Perbedaan Efektifitas Preoperative Teaching Dengan Terapi Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Pasien Preoperasi Elektif Di RSUD Tidar Magelang Hevi Mardiana*) M. Imron Rosyidi, S.Kep., Ns., M.Kep **), Puji Lestari, , S.Kep., Ns., M.Kes.**) *) Mahasiswa Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran **) Dosen Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ABSTRAK Pembedahan mengakibatkan rasa cemas, karena dikaitkan dengan takut akan sesuatu yang belum diketahui, perubahan citra tubuh, perubahan fungsi tubuh, dan kematian. Preoperative teaching dan terapi relaksasi nafas dalam merupakan salah satu metode nonfarmakologis untuk mengurangi kecemasan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui perbedaan efektifitas preoperative teaching dengan terapi relaksasi nafas dalam terhadap tingkat kecemasan pada pasien preoperasi elektif di RSUD Tidar Magelang Desain penelitian menggunakan quasy experiment (Two group comparation pre test post test). Populasi penelitian adalah pasien preoperasi elektif di RSUD Tidar Magelang berjumlah 248 pasien pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014. Sampel penelitian kedua perlakuan 32 responden dengan teknik purposive sampling. Metode analisis data menggunakan teknik analisis parametrik uji t-test dependen dan t-test independen. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar tingkat kecemasan pasien preoperasi pada pretest preoperative teaching mengalami kecemasan sedang 11 orang (68,8%), pada posttest mengalami kecemasan ringan dan sedang masing-masing 8 orang (50,0%), sedangkan pretest terapi relaksasi nafas dalam mengalami kecemasan sedang 10 orang (62,5%), pada posttest mengalami kecemasan ringan 12 orang (75,0%). Ada perbedaan tingkat kecemasan pada pasien preoperasi sebelum dan sesudah diberikan preoperative teaching (p-value 0,002). Ada perbedaan tingkat kecemasan pada pasien preoperasi sebelum dan sesudah diberikan terapi relaksasi nafas dalam (p-value 0,000). Ada perbedaan efektifitas preoperative teaching dengan terapi relaksasi nafas dalam terhadap tingkat kecemasan pada pasien preoperasi (p-value 0,041). Ilmu keperawatan, perawat RSUD Tidar Magelang, pasien preoperatif, dan peneliti lainnya diharapkan menggunakan preoperative teaching dan terapi relaksasi nafas dalam sebagai alternatif dalam penatalaksanaan kecemasan. Kata Kunci : Kecemasan, Preoperasi Elektif, Preoperative Teaching, Terapi Relaksasi Nafas Dalam. ABSTRACT Surgery can cause anxiety, because it is associated with fear of the unknown, changes in body image, changes in the function of the body, and death. Preoperative teaching and deep breathing relaxation therapy are non-pharmacological methods to reduce anxiety. The purpose of this study was to determine the differences in the effectiveness of preoperative teaching and Hevi Mardiana |STIKES NGUDI WALUYO UNGARAN, 2015 Page 1 deep breathing relaxation therapy toward anxiety level of elective preoperative patients in Tidar general hospital Magelang. The design in this study used quasy experimental (Two groups comparation pretest posttest). The population in this study was elective preoperative patients in Tidar general hospital Magelang who were 248 patients tottaly took in October to December 2014. The samples of this study were 32 respondents by purposive sampling. The methods of data analysis used parametric of dependent t-test and independent t-test. The results showed that the majority of the patients with preoperative anxiety levels preoperative teaching pretest, who were 11 people (68.8%) suffered from moderate anxiety, posttest 8 people (50.0%) suffered from mild anxiety and