4224

advertisement
Perbedaan Efektifitas Preoperative Teaching Dengan Terapi Relaksasi Nafas Dalam
Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Pasien Preoperasi Elektif Di RSUD Tidar Magelang
Hevi Mardiana*)
M. Imron Rosyidi, S.Kep., Ns., M.Kep **), Puji Lestari, , S.Kep., Ns., M.Kes.**)
*) Mahasiswa Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
**) Dosen Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
ABSTRAK
Pembedahan mengakibatkan rasa cemas, karena dikaitkan dengan takut akan sesuatu
yang belum diketahui, perubahan citra tubuh, perubahan fungsi tubuh, dan kematian.
Preoperative teaching dan terapi relaksasi nafas dalam merupakan salah satu metode nonfarmakologis untuk mengurangi kecemasan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui
perbedaan efektifitas preoperative teaching dengan terapi relaksasi nafas dalam terhadap tingkat
kecemasan pada pasien preoperasi elektif di RSUD Tidar Magelang
Desain penelitian menggunakan quasy experiment (Two group comparation pre test post
test). Populasi penelitian adalah pasien preoperasi elektif di RSUD Tidar Magelang berjumlah
248 pasien pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014. Sampel penelitian kedua
perlakuan 32 responden dengan teknik purposive sampling. Metode analisis data menggunakan
teknik analisis parametrik uji t-test dependen dan t-test independen.
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar tingkat kecemasan pasien preoperasi pada
pretest preoperative teaching mengalami kecemasan sedang 11 orang (68,8%), pada posttest
mengalami kecemasan ringan dan sedang masing-masing 8 orang (50,0%), sedangkan pretest
terapi relaksasi nafas dalam mengalami kecemasan sedang 10 orang (62,5%), pada posttest
mengalami kecemasan ringan 12 orang (75,0%). Ada perbedaan tingkat kecemasan pada pasien
preoperasi sebelum dan sesudah diberikan preoperative teaching (p-value 0,002). Ada perbedaan
tingkat kecemasan pada pasien preoperasi sebelum dan sesudah diberikan terapi relaksasi nafas
dalam (p-value 0,000). Ada perbedaan efektifitas preoperative teaching dengan terapi relaksasi
nafas dalam terhadap tingkat kecemasan pada pasien preoperasi (p-value 0,041).
Ilmu keperawatan, perawat RSUD Tidar Magelang, pasien preoperatif, dan peneliti
lainnya diharapkan menggunakan preoperative teaching dan terapi relaksasi nafas dalam sebagai
alternatif dalam penatalaksanaan kecemasan.
Kata Kunci
: Kecemasan, Preoperasi Elektif, Preoperative Teaching, Terapi Relaksasi Nafas
Dalam.
ABSTRACT
Surgery can cause anxiety, because it is associated with fear of the unknown, changes in
body image, changes in the function of the body, and death. Preoperative teaching and deep
breathing relaxation therapy are non-pharmacological methods to reduce anxiety. The purpose
of this study was to determine the differences in the effectiveness of preoperative teaching and
Hevi Mardiana |STIKES NGUDI WALUYO UNGARAN, 2015
Page 1
deep breathing relaxation therapy toward anxiety level of elective preoperative patients in Tidar
general hospital Magelang.
The design in this study used quasy experimental (Two groups comparation pretest
posttest). The population in this study was elective preoperative patients in Tidar general
hospital Magelang who were 248 patients tottaly took in October to December 2014. The
samples of this study were 32 respondents by purposive sampling. The methods of data analysis
used parametric of dependent t-test and independent t-test.
The results showed that the majority of the patients with preoperative anxiety levels
preoperative teaching pretest, who were 11 people (68.8%) suffered from moderate anxiety,
posttest 8 people (50.0%) suffered from mild anxiety and moderate anxiety, and pretest deep
breathing relaxation therapy, who were 10 people (62.5%) suffered from moderate anxiety,
posttest 12 people (75.0%) suffered from mild anxiety. There were differences in the levels of
preoperative anxiety in patients before and after getting preoperative teaching (p-value 0.002).
