HUBUNGAN PRESENTASI BOKONG DAN BAYI BESAR DENGAN EPISIOTOMI DI KLINIK ELVINA TANJUNG SARI MEDAN KARYA TULIS ILMIAH Oleh ARLINDA WATI 11.004 AKADEMI KEBIDANAN AUDI HUSADA MEDAN 2014 HUBUNGAN PRESENTASI BOKONG DAN BAYI BESAR DENGAN EPISIOTOMI DI KLINIK ELVINA TANJUNG SARI MEDAN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagi Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Ahli Madya Kebidanan (AM.Keb) Pada Akademi Kebidan Audi Husada Medan Oleh ARLINDA WATI 11.004 AKADEMI KEBIDANAN AUDI HUSADA MEDAN 2014 HALAMAN PERSETUJUAN PENELITIAN Karya Tulis Ilmiah dengan Judul : HUBUNGAN PRESENTASI BOKONG DAN BAYI BESAR DENGAN EPISIOTOMI DI KLINIK ELVINA TANJUNG SARI MEDAN Telah Dipersiapkan dan Dipertahankan Oleh : ARLINDA WATI 11.004 Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah pada Tanggal 31 Mei 2014 dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syrat Untuk Diterima Pembimbing (Evi Mariani Hasugian, SST) Penguji I penguji II (Romauli Devinarti Panjaitan, SST) (Dessy Meilani Hutasoit, SST) Medan, 31 Mei 2014 Akademi Kebidana Audi Husada Medan Direktris (Faija Sihombing, SKM, M.Kes) PERNYATAAN HUBUNGAN PRESENTASI BOKONG DAN BAYI BESAR DENGAN EPISIOTOMI DI KLINIK ELVINA TANJUNG SARI MEDAN KARYA TULIS ILMIAH Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam karya tulis ilmiah ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar D III di suatu Akademi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Medan, 31 Mei 2014 ARLINDA WATI 11.004 Telah diuji Pada Tanggal : 31 Mei 2014 PANITIA PENGUJI KARYA TULIS ILMIAH Ketua Anggota : Evi Mariani Hasugian, SST : 1. Romauli Devinarti Panjaitan, SST : 2. Dessy Meilani Hutasoit, SST Judul Karya Tulis Ilmiah : HUBUNGAN PRESENTASI BOKONG DAN BAYI BESAR DENGAN EPISIOTOMI DI KLINIK ELVINA TANJUNG SARI MEDAN : Arlinda Wati : 11.004 : D III Kebidanan Nama Mahasiswa Nomor Induk Mahasiswa Program Studi Menyetujui Komisi Pembimbing (Evi Mariani Hasugian, SST) Direktris (Faija Sihombing, SKM. M.Kes) Tanggal Lulus : 31 Mei 2014 ABSTRAK Episiotomi dilakukan untuk memperluas jalan lahir bayi dengan menghindari robekan yang spontan dan tidak teratur. Pada persalinan letak bokong tidak sepenuhnya membuka perenium untuk memungkinkan lewatnya kepala dengan mudah oleh sebab itu memerlukan episiotomi untuk memperluas jalan lahir kepala bayi dengan kejadian 20-30% total kelahiran. Dan bayi besar dengan berat badan di atas 4 kg tidak memungkinkan untuk membuka perenium karena bayi yang terlalu besar untuk lahir spontan dengan kejadian 8-10% total kelahiran. Penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan jumlah populasi 30 ibu bersalin dengan sampel seluruh populasi yaitu sebanyak 30 orang, diambil dengan teknik total sampling. Dianalisis dengan regresi berganda pada α = 5%. Hasil penelitian ini terlihat bahwa secara statistik terdapat hubungan antara presentasi bokong dengan episiotomi sebanyak 53,3% dan bayi besar dengan episiotomi sebanyak 56,7% di Klinik ElvinaTanjung Sari Medan Tahun 2014. Diharapkan kepada tenaga kesehatan untuk tidak melakukan episiotomi secara rutin karena dapat menimbulkan efek yang fatal dan kepada ibu bersalin yang mengalami episiotomi untuk merawat luka jahitan dan selalu memeriksakan keadaannya apabila ada keluhan agar dapat mencegah terjadinya infeksi pada tempat jahitan. Kata Kunci : Presentasi Bokong, Bayi Besar dan Episiotomi KATA PENGANTAR Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nyalah penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Hubungan Presentasi Bokong dan Bayi Besar dengan Episiotomi di Klinik Elvina Tanjung Sari Medan Tahun 2014”. Karya ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Akademi Kebidanan Audi Husada Medan. Dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mengalami kesulitan berkat bantuan dan bimbingan yang berharga dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis ini. Untuk itu perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Tulus Panjaitan, S.Sos selaku ketua yayasan Akademi Kebidanan Audi Husada Medan. 2. Ibu Faija Sihombing, SKM, M.Kes selaku direktris Akademi kebidanan Audi Husada Medan. 3. Evi Mariani Hasugian, SST, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah sampai dengan selesai. 4. Ibu Romauli Devinarti Panjaitan, SST sebagai penguji I saya dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan serta memberikan masukan-masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah sampai dengan selesai. 5. Ibu Dessy Meilani Hutasoit, SST sebagai penguji II saya dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan serta memberikan masukan-masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmih sampai dengan selesai. 6. Seluruh Staf Dosen dan Pegawai Akademi Kebidanan Audi Husada Medan yang telah banyak memberikan ilmu dan masukan kepada peneliti selama pendidikan. 