PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA, MODEL QUANTUM LEARNING DAN SIKAP SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP NEGERI 16 KOTA CIREBON Oleh : ANI RUSNAENI NPM : 2009201006 DISERTASI Diajukan kepada Program Doktor Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Doktor dalam Ilmu Psikologi Pendidikan Islam PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2014 Tim Penguji Ujian Terbuka Promosi Doktor Promovendus : Ani Rusnaeni. NPM : 2009201006 Judul Disertasi : PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA, MODEL QUANTUM LEARNING DAN SIKAP SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP NEGERI 16 KOTA CIREBON Ketua : Dr. Achmad Nurmandi, M.Sc. Sekretaris : Dr. Muhammad Anis, M.A. Anggota : 1. Prof. Dr. Muhammad Chirzin, M.Ag ( Promotor I/Anggota Penguji) 2. Dr. Khoiruddin Bashori, M.Si. ( Promotor II/Anggota Penguji) 3. Prof. Dr. Usman Abu Bakar, M.A. ( Anggota Penguji III) 4. Prof. Drs. Sarbiran, M.Ed, Ph.D. ( Anggota Penguji IV) 5. Dr. Muhammad Nurul Yamin, M.Si ( Anggota Penguji ) 6. Dr. Abd. Madjid, M.Si.. ( Anggota Penguji ) i ABSTRAK Prestasi belajar merupakan tolok ukur maksimal yang telah dicapai siswa setelah melakukan perbuatan belajar selama waktu yang telah ditentukan bersama. Belajar yang tidak memperoleh dukungan baik dalam individu maupun dari luar individu maka belajar akan mengalami hambatan, tentunya akan mempengaruhi hasil prestasi seseorang. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar antara lain lingkungan keluarga, metode pembelajaran dan sikap siswa. Penelitian ini bertolak dari kerangka pemikiran, bahwa lingkungan keluarga, model quantum learning dan sikap siswa berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Bila lingkungan keluarga, model quantum learning dan sikap siswa dilaksanakan dengan baik, maka prestasi belajar siswa akan meningkat, karena prestasi belajar siswa ditentukan oleh faktor internal maupun eksternal, yang salah satunya adalah lingkungan keluarga, model quantum learning dan sikap siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar matematika, pengaruh model quantum learning terhadap prestasi belajar matematika, pengaruh sikap siswa terhadap prestasi belajar matematika dan pengaruh lingkungan keluarga, model quantum learning dan sikap siswa secara bersama-sama terhadap prestasi belajar matematika di SMP Negeri 16 Kota Cirebon. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan pengambilan sampel menggunakan teknik propotional random sampling dengan jumlah responden 107 orang. Teknik pengumpulan datanya menggunakan studi kepustakaan, observasi, angket dan wawancara. Analisis data digunakan uji statistik analisis regresi dengan menggunakan program SPSS versi 18.0 untuk mengetahui hubungan dan pengaruh antar variabel yang diteliti. Dari hasil analisis diperoleh hasil bahwa terdapat Lingkungan keluarga, model quantun learning dan sikap siswa secara simultan (bersama-sama) memiliki pengaruh terhadap prestasi belajar matematika siswa di SMP Negeri 16 Kota Cirebon sebesar 50,40%. Besar pengaruh variabel sikap siswa terhadap prestasi belajar sebesar 27,26%, pengaruh variabel quantum learning sebesar 16,68%, dan pengaruh lingkungan keluarga sebesar 6,46%. Besar pengaruh variabel lain yang tidak diteliti pada penelitian ini sebesar 49,60%. Kata Kunci : lingkungan keluarga, quantum learning, sikap, prestasi belajar. ii ABSTRACT Learning achievement is a measure of the maximum has been reached after the act of learning students during a predetermined time together. Either learning is no support in the individual or individuals from outside the study will have problems, of course, will affect a person's achievements. Factors that may affect the achievement of learning, among others, family environment, teaching methods and student attitudes. This study departed from the thought, that the family environment, the quantum model of learning and student attitudes affect student achievement. When the family environment, the quantum model of learning and student attitudes executed, then student achievement will increase, because student achievement determined by internal and external factors, one of which is the family environment, the quantum model of learning and student attitudes. This study aims to determine the influence of family environment on learning achievement, the influence of the quantum model of learning to learn mathematics achievement, influence students' attitudes toward mathematics learning achievement and the influence of family environment, models of quantum learning and attitudes of students together on learning achievement at junior high school mathematics 16 Foreign Cirebon. The method used in this study is a quantitative method of sampling using a propotional random sampling with 107 respondents. The technique used in data collection of library research, observations, questionnaires and interviews. Data analysis used statistical regression analysis test using SPSS version 18.0 to determine the relationship and influence between the variables studied. From the analysis of the results showed that there is a family environment, quantum model of learning and student attitudes simultaneously (together) have an influence on the learning achievement of students at Junior High School 16 Cirebon was 50.40%. Major variables influence students' attitudes toward learning achievement of 27.26%, the effect of the quantum variable learning by 16.68%, and the influence of family environment by 6.46%. The influence of other variables not examined in this study was 49.60%. Keywords : family environment, quantum model of learning, student attitudes, student achievement. iii الملخص ال ببببببب أنىروسننننننن ننننننن نببببببب ،٢٠٠٩٢٠١٠٠٦اآلثببببببب ال يئيببببببب ،اموببببببب ،ن ببببببب بببببي ال ن ببببب ،ببببب ا البببببوال اال اوبببببق نلببببب تلليبببببل الض لبببببا البببببوال ببببب ال ١٦وي ن. لوصببببب اببببب ابببببل الضببببب الولصبببببيل الال ببببب اببببب لن بببببو الو ببببببل الببببب ليببببب وبببب س فيبببب ،لبببب وببببل ابببب .الببببوال ابببب لا فبببب وبببب ا بببب ال بببب تالبببب فبببب ال اوببببب ،وببببببي ن ل ببببب ال اببببب ل ،ض يابببببب ،اللببببب ،وبببببب لا ام ببببب ا ببببب فبببببب .الا ا ببببل الوبببب وبببب تببببعث فلبببب تلليببببل الببببوال ،بببب تببببعث فلبببب انشبببب سا الابببب لف ى ،اال يئ ،امو ،،الو ليا الو س اال اوق الض لا. ي ل ال ببببب ببببب البببببوال اببببب م ال اوببببب ،ببببب ال ببببب ،لن ال يئببببب ،اموببببب ،،ان ببببب غببببب اال اوببببببب ق الض لببببببببا تببببببببعث فلببببببب الولصببببببببيل الال بببببببب للضببببببب .ففبببببببب ال يئبببببببب، ال بببببب بببببب الببببببوال اال اوببببببق الض لببببببا تف يبببببب ا ،ثبببببب س بببببب اموبببببب ،،ان بببببب الولصببببببيل الال بببببب للضبببببب ،ا لببببببل من ببببببو تل بببببب الولصببببببيل الال بببببب للضبببببب بببببب فبببببب الا ا ببببببل ال افليبببببب ،اال ةيبببببب ،،اا بببببب ف بببببب ابببببب ال يئبببببب ،اموبببببب ،، الوال اال اوق الض لا. ال ان ت بببببب ابببببب م ال اوبببببب ،لول بببببب تبببببب ثي ال يئبببببب ،اموبببببب ،فلبببببب الولصببببببيل الال بببببب ، بببببببي ا نشببببببب س ،الوببببببب ثي فلببببببب ال ببببببب ببببببب البببببببوال لبببببببوال ال اتببببببب ثي ن ببببببب بببببببي ا نشببببببب س ،اتبببببب ثي ال يئببببببب ،اموببببببب ،، نلببببببب تالبببببب ال ال اوببببببق الضببببببب ببببي ببببب اببببب فلبببب الولصببببيل بببب ال بببب ان بببب الببببوال ال بببب ااتش ابببب ال و ،ال ن ١٦،وي ن ال ةي.، الض لببببببب ،ال فبببببببو ،ببببببب وبببببو اة فيفببببب ،فاببببب ا ي، ال لببببببل بببببب ال و بببببب ،ة بببببب اوببببببو اة تلليبببببببل ال ي نبببببب SPSSا ب ا ٠.١٨لول لفببببببب الايفببببببب ببببببب اببببببب م ال اوببببببب ،اببببببب لوبببببببل .الولفيببببب ،ال فبببببو ،ببببب ليببببب ،ببببب ١٠٧ال فبببببوشي ي . بببببب اا وببببببو ي ن اال لبببببب ال ي نبببببب اال ا صببببببب ي ،وبببببببو اة افو بببببب تلليبببببببل ا نلبببببب ا الا و ،االو ثي ي ال وغي ا ال او.، لن اف ك ت ثي ال يئ ،امو ،فل الولصيل الال للض تلليل الفو ج لظ فف ٤،٦٥ ، تلليل الوال ل ى الض الوال ال .