BAB IV HASIL 4.1 Keragaman Jenis Bakteri Asal Spora FMA Sebanyak 12 jenis bakteri telah diisolasi dan dimurnikan dari spora Gigaspora sp. dan Glomus sp. Jenis-jenis bakteri tersebut tersaji pada Tabel 4. Tabel 4 Jenis-jenis bakteri asal spora FMA Spora FMA Gigaspora sp. Bakteri yang ditemukan 1. Bacillus subtilis 2. Bacillus licheniformis 3. Bacillus cereus 4. Bacillus brevis 5. Pseudomonas diminuta 6. Bacillus laterosporus 7. Bacillus pasteurii Glomus sp. 1. Bacillus circulans 2. Proteus penneri 3. Enterobacter hormaechei 4. Bacillus firmus 5. Bacillus cereus Jumlah bakteri yang ditemukan dari spora Gigaspora sp. sebanyak 7 jenis dan Glomus sp. sebanyak 5 jenis. Hanya satu jenis bakteri yang dijumpai pada kedua spora FMA tersebut yaitu B. cereus. Penampilan dari bakteri-bakteri yang ditemukan dapat dilihat pada Gambar 2. Bakteri yang berasal dari genus Bacillus sebanyak 9 jenis dan untuk genus Pseudomonas, Enterobacter dan Proteus masing-masing dijumpai 1 jenis. 30 Gambar 2 Jenis-jenis bakteri yang ditemukan dari spora FMA 31 4.2 Uji Stimulasi Mikoriza Hasil pengujian isolat-isolat bakteri terhadap kemampuannya dalam menstimulasi perkembangan hifa spora Gigaspora sp. disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Perkembangan hifa mikoriza Nama Bakteri Panjang hifa (µm) 121,21 bc* 143,04 ba 337,38 ba 199,33 b 222,45 ba 466,73 a 331,43 ba 129,36 bc 139,46 bc 160,68 bc 324,47 ba 181,46 b 31,74 c Kontrol Bacillus subtilis Bacillus licheniformis Bacillus cereus (GG) Bacillus brevis Pseudomonas diminuta Bacillus laterosporus Bacillus pasteurii Bacillus circulans Proteus penneri Enterobacter hormaechei Bacillus firmus Bacillus cereus (GL) *Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata berdasarkan uji lanjut Duncan pada tingkat kesalahan 5% Berdasarkan data pada Tabel 5, terlihat bahwa 8 jenis bakteri yaitu: P. diminuta, B. licheniformis, B. laterosporus, E. hormaechei, B. brevis, B. subtilis, B. cereus (GG), dan B. firmus mampu menstimulir perkembangan hifa mikoriza lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Bakteri yang menstimulir perkembangan hifa Gigaspora sp. lebih tinggi dibanding dengan bakteri yang lain yaitu P. diminuta. Hasil pengujian statistik menunjukan bahwa 3 bakteri memberikan pengaruh yang sama dengan kontrol dan 1 bakteri yaitu B. cereus (GL) berada di bawah kontrol. Perbedaan respon perkembangan mikoriza dengan pemberian bakteri dapat dilihat pada Gambar 3, sedangkan penampilan perkembangan hifa mikoriza terdokumentasi pada Gambar 4. 32 466.73 337.38 331.43 324.47 199.33 222.45 121.21 143.04 129.36 139.46 160.68 181.46 31.74 Gambar 3 Grafik perpanjangan hifa Gigaspora sp. Grafik pada Gambar 3 terlihat bahwa poligon berwarna merah menunjukkan bakteri yang menstimulir perpanjangan hifa paling tinggi, poligon yang berwarna hijau memperlihatkan kemampuan bakteri yang menghambat perkembangan hifa. Sedangkan poligon yang berwarna putih merupakan kontrol. 33 Spora Hifa Gambar 4 Perkembangan hifa mikoriza Gigaspora sp. 4.3 Uji Bakteri yang Berpotensi Menghasilkan Enzim Hidrolitik Dua belas isolat bakteri telah diuji kemampuannya dalam menghasilkan enzim hidrolitik selulase, protease, dan pektinase (Tabel 6). Hal ini dapat dilihat dengan adanya zona bening (halo) di sekeliling koloni bakteri (Gambar 6 dan 8). Hasil uji enzimatik dan ukuran diameter zona bening yang terbentuk dari masing- masing bakteri disajikan pada Gambar 5 dan 7. 34 Tabel 6 Aktivitas enzimatik (diameter halo (cm) ) bakteri yang diisolasi dari spora Gigaspora sp. dan Glomus sp. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Isolat bakteri Bacillus subtilis Bacillus licheniformis Bacillus cereus (GG) Bacillus brevis Pseudomonas diminuta Bacillus laterosporus Bacillus pasteurii Bacillus circulans Proteus penneri Enterobacter hormaechei Bacillus firmus Bacillus cereus (GL) Aktivitas enzimatik (ø zona bening, cm) Selulase Protease Pektinase 4,80 cd* 4,80 ba 0,00 2,83 e 0,00 c 0,00 5,70 b 6,50 a 0,00 0,00 f 5,77 a 0,00 5,10 cb 0,00 c 0,00 5,87 b 6,20 a 0,00 7,17 a 5,83 a 0,00 0,00 f 0,00 c 0,00 5,07 cb 4,73 ba 0,00 2,97 e 0,00 c 0,00 3,23 e 3,73 b 0,00 4,10 d 4,73 ba 0,00 * Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata berdasarkan uji lanjut Duncan pada tingkat kesalahan 5% Ada 7 bakteri yang mempunyai potensi aktivitas enzimatik selulase dan protease yaitu: B. subtilis, B. cereus (GG), B. laterosporus, B. pasteurii, P. penneri, B. firmus, dan B. cereus (GL). Bakteri yang mempunyai aktivitas selulase tertinggi yaitu B. pasteurii, dan yang mempunyai aktivitas protease tertinggi dijumpai pada B. cereus (GG). Bakteri yang tidak menunjukkan aktivitas selulase yaitu B. brevis dan B. circulans, untuk aktivitas protease dijumpai 8 jenis bakteri. B. circulans merupakan satu-satunya bakteri yang tidak menunjukkan aktivitas enzim hidrolitik. Ke-12 bakteri yang diujikan tidak menghasilkan aktivitas enzim pektinase. 35 7.17 5.7 5.87 4.8 5.1 5.07 2.83 4.1 2.97 3.23 0 0 Gambar 5 Grafik diameter zona bening (cm) akibat aktivitas bakteri penghasil selulase Grafik pada Gambar 5 menunjukkan perbedaan luasan diameter zona bening yang terbentuk pada media akibat aktivitas bakteri penghasil selulase. Aktivitas bakteri tertinggi terlihat pada poligon berwarna merah sedangkan aktivitas terendah tampak pada poligon yang berwarna hijau. Zona bening Gambar 6 Penampakan zona bening enzim selulase 36 6.5 6.2 5.77 5.83 4.8 4.73 4.73 3.73 0 0 0 0 Gambar 7 Grafik diameter zona bening (cm) akibat aktivitas bakteri penghasil protease Grafik pada Gambar 7 menunjukkan perbedaan luasan diameter zona bening yang terbentuk pada media akibat aktivitas bakteri penghasil protease. Aktivitas bakteri tertinggi terlihat pada poligon berwarna merah sedangkan aktivitas terendah tampak pada poligon yang berwarna berwarna hijau. Bakteri yang tidak memiliki aktivitas enzim protease tampak pada poligon yang berwarna putih. Zona Bening Gambar 8 Penampakan zona bening enzim protease 37 4.4 Uji Antagonis terhadap Fungi Patogen Pengujian isolat-isolat bakteri terhadap kemampuannya menghambat perkembangan hifa patogen dilakukan secara in vitro. Jenis-jenis patogen yang digunakan ialah patogen akar yang menyebabkan peyakit busuk akar dan lodoh kecambah (damping-off), yaitu Rhizoctonia sp. (Rhi), Sclerotium sp. (Scl) , dan Ganoderma sp. (Gano). Hasil pengujian penghambatan perkembangan patogen disajikan pada Tabel 7, 8 dan 9. Perbedaan respon penghambatan patogen dari setiap pemberian bakteri tersaji pada Gambar 9, 11 dan 13. Penampakan antagonis bakteri terhadap patogen terdokumentasi pada Gambar 10, 12 dan 14. Tabel 7 Perkembangan radial miselium dan persen penghambatan patogen Sclerotium sp. Isolat bakteri Kontrol Bacillus subtilis Bacillus licheniformis Bacillus cereus (GG) Bacillus brevis Pseudomonas diminuta Bacillus laterosporus Bacillus pasteurii Bacillus circulans Proteus penneri Enterobacter hormaechei Bacillus firmus Bacillus cereus (GL) Perkembangan radial miselium (cm) 9,00 a* 1,70 d 9,00 a 9,00 a 9,00 a 1,88 d 9,00 