7. Teristimewa buat kedua orang tua tercinta Ayahanda Arman dan Ibunda Aminah yang telah banyak membantu penulis baik moril dan materi, juga buat abang dan kakak yang slalu mendukung dalam penulis Karya Tulis Ilmiah ini. 8. Seluruh teman-teman Angkatan ketiga tahun 2011-2014 Akademi Kebidanan Audi Husada Medan yang memberi motivasi dan dukungan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis masih mau menerima kritik dan saran dari paqda pembaca agar Karya Tulis ini menjadi lebih sempurna. Medan, 31 Mei 2014 Penulis Arlinda Wati RIWAYAT HIDUP Penulis bernama lengkap Arlinda Wati anak dari bapak Arman dan ibu Aminah, penulis lahir pada tanggal 04 Maret 1992 di provinsi riau dengan menganut agama islam, penulis anak keempat dari lima bersaudara. Penulis beralamat di jl. Lintas Sumatra Batas kecamatan Tambusai Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau. Penulis menginjak Sekolah Dasar pada tahun 1999 sampai tahun 2005 di Kecamatan Tambusai dan penulis melanjutkan kejenjang pendidikan selanjutnya di MTsN Subang Anak Provinsi Sumatra Barat sejak Tahun 2005 sampai 2008, dan pada Tahun 2008 sampai Tahun 2011 penulis melanjut ke SMAN 1 Tambusai dan melanjut ke Akademi Kebidanan Audi Husada Medan sehingga lulus pada Tahun 2014. DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK .......................................................................................................... i KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ iv DAFTAR ISI ....................................................................................................... v DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... ix BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1.1. Latar Belakang ......................................................................... 1.2. Rumusan Masalah .................................................................... 1.3. Tujuan Penelitian ..................................................................... 1.3.1. Tujuan Umum .............................................................. 1.3.2. Tujuan Khusus ............................................................. 1.4. Manfaat Penelitian ................................................................... 1 1 4 4 4 5 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 2.1. Persalinan ................................................................................. 2.1.1. Pengertian Persalinan ................................................... 2.2. Episiotomi ................................................................................ 2.2.1. Pengertian Episiotomi .................................................. 2.2.2. Tujuan Episiotomi......................................................... 2.2.3. Waktu Episiotomi ........................................................ 2.2.4. Macam-macam Episiotomi .......................................... 2.2.5. Teknik Penjahitan Luka ............................................... 2.3. Presentasi Bokong .................................................................... 2.3.1. Pengertian Presentasi Bokong....................................... 2.3.2. Pertolongan Persalinan dengan Presentasi Bokong ...... 2.3.3. Diagnosa Presentasi Bokong......................................... 2.4. Bayi Besar ................................................................................ 2.4.1. Pengertian Bayi Besar ................................................... 2.4.2. Pertolongan Persalinan Bagi Bayi Besar ...................... 2.5. Kerangkap Konsep ................................................................... 6 6 6 7 7 8 8 9 9 10 10 11 11 12 12 13 13 BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 3.1. Jenis Penelitian ........................................................................ 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................... 3.2.1. Lokasi Penelitian .......................................................... 3.2.2. Waktu Penelitian .......................................................... 14 14 14 14 14 3.3. Populasi dan Sampel ................................................................ 3.3.1. Populasi ........................................................................ 3.3.2. Sampel .......................................................................... Metode Pengumpulan Data ...................................................... Defenisi Operasional ................................................................ Pengolahan Data danAnalisa Data ........................................... 3.6.1. Pengolahan Data .......................................................... 3.6.2. Analisadata.............................................................. ...... 14 14 15 15 15 16 16 16 BAB IV HASIL PENELITIAN ....................................................................... 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................ 4.2. Analisis Univariat .................................................................... 4.2.1. Distribusi Presentasi Bokong Diklinik Elvina Tanjung Sari ................................................................................ 4.2.2. Distribusi Bayi Besar Diklinik Elvina Tanjung Sari..... 4.3. Analisis Bivariat ...................................................................... 4.3.1. Hubungan Presentasi Bokong dengan Terjadinya Episiotomi .................................................................... 4.3.2. Hubungan Bayi Besar dengan Terjadinya Episiotomi . 18 18 18 BAB V PEMBAHASAN ................................................................................. 5.1. Pembahasan .............................................................................. 5.1.1. Hubungan Presentasi Bokong dengan Episiotomi ....... 5.1.2. Hubungan Bayi Besar Dengan Episiotomi .................. 22 22 22 24 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 6.1. Kesimpulan .............................................................................. 6.2. Saran ......................................................................................... 26 26 26 3.4. 3.5. 3.6. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 18 19 19 19 20 DAFTAR TABEL No. Judul Halaman 3.1. Defenisi Operasional ................................................................................. 