٪ ٧،٦٤ت ثي ن ف .٪ ٦،٦٥ت ثي امو نل الولصيل الال ل ى اوق الض .٪الو ثي فل اوت اا ( ا ) فل تلليل الوال الض الوال ال اال اوق اال يئ ،،ان ل ى الض .٪ ٦٥ ، iv PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA, MODEL QUANTUM LEARNING DAN SIKAP SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP NEGERI 16 KOTA CIREBON A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang penting dan harus dikuasai oleh peserta didik. Selain digunakan dalam kehidupan sehari-hari, Matematika menjadi salah satu syarat kelulusan. Selain itu, Matematika telah menjadi syarat utama memasuki fakultas-fakultas favorit. Peran penting Matematika juga diakui oleh para ahli. Cockcroft menyatakan It would be very difficult- perhaps impossible- to live a normal life in very many parts of the world in the twentieth century without making use of mathematics of some kind.1 Akan sangat sulit atau tidaklah mungkin bagi seseorang untuk hidup di bagian bumi pada abad ke-20 ini tanpa sedikit pun memanfaatkan ilmu Matematika. Kenyataan di kelas menunjukkan bahwa tidak sedikit siswa yang berhasil dengan mudah dan gemilang mempelajari Matematika, namun di sisi lain masih banyak juga peserta didik yang kesulitan dalam mempelajari mata pelajaran bergengsi tersebut. Sulitnya mempelajari Matematika tergambar pada data rekapitulasi kelulusan Ujian Nasional, dimana pada tahun pelajaran 2010/2011 rata-rata nilai mata pelajaran Matematika sebesar 7,50. Tahun berikutnya 2011/2012 mengalami kenaikan menjadi 8,57. Tahun 2012/2013 kembali mengalami penurunan menjadi 5,78. Kondisi ini juga terjadi pada tingkat Provinsi Jawa Barat dimana pada tahun pelajaran 2010/2011 rata-rata nilai mata pelajaran Matematika sebesar 7,51, tahun 2011/2012 mengalami penurunan menjadi 7,27, serta tahun 2012/2013 terus mengalami penurunan menjadi 6,12. Hasil perolehan nilai mata pelajaran tingkat SMP Negeri 16 Kota Cirebon selama tiga tahun terakhir sebagai berikut : Tabel 1 Rekapitulasi Ujian Nasional SMP Negeri 16 Tahun Pelajaran 2010/2011 s. d. 2012/2013 Tahun Pelajaran 2010/2011 2011/2012 2012/2013 Rata-Rata Ujian Nasional Mata Pelajaran Matematika 8,36 7,88 4,39 Sumber : Kepala Bidang Pendidikan Dasar, 2010 Tabel 1 di atas terlihat bahwa tidak stabilnya nilai rata-rata Ujian Nasional mata pelajaran Matematika, pada tahun pelajaran 2010/2011 yaitu sebesar 8,36, kemudian di tahun berikutnya yaitu tahun pelajaran 2011/2012 rata-rata nilai mengalami penurunan nilai sebesar 0,48 menjadi 7,88 dan di tahun pelajaran 2012/2013 rata-rata nilai mengalami penurunan yang sangat tajam yaitu 3,49 menjadi sebesar 4. 39. Demikian pula dengan nilai rata – rata Ujian 1 Shadiq, Fajar. (2007). Artikel: Apa dan Mengapa Matematika Itu Penting. Yogyakarta: P4TK Matematika. Hlm. 3 1 Nasional mata pelajaran Matematika di SMP Negeri 16 pada tahun 2010/2011 pada umumnya rendah. Sedangkan pada Ujian Nasional tahun 2010 di tingkat SMA dan sederajat, mata pelajaran Matematika merupakan mata pelajaran yang tersulit. Menurut Kementerian Pendidikan Nasional memaparkan, siswa yang memperoleh nilai kurang dari lima di mata pelajaran Matematika mencapai 51,44 persen. Sementara untuk Bahasa Indonesia, ada 38,47 persen siswa yang mendapatkan nilai di bawah lima. Untuk mata pelajaran Bahasa Inggris, siswa yang memperoleh nilai kurang dari lima hanya 3,27 persen. Jika dilihat berdasarkan cakupan internasional, siswa Indonesia pun juga masih jauh tertinggal dalam penguasaan Matematika jika dibandingkan dengan negara lain. Berdasarkan hasil studi The Trends in International Mathematicsand Science Study (TIMSS), dari 49 negara yang ikut serta dalam TIMSS 2007, prestasi siswa Indonesia dalam Matematika berada di urutan ke-36, dengan skor rata-rata 405 (skor rata-rata internasional = 500). Matematika merupakan ilmu yang memiliki kecenderungan deduktif, aksiomatika,dan abstrak(fakta, konsep dan prinsip). Sedangkan karakteristik Matematika inilah yang menyebabkan Matematika menjadi suatu mata pelajaran yang sulit. Ditambah lagi suasana belajar yang tidak kondusif dan metode mengajar guru yang kurang tepat, akan memperparah kesulitan peserta didik dalam menguasai mata pelajaran Matematika tersebut. Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan Tiro dan Suradi (2005) yang menyatakan bahwa selain adanya anggapan sulit siswa dalam belajar Matematika, juga adanya perasaan tegang jika tiba waktunya untuk belajar Matematika di sekolah.2 Prestasi belajar siswa sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor keluarga, seperti latar belakang sosial ekonomi orang tua, pendidikan orang tua, asal keluarga, perhatian orang tua, jarak antara rumah dengan sekolah. Keluarga sangat menentukan keberhasilan pendidikan anak, karena keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak, tempat ia mulai belajar dan menyatakan dirinya sebagai makhluk sosial. Sebagian besar dari kehidupan anak adalah di dalam keluarga. Menurut Slameto (2003) salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah faktor sekolah yang meliputi metode mengajar guru, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar belajar diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.3 Guru perlu memikirkan bagaimana merancang suatu pembelajaran yang dapat mengatasi permasalahan-permasalahan dalam pembelajaran Matematika yang ada di dalam kelas, khususnya yang menyangkut pada metode mengajar 2 Tiro, M. A. Suradi. Pembelajaran Matematika Realistik Secara Terpadu dengan Bidang Studi Lain di Sekolah Dasar. Jurnal Ilmu Kependidikan, Vol 2 No. 2 Tahun 2005 Hal. 106 3 Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Hlm : 54-72. 2 yang berimbas pada suasana belajar siswa. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model pembelajaran kuantum (quantum learning). Quantum learning adalah model pembelajaran yang dikemas oleh Bobi DePorter dan berakar dari upaya Lazanov, yang bereksperimen dengan apa yang disebutnya suggestology atau suggestopedia. Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar dan setiap detail apa pun mempengaruhi sugesti positif ataupun negatif. Selain lingkungan keluarga siswa dan metode pembelajaran yang digunakan guru, yang mempengaruhi prestasi belajar yang kuat akan dipengaruhi juga dengan munculnya sikap siswa sebagai faktor internal terhadap pelajaran Matematika. Menurut Whittaker (1965), sikap adalah suatu kecenderungan atau kesiapan seseorang memberikan respons dalam bentuk perilaku tertentu terhadap suatu stimulus (rangsangan) yang diberikan4. Kenyataan untuk semua tingkatan sekolah, banyak siswa yang bersikap negatif terhadap Matematika, siswa menganggap Matematika sebagai bidang studi yang sulit dipelajari, mereka takut terhadap Matematika. Tentu saja pandangan atau sikap negatif siswa terhadap Matematika berpengaruh terhadap cara-cara siswa dalam mempelajari Matematika. Oleh karena itu diduga bahwa sikap negatif siswa terhadap Matematika, merupakan salah satu indikator penyebab rendahnya prestasi belajar Matematika siswa. Lingkungan keluarga, model pembelajaran quantum learning dan sikap siswa sangat berperan dalam prestasi belajar, dengan lingkungan keluarga, model quantum learning dan sikap siswa inilah yang dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa, dan dengan lingkungan keluarga, model quantum learning dan sikap siswa itu pula kualitas hasil belajar siswa dapat diwujudkan dengan baik. Siswa yang dalam belajarnya didukung dengan lingkungan keluarga yang harmonis, model quantum learning serta mempunyai sikap belajar yang kuat dan tekun akan berhasil dalam belajarnya. Dengan dasar itulah penulis memilih SMP Negeri 16 kota Cirebon sebagai objek penelitian mengingat di sekolah tersebut terdapat berbagai macam siswa yang memiliki sifat dan karakter yang berbeda hal tersebut dapat dilihat dari prestasi belajar masing-masing siswa tersebut. Hasil studi pendahuluan penulis di SMP Negeri 16 kota Cirebon diperoleh informasi bahwa di sekolah ini telah melaksanakan program