Kisah Penyebaran Agama Islam di Cina Zhongguo, Kerajaan Tengah Cina adalah pusat dunia selama berabad-abad sebelum bangkitnya kekuatan dunia Barat. Negara hebat ini memiliki sejarah yang panjang dalam kemahsyurannya. Dari penyatuan Cina di bawah kekuasaan Raja pertama Shih Huang Ti, sampai kekuasaan kekaisaran The Forbidden City (Kota Terlarang), Cina telah menunjukkan kehebatannya dalam teknologi, budaya, politik dan perekonomian. Barang-barang produksi Cina seperti porselen, sutra dan rempah-rempah sangat digemari di Barat. Para pedagang membeli barang mewah ini melalui apa yang dikenal sebagai Jalur Sutra. Itu adalah rute perdagangan berumur 5.000 tahun yang melewati Timur Tengah dan Eropa melalui Asia Tengah. Para pedagang ini tidak hanya membawa kekayaan yang besar untuk orang Cina, tetapi juga filosofi-filosofi yang akan mengubah hidup penduduk Cina. Diantara mereka adalah pedagang muslim yang mulai datang ke Cina pada akhir abad ke 7. Ketika para pedagang Islam bertambah kemampuannya mengarungi lautan, mereka mulai mencari rute Jalan Sutra lewat laut. Pedagang muslim tidak hanya menjalankan bisnis tapi juga menyebarkan kepercayaan mereka bersamaan dengan itu. Dengan lebih dari 1,5 milyar penduduk, Cina memiliki berbagai ragam budaya yang sangat luas dan hanya sedikit negara yang dapat menandinginya. Cina telah memeluk agama Islam sejak abad ke 7. Sekarang ini ada sekitar 30 juta orang muslim di Cina. Letak geografisnya yang terbentang dari Asia Tengah di barat sampai di Laut Pasifik di timur menyebabkan adanya kebudayaan campuran yang unik dengan kebudayaan aslinya yang kuat. Kebebasan beragama di Cina berarti bahwa orang muslim dapat menjalankan ibadahnya, dan dapat memiliki perekonomian, pendidikan dan kebudayaan sendiri. Banyak masjid di Cina masih dipakai untuk meneruskan kebudayaan Islam sehingga agama Islam dapat terus berada di Cina. Dapat dikatakan bahwa Cina mulai menerima Islam segera setelah kematian Nabi Muhammad SAW pada abad ke 7. Perjalanan kita menuju Islam di Cina dimulai dari Jalan Sutra Kuno, dimana pedagang muslim menjalankan rencana untuk menyebarkan Islam keluar dari Makah. Kashgar Karena Jalan Sutra, banyak kota menjadi makmur di Asia Tengah. Kota-kota ini adalah pusat perdagangan yang penting. Sekarang ini kota seperti Samarkand, Chimkent dan Kashgar menjaga kehebatan mereka walau dengan cara berbeda. Islam di Cina mencapai puncaknya saat dinasti Abbasiah dan Umayyah yang memerintah hampir seluruh Timur Tengah dan Persia. Dari Timur Tengah Islam menyebar ke Negara-negara di Asia Tengah yang sekarang adalah Republik Soviet Union yaitu Kazakhstan, Uzbekistan, Kyrgyzstan, dan Turkmenistan. Di samping penting sebagai pusat transit penyebaran agama Islam di Cina, Republik Asia Tengah juga ikut serta dalam pembentukan kelompok minoritas di Cina Barat. Di Kazakh, kebudayaan Kyrgyz dan Uzbek yang terdapat di sepanjang daerah ini berbaur dengan penduduk setempat seperti Huigur dan Han. Satu contoh pembauran budaya Asia Tengah dan etnis lain dapat dilihat di kota-kota kuno seperti Kashgar dan Xian. Kashgar telah berkembang sejak berabad-abad sebagai pusat perdagangan. Sekarang ini kota kuno ini berfungsi sebagai daerah militer Cina Barat. Walau pernah menjadi tempat singgah para