15 4.1. Distribusi Menurut Presentasi Bokong di Klinik Elvina Tanjung Sari Medan Tahun 2014.................................................................................... 18 Distribusi Menurut Bayi Besar di Klinik Elvina Tanjung Sari Medan Tahun 2014 ................................................................................................ 19 Hubungan Presentasi Bokong terhadap Episiotomi di Klinik Elvina Tanjung Sari Medan Tahun 2014 .............................................................. 20 Hubungan Bayi Besar terhadap Terjadinya Episiotomi di Klinik Elvina Tanjung Sari Medan Tahun 2014 .............................................................. 20 4.2. 4.3. 4.4. DAFTAR GAMBAR No. 2.1. Judul Halaman Kerangka Konsep ...................................................................................... 13 DAFTAR LAMPIRAN No. Judul 1. Kuesioner Penelitian 2. Master Data 3. Tabel Distribusi Frekuensi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persalinan merupakan proses yang sangat penting bagi seorang ibu dalam proses persalinan tersebut secara alamiah ibu bersalin akan banyak mengeluarkan energi dan mengalami perubahan-perubahan baik secara fisiologis dan psikologis sehingga dukungan pada ibu bersalin sangat diperlukan (Rohani, 2011). Di dunia kedokteran ada dua jenis persalianan yaitu persalinan normal dan persalinan caesar. Persalinan normal (persalinan per vaginam) merupakan persalinan melalui vagina tanpa memakai alat atau pertolongan istimewa serta tidak melukai ibu maupun bayi (kecuali episiotomi) yang berlangsung dalam 24 jam (Wiknjosastro, 2002). Salah satu yang paling banyak ditakuti oleh para ibu hamil pada saat proses melahirkan adalah episiotomi. Saat ini banyak pandangan di masyarakat bahwa proses persalinan harus dilakukan melalui episiotomi. Bayangan akan rasa sakit yang tak terkira pada saat proses episiotomi selalu menghantui para ibu hamil kadang ketakutan yang berlebih ini justru membuat proses persalinan itu sediri menjadi tidak berjalan lancar. Untuk menghindarkan hal tersebut ada baiknya para ibu hamil mengenal lebih jauh apa itu episiotomi. Walaupun terdapat catatan bahwa episiotomi telah dilakukan selama sedikitnya 200 tahun, di inggris menurut sejarahnya bidan bangga akan kemampuan mereka untuk mengeluarkan bayi tanpa trauma. Seorang bidan yang dilatih tahun 1929 mengatakan “semua hal yang kita latih adalah untuk melindungi perenium, bukan untuk merobeknya” dan bidan lainnya yang dilatih pada tahun 1935 menyatakan bahwa merobek merupakan suatu aib (boyle, 2009). llmu Kesehatan berkembang sangat pesat temuan dan hipotesis yang diajukan pada waktu yang lalu secara cepat digantikan dengan temuan baru yang segera menggugurkan teori yang ada sebelumnya. Sementara hipotesis yang diujikan sebelumnya bisa saja segera ditinggalkan karena muncul pengujian-pengujian hipotesis baru yang lebih sempurna. Sebagai contoh jika sebelumnya diyakini bahwa episiotomi merupakan salah satu prosedur rutin persalinan khususnya pada primigravida, saat ini keyakinan itu digugurkan oleh temuan yang menunjukkan bahwa episiotomi secara rutin justru sering menimbulkan berbagai permasalahan yang kadang justru lebih merugikan bagi quality of life pasien. Episiotomi merupakan tindakan menggunting jaringan antara muara vagina dan anus (jaringan perineum) saat proses melahirkan. Tujuan utamanya tentu saja untuk mempermudah lahirnya bayi. Dulu episiotomi merupakan tindakan rutin artinya dalam setiap persalinan selalu dilakukan. Hal yang menjadi pertimbangan adalah robekan akibat episiotomi cenderung lebih kecil dan lebih rapi dibandingkan robekan yang terjadi secara alami. Selain itu luka episiotomi juga dianggap lebih cepat sembuh tetapi saat ini episiotomi tidak lagi dianjurkan. Beberapa penelitian membuktikan bahwa penyembuhan luka episiotomi menimbulkan ketidaknyamanan. Selain itu luka yang dibuat ternyata cenderung lebih luas dibanding jika robekan terjadi sendiri, pada beberapa wanita luka episiotomi juga dapat menimbulkan nyeri saat berhubungan seksual bahkan selama berbulan-bulan setelah melahirkan. Walaupun sudah tidak dianjurkan, bukan berarti teknik episiotomi tidak boleh sama sekali. Pada keadaan tertentu episiotomi tetap dilakukan misalnya jika posisi bayi tidak normal bayi harus dilahirkan secepatnya atau jika diperkirakan robekan yang terjadi akan sangat luas. Akan tetapi banyak wanita mendukung robekan perenium spontan yang memerlukan jahitan. Garcia et al menemukan bahwa dari total 1951 kelahiran spontan pervaginam 57% ibu mendapatkan jahitan (28% karena episiotomi dan 29% karena robekan), dan penulis latin mengutip gambaran yang sama. Oleh karena itu perawatan luka ini memerlukan bagian umum asuhan posnatal yang dilakukan oleh semua bidan (Boyle, 2009). Dahulu episiotomi dilakukan secara rutin namun tidak lagi saat ini. Banyak dokter dan beberapa studi klinik yang menunjukkan bahwa episiotomi dilakukan untuk menghindari luka perenium yang lebih parah. Beberapa pemulihan menunjukan bahwa suatu robekan akan sembuh lebih baik dari pada episiotomi namun terlepas dari bagaimana robekan diperbaiki trauma perenium dengan atau tanpa jahitan mengharuskan penyembuhan dan asuhan serta saran dari bidan dapat mempercepat kesembuhan luka. Pada umumnya bokong tidak membuka perenium secukupnya tidak memungkinkan lewatnya kepala dengan mudah maka diperlukan episiotomi. Kejadian letak sungsang berkisar antara 2-3% bervariasi di berbagai tempat. Sekalipun kejadian kecil, tetap mempunyai penyulit yang besar dengan angka kematian sekitar 20-30%. Pada letak kepala, kepala yang merupakan bagian terbesar lahir terlebih dahulu, sedangkan pesalinan letak sungsang justru kepala yang merupakan bagian terbesar bayi akan lahir terakhir. Dan Bayi besar atau istilah latin dikenal makrosomia atau Giant Baby (bayi raksasa) adalah bayi dengan berat badan diatas 4 kilogram kejadian sangat berparisi antara 8-10% total kelahiran. Berdasarkan survei awal yang dilakukan penelitian di Klinik Elvina Tanjung Sari pada Tahun 2014 yang bersalin sebanyak 30 orang yang mengalami episiotomi sebanyak 15 orang (50,0%). Berdasarkan penjelasan di atas peneliti tertarik melakukan penelitian tentang hubungan yang mempengaruhi terjadinya episiotomi di Klinik Elvina Tanjung Sari Medan. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah hubungan presentasi bokong dan bayi besar dengan episiotomi di Klinik Elvina Tanjung Sari Medan”. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui adakah hubungan presentasi bokong dan bayi besar dengan episiotomi di Klinik Elvina Tanjung Sari Medan. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui apakah presentasi bokong berhubungan dengan episiotomi. 2. Untuk mengetahui apakah bayi besar berhubungan dengan episiotomi. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini adalah: 1. Bagi Peneliti Dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta pengalaman peneliti dalam penerapan ilmu yang didapat selama pendidikan. 2. Bagi Pendidikan Sebagai bahan referensi dan sumber informasi di perpustakaan Akbid Audi Husada Medan. 3. Bagi Tempat Peneliti Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk upaya pencegahan dan penanganan terjadinya episiotomi di Klinik Elvina Tanjung Sari Medan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Persalinan 2.1.1. Pengertian Persalinan Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir, dengan bantuan atau tanpa bantuan (muchtar 2002). Persalinan merupakan proses yang sangat penting bagi seorang ibu, dalam proses persalinan tersebut secara alamiah ibu bersalinan akan banyak mengeluarkan energi dan mengalami perubahan-perubahan baik secara fisiologis dan psikologis sehingga dukungan pada ibu bersalin sangat diperlukan. Asuhan persalinan normal merupakan asuhan yang bersih dan aman selama persalinan dan setelah bayi lahir, serta upaya pencegahan komplikasi terutama perdarahan pasca persalinan, hipotermia dan asfiksia bayi baru lahir. Oleh karena itu peran petugas kesehatan adalah memantau persalinan untuk mendeteksi adanya komplikasi dan memberikan kenyamanan saat bersalin (Rohani, 2011). Macammacam persalinan, yaitu: Persalinan spontan : Persalinan yang berlangsung dengan kekutan sendiri dan keluar melalui jalan lahir dan tanpa melukai pasien. Persalinan buatan : Persalinan yang berlangsung dengan menggunakan alat bantu dan dapat melukai pasien. Persalinan anjuran : Persalinan yang dimulai setelah terjadi pemecahan ketuban dan setelah pemberian pitocyn prostaglandin. 2.2. Episiotomi 2.2.1. Pengertian Episiotomi Fielding ould, pada tahun 1872 mungkin merupakan dokter ahli kebidanan yang melaksanakan episiotomi. Istilah lain “episiotomi” secara harfiah berarti “memotong pudenda atau genital”, tetapi istilah ini merujuk pada suatu operasi perineotomi atau suatu insisi perenium. Episiotomi dilakukan dengan membuat insisi bedah kecil kedalam perenium yang membantu mencegah peregangan berlebihan oleh kepala bayi pada jaringan vulva posterior serta otot-otot perenium dan mengganti robekan vagina serta perenium yang tidak beraturan dengan jaringan yang terpotong rapi dan bersi sehingga memungkinkan perbaikan optimal (Maimunah, 2009). Episiotomi adalah sayatan dari daerah vagina ke arah anus untuk meluaskan jalan lahir bayi (Sinsin, 2008, hlm. 88). Menurut pendapat lain episiotomi merupakan suatu tindakan insisi pada perenium yang dimulai dari cicin vulva kebawah dengan menghindari anus dan muskulus spingter dimana insisi menyebabkan terpotongnya selaput lendir vagina, cicin selaput dara, jaringan pada septum regtovaginal, otot-otot fasia perenium dan kulit sebelah depan perenium untuk melebarkan orifisium (lubang/muara) vulva sehingga mempermudah jalan keluar bayi dan mencegah ruptur perini totalis (Yeyeh 2010). Episiotomi yang dilakukan pada saat yang tepat tidak hanya memudahkan kelahiran tetapi juga mengurangi penekanan kepala pada perenium sehingga membantu mencegah kerusakan otak, ini berlaku untuk setiap bayi tetapi yang paling penting untuk bayi dengan daya tahan yang rendah terhadap trauma seperti bayi prematur, bayi yang lahir dari ibu yang menderita diabetes dan bayi dengan erythroblastosis (Hakimi 2010). 2.2.2. Tujuan Episiotomi Membentuk sayatan yang lurus untuk mempercepat persalinan dengan melebarkan jalan lahir sehingga dapat mengurangi tekanan kepala anak untuk mencegah trauma kepala pada janin akibat jalan lahir yang sempit dan dapat menghindari robek vagina yang spontan dan tidak teratur ( Indriarti 2007) 2.2.3. Waktu Episiotomi Episiotomi dilakukan ketika perenium menonjol ketika diameter kulit kepala bayi terlihat 3-4 cm sewaktu his dan ketika bagian terendah akan dilahirkan dengan tiga atau empat kontraksi berikutnya (Hakimi 2010). Episiotomi dilakukan jika adanya indikasi seperti: adanya gawat janin dan bayi akan segera dilahirkan dengan tindakan, penyulit kelahiran pervaginam, jaringan perut pada perenium atau vagina yang memperlambat kemajuan persalinan (Maimunah, 2009). 2.2.4. Macam-macam Episiotomi 1. Episiotomi mediana Di kerjakan pada garis tengah, Mudah diperbaiki kesalahan penyembuhan jarang, tidak begitu sakit pada masa nipas, dispareun jarang terjadi,hasil dari anatomik selalu bagus, hilangnya darah lebih sedikit, perluasan ke sfingter ani dan kedalam reptum agak sering (Sisin 2008). 