Naskah Publikasi - Digital Repository

advertisement
PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA,
MODEL QUANTUM LEARNING DAN SIKAP SISWA TERHADAP
PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA
SMP NEGERI 16 KOTA CIREBON
Oleh :
ANI RUSNAENI
NPM : 2009201006
DISERTASI
Diajukan kepada Program Doktor
Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh
Gelar Doktor dalam Ilmu Psikologi Pendidikan Islam
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2014
Tim Penguji
Ujian Terbuka Promosi Doktor
Promovendus
: Ani Rusnaeni.
NPM
: 2009201006
Judul Disertasi
:
PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA,
MODEL QUANTUM LEARNING DAN SIKAP SISWA
TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA
SISWA SMP NEGERI 16 KOTA CIREBON
Ketua
: Dr. Achmad Nurmandi, M.Sc.
Sekretaris
: Dr. Muhammad Anis, M.A.
Anggota
:
1. Prof. Dr. Muhammad Chirzin, M.Ag
( Promotor I/Anggota Penguji)
2. Dr. Khoiruddin Bashori, M.Si.
( Promotor II/Anggota Penguji)
3. Prof. Dr. Usman Abu Bakar, M.A.
( Anggota Penguji III)
4. Prof. Drs. Sarbiran, M.Ed, Ph.D.
( Anggota Penguji IV)
5. Dr. Muhammad Nurul Yamin, M.Si
( Anggota Penguji )
6. Dr. Abd. Madjid, M.Si..
( Anggota Penguji )
i
ABSTRAK
Prestasi belajar merupakan tolok ukur maksimal yang telah dicapai siswa
setelah melakukan perbuatan belajar selama waktu yang telah ditentukan bersama.
Belajar yang tidak memperoleh dukungan baik dalam individu maupun dari luar
individu maka belajar akan mengalami hambatan, tentunya akan mempengaruhi
hasil prestasi seseorang. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar
antara lain lingkungan keluarga, metode pembelajaran dan sikap siswa.
Penelitian ini bertolak dari kerangka pemikiran, bahwa lingkungan keluarga,
model quantum learning dan sikap siswa berpengaruh terhadap prestasi belajar
siswa. Bila lingkungan keluarga, model quantum learning dan sikap siswa
dilaksanakan dengan baik, maka prestasi belajar siswa akan meningkat, karena
prestasi belajar siswa ditentukan oleh faktor internal maupun eksternal, yang salah
satunya adalah lingkungan keluarga, model quantum learning dan sikap siswa.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lingkungan keluarga
terhadap prestasi belajar matematika, pengaruh model quantum learning terhadap
prestasi belajar matematika, pengaruh sikap siswa terhadap prestasi belajar
matematika dan pengaruh lingkungan keluarga, model quantum learning dan
sikap siswa secara bersama-sama terhadap prestasi belajar matematika di SMP
Negeri 16 Kota Cirebon.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif
dengan pengambilan sampel menggunakan teknik propotional random sampling
dengan jumlah responden 107 orang. Teknik pengumpulan datanya menggunakan
studi kepustakaan, observasi, angket dan wawancara. Analisis data digunakan uji
statistik analisis regresi dengan menggunakan program SPSS versi 18.0 untuk
mengetahui hubungan dan pengaruh antar variabel yang diteliti.
Dari hasil analisis diperoleh hasil bahwa terdapat Lingkungan keluarga,
model quantun learning dan sikap siswa secara simultan (bersama-sama)
memiliki pengaruh terhadap prestasi belajar matematika siswa di SMP Negeri 16
Kota Cirebon sebesar 50,40%. Besar pengaruh variabel sikap siswa terhadap
prestasi belajar sebesar 27,26%, pengaruh variabel quantum learning sebesar
16,68%, dan pengaruh lingkungan keluarga sebesar 6,46%. Besar pengaruh
variabel lain yang tidak diteliti pada penelitian ini sebesar 49,60%.
Kata Kunci : lingkungan keluarga, quantum learning, sikap, prestasi
belajar.
ii
ABSTRACT
Learning achievement is a measure of the maximum has been reached
after the act of learning students during a predetermined time together. Either
learning is no support in the individual or individuals from outside the study will
have problems, of course, will affect a person's achievements. Factors that may
affect the achievement of learning, among others, family environment, teaching
methods and student attitudes.
This study departed from the thought, that the family environment, the
quantum model of learning and student attitudes affect student achievement.
When the family environment, the quantum model of learning and student
attitudes executed, then student achievement will increase, because student
achievement determined by internal and external factors, one of which is the
family environment, the quantum model of learning and student attitudes.
This study aims to determine the influence of family environment on
learning achievement, the influence of the quantum model of learning to learn
mathematics achievement, influence students' attitudes toward mathematics
learning achievement and the influence of family environment, models of quantum
learning and attitudes of students together on learning achievement at junior high
school mathematics 16 Foreign Cirebon.
The method used in this study is a quantitative method of sampling using a
propotional random sampling with 107 respondents. The technique used in data
collection of library research, observations, questionnaires and interviews. Data
analysis used statistical regression analysis test using SPSS version 18.0 to
determine the relationship and influence between the variables studied.
From the analysis of the results showed that there is a family environment,
quantum model of learning and student attitudes simultaneously (together) have
an influence on the learning achievement of students at Junior High School 16
Cirebon was 50.40%. Major variables influence students' attitudes toward
learning achievement of 27.26%, the effect of the quantum variable learning by
16.68%, and the influence of family environment by 6.46%. The influence of other
variables not examined in this study was 49.60%.
Keywords : family environment, quantum model of learning, student
attitudes, student achievement.
iii
‫الملخص‬
‫ال ببببببب‬
‫أنىروسننننننن ننننننن نببببببب ‪ ،٢٠٠٩٢٠١٠٠٦‬اآلثببببببب ال يئيببببببب‪ ،‬اموببببببب ‪ ،‬ن ببببببب‬
‫بببببي ال ن ببببب‪ ،‬ببببب ا‬
‫البببببوال اال اوبببببق نلببببب تلليبببببل الض لبببببا البببببوال ببببب ال‬
‫‪ ١٦‬وي ن‪.‬‬
‫لوصببببب اببببب ابببببل الضببببب‬
‫الولصبببببيل الال ببببب اببببب لن بببببو الو ببببببل الببببب ليببببب‬
‫وبببب س فيبببب‪ ،‬لبببب وببببل ابببب ‪.‬الببببوال ابببب لا فبببب وبببب ا بببب ال بببب‬
‫تالبببب فبببب‬
‫ال اوببببب‪ ،‬وببببببي ن ل ببببب ال اببببب ل‪ ،‬ض يابببببب‪ ،‬اللببببب ‪ ،‬وبببببب‬
‫لا ام ببببب ا ببببب فبببببب‬
‫‪.‬الا ا ببببل الوبببب وبببب تببببعث فلبببب تلليببببل الببببوال ‪ ،‬بببب‬
‫تببببعث فلبببب انشبببب سا الابببب‬
‫لف ى‪ ،‬اال يئ‪ ،‬امو ‪ ،،‬الو ليا الو س اال اوق الض لا‪.‬‬
‫ي ل‬
‫ال ببببب ببببب البببببوال‬
‫اببببب م ال اوببببب‪ ،‬ببببب ال ببببب ‪ ،‬لن ال يئببببب‪ ،‬اموببببب ‪ ،،‬ان ببببب‬
‫غببببب‬
‫اال اوببببببب ق الض لببببببببا تببببببببعث فلببببببب الولصببببببببيل الال بببببببب للضببببببب ‪.‬ففبببببببب ال يئبببببببب‪،‬‬
‫ال بببببب بببببب الببببببوال اال اوببببببق الض لببببببا تف يبببببب ا ‪ ،‬ثبببببب س بببببب‬
‫اموبببببب ‪ ،،‬ان بببببب‬
‫الولصببببببيل الال بببببب للضبببببب ‪ ،‬ا لببببببل من ببببببو تل بببببب الولصببببببيل الال بببببب للضبببببب‬
‫بببببب فبببببب الا ا ببببببل ال افليبببببب‪ ،‬اال ةيبببببب‪ ،،‬اا بببببب ف بببببب ابببببب ال يئبببببب‪ ،‬اموبببببب ‪،،‬‬
‫الوال اال اوق الض لا‪.‬‬
‫ال‬
‫ان‬
‫ت بببببب ابببببب م ال اوبببببب‪ ،‬لول بببببب تبببببب ثي ال يئبببببب‪ ،‬اموبببببب ‪ ،‬فلبببببب الولصببببببيل الال بببببب ‪،‬‬
‫بببببببي ا نشببببببب س‪ ،‬الوببببببب ثي فلببببببب‬
‫ال ببببببب ببببببب البببببببوال لبببببببوال ال‬
‫اتببببببب ثي ن ببببببب‬
‫بببببببي ا نشببببببب س‪ ،‬اتبببببب ثي ال يئببببببب‪ ،‬اموببببببب ‪،،‬‬