There were differences in the levels of preoperative anxiety in patients before and after getting
deep breathing relaxation therapy (p-value 0.000). There were differences in the effectiveness of
preoperative teaching and deep breathing relaxation therapy on anxiety levels in preoperative
patients (p-value 0.041).
Nursing science, nurses of Tidar general hospital Magelang, preoperative patient, and
the researchers should use preoperative teaching and deep breathing relaxation therapy as
alternatives in treating anxiety.
Key words
: Anxiety, Elective Preoperative, Preoperative Teaching, Deep Breathing
Relaxation Therapy.
PENDAHULUAN
Pembedahan merupakan cara dokter
untuk mengobati kondisi yang sulit atau
tidak mungkin disembuhkan hanya dengan
obat-obatan sederhana (Potter & Perry, 2006
: 1790). Pembedahan adalah suatu
pengalaman yang unik untuk setiap pasien,
tergantung pada faktor psikososial dan
fisiologis yang ada. Stress fisiologis (respon
neuroendokrin), stress psikologis (cemas
dan takut) dan stress sosial merupakan
dampak dari suatu stressor karena
pembedahan.
Pembedahan pada tahap praoperatif
biasanya timbul rasa cemas ketika pasien
mengantisipasi pembedahannya (Baradero et
al, 2008 : 5-7). Menurut Mitchel (2005 : 51)
Aspek-aspek yang menyebabkan pasien
cemas adalah anestesi yang diikuti oleh
kemungkinan
rasa
sakit
dan
ketidaknyamanan, operasi itu sendiri, dan
bahkan mungkin karena menunggu hari
operasi.
Kecemasan
meningkat
ketika
individu
membayangkan
terjadinya
perubahan dalam hidupnya di masa depan
akibat dari penyakit yang diderita ataupun
akibat dari proses penanganan suatu
penyakit (Lubis,2009:8).
Hasil penelitian lain (Erawan, 2012)
tentang Perbedaan Tingkat Kecemasan
Antara Pasien Laki-laki dan Perempuan
pada Preoperasi didapatkan informasi
responden laki-laki, tidak cemas (40%),
cemas ringan (26,67%), cemas sedang
(33,33%), sedangkan pada responden
perempuan diperoleh hasil, tidak cemas
(23,53%), cemas ringan (17,65%), cemas
sedang (35,29%), cemas berat (23,53%).
Hevi Mardiana |STIKES NGUDI WALUYO UNGARAN, 2015
Page 2
Kecemasan
merupakan
respon
kelangsungan hidup dasar yang digunakan
untuk membantu makhluk hidup dalam
menanggapi suatu ancaman atau bahaya
(Rogers et al, 2004:417). Kecemasan dapat
mempengaruhi mental, perilaku, dan fisik
setiap individu (Vanin & Helsley, 2008 :
12).
Penatalaksanaan
pada
pasien
kecemasan terdiri dari terapi farmakologi
(berupa obat-obatan) dan non-farmakologi.
Salah satu penatalaksanaan kecemasan pada
pasien preoperasi secara non-farmakologi
(NIC) adalah Preoperative Teaching dan
teknik relaksasi nafas dalam .
Preoperative
teaching
dapat
membantu untuk mengurangi kecemasan
dan stres, dan mengajarkan kegiatan khusus
(Funnel et,al, 2009 : 824). Kebanyakan
pasien merasa kecemasannya menjadi lebih
ringan apabila ia mengetahui apa tujuan
pemeriksaan, dan prosedur praoperasi yang
akan dilaksanakan (Baradero et al, 2008:30).
Hasil penilitian Yulista (2009) menunjukkan
nilai t hitung (9,726) lebih besar dari t tabel
(1,761) atau sig (0,000) lebih kecil dari α
(0,05) yang berarti preoperative teaching
efektif
untuk
menurunkan
tingkat
kecemasan pasien preoperasi di ruang rawat
inap RSUD Karanganyar.
