TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Eukaliptus

advertisement
TINJAUAN PUSTAKA
Taksonomi Eukaliptus
Tanaman eukaliptus termasuk famili Myrtaceae, genus Eucalyptus dengan
spesies Eucalyptus spp. Spesies-spesies yang sudah dikenal umum antara lain,
Eucalyptus alba (ampupu), Eucalyptus deglupta, Eucalyptus grandis, Eucalyptus
plathyphylla,
Eucalyptus
saligna,
Eucalyptus
umbellate,
Eucalyptus
camadulensis, Eucalyptus pellita, Eucalyptus tereticornis, Eucalyptus torreliana
(Khaeruddin, 1999).
Klasifikasi ilmiah (Scientific Classification) dari tanaman eukaliptus
adalah sebagai berikut, kingdom Plantae, divisi Angiosperms, subdivisi Eudicots,
ordo Myrtales, famili Myrtaceae. Tanaman eukaliptus terdiri dari kurang lebih
700 jenis dan yang dapat dimanfaatkan menjadi pulp sekitar 40% dari keseluruhan
tanaman ini (Departemen Kehutanan, 1994).
Syarat Tumbuh Eukaliptus
Jenis-jenis eukaliptus banyak terdapat pada kondisi iklim bermusim
(daerah arid) dan daerah yang beriklim basah dari tipe hujan tropis. Jenis
eukaliptus tidak menuntut persyaratan yang tinggi terhadap tempat tumbuhnya.
Tanaman eukaliptus dapat tumbuh pada tanah yang dangkal, berbatu-batu,
lembab, berawa-rawa, secara periodik digenangi air, dengan variasi kesuburan
tanah mulai dari tanah-tanah kering gersang sampai pada tanah yang baik dan
subur (Departemen Kehutanan, 1994).
Genus pohon ini dapat ditemukan hampir diseluruh Australia, karena telah
beradaptasi dengan iklim daerah tersebut. Jenis eukaliptus dapat tumbuh dan dapat
Universitas Sumatera Utara
dikembangkan mulai dari dataran rendah sampai daerah pegunungan. Kebanyakan
eukaliptus tidak tahan suhu dingin, hanya bertahan pada suhu antara -3º hingga -5º
Celcius. Tanaman eukaliptus tumbuh dengan baik pada suhu rata-rata per tahun
20º hingga 32º Celcius (Rauf, 2009).
Penyebaran dan Morfologi Eukaliptus
Daerah penyebaran alaminya berada di sebelah Timur garis Wallace,
mulai dari 7°’ LU sampai 43°39’ LS meliputi Australia, New Britania, Papua dan
Tazmania. Beberapa spesies juga ditemukan di Kepulauan Indonesia yaitu Irian
Jaya, Sulawesi, Nusa Tenggara Timur, dan Timor- Timur. Genus eukaliptus
terdiri atas 500 spesies yang kebanyakan endemik Australia. Hanya ada dua
spesies yang tersebar di wilayah Malesia (Maluku, Sulawesi, Nusa Tenggara dan
Fillipina) yaitu Eucalyptus urrophylla dan Eucalyptus deglupta. Beberapa spesies
menyebar di Australia bagian Utara menuju bagian Timur. Spesies ini banyak
tersebar di
daerah-daerah pantai New South Wales dan Australia bagian Barat
Daya. Pada saat ini beberapa spesies ditanam di luar daerah penyebaran alami,
misalnya di benua Asia, Afrika bagian Tropika dan Subtropika, Eropa bagian
Selatan dan Amerika Tengah (Latifah, 2004).
Pohon eukaliptus pada umumnya bertajuk sedikit ramping, ringan dan
banyak meloloskan sinar matahari. Percabangannya lebih banyak membuat sudut
ke atas, jarang-jarang dan daunnya tidak begitu lebat. Ciri khas lainnya adalah
sebagian atau seluruh kulitnya mengelupas dengan bentuk kulit bermacam-macam
mulai dari kasar dan berserabut, halus bersisik, tebal bergaris-garis atau berlekuklekuk. Warna kulit batang mulai dari putih kelabu, abu-abu muda, hijau kelabu
sampai cokelat, merah, sawo matang sampai coklat. Eukaliptus merupakan jenis
Universitas Sumatera Utara
yang tidak membutuhkan persyaratan yang tinggi terhadap tanah dan tempat
tumbuhnya. Jenis eukaliptus dapat berupa semak atau perdu sampai mencapai
ketinggian 100 meter umumnya berbatang bulat, lurus, tidak berbanir dan sedikit
bercabang. Sistem perakarannya yang masih muda cepat sekali memanjang
menembus ke dalam tanah (Departemen Kehutanan, 1994).