a 9,00 a 9,00 a 3,00 c 3,86 b 9,00 a 9,00 a Persen penghambatan (%) 0,00 81,11 0,00 0,00 0,00 79,11 0,00 0,00 0,00 66,67 57,11 0,00 0,00 * Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata berdasarkan uji lanjut Duncan pada tingkat kesalahan 5% 38 9 9 9 9 9 9 9 9 9 3.86 1.7 1.88 3 Gambar 9 Grafik panjang radial miselia patogen fungi Sclerotium sp. Poligon berwarna kuning, hijau, merah dan ungu pada Gambar 9 di atas menunjukkan empat bakteri yang memiliki kemampuan menghambat patogen fungi Sclerotium sp. poligon berwarna putih menunjukkan bakteri yang tidak memiliki kemampuan menghambat patogen. 39 Miselium Bakteri Fungi Fungi Bakteri Fungi Bakteri Fungi Gambar 10 Penampilan penghambatan patogen Sclerotium sp. oleh bakteri 40 Tabel 8 Perkembangan radial miselium dan persen penghambatan patogen Rhizoctonia sp. Isolat bakteri Kontrol Bacillus subtilis Bacillus licheniformis Bacillus cereus (GG) Bacillus brevis Pseudomonas diminuta Bacillus laterosporus Bacillus pasteurii Bacillus circulans Proteus penneri Enterobacter hormaechei Bacillus firmus Bacillus cereus (GL) Perkembangan radial miselium (cm) 9,00 a* 4,18 d 9,00 a 9,00 a 9,00 a 4,35 d 9,00 a 9,00 a 4,65 b 4,16 d 4,86 c 9,00 a 9,00 a Persen penghambatan (%) 0,00 53,56 0,00 0,00 0,00 51,67 0,00 0,00 48,33 53,78 46,00 0,00 0,00 *Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata berdasarkan uji lanjut Duncan pada tingkat kesalahan 5% 9 9 9 9 9 9 9 9 6.65 4.18 4.35 4.86 4.16 Gambar 11 Grafik panjang radial miselia patogen fungi Rhizoctonia sp. 41 Poligon berwarna kuning, hijau, merah, ungu dan biru pada Gambar 7 di atas menunjukkan lima bakteri yang memiliki kemampuan menghambat patogen fungi Rhizoctonia sp. Poligon yang berwarna berwarna putih menunjukkan bakteri yang tidak memiliki kemampuan menghambat fungi patogen. Miselium Bakteri Fungi Fungi Bakteri Fungi Gambar 12 Penampilan penghambatan patogen Rhizoctonia sp. oleh bakteri 42 Tabel 9 Perkembangan radial miselium dan persen penghambatan patogen Ganoderma sp. Isolat bakteri Kontrol Bacillus subtilis Bacillus licheniformis Bacillus cereus (GG) Bacillus brevis Pseudomonas diminuta Bacillus laterosporus Bacillus pasteurii Bacillus circulans Proteus penneri Enterobacter hormaechei Bacillus firmus Bacillus cereus (GL) Perkembangan radial miselium (cm) 9,00 a* 1,04 c 9,00 a 9,00 a 9,00 a 1,13 c 9,00 a 9,00 a 9,00 a 0,93 d 3,68 b 9,00 a 9,00 a Persen penghambatan (%) 0,00 88,44 0,00 0,00 0,00 87,45 0,00 0,00 0,00 89,67 59,11 0,00 0,00 *Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata berdasarkan uji lanjut Duncan pada tingkat kesalahan 5% 9 9 9 9 9 9 9 9 9 3.68 1.04 1.13 0.93 Gambar 13 Grafik panjang radial miselia patogen fungi Ganoderma sp. 43 Poligon berwarna kuning, hijau, merah dan ungu pada Gambar 13 di atas menunjukkan empat bakteri yang memiliki kemampuan menghambat patogen fungi Ganoderma sp. poligon berwarna putih menunjukkan bakteri yang tidak memiliki kemampuan menghambat patogen. Bakteri Fungi Gambar 14 Penampilan penghambatan patogen Ganoderma sp. oleh bakteri Ada 4 bakteri yaitu B. subtilis, P. diminuta, P. penneri, dan E. hormaechei yang memiliki kemampuan untuk menghambat pertumbuhan 3 jenis patogen yang diujikan. Persen penghambatan dari ke-4 bakteri tersebut bervariasi antar jenis bakteri dan antar perlakuan patogen. B. subtilis dan P. diminuta menghambat pertumbuhan Sclerotium sp. sebesar 79-80%. Bakteri P. penneri dan E. hormaechei memiliki peran yang sama dalam penghambatan Sclerotium sp. namun keduanya memberikan respon penghambatan yang berbeda. E. hormaechei memberikan respon penghambatan 57% lebih kecil dari P. penneri dengan nilai penghambatan hampir mencapai 67%. 