‫نلببببببب تالبببببب ال‬
‫ال اوببببببق الضببببببب‬
‫ببببي ببببب‬
‫اببببب فلبببب الولصببببيل بببب ال‬
‫بببب‬
‫ان بببب الببببوال ال بببب ااتش ابببب‬
‫ال و‪ ،‬ال ن ‪ ١٦،‬وي ن ال ةي‪.،‬‬
‫الض لببببببب‪ ،‬ال فبببببببو ‪ ،‬ببببببب‬
‫وبببببو اة فيفببببب‪ ،‬فاببببب ا ي‪،‬‬
‫ال لببببببل بببببب ال و بببببب‪ ،‬ة بببببب‬
‫اوببببببو اة تلليبببببببل ال ي نبببببب‬
‫‪SPSS‬ا ب ا ‪ ٠.١٨‬لول‬
‫لفببببببب الايفببببببب‬
‫ببببببب‬
‫اببببببب م ال اوببببببب‪ ،‬اببببببب لوبببببببل‬
‫‪.‬الولفيببببب‪ ،‬ال فبببببو ‪ ،‬ببببب‬
‫ليببببب‪ ،‬ببببب ‪ ١٠٧‬ال فبببببوشي ي‬
‫‪.‬‬
‫بببببب اا وببببببو ي ن اال لبببببب‬
‫ال ي نبببببب اال‬
‫ا صببببببب ي‪ ،‬وبببببببو اة افو بببببب تلليبببببببل ا نلبببببب ا‬
‫الا و‪ ،‬االو ثي ي ال وغي ا ال او‪.،‬‬
‫لن اف ك ت ثي ال يئ‪ ،‬امو ‪ ،‬فل الولصيل الال للض‬
‫تلليل الفو ج لظ‬
‫فف ‪٤،٦٥ ،‬‬
‫تلليل الوال ل ى الض‬
‫الوال‬
‫ال‬
‫‪.٪ ٧،٦٤‬ت ثي ن‬
‫ف‬
‫‪.٪ ٦،٦٥‬ت ثي امو‬
‫نل الولصيل الال ل ى‬
‫اوق الض‬
‫‪.٪‬الو ثي فل‬
‫اوت اا ( ا ) فل تلليل الوال‬
‫الض‬
‫الوال ال اال اوق‬
‫اال يئ‪ ،،‬ان‬
‫ل ى الض ‪.٪ ٦٥ ،‬‬
‫‪iv‬‬
PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA,
MODEL QUANTUM LEARNING DAN SIKAP SISWA TERHADAP
PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA
SMP NEGERI 16 KOTA CIREBON
A. Latar Belakang Masalah
Mata pelajaran Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang
penting dan harus dikuasai oleh peserta didik. Selain digunakan dalam
kehidupan sehari-hari, Matematika menjadi salah satu syarat kelulusan. Selain
itu, Matematika telah menjadi syarat utama memasuki fakultas-fakultas
favorit. Peran penting Matematika juga diakui oleh para ahli. Cockcroft
menyatakan It would be very difficult- perhaps impossible- to live a normal
life in very many parts of the world in the twentieth century without making
use of mathematics of some kind.1
Akan sangat sulit atau tidaklah mungkin bagi seseorang untuk hidup di
bagian bumi pada abad ke-20 ini tanpa sedikit pun memanfaatkan ilmu
Matematika. Kenyataan di kelas menunjukkan bahwa tidak sedikit siswa yang
berhasil dengan mudah dan gemilang mempelajari Matematika, namun di sisi
lain masih banyak juga peserta didik yang kesulitan dalam mempelajari mata
pelajaran bergengsi tersebut.
Sulitnya mempelajari Matematika tergambar pada data rekapitulasi
kelulusan Ujian Nasional, dimana pada tahun pelajaran 2010/2011 rata-rata
nilai mata pelajaran Matematika sebesar 7,50. Tahun berikutnya 2011/2012
mengalami kenaikan menjadi 8,57. Tahun 2012/2013 kembali mengalami
penurunan menjadi 5,78. Kondisi ini juga terjadi pada tingkat Provinsi Jawa
Barat dimana pada tahun pelajaran 2010/2011 rata-rata nilai mata pelajaran
Matematika sebesar 7,51, tahun 2011/2012 mengalami penurunan menjadi
7,27, serta tahun 2012/2013 terus mengalami penurunan menjadi 6,12.
Hasil perolehan nilai mata pelajaran tingkat SMP Negeri 16 Kota Cirebon
selama tiga tahun terakhir sebagai berikut :
Tabel 1 Rekapitulasi Ujian Nasional SMP Negeri 16
Tahun Pelajaran 2010/2011 s. d. 2012/2013
Tahun Pelajaran
2010/2011
2011/2012
2012/2013
Rata-Rata Ujian Nasional
Mata Pelajaran Matematika
8,36
7,88
4,39
Sumber : Kepala Bidang Pendidikan Dasar, 2010
Tabel 1 di atas terlihat bahwa tidak stabilnya nilai rata-rata Ujian Nasional
mata pelajaran Matematika, pada tahun pelajaran 2010/2011 yaitu sebesar
8,36, kemudian di tahun berikutnya yaitu tahun pelajaran 2011/2012 rata-rata
nilai mengalami penurunan nilai sebesar 0,48 menjadi 7,88 dan di tahun
pelajaran 2012/2013 rata-rata nilai mengalami penurunan yang sangat tajam
yaitu 3,49 menjadi sebesar 4. 39. Demikian pula dengan nilai rata – rata Ujian
1
Shadiq, Fajar. (2007). Artikel: Apa dan Mengapa Matematika Itu Penting.
Yogyakarta: P4TK Matematika. Hlm. 3
1
Nasional mata pelajaran Matematika di SMP Negeri 16 pada tahun 2010/2011
pada umumnya rendah.
Sedangkan pada Ujian Nasional tahun 2010 di tingkat SMA dan sederajat,
mata pelajaran Matematika merupakan mata pelajaran yang tersulit. Menurut
Kementerian Pendidikan Nasional memaparkan, siswa yang memperoleh nilai
kurang dari lima di mata pelajaran Matematika mencapai 51,44 persen.
Sementara untuk Bahasa Indonesia, ada 38,47 persen siswa yang mendapatkan
nilai di bawah lima. Untuk mata pelajaran Bahasa Inggris, siswa yang
memperoleh nilai kurang dari lima hanya 3,27 persen. Jika dilihat berdasarkan
cakupan internasional, siswa Indonesia pun juga masih jauh tertinggal dalam
penguasaan Matematika jika dibandingkan dengan negara lain.
Berdasarkan hasil studi The Trends in International Mathematicsand
Science Study (TIMSS), dari 49 negara yang ikut serta dalam TIMSS 2007,
prestasi siswa Indonesia dalam Matematika berada di urutan ke-36, dengan
skor rata-rata 405 (skor rata-rata internasional = 500).
Matematika merupakan ilmu yang memiliki kecenderungan deduktif,
aksiomatika,dan abstrak(fakta, konsep dan prinsip). Sedangkan karakteristik
Matematika inilah yang menyebabkan Matematika menjadi suatu mata
pelajaran yang sulit. Ditambah lagi suasana belajar yang tidak kondusif dan
metode mengajar guru yang kurang tepat, akan memperparah kesulitan peserta
didik dalam menguasai mata pelajaran Matematika tersebut.
Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan Tiro dan Suradi (2005) yang
menyatakan bahwa selain adanya anggapan sulit siswa dalam belajar
Matematika, juga adanya perasaan tegang jika tiba waktunya untuk belajar
Matematika di sekolah.2
Prestasi belajar siswa sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor keluarga,
seperti latar belakang sosial ekonomi orang tua, pendidikan orang tua, asal
keluarga, perhatian orang tua, jarak antara rumah dengan sekolah. Keluarga
sangat menentukan keberhasilan pendidikan anak, karena keluarga merupakan
lembaga pertama dalam kehidupan anak, tempat ia mulai belajar dan
menyatakan dirinya sebagai makhluk sosial. Sebagian besar dari kehidupan
anak adalah di dalam keluarga.
Menurut Slameto (2003) salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar adalah faktor sekolah yang meliputi metode mengajar guru, kurikulum,
relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat
pelajaran, waktu sekolah, standar belajar diatas ukuran, keadaan gedung,
metode belajar dan tugas rumah.3
Guru perlu memikirkan bagaimana merancang suatu pembelajaran yang
dapat mengatasi permasalahan-permasalahan dalam pembelajaran Matematika
yang ada di dalam kelas, khususnya yang menyangkut pada metode mengajar
2
Tiro, M. A. Suradi. Pembelajaran Matematika Realistik Secara Terpadu dengan
Bidang Studi Lain di Sekolah Dasar. Jurnal Ilmu Kependidikan, Vol 2
No. 2 Tahun 2005 Hal. 106
3
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta. Hlm : 54-72.
2
yang berimbas pada suasana belajar siswa. Salah satu model pembelajaran
yang dapat diterapkan adalah model pembelajaran kuantum (quantum
learning).
Quantum learning adalah model pembelajaran yang dikemas oleh Bobi
DePorter dan berakar dari upaya Lazanov, yang bereksperimen dengan apa
yang disebutnya suggestology atau suggestopedia. Prinsipnya adalah bahwa
sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar dan setiap detail
apa pun mempengaruhi sugesti positif ataupun negatif.
Selain lingkungan keluarga siswa dan metode pembelajaran yang
digunakan guru, yang mempengaruhi prestasi belajar yang kuat akan
dipengaruhi juga dengan munculnya sikap siswa sebagai faktor internal
terhadap pelajaran Matematika. Menurut Whittaker (1965), sikap adalah suatu
kecenderungan atau kesiapan seseorang memberikan respons dalam bentuk
perilaku tertentu terhadap suatu stimulus (rangsangan) yang diberikan4.