moderate anxiety, and pretest deep breathing relaxation therapy, who were 10 people (62.5%) suffered from moderate anxiety, posttest 12 people (75.0%) suffered from mild anxiety. There were differences in the levels of preoperative anxiety in patients before and after getting preoperative teaching (p-value 0.002). There were differences in the levels of preoperative anxiety in patients before and after getting deep breathing relaxation therapy (p-value 0.000). There were differences in the effectiveness of preoperative teaching and deep breathing relaxation therapy on anxiety levels in preoperative patients (p-value 0.041). Nursing science, nurses of Tidar general hospital Magelang, preoperative patient, and the researchers should use preoperative teaching and deep breathing relaxation therapy as alternatives in treating anxiety. Key words : Anxiety, Elective Preoperative, Preoperative Teaching, Deep Breathing Relaxation Therapy. PENDAHULUAN Pembedahan merupakan cara dokter untuk mengobati kondisi yang sulit atau tidak mungkin disembuhkan hanya dengan obat-obatan sederhana (Potter & Perry, 2006 : 1790). Pembedahan adalah suatu pengalaman yang unik untuk setiap pasien, tergantung pada faktor psikososial dan fisiologis yang ada. Stress fisiologis (respon neuroendokrin), stress psikologis (cemas dan takut) dan stress sosial merupakan dampak dari suatu stressor karena pembedahan. Pembedahan pada tahap praoperatif biasanya timbul rasa cemas ketika pasien mengantisipasi pembedahannya (Baradero et al, 2008 : 5-7). Menurut Mitchel (2005 : 51) Aspek-aspek yang menyebabkan pasien cemas adalah anestesi yang diikuti oleh kemungkinan rasa sakit dan ketidaknyamanan, operasi itu sendiri, dan bahkan mungkin karena menunggu hari operasi. Kecemasan meningkat ketika individu membayangkan terjadinya perubahan dalam hidupnya di masa depan akibat dari penyakit yang diderita ataupun akibat dari proses penanganan suatu penyakit (Lubis,2009:8). Hasil penelitian lain (Erawan, 2012) tentang Perbedaan Tingkat Kecemasan Antara Pasien Laki-laki dan Perempuan pada Preoperasi didapatkan informasi responden laki-laki, tidak cemas (40%), cemas ringan (26,67%), cemas sedang (33,33%), sedangkan pada responden perempuan diperoleh hasil, tidak cemas (23,53%), cemas ringan (17,65%), cemas sedang (35,29%), cemas berat (23,53%). Hevi Mardiana |STIKES NGUDI WALUYO UNGARAN, 2015 Page 2 Kecemasan merupakan respon kelangsungan hidup dasar yang digunakan untuk membantu makhluk hidup dalam menanggapi suatu ancaman atau bahaya (Rogers et al, 2004:417). Kecemasan dapat mempengaruhi mental, perilaku, dan fisik setiap individu (Vanin & Helsley, 2008 : 12). Penatalaksanaan pada pasien kecemasan terdiri dari terapi farmakologi (berupa obat-obatan) dan non-farmakologi. Salah satu penatalaksanaan kecemasan pada pasien preoperasi secara non-farmakologi (NIC) adalah Preoperative Teaching dan teknik relaksasi nafas dalam . Preoperative teaching dapat membantu untuk mengurangi kecemasan dan stres, dan mengajarkan kegiatan khusus (Funnel et,al, 2009 : 824). Kebanyakan pasien merasa kecemasannya menjadi lebih ringan apabila ia mengetahui apa tujuan pemeriksaan, dan prosedur praoperasi yang akan dilaksanakan (Baradero et al, 2008:30). Hasil penilitian Yulista (2009) menunjukkan nilai t hitung (9,726) lebih besar dari t tabel (1,761) atau sig (0,000) lebih kecil dari α (0,05) yang berarti preoperative teaching efektif untuk menurunkan tingkat kecemasan pasien preoperasi di ruang rawat inap RSUD Karanganyar. Teknik meditasi atau teknik pernafasan sangat efektif mengobati gangguan neurotic, kecemasan atau depresi (Handoyo, 2005:21). Pada saat melakukan latihan