pedagang selama berabad-abad Kashgar ditutup untuk pegunjung di luar Cina saat Revolusi Kebudayaan terjadi di Cina dari tahun 1966 – 1979. Pengasingan dari dunia Islam lainnya bukan hanya berakibat sedikit perubahan di Kashgar tetapi juga menutup kebudayaan yang lalu. Tanpa campur tangan para revolusioner, tulisan Arab menjadi sangat diterima dan dijadikan setara dengan tulisan Cina. Sejarah Islam di Kashgar dapat dijajaki kembali dari abad ke 10 ketika Sultan Bugela Khan dalam dinasti Karakan Turki memerintah daerah ini. Kota ini adalah rumah bagi suku Huigur atau mudahnya disebut Hui. Suku terbesar lainnya di Kashgar adalah Han. Suku Hui dan suku Han adalah dari kelompok yang sama kecuali hampir semua orang Hui adalah muslim. Abu Khairi adalah seperti orang Huigur pada umumnya yaitu petani. Abu Khairi bekerja di ladangnya dan menjual hasilnya dengan pendapatan secukupnya. Huigur memiliki sifat komunitas yang sangat erat. Tidaklah aneh melihat tetangga saling membantu. Rumah Abu Khairi adalah satu contoh kegotong-royongan yang kuat. Itu dibuat 10 tahun yang silam dengan bantuan masyarakat di daerah itu. Seperti rumah orang Huigur lainnya, rumah itu memiliki kebun agar udara di dalam rumah sejuk. Dindingnya dihiasi dengan lukisan yang bertemakan alam. Kashgar mendapatkan namanya dari Mahmud Kashgari seorang Turki yang terkenal karena menulis kamus bahasa Turki – Cina. Mahmud lahir pada tahun 1047. Setelah selesai sekolah ia bepergian ke Asia Tengah untuk mempelajari bahasa dan kebudayaan macam-macam suku. Ia juga bepergian ke Baghdad di mana ia menulis kamusnya yang terkenal. Itu adalah sekumpulan naskah (manuskrip) mengenai budaya, ilmu hayat (biologi), perbintangan dan sastra. Ia menghabiskan 25 tahun di Baghdad dan wafat pada umur 97 tahun. Tugas Mahmud memastikan agar kebudayaan Huigur bisa bertahan. Hasil kerjanya memperlihatkan kebudayaan suku Hui yang unik dan pengaruh mereka terhadap Islam di daerah Xinjiang dan kaitan mereka dengan Kashgar yang sekarang. Meskipun beberapa bagian dari kebudayaan Huigur mirip dengan budaya Asia Tengah lainnya, suku Huigur tetap unik dan berbeda. Kematian Mahmud sebagai kehilangan bagi Kashgar. Peninggalan lain yang memperlihatkan kebudayaan ini dapat dilihat pada makam Ahmad Khoja. Bangunannya terbuat dari tanah liat, berukuran 25 x 29 m dan memiliki menara setinggi 26 m. Ahmad Khoja adalah seorang utusan dan sarjana yang hebat semasa Mahmud Kashgari. Makamnya terletak di tempat yang sama dimana keluarganya dimakamkan. Beberapa anggota keluarganya dimakamkan di sini termasuk Yusuf, Yahya, Burhanudin, Karamatullah, dan Heydayatul. Keluarga ini berasal dari suku Beishan. Bebarapa anggota keluarga seperti Imran Khan, pernah ditunjuk sebagai pegawai pemerintah di masa Dinasti Qing mengabdikan diri pada Raja Qian Long. Pusara dan bangunan masjid ini adalah yang paling besar diantara yang lainnya di Asia Tengah. Bukti lain dari kekayaan budaya Hui dapat dilihat di Masjid Ishkar. Ini dibangun pada tahun 1426 oleh pemimpin Tarakan. Tapi kemudian tahun 1788, area masjid diperbaharui. Seorang pedagang wanita yang hebat, Guilina, telah menyumbang dana untuk pembuatan masjid. Pada tahun 1801 seorang pedagang menyumbang 40 hektar tanah dan menanam pepohonan di sekitarnya. Pada