Kenyataan untuk semua tingkatan sekolah, banyak siswa yang bersikap
negatif terhadap Matematika, siswa menganggap Matematika sebagai bidang
studi yang sulit dipelajari, mereka takut terhadap Matematika. Tentu saja
pandangan atau sikap negatif siswa terhadap Matematika berpengaruh
terhadap cara-cara siswa dalam mempelajari Matematika. Oleh karena itu
diduga bahwa sikap negatif siswa terhadap Matematika, merupakan salah satu
indikator penyebab rendahnya prestasi belajar Matematika siswa.
Lingkungan keluarga, model pembelajaran quantum learning dan sikap
siswa sangat berperan dalam prestasi belajar, dengan lingkungan keluarga,
model quantum learning dan sikap siswa inilah yang dapat berpengaruh
terhadap prestasi belajar siswa, dan dengan lingkungan keluarga, model
quantum learning dan sikap siswa itu pula kualitas hasil belajar siswa dapat
diwujudkan dengan baik. Siswa yang dalam belajarnya didukung dengan
lingkungan keluarga yang harmonis, model quantum learning serta
mempunyai sikap belajar yang kuat dan tekun akan berhasil dalam belajarnya.
Dengan dasar itulah penulis memilih SMP Negeri 16 kota Cirebon sebagai
objek penelitian mengingat di sekolah tersebut terdapat berbagai macam siswa
yang memiliki sifat dan karakter yang berbeda hal tersebut dapat dilihat dari
prestasi belajar masing-masing siswa tersebut.
Hasil studi pendahuluan penulis di SMP Negeri 16 kota Cirebon diperoleh
informasi bahwa di sekolah ini telah melaksanakan program bimbingan dan
konseling secara terencana dan sistematik. Pada kenyataannya sekolah belum
memiliki data mengenai efek pemberian disiplin terhadap siswa dan data
tentang lingkungan belajar siswa, Pengenalan efek pemberian disiplin dan
lingkungan belajar diharapkan dapat membantu sekolah dan guru dalam
menentukan sikap dalam mengajar yang sesuai dengan sikap siswa dan
lingkungan belajar siswa. Prestasi belajar Matematika yang dimiliki siswa
cukup baik dalam hal ini dapat ditunjukkan dengan prestasi akademik siswa
yang dapat dilihat dari hasil kelulusannya 100% siswa lulus. Namun belum
4
Whittaker, James O. (1965). Psychology. Philadelpia: W.B.Saunders Company.
Hlm :157
3
semua siswa mempunyai prestasi belajar yang tinggi, hal ini karena
lingkungan keluarga yang kurang mendukung belajar siswa, model
pembelajaran quantum learning yang kurang dipahami guru, dan sikap siswa
yang kurang memiliki motivasi dan minat belajar yang tinggi. Sehingga
prestasi akademik yang dicapai masih banyak dalam klasifikasi minimal lulus
jika dilihat dari kemampuan siswa dalam mencapai prestasi akademik yang
lebih tinggi.
Penjabaran di atas, yang dimulai dari permasalahan rendahnya prestasi
belajar Matematika di SMP Negeri 16 Kota Cirebon, yang diduga karena
pengaruh lingkungan keluarga, model pembelajaran quantum learning dan
sikap siswa, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang
pengaruh lingkungan keluarga, model quantum learning dan sikap siswa
terhadap prestasi belajar Matematika siswa SMP Negeri 16 kota Cirebon.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian di atas, maka peneliti
merumuskan masalah penelitian : “Bagaimanakah pengaruh lingkungan
keluarga, model quantum learning dan sikap siswa terhadap terhadap prestasi
belajar Matematika di SMP Negeri 16 Kota Cirebon?”
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan
penelitian dalam disertasi ini adalah untuk mengetahui pengaruh
lingkungan keluarga, model quantum learning dan sikap siswa terhadap
terhadap prestasi belajar Matematika di SMP Negeri 16 Kota Cirebon.
2. Kegunaan Penelitian
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
berbagai pihak di antaranya:
a. Kegunaan dari segi keilmuan, penelitian ini diharapkan dapat mengkaji
secara lebih mendalam tentang pengaruh lingkungan keluarga, model
quantum learning, sikap siswa terhadap prestasi belajar Matematika.
Selanjutnya hasil penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan
kontribusi bagi pengembangan Ilmu Psikologi.
b. Kegunaan Praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
masukan bagi pemerintah, khususnya SMP Negeri 16 Kota Cirebon,
dalam upayanya meningkatkan prestasi belajar Matematika melalui
lingkungan keluarga, model quantum learning dan sikap siswa, serta
bermanfaat untuk bahan referensi di masa yang akan datang.
c. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bagi
penelitian-penelitian berikutnya.
D. Kajian Pustaka
Penelaahan karya tulis mengenai Pengaruh Lingkungan Keluarga, Model
Quantum Learning dan Sikap Siswa Terhadap Prestasi Belajar Matematika,
terdapat beberapa buku dan hasil penelitian yang berkaitan dan relevan
4
dengan karya tulis ini, diantaranya : Ilmu Pendidikan, karya Ahmadi, A &
Uhbiyati, N, Rineka Cipta: Jakarta, 2001; Pengantar Ilmu Pendidikan, karya
Anshari, H., Usaha Nasional: Surabaya, 1990; Pengantar Psikologi
Intelegensi, karya Azwar S., Yogyakarta: Pustaka Belajar, 1996; Psikologi
Belajar, karya Muhibbin Syah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008;
Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Karya Slameto, Jakarta:
Rineka Cipta, 2003; Psikologi Pengajaran, Karya W. Winkel, Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 1996;
Jurnal, Menumbuhkembangkan Berpikir Logis dan Sikap Siswa Positif
terhadap Matematika melalui Pendekatan Matematika Realistik, karya S.
Saragih, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Juni 2006 tahun ke 12 No. 061;
Effectiveness of Quantum Learning for Teaching Linear Program at the
Muhammadiyah Senior High Schoolof Purwokerto in Central Java,Indonesia,
karya Kusno dan Joko Purwanto, EDUCARE : International Journal for
Educational Studies, 4(1) 2011. Quantum Learning Bagi Pendidikan
Jurnalistik (Studi Pembelajaran Jurnalistik Yang Berorientasi Pada Life
Skill), karya Septiawan Santan Kurnia, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan,
Tahun ke-8 No. 034 Januari 2002
Adapun penelitian yang pernah dilakukan walaupun implisit dan penulis
dapat temukan sebagai landasan pertimbangan dalam kajian ini, antara lain
sebagai berikut :
1. Ahmad Mubarok menulis, Psikologi Keluarga, Dari Keluarga Sakinah
Hingga Keluarga Bangsa, pada tahun 2005.
2. Sri Lestari menulis, Psikologi Keluarga – Penanaman Nilai dan
Penanganan Konflik dalam Keluarga, pada tahun 2012.
3. Bobi DePorter dan Mike Hernacki menulis, Quantum Learning.
Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, pada tahun 2001.
4. Mahmud menulis, Psikologi Pendidikan, pada tahun 2010, dalam bukunya
dideskripsikan tentang Belajar merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan
perilaku individu..
5. Muhibbin Syah menulis, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,
pada tahun 2008, yang dalam bukunya dideskripsikan bahwa Pendidikan
adalah: “usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”
(UU No. 20 Tahun 2003).
6. Udiyono dalam Jurnalnya, Magistra No. 75 Th. XXIII Maret 2011 tentang
Pengaruh Motivasi Orang Tua, Kondisi Lingkungan dan Disiplin Belajar
terhadap Prestasi Akademik Pendidikan Matematika, menyatakan secara
mendasar dapat dikatakan bahwa lingkungan pendidikan diklarifikasikan
menjadi tiga yaitu : a) lingkungan keluarga, b) lingkungan sekolah, dan c)
lingkungan masyarakat terkecil yang diikat atas atas dasar pembawaan
5
yang anggota-anggotanya terdiri dari ayah, ibu dan anak. Dalam
lingkungan keluarga terjadi proses pembelajaran.
7. Kusno dan Joko Purwanto, International Journal for Educational Studies,
4(1) 2011, menyatakan Model pembelajaran Quantum adalah salah satu
yang digunakan sebagai pedoman dalam perencanaan dan pelaksanaan
kelas belajar yang meliputi strategi yang disebut, dalam bahasa Indonesia,
TANDUR (Tumbuhkan - tumbuh, Alami - pengalaman, Namai - memberi
nama, Demonstrasikan - menunjukkan, Ulangi - ulangi, dan Rayakan merayakan), konteks, konten, prinsip, dan paradigma utama. Pembelajaran
Quantum adalah kombinasi dari berbagai interaksi yang tersedia pada saat
pembelajaran. interaksi ini mencakup semua unsur yang efektif dalam
memungkinkan keberhasilan siswa.
8. Indah Sri Murni, dkk dalam Jurnal yang berjudul Penggunaan Model
Pembelajaran Quantum Teaching Tipe Tandur dalam Peningkatan Hasil
Belajar Matematika menyatakan “Ada banyak faktor yang mempengaruhi
hasil belajar siswa. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
belajar siswa adalah sebagai berikut: (1) Faktor internal, yaitu faktorfaktor yang bersumber dari dalam diri siswa, yang terdiri dari: (a)
Aspek fisiologis (b) Faktor psikologis. (2) Faktor eksternal, yaitu faktorfaktor yang bersumber dari luar diri siswa, yang terdiri dari: (a)
Lingkungan sosial. (b) Lingkungan non
sosial, yang termasuk ke
dalam lingkungan non sosial baik fisik maupun non fisik.
