kajian sosisologi sastra dan nilai pendidikan dalam novel “tuan guru”

advertisement
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 54-68)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
KAJIAN SOSISOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN
DALAM NOVEL “TUAN GURU”
KARYA SALMAN FARIS
oleh
Syahrizal Akbar, Retno Winarni, Andayani
Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Program PASCASARJANA UNS
[email protected]
Abstrak
Novel “Tuan Guru” karya Salman Faris menguak tentang kehidupan religius, dan
sosial budaya masyarakat Lombok, khususnya Lombok Timur. Novel tersebut diulas
menggunakan kajian sosiologi sastra. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
dan menjelaskan pandangan dunia pengarang mengenai eksistensi Tuan Guru, latar
belakang sosial budaya masyarakat, dan nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam
novel “Tuan Guru” karya Salman Faris.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan metode content
analysis atau analisis isi. Metode ini digunakan untuk menelaah isi dari suatu dokumen.
Dokumen dalam penelitian ini adalah novel “Tuan Guru” karya Salman Faris. Validasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi teori. Tahapan analisis dokumen
dimulai dari tahap pembacaan, pencatatan dokumen, hingga analisis dokumen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat Lombok,
khususnya Lombok Timur berdasarkan kacamata Salman Faris menganggap bahwa tuan
guru merupakan sosok yang mampu memberikan garansi masuk surge, doa yang
dipanjatkan tuan guru lebih cepat diijabah oleh Allah dibandingkan manusia lainnya
dan masyarakat tidak memandang ada cela sedikitpun dari sosok tuan guru. Latar
belakang sosial budaya masyarakat mencakup adat dan kepercayaan, pekerjaan,
pendidikan, agama, tempat tinggal, bahasa, dan suku. Adapun nilai-nilaip pendidikan
yang terkandung adalah pendidikan sosial, moral, budaya, agama, ekonomi, politik, dan
historis.
Kata Kunci: novel, content analysis, sosiologi sastra, dan nilai pendidikan.
PENDAHULUAN
Fenomena-fenomena yang diangkat oleh
adat dan agama, dalam cara berpikir, cara
seorang sastrawan dalam karya sastra
memandang sesuatu, dan sebagainya.
meliputi hampir segala aspek kehidupan
yang
dialami
tersebut
oleh
sesuai
masyarakat.
dengan
apa
Novel sebagai salah satu jenis karya
Hal
satra menampilkan sebuah dunia yang
yang
mengemas
model
kehidupan
yang
diungkapkan oleh Waluyo (2002) yang
diidealkan,
dunia
imajinatif,
yang
menyatakan bahwa latar belakang yang
dibangun
melalui
berbagai
unsur
ditampilkan meliputi: tata cara kehidupan,
intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh
adat-istiadat, kebiasaan, sikap, upacara
(dan penokohan), latar, sudut pandang,
dan sebagainya yang kesemuanya juga
54
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 54-68)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
bersifat imajinatif (Nurgiyantoro, 2007).
yang mengungkap sastra sebagai cermin
Novel, yang banyak diminati belakangan
situasi
ini karena banyak mengangkat tema-tema
penelitian yang menangkap sastra sebagai
yang
pada
manifestasi peristiwa sejarah dan keadaan
unsur
sosial budaya (Laurenson dan Swingewood
dekat
dasarnya
dengan
juga
tak
pembaca,
luput
dari
ekstrinsik di samping unsur intrinsik yang
memang
saling
bersinergi
sosial
penulisnya,
dan
(3)
dalam Endraswara, 2008).
untuk
Dalam penelitian ini, diulas tentang
menciptakan kesatuan cerita yang padu.
pandangan dunia pengarang mengenai
Penentuan novel “Tuan Guru” karya
eksistensi tuan guru dalam novel “Tuan
Salman Faris sebagai objek yang dikaji
Guru” karya Salman Faris, sosial budaya
dalam penelitian ini karena novel tersebut
yang dilukiskan pengarang dalam novel,
menguak tentang kehidupan religius, dan
serta nilai pendidikan yang terkandung
sosial
dalam
budaya
masyarakat
Lombok,
novel.
Pengambilain
nilai
khususnya Lombok Timur. Salman Faris
pendidikan sebagai salah satu masalah
berani mengupas sisi kehidupan seorang
yang hendak diulas dalam penelitian ini
Tuan Guru bukan hanya sisi positif tetapi
karena setiap karya pastinya mengandung
juga sisi negatifnya. Tuan Guru yang
nilai-nilai
kehidupan
selama
pembaca.
Ulasan
ini
merupakan
anutan
semua
yang
mendidik
terhadap
nilai
masyarakat Lombok dalam berprilaku dan
pendidikan tersebut akan menjadi nilai
merupakan hal yang tabu bagi seluruh
tambah penting bagi pembaca.
masyarakat
membicarakan
“kekurangannya”,
berani
dikupas
oleh
KAJIAN TEORI
Salman Faris.
Kajian Sosiologi Sastra
Novel “Tuan Guru” karya Salman
Faris
yang
dominan
sisi
sastra yang bersifat reflektif. Penelitian ini
masyarakat
banyak diminati oleh peneliti yang ingin
Lombok akan peneliti analisis dengan
melihat sastra sebagai cermin kehidupan
menggunakan pendekatan sosiologi sastra
masyarakat.
yang memang selaras dan tepat mengupas
penelitian
tuntas isi novel tersebut. Pada prinsipnya,
kelahiran sastra tidak dalam kekosongan
terdapat tiga perspektif berkaitan dengan
sosial
sosiologi sastra, yaitu: (1) penelitian yang
Jabrohim (2003), pendekatan terhadap
memandang
sebagai
sastra yang mempertimbangkan segi-segi
dalamnya
kemasyarakatan oleh beberapa penulis
merupakan refleksi situasi pada masa
disebut sosiologi sastra. Istilah ini pada
sastra tersebut diciptakan, (2) penelitian
dasarnya tidak berbeda pengertian dengan
kehidupan
dokumen
sosial
mengangkat
Sosiologi sastra adalah cabang penelitian
budaya
karya
sosial
yang
sastra
di
55
Arenanya,
sosiologi
(Endarswara,
asumsi
sastra
2008).
