AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK PROPOLIS LEBAH MADU LOKAL Apis mellifera ANTIOXIDANT ACTIVITY OF EXTRACT OF LOCAL HONEY BEE PROPOLIS Apis mellifera Arina Novilla STIKES A. Yani Cimahi ABSTRAK Antioksidan adalah senyawa kimia yang dapat menyumbangkan satu atau lebih elektron kepada radikal bebas, sehingga radikal bebas tersebut dapat diredam Tubuh manusia tidak mempunyai cadangan antioksidan dalam jumlah berlebih, sehingga jika terjadi paparan radikal berlebih maka tubuh membutuhkan antioksidan eksogen. Adanya kekhawatiran akan kemungkinan efek samping yang belum diketahui dari antioksidan sintetik menyebabkan antioksidan alami menjadi alternatif yang sangat dibutuhkan Propolis adalah sarang lebah yang biasa digunakan dalam pengobatan, memperlihatkan aktivitas spektrum yang luas yaitu aktivitas antimikroba, anti inflamasi dan antitumor. Salah satu kandungan senyawa kimia yang penting pada propolis adalah senyawa flavonoid. Flavonoid dilaporkan mempunyai efek antioksidan. Ekstrak etanol propolis dapat menangkap DPPH dan radikal bebas. Propolis dari lebah Apis mellifera diekstraksi menghasilkan 3 macam ekstrak kental yang masing-masing merupakan ekstrak etanol (polar), fraksi etil asetat (semipolar), dan fraksi n-heksan (nonpolar) Berdasarkan hasil penelitian aktivitas pemerangkapan radikal bebas dengan DPPH pada konsentrasi 7,8125% persentase aktvitas pemerangkapan radikal bebas ekstrak etanol sebesar 37,170%, n-heksan 38,310% dan etil asetat 36,807% memberikan nilai di atas kontrol vitamin C yaitu sebesar 35,562%. Sedangkan aktivitas antioksidan total fenol didapatkan hasil bahwa ekstrak etanol 500 ug/mL mempunyai konsentrasi total fenol tertinggi yaitu 59,1250%, kemudian fraksi etil asetat sebesar 46,5491 sedangkan terendah adalah fraksi n-heksan sebesar 38,1081%. Sedangkan aktivitas antioksidan pemerangkapan H2O2 pada ekstrak propolis lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol (vitamin C). Hasil tertinggi pada fraksi n-heksan 7,813 ug/mL yaitu 94,925% sedangkan vitamin C 86,642%, sedangkan ekstrak etanol 94,617% dan fraksi etil asetat 87,608%. Kata Kunci : Antioksidan, Ekstrak Propolis, Apis mellifera ABSTRACT Antioxidants are chemical compounds that can donate one or more electrons to free radicals, so that free radicals can be suppressed human body has no antioxidant reserves in excess amount, so if there is exposure to excessive radical, the body requires an exogenous antioxidant. The existence of concerns about possible unknown side effects of synthetic antioxidants causing natural antioxidants into much-needed alternative Propolis is a hive of bees which is used in the treatment, showed a broad spectrum of activity of antimicrobial activity, anti-inflammatory and antitumor. One of the important content of chemical compounds in propolis are flavonoids. Flavonoids are reported to have antioxidant effects. The ethanol extract of propolis can capture and DPPH free radicals. Propolis from bee Apis mellifera was extracted to Jurnal Kesehatan Kartika 64 produce 3 types of condensed extract, each of which represents the ethanol extract (polar), ethyl acetate fraction (semipolar), and the fraction n-hexane (nonpolar) . Based on the research activity with the DPPH free radical entrapment