2 biji diketahui mampu merangsang pembentukan trombosit. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat di dalam dunia kesehatan berupa data ilmiah, khususnya untuk penanganan kasus demam berdarah dan menjadi langkah awal di dalam formulasi bahan-bahan alam sebagai obat. TINJAUAN PUSTAKA Angkak Angkak adalah produk yang dihasilkan dari fermentasi beras oleh Monascus purpureus. Angkak telah dikonsumsi di Asia dan Indonesia sebagai bahan makanan dan bahan tambahan pangan. Angkak pertama kali berasal dari negara Cina. Pembuatan angkak pertama kali pada masa Dinasti Tang pada tahun 800 M. Produksi angkak yang lengkap dan rinci ditemukan pada farmakopedia Cina kuno, Ben Coo Gang Mu dan Shi Bu Yi telah mempublikasikan angkak sebelum Dinasti Ming (1364-1644 M). Angkak digunakan untuk mewarnai dan memberikan aroma pada makanan berabad-abad yang lalu (John & Stuart 1991; Chen and John 1993). Bentuk angkak berupa padatan yang dapat dilihat pada Gambar 1. Fermentasi dilakukan oleh kapang Monascus purpureus dengan merubah substrat pati menjadi beberapa hasil metabolit seperti alkohol, zat antibiotik, enzim, asam lemak, keton, asam organik, pigmen dan vitamin (Pattanagul et al. 2007). Spesies M. purpureus tidak banyak ditemukan di alam, sebagian besar ditemukan pada produk makanan. Mikrob ini menghasilkan warna yang khas. Komponen utama dari pigmen yang dihasilkan oleh M. purpureus adalah rubropuntamin (merah), monaskorubrin (jingga), rubropunktamin (merah), monaskin dan ankaflavin (kuning) (Pattanagul et al. 2007). Gambar 1 Angkak dalam bentuk padatan Senyawa aktif pembentuk angkak merah adalah monakolin K atau lovastatin, dihidromonakolin, dan monakolin I hingga IV. Angkak juga mengandung beberapa asam lemak tak jenuh seperti asam oleat, asam linoleat, asam linolenat, serta vitamin Bkomplek seperti niasin. Angkak juga mengandung komponen sterol seperti betasitosterol, campesterol, stigmasterol, sapogenin, dan isoflavon. Mineral yang terdapat dalam angkak antara lain, selenium, seng, dan magnesium (Tisnadjaja 2006). Angkak mampu meningkatkan jumlah trombosit tikus putih Sprague Dawley hingga 152.20% terhadap kontrol negatif, yang melebihi jumlah maksimal trombosit normal yaitu 500,000/µL darah (Rombe 2005). Senyawa lovastatin dan Vitamin B12 yang merupakan produk metabolit sekunder yang diduga merupakan senyawa bioaktif peningkat jumlah trombosit yang terdapat di dalam angkak. Vitamin B12 dapat mempengaruhi produksi trombosit yang dihasilkan di dalam sumsum tulang belakang. Di dalam darah normal, akrifitas trombosit dipengaruhi pula oleh kandungan vitamin B12. Trombosit merupakan salah satu sel tubuh yang rentan mengalami kelainan metabolisme apabila terjadi kekurangan vitamin B12 di dalam tubuh (Levin 1973) Jambu Biji Merah (Psidium guajava L.) Jambu biji (Psidium guajava Linn.) merupakan Famili Myrtaceae, Genus Psidium, Spesies P guajava, yang berasal dari wilayah tropis Amerika Selatan dan tumbuh dengan liar di Bangladesh, India, Thailand, Brazil, Florida, California dan juga beberapa negara lainnya (Mittal et al. 2010). Buah jambu biji (Gambar 2) memiliki kandungan antioksidan yang tinggi dan memiliki kandungan asam askorbat sebesar 174.2 sampai 396.7 mg/100 g buah segar (Thaipong et al. 2006). Pada 100 gram buah jambu biji mengandung 260 mg vitamin C, yang memiliki kandungan lebih tinggi 2-5 kali lipat dibandingkan jeruk. Buah jambu biji di Brazil dan Fiji biasa digunakan untuk mengobati penyakit anoreksia, kolera, diare, masalah pencernaan, disentri, konstipasi, inflamasi membran mukosa, laryngitis, dan masalah kulit (Gutiérrez et al. 2008). Buah jambu biji kaya