HUBUNGAN PRESENTASI BOKONG DAN BAYI BESAR DENGAN

advertisement
HUBUNGAN PRESENTASI BOKONG DAN BAYI BESAR
DENGAN EPISIOTOMI DI KLINIK ELVINA
TANJUNG SARI MEDAN
KARYA TULIS ILMIAH
Oleh
ARLINDA WATI
11.004
AKADEMI KEBIDANAN AUDI HUSADA
MEDAN
2014
HUBUNGAN PRESENTASI BOKONG DAN BAYI BESAR
DENGAN EPISIOTOMI DI KLINIK ELVINA
TANJUNG SARI MEDAN
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagi Salah Satu Syarat
Untuk Mendapatkan Gelar Ahli Madya Kebidanan (AM.Keb)
Pada Akademi Kebidan Audi Husada Medan
Oleh
ARLINDA WATI
11.004
AKADEMI KEBIDANAN AUDI HUSADA
MEDAN
2014
HALAMAN PERSETUJUAN PENELITIAN
Karya Tulis Ilmiah dengan Judul :
HUBUNGAN PRESENTASI BOKONG DAN BAYI BESAR
DENGAN EPISIOTOMI DI KLINIK ELVINA
TANJUNG SARI MEDAN
Telah Dipersiapkan dan Dipertahankan Oleh :
ARLINDA WATI
11.004
Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah
pada Tanggal 31 Mei 2014 dan Dinyatakan
Telah Memenuhi Syrat Untuk Diterima
Pembimbing
(Evi Mariani Hasugian, SST)
Penguji I
penguji II
(Romauli Devinarti Panjaitan, SST)
(Dessy Meilani Hutasoit, SST)
Medan, 31 Mei 2014
Akademi Kebidana Audi Husada Medan
Direktris
(Faija Sihombing, SKM, M.Kes)
PERNYATAAN
HUBUNGAN PRESENTASI BOKONG DAN BAYI BESAR
DENGAN EPISIOTOMI DI KLINIK ELVINA
TANJUNG SARI MEDAN
KARYA TULIS ILMIAH
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam karya tulis ilmiah ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar D III di suatu Akademi, dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan
disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, 31 Mei 2014
ARLINDA WATI
11.004
Telah diuji
Pada Tanggal : 31 Mei 2014
PANITIA PENGUJI KARYA TULIS ILMIAH
Ketua
Anggota
: Evi Mariani Hasugian, SST
: 1. Romauli Devinarti Panjaitan, SST
: 2. Dessy Meilani Hutasoit, SST
Judul Karya Tulis Ilmiah
: HUBUNGAN PRESENTASI BOKONG DAN
BAYI BESAR DENGAN EPISIOTOMI DI
KLINIK ELVINA TANJUNG SARI MEDAN
: Arlinda Wati
: 11.004
: D III Kebidanan
Nama Mahasiswa
Nomor Induk Mahasiswa
Program Studi
Menyetujui
Komisi Pembimbing
(Evi Mariani Hasugian, SST)
Direktris
(Faija Sihombing, SKM. M.Kes)
Tanggal Lulus : 31 Mei 2014
ABSTRAK
Episiotomi dilakukan untuk memperluas jalan lahir bayi dengan menghindari
robekan yang spontan dan tidak teratur. Pada persalinan letak bokong tidak
sepenuhnya membuka perenium untuk memungkinkan lewatnya kepala dengan
mudah oleh sebab itu memerlukan episiotomi untuk memperluas jalan lahir kepala
bayi dengan kejadian 20-30% total kelahiran. Dan bayi besar dengan berat badan di
atas 4 kg tidak memungkinkan untuk membuka perenium karena bayi yang terlalu
besar untuk lahir spontan dengan kejadian 8-10% total kelahiran.
Penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan jumlah populasi 30
ibu bersalin dengan sampel seluruh populasi yaitu sebanyak 30 orang, diambil dengan
teknik total sampling. Dianalisis dengan regresi berganda pada α = 5%.
Hasil penelitian ini terlihat bahwa secara statistik terdapat hubungan antara
presentasi bokong dengan episiotomi sebanyak 53,3% dan bayi besar dengan
episiotomi sebanyak 56,7% di Klinik ElvinaTanjung Sari Medan Tahun 2014.
Diharapkan kepada tenaga kesehatan untuk tidak melakukan episiotomi secara
rutin karena dapat menimbulkan efek yang fatal dan kepada ibu bersalin yang
mengalami episiotomi untuk merawat luka jahitan dan selalu memeriksakan
keadaannya apabila ada keluhan agar dapat mencegah terjadinya infeksi pada tempat
jahitan.
Kata Kunci : Presentasi Bokong, Bayi Besar dan Episiotomi
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan
rahmat-Nyalah penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang
berjudul “Hubungan Presentasi Bokong dan Bayi Besar dengan Episiotomi di
Klinik Elvina Tanjung Sari Medan Tahun 2014”. Karya ilmiah ini disusun untuk
memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Akademi Kebidanan
Audi Husada Medan.
Dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mengalami
kesulitan berkat bantuan dan bimbingan yang berharga dari berbagai pihak akhirnya
penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis ini. Untuk itu perkenankan penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Bapak Tulus Panjaitan, S.Sos selaku ketua yayasan Akademi Kebidanan Audi
Husada Medan.
2.
Ibu Faija Sihombing, SKM, M.Kes selaku direktris Akademi kebidanan Audi
Husada Medan.
3.
Evi Mariani Hasugian, SST, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah sampai
dengan selesai.
4.
Ibu Romauli Devinarti Panjaitan, SST sebagai penguji I saya dalam pembuatan
Karya Tulis Ilmiah yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan serta
memberikan masukan-masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah sampai dengan selesai.
5.
Ibu Dessy Meilani Hutasoit, SST sebagai penguji II saya dalam pembuatan
Karya Tulis Ilmiah yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan serta
memberikan masukan-masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmih sampai dengan selesai.
6.
Seluruh Staf Dosen dan Pegawai Akademi Kebidanan Audi Husada Medan yang
telah banyak memberikan ilmu dan masukan kepada peneliti selama pendidikan.
7.
Teristimewa buat kedua orang tua tercinta Ayahanda Arman dan Ibunda Aminah
yang telah banyak membantu penulis baik moril dan materi, juga buat abang dan
kakak yang slalu mendukung dalam penulis Karya Tulis Ilmiah ini.