E. Kerangka Teoritis
1. Lingkungan Keluarga
a. Pengertian
Wahyu MS (1986), mengemukakan keluarga dalam bentuk yang
paling dasar terdiri dari seorang laki-laki dan seorang perempuan yang
ditambah dengan anak-anak mereka yang biasanya tinggal dalam satu
rumah yang sama5. Lingkungan keluarga adalah lembaga sosial
terkecil dalam masyarakat yang menentukan keseluruhan masyarakat
(Sobur, 2003).6
Keluarga merupakan tempat pertama kali manusia mengenal
pendidikan, nilai-nilai, norma-norma, hal-hal yang baik dan hal-hal
yang buruk, yang nantinya akan menjadi dasar dalam pembentukan
kepribadian anak-anak hingga dewasa.
b. Peran dan fungsi keluarga
Fungsi keluarga adalah mengendalikan dan menguatkan hasil yang
di peroleh tadi. Peranan keluarga yang utama terletak pada pembinaan
akhlak, sopan santun, kebiasaan makan yang baik, berpakaian, adat
bekerja yang baik dan sikap terpuji lainnya sampai kepada kebiasaan
bersalaman pada saat pergi dan pulang.
5
Wahyu, M.S. (1986). Wawasan Ilmu Sosial Dasar. Surabaya: Usaha Nasional.
Hlm : 57
6
Sobur, Alex. (2003). Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia. Hlm : 248
6
Sebagai unit terkecil dalam masyarakat ,keluarga mempunyai
peranan-peranan tertentu :
1) Sebagai pelindung bagi-bagi pribadi-pribadi yang menjadi anggota
keluarga di mana ketertiban dan ketenteraman diperoleh dalam
wadah tersebut.
2) Merupakan unit sosial ekonomis secara materiil memenuhi
kebutuhan anggota-anggotanya.
3) Menumbuhkan dasar-dasar bagi kaidah-kaidah pergaulan hidup.
4) Merupakan di mana manusia mengalami proses sosialisasi moral,
yakni suatu proses di mana manusia mempelajari dan mematuhi
kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat
(Surjono Sukanto 1992)7.
c. Dimensi lingkungan keluarga
Slameto (2003) mengemukakan faktor-faktor lingkungan keluarga
yang dapat mempengaruhi belajar anak adalah8:
1) Cara orang tua mendidik
2) Suasana rumah
3) Keadaan ekonomi keluarga
4) Perhatian orang tua
5) Relasi antar anggota keluarga
Dalam pelaksanaan pola asuh anak dalam keluarga banyak
mengalami kesulitan dan pendukung dalam mengasuh anak-anaknya.
Diantaranya yaitu :
1) Faktor Pendukung
Menurut tokoh psikologi Kartini Kartono dan Jenny Andari
terdapat pengaruh positif dari sikap orang tua terhadap anak. Maka
dari itu, hendaknya sikap orang tua yang baik (Utami Munandar,
1985) adalah 9:
a) Keluarga bisa menuntun anak untuk bertanggung jawab dan
menentukan jalan hidupnya sendiri.
b) Orang tua bisa bersikap toleran terhadap impuls-impuls dan
emosi-emosi anak-anaknya, dan bisa memberikan bimbingan
penyaluran dengan cara yang sehat.
c) Adanya identifikasi anak yang sehat terhadap orang tua, guna
memperkuat kepribadian anak.
d) Orang tua harus memberikan contoh sikap hidup dan perilaku
yang baik dan menyingkirkan mekanisme pelarian diri serta
pembelaan diri yang negatif (tidak sehat).
7
8
9
Soerjono Soekanto. (1992). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada. Hlm :23
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta. Hlm:60
Munandar, Utami. (1985). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak
Sekolah, Petunjuk Bagi Para Guru dan Orang Tua. Jakarta:
Gramedia. Hlm:44
7
Adapun faktor penunjang bagi orang tua dalam mendidik anak
menurut peneliti diantaranya:
a) Apabila dalam keluarga tercipta hubungan yang harmonis.
b) Apabila terdapat koordinasi antara pendidikan formal (sekolah)
dengan pihak orang tua, sehingga terdapat tanggung jawab
bersama antara keduanya.
c) Apabila terdapat sarana dan prasarana yang memadai untuk
dapat melaksanakan dan memahami ajaran-ajaran agama
dengan baik.
d) Apabila sistem ketatanegaraan (dalam hal ini adalah ideologi,
konstitusi dan norma-norma hukum) yang mana dapat
memberikan keleluasaan bagi warga negaranya untuk bebas
dan aman menjalankan agamanya.
e) Karena adanya persamaan tujuan antara orang tua dan guru
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan anak.
f) Karenanya ada rasa tanggung jawab sebagai orang tua, yaitu
anak adalah merupakan amanat dari Allah maka adalah sebuah
kewajiban untuk membimbing dan mengarahkan kejalan yang
baik.
g) Karena pengaruh lingkungan dan masyarakat. Didalam
lingkungan masyarakat jika anak tidak diarahkan maka akan
terjadi penyelewengan-penyelewengan, karena pergaulan
dimasyarakat serba global ini, jika tidak punya filter dalam
melaksanakan hubungannya akan mudah tergiur oleh hal-hal
yang negatif.
Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi
pendidikan ada dua bagian seperti yang diungkapkan oleh Singgih
D. Gunarsa (2001) yaitu faktor endogen dan faktor eksogen10.
a) Faktor Endogen: semua yang berasal dari dalam diri anak itu
sendiri.
b) Faktor Eksogen: semua faktor yang berasal dari luar diri anak.
2) Faktor Penghambat
Adapun faktor penghambat dalam pendidikan keluarga (orang
tua) pada kurun modern ini adalah:
a) Kesibukan Orang Tua
b) Keterbatasan Pengetahuan Orang Tua
2. Model Pembelajaran Quantum Learning
a. Pengertian
Menurut Sagala (2005) sebagaimana dikutip oleh Indrawati dan
Setiawan (2009), mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik untuk mencapai
tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang
10
Gunarsa, Singgih D. (2001). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: Gunung
Mulia. Hlm:34
8
pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan melaksanakan
aktivitas belajar mengajar11. Model pembelajaran ialah pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di
kelas maupun tutorial (Suprijono, 2011)12.
b. Karakteristik Model Pembelajaran
Tobing, dkk sebagaimana dikutip oleh Indrawati dan Setiawan
(2009) mengidentifikasi lima karakteristik suatu model pembelajaran
yang baik, yang meliputi berikut ini13:
1) Prosedur ilmiah
Suatu model pembelajaran harus memiliki suatu prosedur yang
sistematik untuk mengubah tingkah laku peserta didik atau
memiliki sintaks yang merupakan urutan langkah-langkah
pembelajaran yang dilakukan guru-peserta didik.
2) Spesifikasi hasil belajar yang direncanakan
Suatu model pembelajaran menyebutkan hasil-hasil belajar secara
rinci mengenai penampilan peserta didik.
3) Spesefikasi lingkungan belajar
Suatu model pembelajaran menyebutkan secara tegas kondisi
lingkungan di mana respon peserta didik diobservasi.
4) Kriteria penampilan
Suatu model pembelajaran merujuk pada kriteria penerimaan
penampilan yang diharapkan dari para peserta didik.
Modelpembelajaran merencanakan tingkah laku yang diharapkan
dari peserta didik yang dapat didemonstrasikannya setelah
langkah-langkah mengajar tertentu.
5) Cara-cara pelaksanaannya
Semua model pembelajaran menyebutkan mekanisme yang
menunjukkan reaksi peserta didik dan interaksinya dengan
lingkungan.
c. Pengertian Model Pembelajaran Quantum Learning
Quantum learning merupakan model pembelajaran yang dikemas
oleh Bobby DePorter dan berakar dari upaya Georgi Lazanov, yang
bereksperimen dengan apa yang disebutnya suggestology atau
suggestopedia.
11
Indrawati dan W. Setiawan. (2009). Pembelajaran Aktif, Kreatif,Efektif dan
Menyenangkan untuk Guru SD. Jakarta: Pusat Pengembangan dan
Pemberdayaan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Ilmu
Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA). Hlm: 27
12
Suprijono, A. (2011). Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hlm:
46
13
Indrawati dan W. Setiawan. (2009). Pembelajaran Aktif, Kreatif,Efektif dan
Menyenangkan untuk Guru SD. Jakarta: Pusat Pengembangan dan
Pemberdayaan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Ilmu
Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA). Hlm: 27
9
Quantum learning sendiri didefinisikan sebagai Interaksi-interaksi
yang mengubah energi menjadi cahaya (DePorter dan Hernacki,
2009)14. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur belajar efektif
yang mempengaruhi kesuksesan siswa, mengubah kemampuan dan
bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi
mereka sendiri dan bagi orang lain.
d. Komposisi Model Pembelajaran Quantum Learning
Quantum learning menurut DePorter dan Hernacki (2009),
menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan belajar, dan NLP
dengan teori keyakinan, dan metode lainnya seperti15:
1) Teori otak triune (3 in 1),
2) Teori otak kanan,
3) Pilihan modalitas (visual, auditorial, dan kinestetik),
4) Teori kecerdasan ganda,
5) Pendidikan holistic (menyeluruh),
6) Belajar berdasarkan pengalaman,
7) Belajar dengan simbol (Metaphoric Learning),
8) Simulasi / Permainan.
e. Karakteristik Quantum Learning
Model quantum learning terdiri atas beberapa karakteristik yang
dibagi menjadi beberapa kategori seperti berikut:
Tabel 2 Karakteristik Komponen Quantum Learning
Lingkungan
Suasana
Interaksi
Positif
aman dan
mendukung
Nyaman
cukup
penerangan
Enak
dipandang
Ada
musiknya
Pengetahuan
Macam
metode
yang
digunakan
Mencontoh
Pengalaman
Permainan
Membaca
Hubungan
Simulasi
Menulis
Inspirasi
Simbol
Mencatat
Santai
penjelajahan
(exploratory)
Menggembirakan
Aktivitas
belajar
Menghafal
kreativitas
Langkah-langkah yang dapat diterapkan dalam pembelajaran
melalui konsep quantum learning adalah dengan cara:
1) Kekuatan Ambak
Ambak adalah motivasi yang didapat dari pemilihan secara
mental antara manfaat dan akibat-akibat suatu keputusan.
