Momentum Emas Pembentukan SDM Berkualitas (Kajian Sosial

advertisement
Bab 4
ASI Antara Hak Bayi dan Kewajiban Ibu
Pemberian ASI menurut Tinjauan Nilai Keagamaan
di Masyarakat
Dalam kehidupan masyarakat, nilai-nilai keagamaan menjadi
dasar yang sangat dijunjung tinggi, dan mendasari setiap perilaku
masyarakat termasuk di dalamnya adalah pemberian ASI. Semua
agama memberikan penekanan terhadap tanggung jawab orangtua
khususnya ibu untuk memperhatikan hak-hak hidup bayi termasuk
didalamnya adalah pemberian ASI.
Dalam ajaran agama Islam yang merupakan agama mayoritas
dari masyarakat Indonesia, menerangkan bahwa segera setelah si buah
hati lahir, orangtua berkewajiban untuk memberinya nafkah yang
dapat mencukupi kebutuhannya, mulai dari pakaian sampai makanan.
Manusia khususnya ibu telah diciptakan dengan penuh kesempurnaan,
sebagai tandanya adalah diciptakannya ASI bagi para wanita yang telah
melahirkan sebagai makanan bagi bayinya. Menurut penelitian
kedokteran, ASI adalah makanan terbaik bagi bayi, bahkan termasuk
bagi bayi yang lahir premature. Selain itu, Kolostrum (ASI yang keluar
di awal-awal setelah melahirkan, yang berwarna kekuning-kuningan)
menurut penelitian kedokteran adalah merupakan “imunisasi alami”
bagi bayi atau sebagai obat yang mengandung zat kekebalan yang
sangat berguna bagi bayi, karena dapat melindungi bayi dari berbagai
penyakit infeksi dan alergi (Roesli, 2007).
Secara khusus dalam dalil-dalil Al-Qur’an dan As-Sunnah
tentang ASI dan menyusui ini, menyebutkan tentang pentingnya ASI
dan pemberian ASI untuk bayi. Al-Qur’an, surat Al-Baqarah : 233,
disebutkan :
45
Momentum Emas Pembentukan SDM Berkualitas
(Kajian Sosial Budaya Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif di Masyarakat Kendal Jawa Tengah)
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua
tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan
penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan
pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf. Seseorang tidak
dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.
Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena
anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan waris pun
berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih
(sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan
permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan
jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka
tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan
pembayaran menurut yang patut. Bertaqwalah kamu kepada
Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang
kamu kerjakan”.
Hikmah dari ayat Al-Qur’an tersebut adalah menekankan
bahwa Air Susu Ibu (ASI) sangat penting. Walaupun masih ada
perbedaan pendapat tentang wajib atau tidaknya menyusui, tapi
selayaknya bagi seorang muslim wajib menghormati ayat-ayat Allah
tersebut. Terlepas wajib atau tidaknya hukum menyusui, dalam ayat
tersebut dengan tegas dianjurkan menyempurnakan masa penyusuan.
Pemberian ASI sampai dua tahun sangat penting untuk kesempurnaan
anak. Bahkan jika karena alasan medis ibu tidak dapat menyusui
anaknya, sang anak boleh disusui orang lain (donor ASI). Allah
memerintahkan hal ini karena Allah paling tahu kandungan ASI
adalah yang terbaik untuk manusia.
Dalam ayat ini juga disinggung tentang peran ayah, untuk
mencukupi keperluan sandang dan pangan bagi ibu, agar ibu dapat
menyusui dengan baik. Sehingga jelas, menyusui adalah kerja tim.
Keputusan untuk menyapih seorang anak sebelum waktu dua tahun
harus dilakukan dengan persetujuan bersama antara suami dan isteri
dengan mengutamakan kepentingan terbaik bagi si bayi. Pengambilan
keputusan ini harus didasarkan pada penghormatan kepada perintah
Allah dan pelaksanaan hukum-Nya, dan tidak bertujuan meremehkan
perintahNya. Demikian pula jika seorang ibu tidak bisa menyusui, dan
diputuskan untuk menyusukan bayinya pada wanita lain, sehingga
haknya untuk mendapat ASI tetap tertunaikan.
46
ASI Antara Hak Bayi dan Kewajiban Ibu
Melihat ayat tersebut, ASI sangat penting bagi bayi, sehingga
tidak ada satu orangpun yang mampu menangkal kehebatan ASI. ASI
membuat anak sehat dan cerdas. Sistem pencernaan bayi pada saat
lahir belum lengkap sehingga hanya bisa mencerna ASI. Berbeda
dengan susu sapi, ASI mengandung nutrisi yang mempunyai fungsi
spesifik untuk pertumbuhan otak antara lain long chain
polyunsaturated fatty acid (DHA dan AA) untuk pertumbuhan otak
dan retina, kolesterol untuk myelinisasi jaringan syaraf, taurin
untuk neurontransmitter inhibitor dan stabilisator membran, laktosa
untuk pertumbuhan otak, koline yang mungkin meningkatkan
memori. ASI juga mengandung lebih dari 100 macam enzim yang
membantu penyerapan zat gizi yang terkandung di dalam ASI (Roesli,
2007).