8.
Seluruh teman-teman Angkatan ketiga tahun 2011-2014 Akademi Kebidanan
Audi Husada Medan yang memberi motivasi dan dukungan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis masih mau menerima kritik dan saran dari
paqda pembaca agar Karya Tulis ini menjadi lebih sempurna.
Medan, 31 Mei 2014
Penulis
Arlinda Wati
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Arlinda Wati anak dari bapak Arman dan ibu Aminah,
penulis lahir pada tanggal 04 Maret 1992 di provinsi riau dengan menganut agama
islam, penulis anak keempat dari lima bersaudara. Penulis beralamat di jl. Lintas
Sumatra Batas kecamatan Tambusai Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau.
Penulis menginjak Sekolah Dasar pada tahun 1999 sampai tahun 2005 di
Kecamatan Tambusai dan penulis melanjutkan kejenjang pendidikan selanjutnya di
MTsN Subang Anak Provinsi Sumatra Barat sejak Tahun 2005 sampai 2008, dan
pada Tahun 2008 sampai Tahun 2011 penulis melanjut ke SMAN 1 Tambusai dan
melanjut ke Akademi Kebidanan Audi Husada Medan sehingga lulus pada Tahun
2014.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ..........................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ........................................................................................
ii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................
iv
DAFTAR ISI .......................................................................................................
v
DAFTAR TABEL ...............................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................
ix
BAB I
PENDAHULUAN ..............................................................................
1.1. Latar Belakang .........................................................................
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................
1.3. Tujuan Penelitian .....................................................................
1.3.1. Tujuan Umum ..............................................................
1.3.2. Tujuan Khusus .............................................................
1.4. Manfaat Penelitian ...................................................................
1
1
4
4
4
5
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................
2.1. Persalinan .................................................................................
2.1.1. Pengertian Persalinan ...................................................
2.2. Episiotomi ................................................................................
2.2.1. Pengertian Episiotomi ..................................................
2.2.2. Tujuan Episiotomi.........................................................
2.2.3. Waktu Episiotomi ........................................................
2.2.4. Macam-macam Episiotomi ..........................................
2.2.5. Teknik Penjahitan Luka ...............................................
2.3. Presentasi Bokong ....................................................................
2.3.1. Pengertian Presentasi Bokong.......................................
2.3.2. Pertolongan Persalinan dengan Presentasi Bokong ......
2.3.3. Diagnosa Presentasi Bokong.........................................
2.4. Bayi Besar ................................................................................
2.4.1. Pengertian Bayi Besar ...................................................
2.4.2. Pertolongan Persalinan Bagi Bayi Besar ......................
2.5. Kerangkap Konsep ...................................................................
6
6
6
7
7
8
8
9
9
10
10
11
11
12
12
13
13
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................
3.1. Jenis Penelitian ........................................................................
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................
3.2.1. Lokasi Penelitian ..........................................................
3.2.2. Waktu Penelitian ..........................................................
14
14
14
14
14
3.3.
Populasi dan Sampel ................................................................
3.3.1. Populasi ........................................................................
3.3.2. Sampel ..........................................................................
Metode Pengumpulan Data ......................................................
Defenisi Operasional ................................................................
Pengolahan Data danAnalisa Data ...........................................
3.6.1. Pengolahan Data ..........................................................
3.6.2. Analisadata.............................................................. ......
14
14
15
15
15
16
16
16
BAB IV HASIL PENELITIAN .......................................................................
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................
4.2. Analisis Univariat ....................................................................
4.2.1. Distribusi Presentasi Bokong Diklinik Elvina Tanjung
Sari ................................................................................
4.2.2. Distribusi Bayi Besar Diklinik Elvina Tanjung Sari.....
4.3. Analisis Bivariat ......................................................................
4.3.1. Hubungan Presentasi Bokong dengan Terjadinya
Episiotomi ....................................................................
4.3.2. Hubungan Bayi Besar dengan Terjadinya Episiotomi .
18
18
18
BAB V
PEMBAHASAN .................................................................................
5.1. Pembahasan ..............................................................................
5.1.1. Hubungan Presentasi Bokong dengan Episiotomi .......
5.1.2. Hubungan Bayi Besar Dengan Episiotomi ..................
22
22
22
24
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ..........................................................
6.1. Kesimpulan ..............................................................................
6.2. Saran .........................................................................................
26
26
26
3.4.
3.5.
3.6.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
18
19
19
19
20
DAFTAR TABEL
No.
Judul
Halaman
3.1.
Defenisi Operasional .................................................................................
15
4.1.
Distribusi Menurut Presentasi Bokong di Klinik Elvina Tanjung Sari
Medan Tahun 2014....................................................................................
18
Distribusi Menurut Bayi Besar di Klinik Elvina Tanjung Sari Medan
Tahun 2014 ................................................................................................
19
Hubungan Presentasi Bokong terhadap Episiotomi di Klinik Elvina
Tanjung Sari Medan Tahun 2014 ..............................................................
20
Hubungan Bayi Besar terhadap Terjadinya Episiotomi di Klinik Elvina
Tanjung Sari Medan Tahun 2014 ..............................................................
20
4.2.
4.3.
4.4.
DAFTAR GAMBAR
No.
2.1.
Judul
Halaman
Kerangka Konsep ......................................................................................
13
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Judul
1.
Kuesioner Penelitian
2.
Master Data
3.
Tabel Distribusi Frekuensi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Persalinan merupakan proses yang sangat penting bagi seorang ibu dalam
proses persalinan tersebut secara alamiah ibu bersalin akan banyak mengeluarkan
energi dan mengalami perubahan-perubahan baik secara fisiologis dan psikologis
sehingga dukungan pada ibu bersalin sangat diperlukan (Rohani, 2011).
Di dunia kedokteran ada dua jenis persalianan yaitu persalinan normal dan
persalinan caesar. Persalinan normal (persalinan per vaginam) merupakan persalinan
melalui vagina tanpa memakai alat atau pertolongan istimewa serta tidak melukai ibu
maupun
bayi
(kecuali
episiotomi)
yang
berlangsung
dalam
24
jam
(Wiknjosastro, 2002).