2. Episiotomi mediolateral Dikerjakan pada garis tengah yang dekat muskuls sfingter ani dan diperluas kesisi. Lebih sulit memperbaikinya, kesalahan penyembuhan lebih sering terjadi, rasa nyeri pada spertiga kasus selama beberapa hari, kadang kala diikuti dispareuni, hasil akhir anotomik sedikit banyak kurang baik, kehilangan darah lebih banyak, peluasan kesfingter jarang (Sisin 2008). 3. Episiotomi lateral Sayatan kearah paha. Keuntungannya resiko untuk putusnya otot anus lebih sedikit. Kelemahannya tipe lateral nisa menyebabkan otot disekitar sayatan menjadi mengerut tidak beraturan hingga dapat menyebabkan nyeri saat berhubungan seks (Sisin 2008). 2.2.5. Tehnik Penjahitan Luka Episitomi 1. Menjahit luka episiotomi mediana Mula-mula otot perenium kiri dan kanan dirapatkan dengan beberapa jahitan, kemudian fasia dijahit dengan beberapa jahitan lalu lender vagina dijahit pula dengan bebera jahitan. Terakhir kulit perenium dijahit dengan empat atau lima jahitan, jahitan dapat dilakukan secara terputus-putus atau secara jelujur. Benang yang dipakai untuk menjahit otot, fasia dan selaput lender adalah catgut chromic, sedangkan untuk kulit perenium dipakai benang sutera. 2. Menjahit luka episiotomi mediolateral Pada tehnik ini insisi dimulai dari bagian belakang introitusvagina menuju kearah belakang dan samping. Arah insisi ini dapat dilakukan kea rah kanan atau kiri tergantung kepda orang yang melakukannya, panjang insisi kira-kira 4 cm tehnik menjahit sama pada luka episiotomi medialis. Penjahitan dilakukan sedemikian rupa sehingga setelah penjahitan selesai hasilnya harus semetris. 3. Menjahit luka episiotomi lateral Pada tehnik ini insisi dilakukan ke arah lateral mulai dari kira-kira pada jam 3 atau jam 9 menurut arah jarum jam, tehnik ini sering tidak dilakukan lagi oleh karena banyak menimbulkan komplikasi, tehnik penjahitan sama sama dengan luka episiotomi mediolateral. 2.3. Presentasi Bokong 2.3.1. Pengertian Presentasi Bokong Presentasi bokong adalah letak memanjang dengan kelainan dalam polaritas, panggul janin merupakan kutub bawah penunjuknya adalah presentasi bokong dengan sakrum janin ada dikuadran kanandepan panggul ibu dan diameter bitrohanterica janin berada pada diameter obligua dextra panggul ibu (Muhammad 2010). 2.3.2. Pertolongan Persalinan dengan Presentasi Bokong Oleh karena pada umumnya bokong tidak membuka peranium secukupnya tidak memungkinkan lewatnya kepala dengan mudah maka diperlukan episiotomi. Lebih aman untuk membuat episiotomi yang lebar untuk menghindari masih harus memperlebarnya lagi apabila belum cukup untuk dilalui kepala. Lebih disukai insisi labiolateral, peratiotomi harus dilakukan pada saat yang optimal yakni sebelum bokong membuka pintu. Bila tidak demikian maka penolong dihadapkan pada situasi ia harus menolong bayi dan mwlakukan insisi bersama-sama sebaliknya apabila episiotomi dilakukan secara awal akan menyebabkan perdarahan yang banyak jadi episiotomi harus dilakukan sesaat sebelum bokong membuka pintu atau bila penolong merasa bokong akan dilahirkan dalam satu atuau dua kontraksi berikutnya (Dr.M.akimi 2010). 2.3.3. Diagnosa Presentasi Bokong Diagnosis letak sungsang umumnya tidak sulit. Pada pemeriksaan luar, di bagian bawah uterus tidak dapat diraba bagian yang keras dan bulat, yakni kepala, dan kepala teraba di fundus uteri. Kadang-kadang bokong janin teraba bulat dan dapat memberi kesan seolah-olah kepala, tetapi bokong tidak dapat digerakkan semudah kepala. Seringkali wanita tersebut menyatakan bahwa kehamilannya terasa lain daripada kehamilan yang terdahulu, karena terasa penuh di bagian atas dan gerakan terasa lebih banyak di bagian bawah. Denyut jantung janin umumnya ditemukan setinggi atau sedikit lebih tinggi daripada umbilicus. Apabila diagnosis letak sungsang dengan pemeriksaan luar tidak dapat dibuat, karena misalnya dinding perut tebal, uterus mudah berkontraksi atau banyaknya air ketuban, maka diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan dalam. Apabila masih ada keragu-raguan, harus dipertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan ultrasonografik atau MRI (Magnetic Resonance Imaging). 2.4. Bayi Besar 2.4.1. Pengertian Bayi Besar Pada panggul normal janin dengan berat badan 4 kg. Kejadin sangat berpariasi antara 8-10% total kelahiran. Kasus bayi besar dengan BB dibawah 5 kg masih sering terjadi akan tetapi bayi yang lahir dengan berat ekstrim 6 kg masih jarang terjadi (yulianti, 2010). Setiap bayi yang lahir besar bresiko terjadi komplikasi saat persalinan, resiko yang terjadi bisa berupa sulitnya bayi keluar melalui jalan lahir, perdarahan paska persalinan akibat robekan pada jalan lahir atau tersangkutnya bahu anak yang berakibat bayi sulit bernafas, bahkan bila tersangkutnya bahu tidak segera tertolong menyebabkan kematian sang anak. Bagian yang paling besar dan keras dari janin bayi adalah kepala janin, posisi dan besar kepala janin dapat mempengaruhi jalannya persalinan sehingga dapat membahayakan hidup dan kehidupan janin kelak: hidup sempurana, cacat atau akhirnya meninggal. Biasanya apabila kepala janin sudah lahir maka bagian-bagian lain akan mudah menyusul kemudian. 2.4.2. Pertolongan Persalinan Bagi Bayi Besar Pada kesukaran melahirkan bahu janin hidup dilakukan episiotomi yang cukup lebar dan di usahakan lahir atau bahu diperkecil dengan melakukan mediotomi unilateral (Mochtar 1998). 