bimbingan dan konseling secara terencana dan sistematik. Pada kenyataannya sekolah belum memiliki data mengenai efek pemberian disiplin terhadap siswa dan data tentang lingkungan belajar siswa, Pengenalan efek pemberian disiplin dan lingkungan belajar diharapkan dapat membantu sekolah dan guru dalam menentukan sikap dalam mengajar yang sesuai dengan sikap siswa dan lingkungan belajar siswa. Prestasi belajar Matematika yang dimiliki siswa cukup baik dalam hal ini dapat ditunjukkan dengan prestasi akademik siswa yang dapat dilihat dari hasil kelulusannya 100% siswa lulus. Namun belum 4 Whittaker, James O. (1965). Psychology. Philadelpia: W.B.Saunders Company. Hlm :157 3 semua siswa mempunyai prestasi belajar yang tinggi, hal ini karena lingkungan keluarga yang kurang mendukung belajar siswa, model pembelajaran quantum learning yang kurang dipahami guru, dan sikap siswa yang kurang memiliki motivasi dan minat belajar yang tinggi. Sehingga prestasi akademik yang dicapai masih banyak dalam klasifikasi minimal lulus jika dilihat dari kemampuan siswa dalam mencapai prestasi akademik yang lebih tinggi. Penjabaran di atas, yang dimulai dari permasalahan rendahnya prestasi belajar Matematika di SMP Negeri 16 Kota Cirebon, yang diduga karena pengaruh lingkungan keluarga, model pembelajaran quantum learning dan sikap siswa, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang pengaruh lingkungan keluarga, model quantum learning dan sikap siswa terhadap prestasi belajar Matematika siswa SMP Negeri 16 kota Cirebon. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian di atas, maka peneliti merumuskan masalah penelitian : “Bagaimanakah pengaruh lingkungan keluarga, model quantum learning dan sikap siswa terhadap terhadap prestasi belajar Matematika di SMP Negeri 16 Kota Cirebon?” C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian dalam disertasi ini adalah untuk mengetahui pengaruh lingkungan keluarga, model quantum learning dan sikap siswa terhadap terhadap prestasi belajar Matematika di SMP Negeri 16 Kota Cirebon. 2. Kegunaan Penelitian Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak di antaranya: a. Kegunaan dari segi keilmuan, penelitian ini diharapkan dapat mengkaji secara lebih mendalam tentang pengaruh lingkungan keluarga, model quantum learning, sikap siswa terhadap prestasi belajar Matematika. Selanjutnya hasil penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan Ilmu Psikologi. b. Kegunaan Praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pemerintah, khususnya SMP Negeri 16 Kota Cirebon, dalam upayanya meningkatkan prestasi belajar Matematika melalui lingkungan keluarga, model quantum learning dan sikap siswa, serta bermanfaat untuk bahan referensi di masa yang akan datang. c. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bagi penelitian-penelitian berikutnya. D. Kajian Pustaka Penelaahan karya tulis mengenai Pengaruh Lingkungan Keluarga, Model Quantum Learning dan Sikap Siswa Terhadap Prestasi Belajar Matematika, terdapat beberapa buku dan hasil penelitian yang berkaitan dan relevan 4 dengan karya tulis ini, diantaranya : Ilmu Pendidikan, karya Ahmadi, A & Uhbiyati, N, Rineka Cipta: Jakarta, 2001; Pengantar Ilmu Pendidikan, karya Anshari, H., Usaha Nasional: Surabaya, 1990; Pengantar Psikologi Intelegensi, karya Azwar S., Yogyakarta: Pustaka Belajar, 1996; Psikologi Belajar, karya Muhibbin Syah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008; Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Karya Slameto, Jakarta: Rineka Cipta, 2003; Psikologi Pengajaran, Karya W. Winkel, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996; Jurnal, Menumbuhkembangkan Berpikir Logis dan Sikap Siswa Positif terhadap Matematika melalui Pendekatan Matematika Realistik, karya S. Saragih, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Juni 2006 tahun ke 12 No. 061; Effectiveness of Quantum Learning for Teaching Linear Program at the Muhammadiyah Senior High Schoolof Purwokerto in Central Java,Indonesia, karya Kusno dan Joko Purwanto, EDUCARE : International Journal for Educational Studies, 4(1) 2011. Quantum Learning Bagi Pendidikan Jurnalistik (Studi Pembelajaran Jurnalistik Yang Berorientasi Pada Life Skill), karya Septiawan Santan Kurnia, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Tahun ke-8 No. 034 Januari 2002 Adapun penelitian yang pernah dilakukan walaupun implisit dan penulis dapat temukan sebagai landasan pertimbangan dalam kajian ini, antara lain sebagai berikut : 1. Ahmad Mubarok menulis, Psikologi Keluarga, Dari Keluarga Sakinah Hingga Keluarga Bangsa, pada tahun 2005. 2. Sri Lestari menulis, Psikologi Keluarga – Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam Keluarga, pada tahun 2012. 3. Bobi DePorter dan Mike Hernacki menulis, Quantum Learning. Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, pada tahun 2001. 4. Mahmud menulis, Psikologi Pendidikan, pada tahun 2010, dalam bukunya dideskripsikan tentang Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu.. 5. Muhibbin Syah menulis, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, pada tahun 2008, yang dalam bukunya dideskripsikan bahwa Pendidikan adalah: “usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara” (UU No. 20 Tahun 2003). 6. Udiyono dalam Jurnalnya, Magistra No. 75 Th. XXIII Maret 2011 tentang Pengaruh Motivasi Orang Tua, Kondisi Lingkungan dan Disiplin Belajar terhadap Prestasi Akademik Pendidikan Matematika, menyatakan secara mendasar dapat dikatakan bahwa lingkungan pendidikan diklarifikasikan menjadi tiga yaitu : a) lingkungan keluarga, b) lingkungan sekolah, dan c) lingkungan masyarakat terkecil yang diikat atas atas dasar pembawaan 5 yang anggota-anggotanya terdiri dari ayah, ibu dan anak. Dalam lingkungan keluarga terjadi proses pembelajaran. 7. Kusno dan Joko Purwanto, International Journal for Educational Studies, 4(1) 2011, menyatakan Model pembelajaran Quantum adalah salah satu yang digunakan sebagai pedoman dalam perencanaan dan pelaksanaan kelas belajar yang meliputi strategi yang disebut, dalam bahasa Indonesia, TANDUR (Tumbuhkan - tumbuh, Alami - pengalaman, Namai - memberi nama, Demonstrasikan - menunjukkan, Ulangi - ulangi, dan Rayakan merayakan), konteks, konten, prinsip, dan paradigma utama. Pembelajaran Quantum adalah kombinasi dari berbagai interaksi yang tersedia pada saat pembelajaran. interaksi ini mencakup semua unsur yang efektif dalam memungkinkan keberhasilan siswa. 8. Indah Sri Murni, dkk dalam Jurnal yang berjudul Penggunaan Model Pembelajaran Quantum Teaching Tipe Tandur dalam Peningkatan Hasil Belajar Matematika menyatakan “Ada banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah sebagai berikut: (1) Faktor internal, yaitu faktorfaktor yang bersumber dari dalam diri siswa, yang terdiri dari: (a) Aspek fisiologis (b) Faktor psikologis. (2) Faktor eksternal, yaitu faktorfaktor yang bersumber dari luar diri siswa, yang terdiri dari: (a) Lingkungan sosial. (b) Lingkungan non sosial, yang termasuk ke dalam lingkungan non sosial baik fisik maupun non fisik. E. Kerangka Teoritis 1. Lingkungan Keluarga a. Pengertian Wahyu MS (1986), mengemukakan keluarga dalam bentuk yang paling dasar terdiri dari seorang laki-laki dan seorang perempuan yang ditambah dengan anak-anak mereka yang biasanya tinggal dalam satu rumah yang sama5. Lingkungan keluarga adalah lembaga sosial terkecil dalam masyarakat yang menentukan keseluruhan masyarakat (Sobur, 2003).6 Keluarga merupakan tempat pertama kali manusia mengenal pendidikan, nilai-nilai, norma-norma, hal-hal yang baik dan hal-hal yang buruk, yang nantinya akan menjadi dasar dalam pembentukan kepribadian anak-anak hingga dewasa. b. Peran dan fungsi keluarga Fungsi keluarga adalah mengendalikan dan menguatkan hasil yang di peroleh tadi. Peranan keluarga yang utama terletak pada pembinaan akhlak, sopan santun, kebiasaan makan yang baik, berpakaian, adat bekerja yang baik dan sikap terpuji lainnya sampai kepada kebiasaan bersalaman pada saat pergi dan pulang. 