Teknik
meditasi
atau
teknik
pernafasan sangat efektif mengobati
gangguan neurotic, kecemasan atau depresi
(Handoyo, 2005:21). Pada saat melakukan
latihan relaksasi, pernapasan melambat,
tekanan darah menurun, otot-otot rileks,
sakit kepala memudar, dan kecemasan akan
berkurang. Efek relaksasi adalah kebalikan
dari gejala fisik kecemasan Hardvard
Medikal School, 2006). Hasi penelitian
Aprianto dkk (2013) dapat diketahui hasil
rata-rata skor rentang cemas sebelum
dilakukan relaksasi nafas dalam sebesar
41,70, setelah dilakukan relaksasi dengan
nafas dalam turun menjadi 33,40 yang
berarti terapi teralkasasi nafas dalam efektif
untuk menurunkan tingkat kecemasan pasien
preoperasi di RSUD RA Kartini Jepara.
Kecenderungan di bidang klinik,
pasien yang mengalami kecemasan karena
penyakit yang dialami ataupun karena
tindakan medis yang diberikan tidak
menjadi suatu perhatian perawat. Perlu
diketahui, bahwasanya kecemasan yang
dialami pasien akan memperlambat dirinya
untuk memperoleh kesembuhan.
Hasil studi pendahuluan yang
dilakukan oleh peneliti pada bulan Januari
2015 di RSUD Tidar Magelang diperoleh
data dari pembagian kuesioner pada 10
pasien preoperasi, didapatkan hasil 2 pasien
preoperasi mengalami kecemasan berat, 4
pasien preoperasi rmengalami kecemasan
sedang, dan 4 pasien preoperasi mengalami
kecemasan ringan. Hasil wawancara dengan
perawat di ruang bedah mengatakan
kecenderungan untuk masalah kecemasan
pada pasien preoperasi belum dilakukan
penanganan
dikarenakan
keterbatasan
waktu., Berdasarkan fenomena diatas
menarik perhatian peneliti untuk melakukan
penelitian tentang Perbedaan Efektifitas
Preoperative
Teaching
Dan
Terapi
Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Tingkat
Kecemasan Pada Pasien Preoperasi di
RSUD Tidar Magelang.
METODE PENELITIAN
Desain penelitian ini menggunakan
rancangan penelitian dengan studi quasi
ekperiment (eksperimen semu), dengan
pendekatan two group comparation pretestposttest. Populasi penelitian adalah pasien
preoperasi elektif di RSUD Tidar Magelang
berjumlah 248 pasien pada bulan Oktober
sampai dengan Desember 2014. Besaran
sampel penelitian ini sebanyak 32 pasien,
dengan pembagian yaitu untuk perlakuan
preoperative teaching sebanyak 16 pasien
dan kelompok perlakuan teknik relaksasi
Hevi Mardiana |STIKES NGUDI WALUYO UNGARAN, 2015
Page 3
nafas dalam sebanyak 16 pasien. Teknik
sampling dalam penelitian ini menggunakan
teknik purposive sampling. Penelitian
dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah
Tidar Magelang pada tanggal 7 sampai 11
Februari 2015.
Alat pengumpulan data yang
digunakan
dalam
penelitian
ini
menggunakan alat ukur lembar kuesioner
kecemasan Hamilton Rating Scale For
Anxiety (HRSA) dan tindakan berdasarkan
SOP.
Analisis bivariant menggunakan uji
parametrik, yaitu uji t independen dan uji t
dependen karena data berdistribusi normal.
yang sebelumnya dilakukan uji normalitas
data yaitu menggunakan uji Saphiro Wilk
karena responden berjumlah kurang dari 50.