2) Penataan lingkungan belajar
Dalam proses belajar dan mengajar diperlukan penataan
lingkungan yang dapat membuat siswa merasa aman dan nyaman,
14
15
DePorter, B. (2009). Quantum Not-Taker: Jadikan Penuh Makna. Bandung: PT
Mizan Pustaka. Hlm:16
DePorter, B. Ibid. Hlm:16
10
dengan perasaan aman dan nyaman ini akan menumbuhlkan
konsentrasi belajar siswa yang baik.
3) Memupuk sikap juara
Memupuk sikap juara perlu dilakukan untuk lebih memacu
dalam belajar siswa.
4) Bebaskan gaya belajarnya
Ada berbagai macam gaya belajar yang dipunyai oleh siswa,
gaya belajar tersebut yaitu: visual, auditorial dan kinestetik. Guru
hendaknya memberikan kebebasan dalam belajar pada siswanya
dan janganlah terpaku pada satu gaya belajar saja.
5) Membiasakan mencatat
Belajar akan benar-benar dipahami sebagai aktivitas kreasi
ketika siswa tidak hanya bisa menerima, melainkan bisa
mengungkapkan kembali apa yang didapatkan menggunakan
bahasa hidup dengan cara dan ungkapan sesuai gaya belajar siswa
itu sendiri.
6) Membiasakan membaca
Salah satu aktivitas yang cukup penting adalah membaca.
Karena dengan membaca akan menambah perbendaharaan kata,
pemahaman, menambah wawasan dan daya ingat akan bertambah.
7) Jadikan anak lebih kreatif
Siswa yang kreatif adalah siswa yang ingin tahu, suka mencoba
dan senang bermain. Dengan adanya sikap kreatif yang baik siswa
akan mampu menghasilkan ide-ide yang segar dalam belajarnya.
8) Melatih kekuatan memori
Kekuatan memori sangat diperlukan dalam belajar anak,
sehingga siswa perlu dilatih untuk mendapatkan kekuatan memori
yang baik.
Quantum teaching mempunyai kerangka rancangan belajar
quantum teaching yang dikenal sebagai TANDUR: Tumbuhkan,
Alami, Namai, Demonstrasi, Ulangi dan Rayakan, (DePorter, 2002)16.
3. Sikap Siswa
a. Pengertian
Menurut Morgan (1996), sikap adalah kecenderungan untuk
berespons, baik secara positif maupun negatif terhadap orang, objek,
atau situasi.
Tokoh psikologi bidang psikologi sosial dan psikologi kepribadian
seperti Gordon Allport, Chave, & Mead, mengartikan sikap sebagai
semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan caracara tertentu (Azwar, 2000)17. Pengertian sikap dapat terjemahkan
16
17
DePorter, B., M. Reardon, S. Singer-Noure, dan N. Ary. (2002). Quantum
Learning : mempraktikkan quantum learning di ruang-ruang kelas.
Bandung: Kaifa. Terjemahan. Hlm :8-9
Azwar, S. (2000). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Hlm:5
11
dengan kata attitude yang berarti sikap terhadap objek tertentu yang
dapat merupakan sikap pandangan atau sikap perasaan.
b. Struktur sikap
Struktur sikap mengandung tiga komponen yang membentuk
struktur sikap yang meliputi komponen kognitif, afektif dan konasi.
Sebagai acuan dalam penelitian ini, memakai teori Azwar (2000)
terkait dengan struktur sikap, yaitu18:
1) Komponen kognitif
Yaitu komponen yang berisi kepercayaan siswa mengenai apa yang
berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap berupa pengetahuan,
kepercayaan atau pikiran dan keyakinan yang didasarkan pada
informasi yang berhubungan dengan objek.
2) Komponen afektif
Yaitu komponen yang menyangkut masalah emosional subjektif
seseorang terhadap suatu objek sikap yang berhubungan dengan
perasaan-perasaan tertentu yang berupa perasaan senang dan tidak
senang. Objek disini dirasakan menunjukkan arah sikap positif dan
negatif.
3) Komponen konasi
Yaitu komponen sikap yang menunjukkan bagaimana perilaku atau
kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri siswa berkaitan
dengan objek sikap yang dihadapinya.
c. Fungsi Sikap
Sikap mungkin bersumber pada salah satu dari berbagai macam
motif tertentu. Dapat digambarkan beberapa macam dasar-dasar
motivasi yang lebih luas, sehingga pembentukan sikap cenderung
untuk terjadi. Sikap-sikap yang telah terbentuk tersebut mempunyai
berbagai fungsi, diantaranya:
1) Sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikan diri
2) Sikap berfungsi sebagai pertahanan ego
3) Sikap berfungsi sebagai alat pengatur tingkah laku
4) Sikap berfungsi sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman
5) Sikap berfungsi sebagai pernyataan kepribadian
d. Pembagian Sikap
Sikap menurut Gerungan (2000) dapat dibedakan ke dalam sikap
sosial dan sikap individual19 :
1) Sikap sosial
Suatu sikap sosial dinyatakan oleh cara-cara kegiatan yang
sama dan berulang-ulang terhadap obyek sosial, misalnya,
penghormatan pada bendera yang dilakukan di suatu negara
tertentu.
18
19
Azwar, S. (2000). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Hlm:24-28
Gerungan. (2000). Psikologi Sosial. Bandung: PT.Refika Aditama. Hlm:154155
12
2) Sikap individual
Sikap individual ialah sikap yang dimiliki seorang dan demi
seorag saja, misalnya suka atau tidak suka terhadap binatang
tertentu. Sikap individual juga sikap yang tidak berkenaan dengan
obyek-obyek yang bukan merupakan obyek perhatian sosial.
e. Ciri-ciri sikap
Sikap merupakan faktor yang ada dalam diri manusia yang dapat
mendorong atau menimbulkan perilaku tertentu dan menurut Gerungan
(2000) mempunyai ciri-ciri sebagai berikut20:
1) Sikap itu tidak dibawa sejak lahir
2) Sikap selalu berhubungan dengan obyek sikap
3) Sikap dapat tertuju pada satu obyek atau sekumpulan obyek
4) Sikap dapat berlangsung lama dan sebentar
5) Sikap mengandung faktor perasaan dan motivasi
f. Faktor pembentuk sikap
Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap
adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap
penting, media massa, institusi atau lembaga agama, serta faktor emosi
dalam diri individu. Berikut akan diuraikan peranan masing-masing
faktor tersebut yang berperan dalam membentuk sikap manusia
(Azwar, 2000)21.
1) Pengalaman pribadi
2) Pengaruh kebudayaan
3) Pengaruh orang lain yang dianggap penting
4) Media massa
5) Lembaga pendidikan dan lembaga agama
6) Pengaruh faktor emosional
Gerungan (2001) mengatakan bahwa pembentukan sikap
dipengaruhi oleh ada dua faktor yang dapat membentuk atau merubah
sikap seseorang terhadap suatu obyek22:
1) Faktor intern
Yakni kemampuan selektivitas, daya pilih, minat dan perhatian
untuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh dari luar, serta
motif-motif yang ada di dalam diri individu tersebut.
2) Faktor ekstern
Pembentukan maupun perubahan sikap selain dipengaruhi oleh
faktor intern juga ditentukan oleh sifat, isi pandangan baru yang
akan diberikan, siapa yang memberikan, siapa yang mendukung,
dengan cara apa diberikan, dan dalam situasi bagaimana sikap baru
tersebut diperbincangkan.
20
Gerungan. (2000). Psikologi Sosial. Bandung: PT.Refika Aditama. Hlm:151
Azwar, S. (2000). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Hlm:30-36
22
Gerungan. (2001). Psikologi Sosial. Bandung: PT.Refika Aditama. Hlm:155157
21
13
g. Sikap siswa terhadap mata pelajaran matematika
Cara menumbuhkan sikap positif bagi siswa menurut Ruseffendi
(1991), sikap positif bisa tumbuh bila23:
1) Materi pelajaran diajarkan sesuai dengan kemampuan siswa.
2) Matematika yang diajarkan banyak kaitannya dengan kehidupan
sehari-hari.
3) Siswa banyak berpartisipasi dalam rekreasi, permainan, dan tekateki Matematika.
4) Soal-soal yang dikerjakan siswa, pekerjaan rumah misalnya, tidak
terlalu banyak, tidak terlalu sukar, dan tidak membosankan;
5) Penyajian dan sikap gurunya menarik, dan dapat dorongan dari
semua pihak.