44 Dalam pengujian penghambatan Rhizoctonia sp. oleh bakteri yang dicobakan, 5 isolat bakteri (B. subtilis, P. diminuta, B. circulans, P. penneri, dan E. hormaechei) menunjukan respon penghambatan. Bakteri-bakteri tersebut, kecuali B. circulans dan E. hormaechei, memberikan respon penghambatan > 50%. Bakteri B. circulans dan E. hormaechei memperlihatkan respon penghambatan < 50%. Fenomena ini terlihat dalam uji analisis statistik, ke-3 bakteri kecuali B. circulans dan E. hormaechei memberikan respon yang sama. Pada pengujian penghambatan terhadap patogen Ganoderma sp., ke-4 isolat bakteri (B. subtilis, P. diminuta, P. penneri dan E. hormaechei) memberikan respon penghambatan yang sama seperti pengujian patogen sebelumnya. Nilai persen penghambatan patogen Ganoderma sp. yang terbesar yaitu pada isolat P. penneri. 45 BAB V PEMBAHASAN Keberadaan bakteri yang terlibat secara langsung dalam pembentukan mikoriza pertama kali dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh Bowen dan Theodorou (1979). Pada penelitian ini 75 % jenis bakteri yang dijumpai adalah Bacillus. Jenis yang sama dilaporkan paling banyak dijumpai pada penelitian Bakhtiar et al. (2010) yang mengisolasi bakteri dari spora FMA tanpa disterilkan dari daerah mikorizosfer kelapa sawit dan menemukan 20 isolat bakteri. Varese et al. (1996), dalam penelitiannya terkait jenis bakteri pada sporokarp Suillus grevillei berhasil menemukan 16 jenis bakteri. Tiga dari bakteri yang ditemukannya juga dijumpai pada penelitian ini, yaitu B. subtilis, B. cereus dan B. brevis. Jenis bakteri yang dijumpai dari spora Gigaspora sp. lebih banyak dibandingkan dengan yang berasal dari Glomus sp. (Tabel 1). Hal ini kemungkinan disebabkan oleh adanya perbedaan ukuran kedua spora FMA tersebut. Ukuran spora Gigaspora sp. 100–300 µm dan Glomus sp. 20–200 µm. Dengan ukuran yang lebih besar diasumsikan bahwa bakteri yang terdapat di dalam spora Gigaspora sp. lebih banyak dibandingkan dengan Glomus sp. Tiga jenis bakteri yang ditemukan pada penelitian ini sama dengan jenis bakteri menguntungkan yang digunakan sebagai bahan pupuk hayati Custom B5 yaitu B. subtilis, B. laterosporus dan B. licheniformus. Bakteri-bakteri tersebut memiliki keistimewaan meningkatkan kesuburan tanah dengan memulihkan populasi mikroorganisme di dalam tanah, meningkatkan pertumbuhan tanaman sehingga meningkatkan hasil panen, mengoptimalkan efektivitas pemupukan dengan membuat nutrisi menjadi lebih tersedia bagi tanaman, memperbaiki proses dekomposisi bahan organik untuk melepaskan unsur hara dan mempercepat kolonisasi bakteri untuk peningkatan manfaat jangka panjang. Ketiga bakteri tersebut bersama dengan dua bakteri lain (B. megaterium dan B. pumilus) tidak memiliki reaksi meniadakan fungsi setiap individu sewaktu digabung. Perlu pengujian lebih lanjut terhadap 3 jenis bakteri yang ditemukan untuk melihat apakah pengaruhnya sama dengan jenis yang sama pada pupuk hayati Custom B5. 