5 Wahyu, M.S. (1986). Wawasan Ilmu Sosial Dasar. Surabaya: Usaha Nasional. Hlm : 57 6 Sobur, Alex. (2003). Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia. Hlm : 248 6 Sebagai unit terkecil dalam masyarakat ,keluarga mempunyai peranan-peranan tertentu : 1) Sebagai pelindung bagi-bagi pribadi-pribadi yang menjadi anggota keluarga di mana ketertiban dan ketenteraman diperoleh dalam wadah tersebut. 2) Merupakan unit sosial ekonomis secara materiil memenuhi kebutuhan anggota-anggotanya. 3) Menumbuhkan dasar-dasar bagi kaidah-kaidah pergaulan hidup. 4) Merupakan di mana manusia mengalami proses sosialisasi moral, yakni suatu proses di mana manusia mempelajari dan mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat (Surjono Sukanto 1992)7. c. Dimensi lingkungan keluarga Slameto (2003) mengemukakan faktor-faktor lingkungan keluarga yang dapat mempengaruhi belajar anak adalah8: 1) Cara orang tua mendidik 2) Suasana rumah 3) Keadaan ekonomi keluarga 4) Perhatian orang tua 5) Relasi antar anggota keluarga Dalam pelaksanaan pola asuh anak dalam keluarga banyak mengalami kesulitan dan pendukung dalam mengasuh anak-anaknya. Diantaranya yaitu : 1) Faktor Pendukung Menurut tokoh psikologi Kartini Kartono dan Jenny Andari terdapat pengaruh positif dari sikap orang tua terhadap anak. Maka dari itu, hendaknya sikap orang tua yang baik (Utami Munandar, 1985) adalah 9: a) Keluarga bisa menuntun anak untuk bertanggung jawab dan menentukan jalan hidupnya sendiri. b) Orang tua bisa bersikap toleran terhadap impuls-impuls dan emosi-emosi anak-anaknya, dan bisa memberikan bimbingan penyaluran dengan cara yang sehat. c) Adanya identifikasi anak yang sehat terhadap orang tua, guna memperkuat kepribadian anak. d) Orang tua harus memberikan contoh sikap hidup dan perilaku yang baik dan menyingkirkan mekanisme pelarian diri serta pembelaan diri yang negatif (tidak sehat). 7 8 9 Soerjono Soekanto. (1992). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Hlm :23 Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Hlm:60 Munandar, Utami. (1985). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, Petunjuk Bagi Para Guru dan Orang Tua. Jakarta: Gramedia. Hlm:44 7 Adapun faktor penunjang bagi orang tua dalam mendidik anak menurut peneliti diantaranya: a) Apabila dalam keluarga tercipta hubungan yang harmonis. b) Apabila terdapat koordinasi antara pendidikan formal (sekolah) dengan pihak orang tua, sehingga terdapat tanggung jawab bersama antara keduanya. c) Apabila terdapat sarana dan prasarana yang memadai untuk dapat melaksanakan dan memahami ajaran-ajaran agama dengan baik. d) Apabila sistem ketatanegaraan (dalam hal ini adalah ideologi, konstitusi dan norma-norma hukum) yang mana dapat memberikan keleluasaan bagi warga negaranya untuk bebas dan aman menjalankan agamanya. e) Karena adanya persamaan tujuan antara orang tua dan guru untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan anak. f) Karenanya ada rasa tanggung jawab sebagai orang tua, yaitu anak adalah merupakan amanat dari Allah maka adalah sebuah kewajiban untuk membimbing dan mengarahkan kejalan yang baik. g) Karena pengaruh lingkungan dan masyarakat. Didalam lingkungan masyarakat jika anak tidak diarahkan maka akan terjadi penyelewengan-penyelewengan, karena pergaulan dimasyarakat serba global ini, jika tidak punya filter dalam melaksanakan hubungannya akan mudah tergiur oleh hal-hal yang negatif. Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan ada dua bagian seperti yang diungkapkan oleh Singgih D. Gunarsa (2001) yaitu faktor endogen dan faktor eksogen10. a) Faktor Endogen: semua yang berasal dari dalam diri anak itu sendiri. b) Faktor Eksogen: semua faktor yang berasal dari luar diri anak. 2) Faktor Penghambat Adapun faktor penghambat dalam pendidikan keluarga (orang tua) pada kurun modern ini adalah: a) Kesibukan Orang Tua b) Keterbatasan Pengetahuan Orang Tua 2. Model Pembelajaran Quantum Learning a. Pengertian Menurut Sagala (2005) sebagaimana dikutip oleh Indrawati dan Setiawan (2009), mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang 10 Gunarsa, Singgih D. (2001). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: Gunung Mulia. Hlm:34 8 pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar11. Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial (Suprijono, 2011)12. b. Karakteristik Model Pembelajaran Tobing, dkk sebagaimana dikutip oleh Indrawati dan Setiawan (2009) mengidentifikasi lima karakteristik suatu model pembelajaran yang baik, yang meliputi berikut ini13: 1) Prosedur ilmiah Suatu model pembelajaran harus memiliki suatu prosedur yang sistematik untuk mengubah tingkah laku peserta didik atau memiliki sintaks yang merupakan urutan langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru-peserta didik. 2) Spesifikasi hasil belajar yang direncanakan Suatu model pembelajaran menyebutkan hasil-hasil belajar secara rinci mengenai penampilan peserta didik. 3) Spesefikasi lingkungan belajar Suatu model pembelajaran menyebutkan secara tegas kondisi lingkungan di mana respon peserta didik diobservasi. 4) Kriteria penampilan Suatu model pembelajaran merujuk pada kriteria penerimaan penampilan yang diharapkan dari para peserta didik. Modelpembelajaran merencanakan tingkah laku yang diharapkan dari peserta didik yang dapat didemonstrasikannya setelah langkah-langkah mengajar tertentu. 5) Cara-cara pelaksanaannya Semua model pembelajaran menyebutkan mekanisme yang menunjukkan reaksi peserta didik dan interaksinya dengan lingkungan. c. Pengertian Model Pembelajaran Quantum Learning Quantum learning merupakan model pembelajaran yang dikemas oleh Bobby DePorter dan berakar dari upaya Georgi Lazanov, yang bereksperimen dengan apa yang disebutnya suggestology atau suggestopedia. 11 Indrawati dan W. Setiawan. (2009). Pembelajaran Aktif, Kreatif,Efektif dan Menyenangkan untuk Guru SD. Jakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA). Hlm: 27 12 Suprijono, A. (2011). Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hlm: 46 13 Indrawati dan W. Setiawan. (2009). Pembelajaran Aktif, Kreatif,Efektif dan Menyenangkan untuk Guru SD. Jakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA). Hlm: 27 9 Quantum learning sendiri didefinisikan sebagai Interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya (DePorter dan Hernacki, 2009)14. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa, mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi orang lain. d. Komposisi Model Pembelajaran Quantum Learning Quantum learning menurut DePorter dan Hernacki (2009), menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan belajar, dan NLP dengan teori keyakinan, dan metode lainnya seperti15: 1) Teori otak triune (3 in 1), 2) Teori otak kanan, 3) Pilihan modalitas (visual, auditorial, dan kinestetik), 4) Teori kecerdasan ganda, 5) Pendidikan holistic (menyeluruh), 6) Belajar berdasarkan pengalaman, 7) Belajar dengan simbol (Metaphoric Learning), 8) Simulasi / Permainan. e. Karakteristik Quantum Learning Model quantum learning terdiri atas beberapa karakteristik yang dibagi menjadi beberapa kategori seperti berikut: Tabel 2 Karakteristik Komponen Quantum Learning Lingkungan Suasana Interaksi Positif aman dan mendukung Nyaman cukup penerangan Enak dipandang Ada musiknya Pengetahuan Macam metode yang digunakan Mencontoh Pengalaman Permainan Membaca Hubungan Simulasi Menulis Inspirasi Simbol Mencatat Santai penjelajahan (exploratory) Menggembirakan Aktivitas belajar Menghafal kreativitas Langkah-langkah yang dapat diterapkan dalam pembelajaran melalui konsep quantum learning adalah dengan cara: 1) Kekuatan Ambak Ambak adalah motivasi yang didapat dari pemilihan secara mental antara manfaat dan akibat-akibat suatu keputusan. 