relaksasi, pernapasan melambat, tekanan darah menurun, otot-otot rileks, sakit kepala memudar, dan kecemasan akan berkurang. Efek relaksasi adalah kebalikan dari gejala fisik kecemasan Hardvard Medikal School, 2006). Hasi penelitian Aprianto dkk (2013) dapat diketahui hasil rata-rata skor rentang cemas sebelum dilakukan relaksasi nafas dalam sebesar 41,70, setelah dilakukan relaksasi dengan nafas dalam turun menjadi 33,40 yang berarti terapi teralkasasi nafas dalam efektif untuk menurunkan tingkat kecemasan pasien preoperasi di RSUD RA Kartini Jepara. Kecenderungan di bidang klinik, pasien yang mengalami kecemasan karena penyakit yang dialami ataupun karena tindakan medis yang diberikan tidak menjadi suatu perhatian perawat. Perlu diketahui, bahwasanya kecemasan yang dialami pasien akan memperlambat dirinya untuk memperoleh kesembuhan. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada bulan Januari 2015 di RSUD Tidar Magelang diperoleh data dari pembagian kuesioner pada 10 pasien preoperasi, didapatkan hasil 2 pasien preoperasi mengalami kecemasan berat, 4 pasien preoperasi rmengalami kecemasan sedang, dan 4 pasien preoperasi mengalami kecemasan ringan. Hasil wawancara dengan perawat di ruang bedah mengatakan kecenderungan untuk masalah kecemasan pada pasien preoperasi belum dilakukan penanganan dikarenakan keterbatasan waktu., Berdasarkan fenomena diatas menarik perhatian peneliti untuk melakukan penelitian tentang Perbedaan Efektifitas Preoperative Teaching Dan Terapi Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Pasien Preoperasi di RSUD Tidar Magelang. METODE PENELITIAN Desain penelitian ini menggunakan rancangan penelitian dengan studi quasi ekperiment (eksperimen semu), dengan pendekatan two group comparation pretestposttest. Populasi penelitian adalah pasien preoperasi elektif di RSUD Tidar Magelang berjumlah 248 pasien pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014. Besaran sampel penelitian ini sebanyak 32 pasien, dengan pembagian yaitu untuk perlakuan preoperative teaching sebanyak 16 pasien dan kelompok perlakuan teknik relaksasi Hevi Mardiana |STIKES NGUDI WALUYO UNGARAN, 2015 Page 3 nafas dalam sebanyak 16 pasien. Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Tidar Magelang pada tanggal 7 sampai 11 Februari 2015. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan alat ukur lembar kuesioner kecemasan Hamilton Rating Scale For Anxiety (HRSA) dan tindakan berdasarkan SOP. Analisis bivariant menggunakan uji parametrik, yaitu uji t independen dan uji t dependen karena data berdistribusi normal. yang sebelumnya dilakukan uji normalitas data yaitu menggunakan uji Saphiro Wilk karena responden berjumlah kurang dari 50. HASIL A. Analisis Univariat 1. Tingkat Kecemasan Pasien Sebelum Diberikan Preoperative Teaching Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Kecemasan Pasien Sebelum Diberikan Preoperative Teaching di RSUD Tidar Magelang, 2015 Tingkat Kecemasan Cemas Ringan Cemas Sedang Cemas Berat Jumlah Sebelum Diberikan Preoperative Teaching Frekuensi Persentase (%) 4 25,0 11 68,8 1 6,3 16 100,0 Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa sebelum diberikan preoperative teaching, responden yang mengalami cemas ringan dalam menghadapi operasi sejumlah 4 orang (25,0%), responden yang mengalami cemas sedang dalam menghadapi operasi, sejumlah 11 orang (68,8%), dan responden mengalami cemas berat dalam menghadapi operasi sejumlah 1 orang (6,3%). 