Salah satu yang paling banyak ditakuti oleh para ibu hamil pada saat proses
melahirkan adalah episiotomi. Saat ini banyak pandangan di masyarakat bahwa
proses persalinan harus dilakukan melalui episiotomi. Bayangan akan rasa sakit yang
tak terkira pada saat proses episiotomi selalu menghantui para ibu hamil kadang
ketakutan yang berlebih ini justru membuat proses persalinan itu sediri menjadi tidak
berjalan lancar. Untuk menghindarkan hal tersebut ada baiknya para ibu hamil
mengenal lebih jauh apa itu episiotomi.
Walaupun terdapat catatan bahwa episiotomi telah dilakukan selama sedikitnya
200 tahun, di inggris menurut sejarahnya bidan bangga akan kemampuan mereka
untuk mengeluarkan bayi tanpa trauma. Seorang bidan yang dilatih tahun 1929
mengatakan “semua hal yang kita latih adalah untuk melindungi perenium, bukan
untuk merobeknya” dan bidan lainnya yang dilatih pada tahun 1935 menyatakan
bahwa merobek merupakan suatu aib (boyle, 2009).
llmu Kesehatan berkembang sangat pesat temuan dan hipotesis yang diajukan
pada waktu yang lalu secara cepat digantikan dengan temuan baru yang segera
menggugurkan teori yang ada sebelumnya. Sementara hipotesis yang diujikan
sebelumnya bisa saja segera ditinggalkan karena muncul pengujian-pengujian
hipotesis baru yang lebih sempurna. Sebagai contoh jika sebelumnya diyakini bahwa
episiotomi merupakan salah satu prosedur rutin persalinan khususnya pada
primigravida, saat ini keyakinan itu digugurkan oleh temuan yang menunjukkan
bahwa episiotomi secara rutin justru sering menimbulkan berbagai permasalahan
yang kadang justru lebih merugikan bagi quality of life pasien.
Episiotomi merupakan tindakan menggunting jaringan antara muara vagina dan
anus (jaringan perineum) saat proses melahirkan. Tujuan utamanya tentu saja untuk
mempermudah lahirnya bayi. Dulu episiotomi merupakan tindakan rutin artinya
dalam setiap persalinan selalu dilakukan. Hal yang menjadi pertimbangan adalah
robekan akibat episiotomi cenderung lebih kecil dan lebih rapi dibandingkan robekan
yang terjadi secara alami. Selain itu luka episiotomi juga dianggap lebih cepat
sembuh tetapi saat ini episiotomi tidak lagi dianjurkan. Beberapa penelitian
membuktikan bahwa penyembuhan luka episiotomi menimbulkan ketidaknyamanan.
Selain itu luka yang dibuat ternyata cenderung lebih luas dibanding jika robekan
terjadi sendiri, pada beberapa wanita luka episiotomi juga dapat menimbulkan nyeri
saat berhubungan seksual bahkan selama berbulan-bulan setelah melahirkan.
Walaupun sudah tidak dianjurkan, bukan berarti teknik episiotomi tidak boleh
sama sekali. Pada keadaan tertentu episiotomi tetap dilakukan misalnya jika posisi
bayi tidak normal bayi harus dilahirkan secepatnya atau jika diperkirakan robekan
yang terjadi akan sangat luas.
Akan tetapi banyak wanita mendukung robekan perenium spontan yang
memerlukan jahitan. Garcia et al menemukan bahwa dari total 1951 kelahiran
spontan pervaginam 57% ibu mendapatkan jahitan (28% karena episiotomi dan 29%
karena robekan), dan penulis latin mengutip gambaran yang sama. Oleh karena itu
perawatan luka ini memerlukan bagian umum asuhan posnatal yang dilakukan oleh
semua bidan (Boyle, 2009).
Dahulu episiotomi dilakukan secara rutin namun tidak lagi saat ini. Banyak
dokter dan beberapa studi klinik yang menunjukkan bahwa episiotomi dilakukan
untuk menghindari luka perenium yang lebih parah. Beberapa pemulihan menunjukan
bahwa suatu robekan akan sembuh lebih baik dari pada episiotomi namun terlepas
dari bagaimana robekan diperbaiki trauma perenium dengan atau tanpa jahitan
mengharuskan penyembuhan dan asuhan serta saran dari bidan dapat mempercepat
kesembuhan luka.
Pada umumnya bokong tidak membuka perenium secukupnya tidak
memungkinkan lewatnya kepala dengan mudah maka diperlukan episiotomi.
Kejadian letak sungsang berkisar antara 2-3% bervariasi di berbagai tempat.
Sekalipun kejadian kecil, tetap mempunyai penyulit yang besar dengan angka
kematian sekitar 20-30%. Pada letak kepala, kepala yang merupakan bagian terbesar
lahir terlebih dahulu, sedangkan pesalinan letak sungsang justru kepala yang
merupakan bagian terbesar bayi akan lahir terakhir. Dan Bayi besar atau istilah latin
dikenal makrosomia atau Giant Baby (bayi raksasa) adalah bayi dengan berat badan
diatas 4 kilogram kejadian sangat berparisi antara 8-10% total kelahiran.
Berdasarkan survei awal yang dilakukan penelitian di Klinik Elvina Tanjung
Sari pada Tahun 2014 yang bersalin sebanyak 30 orang yang mengalami episiotomi
sebanyak 15 orang (50,0%). Berdasarkan penjelasan di atas peneliti tertarik
melakukan penelitian tentang hubungan yang mempengaruhi terjadinya episiotomi di
Klinik Elvina Tanjung Sari Medan.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, yang menjadi permasalahan dalam penelitian
ini adalah hubungan presentasi bokong dan bayi besar dengan episiotomi di Klinik
Elvina Tanjung Sari Medan”.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui adakah hubungan presentasi bokong dan bayi besar dengan
episiotomi di Klinik Elvina Tanjung Sari Medan.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui apakah presentasi bokong berhubungan dengan episiotomi.
2. Untuk mengetahui apakah bayi besar berhubungan dengan episiotomi.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini adalah:
1.
Bagi Peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta pengalaman peneliti dalam
penerapan ilmu yang didapat selama pendidikan.
2.
Bagi Pendidikan
Sebagai bahan referensi dan sumber informasi di perpustakaan Akbid Audi
Husada Medan.
3.
Bagi Tempat Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk upaya pencegahan dan
penanganan terjadinya episiotomi di Klinik Elvina Tanjung Sari Medan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Persalinan
2.1.1. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang
telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir, dengan
bantuan atau tanpa bantuan (muchtar 2002).