dasar
adalah
Menurut
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 54-68)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
sosiosastra, pendekatan sosiologis, atau
sastra) yang bergerak dari faktor-faktor
pendekatan
sosial yang terdapat di dalam karya sastra
sosio-kultural
terhadap
sastra.
dan
selanjutnya
digunakan
untuk
Kajian sosiologi ini pengertiannya
memahami fenomena sosial yang ada di
mencakup berbagai pendekatan, masing-
luar teks sastra. Jadi, pendekatan ini
masing
dan
melihat dunia sastra atau karya sastra
pandangan teoretis tertentu, tetapi semua
sebagai mayornya dan fenomena sosial
pendekatan itu menunjukkan satu ciri
sebagai minornya.
didasarkan
pada
sikap
kesamaan, yaitu mempunyai perhatian
Lebih
lanjut,
Sangidu
(2004)
terhadap sastra sebagai institusi sosial,
menjelaskan
yang dciptakan oleh sastrawan sebagai
diperlukan untuk menjalankan metode
anggota
masyarakat
dialektik (hubungan timbal balik) antara
Damono
dalam
(Sapardi
Jabrohim,
Djoko
2003).
Hal
bahwa
faktor-faktor
sosial
teknik
yang
yang
terkandung
penting hal penting dalam sosiologi sastra
dalam karya sastra dengan faktor-faktor
adalah
sosial yang terkandung dalam karya sastra
konsep
cermin
(mirror)
(Endraswara, 2008). Dalam kaitan ini,
dengan
sastra dianggap sebagai mimesis (tiruan)
dalam masyarakat.
masyarakat.
Kendati
demikian,
sastra
faktor-faktor
sosial
yang
ada
Berdasarkan uraian di atas, dapat
tetap diakui sebagai sebuah ilusi atau
disimpulkan
khayalan dari kenyataan. Sastra tidak akan
merupakan pendekatan yang menelaah
semata-mata menyodorkan fakta secara
tentang hubungan antara realitas sosial
mentah.
Sastra
kenyataan,
bukan
melainkan
yang
kenyataan
yang
realitas literer yang ada dalam teks sastra
ada
dalam
masyarakat
dengan
tanpa mengenyampingkan cermin situasi
yang
mengungkapkan
lebih
rinci
penulisnya.
bahwa
Menurut Laurenson dan Swingewood
dalam
(dalam Endraswara, 2008), terdapat tiga
penelitian sosiologi sastra terdapat dua
perspektif
corak, yaitu (1) pendekatan sociology of
sastra,
literature (sosiologi sastra) yang bergerak
memandang
dan
dokumen
melihat
sastra
copy
disampaikan oleh Junus (dalam Sangidu,
2004)
sosiologi
sekadar
telah ditafsirkan.
Pendapat
bahwa
faktor
sosial
yang
berkaitan
yaitu:
(1)
dengan
penelitian
karya
sosial
sosiologi
yang
sastra
di
yang
sebagai
dalamnya
menghasilkan karya sastra pada suatu
merupakan refleksi situasi pada masa
masa
ini
sastra tersebut diciptakan, (2) penelitian
melihat faktor sosial sebagai mayornya
yang mengungkap sastra sebagai cermin
dan
situasi
tertentu.
sastra
Jadi,
sebagai
pendekatan
minornya;
(2)
pendekatan literary sociology (sosiologi
sosial
penulisnya,
dan
(3)
penelitian yang menangkap sastra sebagai
56
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 54-68)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
manifestasi peristiwa sejarah dan keadaan
mengarahkan kepada pembaca tentang
sosial budaya.
pekerti yang baik dan budi yang luhur
Edraswara
(2008)
mengemukakan
(Waluyo, 2002).
bahwa secara esensial sosiologi sastra
Abrams (dalam Nurgiyantoro, 1994)
adalah penelitian tentang: (a) studi ilmiah
menyatakan bahwa novel berasal dari
manusia dan masyarakat secara objektif,
bahasa Itali novella (dalam bahasa Jerman:
(b) studi lembaga-lembaga sosial lewat
novelle). Secara harfiah novella berarti
sastra dan sebaliknya, (c) studi proses
sebuah
sosial,
kemudian
yaitu
bagaimana
masyarakat
barang
baru
diartikan
yang
kecil
sebagai
dan
“cerita
bekerja, bagaimana masyarakat mungkin,
pendek dalam bentuk prosa”. Dewasa ini
dan bagaimana mereka melangsungkan
pengertian
hidupnya.
mengandung
Berdasarkan
tersebut
dapat
pendapat-pendapat
disimpulkan
novella
atau
pengertian
novelle
yang
sama
dengan istilah Indonesia novelet (Inggris:
bahwa
novellette)
yang
berarti
sebuah
karya
sasaran penelitian sosiologi sastra adalah
prosa fiksi yang panjangnya cukupan,
aspek sosiologis yang terpantul dalam
tidak terlalu panjang, namun juga tidak
sastra dan proses sosial yang terjadi
terlalu pendek. Karya sastra yang disebut
dalam masyarakat yang tergambar dalam
novellette adalah karya yang lebih pendek
karya sastra.
daripada
novel
tetapi
lebih
panjang
daripada cerpen, katakanlah pertengahan
Novel
dari keduanya.
Berdasarkan sudut pandang seni,
Pengertian
yang
lebih
rinci
Waluyo (2002) menyatakan bahwa novel
disampaikan oleh Sumardjo (1999) yang
adalah lambang kesenian yang baru yang
menyatakan
berdasarkan
pengalaman
kesusastraan merupakan sebuah sistem
pengarangnya. Susunan yang digambarkan
bentuk. Dalam sistem ini terdapat unsur-
novel adalah suatu yang realistis dan
unsur pembentuknya dan fungsi dari
masuk akal. Kehidupan yang dilukiskan
masing-masing
bukan hanya kehebatan dan kelebihan
membentuk sebuah struktur cerita besar
tokoh (untuk tokoh yang dikagumi), tetapi
yang diungkapkan lewat materi bahasa
juga
tadi.
cacat
fakta
dan
dan
kekurangannya.