2) Penataan lingkungan belajar Dalam proses belajar dan mengajar diperlukan penataan lingkungan yang dapat membuat siswa merasa aman dan nyaman, 14 15 DePorter, B. (2009). Quantum Not-Taker: Jadikan Penuh Makna. Bandung: PT Mizan Pustaka. Hlm:16 DePorter, B. Ibid. Hlm:16 10 dengan perasaan aman dan nyaman ini akan menumbuhlkan konsentrasi belajar siswa yang baik. 3) Memupuk sikap juara Memupuk sikap juara perlu dilakukan untuk lebih memacu dalam belajar siswa. 4) Bebaskan gaya belajarnya Ada berbagai macam gaya belajar yang dipunyai oleh siswa, gaya belajar tersebut yaitu: visual, auditorial dan kinestetik. Guru hendaknya memberikan kebebasan dalam belajar pada siswanya dan janganlah terpaku pada satu gaya belajar saja. 5) Membiasakan mencatat Belajar akan benar-benar dipahami sebagai aktivitas kreasi ketika siswa tidak hanya bisa menerima, melainkan bisa mengungkapkan kembali apa yang didapatkan menggunakan bahasa hidup dengan cara dan ungkapan sesuai gaya belajar siswa itu sendiri. 6) Membiasakan membaca Salah satu aktivitas yang cukup penting adalah membaca. Karena dengan membaca akan menambah perbendaharaan kata, pemahaman, menambah wawasan dan daya ingat akan bertambah. 7) Jadikan anak lebih kreatif Siswa yang kreatif adalah siswa yang ingin tahu, suka mencoba dan senang bermain. Dengan adanya sikap kreatif yang baik siswa akan mampu menghasilkan ide-ide yang segar dalam belajarnya. 8) Melatih kekuatan memori Kekuatan memori sangat diperlukan dalam belajar anak, sehingga siswa perlu dilatih untuk mendapatkan kekuatan memori yang baik. Quantum teaching mempunyai kerangka rancangan belajar quantum teaching yang dikenal sebagai TANDUR: Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasi, Ulangi dan Rayakan, (DePorter, 2002)16. 3. Sikap Siswa a. Pengertian Menurut Morgan (1996), sikap adalah kecenderungan untuk berespons, baik secara positif maupun negatif terhadap orang, objek, atau situasi. Tokoh psikologi bidang psikologi sosial dan psikologi kepribadian seperti Gordon Allport, Chave, & Mead, mengartikan sikap sebagai semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan caracara tertentu (Azwar, 2000)17. Pengertian sikap dapat terjemahkan 16 17 DePorter, B., M. Reardon, S. Singer-Noure, dan N. Ary. (2002). Quantum Learning : mempraktikkan quantum learning di ruang-ruang kelas. Bandung: Kaifa. Terjemahan. Hlm :8-9 Azwar, S. (2000). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Belajar. Hlm:5 11 dengan kata attitude yang berarti sikap terhadap objek tertentu yang dapat merupakan sikap pandangan atau sikap perasaan. b. Struktur sikap Struktur sikap mengandung tiga komponen yang membentuk struktur sikap yang meliputi komponen kognitif, afektif dan konasi. Sebagai acuan dalam penelitian ini, memakai teori Azwar (2000) terkait dengan struktur sikap, yaitu18: 1) Komponen kognitif Yaitu komponen yang berisi kepercayaan siswa mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap berupa pengetahuan, kepercayaan atau pikiran dan keyakinan yang didasarkan pada informasi yang berhubungan dengan objek. 2) Komponen afektif Yaitu komponen yang menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap yang berhubungan dengan perasaan-perasaan tertentu yang berupa perasaan senang dan tidak senang. Objek disini dirasakan menunjukkan arah sikap positif dan negatif. 3) Komponen konasi Yaitu komponen sikap yang menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri siswa berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. c. Fungsi Sikap Sikap mungkin bersumber pada salah satu dari berbagai macam motif tertentu. Dapat digambarkan beberapa macam dasar-dasar motivasi yang lebih luas, sehingga pembentukan sikap cenderung untuk terjadi. Sikap-sikap yang telah terbentuk tersebut mempunyai berbagai fungsi, diantaranya: 1) Sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikan diri 2) Sikap berfungsi sebagai pertahanan ego 3) Sikap berfungsi sebagai alat pengatur tingkah laku 4) Sikap berfungsi sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman 5) Sikap berfungsi sebagai pernyataan kepribadian d. Pembagian Sikap Sikap menurut Gerungan (2000) dapat dibedakan ke dalam sikap sosial dan sikap individual19 : 1) Sikap sosial Suatu sikap sosial dinyatakan oleh cara-cara kegiatan yang sama dan berulang-ulang terhadap obyek sosial, misalnya, penghormatan pada bendera yang dilakukan di suatu negara tertentu. 18 19 Azwar, S. (2000). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Belajar. Hlm:24-28 Gerungan. (2000). Psikologi Sosial. Bandung: PT.Refika Aditama. Hlm:154155 12 2) Sikap individual Sikap individual ialah sikap yang dimiliki seorang dan demi seorag saja, misalnya suka atau tidak suka terhadap binatang tertentu. Sikap individual juga sikap yang tidak berkenaan dengan obyek-obyek yang bukan merupakan obyek perhatian sosial. e. Ciri-ciri sikap Sikap merupakan faktor yang ada dalam diri manusia yang dapat mendorong atau menimbulkan perilaku tertentu dan menurut Gerungan (2000) mempunyai ciri-ciri sebagai berikut20: 1) Sikap itu tidak dibawa sejak lahir 2) Sikap selalu berhubungan dengan obyek sikap 3) Sikap dapat tertuju pada satu obyek atau sekumpulan obyek 4) Sikap dapat berlangsung lama dan sebentar 5) Sikap mengandung faktor perasaan dan motivasi f. Faktor pembentuk sikap Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga agama, serta faktor emosi dalam diri individu. Berikut akan diuraikan peranan masing-masing faktor tersebut yang berperan dalam membentuk sikap manusia (Azwar, 2000)21. 1) Pengalaman pribadi 2) Pengaruh kebudayaan 3) Pengaruh orang lain yang dianggap penting 4) Media massa 5) Lembaga pendidikan dan lembaga agama 6) Pengaruh faktor emosional Gerungan (2001) mengatakan bahwa pembentukan sikap dipengaruhi oleh ada dua faktor yang dapat membentuk atau merubah sikap seseorang terhadap suatu obyek22: 1) Faktor intern Yakni kemampuan selektivitas, daya pilih, minat dan perhatian untuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh dari luar, serta motif-motif yang ada di dalam diri individu tersebut. 2) Faktor ekstern Pembentukan maupun perubahan sikap selain dipengaruhi oleh faktor intern juga ditentukan oleh sifat, isi pandangan baru yang akan diberikan, siapa yang memberikan, siapa yang mendukung, dengan cara apa diberikan, dan dalam situasi bagaimana sikap baru tersebut diperbincangkan. 20 Gerungan. (2000). Psikologi Sosial. Bandung: PT.Refika Aditama. Hlm:151 Azwar, S. (2000). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Belajar. Hlm:30-36 22 Gerungan. (2001). Psikologi Sosial. Bandung: PT.Refika Aditama. Hlm:155157 21 13 g. Sikap siswa terhadap mata pelajaran matematika Cara menumbuhkan sikap positif bagi siswa menurut Ruseffendi (1991), sikap positif bisa tumbuh bila23: 1) Materi pelajaran diajarkan sesuai dengan kemampuan siswa. 2) Matematika yang diajarkan banyak kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. 3) Siswa banyak berpartisipasi dalam rekreasi, permainan, dan tekateki Matematika. 4) Soal-soal yang dikerjakan siswa, pekerjaan rumah misalnya, tidak terlalu banyak, tidak terlalu sukar, dan tidak membosankan; 5) Penyajian dan sikap gurunya menarik, dan dapat dorongan dari semua pihak. 6) Evaluasi keberhasilan belajar siswa yang dilakukan guru, mendorong siswa untuk lebih tertarik belajar Matematika, tidak sebaliknya, membunuh. 4. Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi belajar menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan oleh nilai atau angka yang diberikan oleh guru. Muryono (2000) menyebutkan prestasi belajar adalah suatu istilah yang menunjukkan derajat keberhasilan siswa mencapai tujuan belajar setelah mengikuti proses belajar dari satu program yang telah di tentukan. Prestasi belajar menurut Sudjana (2000) adalah hasil belajar sebagai kualitas belajar siswa dari proses belajar mengajar yang menggambarkan sejauh mana kemampuan siswa dalam mengikuti program pelajaran dalam waktu tertentu24. b. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Menurut Suryabrata (1998) dan Shertzer dan Stone (dalam Winkle, 1997), secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dan prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu faktor internal dan faktor eksternal25: 1) Faktor internal Merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang dapat mempengaruhi prestasi belajar. Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu : a) Faktor fisiologis 23 Ruseffendi, E.T. (1991). Pengantar kepada membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA (Cetakan Kedua). Bandung: Tarsito. Hlm:236 24 Sudjana. (2002). Metode Statistika Edisi keenam. Bandung: Tarsito. Hlm:25 25 Suryabrata, S. (1998). Pengembangan Alat Ukur Psikologi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Hlm:233 14 Dalam hal ini, faktor fisiologis yang dimaksud adalah faktor yang berhubungan dengan kesehatan dan pancaindra (1) Kesehatan badan (2) Pancaindra b) Faktor psikologis Ada banyak faktor psikologis yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa, antara lain adalah : (1) Inteligensi (2) Sikap (3) Motivasi 2) Faktor eksternal Selain faktor-faktor yang ada dalam diri siswa, ada hal-hal lain diluar diri yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang akan diraih, antara lain adalah: a) Faktor lingkungan keluarga (1) Sosial ekonomi keluarga (2) Pendidikan orang tua (3) Perhatian orang tua dan suasana hubungan antara anggota keluarga b) Faktor lingkungan sekolah (1) Sarana dan prasarana (2) Kompetensi guru dan siswa (3) Kurikulum dan metode mengajar c) Faktor lingkungan masyarakat (1) Sosial budaya (2) Partisipasi terhadap pendidikan c. Prestasi Belajar Matematika 1) Pengertian Prestasi Belajar Matematika Prestasi belajar Matematika adalah penilaian pendidikan tentang kemajuan siswa dalam menguasai pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran Matematika sebagai hasil dari aktivitas belajar, yang hasilnya ditunjukkan dengan nilai prestasi oleh guru. Untuk mengetahui hasil dari penguasaan pengetahuan dan aplikasi pelajaran Matematika, diperlukan suatu tes prestasi belajar atau tes hasil belajar untuk menentukan nilai. Bloom dkk, (dalam Azwar, 1998) membagi kawasan belajar yang mereka sebut sebagai tujuan pendidikan menjadi 3 bagian yaitu: kawasan kognitif, kawasan afektif dan kawasan psikomotor. Tes prestasi belajar secara luas mencakup ketiga kawasan tujuan pendidikan tersebut26. 26 Azwar, S. (1998). Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset. Hlm:8 15 Gronlund (dalam Azwar, 1998) bukunya mengenai penyusunan tes prestasi merumuskan beberapa prinsip dasar dalam pengukuran prestasi, sebagai berikut27: a) Tes prestasi harus mengukur hasil belajar yang telah dibatasi secara jelas sesuai dengan tujuan instruksional. b) Tes prestasi harus mengukur suatu sampel yang representatif dari hasil belajar dan dari materi yang dicakupkan oleh program instruksional atau pengajaran. c) Tes prestasi harus berisi item-item dengan tipe yang paling cocok guna mengukur hasil belajar yang diinginkan. d) Tes prestasi harus dirancang sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan penggunaan hasilnya. e) Reliabilitas tes prestasi harus diusahakan setinggi mungkin dan hasil ukurnya ditafsirkan dengan hati-hati. f) Tes prestasi harus dapat digunakan untuk meningkatkan belajar para anak didik. Tes prestasi yang digunakan sebagai sumber data penelitian ini adalah nilai prestasi akademik dari kelas VII, VIII dan IX Tahun Pelajaran 2012/2013. Sehingga dalam penelitian ini nilai prestasi pelajaran Matematika diambil dari nilai prestasi tersebut yang kemudian akan dihubungkan dengan lingkungan keluarga, model quantum learning dan sikap siswa SMP Negeri 16 Kota Cirebon. F. Metode Penelitian Objek penelitian ini meliputi lingkungan keluarga, model quantum learning, sikap siswa dan prestasi belajar Matematika siswa SMP Negeri 16 Kota Cirebon. Lokasi penelitian ini di SMP Negeri 16 Kota Cirebon. Sekolah ini berada di Jalan Jalan Kebumen No. 49 Kelurahan Lemahwungkuk Kecamatan Lemahwungkuk Kota Cirebon. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode yang penulis digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Variabel penelitian meliputi : lingkungan keluarga, model quantum learning, sikap dan prestasi belajar Matematika Populasi penelitian adalah Cirebon yang terdiri dari kelas VII, kelas VIII, dan kelas IX tahun pelajaran 2012/2013 yang keseluruhannya. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Random Sampling berjumlah 107 siswa secara proporsional. Teknik pengumpulan data penelitian menggunakan angket, studi Kepustakaan, observasi dan wawancara. Sebelum digunakan untuk meneliti terlebih dahulu dilakukan uji instrumen, hasil uji menunjukan semua item pernyataan valid dan semua kuesioner dinyatakan reliabel. 27 Azwar, S. (1998). Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset. Hlm:18-21 16 Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif dimana data ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik. Analisis induktif dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel lingkungan keluarga, model pembelajaran quantum learning dan sikap siswa terhadap prestasi belajar siswa. G. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Data Hasil Penelitian a. Gambaran Variabel Lingkungan Keluarga Hasil penelitian menunjukan mean empirik sebesar 66,50 dengan standar deviasi empirik 2,50, sedangkan mean hipotetik sebesar 62,50 dengan standar deviasi hipotetik sebesar 12,50. Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa mean empirik lebih besar dari mean hipotetik. Hal ini berarti bahwa kondisi lingkungan keluarga siswa pada subjek penelitian ini berada di atas rata-rata kondisi lingkungan keluarga siswa pada umumnya. Gambar 1 Grafik Batang Kategori Lingkungan Keluarga b. Gambaran Variabel Model Quantum Learning Hasil penelitian menunjukan mean empirik sebesar 70,07 dengan standar deviasi empirik 2,46, sedangkan mean hipotetik sebesar 62,50 dengan standar deviasi hipotetik sebesar 12,50. Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa mean empirik lebih besar dari mean hipotetik. Hal ini berarti bahwa penerapan model quantum learning pada subjek penelitian ini berada di atas rata-rata kondisi penerapan model quantum learning siswa pada umumnya. 17 Gambar 2 Grafik Batang Kategori Model Quantum Learning c. Gambaran Variabel Sikap Siswa Hasil penelitian menunjukan bahwa mean empirik sebesar 67,54 dengan standar deviasi empirik 2,13, sedangkan mean hipotetik sebesar 62,50 dengan standar deviasi hipotetik sebesar 3,50. Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa mean empirik lebih besar dari mean hipotetik. Hal ini berarti bahwa sikap siswa pada subjek penelitian ini berada di atas rata-rata kondisi sikap siswa pada umumnya. Gambar 3 Grafik Batang Kategori Sikap Siswa d. Gambaran prestasi belajar siswa Kategorisasi pada tabel 4.42 di atas menunjukkan bahwa subjek penelitian memiliki skor prestasi belajar Matematika siswa yang termasuk ke dalam kategori yang tinggi sebanyak 14 orang (13,1%), subjek yang termasuk ke dalam kategori sedang sebanyak 76 orang (71%), dan subjek yang termasuk ke dalam kategori rendah sebanyak 17 orang (15,9%). Secara umum, subjek penelitian sikap siswa pada tingkat sedang. 18 Gambar 4 Grafik Batang Kategori Prestasi Belajar Siswa 2. Hasil analisis induktif Uji analisis untuk mengetahui pengaruh lingkungan keluarga, model quantum learning dan sikap siswa terhadap prestasi belajar Matematika siswa dilakukan dengan menggunakan Software SPSS (Statistical Product and Service Solutions) versi 18. a. Uji pra syarat analisis Uji normalitas dengan menggunakan Kolmogorov – Smirrnov dan Shapiro-Wilk menunjukan tingkat signifikan atau nilai probabilitas variabel lingkungan keluarga, quantum learning, sikap dan prestasi belajar > 0,05. Dapat disimpulkan data penelitian berdistribusi normal. Uji homogenitas menggunakan alat uji Levene. Berdasarkan pengukuran rata-rata (mean) nilai signifikansi atau probabilitas > 0,05. dapat disimpulkan bahwa data bersifat homogen (berasal dari populasi yang sama). 