Persalinan merupakan proses yang sangat penting bagi seorang ibu, dalam
proses persalinan tersebut secara alamiah ibu bersalinan akan banyak mengeluarkan
energi dan mengalami perubahan-perubahan baik secara fisiologis dan psikologis
sehingga dukungan pada ibu bersalin sangat diperlukan.
Asuhan persalinan normal merupakan asuhan yang bersih dan aman selama
persalinan dan setelah bayi lahir, serta upaya pencegahan komplikasi terutama
perdarahan pasca persalinan, hipotermia dan asfiksia bayi baru lahir. Oleh karena itu
peran petugas kesehatan adalah memantau persalinan untuk mendeteksi adanya
komplikasi dan memberikan kenyamanan saat bersalin (Rohani, 2011). Macammacam persalinan, yaitu:
Persalinan spontan : Persalinan yang berlangsung dengan kekutan sendiri dan keluar
melalui jalan lahir dan tanpa melukai pasien.
Persalinan buatan
: Persalinan yang berlangsung dengan menggunakan alat bantu
dan dapat melukai pasien.
Persalinan anjuran : Persalinan yang dimulai setelah terjadi pemecahan ketuban dan
setelah pemberian pitocyn prostaglandin.
2.2. Episiotomi
2.2.1. Pengertian Episiotomi
Fielding ould, pada tahun 1872 mungkin merupakan dokter ahli kebidanan
yang melaksanakan episiotomi. Istilah lain “episiotomi” secara harfiah berarti
“memotong pudenda atau genital”, tetapi istilah ini merujuk pada suatu operasi
perineotomi atau suatu insisi perenium. Episiotomi dilakukan dengan membuat insisi
bedah kecil kedalam perenium yang membantu mencegah peregangan berlebihan
oleh kepala bayi pada jaringan vulva posterior serta
otot-otot perenium dan
mengganti robekan vagina serta perenium yang tidak beraturan dengan jaringan yang
terpotong rapi dan bersi sehingga memungkinkan perbaikan optimal (Maimunah,
2009).
Episiotomi adalah sayatan dari daerah vagina ke arah anus untuk meluaskan
jalan lahir bayi (Sinsin, 2008, hlm. 88). Menurut pendapat lain episiotomi merupakan
suatu tindakan insisi pada perenium yang dimulai dari cicin vulva kebawah dengan
menghindari anus dan muskulus spingter dimana insisi menyebabkan terpotongnya
selaput lendir vagina, cicin selaput dara, jaringan pada septum regtovaginal, otot-otot
fasia perenium dan kulit sebelah depan perenium untuk melebarkan orifisium
(lubang/muara) vulva sehingga mempermudah jalan keluar bayi dan mencegah ruptur
perini totalis (Yeyeh 2010).
Episiotomi yang dilakukan pada saat yang tepat tidak hanya memudahkan
kelahiran tetapi juga mengurangi penekanan kepala pada perenium sehingga
membantu mencegah kerusakan otak, ini berlaku untuk setiap bayi tetapi yang paling
penting untuk bayi dengan daya tahan yang rendah terhadap trauma seperti bayi
prematur, bayi yang lahir dari ibu yang menderita diabetes dan bayi dengan
erythroblastosis (Hakimi 2010).
2.2.2. Tujuan Episiotomi
Membentuk
sayatan yang lurus untuk mempercepat persalinan dengan
melebarkan jalan lahir sehingga dapat mengurangi tekanan kepala anak untuk
mencegah trauma kepala pada janin akibat jalan lahir yang sempit dan dapat
menghindari robek vagina yang spontan dan tidak teratur ( Indriarti 2007)
2.2.3. Waktu Episiotomi
Episiotomi dilakukan ketika perenium menonjol ketika diameter kulit kepala
bayi terlihat 3-4 cm sewaktu his dan ketika bagian terendah akan dilahirkan dengan
tiga atau empat kontraksi berikutnya (Hakimi 2010).
Episiotomi dilakukan jika adanya indikasi seperti: adanya gawat janin dan
bayi akan segera dilahirkan dengan tindakan, penyulit kelahiran pervaginam, jaringan
perut pada perenium atau vagina yang memperlambat kemajuan persalinan
(Maimunah, 2009).
2.2.4. Macam-macam Episiotomi
1. Episiotomi mediana
Di kerjakan pada garis tengah, Mudah diperbaiki kesalahan
penyembuhan
jarang, tidak begitu sakit pada masa nipas, dispareun jarang terjadi,hasil dari
anatomik selalu bagus, hilangnya darah lebih sedikit, perluasan ke sfingter ani dan
kedalam reptum agak sering (Sisin 2008).
2. Episiotomi mediolateral
Dikerjakan pada garis tengah yang dekat muskuls sfingter ani dan diperluas
kesisi. Lebih sulit memperbaikinya, kesalahan penyembuhan lebih sering terjadi, rasa
nyeri pada spertiga kasus selama beberapa hari, kadang kala diikuti dispareuni, hasil
akhir anotomik sedikit banyak kurang baik, kehilangan darah lebih banyak, peluasan
kesfingter jarang (Sisin 2008).
3. Episiotomi lateral
Sayatan kearah paha. Keuntungannya resiko untuk putusnya otot anus lebih
sedikit. Kelemahannya tipe lateral nisa menyebabkan otot disekitar sayatan menjadi
mengerut tidak beraturan hingga dapat menyebabkan nyeri saat berhubungan seks
(Sisin 2008).
2.2.5. Tehnik Penjahitan Luka Episitomi
1. Menjahit luka episiotomi mediana
Mula-mula otot perenium kiri dan kanan dirapatkan dengan beberapa jahitan,
kemudian fasia dijahit dengan beberapa jahitan lalu lender vagina dijahit pula dengan
bebera jahitan. Terakhir kulit perenium dijahit dengan empat atau lima jahitan, jahitan
dapat dilakukan secara terputus-putus atau secara jelujur. Benang yang dipakai untuk
menjahit otot, fasia dan selaput lender adalah catgut chromic, sedangkan untuk kulit
perenium dipakai benang sutera.