tahun 1826 menara masjid dan sebuah wisma dibangun. Kompleks ini kemudian rusak parah akibat gempa bumi tahun 1900 tapi diperbaiki kembali oleh penduduk setempat. Masjid Ishkar sekarang dijaga di bawah perlindungan kebudayaan oleh PBB. Satu aktivitas kuno yang masih dilakukan di Kashgar adalah membuat keramik. Bukti dari keindahan seni ini dapat ditemukan di Hudan Saizhen. Di masa lampau membuat keramik adalah aktivitas yang penting dan termasuk salah satu barang yang diperdagangkan di daerah ini. Sekarang aktivitas ini masih tetap ada. Daerah ini dikenal sebagai penghasil seni keramik terbaik di Kashgar. Keramik-keramik ini dapat dilihat di pasar Kashgar yang terkenal. Pentingnya Kashgar sebagai pusat perdagangan masih terlihat sampai sekarang. Pasar sudah buka pagi sekali dan para pedagang menjajakan dagangan mereka untuk pembeli yang datang awal. Mungkin di zaman dulu hal ini juga sama. Bahkan para pedagang terlihat hampir mirip semua. Tapi di zaman dulu pedagang terdiri dari berbagai macam suku yang datang ke Kashgar dikarenakan letaknya yang strategis. Sekarang ini orang-orang dari Tajikistan, Uzbekistan, Pamir Highland dan Kazakhstan gunakan pasar ini untuk barter barang. Sebenarnya hanya sedikit saja yang berubah pada pasar ini sewaktu Jalan Sutra merupakan rute utama di benua ini. Dagangan utama seperti teh, jamu-jamuan dan rempah-rempah masih diperdagangkan di sini, tetapi sekarang orang-orang datang hanya untuk membeli keperluan sehari-sehari saja. Untuk pengunjung, pasar ini adalah surganya barang souvenir lokal seperti sutra dan pisau belati yang digunakan oleh warga setempat. Ini merupakan tempat terbaik untuk merasakan pengalaman pertukaran budaya. Untuk orang yang berkunjung ke Cina, Kashgar sangat spesial karena merupakan tempat di mana kita paling bisa merasakan sejarah Islam terbesar di Cina. Jari-jari Haji Yahya yang cekatan terlihat dalam setiap sentuhan kaligrafinya. Setiap coretan dimulai dengan konsentrasi dan pengalaman pikiran. Melalui seni ini ia memperlihatkan kehebatan kreasinya. Ia bekerja dan beribadah, membuat coretan untuk tiap ayat. Setiap coretan itu menceritakan kelanjutan kebudayaan muslim di Cina. Xian Xian adalah ibukota Shaanxi yang terletak di Cina bagian tengah. Luasnya Xian terbentang sekitar 10.000 km2 menyokong kehidupan sekitar 6 juta penduduk. Nama Xian ini telah digunakan sejak tahun 1369 semasa pemerintahan kerajaan Ming. Sebelum ini Xian dikenal sebagai Zhang An yang berarti kota yang tenang. Nama Zhang An telah dipakai selama 16 abad sejak dinasti Han sampai pada awal Dinasti Ming. Menara Tambur adalah salah satu peninggalan yang terkenal di Xian. Dibangun pada masa Dinasti Ming, menara ini aslinya adalah tempat militer di mana prajurit dapat memberikan tanda adanya penyerangan dengan cepat. Sekarang ini menara tambur yang telah diperbaiki menjadi atraksi turis yang terkenal di kota bersejarah ini. Xian juga dikenal dunia akan prajurit batunya. Ini telah disahkan sebagai satu dari beberapa keajaiban dunia. Patung ini dibuat dari tanah liat semasa pemerintahan Raja Shih Hang Ti, penguasa yang terkenal di zaman Dinasti Qin. Tempat penelitian arkeologis ini terletak di daerah Ling Dong, 35 km dari Xian yang ditemukan secara tidak sengaja tahun 1974 oleh