Lebih
bahwa
unsur.
novel
dalam
Unsur-unsur
ini
lanjut, beliau menyatakan bahwa novel
Novel lebih mudah sekaligus lebih
bukan hanya alat hiburan, tetapi juga
sulit dibaca jika dibandingkan dengan
sebagai bentuk seni yang mempelajari dan
cerpen. Dikatakan lebih mudah karena
melihat segi-segi kehidupan dan nilai baik-
novel
buruk
untuk
(moral)
dalam
kehidupan
dan
57
tidak
dibebani
menyampaikan
tanggung
sesuatu
jawab
dengan
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 54-68)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
cepat atau dengan bentuk padat dan
saling
dikatakan sulit karena novel dituliskan
setiap jalinan peristiwa yang diceritakan.
terikat
dalam
mengungkapkan
dalam skala besar sehingga mengandung
satu kesatuan organisasi yang lebih luas
Nilai Pendidikan
daripada cerpen.
Dalam sebuah karya sastra seperti novel
Stanton (2007) menyatakan bahwa
terdapat
nilai
pendidikan
yang
dapat
fisik novel yang panjang akan mengurangi
dipetik
kepekaan
mengemukakan bahwa dari karya sastra
pembaca
terhadap
bagian-
oleh
pembaca.
Baribin
(1985)
bagian dari alur cerita. Keteledoran ini
dapat
akan menjadi penghalang ketika pembaca
renungan
berusaha memahami struktur perluasan
menyadari nilai-nilai yang lebih halus
tersebut, perlu melangkah mundur waktu
berarti telah dapat mengapresiasi atau
demi waktu. Harus sadar bahwa setiap
menangkap nilai yang terkandung dalam
bab dalam novel mengandung berbagai
karya sastra tersebut.
episode. Episode-episode dan topik-topik
ditemukan
dari
Nilai
buah
pikiran
penulis
dan
atau
sanggup
pendidikan yang dibungkus
tersebut dapat dilebarkan dalam satu bab
dalam
karena suatu alasan tertentu.
peristiwa yang terjalin dalam novel tidak
Lebih
lanjut,
dialog,
atau
peristiwa-
menyatakan
hanya dalam bentuk deskripsi langsung
bahwa pada dasarnya kebanyakan orang
tetapi ada juga melalui tahap analisis
mengira
untuk
pembaca. Ada beberapa nilai pendidikan
memahami dunia novel adalah dengan
yangterdapat dalam sebuah karya sastra,
bertanya kepada pengarangnya (Stanton,
tetapi
2007).
terlebih
bahwa
beliau
kisah,
cara
termudah
Kenyataannya,
pandangan
ini
malah gagal ketika dipraktikkan. Sebagian
sebeblumny
dahulu
akan
apa
dikemukakan
sebenarnya
nilai
pendidikan tersebut.
besar pengarang akan menolak ketika
Lorens
(2002)
mengemukakan
diminta menjelaskan karya mereka secara
pengertian
mendalam, atau mungkin novel tersebut
beberapa segi. (1) Nilai dalam bahasa
justru menjelaskan banyak hal, lebih dari
Inggris value, bahasa latin valere (berguna,
perkiraan pengarang sendiri.
mampu akan, berdaya, berlaku, kuat); (2)
nilai
yang
ditinjau
dari
Berpijak pada pendapat-pendapat di
ditinjau dari segi harkat, nilai adalah
atas, dapat disimpulkan bahwa novel
kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu
adalah
dapat disukai, diinginkan, berguna, atau
cerita
fiksi
yang
permasalahan
yang
kompleks
kehidupan
dan
tersusun
mengangkat
atas
tentang
dapat menjadi objek kepentingan; (3)
unsur
ditinjau
intrinsik dan ekstinsik yang padu dan
dari
segi
keistimewaan,
nilai
adalah apa yang dihargai, dinilai tinggi
atau dihargai sebagai suatu kebaikan; (4)
58
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 54-68)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
ditinjau dari sudut ilmu ekonomi yang
penghargaan atau apresiatif terhadap hal
bergelut dengan kegunaan dan nilai tukar
yang dicermati.
benda-benda material, pertama kali secara
Selanjutnya, pengertian pendidikan
umum menggunakan kata “nilai”.
Senada
(dalam
dengan
Soejono,
menurut Soedomo (2003) adalah bantuan
Lorens,
1996)
Kattsoff
atau tuntunan yang diberikan oleh orang
memberikan
yang bertanggung jawab kepada anak
perincian mengenai pengertian nilai. (1)
didik
Mengandung nilai artinya berguna; (2)
manusia melalui pengajaran dan pelatihan
merupakan nilai, artinya baik atau indah
yang dilakukan. Sementara itu, Dewantoro
atau benar; (3) mempunyai nilai artinya
(dalam Munib, 2006) lebih menyoroti pada
merupakan objek keinginan, mempunyai
aspek yang harus diubah setelah proses
kualitas
pendidikan. Beliau mengemukakan bahwa
yang
mengambil
menyebabkan
sikap
orang
menyetujui
atau
dalam
pendidikan
usaha
mendewasakan
merupakan
upaya
untuk
mempunyai sifat nilai tertentu; dan (4)
memajukan bertumbuhnya budi pekerti
memberi nilai artinya menanggapi sesuatu
(kekuatan
hal yang diinginkan atau sebagai hal yang
(intelek), dan tubuh anak.
menggambarkan nilai tertentu.