2. Menjahit luka episiotomi mediolateral
Pada tehnik ini insisi dimulai dari bagian belakang introitusvagina menuju
kearah belakang dan samping. Arah insisi ini dapat dilakukan kea rah kanan atau kiri
tergantung kepda orang yang melakukannya, panjang insisi kira-kira 4 cm tehnik
menjahit sama pada luka episiotomi medialis. Penjahitan dilakukan sedemikian rupa
sehingga setelah penjahitan selesai hasilnya harus semetris.
3. Menjahit luka episiotomi lateral
Pada tehnik ini insisi dilakukan ke arah lateral mulai dari kira-kira pada jam 3
atau jam 9 menurut arah jarum jam, tehnik ini sering tidak dilakukan lagi oleh karena
banyak menimbulkan komplikasi, tehnik penjahitan sama sama dengan luka
episiotomi mediolateral.
2.3. Presentasi Bokong
2.3.1. Pengertian Presentasi Bokong
Presentasi bokong adalah letak memanjang dengan kelainan dalam polaritas,
panggul janin merupakan kutub bawah penunjuknya adalah presentasi bokong dengan
sakrum janin ada dikuadran kanandepan panggul ibu dan diameter bitrohanterica
janin berada pada diameter obligua dextra panggul ibu (Muhammad 2010).
2.3.2. Pertolongan Persalinan dengan Presentasi Bokong
Oleh karena pada umumnya bokong tidak membuka peranium secukupnya
tidak memungkinkan lewatnya kepala dengan mudah maka diperlukan episiotomi.
Lebih aman untuk membuat episiotomi yang lebar untuk menghindari masih harus
memperlebarnya lagi apabila belum cukup untuk dilalui kepala. Lebih disukai insisi
labiolateral, peratiotomi harus dilakukan pada saat yang optimal yakni sebelum
bokong membuka pintu. Bila tidak demikian maka penolong dihadapkan pada situasi
ia harus menolong bayi dan mwlakukan insisi bersama-sama sebaliknya apabila
episiotomi dilakukan secara awal akan menyebabkan perdarahan yang banyak jadi
episiotomi harus dilakukan sesaat sebelum bokong membuka pintu atau bila penolong
merasa bokong akan dilahirkan dalam satu atuau dua kontraksi berikutnya
(Dr.M.akimi 2010).
2.3.3. Diagnosa Presentasi Bokong
Diagnosis letak sungsang umumnya tidak sulit. Pada pemeriksaan luar, di
bagian bawah uterus tidak dapat diraba bagian yang keras dan bulat, yakni kepala,
dan kepala teraba di fundus uteri. Kadang-kadang bokong janin teraba bulat dan dapat
memberi kesan seolah-olah kepala, tetapi bokong tidak dapat digerakkan semudah
kepala. Seringkali wanita tersebut menyatakan bahwa kehamilannya terasa lain
daripada kehamilan yang terdahulu, karena terasa penuh di bagian atas dan gerakan
terasa lebih banyak di bagian bawah. Denyut jantung janin umumnya ditemukan
setinggi atau sedikit lebih tinggi daripada umbilicus. Apabila diagnosis letak
sungsang dengan pemeriksaan luar tidak dapat dibuat, karena misalnya dinding perut
tebal, uterus mudah berkontraksi atau banyaknya air ketuban, maka diagnosis
ditegakkan berdasarkan pemeriksaan dalam. Apabila masih ada keragu-raguan, harus
dipertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan ultrasonografik atau MRI (Magnetic
Resonance Imaging).
2.4. Bayi Besar
2.4.1. Pengertian Bayi Besar
Pada panggul normal janin dengan berat badan 4 kg. Kejadin sangat berpariasi
antara 8-10% total kelahiran. Kasus bayi besar dengan BB dibawah 5 kg masih sering
terjadi akan tetapi bayi yang lahir dengan berat ekstrim 6 kg masih jarang terjadi
(yulianti, 2010).
Setiap bayi yang lahir besar bresiko terjadi komplikasi saat persalinan, resiko
yang terjadi bisa berupa sulitnya bayi keluar melalui jalan lahir, perdarahan paska
persalinan akibat robekan pada jalan lahir atau tersangkutnya bahu anak yang
berakibat bayi sulit bernafas, bahkan bila tersangkutnya bahu tidak segera tertolong
menyebabkan kematian sang anak.
Bagian yang paling besar dan keras dari janin bayi adalah kepala janin, posisi
dan besar kepala janin dapat mempengaruhi jalannya persalinan sehingga dapat
membahayakan hidup dan kehidupan janin kelak: hidup sempurana, cacat atau
akhirnya meninggal. Biasanya apabila kepala janin sudah lahir maka bagian-bagian
lain akan mudah menyusul kemudian.
2.4.2. Pertolongan Persalinan Bagi Bayi Besar
Pada kesukaran melahirkan bahu janin hidup dilakukan episiotomi yang
cukup lebar dan di usahakan lahir atau bahu diperkecil dengan melakukan mediotomi
unilateral (Mochtar 1998).
2.5. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian tentang hubungan presentasi bokong dan bayi
besar dengan episiotomi di Klinik Elvina Tanjung Sari Medan Tahun 2014.
Variabel Independen
Variabel Dependen
- Presentasi bokong
- Bayi besar
Episiotomi
Gambar 2.1. Kerangka Konsep
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian bersifat survei analitik dengan metode
croos sectional.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Klinik Elvina Tanjung Sari Medan dengan
alasan menetapkan lokasi penelitian adalah karena penelitian ini belum pernah
dilakukan penelitian tentang hubungan presentai bokong dan bayi besar dengan
episiotomi dan lokasi penelitian yang telah diajukan peneliti dalam melakukan
penelitian tentang episiotomi.
3.2.2. Watu Penelitian
Adapun waktu penelitian adalah pada Januari-Juni 2014.
3.3.
Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang bersalin di Klinik
Elvina Tanjung Sari Medan Pada Januari-April 2014 berjumlah 30 orang.
3.3.2. Sampel
Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah semua jumlah populasi dijadikan
menjadi sampel. Tehnik dalam pengambilan sampen dalam penelitin ini adalah
menggunakan metode total sampling. Besar sampel dalam penelitian ini adalah 30
orang.
3.4.
Metode Pengumpulan Data
3.4.1. Jenis Data
a.
Data sekunder
Pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari data yang ada di Klinik
Elvina Tanjung Sari. Data tersebut berisi hasil jumlah ibu bersalin penyebab
terjadinya episiotomi.
3.5.