at a concentration of 7.8125%, the percentage entrapment of free radical activity of ethanol extract of 37.170%, n-hexane and ethyl acetate 38.310% 36.807% above the control value of vitamin C that is equal to 35.562%. While the total antioxidant activity of phenols result that the ethanol extract 500 ug / mL had the highest total concentration of phenol is 59.1250%, then ethyl acetate fraction of 46.5491 while the lowest is the fraction of n-hexane at 38.1081%. While the antioxidant activity of propolis extract entrapment H2O2 at higher than the control (vitamin C). The highest yields in n-hexane fraction of 7.813 ug / mL which is 94.925%, while vitamin C 86.642%, while the ethanol extract of 94.617% and 87.608% ethyl acetate. Keywords: Antioxidants, Propolis Extract, Apis mellifera A. PENDAHULUAN Antioksidan adalah senyawa kimia yang dapat menyumbangkan satu atau lebih elektron kepada radikal bebas, sehingga radikal bebas tersebut dapat diredam (Suhartono, 2002). Antioksidan merupakan senyawa-senyawa yang mampu menghilangkan, membersihkan, menahan pembentukan ataupun memadukan efek spesies oksigen reaktif (Lautan,1997). Berdasarkan sumber perolehannya ada 2 macam antioksidan, yaitu antioksidan alami dan antioksidan buatan (sintetik) (Dalimartha dan Soedibyo, 1999). Penggunaan senyawa antioksidan juga anti radikal saat ini semakin meluas seiring dengan semakin besarnya pemahaman masyarakat tentang peranannya dalam menghambat penyakit degeneratif seperti penyakit jantung, arteriosclerosis, kanker, serta gejala penuaan. Masalah-masalah ini berkaitan dengan kemampuan antioksidan untuk bekerja sebagai inhibitor (penghambat) reaksi oksidasi oleh radikal bebas reaktif yang menjadi salah satu pencetus penyakit-penyakit di atas (Tahir dkk, 2003). Tubuh manusia tidak mempunyai cadangan antioksidan dalam jumlah berlebih, sehingga jika terjadi paparan radikal berlebih maka tubuh membutuhkan antioksidan eksogen. Adanya kekhawatiran akan kemungkinan efek samping yang belum diketahui dari antioksidan sintetik menyebabkan antioksidan alami menjadi alternatif yang sangat dibutuhkan (Rohdiana, 2001; Sunarni, 2005). Antioksidan alami mampu melindungi tubuh terhadap kerusakan yang disebabkan spesies oksigen reaktif, mampu menghambat terjadinya penyakit degeneratif serta mampu menghambat peroksidae lipid pada makanan. Antioksidan alami umumnya mempunyai gugus hidroksi dalam struktur molekulnya (Sunarni, 2005). Propolis adalah sarang lebah yang biasa digunakan dalam pengobatan, memperlihatkan aktivitas spektrum yang luas yaitu aktivitas antimikroba, anti inflamasi dan antitumor (Wang, 2003). Salah satu kandungan senyawa kimia yang penting pada propolis adalah senyawa flavonoid. Flavonoid dilaporkan mempunyai efek antioksidan. Flavonoid dikenal menghambat peroksidasi lemak dalam sistem model seperti autooksidasi pada asam linoleat, metil linoleat atau liposom lesitin dan sistem biolog i seperti mikrosom hati ( Brown, 1998; Ferrali, 1997; Sugihara, 1999). Hasil penelitian menunjukkan bahwa propolis memiliki aktivitas sebagai antioksidan dan sitotoksik, anti kanker dan Jurnal Kesehatan Kartika 65 anti inflamasi/ infeksi mata (Alencar, 2007). Beberapa penelitian menunjukkan propolis mempunyai aktivitas antioksidan. Ekstrak etanol propolis