Berbeda
dengan
sebelumnya,
pengertian
disampaikan
oleh
Semi
batin,
Pengertian
pengertian
lebih
disampaikan
umum
(1993)
Ahmadi
yang
bahwa
karakter),
yang
oleh
(2001)
lebih
Uhbiyati
yang
pendidikan
pikiran
umum
dan
Abu
mengemukakan
merupakan
suatu
menyatakan bahwa nilai adalah aturan
kegiatan yang secara sadar dan sengaja
yang menentukan sesuatu benda atau
serta
perbuatan lebih tinggi, dikehendaki dari
dilakukan
yang lain. Hal tersebut senada dengan
anak-anak sehinggal timbul interaksi dari
pengertian
keduanya agar anak tersebut mencapai
Daroeso
yang
(1989),
penghargaan
atau
dikemukakan
nilai
adalah
kualitas
oleh
suatu
penuh
oleh
kedewasaan
terhadap
tanggung
orang
yang
jawab
dewasa
yang
kepada
dicita-citakan
dan
berlangsung terus-menerus.
sesuatu atau hal yang dapat menjadi
Berdasarkan beberapa pengertaian
dasar penentu tingkah laku seseorang,
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
karena sesuatu hal itu menyenangkan,
pendidikan merupakan usaha secara sadar
memuaskan,
dan
menguntungkan
atau
merupakan sesuatu sistem keyakinan.
Berdasarkan
penuh
tanggung
jawab
yang
dilakukan untuk memebrikan perubahan
pendapat-pendapat
terhadap seseorang atau peserta didik.
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
Mengacu
pada
nilai merupakan sesuatu yang memiliki
pengertian
nilai
daya guna bagi manusia dan dapat berupa
pendidikan
di
59
uraian
dan
atas,
tentang
pengertian
maka
dapat
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 54-68)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
dinyatakan
bahwa
nilai
pendidikan
atau dari dalam diri pribadi. Peran tokoh
merupakan segala hal yang berguna yang
agama mendominasi pergseran nilai-nilai
diberikan oleh seseorang secara sadar dan
budaya tresebut.
tanggung jawab dalam usaha memberikan
Studi sosial di Pulau Lombok tentang
perubahan terhadap sikap dan tingkah
Tuan Guru menunjukkan bahwa Tuan
laku yang lebih baik.
Guru sebagi pemimpin islam memegang
Adapun nilai-nilai pendidikan yang
peranan penting dalam menentukan dn
secara umum terdapat dalam novel adalah
mencegah pudarnya jati diri dan kultural
nilai pendidikan agama, nilai pendidikan
agama yang dianut dan dipegang oleh
moral,
masyrakat.
nilai
pendidikan
pendidikan
sosial,
budaya,
nilai
nilai
pendidikan
Atmosfir
pengetahuan
ekonomi, nilai pendidikan politik, dan
dengan
nilai pendidikan historis.
menerbitkan
budaya
dianggap
nila-nilai
rasa
maupun
tidak
sejalan
islam
yang
dapat
tidak
aman
serta
mengancam jati diri masyrakat sebagai
Eksistensi Tuan Guru dalam Kehidupan
muslim
Sosial Budaya Masyarakat
masyarakat memelihara hubungan dengan
Buehler (2009) menjelaskan, keberhasilan
Tuan Guru (Budiwanti, 2000).
yang
taat,
menjadi
alasan
demokrasi di Indonesia dipengaruhi oleh
Tuan memiliki makna dasar, orang
pemahaman bahwa nilai-nilai demokrasi
yang dianggap mulia, lebih tinggi dan
bersumber
Dari
patut dihormati. Sebutan “tuan” dalam
penjelsan tersebut dapat digambarkan
masyrakat sasak juga merujuk pada orang
bahwa
yang
yang telah melaksanakan ibadah haji.
muslim,mengaktualisasikan
Sedangkan “guru” adalah sebutan bagi
nilai-nilai ajaran agama dalam konteks
orang yang telah mengajarkan ilmu dan
politik,
peran
pengetahuan. Dua kata ini menyiratkan
dalam
hubungan hierarkial dan dikotomis antara
ajaran
masyarakat
mayoritas
penting
dari
disinalah
para
Islam.
Indonesia
dapat
tokoh
dilihat
agama
mengrahkan pandangan masyrakat. Hal
tuan
ini
(Budiwanti, 2000).
banyak
terjadi
pada
masyrakat
tradisional, terutama yang terjadi pada
dimana
kehidupan
umat
(masyarakat)
predikat
ini
oleh
masyarakat
budaya
Lombok diberikan kepada mereka yang
masyarakat tradisional religius, pemimpin
menguasai dan mengajarkan ilmu dan tata
spiritual memiliki peranan yang lebih
nilai agama. Merujuk pada kata “Tuan”
penting daripada yang lain. Pergeseran
dan “Guru” adalah sebutan kelas sosial
nilai sosial budaya yang terjadi pada
yang berdas pada lapis tertinggi dalam
masyarakat,
struktur
selain
sosial
dan
Tuan Guru adalah assigned status
masyrakat Lombok.
Dalam
guru
perubahan
internal
60
masyrakatnya.
Hal
ini
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 54-68)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
menunjukkan terjadinya pelapisan sosial
penegetahuan mereka dalam mengakses
yang bertumpuk dalam matra stigmatik
doktrin agama secara luas (Bartholomew,
yang
1999).
diciptakan
oleh
sistem
sosial
(Bartholomew, 1999).