6) Evaluasi keberhasilan belajar siswa yang dilakukan guru,
mendorong siswa untuk lebih tertarik belajar Matematika, tidak
sebaliknya, membunuh.
4. Prestasi Belajar
a. Pengertian
Prestasi belajar menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah
penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh
mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan oleh nilai atau angka yang
diberikan oleh guru.
Muryono (2000) menyebutkan prestasi belajar adalah suatu istilah
yang menunjukkan derajat keberhasilan siswa mencapai tujuan belajar
setelah mengikuti proses belajar dari satu program yang telah di
tentukan. Prestasi belajar menurut Sudjana (2000) adalah hasil belajar
sebagai kualitas belajar siswa dari proses belajar mengajar yang
menggambarkan sejauh mana kemampuan siswa dalam mengikuti
program pelajaran dalam waktu tertentu24.
b. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Menurut Suryabrata (1998) dan Shertzer dan Stone (dalam Winkle,
1997), secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dan
prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu faktor
internal dan faktor eksternal25:
1) Faktor internal
Merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang dapat
mempengaruhi prestasi belajar. Faktor ini dapat dibedakan menjadi
dua kelompok, yaitu :
a) Faktor fisiologis
23
Ruseffendi, E.T. (1991). Pengantar kepada membantu Guru Mengembangkan
Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan
CBSA (Cetakan Kedua). Bandung: Tarsito. Hlm:236
24
Sudjana. (2002). Metode Statistika Edisi keenam. Bandung: Tarsito. Hlm:25
25
Suryabrata, S. (1998). Pengembangan Alat Ukur Psikologi. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Hlm:233
14
Dalam hal ini, faktor fisiologis yang dimaksud adalah faktor
yang berhubungan dengan kesehatan dan pancaindra
(1) Kesehatan badan
(2) Pancaindra
b) Faktor psikologis
Ada banyak faktor psikologis yang dapat mempengaruhi
prestasi belajar siswa, antara lain adalah :
(1) Inteligensi
(2) Sikap
(3) Motivasi
2) Faktor eksternal
Selain faktor-faktor yang ada dalam diri siswa, ada hal-hal lain
diluar diri yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang akan
diraih, antara lain adalah:
a) Faktor lingkungan keluarga
(1) Sosial ekonomi keluarga
(2) Pendidikan orang tua
(3) Perhatian orang tua dan suasana hubungan antara anggota
keluarga
b) Faktor lingkungan sekolah
(1) Sarana dan prasarana
(2) Kompetensi guru dan siswa
(3) Kurikulum dan metode mengajar
c) Faktor lingkungan masyarakat
(1) Sosial budaya
(2) Partisipasi terhadap pendidikan
c. Prestasi Belajar Matematika
1) Pengertian Prestasi Belajar Matematika
Prestasi belajar Matematika adalah penilaian pendidikan
tentang kemajuan siswa dalam menguasai pengetahuan dan
keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran Matematika
sebagai hasil dari aktivitas belajar, yang hasilnya ditunjukkan
dengan nilai prestasi oleh guru.
Untuk mengetahui hasil dari penguasaan pengetahuan dan
aplikasi pelajaran Matematika, diperlukan suatu tes prestasi belajar
atau tes hasil belajar untuk menentukan nilai. Bloom dkk, (dalam
Azwar, 1998) membagi kawasan belajar yang mereka sebut
sebagai tujuan pendidikan menjadi 3 bagian yaitu: kawasan
kognitif, kawasan afektif dan kawasan psikomotor. Tes prestasi
belajar secara luas mencakup ketiga kawasan tujuan pendidikan
tersebut26.
26
Azwar, S. (1998). Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset.
Hlm:8
15
Gronlund (dalam Azwar, 1998) bukunya mengenai penyusunan
tes prestasi merumuskan beberapa prinsip dasar dalam pengukuran
prestasi, sebagai berikut27:
a) Tes prestasi harus mengukur hasil belajar yang telah dibatasi
secara jelas sesuai dengan tujuan instruksional.
b) Tes prestasi harus mengukur suatu sampel yang representatif
dari hasil belajar dan dari materi yang dicakupkan oleh
program instruksional atau pengajaran.
c) Tes prestasi harus berisi item-item dengan tipe yang paling
cocok guna mengukur hasil belajar yang diinginkan.
d) Tes prestasi harus dirancang sedemikian rupa agar sesuai
dengan tujuan penggunaan hasilnya.
e) Reliabilitas tes prestasi harus diusahakan setinggi mungkin dan
hasil ukurnya ditafsirkan dengan hati-hati.
f) Tes prestasi harus dapat digunakan untuk meningkatkan belajar
para anak didik.
Tes prestasi yang digunakan sebagai sumber data penelitian ini
adalah nilai prestasi akademik dari kelas VII, VIII dan IX Tahun
Pelajaran 2012/2013. Sehingga dalam penelitian ini nilai prestasi
pelajaran Matematika diambil dari nilai prestasi tersebut yang
kemudian akan dihubungkan dengan lingkungan keluarga, model
quantum learning dan sikap siswa SMP Negeri 16 Kota Cirebon.
F. Metode Penelitian
Objek penelitian ini meliputi lingkungan keluarga, model quantum
learning, sikap siswa dan prestasi belajar Matematika siswa SMP Negeri 16
Kota Cirebon. Lokasi penelitian ini di SMP Negeri 16 Kota Cirebon. Sekolah
ini berada di Jalan Jalan Kebumen No. 49 Kelurahan Lemahwungkuk
Kecamatan Lemahwungkuk Kota Cirebon.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode yang penulis
digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei.
Variabel penelitian meliputi : lingkungan keluarga, model quantum
learning, sikap dan prestasi belajar Matematika
Populasi penelitian adalah Cirebon yang terdiri dari kelas VII, kelas VIII,
dan kelas IX tahun pelajaran 2012/2013 yang keseluruhannya. Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Random
Sampling berjumlah 107 siswa secara proporsional.
Teknik pengumpulan data penelitian menggunakan angket, studi
Kepustakaan, observasi dan wawancara. Sebelum digunakan untuk meneliti
terlebih dahulu dilakukan uji instrumen, hasil uji menunjukan semua item
pernyataan valid dan semua kuesioner dinyatakan reliabel.
27
Azwar, S. (1998). Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset.
Hlm:18-21
16
Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif dimana
data ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik. Analisis induktif dilakukan
untuk mengetahui pengaruh variabel lingkungan keluarga, model
pembelajaran quantum learning dan sikap siswa terhadap prestasi belajar
siswa.
G. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Data Hasil Penelitian
a. Gambaran Variabel Lingkungan Keluarga
Hasil penelitian menunjukan mean empirik sebesar 66,50 dengan
standar deviasi empirik 2,50, sedangkan mean hipotetik sebesar 62,50
dengan standar deviasi hipotetik sebesar 12,50. Hasil perhitungan di
atas menunjukkan bahwa mean empirik lebih besar dari mean
hipotetik. Hal ini berarti bahwa kondisi lingkungan keluarga siswa
pada subjek penelitian ini berada di atas rata-rata kondisi lingkungan
keluarga siswa pada umumnya.
Gambar 1 Grafik Batang Kategori Lingkungan Keluarga
b. Gambaran Variabel Model Quantum Learning
Hasil penelitian menunjukan mean empirik sebesar 70,07 dengan
standar deviasi empirik 2,46, sedangkan mean hipotetik sebesar 62,50
dengan standar deviasi hipotetik sebesar 12,50. Hasil perhitungan di
atas menunjukkan bahwa mean empirik lebih besar dari mean
hipotetik. Hal ini berarti bahwa penerapan model quantum learning
pada subjek penelitian ini berada di atas rata-rata kondisi penerapan
model quantum learning siswa pada umumnya.
17
Gambar 2 Grafik Batang Kategori Model Quantum Learning
c. Gambaran Variabel Sikap Siswa
Hasil penelitian menunjukan bahwa mean empirik sebesar 67,54
dengan standar deviasi empirik 2,13, sedangkan mean hipotetik
sebesar 62,50 dengan standar deviasi hipotetik sebesar 3,50. Hasil
perhitungan di atas menunjukkan bahwa mean empirik lebih besar dari
mean hipotetik. Hal ini berarti bahwa sikap siswa pada subjek
penelitian ini berada di atas rata-rata kondisi sikap siswa pada
umumnya.
Gambar 3 Grafik Batang Kategori Sikap Siswa
d. Gambaran prestasi belajar siswa
Kategorisasi pada tabel 4.42 di atas menunjukkan bahwa subjek
penelitian memiliki skor prestasi belajar Matematika siswa yang
termasuk ke dalam kategori yang tinggi sebanyak 14 orang (13,1%),
subjek yang termasuk ke dalam kategori sedang sebanyak 76 orang
(71%), dan subjek yang termasuk ke dalam kategori rendah sebanyak
17 orang (15,9%). Secara umum, subjek penelitian sikap siswa pada
tingkat sedang.
18
Gambar 4 Grafik Batang Kategori Prestasi Belajar Siswa
2. Hasil analisis induktif
Uji analisis untuk mengetahui pengaruh lingkungan keluarga, model
quantum learning dan sikap siswa terhadap prestasi belajar Matematika
siswa dilakukan dengan menggunakan Software SPSS (Statistical Product
and Service Solutions) versi 18.
a. Uji pra syarat analisis
Uji normalitas dengan menggunakan Kolmogorov – Smirrnov dan
Shapiro-Wilk menunjukan tingkat signifikan atau nilai probabilitas
variabel lingkungan keluarga, quantum learning, sikap dan prestasi
belajar > 0,05. Dapat disimpulkan data penelitian berdistribusi normal.