petani yang menggali untuk membuat sumur. Yang Zi Fa petani yang menemukan peninggalan patung batu itu dianggap pahlawan oleh penduduk setempat. Xian pernah menjadi ibukota dari 13 dinasti Cina yaitu sekitar 1.062 tahun lamanya. Saat Dinasti Ming, Raja Ming Hong Wu membangun dinding ini untuk melindungi Xian dari para penyerbu. Lokasi Xian yang terletak di tengah pulau utama di Cina menjadikannya kota yang strategis. Xian adalah tempat dimana perdagangan Jalan Sutra dimulai. Disinilah tempat para pedagang Arab muslim dan warga lokal berinteraksi. Dan di sini pertama kali Islam diperkenalkan di Cina. Dari 6 juta penduduk, sekitar 130.000 adalah muslim. Mereka berasal dari sekitar 10 suku, yang lebih banyak adalah dari suku Hui. Di Xian penduduk muslimnya diperkirakan sekitar 53.000 orang. Suku Hui dan suku Han berasal dari kelompok etnis yang sama. Perbedaan satu-satunya adalah, suku Hui beragama Islam dan suku Han tidak. Suku Hui dan Han memiliki bahasa, budaya, dan kegiatan yang sama kecuali kepercayaan. Ini adalah pusat perdagangan muslim terletak di Hua Ju Lane. Sekitar 500 kedai dan restoran di buka di sini. Di negara dimana muslim adalah kelompok minoritas mendapatkan makanan halal sangatlah terbatas. Walau demikian di Hua Ju Lane penduduknya telah lama membeli dan menjual makanan halal. Turis muslim mendapat kesempatan untuk mencoba makanan tradisonal yang halal tanpa harus waspada. Tanda halal ditulis agar memudahkan turis untuk mengenali kios makanan umat muslim. Tahun 1950-an resep makanan halal tradisional di daerah itu mulai berkembang. Ini menjadikan penerbitan buku resep makanan seperti Bumbu Halal masakan Cina, Buku masakan Hui, Masakan komplit daging domba dan Masakan Snak Beijing. Pembuatan buku-buku ini memperlihatkan resep makanan halal yang terkenal dari beberapa umat muslim. Selain suku Hui, umat muslim lainnya di Cina adalah suku Urugus, Kazakhs, Kyrgyzs, Uzbeks, Tartars, Salars, Bawans, dan Dong Xian. Kita juga dapat menemukan tempat pemotongan daging halal di sini. Salah satu makanan yang terkenal di Xian adalah “Yang Rou au Mo”. Ini adalah sajian remah roti bercampur dengan sop domba. Koki-koki suku Hui dan Urugus adalah yang mempromosikan makanan kebab diantara nonmuslim. Hua Ju Lane juga terkenal diantara penduduk setempat dan para turis karena di sini terdapat masjid utama di xian. Ini adalah monumen yang penting bagi umat muslim setempat. Abad 17 masjid di Xian dan Masjid di Hua Ju Lane adalah yang tebesar. Bertemu dengan Haji Yahya Ma Yi Pin, imam kedua Masjid Xian. Haji Yahya mulai mempelajari Islam ketika berumur 19 tahun. Ia belajar dasar-dasar Islam di rumah dan di masjid setempat. Ia sangat fasih dalam berbahasa Arab. Ia telah belajar di banyak universitas di beberapa tempat termasuk Madinah. Haji Yahya pun mampu menulis kaligrafi dengan baik. Ia menulis huruf Arab dengan tinta Cina. Haji Yahya memperlihatkan kami kebiasaannya dengan menuliskan kaligrafi “Bismillahirrahman” dalam waktu 1 menit saja. Haji Yahya biasanya menjual hasil seninya dengan harga yang murah. Tapi untuk kami gratis. Ini adalah hadiah untuk menjalin persahabatan antara muslim dari dua tempat berbeda. Haji Yahya juga memiliki Al Qur an yang berumur lebih dari 500 tahun. Masih disimpannya dengan baik. Ia