2. Tingkat Kecemasan Pasien Sesudah Diberikan Preoperative Teaching Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Kecemasan Pasien Sesudah Diberikan Preoperative Teaching di RSUD Tidar Magelang, 2015 Tingkat Kecemasan Cemas Ringan Cemas Sedang Cemas Berat Jumlah Sesudah Diberikan Preoperative Teaching Frekuensi Presentase(%) 8 50,0 8 50,0 0 0,0 16 100,0 Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa sesudah diberikan preoperative teaching, responden yang mengalami cemas ringan dalam menghadapi operasi sejumlah 8 orang (50,0%), responden yang mengalami cemas sedang dalam menghadapi operasi, sejumlah 8 orang (50,0%). 3. Tingkat Kecemasan Pasien Sebelum Diberikan Terapi Relaksasi Napas Dalam Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Kecemasan Pasien Sebelum Diberikan Terapi Relaksasi Napas Dalam di RSUD Tidar Magelang, 2015 Tingkat Kecemasan Cemas Ringan Cemas Sedang Cemas Berat Jumlah Sebelum Diberikan Terapi Relaksasi Napas Dalam Frekuensi Persentase (%) 4 25,0 10 62,5 2 12,5 16 100,0 Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa sebelum diberikan terapi relaksasi nafas dalam, responden yang mengalami cemas ringan dalam menghadapi operasi sejumlah Hevi Mardiana |STIKES NGUDI WALUYO UNGARAN, 2015 Page 4 4 orang (25,0%), responden yang mengalami cemas sedang dalam menghadapi operasi, sejumlah 10 orang (62,5%), dan responden yang mengalami cemas berat dalam menghadapi operasi, sejumlah 2 orang (12,5%). 4. Tingkat Kecemasan Pasien Sesudah Diberikan Terapi Relaksasi Napas Dalam Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Kecemasan Pasien Sesudah Diberikan Terapi Relaksasi Napas Dalam di RSUD Tidar Magelang, 2015 Tingkat Kecemasan Cemas Ringan Cemas Sedang Cemas Berat Jumlah Sesudah Diberikan Terapi Relaksasi Napas Dalam Frekuensi Persentase(%) 12 75,0 4 25,0 0 0,0 16 100,0 Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa sesudah diberikan terapi relaksasi nafas dalam, responden yang mengalami cemas ringan dalam menghadapi operasi sejumlah 12 orang (75,0%), responden yang mengalami cemas sedang dalam menghadapi operasi, sejumlah 4 orang (25,0%). B. Analisis Bivariat 1. Perbedaan Tingkat Kecemasan Pasien Preoperasi Sebelum dan Sesudah Diberikan Preoperative Teaching Tabel 4.5 Perbedaan Tingkat Kecemasan Pasien Preoperasi Sebelum dan Sesudah Diberikan Preoperative Teaching di RSUD Tidar Magelang, 2015 N Mean Tingkat Kecemasan Sebelum Sesudah 16 16 23,06 20,38 SD T p-value 3,750 3,810 0,002 3,757 Berdasarkan tabel 4.5, dapat diketahui bahwa rata-rata skor tingkat kecemasan pasien praoperasi sebelum diberikan preoperative teaching sebesar 23,06, kemudian turun menjadi 20,38 sesudah diberikan preoperative teaching. Berdasarkan uji t dependen, didapatkan nilai t hitung sebesar 3,810 dengan p-value sebesar 0,002. Terlihat bahwa p-value 0,002 < (0,05), ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan tingkat kecemasan pasien praoperasi sebelum dan sudah diberikan preoperative teaching di RSUD Tidar Magelang. 2. Perbedaan Tingkat Kecemasan Pasien Preoperasi Sebelum dan Sesudah Diberikan Terapi Relaksasi Nafas Dalam Tabel 4.6 Perbedaan Tingkat Kecemasan Pasien Preoperasi Sebelum dan Sesudah Diberikan Terapi Relaksasi Nafas Dalam di RSUD Tidar Magelang, 2015 N Mean SD T p-value Tingkat Kecemasan Sebelum Sesudah 16 16 23,50 17,81 4,009 2,971 8,748 0,000 Berdasarkan tabel 4.6, dapat diketahui bahwa rata-rata skor tingkat kecemasan pasien praoperasi sebelum diberikan terapi relaksasi nafas dalam sebesar 23,50, kemudian turun menjadi 17,81 sesudah diberikan terapi relaksasi nafas dalam. Berdasarkan uji t dependen, didapatkan nilai t hitung sebesar 8,748 Hevi Mardiana |STIKES NGUDI WALUYO UNGARAN, 2015 Page 5 dengan p-value sebesar 0,000. Terlihat bahwa p-value 0,000 < (0,05), ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan tingkat kecemasan pasien praoperasi sebelum dan sudah diberikan terapi relaksasi nafas dalam di RSUD Tidar Magelang. 