dapat menangkap DPPH dan radikal bebas (Banskota et al, 2000; Burdock, 1998). B. METODE PENELITIAN Metode penelitian ini adalah eksperimen. Bahan yang diperlukan adalah propolis lebah madu lokal Apis mellifera yang diambil dari Pusat Perlebahan Sukatani Cimanggis Depok. Penelitian dimulai dengan melakukan Ekstraksi dan Fraksinasi Propolis Apis mellifera di Laboratorium Fitokimia dan Kimia Bahan Alam Sekolah Farmasi (School of Pharmacy) Institut Teknologi Bandung. Persiapan Sampel Ekstrak Propolis adalah dengan 25 mg ekstrak propolis dilarutkan 25 mL etanol absolut, selanjutnya dilarutkan serta dilakukan pengenceran. Aktivitas Antioksidan Pemerangkapan DPPH Sebanyak 200 µL DPPH 0,077 mmol dalam metanol ditambahkan dengan 50 µL sampel (pada microplate). Campuran diinkubasi pada suhu kamar selama 30 menit lalu diukur nilai absorbansinya pada panjang gelombang 517 nm dengan penggunakan microplate reader. Untuk kontrol negatif digunakan DPPH sebanyak 250 µL, sedangkan untuk blanko digunakan metanol absolut sebanyak 250 µL. Efek antioksidan sampel propolis sebanding dengan intensitas 1,1 diphenyl-2picrylhydrazyl (DPPH) (Matsushige 1996 dalam Widowati, 2009). Persentase aktivitas antioksidan (%) dapat ditentukan oleh perbandingan absorban larutan yang mengandung sampel dengan larutan kontrol tanpa sampel (blanko). Vitamin C digunakan sebagai kontrol positif. Aktivitas antioksidan metode DPPH (%): Aktivitas Antioksidan Pemerangkapan H2O2 Sebanyak 1 mL sampel ditambah 0,6 mL H2O2 (2 mM/L yang dilarutkan dalam PBS/phosphate buffer saline pH 7,4). Campuan tersebut direaksikan selama 10 menit. Kemudian diukur nilai absorbansinya pada panjang gelombang 230 nm dengan menggunakan spectrofotometer. Untuk kontrol negatif, digunakan H2O2 murni (tanpa PBS) sebanyak 1,6 mL, sedangkan untuk blanko digunakan PBS atau dapar fosfat sebanyak 1,6 mL. Aktivitas pemerangkapan H2O2 (%) : Aktivitas Antioksidan Total Fenol Sebanyak 100 µL sampel maupun standard menggunakan EGCG (Epigallocatechin Gallate) direaksikan dengan 75 µL follin 10 % dan 60 µL Na2CO3 7,5 % pada microplate. Setelah itu Jurnal Kesehatan Kartika 66 campuran diinkubasi pada suhu 45o – 50oC (dengan menggunakan oven) selama 10 menit, kemudian diukur nilai absorbansinya pada panjang gelombang 750 nm dengan menggunakan microplate reader. Berdasarkan nilai absorbansi standar EGCG dicari persamaan regresi dan dicari nilai slope (a) = ∑ xy ∑x2 Kadar fenol (mg) EGCG = absorbansi Slope C. HASIL DAN PEMBAHASAN Propolis dari lebah Apis mellifera diekstraksi menghasilkan ekstrak kental yang masing-masing merupakan ekstrak etanol (polar), fraksi etil asetat (semipolar), dan fraksi n-heksan (nonpolar) seperti terlihat pada Gambar 5.1. Gambar 5.1 Hasil ekstraksi dari propolis lebah Apis mellifera Ekstrak Propolis sebanyak tiga fraksi yaitu etanol, etil asetat dan n-heksan ditimbang kemudian dilarutkan dalam etanol absolut selanjutnya dilakukan pengenceran, dan tiap fraksi dilakukan tiga replikasi seperti terlihat pada Gambar 5.2. Gambar 5.2 Persiapan sampel untuk pemeriksaan antioksidan Jurnal Kesehatan Kartika 67 Radikal DPPH merupakan senyawa radikal sintetik yang larut dalam pelarut organik polar seperti metanol pada suhu kamar, DPPH adalah radikal bebas karena memiliki 1 elektron yang