2.5. Kerangka Konsep Kerangka konsep penelitian tentang hubungan presentasi bokong dan bayi besar dengan episiotomi di Klinik Elvina Tanjung Sari Medan Tahun 2014. Variabel Independen Variabel Dependen - Presentasi bokong - Bayi besar Episiotomi Gambar 2.1. Kerangka Konsep BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian bersifat survei analitik dengan metode croos sectional. 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Klinik Elvina Tanjung Sari Medan dengan alasan menetapkan lokasi penelitian adalah karena penelitian ini belum pernah dilakukan penelitian tentang hubungan presentai bokong dan bayi besar dengan episiotomi dan lokasi penelitian yang telah diajukan peneliti dalam melakukan penelitian tentang episiotomi. 3.2.2. Watu Penelitian Adapun waktu penelitian adalah pada Januari-Juni 2014. 3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang bersalin di Klinik Elvina Tanjung Sari Medan Pada Januari-April 2014 berjumlah 30 orang. 3.3.2. Sampel Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah semua jumlah populasi dijadikan menjadi sampel. Tehnik dalam pengambilan sampen dalam penelitin ini adalah menggunakan metode total sampling. Besar sampel dalam penelitian ini adalah 30 orang. 3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Jenis Data a. Data sekunder Pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari data yang ada di Klinik Elvina Tanjung Sari. Data tersebut berisi hasil jumlah ibu bersalin penyebab terjadinya episiotomi. 3.5. Defenisi Operasional Tabel 3.1. Defenisi Operasional Nama Variabel Variabel bebas 1.Presentasi bokong 2. Bayi besar Variabel terikat episiotomi Defenisi Operaional Skala Ukur Presentasi bokong adalah letak Ordinal memanjang dengan kelainan dalam polaritas, panggul janin merupakan bagian terbawah janin (muhammad, 2010) bayi besar yaitu bayi lahir Ordinal dengan berat diatas 4 kilogram. Suatu tindakan insisi pada Ordinal perenium yang dimulai dari cincin vulva kebawah dengan menghindar anus dan muskulus spingter ani untuk melebar orifisium (lubang/muara) vulva sehingga mempermudah jalan keluar bayi dan mencegah ruptur perini totalis Hasil ukur 0. presentasi bokong 1. tidak presentasi bokong 0. bayi besar 1. tidak bayi besar 0. Ya 1. Tidak 3.6. Pengolahan Data dan Analisa Data 3.6.1. Pengolahan Data Kegiatan pengolahan data dilakukan setelah semua data dikumpulkan. Kemudian data yang ada diolah dengan menggunakan kompurter. 1. Coding Merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjdi data berbentuk angka/bilangan 2. Processing Setelah data dicoding maka langkah slanjutnya melakukan entry dari data yang ada kedalam komputer, salah satu paket program yang digunakan adalah SPSS for window. 3. Cleaning Data yang telah di entry diperiksa kelengkapan dan kebenarannya kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi. 3.6.2. Analisa Data a. Analisa Univariat Analisa data secara univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Analisis ini digunakan untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan presentasi dari setiap variabel. b. Analisa Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk menguji ada tidaknya hubungan presentasi bokong dan bayi besar dengan kejadian Episiotomi dengan mempergunakan SPSS. Untuk melihat hubungan presentasi bokong dan bayi besar dengan kejadian episiotomi dengan menggunakan uji statistik chi square dengan α = 0,05 di klinik Elvina Tanjung Sari Medan. BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Klinik bersalin Elvina berlokasi di Tanjung Sari Medan, dimana terdiri dari 3 ruangan yaitu : Ruang bersalin, ruang inap untuk pasien post partum maupun berobat umum dan ruangan pemeriksaan. Adapun para tenaga kesehatannya terdiri dari Bidan Anita Parangin-angin serta dokter penanggung jawabnya Dr. Risman F. Kaban DSOG. 4.2. Analisis Univariat Karakteristik responden yang diteliti dalam penelitian ini meliputi : presentasi bokong dan bayi besar. 4.2.1. Distribusi presentasi bokong di Klinik Elvina Tanjung Sari Untuk melihat status persalinan presentasi bokong di Klinik Elvina Tanjung Sari Medan Tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 4.1: Tabel 4.1. Distribusi Menurut Presentasi Bokong di Klinik Elvina Tanjung Sari Medan Tahun 2014 No 1 2 Presentasi bokong Presentasi bokong Tidak presentasi bokong Jumlah F 16 14 30 % 53,3 46,7 100,0 Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa persalinan yang banyak yaitu presentasi bokong sebanyak 16 persalinan (53,3%), dan yang paling sedikit yaitu tidak presentasi bokong sebanyak 14 persalinan (46,7%). 4.2.2. Distribusi Bayi Besar di Klinik Elvina Tanjung Sari Untuk melihat jumlah besar bayi di Klinik Elvina Tanjung Sari Medan Tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 4.2: Tabel 4.2. Distribusi Menurut Bayi Besar di Klinik Elvina Tanjung Sari Medan Tahun 2014 No 1 2 Bayi besar Bayi besar Tidak bayi besar Jumlah F 17 13 30 % 56,7 43,3 100,0 Dari tabel di atas dapt dilihat bahwa bayi besar sebanyak 17 orang (56,7%), dan tidak bayi besar sebanyak 13 orang (43,3%). 4.3. Analisis Bivariat Analisa bivariat adalah untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya Episiotomi pada ibu bersalin dipakai dengan uji chi-squere ditujukan dengan analisa crostab dan didapat hasilnya sebagai berikut: 4.3.1. Hubungan Presentasi Bokong dengan Terjadinya Episiotomi Untuk melihat pengaruh presentasi bokong terhadap terjadinya Episiotomi di Klinik Elvina Tanjung Sari Medan Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 4.6: Tabel 4.3. Hubungan Presentasi Bokong terhadap Episiotomi di Klinik Elvina Tanjung Sari Medan Tahun 2014 No 1 2 Presentasi Bokong Presentasi bokong Tidak presentasi bokong Total Episiotomi Ya Tidak n % n % 11 73,3 4 26,7 4 26,7 11 73,3 Total N % 15 100,0 15 100,0 15 30 50,0 15 50,0 Prob 0,028 100 Berdasrakan dari tabel di atas dapat disimbulkan bahwa presentasi bokong berhubungan dengan terjadinya episiotomi yaitu sekitar 11 orang (73,3%) dan yang tidak mempengaruhi yaitu sekitar 4 orang (26,7%). Dan dilihat dari uji chi-square diperoleh probalitas 0,028 < α 0,005 berarti Ho ditolak, artinya terdapat hubungan antara presentasi bokong dengan terjadinya episiotomi di Klinik Elvina Tanjung Sari Medan Tahun 2014. 