HASIL
A. Analisis Univariat
1. Tingkat Kecemasan Pasien Sebelum
Diberikan Preoperative Teaching
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat
Kecemasan Pasien Sebelum Diberikan
Preoperative Teaching di RSUD
Tidar Magelang, 2015
Tingkat
Kecemasan
Cemas Ringan
Cemas Sedang
Cemas Berat
Jumlah
Sebelum Diberikan
Preoperative Teaching
Frekuensi
Persentase (%)
4
25,0
11
68,8
1
6,3
16
100,0
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa
sebelum diberikan preoperative teaching,
responden yang mengalami cemas ringan
dalam menghadapi operasi sejumlah 4 orang
(25,0%), responden yang mengalami cemas
sedang dalam menghadapi operasi, sejumlah
11 orang (68,8%), dan responden
mengalami cemas berat dalam menghadapi
operasi sejumlah 1 orang (6,3%).
2. Tingkat Kecemasan Pasien Sesudah
Diberikan Preoperative Teaching
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat
Kecemasan Pasien Sesudah Diberikan
Preoperative Teaching di RSUD
Tidar Magelang, 2015
Tingkat
Kecemasan
Cemas Ringan
Cemas Sedang
Cemas Berat
Jumlah
Sesudah Diberikan
Preoperative Teaching
Frekuensi
Presentase(%)
8
50,0
8
50,0
0
0,0
16
100,0
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa
sesudah diberikan preoperative teaching,
responden yang mengalami cemas ringan
dalam menghadapi operasi sejumlah 8 orang
(50,0%), responden yang mengalami cemas
sedang dalam menghadapi operasi, sejumlah
8 orang (50,0%).
3. Tingkat Kecemasan Pasien Sebelum
Diberikan Terapi Relaksasi Napas
Dalam
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat
Kecemasan Pasien Sebelum Diberikan
Terapi Relaksasi Napas Dalam di
RSUD Tidar Magelang, 2015
Tingkat
Kecemasan
Cemas Ringan
Cemas Sedang
Cemas Berat
Jumlah
Sebelum Diberikan Terapi
Relaksasi Napas Dalam
Frekuensi
Persentase (%)
4
25,0
10
62,5
2
12,5
16
100,0
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa
sebelum diberikan terapi relaksasi nafas
dalam, responden yang mengalami cemas
ringan dalam menghadapi operasi sejumlah
Hevi Mardiana |STIKES NGUDI WALUYO UNGARAN, 2015
Page 4
4 orang (25,0%), responden yang
mengalami
cemas
sedang
dalam
menghadapi operasi, sejumlah 10 orang
(62,5%), dan responden yang mengalami
cemas berat dalam menghadapi operasi,
sejumlah 2 orang (12,5%).
4. Tingkat Kecemasan Pasien Sesudah
Diberikan Terapi Relaksasi Napas
Dalam
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat
Kecemasan Pasien Sesudah Diberikan
Terapi Relaksasi Napas Dalam di
RSUD Tidar Magelang, 2015
Tingkat Kecemasan
Cemas Ringan
Cemas Sedang
Cemas Berat
Jumlah
Sesudah Diberikan Terapi
Relaksasi Napas Dalam
Frekuensi Persentase(%)
12
75,0
4
25,0
0
0,0
16
100,0
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa
sesudah diberikan terapi relaksasi nafas
dalam, responden yang mengalami cemas
ringan dalam menghadapi operasi sejumlah
12 orang (75,0%), responden yang
mengalami
cemas
sedang
dalam
menghadapi operasi, sejumlah 4 orang
(25,0%).
B. Analisis Bivariat
1. Perbedaan Tingkat Kecemasan Pasien
Preoperasi Sebelum dan Sesudah
Diberikan Preoperative Teaching
Tabel 4.5
Perbedaan Tingkat Kecemasan Pasien
Preoperasi Sebelum dan Sesudah
Diberikan Preoperative Teaching
di RSUD Tidar Magelang, 2015
N
Mean
Tingkat Kecemasan
Sebelum
Sesudah
16
16
23,06
20,38
SD
T
p-value
3,750
3,810
0,002
3,757
Berdasarkan tabel 4.5, dapat diketahui
bahwa rata-rata skor tingkat kecemasan
pasien praoperasi sebelum diberikan
preoperative teaching sebesar 23,06,
kemudian turun menjadi 20,38 sesudah
diberikan preoperative teaching.