Uji homogenitas menggunakan alat uji Levene. Berdasarkan
pengukuran rata-rata (mean) nilai signifikansi atau probabilitas > 0,05.
dapat disimpulkan bahwa data bersifat homogen (berasal dari populasi
yang sama).
3. Godnes Fit (Koefisien Determinasi)
Hasil analisis data dengan SPSS 18 menunjukan skor R2 (R Square)
adalah 0,504. Hasil tersebut menunjukan pengaruh variabel lingkungan
keluarga, model quantum learning dan sikap siswa terhadap prestasi
belajar sebesar 50,4%, sedangkan 49,6% sisanya dipengaruhi oleh
variabel lain yang tidak diteliti pada penelitian ini.
4. Uji Hipotesis
a. Pengujian hipotesis pengaruh lingkungan keluarga terhadap prestasi
belajar Matematika siswa di SMP Negeri 16 Kota Cirebon
Hasil uji dua sisi skor probabilitas di bagi 2 (0,027/2) yaitu 0,0135 <
0,025 menunjukan bahwa lingkungan keluarga secara parsial
berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa di SMP Negeri 16 Kota
Cirebon. Persamaan regresi linearnya adalah :Y = 42,348 + 0,075X1.
Persamaan regresi menunjukan bahwa kenaikan skor rata-rata variabel
lingkungan keluarga (X1) maka akan meningkatkan skor prestasi
belajar siswa (Y) sebesar 0,075 pada konstanta 42,348. Pengerauh
variabel lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar siswa sebesar
6,46%.
19
b. Quantum learning secara parsial berpengaruh terhadap prestasi belajar
siswa di SMP Negeri 16 Kota Cirebon
Hasil uji dua sisi skor probabilitas di bagi 2 (0,003/2) yaitu 0,0015 <
0,025 menunjukan bahwa quantum learning secara parsial
berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa di SMP Negeri 16 Kota
Cirebon. persamaan regresi linearnya adalah : Y = 42,348 + 0,171X1
Persamaan regresi menunjukan bahwa kenaikan skor rata-rata variabel
quantum learning (X2) maka akan meningkatkan skor prestasi belajar
siswa (Y) sebesar 0,171 pada konstanta 42,348. Pengerauh variabel
model quantum learning terhadap prestasi belajar siswa sebesar
16,67%.
c. Sikap siswa secara parsial berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa
di SMP Negeri 16 Kota Cirebon
Hasil uji dua sisi skor probabilitas di bagi 2 (0,000/2) yaitu 0,000<
0,025 menunjukan bahwa Sikap siswa secara parsial berpengaruh
terhadap prestasi belajar siswa di SMP Negeri 16 Kota Cirebon.
persamaan regresi linearnya adalah : Y = 42,348 + 0,316X. Persamaan
regresi di atas dapat diartikan bahwa kenaikan skor rata-rata variabel
sikap siswa (X3) maka akan meningkatkan skor prestasi belajar siswa
(Y) sebesar 0,316 pada konstanta 42,348. Pengerauh variabel sikap
siswa terhadap prestasi belajar siswa sebesar 27,26%.
d. Pengaruh lingkungan keluarga, model Quantum Learning dan sikap
siswa terhadap prestasi belajar Matematika Siswa di SMP Negeri 16
Kota Cirebon
Hasil uji statistik skor probabilitas 0,000 < 0,05 menunjukan bahwa
lingkungan keluarga, quantum learning dan sikap siswa secara
simultan berpengaruh terhadap prestasi belajar Matematika siswa di
SMP Negeri 16 Kota Cirebon. persamaan regresi linearnya adalah : Y
= 42,348 + 0,075X1 + 0,171X2 + 0,316X3. Pengaruh variabel
lingkungan keluarga (X1), model quantum learning (X2) dan sikap
siswa (X3) secara simultan (keseluruhan) terhadap prestasi belajar (Y)
sebesar 50,4%.
H. Pembahasan
Pengaruh Lingkungan Keluarga, Model Quantum Learning dan Sikap
Siswa terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa di SMP Negeri 16
Kota Cirebon
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 107 Siswa di SMP
Negeri 16 Kota Cirebon, hasil analisis menyebutkan pengaruh variabel
lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar siswa sebesar 6,46%, pengaruh
variabel model quantum learning terhadap prestasi belajar siswa sebesar
16,67% dan pengaruh variabel sikap siswa terhadap prestasi belajar siswa
sebesar 27,26%. Pengaruh variabel lingkungan keluarga, quantum learning
dan sikap siswa secara simultan sebesar 50,40%. Pengaruh variabel lain yang
tidak diteliti pada penelitian ini sebesar 49,60%.
20
Hasil penelitian tentang gambaran secara umum kondisi lingkungan
keluarga siswa SMP Negeri 16 Kota Cirebon dalam cara orang tua mendidik,
suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, perhatian orang tua, dan relasi
antar keluarga tergolong pada kategori sedang. Hasil analisis data penelitian
secara deskriptif yang didasarkan pada perolehan skor hipotetik dan skor
empirik, diperoleh hasil skor lingkungan keluarga yang termasuk ke dalam
kategori tinggi sebanyak 20 orang (18,7%), kategori sedang sebanyak 70
orang (65,4%), dan kategori rendah sebanyak 17 orang (15,9%). Data tersebut
menunjukan secara umum, subjek penelitian memiliki lingkungan keluarga
pada tingkat sedang. Hasil analisis perdimensi menunjukan bahwa semua
responden mengimplementasikan seluruh dimensi lingkungan keluarga di atas
rata-rata atau pada kategori sedang.
Menurut Sobur (2003:248) mengatakan bahwa lingkungan keluarga
merupakan lembaga sosial terkecil dalam masyarakat. Lingkungan keluarga
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi belajar siswa. Lingkungan
keluarga merupakan lingkungan yang paling utama dalam memperkenalkan
pendidikan pada anak. Peran orang tua siswa di SMP Negeri 16 Kota Cirebon
selama anak belum dewasa, orang tua mempunyai peran utama dan paling
utama bagi anak-anaknya. Agar anak dapat berkembang dengan baik, maka
peran orang tua dalam mendidik anak sangat menentukan. Lingkungan
keluarga merupakan lingkungan yang ada di sekitar siswa yang dapat
mempengaruhi pemikiran, gaya hidup dan sikap keberagamaan siswa.
Lingkungan keluarga sedikit banyak mempunyai pengaruh terhadap seseorang
anak, sedangkan besar kecilnya pengaruh tersebut ditentukan oleh intensitas
lingkungan itu sendiri. Pengaruh yang diberikan oleh lingkungan itu sendiri
dapat berupa pengaruh positif dan pengaruh negatif. Pengaruh positif
lingkungan apabila memberikan kesempatan yang luas dan menyeluruh
terhadap kemampuan dasar anak dan memberikan dorongan terhadap
perkembangan anak. Pengaruh negatif terjadi, apabila lingkungan tidak
memberikan kesempatan yang baik dan menghambat terhadap pelaksanaan
pendidikan. Sebuah lingkungan keluarga yang efektif dalam cara mendidik,
suasana rumah dan lingkungan budaya di rumah dapat memotivasi siswa
dalam meningkatkan perilaku keberagamaan, hal ini di gambarkan dengan
keyakinan dan pengamalan ibadah secara aktif dikarenakan lingkungan
keluarga yang sangat mendukung sehingga timbul ketertarikan dan
kenyamanan pada saat pelaksanaan keberagamaan siswa. Lingkungan
keluarga juga mempengaruhi kemampuan siswa dalam berkonsentrasi untuk
meningkatkan prestasi belajar.
Hasil penelitian tentang implementasi model pembelajaran quantum
learning di SMP Negeri 16 Kota Cirebon meliputi dimensi lingkungan belajar,
sikap positif, gaya belajar, teknik mencatat, teknik menulis, kekuatan ingatan,
kekuatan membaca dan berfikir kreatif. Hasil analisis data penelitian secara
deskriptif yang didasarkan pada perolehan skor hipotetik dan skor empirik,
diperoleh hasil skor penerapan quantum learning termasuk ke dalam kategori
tinggi sebanyak 16 orang (15,0%), kategori sedang sebanyak 79 orang
(73,8%), dan kategori rendah sebanyak 12 orang (11,2%). Hasil analisis
21
perdimensi menunjukan bahwa semua responden mengimplementasikan
seluruh dimensi penerapan quantum learning di atas rata-rata atau pada
kategori sedang.