3. Perbedaan Efektifitas Preoperative Teaching dan Terapi Relaksasi Nafas Dalam terhadap Tingkat Kecemasan pada Pasien Preoperasi Tabel 4.7 Perbedaan Efektifitas Preoperative Teaching dan Terapi Relaksasi Nafas Dalam terhadap Tingkat Kecemasan pada Pasien Preoperasi di RSUD Tidar Magelang, 2015 N Mean SD T p-value Tingkat Kecemasan Preoperative Terapi Relaksasi Teaching Napas Dalam 16 16 20,38 17,81 3,757 2,971 2,140 0,041 Berdasarkan tabel 4.7, diketahui bahwa ratarata skor tingkat kecemasan pasien praoperasi sesudah diberikan preoperative teaching sebesar 20,38, sedangkan sesudah diberikan terapi teknik relaksasi nafas dalam sebesar 17,81. Berdasarkan uji t independen, didapatkan nilai t hitung = 2,140 dengan pvalue sebesar 0,041. Oleh karena p-value 0,041 < (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan tingkat kecemasan pasien praoperasi antara sesudah diberikan preoperative teaching dan sesudah diberikan teknik relaksasi nafas dalam di RSUD Tidar Magelang. DISKUSI Perbedaan Efektifitas Preoperative Teaching dan Terapi Relaksasi Nafas Dalam terhadap Tingkat Kecemasan pada Pasien Preoperasi Hasil rata-rata skor tingkat kecemasan pasien praoperasi sesudah diberikan terapi teknik relaksasi nafas dalam sebesar 17,81, sedangkan hasil rata-rata skor tingkat. kecemasan pasien praoperasi sesudah diberikan preoperative teaching sebesar 20,38. Berdasarkan uji t independen, didapatkan nilai t hitung = 2,140 dengan pvalue sebesar 0,041. Oleh karena p-value 0,041 < (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan tingkat kecemasan pasien praoperasi antara sesudah diberikan preoperative teaching dan sesudah diberikan teknik relaksasi nafas dalam di RSUD Tidar Magelang. Prosedur bedah merupakan suatu kejadian yang mungkin tiba-tiba dan kejadian yang tidak terduga oleh pasien, sehingga mengakibatkan stres dan kecemasan pada pasien. Berdasarkan hasil penelitian pasien preoperasi mengalami tingkat kecemasan yang bermacam-macam. Sebagian besar pasien preoperasi mengalami kecemasan sedang (68,8% dan 62,5%) yang disebabkan karena pasien dapat terfokus dengan kondisinya yang mana pasien dapat menerima pembedahan tersebut namun pasien masih merasakan adanya ketakutan akan pembedahan yang disebabkan karena faktor nyeri dan ketidaknyamanan ketika pembedahan, ketidaktahuan tentang informasi pembedahan, dan ketakutan akan kerusakan atau kecacatan pada bentuk tubuh. Kecemasan yang muncul pada pasien pre operasi yang akan menghadapi pembedahan dihubungkan dengan adanya kekhawatiran dalam menghadapi suatu situasi yang sebelumnya tidak pernah dikhawatirkan (Junaidi, 2012). Hevi Mardiana |STIKES NGUDI WALUYO UNGARAN, 2015 Page 6 Beberapa faktor yang mempengaruhi kecemasan pada pasien preoperasi di RSUD Tidar Magelang yaitu faktor informasi, dan faktor presepsi. Faktor informasi yang mempengaruhi kecemasan timbul karena hampir seluruh pasien yang akan menjalani operasi hanya diberikan informasi mengenai hari dan tanggal pelaksanaan operasi, sedangkan untuk jam pelaksanaannya, rutinitas preoperasi dan post operasi juga tidak diberikan tidak diberitahukan. Faktor presepsi yang mempengaruhi kecemasan timbul ketika pasien membayangkan terjadinya perubahan dalam hidupnya di masa depan akibat dari penyakit yang diderita ataupun akibat dari proses penanganan suatu penyakit. Salah satu peran perawat disini adalah preoperative teaching yang bertujuan untuk mempersiapkan pasien untuk pengalaman bedah sehingga dapat menurunkan kecemasan pada pasien yang akan menjalani operasi. Pasien merasa kecemasannya menjadi lebih ringan apabila ia mengetahui apa