akan serat yang berhubungan dengan komponen antioksidan alami. Buah jambu biji dapat dijadikan obat alternatif karena mengandung beberapa zat yang berfungsi sebagai penghambat penyakit, salah satunya 3 Tabel 1 Uji fitokimia ekstrak etanol daun Psidium guajava (guava) Komponen yang Diuji Karbohidrat Gula pereduksi Lipid Alkaloid Steroid Tanin/Polifenol Antraquinon Terpenoid Flavanoid Saponin Gambar 2 Buah jambu biji merah adalah jenis flavanoid kuersetin. Kuersetin berkhasiat untuk mengobati kerapuhan pembuluh kapiler manusia (Harborne 1987). Flavanoid kuersetin dan vitamin C pada buah jambu biji dapat menguatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi. Ekstrak air daun jambu biji telah diketahui sangat efektif di dalam melawan beberapa jenis mikroba dan anti-rotavirus (Goncalves et al. 2005). Beberapa studi farmakologi telah menunjukkan kemampuan tanaman ini sebagai antioksidan, hepatoprotektor, antialergi, antigenotoksik, antiplasmodial, sitotoksik, antispasmodik, antiinflamasi, dan antidiabetes (Gutiérrez et al. 2008). Daun jambu biji (Gambar 3) telah diketahui mengandung beberapa komponen seperti flavanoid, tanin, dan terpenoid (Tabel 1). Penelitian fitokimia terhadap daun jambu biji menunjukkan bahwa lebih dari 20 zat kimia dapat diisolasi (Matsuo et al. 1993). Ekstrak air daun jambu biji dapat bekerja menurunkan pengaruh radioaktivitas di dalam sel darah. Beberapa komponen seperti flavanoid yang terdapat di dalam ekstrak jambu dalam darah akan berikatan dengan protein plasma (Podhajcer et al. 1980). Hasil + + + + ++ + +++ + - = tidak mengandung; + = rendah; sedang; +++ = tinggi Sumber: Yusha’u et al. (2010) ++ = Pemberian peroral ekstrak daun jambu biji dapat membantu dalam pengobatan infeksi virus, baik yang berinti RNA, seperti hepatitis A, hepatitis C, HIV, maupun yang berinti DNA seperti hepatitis B, dengue, dan influenza. Fenolik yang terkandung di dalam daun jambu biji telah diketahui dapat bekerja sebagai antioksidan dan mampu menghambat reaksi peroksidasi di dalam sistem tubuh (Qian & Nihorimbere 2004). Tabel 1 memperlihatkan kandungan fitokimia ekstrak etanol daun jambu biji. Ekstrak daun jambu biji memiliki khasiat dapat menghambat aktivitas enzim reverse transcriptase yang diuji dari virus Moloney mencit dengan indikator pengamatan radioisotop 3H dTTP (Suthienkul et al. 1993). Kakiuchi et al. (1985) menerangkan bahwa tanin dari ekstrak daun jambu biji dapat menghambat aktivitas enzim reverse transcriptase dari virus tumor RNA. Manfaat lainnya yaitu dapat menghambat aktivitas enzim DNA-polymerase walaupun aktivitasnya lebih rendah, karena DNA dianggap lebih stabil dibanding dengan RNA. Kuinin Kuinin merupakan obat yang digunakan untuk mengobati penyakit malaria dan kram otot. Kuinin diabsorpsi dengan cepat setelah penggunaan oral. Ekskresi sebagian besar metabolitnya melalui ginjal. Efek samping yang terjadi disamping gangguan saluran pencernaan ialah reaksi neurotoksik (Ernst 1991). Reaksi alergi terhadap kuinin dapat menyebabkan trombositopenia, neutropenia, anemia, diseminasi koagulasi intervaskuler, gagal ginjal, dan keracunan pada hati (Howard et al 2003). Dosis terbesar yang dapat mempengaruhi sensitivitas atau mengakibatkan gejala yang serius yaitu Gambar 3 Daun jambu biji 4 Gambar 4 Struktur kimia kuinin. terkandung dalam sediaan yang berupa tablet kuinin sekitar 250 mg. Dosis yang sangat rendah yaitu 15 mg belum dapat mengakibatkan gejala yang berarti (Aster 1993). Obat antikanker dan asam valporat merupakan jenis obat lain yang dapat menginduksi trombositopenia. Struktur kimia kuinin ditunjukkan pada Gambar 4. Trombositopenia