Penyakit Tanaman Hutan
Ilmu penyakit tanaman merupakan ilmu yang mempelajari karakteristik,
penyebab, interaksi tanaman dan patogen (biotik) dan lingkungan (abiotik),
faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit dalam suatu populasi
atau individu tanaman, dan berbagai cara pengendalian penyakit. Ilmu penyakit
tanaman juga memiliki aspek seni, yaitu dalam aplikasi pengetahuan yang
diperoleh dari mempelajari ilmu tersebut. Konsep penyakit pada dasarnya akan
lengkap apabila dapat memberikan penjelasan dan penekanan terhadap peran
faktor lingkungan terhadap patogen, inang, lingkungan fisik dan lingkungan
biologi, sehingga disebut piramid penyakit (Sinaga, 2003).
Penyakit hutan merupakan penggabungan antara empat komponen yaitu :
patogen, pohon inang, lingkungan dan manusia. Komponen-komponen saling
berinteraksi sebagai berikut : (1) Patogen berinteraksi dengan inang melalui
proses-proses parasitisme dan patogenesis, dan sebaliknya inang berinteraksi
dengan patogen dalam hal penyediaan unsur hara dan ketahanan, (2) Lingkungan
fisik berinteraksi dengan tumbuhan dalam proses penyakit abiotik dan
pradisposisi, sebaliknya inang memberikan pengaruh terhadap lingkungan fisik
berupa naungan, eksudat, pengurasan unsur hara dan air, (3) Inang berperan
sebagai inang untuk parasit sekunder dan memfasilitasi populasi lingkungan
Universitas Sumatera Utara
biologi, dan sebaliknya lingkungan biologi dapat menjadi parasit sekunder dan
simbiosis, (4) Patogen berinteraksi terhadap lingkungan fisik dalam pengeluaran
toksin, pengurasan unsur hara, sebaliknya lingkungan fisik memberikan fasilitas
kelembaban, suhu, unsur hara, tetapi juga racun, (5) Patogen berinteraksi dengan
lingkungan biologi melalui parasitisme (alternatif), sebaliknya lingkungan biologi
dapat memparasit patogen, (6) Lingkungan fisik memberikan fasilitas suhu,
kelembaban, unsur hara dan juga racun kepada lingkungan biologi, sebaliknya
lingkungan biologi menguras unsur hara dan mengeluarkan antibiotik ke dalam
lingkungan fisik (Tainter dan Baker, 1996).
Faktor- faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Penyakit
Patogen
Jamur patogen dapat masuk ke dalam badan tumbuhan berupa (a) luka, (b)
lubang alami seperti mulut kulit dan hidatoda, maka dengan langsung menembus
permukaan tumbuhan yang utuh. Beberapa patogen hanya dapat masuk dengan
satu cara, sedangkan lainnya dengan dua cara atau lebih. Luka dapat terjadi karena
penyebab anorganik maupun organik (Djafaruddin, 2001).
Penyebab luka yang bersifat anorganik misalnya angin keras, petir, cahaya
sinar matahari yang terlalu kuat. Bahkan untuk penyakit tertentu yang terjadi
karena debu yang terbawa angin dapat dipakai sebagai jamur infeksi. Penyebab
anorganik adalah hewan dan manusia sendiri. Manusia dengan sengaja atau tidak
selalu menimbulkan luka pada tanaman misalnya pada penyadapan, pemangkasan,
pemotongan setek, pendangiran, dan sebagainya (Semangun, 2003).