pun menyimpan Al Qur an berumur 200 tahun yang ditulis dengan seni kaligrafi lokal. Ia memakainya untuk mempelajari kaligrafi waktu masih kecil. Ia diwariskan dua batu nisan ini oleh moyangnya. Semua ayat-ayat Al Qur an masih terjaga utuh. Ayat-ayat itu juga diterjemahkan ke dalam bahasa Cina. Rumah Haji Yahya terletak di belakang tokonya. Menurut tradisi setempat tamu harus dijamu dengan sangat baik terutama jika telah menempuh perjalanan jauh dan juga beragama sama. Setelah selesai mempelajari syariah dan lulus ujiannya dengan baik, pemerintah menawarkan kedudukan sebagai imam di masjid ini. Ia juga adalah seorang guru di sini. Ibu Haji Yahya berumur 95 tahun. Tidak ada yang bisa membuat ibu lebih bahagia selain memiliki anak yang takut akan Tuhan. Matanya memperlihatkan harapan untuk Islam dapat terus berkembang dalam Cina Muslim dari generasi ke generasi. Masjid Besar Xian Masjid Xian ini adalah masjid terbesar dan tertua di Cina. Masjid ini merupakan pusat pendidikan utama di negara ini yang memberikan kelas religius untuk anak-anak dan muda-mudi. Kelas Islam di sini sangat unik karena sistem pengajarannya bercampur budaya, bahasa, dan dialek setempat. Masjid Xian juga dikenal sebagai Masjid Termashsyur, atau Masjid Donga atau juga Masjid Hua Ji. Sekilas tampak jelas bahwa elemen pada Masjid Xian bercampu antara elemen Arabik Islam dan arsitektur kerajaan Cina. Ini dibuat pada masa Dinasti Tang. Namun tanggal pembangunan pastinya, tidak diketahui, pada abad ke-7 atau ke-8. Walau demikian pendapat orang banyak ini didirikan tahun 742 M. Aula tempat ibadahnya, yang dapat menampung 1.000 orang mempunyai luas 30.000 m2. Menurut warga setempat, seorang raja dari Dinasti Ming memaklumatkannya tahun 1392. “Kami memproklamirkan bahwa setiap keluarga muslim akan diberikan 50 lempeng perak dan 100 helai sutera. Mereka akan tinggal di 2 daerah dengan 2 bangunan masjid. Satu di Jalan San Shan di kota Nanjing dan yang lain di Xi Wu Lane di kota Xian. Mereka dapat membangun ulang masjid-masjid itu jika rusak dan tak ada yang boleh melawan maklumat ini.” Masjid Xian, satu dari beberapa bangunan bersejarah di Cina masih utuh walau sudah berdiri sejak 1.200 tahun lalu. Ini dikarenakan adanya pembaharuan tetap semasa Dinasti Song, Ming dan Qing. Dan masih tetap terawat rapi sampai sekarang. Menara yang bersegi 8 dan berlantai 3 ini adalah bangunan terbesar masjid. Dibangun pada masa Dinasti Ming. Masjid ini memiliki contoh bukti arsitektur Islam di Cina yang terbaik. Disain masjid ini memberikan rasa damai dan tenang bagi pengunjungnya. Monumen ini mencatat sejarah pembangunan masjid ini. Salah satu prasasti di monumen ini yang tertanggal 1405 Hijriah berisikan kata-kata dari Haji Sai, keturunan dari Shiabs Al Din. Di dalamnya diceritakan tentang Raja yang membangun sebuah masjid di kota Zhang An. Kunjungan kita ke Xian membuat kita mengahargai betapa bijaknya Allah. Allah telah mencipatakan manusia dalam berbagai etnis dengan budaya berbeda-beda, sehingga mereka dapat bertemu dan saling mengenal dan menghargai. Beijing Tidak ada yang dapat menggambarkan kehebatan Cina dengan sangat tepat di masa lalu kecuali Tembok Raksasa Cina yang dibangun sekitar 1.500 tahun lalu. Untuk beberapa tahun Cina pernah tertutup untuk