46 Berdasarkan hasil identifikasi semua bakteri yang ditemukan memiliki ciri dapat menghasilkan endospora (Lampiran 1 dan 2). Kemampuan menghasilkan endospora memungkinkan bakteri dapat bertahan pada kondisi kering. Dengan memiliki karakteristik ini maka prospek dari bakteri-bakteri yang dijumpai untuk dikembangkan dalam bentuk inokulum bersama FMA dapat diaplikasikan. Secara umum proses infeksi FMA pada tanaman melalui empat tahapan. Proses infeksi diawali dengan induksi perkecambahan spora dan pertumbuhan hifa, kontak antara hifa dan permukaan akar yang menyebabkan pengenalan dan pembentukan apresorium, penetrasi hifa ke dalam akar dan perkembangan struktur arbuskula internal yang selanjutnya terjadi simbiosis yang fungsional. Sebelum terbentuk kolonisasi, tumbuhan mengeluarkan sinyal dalam bentuk senyawa-senyawa tertentu untuk mengundang mikoriza mendekat dan mengkolonisasi akar tanaman. Bakteri berperan membantu mikoriza melalui dua cara yaitu secara langsung dan tidak langsung. Aktivitas bakteri secara langsung bagi FMA terlihat ketika bakteri turut serta aktif membantu pertumbuhan dan perkembangan FMA sedangkan bantuan tidak langsung dengan menciptakan kondisi lingkungan yang nyaman sehingga mikoriza dapat menjalankan siklus hidupnya dengan baik. Bakteri dengan kemampuan yang dapat membantu mikoriza ini dikenal dengan sebutan MHB. Garbaye dan Bowen (1989), menyatakan bahwa bakteri dapat benar-benar disebut sebagai MHB jika bakteri tersebut hidup dan berasosiasi dengan mikoriza di bagian dalam atau luar tubuh fungi tersebut (spora, hifa, vesikel, arbuskula dan bagian tubuh yang lainnya) dan menstimulir perkembangan mikoriza. Selain itu beberapa bakteri MHB dapat pula menghasilkan enzim-enzim hidrolitik dan menghambat pertumbuhan patogen. Berdasarkan hasil penelitian terdapat 8 jenis bakteri yaitu: P. diminuta, B. licheniformis, B. laterosporus, E. hormaechei, B. brevis, B. subtilis, B. cereus (GG), dan B. firmus mampu menstimulir perkembangan hifa FMA. Perbedaan respon perkembangan hifa FMA terhadap bakteri yang diuji (Tabel 6), menunjukan bahwa beberapa bakteri dapat berperan dalam menghambat perkembangan hifa mikoriza dan ada bakteri tertentu dapat membantu perkembangan hifa FMA. Hasil penelitian Bowen dan Theodorou (1979) 47 menunjukkan bahwa beberapa isolat bakteri dapat meningkatkan dan sebagian lainnya menghambat kolonisasi akar Pinus radiata oleh Rhizopogon luteolus. Proses pengenalan antara tanaman inang dengan fungi mikoriza melibatkan penerimaan sinyal tanaman oleh miselium fungi, pertumbuhan memanjang hifa kemotropik ke arah situs yang memiliki prospek infeksi, dan perubahan karakteristik dalam morfologi miselium dan hifa. Xie et al. (1995) menunjukkan bahwa MHB kemungkinan dapat meningkatkan produksi sinyal perangsangan yang mengarahkan pertumbuhan miselium menuju akar. Meyer dan Linderman (1986), melaporkan bahwa bakteri rizosfer Pseudomonas putida dapat meningkatkan infeksi mikoriza dan pertumbuhan tanaman semanggi. Hasil penelitian Von alten et al. (1993) menunjukan bahwa Bacillus subtilis dapat merangsang pembentukan spora dari FMA. Pseudomonas sp. strain F113 dilaporkan memberikan stimulasi yang nyata pada perkembangan miselia dari spora Glomus mosseae dan terlibat dalam proses pembentukan asosiasi mikoriza dalam tanah (Barea 1998). Telah diketahui dengan baik bahwa bakteri mikorizosfer, termasuk MHB, dapat meningkatkan nutrisi tanaman, dan bahwa kandungan P dan N tanah mempengaruhi besarnya tanggap tanaman terhadap beberapa inokulasi mikroba (Barea et al. 2005; Morgan et al. 2005). menemukan rhizobakteria yang Barea dan kawan-kawan telah meningkatkan pembentukan FMA dan meningkatkan kelarutan P dari batuan fosfat (Toro et al. 1997). Inokulasi bawang dengan Enterobacter sp., Bacillus subtilis dan FMA memiliki pengaruh positif terhadap pertumbuhan tanaman, status P dan N. B. subtilis pada khususnya adalah yang