3. Godnes Fit (Koefisien Determinasi) Hasil analisis data dengan SPSS 18 menunjukan skor R2 (R Square) adalah 0,504. Hasil tersebut menunjukan pengaruh variabel lingkungan keluarga, model quantum learning dan sikap siswa terhadap prestasi belajar sebesar 50,4%, sedangkan 49,6% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti pada penelitian ini. 4. Uji Hipotesis a. Pengujian hipotesis pengaruh lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar Matematika siswa di SMP Negeri 16 Kota Cirebon Hasil uji dua sisi skor probabilitas di bagi 2 (0,027/2) yaitu 0,0135 < 0,025 menunjukan bahwa lingkungan keluarga secara parsial berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa di SMP Negeri 16 Kota Cirebon. Persamaan regresi linearnya adalah :Y = 42,348 + 0,075X1. Persamaan regresi menunjukan bahwa kenaikan skor rata-rata variabel lingkungan keluarga (X1) maka akan meningkatkan skor prestasi belajar siswa (Y) sebesar 0,075 pada konstanta 42,348. Pengerauh variabel lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar siswa sebesar 6,46%. 19 b. Quantum learning secara parsial berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa di SMP Negeri 16 Kota Cirebon Hasil uji dua sisi skor probabilitas di bagi 2 (0,003/2) yaitu 0,0015 < 0,025 menunjukan bahwa quantum learning secara parsial berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa di SMP Negeri 16 Kota Cirebon. persamaan regresi linearnya adalah : Y = 42,348 + 0,171X1 Persamaan regresi menunjukan bahwa kenaikan skor rata-rata variabel quantum learning (X2) maka akan meningkatkan skor prestasi belajar siswa (Y) sebesar 0,171 pada konstanta 42,348. Pengerauh variabel model quantum learning terhadap prestasi belajar siswa sebesar 16,67%. c. Sikap siswa secara parsial berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa di SMP Negeri 16 Kota Cirebon Hasil uji dua sisi skor probabilitas di bagi 2 (0,000/2) yaitu 0,000< 0,025 menunjukan bahwa Sikap siswa secara parsial berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa di SMP Negeri 16 Kota Cirebon. persamaan regresi linearnya adalah : Y = 42,348 + 0,316X. Persamaan regresi di atas dapat diartikan bahwa kenaikan skor rata-rata variabel sikap siswa (X3) maka akan meningkatkan skor prestasi belajar siswa (Y) sebesar 0,316 pada konstanta 42,348. Pengerauh variabel sikap siswa terhadap prestasi belajar siswa sebesar 27,26%. d. Pengaruh lingkungan keluarga, model Quantum Learning dan sikap siswa terhadap prestasi belajar Matematika Siswa di SMP Negeri 16 Kota Cirebon Hasil uji statistik skor probabilitas 0,000 < 0,05 menunjukan bahwa lingkungan keluarga, quantum learning dan sikap siswa secara simultan berpengaruh terhadap prestasi belajar Matematika siswa di SMP Negeri 16 Kota Cirebon. persamaan regresi linearnya adalah : Y = 42,348 + 0,075X1 + 0,171X2 + 0,316X3. Pengaruh variabel lingkungan keluarga (X1), model quantum learning (X2) dan sikap siswa (X3) secara simultan (keseluruhan) terhadap prestasi belajar (Y) sebesar 50,4%. H. Pembahasan Pengaruh Lingkungan Keluarga, Model Quantum Learning dan Sikap Siswa terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa di SMP Negeri 16 Kota Cirebon Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 107 Siswa di SMP Negeri 16 Kota Cirebon, hasil analisis menyebutkan pengaruh variabel lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar siswa sebesar 6,46%, pengaruh variabel model quantum learning terhadap prestasi belajar siswa sebesar 16,67% dan pengaruh variabel sikap siswa terhadap prestasi belajar siswa sebesar 27,26%. Pengaruh variabel lingkungan keluarga, quantum learning dan sikap siswa secara simultan sebesar 50,40%. Pengaruh variabel lain yang tidak diteliti pada penelitian ini sebesar 49,60%. 20 Hasil penelitian tentang gambaran secara umum kondisi lingkungan keluarga siswa SMP Negeri 16 Kota Cirebon dalam cara orang tua mendidik, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, perhatian orang tua, dan relasi antar keluarga tergolong pada kategori sedang. Hasil analisis data penelitian secara deskriptif yang didasarkan pada perolehan skor hipotetik dan skor empirik, diperoleh hasil skor lingkungan keluarga yang termasuk ke dalam kategori tinggi sebanyak 20 orang (18,7%), kategori sedang sebanyak 70 orang (65,4%), dan kategori rendah sebanyak 17 orang (15,9%). Data tersebut menunjukan secara umum, subjek penelitian memiliki lingkungan keluarga pada tingkat sedang. Hasil analisis perdimensi menunjukan bahwa semua responden mengimplementasikan seluruh dimensi lingkungan keluarga di atas rata-rata atau pada kategori sedang. Menurut Sobur (2003:248) mengatakan bahwa lingkungan keluarga merupakan lembaga sosial terkecil dalam masyarakat. Lingkungan keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi belajar siswa. Lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang paling utama dalam memperkenalkan pendidikan pada anak. Peran orang tua siswa di SMP Negeri 16 Kota Cirebon selama anak belum dewasa, orang tua mempunyai peran utama dan paling utama bagi anak-anaknya. Agar anak dapat berkembang dengan baik, maka peran orang tua dalam mendidik anak sangat menentukan. Lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang ada di sekitar siswa yang dapat mempengaruhi pemikiran, gaya hidup dan sikap keberagamaan siswa. Lingkungan keluarga sedikit banyak mempunyai pengaruh terhadap seseorang anak, sedangkan besar kecilnya pengaruh tersebut ditentukan oleh intensitas lingkungan itu sendiri. Pengaruh yang diberikan oleh lingkungan itu sendiri dapat berupa pengaruh positif dan pengaruh negatif. Pengaruh positif lingkungan apabila memberikan kesempatan yang luas dan menyeluruh terhadap kemampuan dasar anak dan memberikan dorongan terhadap perkembangan anak. Pengaruh negatif terjadi, apabila lingkungan tidak memberikan kesempatan yang baik dan menghambat terhadap pelaksanaan pendidikan. Sebuah lingkungan keluarga yang efektif dalam cara mendidik, suasana rumah dan lingkungan budaya di rumah dapat memotivasi siswa dalam meningkatkan perilaku keberagamaan, hal ini di gambarkan dengan keyakinan dan pengamalan ibadah secara aktif dikarenakan lingkungan keluarga yang sangat mendukung sehingga timbul ketertarikan dan kenyamanan pada saat pelaksanaan keberagamaan siswa. Lingkungan keluarga juga mempengaruhi kemampuan siswa dalam berkonsentrasi untuk meningkatkan prestasi belajar. Hasil penelitian tentang implementasi model pembelajaran quantum learning di SMP Negeri 16 Kota Cirebon meliputi dimensi lingkungan belajar, sikap positif, gaya belajar, teknik mencatat, teknik menulis, kekuatan ingatan, kekuatan membaca dan berfikir kreatif. Hasil analisis data penelitian secara deskriptif yang didasarkan pada perolehan skor hipotetik dan skor empirik, diperoleh hasil skor penerapan quantum learning termasuk ke dalam kategori tinggi sebanyak 16 orang (15,0%), kategori sedang sebanyak 79 orang (73,8%), dan kategori rendah sebanyak 12 orang (11,2%). Hasil analisis 21 perdimensi menunjukan bahwa semua responden mengimplementasikan seluruh dimensi penerapan quantum learning di atas rata-rata atau pada kategori sedang. Menurut Faure (1992) menyatakan bahwa indikator dari satu tindakan belajar yang berhasil adalah : bila subjek didik telah mengembangkan kemampuannya sendiri. Lebih jauh lagi, bila subjek didik berhasil menemukan dirinya sendiri ; menjadi dirinya sendiri. Faure (1992) menyebutnya sebagai “learning to be”. Dengan kata lain, tindakan belajar dalam pengertian yang sesungguhya terjadi, yakni ketika subjek didik belajar mengkaji kemampuannya secara realistis dan menerapkannya untuk mencapai kebutuhan-kebutuhannya. Oleh sebab itu, metode yang paling sesuai untuk diterapkan di dalam proses belajar adalah metode yang bisa mengembangkan subjek didik menjadi subjek belajar yang aktif. Dengan demikian pemilihan metode yang tepat dan efektif sangat diperlukan. Salah satu metode yang saat ini sering