pengunjung. Beberapa bangunan di Cina, seperti Kota Terlarang di Beijing baru-baru ini saja dibuka untuk umum. Untuk beberapa orang, Cina adalah misteri. Disitulah intrik-intrik yang menarik para pengunjung untuk datang ke Cina. Selamat datang di Beijing, ibukota rakyat Republik Cina. Semenjak Cina membuka pintu bagi pengunjung luar negeri para turis berbondong-bondong ke Beijing sebagai tempat pertama yang akan mereka kunjungi di Cina, yang terdapat banyak peninggalan kuno. Salah satu peninggalan yang terkenal adalah Lapangan Tiananmen yang dapat menampung setengah juta orang sekaligus. Ini adalah Tembok Raksasa di Badaling, satu dari 7 kejaiban dunia. Kota Terlarang dulunya adalah istana dan sekarang sudah menjadi museum tempat bersejarah. Ada 11 juta penduduk di Beijing, yang terdiri dari 56 suku. Muslim adalah kelompok minoritas di sini. Terdapat 250.000 umat muslim yang tinggal di daerah bernama Niu Jie Wei. Daerah ini terkenal akan makanan halalnya dan masjid-masjidnya. Daerah ini telah menjadi tempat tinggal para Muslim lebih dari 1.000 tahun. Sekarang ini Niu Jie dipenuhi rumah dan kios umat muslim yang menjual kebutuhan makanan. Sudah lebih mudah untuk mencari restoran dan makanan halal di sini karena sudah lebih dari 2.000 umat muslim ada di sini. Umat muslim membuka kios di detiap sudut untuk menyediakan keperluan bagi komunitas muslim di Beijing. Masjid Niu Jie adalah pusat dari komunitas muslim. Setiap hari Jumat tiap minggunya, ratusan orang mendatangi masjid ini. Ini menunjukkan bahwa Islam masih kuat dan tetap ada di sini. Masjid Niu Jie dibangun tahun 926 M semasa Dinasti Song. Masjid ini penuh warna yang gelap dari warna merah, emas, dan biru yang memang digemari di daerah itu. Di Beijing sendiri, terdapat 68 masjid dan 100 imam. Beijing telah dikenal sebagai pusat pendidikan Islam di Cina. Sudah jelas bahwa untuk Islam berkembang pengertian lebih dalam tentang iman sangat diperlukan. Ini hanya dapat dilaksanakan melalui pendidikan. Islam mulai masuk ke Cina pada akhir abad ke-7. Itu adalah sekitar akhir masa Dinasti Sung dan awal Dinasti Yuan ketika Islam mendapat pengakuan dalam hidup masyarakat Cina. Shanghai Setelah Dinasti Qing kehilangan kuasa dari kerajaan Cina, Shanghai dibuka untuk Negara barat tahun 1843. Bersamaan dengan kekuatan Eropa yang datang untuk menggali kekayaan alam Cina, para utusan muslim juga datang untuk memperkuat hubungan mereka dengan penduduk setempat. Masjid yang sering didatangi pada waktu itu adalah Masjid Jia Tao Wan yang dibangun pada abad ke-18. Masjid itu tetap menjadi yang terbesar yang masih digunakan oleh umat muslim di Shanghai. Masjid itu terbilang baru dibanding dengan yang ada di Song Jian terletak lebih kurang 2 jam perjalanan dari Shanghai. Masjid Song Jan ini adalah salah satu masjid terlama yang ada di Cina. Menurut warga setempat, ada dua pendapat tentang masjid ini. Yang satu adalah Raja Dinasti Yuan Zi Qing yang berkuasa dari tahun 1341 – 1368 menunjuk seorang hakim muslim bernama Nasarudin ke daerah ini. Itu adalah Hakim yang membangun masjid ini. Namun pendapat yang lebih terkenal adalah bahwa para prajurit muslim yang dikirim Raja untuk membela kerajaannya membangun masjid untuk digunakan oleh mereka dan warga setempat. Masjid ini