Berdasarkan
uji
t
dependen,
didapatkan nilai t hitung sebesar 3,810
dengan p-value sebesar 0,002. Terlihat
bahwa p-value 0,002 <  (0,05), ini
menunjukkan bahwa ada perbedaan yang
signifikan tingkat kecemasan pasien
praoperasi sebelum dan sudah diberikan
preoperative teaching di RSUD Tidar
Magelang.
2. Perbedaan Tingkat Kecemasan Pasien
Preoperasi Sebelum dan Sesudah
Diberikan Terapi Relaksasi Nafas Dalam
Tabel 4.6
Perbedaan Tingkat Kecemasan Pasien
Preoperasi Sebelum dan Sesudah
Diberikan Terapi Relaksasi
Nafas Dalam di RSUD
Tidar Magelang, 2015
N
Mean
SD
T
p-value
Tingkat Kecemasan
Sebelum
Sesudah
16
16
23,50
17,81
4,009
2,971
8,748
0,000
Berdasarkan tabel 4.6, dapat diketahui
bahwa rata-rata skor tingkat kecemasan
pasien praoperasi sebelum diberikan terapi
relaksasi nafas dalam sebesar 23,50,
kemudian turun menjadi 17,81 sesudah
diberikan terapi relaksasi nafas dalam.
Berdasarkan
uji
t
dependen,
didapatkan nilai t hitung sebesar 8,748
Hevi Mardiana |STIKES NGUDI WALUYO UNGARAN, 2015
Page 5
dengan p-value sebesar 0,000. Terlihat
bahwa p-value 0,000 <  (0,05), ini
menunjukkan bahwa ada perbedaan yang
signifikan tingkat kecemasan pasien
praoperasi sebelum dan sudah diberikan
terapi relaksasi nafas dalam di RSUD Tidar
Magelang.
3. Perbedaan Efektifitas Preoperative
Teaching dan Terapi Relaksasi Nafas
Dalam terhadap Tingkat Kecemasan
pada Pasien Preoperasi
Tabel 4.7
Perbedaan Efektifitas Preoperative
Teaching dan Terapi Relaksasi Nafas
Dalam terhadap Tingkat Kecemasan
pada Pasien Preoperasi di RSUD
Tidar Magelang, 2015
N
Mean
SD
T
p-value
Tingkat Kecemasan
Preoperative
Terapi Relaksasi
Teaching
Napas Dalam
16
16
20,38
17,81
3,757
2,971
2,140
0,041
Berdasarkan tabel 4.7, diketahui bahwa ratarata skor tingkat kecemasan pasien
praoperasi sesudah diberikan preoperative
teaching sebesar 20,38, sedangkan sesudah
diberikan terapi teknik relaksasi nafas dalam
sebesar 17,81.
Berdasarkan uji t independen,
didapatkan nilai t hitung = 2,140 dengan pvalue sebesar 0,041. Oleh karena p-value
0,041 <  (0,05), maka dapat disimpulkan
bahwa ada perbedaan yang signifikan
tingkat kecemasan pasien praoperasi antara
sesudah diberikan preoperative teaching dan
sesudah diberikan teknik relaksasi nafas
dalam di RSUD Tidar Magelang.
DISKUSI
Perbedaan
Efektifitas
Preoperative
Teaching dan Terapi Relaksasi Nafas Dalam
terhadap Tingkat Kecemasan pada Pasien
Preoperasi
Hasil
rata-rata
skor
tingkat
kecemasan pasien praoperasi sesudah
diberikan terapi teknik relaksasi nafas dalam
sebesar 17,81, sedangkan hasil rata-rata skor
tingkat. kecemasan pasien praoperasi
sesudah diberikan preoperative teaching
sebesar 20,38. Berdasarkan uji t independen,
didapatkan nilai t hitung = 2,140 dengan pvalue sebesar 0,041. Oleh karena p-value
0,041 <  (0,05), maka dapat disimpulkan
bahwa ada perbedaan yang signifikan
tingkat kecemasan pasien praoperasi antara
sesudah diberikan preoperative teaching dan
sesudah diberikan teknik relaksasi nafas
dalam di RSUD Tidar Magelang.