Sedangkan dalam Al Qur’an, surat Lukman : 14, disebutkan :
”Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik)
kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan
menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan
kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu.”
Ayat tersebut mengandung dua pengertian, yaitu: pertama,
adalah perintah bagi seorang ibu untuk menyusui anaknya selama dua
tahun penuh. Kedua, perintah bagi anak untuk berbuat baik kepada
kedua orang tuanya karena ibunya telah merawatnya siang dan malam.
Terdapat kewajiban anak untuk berbuat baik kepada orangtuanya,
sementara terdapat hak anak untuk diberi ASI selama dua tahun
penuh. Terdapat kewajiban ibu untuk menyusukan anaknya selama
dua tahun penuh, sementara terdapat hak ibu agar anaknya berbakti
kepadanya.
Sedangkan dalam Hadits, berkata al-Hafidz Ibnu Katsir dalam
tafsirnya (1/633): “Ini merupakan petunjuk dari Allah ta’ala kepada
para ibu agar mereka menyusui anak-anaknya dengan penyusuan yang
sempurna yaitu 2 tahun.
47
Momentum Emas Pembentukan SDM Berkualitas
(Kajian Sosial Budaya Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif di Masyarakat Kendal Jawa Tengah)
Dalam Hadist yang lain, dari Amru bin Abdullah pernah
berkata kepada isteri yang menyusui bayinya, disebutkan :
“Janganlah engkau menyusui anakmu seperti hewan yang
menyusui anaknya karena didorong kasih sayangnya kepada
anak. Akan tetapi susuilah dengan niat mengharap pahala
dari Allah dan agar ia hidup melalui susuanmu itu. Mudahmudahan ia kelak akan bertauhid kepada Allah Subhanahu
Wa ta’ala.”
Pelajaran tersebut sangat berharga, bahwa menyusui
hendaknya didasarkan pada niat ibadah, bukan sekedar insting. Ini
merupakan bentuk investasi di dunia dan akhirat. Semoga anak kita
menjadi anak yang bersyukur pada Tuhan-nya dan orang tuanya.
Demikian halnya dalam ajaran agama Kristen, perintah
menyusui ini dijelaskan dalam Lukas 11:27,
“ketika Yesus masih berbicara, berserulah seorang
perempuan dari antara orang banyak dan berkata kepadaNya: “Berbahagialah ibu yang telah mengandung Engkau dan
susu yang telah menyusui Engkau.”
Ucapan tersebut adalah ucapan seorang wanita Israel di masa
Yesus melayani di dunia. Ucapan ini keluar saat Yesus melakukan
aneka pekerjaan Bapa-Nya yang sangat menarik perhatian wanita
tersebut, dan ia pun menyatakan adalah suatu kebahagiaan bila seorang
perempuan melahirkan, menyusui, membesarkan dan mengajar
sehingga tubuh menjadi seperti yang dilihatnya.
ASI adalah makanan yang terbaik untuk bayi. ASI khusus
dibuat untuk bayi. Kandungan gizi dari ASI sangat khusus dan
sempurna serta sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang bayi. Inilah
salah satu dari tanda-tanda kebesaran Allah kepada manusia.
Dalam perkembangan pengetahuan diketahui bahwa bayi
berumur 0 sampai 6 bulan tanpa diberikan makanan dan minuman
apapun termasuk air putih sekalipun, cukup dengan air susu ibu, maka
bayi akan tetap hidup. Justru dengan pemberian ASI secara
eksklusif, seluruh kebutuhan bayi usia 0-6 bulan akan zat-zat gizi
48
ASI Antara Hak Bayi dan Kewajiban Ibu
untuk pertumbuhan dan perkembangannya sudah terpenuhi, sesudah
itu ASI tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan bayi, karena itu bayi
memerlukan pula makanan tambahan (sesudah 6 bulan).
Hak Bayi atas ASI
ASI adalah hak asasi setiap bayi. Undang-Undang Kesehatan
nomor 36 tahun 2009 pasal 128 ayat (1) menyebutkan “Setiap bayi
berhak mendapatkan air susu ibu eksklusif sejak dilahirkan selama 6
(enam) bulan, kecuali atas indikasi medis”. Dengan adanya UndangUndang ini, maka sudah sangat jelas bahwa seorang anak yang baru
dilahirkan dalam kondisi normal (artinya tidak memerlukan tindakan
penanganan khusus), maka berhak mendapatkan ASI secara eksklusif.
Bayi berhak mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan
dikarenakan pada masa itu bayi belum memiliki enzim pencernaan
yang sempurna untuk mencerna makanan atau minuman lain. Selain
itu, semua jenis nutrisi yang dibutuhkan oleh bayi sudah bisa dipenuhi
dari ASI.
Kewajiban Ibu dalam Pemberian ASI
Sebaliknya, dalam persepsi kewajiban, seorang wanita sesuai
dengan kodratnya mengalami proses kehamilan dan melahirkan.