Posisi ini merupakan nilai tawar tuan
Karisma kepemimpinan tuan guru
berpusat
pada
diri
individu
guru terhadap masyarakatnya sehingga
yang
segala
bentuk
pendapatnya
menjadi
dikembangkan bersama dan diakui oleh
pegangan masyarakat dalam memahami
masyarakat memiliki kekuatan yang dapat
perubahan, terutama perubahan dalam
mempengaruhi
cara
prilaku
pandangan,
masyarakat.
karismatik
tuan
kepemimpinan
pola
Kepemimpinan
guru
secara
merupakan
literal
(rigid)
doktrin
maupun
agam
liberal
(Budiwanti, 2000). Walau tidak tertutup
kemungkinan adanya beberapa kelompok
membangun masyarakat yang mengalami
kecil di tengah masyarakat Lombok yang
perkembangan
mampu mengakses informasi yang lebih
ke
diterapkan
“memperlakukan”
dalam
program
yang
pikir,
arah
tertentu
perubahan
bidang
sesuai
kondisi
dan
atau
dengan
luas
lingkungan
dan
mampu
mempertimbangkan
perlakuan keliteran maupun keliberalan
masyarakat.
sebuah doktrin dengan bijaksana, namun
Status tuan guru dalam masyarakat
karena
mayoritas
masyarakat
Lombok
pada dasarnya terbentuk melalui suatu
cendrung memandang dan mengagungkan
hierarki status, karena status tuan guru
ketokohan, maka setiap dari mereka dapat
akan berarti dalam masyarakat apabila
diidentifikasi mengikuti setiap pilihan dan
ditinjau dari status yang lebih tinggi atau
langkah yang diambil oleh Tuan Guru,
lebih rendah. Status tuan guru pada
karena walau bagaimanapun legitimasinya
masyarakat terbentuk karena masyarakat
adalah
terdiri dari banyak kelompok di dalamnya,
(Budiwanti, 2000).
dan setiap kelompok mempunyai status
lokomotif
dari
gerak
mereka
Para tuan guru melalui hubungan
dan peran yang dibawanya.
patron-klien, menikmati cukup banyak
Peranan penting tuan guru juga
“privilege
sosial”.
Secara
umum
itu
trekait dengan kedudukan mereka sebagai
termiliki lantaran kapasitas intelektual
elit
keagamaan atau latar belakang sosial
terdidik
pengetahuan
yang
tengah
ekonomi politik mereka (Tahir, 2008).
memberikan
Sistem sosial masyrakat Lombok dewasa
penjelasan dan mengklarifikasi berbagai
ini telah banyak mengalami pergeseran
permaslahan
tengah
dan perubahan diferensiasi fungsional.
masyarakat, karena umumnya masyarakat
Peran-peran mediasi sosial tuan guru
sasak
selama ini mulai banyak diwakili (diambil
masyarakat.
agama
mentransfer
Mereka
yang
menyadari
akan
ada
ke
di
keterbatasan
61
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 54-68)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
alih) oleh beragam mediasi institusional
kata tertulis atau lisan tentang sifat suatu
yang
seiring
individu, keadaan, gejala dari kelompok
dinamika cepat dunia modern. Namun,
tertentu yang dapat diamati (Moleong,
tetap saja dalam derajat tertentu para
2008). Metode deskriptif sendiri dapat
tuan guru masih memiliki privilege sosial.
diartikan sebagai prosedur pemecahan
Sebab
masalah
marak
bermunculan
bagaimanapun,
hingga
saat
ini
dengan
menggambarkan
atau
secara de vacto masyarakat Sasak masih
melukiskan keadaan subjek atau objek
menaruh kepercayaan besar pada mereka.
penelitian
Dengan “hak-hak istimewa” selaku elite
masyarakat, dan sebagainya) pada saat
agama itu, mereka bahkan masih dapat
sekarang berdasarkan fakta-fakta yang
mengambil
“pressure
tampak atau sebagaimana adanya (Hadari
group” dan “rulling class” pada level
Nawawi dalam Siswantoro, 2005).Dalam
tertentu
struktur
hal ini, peneliti akan mendeskripsikan
dibayangkan
secara kualitatif tentang permasalahan-
sosial
peran
dalam
sebagai
keseluruhan
masyarakat.
Dapat
(seseorang,
lembaga,
betapa eksistensi Tuan Guru di tengah
permasalahan
dinamika sosial masyarakat Lombok.
penelitian ini berupa analisis novel “Tuan
Setap
diambil
pilihan
Tuan
dan
Guru
langkah
umumnya
yang
diangkat
dalam
yang
Guru” karya Salman Faris menggunakan
diikuti
pendekatan sosiologi sastra dan nilai-nilai
tanpa reserve oleh masyarakat Lombok,
pendidikan dalam novel tersebut.
apalagi mempertimbangkan lebih jauh
Tujuan
penelitian
yang
bersifat
dimensi di luar keyakinan dan ketaan
kualitatif
mereka. Hal ini kemungkinan beranjak
deskripsi, gambaran, atau lukisan secara
dari hadis populer “ulama sebagai pewaris
sistematis, actual dan akurat mengenai
Nabi” yang melahirkan keyakinan bahwa
fakta-fakta,
sifat-sifat Nabi melekat dalam diri Tuan
antar fenomena yang diselidiki (Nasir,
Guru.
1992).
Namun
kemungkinan
juga
tidak
menutup
sebagai
sebagian
adalah
untuk
sifat-sifat
serta
membuat
hubungan
Penelitian ini merupakan penelitian
masyarakat yang lain dimensi ketaatan ini
deskriptif
lahir
content analysis atau analisis isi. Metode
dari
pemahaman
lingkungan
sosialnya.
kualitatif
dengan
metode
ini digunakan untuk menelaah isi dari
suatu
dokumen.
Dokumen
dalam
METODOLOGI PENELITIAN
penelitian ini adalah novel “Tuan Guru”
Metode penelitian yang digunakan dalam
karya Salman Faris. Adapun hal-hal yang
penelitian ini adalah metode deskriptif
akan dideskripsikan dalam penelitian ini
kualitatif.
adalah
Metode
penelitian
kualitatif
menghasilkan data deskriptif berupa kata-
mengenai
sosial
budaya
yang
digambarkan pengarang, pandangan dunia
62
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 54-68)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
pengarang,
serta
nilai-nilai
pendidikan
sasak
menyadari
keterbatasan
yang terkandung dalam novel tersebut.
penegetahuan mereka dalam mengakses
Teknik pengumpulan data yang digunakan
doktrin agama secara luas (Bartholomew,
dalam
analisis
1999: 6). Masyarakat Lombok umumnya,
tahap
baik yang terdidik maupun tidak terdidik
pembacaan, pencatatan dokumen, hingga
memandang tuan guru melebihi batas
analisis dokumen.
kodratinya
penelitian
dokumen
yang
ini
adalah
dimulai
dari
Sebagian
sebagai
besar
manusia
masyarakat
normal.