Defenisi Operasional
Tabel 3.1. Defenisi Operasional
Nama Variabel
Variabel bebas
1.Presentasi
bokong
2. Bayi besar
Variabel terikat
episiotomi
Defenisi Operaional
Skala Ukur
Presentasi bokong adalah letak Ordinal
memanjang dengan kelainan
dalam polaritas, panggul janin
merupakan bagian terbawah
janin (muhammad, 2010)
bayi besar yaitu bayi lahir Ordinal
dengan berat diatas 4 kilogram.
Suatu tindakan insisi pada
Ordinal
perenium yang dimulai dari
cincin vulva kebawah dengan
menghindar anus dan muskulus
spingter ani untuk melebar
orifisium (lubang/muara)
vulva sehingga mempermudah
jalan keluar bayi dan
mencegah ruptur perini totalis
Hasil ukur
0. presentasi
bokong
1. tidak
presentasi
bokong
0. bayi besar
1. tidak bayi
besar
0. Ya
1. Tidak
3.6.
Pengolahan Data dan Analisa Data
3.6.1. Pengolahan Data
Kegiatan pengolahan data dilakukan setelah semua data dikumpulkan.
Kemudian data yang ada diolah dengan menggunakan kompurter.
1.
Coding
Merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjdi data berbentuk
angka/bilangan
2.
Processing
Setelah data dicoding maka langkah slanjutnya melakukan entry dari data yang
ada kedalam komputer, salah satu paket program yang digunakan adalah SPSS
for window.
3.
Cleaning
Data yang telah di entry diperiksa kelengkapan dan kebenarannya kemudian
dilakukan pembetulan atau koreksi.
3.6.2. Analisa Data
a.
Analisa Univariat
Analisa
data
secara
univariat
bertujuan
untuk
menjelaskan
atau
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Analisis ini digunakan untuk
menghasilkan distribusi frekuensi dan presentasi dari setiap variabel.
b.
Analisa Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk menguji ada tidaknya hubungan presentasi
bokong dan bayi besar dengan kejadian Episiotomi dengan mempergunakan SPSS.
Untuk melihat hubungan presentasi bokong dan bayi besar dengan kejadian
episiotomi dengan menggunakan uji statistik chi square dengan α = 0,05 di klinik
Elvina Tanjung Sari Medan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Klinik bersalin Elvina berlokasi di Tanjung Sari Medan, dimana terdiri dari 3
ruangan yaitu : Ruang bersalin, ruang inap untuk pasien post partum maupun berobat
umum dan ruangan pemeriksaan. Adapun para tenaga kesehatannya terdiri dari Bidan
Anita Parangin-angin serta dokter penanggung jawabnya
Dr. Risman F. Kaban
DSOG.
4.2. Analisis Univariat
Karakteristik responden yang diteliti dalam penelitian ini meliputi : presentasi
bokong dan bayi besar.
4.2.1. Distribusi presentasi bokong di Klinik Elvina Tanjung Sari
Untuk melihat status persalinan presentasi bokong di Klinik Elvina Tanjung
Sari Medan Tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 4.1:
Tabel 4.1. Distribusi Menurut Presentasi Bokong di Klinik Elvina Tanjung Sari
Medan Tahun 2014
No
1
2
Presentasi bokong
Presentasi bokong
Tidak presentasi bokong
Jumlah
F
16
14
30
%
53,3
46,7
100,0
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa persalinan yang banyak yaitu
presentasi bokong sebanyak 16 persalinan (53,3%), dan yang paling sedikit yaitu
tidak presentasi bokong sebanyak 14 persalinan (46,7%).
4.2.2. Distribusi Bayi Besar di Klinik Elvina Tanjung Sari
Untuk melihat jumlah besar bayi di Klinik Elvina Tanjung Sari Medan Tahun
2013 dapat dilihat pada tabel 4.2:
Tabel 4.2. Distribusi Menurut Bayi Besar di Klinik Elvina Tanjung Sari Medan
Tahun 2014
No
1
2
Bayi besar
Bayi besar
Tidak bayi besar
Jumlah
F
17
13
30
%
56,7
43,3
100,0
Dari tabel di atas dapt dilihat bahwa bayi besar sebanyak 17 orang (56,7%),
dan tidak bayi besar sebanyak 13 orang (43,3%).
4.3. Analisis Bivariat
Analisa bivariat adalah untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya Episiotomi pada ibu bersalin dipakai dengan uji chi-squere ditujukan
dengan analisa crostab dan didapat hasilnya sebagai berikut:
4.3.1. Hubungan Presentasi Bokong dengan Terjadinya Episiotomi
Untuk melihat pengaruh presentasi bokong terhadap terjadinya Episiotomi di
Klinik Elvina Tanjung Sari Medan Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 4.6:
Tabel 4.3. Hubungan Presentasi Bokong terhadap Episiotomi di Klinik Elvina
Tanjung Sari Medan Tahun 2014
No
1
2
Presentasi Bokong
Presentasi bokong
Tidak presentasi
bokong
Total
Episiotomi
Ya
Tidak
n
%
n
%
11 73,3 4
26,7
4 26,7 11 73,3
Total
N
%
15
100,0
15
100,0
15
30
50,0
15
50,0
Prob
0,028
100
Berdasrakan dari tabel di atas dapat disimbulkan bahwa presentasi bokong
berhubungan dengan terjadinya episiotomi yaitu sekitar 11 orang (73,3%) dan yang
tidak mempengaruhi yaitu sekitar 4 orang (26,7%). Dan dilihat dari uji chi-square
diperoleh probalitas 0,028 < α 0,005 berarti Ho ditolak, artinya terdapat hubungan
antara presentasi bokong dengan terjadinya episiotomi di Klinik Elvina Tanjung Sari
Medan Tahun 2014.