digunakan adalah metode quantum learning. Quantum learning merupakan salah satu cara membelajarkan subjek didik yang digagas oleh Potter. Melalui quantum learning subjek didik akan diajak belajar dalam suasana yang lebih nyaman dan menyenangkan, sehingga subjek didik akan lebih bebas dalam menemukan berbagai pengalaman baru dalam belajarnya. Ketika subjek didik mampu menemukan metode atau strategi belajar yang sesuai dengan dirinya, mampu membuat ia belajar lebih menyenangkan, maka ia akan cenderung untuk menerapkan menjadi suatu kebiasaan di dalam proses belajarnya. Beberapa kebiasaan yang diterapkan tidak hanya berlangsung secara otomatis, tetapi juga memaksa seseorang menerapkan dan bertindak sesuai kebiasaan. Hal ini dikarenakan sekali saja orang belajar bertindak dengan cara tertentu dan telah menjadi otomatis yang tidak memerlukan perhatiannya lagi, maka inilah yang akan diambil sebagai cara yang paling nyaman dan mudah. Menurut Azwar (2003), bagaimana individu bereaksi terhadap pengalaman saat ini tidak terlepas dari penghayatannya terhadap pengalaman-pengalaman bersekolah dulu. Penerapan quantum learning pada siswa secara psikologi terbentuk dari adanya interaksi yang dialami subjek dengan dunia pendidikan. Ketidakpuasan terhadap pengalaman proses dan metode belajar yang digunakan di masa sekolah dulu, yaitu ketika SD hingga SMA, yang hanya bersifat pasif, dari guru ke murid. Ketidak puasan siswa terhadap kekurangan metode belajar yang dulu, membuat siswa mencari alternatif metode belajar yang lain yang mampu mengembangkan siswa menjadi lebih aktif di dalam proses belajarnya di perguruan tinggi. Setelah itu, ketika subjek didik mampu menemukan metode atau strategi belajar yang sesuai dengan dirinya, mampu membuat ia belajar lebih menyenangkan, maka ia akan cenderung untuk menerapkan menjadi suatu kebiasaan di dalam proses belajarnya. Hal ini sesuai dengan pendapat DePorter (2002) yang menyatakan jika seseorang telah akrab dengan metode belajarnya sendiri, maka ia dapat mengambil langkah-langkah penting untuk membantu dirinya belajar lebih cepat dan lebih mudah. 22 Selain itu menurut Meiti (2005), salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang siswa adalah kemampuan soft-skill, yaitu dapat berpikir kritis, kemampuan komunikasi lisan dan tulisan, leadership, percaya diri, penggunaan teknologi informasi berdasarkan perubahan yang terjadi, dan pengembangan dirinya sendiri. Dan untuk mencapai hal tersebut, siswa telah dibekali sejak masuk sekolah dengan ilmu-ilmu yang mampu mengembangkan kemampuan soft-skill mereka, terutama di dalam proses belajar mereka ketika mengemban pendidikan di sekolah. Beberapa teknik atau aspek yang dibahas dalam model pembelajaran quantum learning sebagian besar telah diketahui dan dipelajari oleh siswa. Dalam hal ini kebanyakan siswa memperolehnya dari mata pelajaran Matematika. Bahkan pada mata pelajaran Matematika, dalam hal ini siswa untuk memahami kerja otak, memupuk harga diri akademik yang positif, peranan minat dalam pendidikan, motivasi, goal setting dan gaya belajar, teknik belajar, mind map, pengenalan diri, dan merancang rencana belajar, yang sebagian besar adalah penerapan dari quantum learning. Dengan kata lain, siswa lebih mengetahui strategi atau metode belajar apa yang paling sesuai ia terapkan di dalam proses belajarnya, sehingga membuat proses belajarnya lebih nyaman dan menyenangkan. Hal inilah yang membentuk penerapan quantum learning pada siswa berada pada kategori sedang. Hasil penelitian deskripsi tentang sikap siswa terhadap mata pelajaran matematika yang diperoleh menunjukkan gambaran secara umum kondisi lingkungan keluarga siswa SMP Negeri 16 Kota Cirebon dalam menyikapi tujuan dan isi mata pelajaran Matematika, cara mempelajari Matematika, guru Matematika dan sikap siswa dalam memperdalam Matematika, tergolong pada kategori sedang. Hasil analisis data penelitian secara deskriptif yang didasarkan pada perolehan skor hipotetik dan skor empirik, diperoleh hasil skor sikap siswa yang termasuk ke dalam kategori tinggi sebanyak 20 orang (18,7%), kategori sedang sebanyak 69 orang (64,5%), dan kategori rendah sebanyak 18 orang (16,8%). Data tersebut menunjukan secara umum, subjek penelitian memiliki lingkungan keluarga pada tingkat sedang. Hasil analisa data yang telah dilakukan menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima, artinya bahwa ada pengaruh yang signifikan antara sikap siswa terhadap prestasi belajar Matematika siswa SMP Negeri 16 Kota Cirebon. Adanya pengaruh yang signifikan antara dua variabel tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi (positif) sikap siswa terhadap prestasi belajar Matematika, maka semakin tinggi motivasi belajar siswa. Dengan demikian sikap siswa terhadap prestasi belajar Matematika, dapat digunakan sebagai prediktor bagi motivasi belajar siswa. Kenaikan tingkat sikap siswa terhadap prestasi belajar Matematika secara proporsional akan diikuti oleh kenaikan tingkat sikap belajar siswa. Sikap mempunyai segi motivasi, berarti segi dinamis menuju kesuatu tujuan, berusaha mencapai salah suatu tujuan (Gerungan, 2004:25). Terdapat dorongan dalam diri siswa akan pentingnya rasa suka dan gembira berada dalam sekolah yang situasi dan kondisinya kondusif dan pengalaman sosial siswa di sekolah atau terdapat stimulasi kawan sebaya siswa, lingkungan 23 bermain, lingkungan belajar dan lain- lain yang tidak bisa diabaikan peranannya dalam menentukan motivasi siswa. Motif-motif tersebut menentukan sikap-sikap tertentu dan bukan menentukan rajin tidaknya, tekun tidaknya siswa belajar. Penelitian ini memperkuat teori yang dikemukakan oleh Russeffendi (1998) yang ditulis kembali oleh Saragih (2000) bahwa sikap positif terhadap Matematika berpengaruh positif terhadap prestasi belajar Matematika dan penelitian Rivai (2003) bahwa “hasil belajar seseorang akan dipengaruhi oleh sikapnya terhadap objek sikap …” I. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Lingkungan keluarga memiliki pengaruh terhadap prestasi belajar Matematika siswa di SMP Negeri 16 Kota Cirebon sebesar 6,46%. 2. Model Quantum Lerning memiliki pengaruh terhadap prestasi belajar Matematika siswa di SMP Negeri 16 Kota Cirebon sebesar 16,68%. 3. Sikap siswa memiliki pengaruh terhadap prestasi belajar Matematika siswa di SMP Negeri 16 Kota Cirebon sebesar 27,26%. 4. Lingkungan keluarga, model quantun learning dan sikap siswa secara simultan (bersama-sama) memiliki pengaruh terhadap prestasi belajar Matematika siswa di SMP Negeri 16 Kota Cirebon sebesar 50,40%. Dengan demikian sebagai temuan dari penelitian ini, bahwa untuk meningkatkan prestasi belajar Matematika siswa SMP negeri 16 Kota Cirebon dapat dilakukan dengan memperbaiki lingkungan keluarga terutama pada cara mendidik orang tua terhadap anaknya, meningkatkan pembelajaran dengan model quantum learning pada lingkungan belajar di sekolah yang kondusif dan lebih diprioritaskan adalah pada peningkatan sikap siswa khususnya sikap siswa dalam mempelajari Matematika. Sesuai dengan hasil penelitian maka bagi orang tua hendaknya memperhatikan dengan benar cara mendidik anak di rumah, khususnya pendidikan Matematika agar anak termotivasi untuk belajar Matematika, sehingga prestasi belajar Matematika dapat dicapai dengan baik. Disamping itu sekolah hendaknya memperhatikan lingkungan belajar yang baik dan memberi dukungan untuk terselenggaranya pendidikan Matematika di sekolah yang menyenangkan. Karena kegiatan tersebut mempunyai peranan yang berpengaruh dalam meningkatkan prestasi belajar Matematika siswa. Bagi guru Matematika hendaknya saling mendukung dan bekerjasama dalam meningkatkan pembelajaran Matematika di sekolah, sepertibekerjasama dengan Guru BK untuk meningkatkan sikap positif siswa terhadap mata pelajaran Matematika. Selain itu Guru Matematika lebih intensif berkomunikasi dengan orang tua siswaagar siswa lebih termotivasi dan bersikap positif terhadap pelajaran Matematika. 24