tidak berpasangan, berwarna ungu tua dan dapat diukur pada panjang gelombang λ 517 nm (Pokorny et al., 2001). Uji aktivitas antioksidan secara in vitro menggunakan parameter aktivitas pemerangkapan (scavenging) radikal DPPH ini merupakan salah satu uji untuk mengukur aktivitas antioksidan dari suatu bahan makanan (Pokorny et al., 2001). Adanya senyawa aktif antioksidan pemerangkap radikal bebas DPPH dalam sampel ditandai dengan perubahan DPPH berwarna ungu tua setelah menerima proton dari antioksidan dan mereduksi warna molekul DPPH yang terprotonasi berubah menjadi 1,1 difenil-2-pikrilhidrazin yang berwarna kekuningan atau kuning pucat (Hudson, 1999; Unlu et al., 2003 dalam Widowati, 2009). H N -N (C 6 H 5 ) 2 * N -N (C 6 H 5 ) 2 ON2 ON2 N 2O N 2O + AH + A* N 2O N 2O 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil DPPH* + AH 1,1-difenil-2-pikrilhidrazin DPPH-H + A* Gambar 5.3 Reaksi kimia pemerangkapan radikal bebas DPPH Pada penelitian ini, uji aktivitas antiradikal menggunakan metode DPPH (1,1-difenil-2pikrilhidrazil). Radikal DPPH adalah suatu senyawa organik yang mengandung nitrogen tidak stabil dengan absorbansi kuat pada λmax 517 nm dan berwarna ungu gelap. Setelah bereaksi dengan senyawa antioksidan, DPPH tersebut akan tereduksi (Gambar 5.3), dan warnanya akan berubah menjadi kuning. Perubahan tersebut dapat diukur dengan spektrofotometer dan diplotkan terhadap konsentrasi (Reynertson, 2007 dalam Widowati, 2009). Berdasarkan hasil penelitian pada berbagai variasi pengenceran sampel menghasilkan % aktivitas pemerangkapan radikal bebas dengan DPPH, terlihat pada Gambar 5.4 sebagai kontrol digunakan vitamin C. Pada konsentrasi 7,8125% persentase aktvitas pemerangkapan radikal bebas ekstrak etanol sebesar 37,170%, n-heksan 38,310% dan etil asetat 36,807% memberikan nilai di atas kontrol vitamin C yaitu sebesar 35,562%. Pada konsentrasi selanjutnya yaitu 3,90625% menunjukkan hal yang sama yaitu ekstrak propolis memberikan aktivitas pemerangkapan radikal bebas di atas vitamin C. Jurnal Kesehatan Kartika 68 A ktivitas Antioksidan Pemerangkanan DPPH (%) 100 80 60 40 20 0 500 250 125 62.5 31.25 15.625 7.813 3.906 Variasi Kosentrasi (µg/mL) Vitamin C Ekstrak etanol Ekstrak n-heksan Ekstrak etil asetat Gambar 5.4 Diagram batang aktivitas pemerangkapan radikal bebas DPPH ekstrak propolis Sistem antioksidan tubuh sebagai mekanisme perlindungan terhadap serangan radikal bebas secara alami telah ada di dalam tubuh terdiri dari banyak komponen diantaranya SOD ((Superoksida Dismutase), Glutation Peroksidase eroksidase (GPx), katalase (CAT), Glutation-S-Transferase (GST) dan antioksidan ekstraseluler yang berasal dari makanan seperti α-tokoferol, β-karoten, karoten, vitamin C, ubiquinol dan flavonoid. Jadi adi antioksidan adalah senyawa-senyawa senyawa senyawa yang mampu menghilangkan, membersihkan, menahan pembentukan ataupun meniadakan efek radikal bebas. Kekurangan salah satu komponen tersebut akan menyebabkan terjadinya terjadinya penurunan status antioksidan secara menyeluruh dan berakibat perlindungan tubuh terhadap serangan radikal bebas melemah yang berarti rentan terhadap berbagai penyakit (Wijaya, 1998; Arivazhagan et al., 2000). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan didapat aktivitas antioksidan pemerangkapan H2O2 pada ekstrak propolis lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol (vitamin C). Hasil tertinggi pada fraksi nn-heksan 7,813 ug/mL yaitu 94,925% sedangkan vitamin C 86,642%, sedangkan ekstrak etanol 94,617% dan fraksi etil asetat 87,608%. Pada konsentrasi 3,906 3,906 ug/mL aktivitas semua ekstrak propolis dan vitamin C menurun dibandingkan konsentrasi sebelumnya. Jurnal Kesehatan Kartika 69 Aktivitas Antioksidan Pemerangkapan H2O2 (%) 100 80 60 40 20 0 500 250 125 62.5 31.25 15.625 7.813 3.906 Variasi Konsentrasi (µg/mL) Vitamin C Ekstrak Etanol Ekstrak n-Heksan Ekstrak Etil Asetat Gambar 5.5. Diagram batang aktivitas antioksidan pemerangkapan H2O2 ekstrak propolis Golongan fenol mengandung gugus gugus-OH yang terikat dalam cincin bensena. sena. Berbagai tanaman mengandung golongan senyawa fenol antara lain flavanol, flavanon, flavonol, flavon, antosianidin, fenilpropanoid termasuk tokoferol dan tokotrienol (Halliwel dan Gutteridge, 1999). Golongan fenol memiliki struktur kimia ideal yang dapat dapat memerangkap radikal bebas, sehingga golongan senyawa fenol meunjukkan aktivitas antioksidan yang lebih tinggi dibanding tokoferol dan askorbat (Rice (Rice-Evans et al., 1997 dalam Widowati, 2009). Beberapa golongan senyawa fenol memiliki aktivitas antioksidan antioksid lebih tinggi dibanding vitamin E dalam menghambat peroksidasi lipid secara in vitro dengan cara memerangkap dan memutus rantai radikal peroksil. Aktivitas antioksidan golongan fenol karena memiliki kemampuan seperti flavonoid untuk merubah kinetika peroksidasi peroksidasi melalui mekanisme modifikasi lipid dan menurunkan fluiditas membran (Arora et al., 2000 dalam Widowati, 2009). Golongan fenol juga dapat memerangkap H2O2 (Takahama and Oniki, 1997 dalam Widowati, 2009). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa bahwa ekstrak propolis etanol 500 ug/mL mempunyai konsentrasi total fenol tertinggi yaitu 59,1250%, kemudian fraksi etil asetat sebesar 46,5491 sedangkan terendah adalah fraksi n-heksan n sebesar 38,1081%. Jurnal Kesehatan Kartika 70 Aktivitas Antioksidan Total Fenol (%) 60 40 20 0 Ekstrak Etanol 500 250 Variasi Konsentrasi (µg/mL) Ekstrak n-heksan Ekstrak etil asetat Gambar 5.6 Diagram batang aktivitas antioksidan total fenol ekstrak propolis D. KESIMPULAN DAN SARAN Aktivitas antioksidan metode DPPH konsentrasi 7,8125 µg/mL pada ekstrak propolis ekstrak etanol sebesar 37,170%, n-heksan heksan 38,310% dan etil asetat 36,807% dan memberikan nilai di atas kontrol vitamin C yaitu 35,562%. Sedangkan total t fenol tertinggi ekstrak trak propolis ekstrak etanol 500 µg/mL mempunyai konsentrasi sebesar 59,1250%, kemudian fraksi etil asetat sebesar 46,5491% sedangkan terendah adalah fraksi n-heksan n sebesar 38,1081%. Aktivitas antioksidan pemerangkapan H2O2 tertinggi pada konsentrasi 7,813 7, µg/mL yaitu ekstrak etanol fraksi n-heksan heksan yaitu 94,925% sedangkan vitamin C 86,642%, sedangkan ekstrak etanol 94,617% dan fraksi etil asetat 87,608%. Berdasarkan penelitian ini ekstrak propolis lebah madu lokal Apis mellifera memiliki aktivitas antioksidan oksidan yang potensial sehingga perlu dikembangkan pemanfaatannya. Sehingga penelitian selanjutnya untuk aktivitas antioksidan dapat dillanjutkan pemeriksaan kadar ROS dan kadar SOD. Setelah penelitian aktivitas antioksidan secara in vitro ini maka perlu dilanjutkan penelitian secara in vivo. DAFTAR PUSTAKA Alencar, S.M, Oldoni, T.L.C., Castro,M.L, Cabral I.S.R. (2007)., Chemical composition and biological acitivity of a new type of Brazilian propolis : Red propolis, Journal of Etnopharmacology-4694. Etnopharmacology Arivazhagan, P., T. Thilakavathy, C. Panneerselvam. 