tujuan pemeriksaan, dan prosedur praoperasi yang akan dilaksanakan (Baradero et al, 2008:30), karena preoperative teaching tidak hanya sekedar penyediaan pemberian informasi mengenai pembedahan kepada pasien tetapi preoperative teaching juga dapat mempengaruhi emosi dan sikap dengan tujuan untuk mengubah perilaku (Anonim, 2008). Nafas dalam adalah teknik untuk memaksimalkan ventilasi. Menghirup volume udara lebih banyak untuk mengisi alveoli mencapai kapasitas yang paling baik untuk memperbaiki pertukaran gas (Timby, Barbara K, 2009 : 463). Nafas dalam akan mendorong pertukaran oksigen secara penuh yaitu, oksigen masuk dan karbon dioksida keluar, sehingga dapat memperlambat denyut jantung dan menurunkan atau menstabilkan tekanan darah. Mengontrol pernapasan dan mengendurkan otot dapat membantu mengendalikan atau mencegah kecemasan (Miller, 2008 : 35 ; Carbonell, 2014 ; Hardvard Medikal School, 2006). Dari hasil penelitian didapatkan selisih skor rata-rata tingkat kecemasan pasien preoperasi sebelum dan sesudah diberikan preoperative teaching adalah 2,68, sedangkan selisih skor rata-rata tingkat kecemasan pasien preoperasi sebelum dan sesudah diberikan terapi relaksasi nafas dalam adalah 5,69. Hal Ini juga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan efektivitas preoperative teaching dan terapi relaksasi nafas dalam terhadap tingkat kecemasan pasien preoperasi elektif di RSUD Tidar Magelang, dimana terapi relaksasi nafas dalam lebih efektif dibanding dengan preoperative teaching dalam menurunkan kecemasan pada pasien preoperasi. Menurut Jerath et al (2006) pernapasan dapat mengubah pengolahan informasi otak, sehingga meningkatkan profil psikologis seseorang. Nafas dalam berfungsi mengatur ulang (reset) sistem saraf otonom melalui peregangan sinyal penghambatan dan hyperpolarization (memperlambat potensial aksi listrik) yang mensinkronisasikan elemen saraf di jantung, paru-paru, sistem limbik dan korteks. Selain itu, teknik pernapasan mengaktifkan sistem saraf parasimpatis (penghambatan), sehingga memperlambat proses fisiologis (memperlambat gejala fisik kecemasan). Kecemasan atau stress pada seseorang terjadi ketika adanya aktivasi saraf simpatik. Bernafas dalam akan menyeimbangkan sistem saraf otonom yang mana akan menyebabkan pengaktifan sistem saraf parasimpatis dan menghambat aktivasi sistem saraf simpatik sehingga sistem cardio-respiration menjadi normal dan tanda kecemasan akan berkurang (Jerath et al, 2006). Hevi Mardiana |STIKES NGUDI WALUYO UNGARAN, 2015 Page 7 Teknik relaksasi napas dalam merupakan suatu usaha untuk inspirasi dan ekspirasi sehingga berpengaruh terhadap peregangan kardiopulmonari (Anonim, 2012.). Dari peregangan kardiopulmonari dapat meningkatkan baroreseptor yang akan merangsang saraf parasimpatis dan menghambat pusat simpatis. Peningkatan saraf parasimpatis akan menurunkan ketegangan, kecemasan serta mengendalikan fungsi denyut jantung sehingga membuat tubuh rileks (Muttaqin, 2009, hlm. 9). SIMPULAN 1. Sebelum pemberian preoperative teaching, sebagian besar responden mengalami cemas sedang dalam menghadapi operasi, sejumlah 11 orang (68,8%). 2. Sesudah diberikan preoperative teaching, sebagian besar responden mengalami cemas ringan dan sedang dalam menghadapi operasi masing-masing sejumlah 8 orang (50,0%). 3. Sebelum diberikan terapi relaksasi nafas dalam, sebagian besar responden mengalami cemas sedang dalam menghadapi operasi, sejumlah 10 orang (62,5%). 4. Sesudah diberikan terapi relaksasi nafas dalam, sebagian besar responden mengalami cemas ringan dalam menghadapi operasi sejumlah 12 orang (75,0%). 