Lombok,
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
khususnya Lombok Timur berdasarkan
1.
Pandangan Dunia Pengarang terhadap
kacamata
Eksistensi Tuan Guru dalam Novel
bahwa tuan guru merupakan sosok yang
Tuan Guru
mampu memberikan garansi masuk surga.
Salman
Faris
menganggap
Pandangan Salman Faris mengenai
Menurut masyarakat Lombok, doa yang
eksistensi tuan guru dalam masyarakat
dipanjatkan tuan guru lebih cepat diijabah
Lombok yang dituangkan dalam novel
oleh Allah dibandingkan manusia lainnya.
Tuan
Masyarakat tidak memandang ada cela
Guru
menyingkap
sesungguhnya
tuan
guru
bahwa
merupakan
sedikitpun dari sosok tuan guru.
manusia biasa yang tidak berbeda dengan
Tuan guru merupakan kelas sosial
masyarakat umumnya. Perbedaan terletak
yang berada pada lapis tertinggi dalam
pada ilmu agama dan secara aplikatif tuan
struktur masyrakat. Peranan penting tuan
guru
guru
belum
tentu
bisa
mengamalkan
juga
ilmunya secara total. Ia juga tidak luput
mereka
dari
mentransfer
kesalahan
atau
lebih
halusnya
terkait
sebagai
elit
tengah masyarakat.
Tuan
2.
tidak
boleh
dikeramatkan
apalagi disamakan derajatnya dengan nabi
kedudukan
terdidik
pengetahuan
kekhilafan seperti masyarakat lainnya.
guru
dengan
yang
agama
ke
Latar Belakang Sosial-Budaya dalam
Novel Tuan Guru
yang merupakan manusia pilihan Allah
a.
yang mulia.
Adat dan Kepercayaan
Adat dan kepercayaan masyarakat
Peranan penting tuan guru juga
Lombok yang tertuang dalam novel Tuan
terkait dengan kedudukan mereka sebagai
Guru
elit
jodoh, kepercayaan dalam mencari rejeki,
terdidik
pengetahuan
masyarakat.
yang
agama
Mereka
akan
mentransfer
ke
tengah
berkaitan
kepercayaan
memberikan
dengan
yang
adat
bersifat
mencari
kerohanian,
kepercayaan dalam dalam prosesi ijab-
penjelasan dan mengklarifikasi berbagai
kabul,
permaslahan
sosok tuan guru yang berisi ritual-ritual
yang
ada
di
tengah
masyarakat, karena umumnya masyarakat
khusus.
63
terutama
kepercayaan
terhadap
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 54-68)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
b.
Pekerjaan
minoritas yang memeluk agama selain
Pekerjaan
yang
tumbuh
dan
Islam yang terrefleksi melalui kehidupan
berkembang dalam masyarakat Lombok
para keturunan Etnis Cina.
yang dikisahkan dalam novel Tuan Guru
e.
sebagian
besar
pekerjaan
merupakan
yang
bersifat
Tempat Tinggal
pekerjaan-
Tempat
tinggal
yang
dijadkan
tradisional
sebagai latar tempat dalam novel Tuan
meskipun ada juga yang yang telah elit.
Guru digolongkan menjadi dua yakni
Pekerjaan
berdasarkan geografis atau kewilayahan
yang
banyak
digeluti
masyarakat adalah petani, pedagang, ojek,
dan
kusir, dukun beranak, pejabat, dan guru
Lombok yang banyak diangkat adalah
ngaji atau imam masjid.
Lombok Timur, yakni Kembang Sandat,
c.
Pantai
Pendidikan
berdasarkan
bangunan.
Manange
Baris,
Wilayah
Pelabuhan
Setting pengkisahan yang diangkat
Kayangan, Desa Plambek, serta di luar
dalam novel Tuan Guru mempengaruhi
Pulau Lombok yakni Sumbawa. Tempat
jenis
yang
tinggal berupa bangunan, terdiri atas
Masyarakat umumnya,
rumah tokoh aku, rumah tuan guru,
dan
jenjang
dideskripsikan.
khususnya
pendidikan
jamaah
tuan
guru
pondok pesantren, asrama, serta masjid
menyekolahkan anaknya pada sekolah-
kampung.
sekolah yang bernuansa agama karena
f.
Bahasa
menjurus pada satu cita-cita yakni tuan
Penggunaan bahasa yang digunakan
guru. Pendidikan yang ditempuh adalah
dalam menceritakan setiap kisah dan
Madrasah
memasuki
peristiwa dalam novel Tuan Guru selain
pondo pesantren. Tetapi ada juga jenjang
bahasa utama bahasa Indonesia, Salman
pendidikan
memasuki
Faris juga menyelipkan bahasa daerah
perguruan tinggi baik lokal maupun luar
yakni bahasa Sasak atau Lombok dan
negeri
beberapa kosakata Arab pengaruh latar
Aliyyah,
tinggi
yang
hingga
seperti
dideskripsikan
melalui
kehidupan anak tuan guru.
pondok pesantren yang diangkat.
d.
g.