Prosedur bedah merupakan suatu
kejadian yang mungkin tiba-tiba dan
kejadian yang tidak terduga oleh pasien,
sehingga
mengakibatkan
stres
dan
kecemasan pada pasien. Berdasarkan hasil
penelitian pasien preoperasi mengalami
tingkat kecemasan yang bermacam-macam.
Sebagian besar pasien preoperasi mengalami
kecemasan sedang (68,8% dan 62,5%) yang
disebabkan karena pasien dapat terfokus
dengan kondisinya yang mana pasien dapat
menerima pembedahan tersebut namun
pasien masih merasakan adanya ketakutan
akan pembedahan yang disebabkan karena
faktor nyeri dan ketidaknyamanan ketika
pembedahan,
ketidaktahuan
tentang
informasi pembedahan, dan ketakutan akan
kerusakan atau kecacatan pada bentuk
tubuh.
Kecemasan yang muncul pada pasien
pre operasi yang akan menghadapi
pembedahan dihubungkan dengan adanya
kekhawatiran dalam menghadapi suatu
situasi yang sebelumnya tidak pernah
dikhawatirkan (Junaidi, 2012).
Hevi Mardiana |STIKES NGUDI WALUYO UNGARAN, 2015
Page 6
Beberapa faktor yang mempengaruhi
kecemasan pada pasien preoperasi di RSUD
Tidar Magelang yaitu faktor informasi, dan
faktor presepsi. Faktor informasi yang
mempengaruhi kecemasan timbul karena
hampir seluruh pasien yang akan menjalani
operasi hanya diberikan informasi mengenai
hari dan tanggal pelaksanaan operasi,
sedangkan untuk jam pelaksanaannya,
rutinitas preoperasi dan post operasi juga
tidak diberikan tidak diberitahukan. Faktor
presepsi yang mempengaruhi kecemasan
timbul ketika pasien membayangkan
terjadinya perubahan dalam hidupnya di
masa depan akibat dari penyakit yang
diderita ataupun akibat dari proses
penanganan suatu penyakit.
Salah satu peran perawat disini
adalah preoperative teaching yang bertujuan
untuk
mempersiapkan
pasien
untuk
pengalaman
bedah
sehingga
dapat
menurunkan kecemasan pada pasien yang
akan menjalani operasi. Pasien merasa
kecemasannya menjadi lebih ringan apabila
ia mengetahui apa tujuan pemeriksaan, dan
prosedur praoperasi yang akan dilaksanakan
(Baradero et al, 2008:30), karena
preoperative teaching tidak hanya sekedar
penyediaan pemberian informasi mengenai
pembedahan
kepada
pasien
tetapi
preoperative
teaching
juga
dapat
mempengaruhi emosi dan sikap dengan
tujuan untuk mengubah perilaku (Anonim,
2008).
Nafas dalam adalah teknik untuk
memaksimalkan
ventilasi.
Menghirup
volume udara lebih banyak untuk mengisi
alveoli mencapai kapasitas yang paling baik
untuk memperbaiki pertukaran gas (Timby,
Barbara K, 2009 : 463). Nafas dalam akan
mendorong pertukaran oksigen secara penuh
yaitu, oksigen masuk dan karbon dioksida
keluar, sehingga dapat memperlambat
denyut jantung dan menurunkan atau
menstabilkan tekanan darah. Mengontrol
pernapasan dan mengendurkan otot dapat
membantu mengendalikan atau mencegah
kecemasan (Miller, 2008 : 35 ; Carbonell,
2014 ; Hardvard Medikal School, 2006).