5. Ada perbedaan tingkat kecemasan pada pasien preoperasi sebelum dan sesudah diberikan preoperative teaching, dibuktikan dengan hasil penelitian didapatkan nilai t hitung sebesar 3,810 dengan p-value sebesar 0,002 < (0,05). 6. Ada perbedaan tingkat kecemasan pada pasien preoperasi sebelum dan sesudah diberikan terapi relaksasi nafas dalam, dibuktikan dengan hasil penelitian didapatkan nilai t hitung sebesar 8,748 dengan p-value sebesar 0,000 < (0,05). 7. Ada perbedaan efektifitas preoperative teaching dengan terapi relaksasi nafas dalam terhadap tingkat kecemasan pada pasien preoperasi, dibuktikan dengan hasil penelitian sebelum dan sesudah diberikan terapi relaksasi nafas dalam didapatkan nilai t hitung sebesar 2,140 dengan p-value sebesar 0,041 < (0,05). SARAN Ilmu keperawatan, perawat RSUD Tidar Magelang, pasien preoperatif, dan peneliti lainnya diharapkan menggunakan preoperative teaching dan terapi relaksasi nafas dalam sebagai alternatif dalam penatalaksanaan kecemasan. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2006. Relaxation Techniques: Breath Control Helps Quell Errant Stress Response. Rerieved October 25, 2014 from http://www.health.harvard.edu/fhg/ updates/update1006a.shtml Anonim. 2012. Slow Breathing To Decrease Anxiety And Panic. Rerieved November 10, 2014 from http://www.anxietyaustralia.com.au/ treatment-options/slow-breathingto-decrease-anxiety-and-panic/ Baradero, et.al. 2008. Prinsip Dan Praktik Keperawatan Perioperatif. Jakarta : EGC. Bulecheck, Gloria. M, et al. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). 6th ed. USA : Elsevier Mosby. Carbonell, David. 2014. A Breathing Exercise to Calm Panic Attacks. Rerieved November 10, 2014 from Hevi Mardiana |STIKES NGUDI WALUYO UNGARAN, 2015 Page 8 http://www.anxietycoach.com/breat hingexercise.html Erawan, dkk. 2012. Jurnal Penelitian Perbedaan Tingkat Kecemasan Antara Pasien Laki- Laki Dan Perempuan Pada Pre Operasi Laparatomi Di Rsup. Prof.Dr.R.D. Kandou Manado. (http://ejournal.unsrat.ac.id) diakses 10 Oktober 2014. Funnell et, al. 2009. Tabbner’s Nursing Care : Theory And Practice. Australia : Elsevier. . Handoyo A. 2005. Panduan Praktis Aplikasi Olah Nafas 2. Jakarta : Gramedia. Hawari, Dadang (2008). Manajemen Stres, cemas, Dan Depresi. Jakarta : FKUI. Jerath et,al. 2006. Journal Physiology Of Long Pranayamic Breathing : Neural Respiratory Elements May Provide A Mechanism That Explains How Slow Deep Breathing Shifts The Autonomic Nervous System. (http://www.ncbi.nlm.nih.gov), diakses 17 February 2015. Lubis & Hasnida. 2009. Dukungan Sosila Pada kanker, Perlukah?. Medan : USU Press. Mitchell, Mark. 2005. Anxiety Management in Adult Day Surgery A Nursing Perspective. Philadelphia : Whurr Publishers Ltd. Muttaqin, A. (2009). Pengantar asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika. Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metodologi penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik. 4th ed. Jakarta : EGC. Rogers et, al. 2004. The Art And Science Of Mental Health Nursing : A Textbook Of Principles And Practice, Edited By Ian Norman And Iain Ryrie. England : Open University Press. Sugiyono. 2012. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfa Beta Timby, Barbara K. 2009. Fundamental Nursing Skills & Concepts. 9th Ed.Philadelphia : Wolters Kluwer Health LWW Vanin & Helsley. 2008. Anxiety Disorders : A Pocket Guide For Primary Care. New Jersey : Human Press. Yulista. 2009. Jurnal Penelitian Efektifitas Preoperative Teaching Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pasien Preoperasi Di Ruang Rawat Inap pRsud Karanganyar. (http://eprints.undip.ac.id), diakses 10 Oktober 2014 Hevi Mardiana |STIKES NGUDI WALUYO UNGARAN, 2015 Page 9