Agama
Masyarakat
yang
diangkat
Suku
dalam
Suku
yang
dideskripsikan
dalam
novel Tuan Guru mayoritas merupakan
novel Tuan Guru adalah Suku Sasak yang
pemeluk agama Islam. Hal ini dibuktikan
merupakan suku asli Pulau Lombok dan
dari
latar
disekripsikan
semua
suku pendatang atau disebut etnis Cina.
seperti
pondok
Etnis Cina yang merupakan orang-orang
pesantren, masjid, madrasah. Serta pelaku
keturunan yang mendiami Pulau Lombok
yang ada di dalamnya merupakan jamaah,
sejak
tuan guru. Tetapi ada juga masyarakat
pertama kali ke Lombok untuk berdagang
bernuansa
yang
Islam,
64
kedatangan
nenek
moyangnya
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 54-68)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
dan
juga
berperan
memperkenalkan
kedunya,
ada
ajaran
juga
Islam.
etnis
dalam
disuguhkan
dalam
Selain
mencakup
pendidikan
yang
hubungan
Bali
novel
Tuan
Guru
moral
kemanusiaan,
dalam
kehidupan
merupakan pendatang dan juga beberapa
beragama, dan kehidupan dengan alam.
keturunan orang-orang yang dulu pernah
Kebohongan
datang untuk menjajah di Pulau Lombok.
menjamur bukan hanya bohong terhadap
3.
orang lain tetapi juga bohong terhadap
Nilai-Nilai Pendidikan dalam Novel
di
lingkungan
santri
Tuan Guru
diri
a.
pekerti sebagai prisai adalah beberapa
Nilai Pendidikan Sosial
Kelas
dalam
sosial
novel
yang
digambarkan
Tuan
Guru
sendiri,
nilai
masih
kejujuran,
moral
yang
amanah,
berkaitan
budi
dengan
kemanusiaan. Dalam kaitannya dengan
menempatkan tuan guru berserta seluruh
beragama,
keluarganya di posisi teratas. Tuan guru
pendidikan
dengan karisma dan kebesaran gelarnya
mereka diajarkan untuk mengaji atau
membuat
sangat
memperdalam ilmu agama hanya untuk
menghormati dan menyayanginya. Nilai
mengejar tahta sosial. Kehidupan yang
sosial
baik
masyarakat
yang
menyiratkan
digambarkan
tentang
banyak
kesetiakawanan,
santri
moral
selain
adalah
penghormatan seorang istri kepada suami,
sekitar.
kepatuhan seorang anak kepada orang
c.
mendapatkan
yang
bermanfaat
bermanfaat
kurang
bagi
bagi
baik,
sesama
lingkungan
Nilai Pendidikan Budaya
tua, kehidupan bertetangga yang luhur,
Budaya mengacu pada persoalan-
serta menghormati orang yang lebih tua.
persoalan yang dipelajari manusia, bukan
Hal negatif yang bisa dijadikan contoh
hal-hal yang mereka kerjakan serta benda-
untuk
kepala
benda yang telah dihasilkan (Sutiyono,
mampu
2010). Nilai pendidikan budaya khususnya
menjalankan perannya untuk mengayomi,
kebudayaan Lombok yang diungkapkan
melindungi, dan menyayangi keluarga;
dalam novel Tuan Guru yakni tentang
kasih sayang seorang ibu yang sangat jauh
kebudayaan begibung; makan bersama
dari kata layak kepada anak-anaknya.
dalam satu wadah. Hal ini memupuk rasa
b.
persaudaraan
tidak
rumah
dilakukan
tangga
yang
adalah
tidak
Nilai Pendidikan Moral
sosial
Moral merupakan laku perbuatan
di
serta
antara
meniadakan
sesama
kelas
anggota
manusia dipandang dari nilai-nilai baik
masyarakat. Dalam merumuskan aturan-
dan
dan
aturan yang berlaku di perkampungan
dimana
yang sifatnya tidak tertulis, kebudayaan
individu berada (Burhan Nurgiyantoro,
masyarakat Lombok mengajarkan untuk
2002).
memberikan mandate kepadsa sesepuh
buruk,
berdasarkan
Nilai
benar
adat
dan
salah,
kebiasaan
pendidikan
moral
yang
65
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 54-68)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
kampung atau desa yang dianggap punya
bahwa dalam berdagang banyak aspek
pengaruh dan telah mengetahui seluk
yang harus diperhatikan baik berkaitan
beluk
dengan
kampung
menyusun
sehingga
aturan
masyarakat.
yang
Budaya
mampu
terbaik
yang
bagi
barang
dagangan
maupun
pedagangnya sendiri. Seorang pedagang
berkaitan
harus
membangun
relasi
yang
baik
dengan kesenian juga diungkapkan dalam
dengan banyak pihak sehingga mampu
novel tersebut berupa kesenian jangger,
menyediakan
rudat, dan presean.
memberikan
d.
Nilai Pendidikan Agama
mahal atau tidak mengeruk keuntungan
Keyakinan jamaah yang berlebihan
yang berlebih apalagi di pasar lokal, serta
terhadap tuan guru menyiratkan bahwa
seorang pedagang harus mengutamakan
hal tersebut berdampak pada kesyirikan
kejujuran.
yang harus dijauhi karena keyakinan yang
f.
barang
harga
yang
yang
tidak
variatif,
terlalu
Nilai Pendidikan Politik
berlebihan terhadap sosok selain Tuhan
Nama besar tuan guru di tengah
adalah dosa terbesar. Selain itu, dalam
masyarakat Lombok dimaanfaatkan oleh
novel
nilai
tuan guru untuk mendongkrak sanak
pendidikan agama bahwa membaca al-
keluarganya yang akan dijadikan penerus
Quran dapat membangun karisma dalam
dalam meneruskan tahta ketuanguruan di
diri
shalat
tanah Lombok. Selain itu, tuan guru juga
tidak
akan
melakukan apa yang disebut ‘pernikahan
luar
batas
politik’,
manusia, serta Tuhan akan selalu bersama
sesama
orang-orang yang bersabar.
mempertahankan jamaah dan menambah
e.
jamaah, atau menikahkan anaknya dengan
Tuan
Guru
seseorang,
berjamaah,
dan
memberikan
menanamkan
keutamaan
Tuhan
cobaan
di
Nilai Pedidikan Ekonomi
menikahkan
anak
tuan
anaknya
dengan
guru
untuk
Pendidikan ekonomi yang diangkat
anak pejabat pemerintahan untuk mencuri
dalam novel Tuan Guru adalah bidang
suara rakyat dalam pemilihan pejabat
perdagangan.
dikatakan,
politik. Melalui media foto baik yang yang
faktor
dipajang maupaun yang dicetak dalam
penggerak sektor rill, tidak saja pada
kalender pejabat politik menggaet tuan
zaman Islam awal, tetapi juga sampai
guru
pada masa-masa sekarang (Jusmaliani,
perhatian masyarakat dalam memilih.