paling effektif. Inokulasi isolat bakteri ini secara nyata meningkatkan simbiosis FMA, berat kering pucuk, kandungan P pucuk, dan kandungan N pucuk. Hal ini menunjukan bahwa MHB berperan penting dalam penyerapan nutrisi dan pertumbuhan tanaman. Brulé et al. (2001) membuat hipotesis bahwa inokulasi MHB menyebabkan peningkatan biomassa miselium di dalam tanah dan menyebabkan pertemuan akar dan fungi meningkat serta menghasilkan percepatan kolonisasi mikoriza. Sejalan dengan hipotesis ini, terlihat adanya korelasi nyata antara peningkatan pemanjangan miselium dan peningkatan pembentukan mikoriza (Garbaye dan 48 Bowen 1989; Garbaye dan Duponnois 1992; Gryndler dan Vosatka 1996). Berdasarkan hasil pengujian stimulasi perkembangan mikoriza, 8 bakteri yang dijumpai mempunyai potensi sebagai MHB. Sebagai bagian dari pertahanan inang, dinding sel akar tanaman tersusun dari komponen-komponen selulosa, protein dan lignin yang menyebabkan mikroorganisme sulit menembus jaringan akar. Untuk dapat menembus jaringan akar tanaman, selain secara mekanis FMA membutuhkan enzim hidrolitik dalam konsentrasi rendah untuk melunakkan jaringan akar. Ketersediaan enzim hidrolitik seperti selulase dan protease sangat berguna di awal proses kolonisasi. Pengujian lebih lanjut terhadap bakteri-bakteri yang ditemukan menunjukan bahwa terdapat 7 bakteri yang mempunyai potensi aktivitas enzimatik selulase dan protease yaitu: B. subtilis, B. cereus (GG), B. laterosporus, B. pasteurii, P. penneri, B. firmus, dan B. cereus (GL). Dengan kemampuan menghasilkan enzim hidrolitik, ke-7 bakteri tersebut dapat membantu FMA lebih cepat mengkolonisasi tanaman inang. Kecepatan FMA mengkolonisasi tanaman inang dapat diamati dari persen kolonisasi FMA pada akar tanaman inang. Persen kolonisasi akar tinggi menunjukan FMA tersebut telah mengkolonisasi dan berkembang jauh lebih lama pada perakaran tanaman inang. Bakteri-bakteri penghasil enzim hidrolitik yang ditemukan berpotensi untuk digunakan dalam inokulum FMA guna membantu mikoriza mempercepat proses kolonisasi. Keberadaan bakteri endosimbiotik yang mampu menghasilkan enzim hidrolitik berpotensi membantu simbiosis mikoriza dengan inang. Mosse (1962) menginformasikan bahwa beberapa bakteri yang termasuk ke dalam genus Pseudomonas dapat menghasilkan enzim yang mampu mendegradasikan dinding sel dan meningkatkan pembentukan FMA pada perakaran cengkeh. Penelitian Budi et al. (1999) menunjukkan bahwa bakteri yang diisolasi dari mikorizosfer mempunyai kemampuan menghasilkan enzim hidrolitik dan dapat meningkatkan kolonisasi akar oleh FMA. Proses dekomposisi bahan-bahan organik juga dipengaruhi oleh ketersediaan enzim yang dihasilkan oleh mikroba. Dengan memiliki potensi enzim hidrolitik, bakteri-bakteri yang ditemukan dapat diaplikasikan dalam pengolahan sampah organik. 49 Beberapa bakteri MHB memiliki peran sebagai pengendali patogen tular tanah. Saat ini upaya pengendalian patogen akar telah mendapat perhatian serius dibidang pertanian maupun kehutanan. Fokus perhatian utama lebih ditujukan pada kematian semai di pembibitan yang dilakukan secara konvensional. Salah satu upaya yang dilakukan adalah meningkatkan aplikasi metode pengendalian hayati termasuk penggunaan fungi ektomikoriza dan FMA dalam pengendalian penyakit hutan (Barea et al. 2005). MHB dapat digunakan untuk promosi fungi simbiotik tertentu dan sekaligus untuk menghambat fungi yang bersifat patogen bagi tanaman. Antagonisme in vitro terhadap fitopatogen telah sering kali diamati