4.3.2 Hubungan Bayi Besar terhadap Terjadinya Episiotomi Untuk melihat pengaruh bayi besar terhadap terjadinya episiotomi di Klinik Elvina Tanjung Sari Medan Tahun 2014 dapa dilihat pada tabel 4.7: Tabel 4.4. Hubungan Bayi Besar terhadap Terjadinya Episiotomi di Klinik Elvina Tanjung Sari Medan Tahun 2014 No 1 2 Bayi besar Bayi besar Tidak bayi besar Total episiotomi Ya Tidak n % n % 12 70,6 5 29,4 3 23,1 10 76,9 15 50,0 15 50,0 Total N % 17 100,0 13 100,0 30 100,0 Prob 0,027 Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa dari 17 bayi yang bayi besar saat lahir lebih banyak yang terjadinya episiotomi yaitu sekitar 12 bayi (70,6%) dan yang tidak mempengaruhi terjadinya episiotomi sekitar 5 bayi (29,4%). Sedangkan tidak bayi besar saat lahir lebih sedikit yang mengalami episiotomi sekitar 3 bayi (23,1%) dibandingkan yang tidak mengalami episiotomi yaitu sekitar 10 bayi (76,9%). Dan dilihat berdasarkan uji chi-square diperoleh probalitas 0,027 < α 0,005 berarti Ho ditolak, artinya terdapat hubungan antara bayi besar dengan terjadinya episiotomi di Klinik Elvina Tanjung Sari Medan Tahun 2014. BAB V PEMBAHASAN 5.1. Pembahasan Dari hasil penelitian tentang hubungan presentasi bokong dan bayi besar dengan terjadinya episotomi di Klinik Elvina Tanjung Sari Tahun 2014 maka pembahasanmya sebagai berikut : 5.1.1. Hubungan Presentasi Bokong dengan Terjadinya Episiotomi Dapat disimbulkan bahwa presentasi bokong berhubungan dengan terjadinya episiotomi yaitu sekitar 11 orang (73,3%). Dan dilihat dari uji chi-square diperoleh probalitas 0,028 < α 0,005 berarti Ho ditolak, artinya terdapat hubungan antara presentasi bokong dengan terjadinya episiotomi di Klinik Elvina Tanjung Sari Medan Tahun 2014. Menurut Dr.Muhammad (2010) presentasi bokong adalah letak memanjang dengan kelainan dalam polaritas, panggul janin merupakan kutub bawah penunjuknya adalah presentasi bokong dengan sakrum janin ada dikuadran kanan depan panggul ibu dan diameter bitrohanterica janin berada pada diameter obligua dextra panggul ibu. Pada umumnya bokong tidak membuka perenium secukupnya untuk memungkinkan lewatnya kepala dengan mudah maka diperlukan episiotomi. Lebih aman untuk membuat episiotomi yang lebar untuk menghindari masih harus melebarnya lagi apabila belum cukup untuk melewati kepala. Periotomi dilakukan sebelum bokong membuka pintu bila tidak demikian maka penolong dihadapkan di situasi ia harus melahirkan bayi dengan melakukan insisi bersama-sama, sebaliknya apabila episiotomi terlalu awal dilakukan akan menyebabkan perdarahan banyak. Jadi episiotomi dilakukan sebelum bokong membuka pintu atau penolong merasa bokong akan dilahirkan dalam satu atau dua kontraksi berikutnya. Menurut Prof.Dr.Ida Bagus Gede Manuaba,SpOG. Kejadian letak sungsang berkisar antara 2-3% bervariasi di berbagai tempat. Sekalipun kejadian kecil, tetap mempunyai penyulit yang besar dengan angka kematian sekitar 20-30%. Pada letak kepala, kepala yang merupakan bagian terbesar lahir terlebih dahulu, sedangkan pesalinan letak sungsang justru kepala yang merupakan bagian terbesar bayi akan lahir terakhir. Persalinan kepala pada letak sungsang tidak mempunyai mekanisme “Maulage” karena susunan tulang dasar kepala yang rapat dan padat, sehingga hanya mempunytai waktu 8 menit, setelah badan bayi lahir. Keterbatasan waktu persalinan kepala dan tidak mempunyai mekanisme maulage dapat menimbulkan kematian bayi yang besar. Menurut asumsi penulis bahwa responden yang mengalami persalinan dengan letak bokong cendrung menglami episiotomi atau dengan ceasar. Adapun responden yang mengalami episiotomi disebabkan karena bokong tidak membuka perenium secukupnya untuk memungkinkan lewatnya kepala dengan maka diperlukan episiotomi. Oleh karena itu tenaga medis, terutama bidan dihruskan memiliki pengetahuan an pelayanan yang cukup dalam hal kehamilan dan persalinan. Seorang ibu juga diharuskan untuk mengontrol kehamilan pada tim medis, baik bidan maupun tenaga medis kesehatan lainnya untuk memperoleh informasi yang bermanfaat bagi ibu dan janin demi keselamatan dimasa ini dan akan datang. 5.1.2. Hubungan Bayi Besar dengan Terjadinya Episiotomi Dapat dilihat bahwa dari 17 bayi yang mengalami bayi besar saat lahir lebih banyak yang terjadinya episiotomi yaitu sekitar 12 bayi (70,6%). Dan dilihat berdasarkan uji chi-square diperoleh probalitas 0,027 < α 0,005 berarti Ho ditolak, artinya terdapat hubungan antara bayi besar dengan terjadinya episiotomi di Klinik Elvina Tanjung Sari Medan Tahun 2014. Menurut mochtar (1998) Pada panggul normal janin dengan berat badan 40004500 gr umumnya tidak menimbulkan kerusakan persalinan, distosia akan diperoleh bila janin lebih besar dari 4000-4500 gr atau pada kepala yang sudah keras dan pada bahu yang lebar. Setiap bayi yang lahir besar bresiko terjadi komplikasi saat persalinan, resiko yang terjadi bisa berupa sulitnya bayi keluar melalui jalan lahir, perdarahan paska persalinan akibat robekan pada jalan lahir atau tersangkutnya bahu anak yang berakibat bayi sulit bernafas, bahkan