sudah sering kali diperbaiki. Dengan setiap perbaharuan, elemen-elemen baru ditambahkan. Ini termasuk tulisan kaligrafi yang menghiasi banyak bagian dari masjid ini. Para pelajar Islam menyatakan masjid Song Jian tetap menjadi contoh bangunan masjid terbaik semasa Dinasti Yuan. Zaman ini juga dianggap Islam di Cina. Provinsi Yunnan Daerah di Cina ini ditinggali banyak suku minoritas. Ini termasuk keturunan orang-orang Yi, Lahu, Bai, dan Tibet yang mencapai jumlah 4 % dari populasi di Cina. Ibukota Yunnan adalah Kunming. Kota ini dipercayai ditemukan oleh seorang hakim muslim, Shamsuddin dari Bukhara. Namun demikian kepastiannya tidak jelas. Masjid yang terkenal di sini adalah Masjid Sun Chen. Ini didirikan pada masa Dinasti Ming 400 tahun silam. Dinasti Ming merupakan zaman emas bagi kesenian dan kebudayaan Cina. Maka itu arsitektur masjid ini mencerminkan kesenian dari zaman dinasti itu. Tapi yang lebih penting dari keindahan seni arsitektur adalah bahwa di masjid ini juga diajarkan betapa pentingnya pendidikan iman. Bahkan sekarang ditawarkan pelajaran sejarah Islam dan hukum Islam dalam 2 bahasa, Arab dan Cina. Tidaklah heran dengan dasar-dasar Islamiah ini daerah ini menjadi tempat favorit seorang diplomat Cina yang kuat Laksamana Cheng Ho. 60 Km dari Kunming, lahirlah Ma He pada tahun 1371. Setelah mengabdi pada Raja Yong Hi, ia kemudian dinamakan Zheng Ho. Nama Zheng hanyalah diberikan Raja untuk prajurit militer yang disegani. Raja Yong Hi menyuruh Laksamana untuk membangun hubungan diplomatis dengan negara lainnya di dunia. Tahun 1405 ia menjalankan misi pertamanya dengan 62 kapal armada kerajaan dan termasuk 30.000 pelaut. Dalam waktu 28 tahun telah memimpin 7 misi ke lebih dari 40 negara termasuk Mesir, Yunani, Iran, India, Sri Lanka, Bangladesh, Thailand, Malaysia, Indonesia. Dan beberapa pelajar bahkan percaya ia adalah orang pertama yang mencapai Amerika. Laksamana Zheng Ho wafat tahun 1435 berumur 64 tahun di tanah kelahirannya. Sebuah tugu peringatan dibangun untuk menghormati jasanya di Bukit Yuen Cheng tahun 1623. Semasa hidupnya banyak membina kerjasama dengan beberapa Negara. Misinya bukanlah untuk menaklukkan pulau yang didatangi tapi untuk menaklukkan hati orang-orangnya. Guiling Guiling adalah ibukota daerah bagian Guang Xi. Kota ini ditemukan di sepanjang Sungai Li atau Lijiang. Meraka di sepanjang arus yang tenang, maka tak heran untuk ratusan tahun Guilin terkenal dengan kesenian dan puisinya. THE GUILIN THAT I YEARN = Guilin yang Kurindukan Arus Sungai Lijiang halus seperti sutera Pegunungan yang tinggi, menarik, indah, tak tertandingi Seperti lukisan dalam kanvas, damai, dan berbeda Diantara pegunungan mengalirlah sungai dengan gunung-gunung mengelilinginya Sejak dulu keindahannya tak berubah Hatiku bertanya, cintaku mengalir dengan segarnya Pikiranku terpenuhi dengan kegembiraan Semua kuberikan pada gunung dan air sungai Guilin Inilah surganya bumi, diimpikan oleh pemimpi. Hadiah yang indah dari Sang Pencipta, sungai yang indah Terpujilah Allah karena telah menciptakan Guilin. Sangatlah berharga untuk melihtanya lebih dekat. Sepanjang tepi sungai Lijiang, bebatuan yang kasar menutupi sebuah keajaiban yang disebut warga sebagai “Istana Kesenian Alami” yaitu Gua Lidi. Ini