PENELITIAN GEOLOGI KUARTER DI INDONESIA Ditulis oleh Said Senin, 15 Oktober 2012 09:53 Oleh: Prof. DR. C. Danisworo (Guru besar UPN Jogjakarta) Editor : Dr. Said Aziz Geologi Kuarter Penelitian Geologi Kuarter relatif telah sejak lama banyak dilakukan di Indonesia. Baik pemetaan Geologi Kuarter, dan penelitian yang berkaitan dengan Geologi Kuarter yang dilakukan oleh berbagai lembaga Riset dan Perguruan Tinggi. Disamping itu, dalam mengenalkan ke masyarakat, dilakukan sosialisasi baik dalam bentuk kursus, seminar, diskusi atau pun lokakarya. Namun mengingat luasnya wilayah Indonesia dan sangat variasinya permasalahan Geologi Kuarter di Indonesia maka penyusunan Geologi Kuarter Indonesia haruslah dengan upaya yang lebih intensif. 1/3 PENELITIAN GEOLOGI KUARTER DI INDONESIA Ditulis oleh Said Senin, 15 Oktober 2012 09:53 Riset Geologi Kuarter Riset-riset Geologi Kuarter Indonesia sampai dengan saat ini masih sangat terbatas, apalagi penyusunan dan penerbitan buku Geologi Kuarter Indonesia masih jauh dari kenyataan. Sementara di Malaysia, tulisan mengenai Geologi Kuarter sudah dalam bentuk penerbitan, seperti buku yang berjudul “Aspek Geologi Kuaternari Asia Tenggara” hasil karya Tjia. Sementara di negara-negara maju perkembangan riset Geologi Kuarter sudah sedemikian meluas dan mendalam, terutama yang dikelola oleh INQUA (International Union for Quaternary Research ), maka tidak mengherankan kalau muncul organisasi-organisasi untuk ilmu-ilmu Kuarter antara lain; AMQUA (di Amerika), DEUQUA (di Jerman), NORDQUA (di Skandinavia), dan QRA ( Quaternary Research Association , di Inggris). Tantangan-tantangan intelektual untuk memecahkan problem-problem lingkungan masa lalu yang sedemikian kompleks menuntut adanya pekerjaan multi disiplin. Semua asosiasi itu bergabung dalam INQUA yang mempunyai beberapa komisi untuk mengkoordinasi riset di berbagai lapangan dan mengadakan kongres internasional setiap empat tahun. Zaman Kuarter (Kala Pliosen dan Plistosen) Di Indonesia, khususnya di Jawa, dan di tempat-tempat lain di dunia ini batas bawah Plistosen atau zaman Kuarter masih menimbulkan banyak problem yang menarik, batas antara Pliosen dan Plistosen masih merupakan problem yang perlu diteliti lebih lanjut. Secara mendunia Kala Plistosen dipisahkan dari Kala Pliosen berdasarkan atas beberapa fenomena, salah satunya adalah perubahan iklim. Pembentukan es yang sangat luas di daerah kutub pada awal Plistosen sebagai bukti adanya perubahan iklim secara mencolok secara mendunia pada kedua batas kala tersebut. Akibat dari pembentukan es tersebut, maka air laut di daerah tropik turun sehingga daratan-daratan di Kawasan Barat Indonesia menyatu dan menyambung ke Benua Asia. Peristiwa ini sangat penting peranannya dalam migrasi fauna (termasuk manusia) dari Asia ke Kawasan Barat Indonesia. Pulau Jawa sendiri selama 5-3 juta tahun yang lalu tumbuh secara perlahan-lahan dari barat ke timur akibat menurunnya muka air laut. Pada saat ini Jawa adalah sebuah pulau, namun pada masa-masa lalu tidak selamanya Jawa itu selalu sebuah pulau. Bagaimana kalau muka air laut turun sekitar 40-50 m, maka kita akan melihat bahwa di selatan masih tetap berupa lautan dengan kedalaman sekitar 1000 m, tetapi di utara, Laut Jawa akan kering dan Jawa akan terhubungkan dengan Kalimantan dan Sumatera menjadi satu dengan daratan Asia. Pada masa yang lalu penurunan muka air laut terjadi berkali-kali sehingga memungkinkan terjadinya migrasi mammalian dan manusia purba. Perkembangan-perkembangan evolusi manusia dan tumbuhan pada zaman Kuarter pun menjadi sangat menarik. Dikemukakan oleh Fauzie bahwa kaitannya dengan migrasi hewan darat dari Asia ke Indonesia, baru diketahui sekitar dua juta tahun yang lalu atau awal Kala Plistosen. Pada waktu itu Indonesia mulai didatangi oleh hewan darat dari Asia, karena Indonesia waktu itu sudah hampir seperti sekarang dan daratan Sunda merupakan daratan Asia. Kedatangan mereka pun tidaklah sekali, tetapi berulang kali dengan keluarga hewan yang beraneka. Perubahan iklim yang terjadi pada batas Kala Pliosen dan Plistosen sangat mempengaruhi kehidupan yang ada pada waktu itu, baik fauna maupun floranya antara lain menyebabkan pula adanya perubahan lingkungan sehingga mengakibatkan migrasi dan pemisahan komunitas hewan dan tumbuhan. Hal ini yang mempengaruhi adanya migrasi vertebrata, seperti yang 2/3 PENELITIAN GEOLOGI KUARTER DI INDONESIA Ditulis oleh Said Senin, 15 Oktober 2012 09:53 telah selama ini kita kenal, yaitu migrasi vertebrata dari dataran Asia ke Indonesia melalui Paparan Sunda. Namun demikian teori land bridge masih diperdebatkan ketika melintas Selat Lombok, yang mempunyai kedalaman lebih dari 1000 meter, ke Kepulauan Sunda kecil, walaupun di sana dijumpai fosil Stegodon (gajah purba).## 3/3