2008). Kecakapan pedagang keturunan
g.
peradagangan
Cina
daripada
Bisa
merupakan
pedagang
sebagai
tokoh
untuk
menarik
Nilai Pendidikan Historis
pribumi
Sejarah Lombok dalam novel Tuan
memberikan nilai khusus dalam bidang
Guru menyiratkan bahwa Lombok pernah
ekonomi khususnya dalam hal jual-beli.
menjadi
Pedagang keturunan Cina mengajarkan
Deramaga
66
lokasi
perdagangan
Tanjung
dunia.
Karang-Ampenan
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 54-68)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
menjadi
pusat
berlabuhnya
pedagang-
pendidikan budaya, nilai pendidikan
pedagang Eropa, Cina, dan Singapura.
agama, nilai pendidikan ekonomi, nilai
Sejarah kelam juga pernah tergores di
pendidikan
Pulau Lombok, yakni menjadi jajahan raja
pendidikan historis.
politik,
dan
nilai
Pulau Bali. Selain sejarah-sejarah besar
tersebut,
legenda
munculnya
nyale
Saran
terselip sebagai nilai luhur sejarah Pulau
Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini bisa
Lombok,
dijadikan
tentang
pengorbanan
Putri
bahan
referensi
untuk
Mandalika demi kedamaian kerajaan dan
melakukan penelitian sejenis lainnya atau
masyarakat.
mengkaji lebih mendalam tentang satu
sisi menarik dalam novel yang dikaji ini.
SIMPULAN DAN SARAN
Pembaca bisa memetik nilai-nilai
Simpulan
luhur yang terkadung dalam novel sebagai
Berdasarkan ulasan pada hasil penelitian
bahan
dan pembahasan dalam penelitian ini,
nilai-nilai pendidikan dan pelajaran yang
dapat disimpulkan beberapa hal berikut.
bisa dikaji untuk menambah pemahaman
1. Pandangan dunia pengarang terhadap
dan
pembelajaran
pengetahuan
tentang
Banyak
kehidupan
eksistensi tuan guru dalam novel Tuan
peradaban
Guru
memiliki sisi “unik” dan tidak ditemukan
karya
Salman
Faris
adalah
pada daerah lainnya.
Masyarakat Lombok umumnya, baik
yang terdidik maupun tidak terdidik
memandang tuan guru melebihi batas
kodratinya sebagai manusia normal.
Tuan guru merupakan kelas sosial yang
berada
pada
lapis
tertinggi
dalam
struktur masyrakat.
2. Latar
belakang
sosial
budaya
masyarakat yang terdapat dalam novel
Tuan Guru adalah berkaitan dengan
adat dan kepercayaan, agama, bahasa,
suku,
pekerjaan,
pendidikan,
dan
tempat tinggal.
3. Nilai-nilai pendidikan yang ditemukan
dalam novel Tuan Guru karya Salman
Faris adalah nilai pendidikan sosial,
nilai
pendidikan
moral,
suatu
bersama.
nilai
67
masyarakat
yang
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 54-68)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Baribin, Raminah. 1985. Teori dan Apresiasi Prosa Fiksi. Semarang: IKIP Semarang Press.
Bartholomew, John. R. 1999. Alif Lam Mim: Kearifan Masyarakat Sasak. Yogyakarta:
Tiara Wacana.
Budiwanti, Erni. 2000. Islam sasak Wetu Telu versus Wetu lima. Yogyakarta: LKIS.
Buehler, Michael. 2009. “Islam and democracy in Indonesia”. Journal Insight Turkey. Vol.
11. No. 4, pp. 51-56.
Endraswara, Suwardi. 2008. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: MedPress.
Hadi, Soedomo. 2003. Pendidikan Suatu Pengantar. Surakarta: UNS Press.
Jabrohim. 2003. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Hanindita Graha Widya.
Jusmaliani. 2008. Bisnis Berbasis Syariah. Jakarta: Bumi Aksara.
Lorens, Bagus. 2002. Kamus Filsafat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Moleong, Lexy. 2008. Metodologi Penenlitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya
Nasir, M.. 1992. Metodologi Penenlitian. Jakarta: Usaha Nasional.
Nurgiyantoro, Burhan. 2002. Teori Pengkajian Fiksi. Yoyakarta: Gajah Mada University
Press.
Sangidu. 2004. Penenlitian Sastra: Pendekatan, Teori, Metode, Teknik, dan Kiat.
Yogyakarta: Unit Penerbitan Sastra Asia Barat.
Semi, Atar. 1993. Anatomi Sastra. Padang: FBSS IKIP Padang.
Siswantoro. 2005. Metode Penelitian
Muhammadiyah University Press.
Sastra:
Analisis
Psikologis.
Surakarta:
Soekanto, Soedjono. 1996. Perkembangan Sosiologi. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Stanton, Robert. 2007. Teori Fiksi. Terjemahan oleh Sugihastutik dan Rossi Abi AlIrsyad.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sumardjo, Jacob. 1999. Konteks Sosial Novel Indonesia 1920-1977. Bandung.
Sutiyono. 2010. Benturan Budaya Islam: Puritan dan Sinkretis. Jakarta: Kompas.
Tahir, Masnun. 2008. “Tuan Guru dan Dinamika Hukum Islam di Pulau Lombok”. Jurnal
Asy-Syir’ah, Vol. 42, No. 1 (2008).
Uhbaiti, Nur dan Abu Ahmadi. 2001. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
.
68
Download