Dalam fase pasca melahirkan, seorang wanita khususnya ibu-ibu
memiliki kewajiban yang harus mereka laksanakan yaitu kewajiban
memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya sampai dengan 6
bulan yang dikenal dengan ASI eksklusif. Kewajiban ibu ini telah
diatur dalam pasal 6 Peraturan Pemerintah (PP) nomor 33/2012
tentang Pemberian ASI Eksklusif yang ditetapkan pada 1 Maret 2012.
Pasal tersebut berbunyi,
"Setiap ibu yang melahirkan harus
memberikan ASI Eksklusif kepada bayi yang dilahirkannya".
Pemberian ASI eksklusif ini harus selama enam bulan penuh karena
untuk menjamin kesehatan bayi yang optimal serta untuk
menghindari alergi yang mungkin dialami oleh bayi.
49
Momentum Emas Pembentukan SDM Berkualitas
(Kajian Sosial Budaya Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif di Masyarakat Kendal Jawa Tengah)
Meskipun memberikan ASI eksklusif adalah kewajiban ibu,
namun kenyataannya cakupan ASI eksklusif selalu kurang dari target
nasional yaitu 90%. Di Jawa Tengah cakupan ASI Eksklusif tahun 2011
hanya sebesar 45,86%, tahun 2012 sebesar 49,46% dan tahun 2013
sebesar 57,67%. Cakupan ini menandakan bahwa masih banyak ibu
yang mengabaikan pemberian ASI eksklusif sebagai kewajiban ibu
pasca melahirkan. Di kabupaten Kendal, berdasarkan hasil penelitian
ini, disebutkan di daerah pantai, cakupan ASI eksklusif hanya
mencapai 37%, sedangkan di daerah pegunungan mencapai 56%. Hasil
ini menunjukkan bahwa cakupan ASI eksklusif di kabupaten Kendal
masih sangat rendah dan jauh di bawah target nasional (90%).
Beberapa hal yang disinyalir menyebabkan seorang ibu tidak
memberikan ASI kepada bayinya antara lain : (a) Ibu tidak menyadari
bahwa memberikan ASI adalah kewajiban kodrati seorang ibu. Kondisi
ini dianalogikan bahwa ibu tidak menyadari bahwa ibu telah
berhutang ASI kepada bayinya. Hal ini disebabkan karena ibu sama
sekali tidak mengetahui bahwa memberikan ASI adalah kewajiban
yang harus dilaksanakan setiap perempuan setelah melahirkan.
Kewajiban ini sebagai tanggungjawab perempuan atas karunia yang
telah diciptakan Tuhan kepadanya dengan penuh kesempurnaan yaitu
memberikan makanan bagi bayinya (memberikan ASI kepada bayinya
sampai umur 2 tahun). Menyusui menurutnya adalah sebagai suatu
pilihan untuk dilaksanakan maupun tidak dilaksanakan; (b) Ibu
menyadari bahwa memberikan ASI adalah kewajiban kodrati seorang
ibu, namun ia mengabaikannya. Kondisi ini dianalogikan bahwa ibu
menyadari memberikan ASI adalah suatu proses fisiologis sekaligus
kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap wanita pasca melahirkan,
namun karena rendahnya pengetahuan ibu tentang ASI maupun
manfaatnya bagi bayi dan ibunya serta masih banyaknya sikap yang
tidak mendukung terhadap pemberian ASI menyebabkan ibu
mengabaikan pemberian ASI kepada bayi adalah merupakan
kewajiban; (c) Ibu mengetahui manfaat ASI bagi bayi maupun ibu serta
menyadari sepenuhnya bahwa memberikan ASI adalah kewajiban
kodrati seorang ibu, namun ia tetap tidak melakukannya. Meskipun
mengetahui bahwa ASI besar manfaatnya bagi bayi maupun dirinya,
50
ASI Antara Hak Bayi dan Kewajiban Ibu
serta memberikan ASI kepada bayinya adalah kewajiban, ibu tetap
tidak melaksanakannya. Kondisi dan alasan-alasan seperti ibu sibuk
bekerja dan tidak sempat menyusui, ASI tidak keluar secara lancar,
bayi tidak cukup gizi jika hanya minum ASI, bayi masih rewel jika
hanya diberi ASI, serta akan tambah gemuk dan kuat jika diberi
makanan tambahan selain ASI, dan sebagainya menyebabkan ibu lebih
memilih untuk memberikan susu formula maupun makanan tambahan
untuk bayinya.
Di samping menjadi kewajiban seorang ibu, memberikan ASI
kepada bayinya akan memberikan manfaat dan kegunaan yang sangat
besar, baik bagi bayi itu sendiri maupun bagi ibunya. Semakin cepat
ibu menyusui bayinya dengan menggunakan cara memberikan ASI
kepada bayi yang benar dan tepat maka hal itu akan semakin baik.
Selain itu, juga sangat dianjurkan untuk memberikan ASI sesegera
mungkin setelah bayi dilahirkan, yaitu sekitar 30 menit setelah
kelahiran. Ini dikenal dengan istilah Inisiasi Menyusui Dini (IMD).
51
Download