bila tersangkutnya bahu tidak segera tertolong menyebabkan kematian sang anak. Bagian yang paling besar dan keras dari janin bayi adalah kepala janin, posisi dan besar kepala janin dapat mempengaruhi jalannya persalinan sehingga dapat membahayakan hidup dan kehidupan janin kelak: hidup sempurana, cacat atau akhirnya meninggal. Biasanya apabila kepala janin sudah lahir maka bagian-bagian lain akan mudahmenyusul kemudian. Menurut asumsi penulis bahwa responden yang mengalami persalinan dengan bayi besar cendrung menglami episiotomi atau dengan ceasar. Adapun responden yang mengalami episiotomi disebabkan karena ibu yang mengalami diabetes atau ibu yang sering minum es saat hamil . Oleh karena itu tenaga medis, terutama bidan dihruskan memiliki pengetahuan an pelayanan yang cukup dalam hal kehamilan dan persalinan. Seorang ibu juga diharuskan untuk mengontrol kehamilan pada tim medis, baik bidan maupun tenaga medis kesehatan lainnya untuk memperoleh informasi yang bermanfaat bagi ibu dan janin demi keselamatan dimasa ini dan akan datang. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti di Klinik Elvina Tanjung Sari Tahun 2014 dapat di ambil kesimpulan bahwa presentai bokong dan bayi besar ada hubungannya dengan terjadinya episiotomi : 1. Terdapat hubungan antara presentasi bokong dengan terjadinya episiotomi di Klinik Elvina Tanjung Sari Medan. 2. Terdapat hubungan antara bayi besar dengan terjadinya episiotomi di Klinik Elvina Tanjung Sari Medan. 6.2. Saran 1. Diharapkan kepada ibu bersalin yang mengalami episiotomi untuk merawat luka jahitan dan selalu memeriksakan keadaannya apabila ada keluhan agar dapat mencegah terjadinya infeksi pada tempat jahitan. 2. Diharapkan kepada ibu bidan anita sebagai kepala klinik Elvina medan ataupun tenaga kesehatan lainnya untuk memberikan informasi bahwa episiotomi hanya digunakan pada saat persalinan tidak dapat ditangani dengan normal dan harus dilakukan dengan dokter spesialis dikarenakan adanya bahaya episiotomi. 3. Diharapkan kepada Akademi Kebidanan Audi Husada Medan untuk menambah konferensi dan sumber informasi terutama tentang persalinan untuk menambah wawasan dan pengetahuan. DAFTAR PUSTAKA Ai Yeyeh Rukiah, 2009, Asuhan Kebidan II (persalinan), Jakarta. Ai Yeyeh Rukiah, Dkk, 2010, Asuhan Kebidanan IV (patologi), Trans info media, Jakarta. Dr. MariamStoppard, 2013, panduan mempersiapkan kehamilan dan kelahiran, Pustaka pelajar, Yogyakarta. Dr. M.Hakimi, Ph, D, 2010, Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan, Yayasan essentia medika (YEM), Yogyakarta. Maureen boyle, 2009, Pemulihan Luka, ECG, Jakarta. Notoatmojo, 2010, Metode penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta. Rustam Mochtar,1998 Sinopsis Obstetri, Edisi 2, Jakarta. Sarwono Prawirohardjo, Dkk, 2010, Ilmu Kebidanan, Bina Pustaka, Jakarta. Verney helen, 2006, Buku Saku Bidan ECG, Jakarta. Winkjosastro Hanafi, 2006, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka, Yogyakarta. Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian LEMBAR CEKLIS Nama : Persalinan : Episiotomi Tidak episiotomi Bayi besar : < 4000 gr < 4000 gr Letak bokong : Letak bokong Tidak letak bokong Lampiran 2 : Master Data Master Data Penelitian No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Presentasi bokong Bayi besar Episiotomi 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 Keterangan : Presentasi bokong 0. Presentasi bokong 1. Tidak presentasi bokong Bayi besar 0. bayi besar 1. tidak bayi besar Episiotomi 0. Ya 1. Tidak Lampiran 3 : Tabel Distribusi Frekuensi Presentasi Bokong Frequency Valid Percent Valid Percent Cumulative Percent mempengaruhi 16 53.3 53.3 53.3 tidak mempengaruhi 14 46.7 46.7 100.0 Total 30 100.0 100.0 Bayi Besar Frequency Valid Percent Valid Percent Cumulative Percent mempengaruhi 17 56.7 56.7 56.7 tidak mempengaruhi 13 43.3 43.3 100.0 Total 30 100.0 100.0 Episiotomi Frequency Valid Percent Valid Percent Cumulative Percent mempengaruhi 15 50.0 50.0 50.0 tidak mempengaruhi 15 50.0 50.0 100.0 Total 30 100.0 100.0 Crosstab Presentasi Bokong* Episiotomi Crosstabulasi episiotomi presentasi bokong mempengaruhi tidak mempengaruhi Total tidak mempengaruhi mempengaruhi Total Count 11 4 15 Expected Count 7.5 7.5 15.0 % within 73.3% presentasi bokong 26.7% 100.0% Count 4 11 15 Expected Count 7.5 7.5 15.0 % within 26.7% presentasi bokong 73.3% 100.0% Count 15 15 30 Expected Count 15.0 15.0 30.0 50.0% 100.0% % within 50.0% presentasi bokong Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 6.533a 1 .011 Continuity Correctionb 4.800 1 .028 Likelihood Ratio 6.794 1 .009 Fisher's Exact Test Exact Sig. (2- Exact Sig. sided) (1-sided) .027 Linear-by-Linear Association 6.316 N of Valid Casesb 30 1 .013 .012 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,50. b. Computed only for a 2x2 table Bayi Besar* Episiotomi Crosstabulasi episiotomi bayi besar mempengaruhi tidak mempengaruhi Total 12 5 17 Expected Count 8.5 8.5 17.0 % within bayi besar 70.6% 29.4% 100.0% 3 10 13 6.5 6.5 13.0 % within bayi besar 23.1% 76.9% 100.0% Count 15 15 30 Expected Count 15.0 15.0 30.0 % within bayi besar 50.0% 50.0% 100.0% mempengaruhi Count tidak Count mempengaruhi Expected Count Total Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 6.652a 1 .010 Continuity Correctionb 4.887 1 .027 Likelihood Ratio 6.946 1 .008 Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association 6.430 N of Valid Casesb 30 1 Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) .025 .013 .011 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,50. b. Computed only for a 2x2 table