4.3.2 Hubungan Bayi Besar terhadap Terjadinya Episiotomi
Untuk melihat pengaruh bayi besar terhadap terjadinya episiotomi di Klinik
Elvina Tanjung Sari Medan Tahun 2014 dapa dilihat pada tabel 4.7:
Tabel 4.4. Hubungan Bayi Besar terhadap Terjadinya Episiotomi di Klinik
Elvina Tanjung Sari Medan Tahun 2014
No
1
2
Bayi besar
Bayi besar
Tidak bayi besar
Total
episiotomi
Ya
Tidak
n
%
n
%
12 70,6
5
29,4
3 23,1 10 76,9
15 50,0 15 50,0
Total
N
%
17
100,0
13
100,0
30
100,0
Prob
0,027
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa dari 17 bayi yang bayi besar saat lahir
lebih banyak yang terjadinya episiotomi yaitu sekitar 12 bayi (70,6%) dan yang tidak
mempengaruhi terjadinya episiotomi sekitar 5 bayi (29,4%). Sedangkan tidak bayi
besar saat lahir lebih sedikit yang mengalami episiotomi sekitar 3 bayi (23,1%)
dibandingkan yang tidak mengalami episiotomi yaitu sekitar 10 bayi (76,9%). Dan
dilihat berdasarkan uji chi-square diperoleh probalitas 0,027 < α 0,005 berarti Ho
ditolak, artinya terdapat hubungan antara bayi besar dengan terjadinya episiotomi di
Klinik Elvina Tanjung Sari Medan Tahun 2014.
BAB V
PEMBAHASAN
5.1. Pembahasan
Dari hasil penelitian tentang hubungan presentasi bokong dan bayi besar
dengan terjadinya episotomi di Klinik Elvina Tanjung Sari Tahun 2014 maka
pembahasanmya sebagai berikut :
5.1.1. Hubungan Presentasi Bokong dengan Terjadinya Episiotomi
Dapat disimbulkan bahwa presentasi bokong berhubungan dengan terjadinya
episiotomi yaitu sekitar 11 orang (73,3%). Dan dilihat dari uji chi-square diperoleh
probalitas 0,028 < α 0,005 berarti Ho ditolak, artinya terdapat hubungan antara
presentasi bokong dengan terjadinya episiotomi di Klinik Elvina Tanjung Sari Medan
Tahun 2014.
Menurut Dr.Muhammad (2010) presentasi bokong adalah letak memanjang
dengan kelainan dalam polaritas, panggul janin merupakan kutub bawah penunjuknya
adalah presentasi bokong dengan sakrum janin ada dikuadran kanan depan panggul
ibu dan diameter bitrohanterica janin berada pada diameter obligua dextra panggul
ibu.
Pada umumnya bokong tidak membuka perenium secukupnya untuk
memungkinkan lewatnya kepala dengan mudah maka diperlukan episiotomi. Lebih
aman untuk membuat episiotomi yang lebar untuk menghindari masih harus
melebarnya lagi apabila belum cukup untuk melewati kepala. Periotomi dilakukan
sebelum bokong membuka pintu bila tidak demikian maka penolong dihadapkan di
situasi ia harus melahirkan bayi dengan melakukan insisi bersama-sama, sebaliknya
apabila episiotomi terlalu awal dilakukan akan menyebabkan perdarahan banyak. Jadi
episiotomi dilakukan sebelum bokong membuka pintu atau penolong merasa bokong
akan dilahirkan dalam satu atau dua kontraksi berikutnya.
Menurut Prof.Dr.Ida Bagus Gede Manuaba,SpOG. Kejadian letak sungsang
berkisar antara 2-3% bervariasi di berbagai tempat. Sekalipun kejadian kecil, tetap
mempunyai penyulit yang besar dengan angka kematian sekitar 20-30%. Pada letak
kepala, kepala yang merupakan bagian terbesar lahir terlebih dahulu, sedangkan
pesalinan letak sungsang justru kepala yang merupakan bagian terbesar bayi akan
lahir terakhir. Persalinan kepala pada letak sungsang tidak mempunyai mekanisme
“Maulage” karena susunan tulang dasar kepala yang rapat dan padat, sehingga hanya
mempunytai waktu 8 menit, setelah badan bayi lahir. Keterbatasan waktu persalinan
kepala dan tidak mempunyai mekanisme maulage dapat menimbulkan kematian bayi
yang besar.
Menurut asumsi penulis bahwa responden yang mengalami persalinan dengan
letak bokong cendrung menglami episiotomi atau dengan ceasar. Adapun responden
yang mengalami episiotomi disebabkan karena bokong tidak membuka perenium
secukupnya untuk memungkinkan lewatnya kepala dengan maka diperlukan
episiotomi. Oleh karena itu tenaga medis, terutama bidan dihruskan memiliki
pengetahuan an pelayanan yang cukup dalam hal kehamilan dan persalinan. Seorang
ibu juga diharuskan untuk mengontrol kehamilan pada tim medis, baik bidan maupun
tenaga medis kesehatan lainnya untuk memperoleh informasi yang bermanfaat bagi
ibu dan janin demi keselamatan dimasa ini dan akan datang.
5.1.2. Hubungan Bayi Besar dengan Terjadinya Episiotomi
Dapat dilihat bahwa dari 17 bayi yang mengalami bayi besar saat lahir lebih
banyak yang terjadinya episiotomi yaitu sekitar 12 bayi (70,6%). Dan dilihat
berdasarkan uji chi-square diperoleh probalitas 0,027 < α 0,005 berarti Ho ditolak,
artinya terdapat hubungan antara bayi besar dengan terjadinya episiotomi di Klinik
Elvina Tanjung Sari Medan Tahun 2014.
Menurut mochtar (1998) Pada panggul normal janin dengan berat badan 40004500 gr umumnya tidak menimbulkan kerusakan persalinan, distosia akan diperoleh
bila janin lebih besar dari 4000-4500 gr atau pada kepala yang sudah keras dan pada
bahu yang lebar.
Setiap bayi yang lahir besar bresiko terjadi komplikasi saat persalinan, resiko
yang terjadi bisa berupa sulitnya bayi keluar melalui jalan lahir, perdarahan paska
persalinan akibat robekan pada jalan lahir atau tersangkutnya bahu anak yang
berakibat bayi sulit bernafas, bahkan bila tersangkutnya bahu tidak segera tertolong
menyebabkan kematian sang anak.
Bagian yang paling besar dan keras dari janin bayi adalah kepala janin, posisi
dan besar kepala janin dapat mempengaruhi jalannya persalinan sehingga dapat
membahayakan hidup dan kehidupan janin kelak: hidup sempurana, cacat atau
akhirnya meninggal. Biasanya apabila kepala janin sudah lahir maka bagian-bagian
lain akan mudahmenyusul kemudian.