Dari hasil penelitian didapatkan
selisih skor rata-rata tingkat kecemasan
pasien preoperasi sebelum dan sesudah
diberikan preoperative teaching adalah 2,68,
sedangkan selisih skor rata-rata tingkat
kecemasan pasien preoperasi sebelum dan
sesudah diberikan terapi relaksasi nafas
dalam adalah 5,69. Hal Ini juga
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
efektivitas preoperative teaching dan terapi
relaksasi nafas dalam terhadap tingkat
kecemasan pasien preoperasi elektif di
RSUD Tidar Magelang, dimana terapi
relaksasi nafas dalam lebih efektif dibanding
dengan preoperative teaching dalam
menurunkan kecemasan pada pasien
preoperasi.
Menurut Jerath et al (2006)
pernapasan dapat mengubah pengolahan
informasi otak, sehingga meningkatkan
profil psikologis seseorang. Nafas dalam
berfungsi mengatur ulang (reset) sistem
saraf otonom melalui peregangan sinyal
penghambatan
dan
hyperpolarization
(memperlambat potensial aksi listrik) yang
mensinkronisasikan elemen saraf di jantung,
paru-paru, sistem limbik dan korteks. Selain
itu, teknik pernapasan mengaktifkan sistem
saraf
parasimpatis
(penghambatan),
sehingga memperlambat proses fisiologis
(memperlambat gejala fisik kecemasan).
Kecemasan
atau
stress
pada
seseorang terjadi ketika adanya aktivasi
saraf simpatik. Bernafas dalam akan
menyeimbangkan sistem saraf otonom yang
mana akan menyebabkan pengaktifan sistem
saraf parasimpatis dan menghambat aktivasi
sistem saraf simpatik sehingga sistem
cardio-respiration menjadi normal dan
tanda kecemasan akan berkurang (Jerath et
al, 2006).
Hevi Mardiana |STIKES NGUDI WALUYO UNGARAN, 2015
Page 7
Teknik relaksasi napas dalam
merupakan suatu usaha untuk inspirasi dan
ekspirasi sehingga berpengaruh terhadap
peregangan kardiopulmonari (Anonim,
2012.). Dari peregangan kardiopulmonari
dapat meningkatkan baroreseptor yang akan
merangsang
saraf
parasimpatis
dan
menghambat pusat simpatis. Peningkatan
saraf parasimpatis akan menurunkan
ketegangan, kecemasan serta mengendalikan
fungsi denyut jantung sehingga membuat
tubuh rileks (Muttaqin, 2009, hlm. 9).
SIMPULAN
1. Sebelum
pemberian
preoperative
teaching, sebagian besar responden
mengalami
cemas
sedang
dalam
menghadapi operasi, sejumlah 11 orang
(68,8%).
2. Sesudah diberikan preoperative teaching,
sebagian besar responden mengalami
cemas ringan dan sedang dalam
menghadapi operasi
masing-masing
sejumlah 8 orang (50,0%).
3. Sebelum diberikan terapi relaksasi nafas
dalam, sebagian besar responden
mengalami
cemas
sedang
dalam
menghadapi operasi, sejumlah 10 orang
(62,5%).
4. Sesudah diberikan terapi relaksasi nafas
dalam, sebagian besar responden
mengalami
cemas
ringan
dalam
menghadapi operasi sejumlah 12 orang
(75,0%).
5. Ada perbedaan tingkat kecemasan pada
pasien preoperasi sebelum dan sesudah
diberikan
preoperative
teaching,
dibuktikan dengan hasil penelitian
didapatkan nilai t hitung sebesar 3,810
dengan p-value sebesar 0,002 <  (0,05).
6. Ada perbedaan tingkat kecemasan pada
pasien preoperasi sebelum dan sesudah
diberikan terapi relaksasi nafas dalam,
dibuktikan dengan hasil penelitian
didapatkan nilai t hitung sebesar 8,748
dengan p-value sebesar 0,000 <  (0,05).
7. Ada perbedaan efektifitas preoperative
teaching dengan terapi relaksasi nafas
dalam terhadap tingkat kecemasan pada
pasien preoperasi, dibuktikan dengan
hasil penelitian sebelum dan sesudah
diberikan terapi relaksasi nafas dalam
didapatkan nilai t hitung sebesar 2,140
dengan p-value sebesar 0,041 <  (0,05).
