dan
guru berfungsi untuk menekankan, melengkapi dan untuk mengatur pesan yang
disampaikan kepada anak tunawicara. Anak tunawicara cenderung lebih
memilih menggunakan komunikasi nonverbal dalam berkomunikasi karena
komunikasi nonverbal bagi anak tunawicara adalah untuk menggantikan
komunikasi verbal.
5. Proses penyampaian pesan oleh orang tua dan guru mengenai nilai prososial
dan antisosial untuk mengajarkan perilaku baik dan buruk kepada anak
tunawicara ini disajikan dengan menggunakan komunikasi verbal dan
nonverbal dengan cara mendemonstrasikan kepada anak tunawicara. Selain
mendemonstrasikan, orang tua dan guru juga memberikan contoh yang dapat
dilihat oleh anak tunawicara. Anak tunawicara akan lebih mudah memahami
pesan mengenai perilaku baik dengan melihat sikap atau perilaku prososial
yang ditunjukkan orang tua dan guru dalam keseharian seperti sopan santun
dan saling menolong dengan orang lain.
6. Proses pemaknaan pesan tidak sekedar memaknai pesan secara pribadi, akan
tetapi lebih pada pemaknaan interpersonal. Makna pribadi merupakan makna
yang dicapai seseorang ketika berinteraksi dengan orang lain sambil membawa
pengalamannya yang unik kedalam interaksi, sedangkan makna interpersonal
merupakan pemaknaan bersama yang diartikan sebagai hasil yang muncul
ketika dua orang sepakat akan interpretasi satu sama lain mengenai sebuah
11
interaksi. Pesan yang disampaikan oleh orang tua dan guru kepada anak
tunawicara mengenai perilaku yang baik yang harus dilakukan dan perilaku
antisosial yang harus dihindari dapat dimaknai secara berbeda oleh anak
tunawicara, tergantung pemaknaan yang dilakukan oleh anak yaitu pemaknaan
pribadi atau interpersonal. Proses pemaknaan pesan yang baik adalah ketika
seseorang dapat memaknai pesan secara interpersonal, yaitu pencapaian makna
secara bersama.
7. Perilaku yang ditunjukkan anak tunawicara adalah berdasarkan pemaknaan
pesan yang dilakukan. Ketika pesan dari orang tua dan guru dimaknai secara
interpersonal, perilaku anak tunawicara akan sesuai dengan yang diharapkan
oleh orang tua dan guru yaitu anak akan berperilaku baik sesuai dengan nilai
prososial. Perilaku anak tunawicara tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh
orang tua dan guru ketika anak hanya memaknai pesan secara pribadi, yang
menunjukkan bahwa anak memiliki kecenderungan berperilaku antisosial.
Daftar Pustaka
Abdurrachman, Muljono dan Sudjadi.1994.Pendidikan Luar Biasa Umum.Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Abercrombie, Nicholas dkk.2010. Kamus Sosiologi. Yogyakarta:Pustaka Pelajar
Arsjad, Maidar G. Dan Mukti U.S.1987.Pembinaan Kemampuan Berbicara
Bahasa Indonesia.Jakarta:Erlangga
Beebe, Steven A., Susan J. Beebe, Mark V. Redmond.2005.Interpersonal
Communication Relating to Others.Fourth Edition.USA:
Pearson Education,Inc
Devito, Joseph.1997.Human Communication. Jakarta : Pustaka Utama Grafiti
Djamarah,Syaiful Bahri.2002.Psikologi Belajar.Jakarta:Rineka Cipta
Effendi, Onong Uchjana. 1992. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya
Le Poire, Beth A.2006.Family Communication.London: Sage Publications
Liliweri, Alo.1997.Komunikasi Antar Pribadi. Bandung: PT Citra Aditya Bakti
Littlejohn, Stephen W.2007. Theories of Human Communication.
Jakarta:Salemba Humanika
Littlejohn, Stephen W.2009. Teori Komunikasi. Jakarta : Salemba Humanika
12
Moelong, Lexy Jhon.2008.Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung :
PT Remaja Rosdakarya
Moustakas, Clark.1994.Phenomenological Research Methods.London:
Sage Publications
Muhammad, Arni.2009.Komunikasi Organisasi.Jakarta:PT Bumi Aksara
Mulyana, Dedy.2001.Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar.Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Purwanto, Heri . 1998. Ortopedagogik Umum. Yogyakarta : IKIP Yogyakarta
Rahardjo, Turnomo. 2005. Menghargai Perbedaan Kultural. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Sardjono.2000. Ortopedagogik Anak Tunarungu. Surakarta:UNS Press
Soekanto, Soerjono.2006.Sosiologi Suatu Pengantar.Jakarta:Raja
Grafindo Persada
Soewito dan Soejono.1999.Komunikasi Total. Jakarta: Bumi Aksara
Sutaryo.2005.Sosiologi Komunikasi.Yogyakarta:Arti Bumi Intaran
Telford, Charles W. dan James M. Swrey.1995 Education for Children with
Special Needs. Bandung: Remaja Rodsakarya
Tubbs, Stewart L.2001.Human Communication.Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Turner, Richard West. 2009. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta :
Salemba Humanika
Yusuf, Pawit M.1990.Komunikasi Pendidikan dan Komunikasi Instruksional.
Bandung:PT Remaja Rosda Karya
13
Download