Menurut asumsi penulis bahwa responden yang mengalami persalinan dengan
bayi besar cendrung menglami episiotomi atau dengan ceasar. Adapun responden
yang mengalami episiotomi disebabkan karena ibu yang mengalami diabetes atau ibu
yang sering minum es saat hamil . Oleh karena itu tenaga medis, terutama bidan
dihruskan memiliki pengetahuan an pelayanan yang cukup dalam hal kehamilan dan
persalinan. Seorang ibu juga diharuskan untuk mengontrol kehamilan pada tim medis,
baik bidan maupun tenaga medis kesehatan lainnya untuk memperoleh informasi
yang bermanfaat bagi ibu dan janin demi keselamatan dimasa ini dan akan datang.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti di Klinik
Elvina Tanjung Sari Tahun 2014 dapat di ambil kesimpulan bahwa presentai bokong
dan bayi besar ada hubungannya dengan terjadinya episiotomi :
1.
Terdapat hubungan antara presentasi bokong dengan terjadinya episiotomi di
Klinik Elvina Tanjung Sari Medan.
2.
Terdapat hubungan antara bayi besar dengan terjadinya episiotomi di Klinik
Elvina Tanjung Sari Medan.
6.2. Saran
1.
Diharapkan kepada ibu bersalin yang mengalami episiotomi untuk merawat luka
jahitan dan selalu memeriksakan keadaannya apabila ada keluhan agar dapat
mencegah terjadinya infeksi pada tempat jahitan.
2.
Diharapkan kepada ibu bidan anita sebagai kepala klinik Elvina medan ataupun
tenaga kesehatan lainnya untuk memberikan informasi bahwa episiotomi hanya
digunakan pada saat persalinan tidak dapat ditangani dengan normal dan harus
dilakukan dengan dokter spesialis dikarenakan adanya bahaya episiotomi.
3.
Diharapkan kepada Akademi Kebidanan Audi Husada Medan untuk menambah
konferensi dan sumber informasi terutama tentang persalinan untuk menambah
wawasan dan pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
Ai Yeyeh Rukiah, 2009, Asuhan Kebidan II (persalinan), Jakarta.
Ai Yeyeh Rukiah, Dkk, 2010, Asuhan Kebidanan IV (patologi), Trans info media,
Jakarta.
Dr. MariamStoppard, 2013, panduan mempersiapkan kehamilan dan kelahiran,
Pustaka pelajar, Yogyakarta.
Dr. M.Hakimi, Ph, D, 2010, Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan,
Yayasan essentia medika (YEM), Yogyakarta.
Maureen boyle, 2009, Pemulihan Luka, ECG, Jakarta.
Notoatmojo, 2010, Metode penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.
Rustam Mochtar,1998 Sinopsis Obstetri, Edisi 2, Jakarta.
Sarwono Prawirohardjo, Dkk, 2010, Ilmu Kebidanan, Bina Pustaka, Jakarta.
Verney helen, 2006, Buku Saku Bidan ECG, Jakarta.
Winkjosastro Hanafi, 2006, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka, Yogyakarta.
Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian
LEMBAR CEKLIS
Nama
:
Persalinan
:
Episiotomi
Tidak episiotomi
Bayi besar
:
< 4000 gr
< 4000 gr
Letak bokong
:
Letak bokong
Tidak letak bokong
Lampiran 2 : Master Data
Master Data Penelitian
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Presentasi bokong
Bayi besar
Episiotomi
0
1
0
1
0
1
0
0
0
0
1
0
1
0
1
0
1
0
0
1
1
1
0
1
1
0
1
0
1
0
0
0
1
0
0
1
0
1
0
1
0
1
0
0
1
0
0
1
1
1
0
1
1
0
1
0
0
0
1
0
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
1
0
1
0
0
1
0
1
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
Keterangan :
Presentasi bokong
0. Presentasi bokong
1. Tidak presentasi bokong
Bayi besar
0. bayi besar
1. tidak bayi besar
Episiotomi
0. Ya
1. Tidak
Lampiran 3 : Tabel Distribusi Frekuensi
Presentasi Bokong
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
mempengaruhi
16
53.3
53.3
53.3
tidak mempengaruhi
14
46.7
46.7
100.0
Total
30
100.0
100.0
Bayi Besar
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
mempengaruhi
17
56.7
56.7
56.7
tidak mempengaruhi
13
43.3
43.3
100.0
Total
30
100.0
100.0
Episiotomi
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
mempengaruhi
15
50.0
50.0
50.0
tidak mempengaruhi
15
50.0
50.0
100.0
Total
30
100.0
100.0
Crosstab
Presentasi Bokong* Episiotomi Crosstabulasi
episiotomi
presentasi
bokong
mempengaruhi
tidak
mempengaruhi
Total
tidak
mempengaruhi mempengaruhi
Total
Count
11
4
15
Expected Count
7.5
7.5
15.0
% within
73.3%
presentasi bokong
26.7%
100.0%
Count
4
11
15
Expected Count
7.5
7.5
15.0
% within
26.7%
presentasi bokong
73.3%
100.0%
Count
15
15
30
Expected Count
15.0
15.0
30.0
50.0%
100.0%
% within
50.0%
presentasi bokong
Chi-Square Tests
Value
df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Pearson Chi-Square
6.533a
1
.011
Continuity Correctionb
4.800
1
.028
Likelihood Ratio
6.794
1
.009
Fisher's Exact Test
Exact Sig. (2- Exact Sig.
sided)
(1-sided)
.027
Linear-by-Linear
Association
6.316
N of Valid Casesb
30
1
.013
.012
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,50.
b. Computed only for a 2x2 table
Bayi Besar* Episiotomi Crosstabulasi
episiotomi
bayi besar
mempengaruhi
tidak
mempengaruhi
Total
12
5
17
Expected Count
8.5
8.5
17.0
% within bayi
besar
70.6%
29.4%
100.0%
3
10
13
6.5
6.5
13.0
% within bayi
besar
23.1%
76.9%
100.0%
Count
15
15
30
Expected Count
15.0
15.0
30.0
% within bayi
besar
50.0%
50.0%
100.0%
mempengaruhi Count
tidak
Count
mempengaruhi Expected Count
Total
Chi-Square Tests
Value
df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Pearson Chi-Square
6.652a
1
.010
Continuity Correctionb
4.887
1
.027
Likelihood Ratio
6.946
1
.008
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
6.430
N of Valid Casesb
30
1
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
.025
.013
.011
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,50.
b. Computed only for a 2x2 table
Download