SARAN
Ilmu keperawatan, perawat RSUD Tidar
Magelang, pasien preoperatif, dan peneliti
lainnya
diharapkan
menggunakan
preoperative teaching dan terapi relaksasi
nafas dalam sebagai alternatif dalam
penatalaksanaan kecemasan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2006. Relaxation Techniques:
Breath Control Helps Quell Errant
Stress Response. Rerieved October
25,
2014
from
http://www.health.harvard.edu/fhg/
updates/update1006a.shtml
Anonim. 2012. Slow Breathing To Decrease
Anxiety And Panic. Rerieved
November 10, 2014
from
http://www.anxietyaustralia.com.au/
treatment-options/slow-breathingto-decrease-anxiety-and-panic/
Baradero, et.al. 2008. Prinsip Dan Praktik
Keperawatan Perioperatif. Jakarta :
EGC.
Bulecheck, Gloria. M, et al. 2013. Nursing
Interventions Classification (NIC).
6th ed. USA : Elsevier Mosby.
Carbonell, David. 2014. A Breathing
Exercise to Calm Panic Attacks.
Rerieved November 10, 2014 from
Hevi Mardiana |STIKES NGUDI WALUYO UNGARAN, 2015
Page 8
http://www.anxietycoach.com/breat
hingexercise.html
Erawan, dkk. 2012. Jurnal Penelitian
Perbedaan Tingkat Kecemasan
Antara Pasien Laki- Laki Dan
Perempuan Pada Pre Operasi
Laparatomi Di Rsup. Prof.Dr.R.D.
Kandou
Manado.
(http://ejournal.unsrat.ac.id) diakses
10 Oktober 2014.
Funnell
et, al. 2009. Tabbner’s Nursing
Care : Theory And Practice.
Australia : Elsevier. .
Handoyo A. 2005. Panduan Praktis Aplikasi
Olah Nafas 2. Jakarta : Gramedia.
Hawari, Dadang (2008). Manajemen Stres,
cemas, Dan Depresi. Jakarta :
FKUI.
Jerath et,al. 2006. Journal Physiology Of
Long Pranayamic Breathing :
Neural Respiratory Elements May
Provide A Mechanism That
Explains How Slow Deep Breathing
Shifts The Autonomic Nervous
System.
(http://www.ncbi.nlm.nih.gov),
diakses 17 February 2015.
Lubis & Hasnida. 2009. Dukungan Sosila
Pada kanker, Perlukah?. Medan :
USU Press.
Mitchell, Mark. 2005. Anxiety Management
in Adult Day Surgery A Nursing
Perspective. Philadelphia : Whurr
Publishers Ltd.
Muttaqin, A. (2009). Pengantar asuhan
Keperawatan
Klien
Dengan
Gangguan Sistem Kardiovaskuler.
Jakarta: Salemba Medika.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metodologi
penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta.
Potter
& Perry. 2006. Buku Ajar
Fundamental
Keperawatan
:
Konsep, Proses, dan Praktik. 4th ed.
Jakarta : EGC.
Rogers et, al. 2004. The Art And Science Of
Mental Health Nursing : A
Textbook Of Principles And
Practice, Edited By Ian Norman
And Iain Ryrie. England : Open
University Press.
Sugiyono. 2012. Statistika Untuk Penelitian.
Bandung : Alfa Beta
Timby, Barbara K. 2009. Fundamental
Nursing Skills & Concepts. 9th
Ed.Philadelphia : Wolters Kluwer
Health LWW
Vanin & Helsley. 2008. Anxiety Disorders :
A Pocket Guide For Primary Care.
New Jersey : Human Press.
Yulista. 2009. Jurnal Penelitian Efektifitas
Preoperative Teaching Terhadap
Penurunan Tingkat Kecemasan
Pasien Preoperasi Di Ruang Rawat
Inap
pRsud
Karanganyar.
(http://eprints.undip.ac.id), diakses
10 Oktober 2014
Hevi Mardiana |STIKES NGUDI WALUYO UNGARAN, 2015
Page 9
Download