adalah berkurangnya jumlah trombosit dalam sirkulasi pembuluh darah. Kondisi ini sebagai petunjuk gagalnya mekanisme hemostasis yang diikuti dengan timbulnya perdarahan (Murphy et al. 1999). Trombositopenia dapat terjadi akibat kegagalan produksi, peningkatan destruksi atau pemakaian, gangguan distribusi, dan akibat dilusi. Trombositopenia yang diinduksi obat dapat menyebabkan hambatan pada proliferasi megakariosit, produksi trombosit, penghancuran trombosit di sirkulasi darah. Penghancuran trombosit terjadi karena adanya reaksi imun yang menyebabkan antibodi berikatan dengan trombosit oleh pengaruh obat tertentu kemudian trombosit tersebut akan dibersihkan oleh sistem retikuloendotelial (Aster 1993). Trombositopenia merupakan salah satu kriteria laboratorium non spesifik untuk diagnosis demam berdarah dengue (DBD) yang ditetapkan oleh WHO (WHO 1997). Hematologi Hematologi adalah ilmu yang mempelajari mengenai darah dan gangguannya. Leukimia, lymphoma, dan anemia sel bulan sabit adalah beberapa contoh kondisi yang dapat ditangani oleh hematologis. Hematologi secara umum dibagi menjadi 3 bagian kecil menurut jenis dan grup sel darah yang dipelajari, yaitu sel darah merah, sel darah putih, dan plasma darah (Dacie 2006). Uji hematologi terbagi ke dalam beberapa parameter sesuai dengan tujuan penyakit yang akan diidentifikasi. Uji-uji tersebut yaitu complete blood count (CBC) dilakukan untuk mendeteksi anemia, kanker darah, dan infeksi. Platelete count dilakukan untuk diagnosa dan memonitor pendarahan dan kelainan pembekuan darah. Prothrombin time (PT) digunakan untuk mengetahui pendarahan, kelainan pembekuan darah, serta terapi antikoagulasi. Jenis-jenis uji yang dilakukan pada CBC adalah hitung jumlah sel darah putih (white blood count), hitung jumlah sel darah merah (red blood count), hitung keping darah, volume hematokrit sel darah merah (Hematocrit red blood cell volume), konsentrasi hemoglobin (Hb), dan hitung darah diferensial (UMMC 2007). Trombosit adalah fragmen atau kepingankepingan tidak berinti dari sitoplasma megakariosit yang berukuran 1- 4 mikron dan beredar dalam sirkulasi darah selama 10 hari. Trombosit memiliki peran dalam sistem hemostasis, suatu mekanisme faali tubuh untuk melindungi diri terhadap kemungkinan perdarahan atau kehilangan darah. Fungsi utama trombosit adalah melindungi pembuluh darah terhadap kerusakan endotel akibat trauma-trauma kecil yang terjadi sehari-hari dan mengawali penyembuhan luka pada dinding pembuluh darah. Mereka membentuk sumbatan dengan jalan adhesi (perlekatan trombosit pada jaringan sub-endotel pada pembuluh darah yang luka) dan agregasi (perlekatan antar sel trombosit). Jumlah trombosit normal adalah 150,000 – 450.000/mm3 darah. Dikatakan trombositopenia ringan apabila jumlah trombosit antara 100,000 – 150,000/mm3 darah. Apabila jumlah trombosit kurang dari 60.000/mm3 darah maka akan cenderung terjadi perdarahan. Jika terjadi perdarahan spontan kemungkinan fungsi trombosit terganggu atau ada gangguan pembekuan darah dan bila jumlahnya kurang dari 10.000/mm3 perdarahan akan lebih berat. Penurunan jumlah trombosit lebih memerlukan perhatian daripada kenaikannya (trombositosis) karena adanya resiko perdarahan. Jumlah trombosit pada tikus putih normal sebesar 150- 460 x 103/mm3 (Smith & Mangkoewidjojo 1988). Hematokrit (Ht) adalah nilai perbandingan antara jumlah darah dalam bentuk padat (selsel darah) dan bentuk cair (plasma darah) (Ganong 2001). Apabila terjadi perembesan cairan darah keluar pembuluh darah, sementara bagian padatnya tetap dalam pembuluh darah, akan terjadi peningkatan kadar hematokrit. Berkurangnya cairan