2000. Antioxidant lipoate and tissue antioxidants in aged rats.. J. Nutr. Biochem. 11:122-127.2000. 11:122 Banskota A.H, Tezuka Y, Adnyana I.K, Ishii E, Midorikawa K, Matsushige K dan Kadota S (2001) Heteroprotective and Anti-Helicobacter Helicobacter pylori Activities of Constituents from Brazilian Propolis Propolis. Phytomedicine, 8, 16-23 Jurnal Kesehatan Kartika 71 Brown, J.E, Khodr H, Hider R.C dan Rice-Evans C.A, (1998) Structural dependence of Flavonoid Interactions With Cu2+ ions Implications for Their Antioxidant Properties. Biochemical journal, 330, 1173-1178. Burdock G.A (1998), Review of The Biological Properties and Toxicity of Bee Propolis. Food and Chemical Toxicology, 36, 347-363 Cappucino, J.G dan N. Sherman (1987), Microbiology, a laboratory manual, Second edition, The Benjamin/Cummings Publishing Company Inc, USA, 217-219. Dalimartha, S. dan Soedibyo, M. (1999). Awet Muda Dengan Tumbuhan Obat dan Diet Suplemen.,Trubus Agriwidya, Jakarta. hal. 36-40. Ferrali M., Signorini C dan Caciotti B (1997). Protection against Oxidative Damage of Erythrocyte Membrane by The Flavonoid Quercetin and its Relation to iron Chelating Activity., FEBS Letters 416, 123-129. Lautan, J., (1997). Radikal Bebas Pada Eritrosit dan Leukosit, Cermin Dunia Kedokteran, (116), hal : 4952. Pokorny, J., N. Yanishlieva, M. Gordon. 2001. Antioxidants in Food. CRC Press. Washington, C.D. Sugihara N, Arakawa T, Ohnishi M dan Furuno K (1999) Anti and pro-oxidative effect of Flavonoids on Metal –Induced Lipid Hydroperoxide-dependent lipid Peroxidation in Cultured Hepatocytes Loaded With a-linoleic Acid. Free Radical Biology and Medicine, 27, 1313-1323 Suhartono, E., Fujiati, Aflanie, I. (2002). Oxygen toxicity by radiation and effect of glutamic piruvat transamine (GPT) activity rat plasma after vitamine C treatmen, Internatinoal seminar on Environmental Chemistry and Toxicology, Yogyakarta. Sunarni,T., (2005). Aktivitas Antioksidan Penangkap Radikal Bebas Beberapa kecambah dari Biji Tanaman Familia Papilionaceae, Jurnal Farmasi Indonesia 2 (2), 2001, 53-61. Tahir, I., Wijaya, K., Widianingsih, D., (2003). Seminar on Chemometrics- Chemistry Dept Gadjah Mada University, Terapan Analisis Hansch Untuk Aktivitas Antioksidan senyawa Turunan Flavon/Flavonol, 25 Januari. Wang B.J, Yen-Hui Lien dan Zer-Ran Yu, (2004). Supercritical fluid ezxtractive fractination-study of the antioxidant activities of propolis. Food chemistry 86 237-243. Widowati, W, Tjahyani S, Tjandrawati (2009), Ekstrak dan Infusa Ramuan Curcuma mangga Val, Piper betle L., Catharanthus roseus [L] G.Don , Dendrophtoe petandra L. Dalam Mencegah dan Menghambat Keganasan Kanker Payudara (Breast Cancer). Penelitian Hibah bersaing Wijaya, A. (1996). Radikal Bebas dan Parameter Status Antioksidan. Forum Diagnosticum. Laboratorium Klinik Prodia. Bandung. Jurnal Kesehatan Kartika 72