dengan MHB (Barea et al. 1998; Budi et al. 1999). Pada penelitian ini ditemukan 4 jenis bakteri yaitu B. subtilis, P. diminuta, P. Penneri dan E. hormaechei mempunyai sifat antagonis terhadap patogen yang diujikan. Nawangsih (2006) melaporkan bahwa bakteri B. subtilis memiliki kemampuan sebagai biokontrol dalam mengendalikan penyakit layu bakteri karena meningkatkan aktivitas enzim perioksidase pada akar. Kemampuan bakteri dalam menghambat perkembangan miselium fungi patogen kemungkinan berhubungan dengan adanya aktivitas enzimatik yang dihasilkan oleh bakteri. Enzim hidrolitik yang dihasilkan oleh bakteri dapat mendegradasi didinding sel fungi patogen. Interaksi antar mikroba di dalam mikorizosfer sangat kompleks (FreyKlett et al. 2005). Bentuk interaksi antar mikroba ini bersifat menguntungkan, netral atau merugikan. Untuk mendapatkan produk fotosintesis dari tanaman, mikoriza harus bersaing dengan mikroba lainnya yang bersifat patogen. Sinyal yang dikeluarkan oleh tanaman, jika tidak cepat direspon oleh mikoriza akan dimanfaatkan oleh mikroba patogen. Untuk masuk menembus dinding sel tanaman, mikoriza harus bersaing dengan fungi patogen lainnya dalam merebut titik masuk (entry point). Perkembangan mikoriza lebih lambat dibandingkan dengan fungi patogen, sehingga jika ada fungi patogen dan mikoriza pada waktu dan tempat yang sama maka akar tanaman akan lebih dulu diinfeksi oleh patogen. Dengan adanya bakteri penghambat patogen akar, FMA terbantu untuk tidak bersaing merebut titik masuk ke perakaran tanaman sehingga FMA akan mudah mengkolonisasi dan berkembang pada akar tanaman inang. Keempat isolat bakteri 50 yang ditemukan memiliki prospek untuk dikembangkan sebagai biokontrol bagi fungi patogen akar. Peran bakteri MHB penghambat patogen memiliki prospek untuk dikembangkan dalam meningkatkan kualitas produksi inokulum FMA. Proses produksi inokulum FMA saat ini masih dilakukan secara konvensional yaitu dengan menggunakan metode kultur pot terbuka. Kelebihan dari metode ini adalah mudah dalam pengerjaannya namun inokulum yang dihasilkan tidak steril dari patogen tular tanah. Inokulum yang terkontaminasi dengan patogen akan berdampak merugikan ketika diaplikasikan ke tanaman di persemaian. Dengan ditemukannya ke-4 isolat bakteri yang berpotensi menghambat patogen penyerang akar tanaman, maka bakteri-bakteri tersebut dapat diaplikasikan sewaktu memproduksi inokulum FMA sehingga kualitas inokulum dapat ditingkatkan. Bakteri disebut MHB ketika bakteri tersebut merupakan bakteri endofit dan dapat menstimulir perkembangan mikoriza. Beberapa bakteri selain bersifat MHB dapat juga mempunyai kemampuan menghasilkan enzim hidrolitik yang berguna membantu mikoriza di awal proses kolonisasi dan memiliki sifat antagonis terhadap patogen. Bakteri dengan kemampuan menstimulir perkembangan mikoriza, memiliki aktivitas enzimatik dan mempunyai sifat antagonis terhadap patogen dapat ditetapkan sebagai MHB plus. Berdasarkan penelitian terdapat 3 jenis bakteri Bacillus subtilis, Pseudomonas diminuta dan Enterobacter hormaechei berpotensi menjadi MHB plus. Bakteri-bakteri tersebut ditetapkan sebagai MHB plus karena merupakan bakteri hasil isolasi dari spora FMA Gigaspora sp. dan Glomus sp. (endofit), mampu menstimulir perkembangan hifa FMA, mempunyai kemampuan menghasilkan enzim hidrolitik dan mempunyai sifat antagonis terhadap patogen tular tanah. Potensi dari ke-3 bakteri MHB plus yang ditemukan dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas inokulum FMA. 51