merupakan pemandangan yang sangat pantas untuk dilihat. Di Guilin terdapat 22 masjid, yang terkenal adalah Masjid Guilin. Aslinya dibangun pada abad ke-13 tetapi seringkali diperbaharui. Pembaharuan terakhir dilakukan pada tahun 1994. Ini adalah masjid tertua di Guang Xi. Seperti masjid di Shanghai, Masjid Guiin juga dibangun oleh para prajurit Raja. Tahun 1944 Jepang menghancurkan sebagian besar masjid ini tapi 3 tahun kemudian umat muslim di sekitar memperbaikinya. Sekarang Guiling merupakan pusat masyarakat Islam di Cina. Ini membuat masjid lainnya di Guilin menjadi lebih diakui di Cina. Masjid Zhong Shan Lu dibangun pada masa Dinasti Qing di atas tanah seluas 1.300 m2. Gaya arsitekturnya sedkit berbeda dari masjid yang lama. Ini telah dinyatakan sebagai bangunan bersejarah oleh PBB. Sekarang bangunan ini masih bisa menampung 200 orang sekaligus. Guangzhou Guangzhou adalah pintu gerbang utama bagi perdagangan di Cina Selatan. Dimana Islam pertama kali masuk melalui laut pada Dinasti Tang. Sekarang kota ini menjadi kota perdagangan internasional yang ramai yang dipenuhi dengan beragam kebudayaan dan suku. Jelaslah sudah bahwa Guangzhou belum berubah saat para pedagang Arab Muslim ramai berdagang. Walaupun barang dagangannya telah berkembang sejalan dengan zaman, suasananya masih sama. Tempat ini telah dikenali sebagai tempat asli pusat dagang Guangzhou. Benteng yang tenang menunjukkan kehebatannya dulu kala. Pada masa jayanya Guangzhou dikenal sebagai tempat berkumpulnya pedagang dari seluruh dunia. Pada kala itu terdapat 50.000 penduduk setempat dan 100.000 pedagang asing. Di sini pula terdapat tugu peringatan untuk Saad ibn Wahaz, teman / sahabat Nabi. Saad ibn Wahaz dikirim untuk membawa misi ke CIna setelah Nabi wafat. Warga setempat menyatakan bahwa di sana terdapat makam teman / sahabat Nabi. Tetapi para pelajar menyatakan bahwa Saad ibn Wahaz wafat di Medina jadi kepastian makam itu tidak jelas. Namun tanggal pastinya Islam masuk ke CIna telah didokumentasikan yaitu 25 Agustus 651 M. Saad ibn Wahaz datang pada masa pemerintahan Raja Tai Sung dari Dinasti Tang. Disebutkan bahwa utusan itu datang karena diundang oleh Raja yang telah mendengar umat muslim beribadah. Masjid Wei Xian Si dibangun pada abad ke-7 dan merupakan masjid tertua di Cina. Namanya berarti “Kerinduan pada Nabi” karena Saad ibn Wahaz membangunnya saat setelah wafatnya Nabi. Catatan menunjukkan bahwa pemerintahan kerajaan Cina telah mendanai pembangunan masjid itu. Terlihat jelas bahwa umat muslim telah mendapatkan bantuan dari Raja walau agama Islam tidak begitu dikenal oleh orang-orang Cina pada saat itu. Menaranya masih belum berubah sejak dibangun pada abad ke-13 lalu. Terdapat disain Arab, dimana menara-menara masjid lainnya di Cina berdisain pagoda. Menara ini disebut Guangta atau “Menara yang Bersinar” mungkin bukan hanya karena bagian luarnya yang bersinar putih tapi juga karena umat muslim yang sering beribadah di sini. Menara ini pernah menjadi titik bangunan tertinggi di Guangzhou. Penutup Disinilah kita belajar bahwa betapapun besar perbedaan budaya, betapa jauhnya jarak, betapa bedanya waktu ketika hati bertemu dalam iman yang sama kesatuan itu dapat mengetuk hati Kerajaan Tengah ini. Sumber : Jurney Into Islamic : Cina