Menurut Faure (1992) menyatakan bahwa indikator dari satu tindakan
belajar yang berhasil adalah : bila subjek didik telah mengembangkan
kemampuannya sendiri. Lebih jauh lagi, bila subjek didik berhasil
menemukan dirinya sendiri ; menjadi dirinya sendiri. Faure (1992)
menyebutnya sebagai “learning to be”. Dengan kata lain, tindakan belajar
dalam pengertian yang sesungguhya terjadi, yakni ketika subjek didik belajar
mengkaji kemampuannya secara realistis dan menerapkannya untuk mencapai
kebutuhan-kebutuhannya. Oleh sebab itu, metode yang paling sesuai untuk
diterapkan di dalam proses belajar adalah metode yang bisa mengembangkan
subjek didik menjadi subjek belajar yang aktif. Dengan demikian pemilihan
metode yang tepat dan efektif sangat diperlukan. Salah satu metode yang saat
ini sering digunakan adalah metode quantum learning. Quantum learning
merupakan salah satu cara membelajarkan subjek didik yang digagas oleh
Potter. Melalui quantum learning subjek didik akan diajak belajar dalam
suasana yang lebih nyaman dan menyenangkan, sehingga subjek didik akan
lebih bebas dalam menemukan berbagai pengalaman baru dalam belajarnya.
Ketika subjek didik mampu menemukan metode atau strategi belajar yang
sesuai dengan dirinya, mampu membuat ia belajar lebih menyenangkan, maka
ia akan cenderung untuk menerapkan menjadi suatu kebiasaan di dalam proses
belajarnya. Beberapa kebiasaan yang diterapkan tidak hanya berlangsung
secara otomatis, tetapi juga memaksa seseorang menerapkan dan bertindak
sesuai kebiasaan. Hal ini dikarenakan sekali saja orang belajar bertindak
dengan cara tertentu dan telah menjadi otomatis yang tidak memerlukan
perhatiannya lagi, maka inilah yang akan diambil sebagai cara yang paling
nyaman dan mudah.
Menurut Azwar (2003), bagaimana individu bereaksi terhadap pengalaman
saat ini tidak terlepas dari penghayatannya terhadap pengalaman-pengalaman
bersekolah dulu. Penerapan quantum learning pada siswa secara psikologi
terbentuk dari adanya interaksi yang dialami subjek dengan dunia pendidikan.
Ketidakpuasan terhadap pengalaman proses dan metode belajar yang
digunakan di masa sekolah dulu, yaitu ketika SD hingga SMA, yang hanya
bersifat pasif, dari guru ke murid. Ketidak puasan siswa terhadap kekurangan
metode belajar yang dulu, membuat siswa mencari alternatif metode belajar
yang lain yang mampu mengembangkan siswa menjadi lebih aktif di dalam
proses belajarnya di perguruan tinggi. Setelah itu, ketika subjek didik mampu
menemukan metode atau strategi belajar yang sesuai dengan dirinya, mampu
membuat ia belajar lebih menyenangkan, maka ia akan cenderung untuk
menerapkan menjadi suatu kebiasaan di dalam proses belajarnya. Hal ini
sesuai dengan pendapat DePorter (2002) yang menyatakan jika seseorang
telah akrab dengan metode belajarnya sendiri, maka ia dapat mengambil
langkah-langkah penting untuk membantu dirinya belajar lebih cepat dan lebih
mudah.
22
Selain itu menurut Meiti (2005), salah satu kompetensi yang harus dimiliki
oleh seorang siswa adalah kemampuan soft-skill, yaitu dapat berpikir kritis,
kemampuan komunikasi lisan dan tulisan, leadership, percaya diri,
penggunaan teknologi informasi berdasarkan perubahan yang terjadi, dan
pengembangan dirinya sendiri. Dan untuk mencapai hal tersebut, siswa telah
dibekali sejak masuk sekolah dengan ilmu-ilmu yang mampu
mengembangkan kemampuan soft-skill mereka, terutama di dalam proses
belajar mereka ketika mengemban pendidikan di sekolah. Beberapa teknik
atau aspek yang dibahas dalam model pembelajaran quantum learning
sebagian besar telah diketahui dan dipelajari oleh siswa. Dalam hal ini
kebanyakan siswa memperolehnya dari mata pelajaran Matematika. Bahkan
pada mata pelajaran Matematika, dalam hal ini siswa untuk memahami kerja
otak, memupuk harga diri akademik yang positif, peranan minat dalam
pendidikan, motivasi, goal setting dan gaya belajar, teknik belajar, mind map,
pengenalan diri, dan merancang rencana belajar, yang sebagian besar adalah
penerapan dari quantum learning. Dengan kata lain, siswa lebih mengetahui
strategi atau metode belajar apa yang paling sesuai ia terapkan di dalam proses
belajarnya, sehingga membuat proses belajarnya lebih nyaman dan
menyenangkan. Hal inilah yang membentuk penerapan quantum learning
pada siswa berada pada kategori sedang.
Hasil penelitian deskripsi tentang sikap siswa terhadap mata pelajaran
matematika yang diperoleh menunjukkan gambaran secara umum kondisi
lingkungan keluarga siswa SMP Negeri 16 Kota Cirebon dalam menyikapi
tujuan dan isi mata pelajaran Matematika, cara mempelajari Matematika, guru
Matematika dan sikap siswa dalam memperdalam Matematika, tergolong pada
kategori sedang. Hasil analisis data penelitian secara deskriptif yang
didasarkan pada perolehan skor hipotetik dan skor empirik, diperoleh hasil
skor sikap siswa yang termasuk ke dalam kategori tinggi sebanyak 20 orang
(18,7%), kategori sedang sebanyak 69 orang (64,5%), dan kategori rendah
sebanyak 18 orang (16,8%). Data tersebut menunjukan secara umum, subjek
penelitian memiliki lingkungan keluarga pada tingkat sedang.
Hasil analisa data yang telah dilakukan menunjukkan bahwa hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini diterima, artinya bahwa ada pengaruh yang
signifikan antara sikap siswa terhadap prestasi belajar Matematika siswa SMP
Negeri 16 Kota Cirebon. Adanya pengaruh yang signifikan antara dua variabel
tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi (positif) sikap siswa terhadap
prestasi belajar Matematika, maka semakin tinggi motivasi belajar siswa.
Dengan demikian sikap siswa terhadap prestasi belajar Matematika, dapat
digunakan sebagai prediktor bagi motivasi belajar siswa. Kenaikan tingkat
sikap siswa terhadap prestasi belajar Matematika secara proporsional akan
diikuti oleh kenaikan tingkat sikap belajar siswa.
Sikap mempunyai segi motivasi, berarti segi dinamis menuju kesuatu
tujuan, berusaha mencapai salah suatu tujuan (Gerungan, 2004:25). Terdapat
dorongan dalam diri siswa akan pentingnya rasa suka dan gembira berada
dalam sekolah yang situasi dan kondisinya kondusif dan pengalaman sosial
siswa di sekolah atau terdapat stimulasi kawan sebaya siswa, lingkungan
23
bermain, lingkungan belajar dan lain- lain yang tidak bisa diabaikan
peranannya dalam menentukan motivasi siswa. Motif-motif tersebut
menentukan sikap-sikap tertentu dan bukan menentukan rajin tidaknya, tekun
tidaknya siswa belajar.
Penelitian ini memperkuat teori yang dikemukakan oleh Russeffendi
(1998) yang ditulis kembali oleh Saragih (2000) bahwa sikap positif terhadap
Matematika berpengaruh positif terhadap prestasi belajar Matematika dan
penelitian Rivai (2003) bahwa “hasil belajar seseorang akan dipengaruhi oleh
sikapnya terhadap objek sikap …”
I. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Lingkungan keluarga memiliki pengaruh terhadap prestasi belajar
Matematika siswa di SMP Negeri 16 Kota Cirebon sebesar 6,46%.
2. Model Quantum Lerning memiliki pengaruh terhadap prestasi belajar
Matematika siswa di SMP Negeri 16 Kota Cirebon sebesar 16,68%.
3. Sikap siswa memiliki pengaruh terhadap prestasi belajar Matematika siswa
di SMP Negeri 16 Kota Cirebon sebesar 27,26%.
4. Lingkungan keluarga, model quantun learning dan sikap siswa secara
simultan (bersama-sama) memiliki pengaruh terhadap prestasi belajar
Matematika siswa di SMP Negeri 16 Kota Cirebon sebesar 50,40%.
Dengan demikian sebagai temuan dari penelitian ini, bahwa untuk
meningkatkan prestasi belajar Matematika siswa SMP negeri 16 Kota Cirebon
dapat dilakukan dengan memperbaiki lingkungan keluarga terutama pada cara
mendidik orang tua terhadap anaknya, meningkatkan pembelajaran dengan
model quantum learning pada lingkungan belajar di sekolah yang kondusif
dan lebih diprioritaskan adalah pada peningkatan sikap siswa khususnya sikap
siswa dalam mempelajari Matematika.
Sesuai dengan hasil penelitian maka bagi orang tua hendaknya
memperhatikan dengan benar cara mendidik anak di rumah, khususnya
pendidikan Matematika agar anak termotivasi untuk belajar Matematika,
sehingga prestasi belajar Matematika dapat dicapai dengan baik.
Disamping itu sekolah hendaknya memperhatikan lingkungan belajar yang
baik dan memberi dukungan untuk terselenggaranya pendidikan Matematika
di sekolah yang menyenangkan. Karena kegiatan tersebut mempunyai peranan
yang berpengaruh dalam meningkatkan prestasi belajar Matematika siswa.
Bagi guru Matematika hendaknya saling mendukung dan bekerjasama
dalam
meningkatkan
pembelajaran
Matematika
di
sekolah,
sepertibekerjasama dengan Guru BK untuk meningkatkan sikap positif siswa
terhadap mata pelajaran Matematika. Selain itu Guru Matematika lebih
intensif berkomunikasi dengan orang tua siswaagar siswa lebih termotivasi
dan bersikap positif terhadap pelajaran Matematika.
24
Download