Tidak seperti jamur, umumnya bakteri patogen tidak dapat mengakibatkan
infeksi dengan langsung menembus permukaan tumbuhan yang ada. Bakteri
Universitas Sumatera Utara
patogen ada yang masuk ke dalam badan tanaman melalui luka-luka. Karena
tekanan negatif di dalam pembuluh-pembuluh akibat pemotongan, bakteri terhisap
masuk ke dalam pembuluh, sehingga terlindungi terhadap faktor-faktor
lingkungan yang kurang baik. Patogen bakteri membuat infeksi melalui beberapa
lubang- lubang alami, misalnya mulut kulit (Semangun, 2003).
Pada tumbuhan tertentu mulut kulit ada yang mengadakan modifikasi
menjadi pori air, khususnya pori yang terdapat di tepi daun. Pada waktu udara
lembab, terutama di waktu malam, pori air mengeluarkan tetes- tetes air, jika
kelembaban udara turun, penguapan daun bertambah, tetes air yang berada di
depan pori air akan terhisap masuk bersama-sama dengan bakteri patogen di
dalamnya. Jadi di sini bakteri terhisap masuk bersama-sama dengan bakteri
patogen di dalamnya (Semangun, 2003).
Penyakit dapat ditularkan melalui virus, medianya berupa jamur maupun
serangga dan hewan lainnya yang mempunyai kontak dengan inang. Secara umum
tanaman yang terinfeksi virus secara sistemik akan mengandung virus selama
tanaman itu masih hidup karena tanaman tidak mempunyai mekanisme untuk
menghilangkan virus. Oleh sebab itu, setiap bagian tanaman yang digunakan
menjadi tanaman baru melalui cara pembiakan vegetatif seperti okulasi,
penyambungan, penanaman umbi, kultur jaringan, akan mengandung virus dari
tanaman induk (Akin, 2006).
Tanaman Inang
Tanaman eukaliptus pada habitat aslinya (native habitate) merupakan
tanaman inang yang sangat luas jangkauan serangan patogen jamurnya, terutama
patogen yang menyerang bagian daun, tunas serta batang. Pada umumnya bawaan
Universitas Sumatera Utara
genetika dari jenis individu dan peranannya dalam komunitas yang heterogen,
bagaimanapun dilengkapi dengan perlindungan yang kuat dalam melawan wabah
penyakit. Secara kontras, industri tanaman eukaliptus di Asia Tenggara
membudidayakan satu spesies khas atau tanaman hybrid. Seringkali berasal dari
beberapa klon yang mana asal-usulnya biasanya sama (Old, et al., 2003).
Teknik perkembangbiakan secara modern, seperti perbanyakan tunas atau
kultur jaringan, membuatnya mungkin untuk area-area tanaman yang luas dengan
klon-klon yang sama. Dengan pengharapan adanya laju pertumbuhan yang
seragam, dan kualitas produk yang tinggi. Seperti pengerjaan ini, sangat
berbahaya dari serangan penyakit, seperti patogen termasuk fungi endemik,
pengenalan yang baru ini pada suatu daerah penanaman, dapat menyebabkan
wabah penyakit tersebar luas. Resiko ini di pertinggi oleh pergerakan dari
perbaikan plasma basil di antara daerah pertumbuhan eukaliptus, dan bahkan
lingkup internasional, seperti patogen yang dapat disebarkan oleh benih yang
terinfeksi atau tanaman yang terinfeksi (Old, et al.,2003).
Faktor Lingkungan
Pada umumnya jika dipandang dari faktor lingkungan dapat kita ketahui
ada banyak
hal yang mempengaruhi perkembangan penyakit pada tanaman.
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi adalah sebagai berikut :
Keadaan Tanah
Kelembapan tanah atau lengas tanah dapat berpengaruh langsung maupun
tidak langsung terhadap tumbuhan. Tumbuhan membutuhkan kelembapan tanah
yang
cukup.
Pada
umumnya
kekurangan
air
menyebabkan
hambatan
pertumbuhan, warna daun pucat, tumbuhan cepat masak (tua) atau rusak.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan pengaruh terlalu banyak air pada umumnya bersifat tidak langsung.
Kelebihan air dalam tanah menghambat perkecambahan biji dan memperlemah
tumbuhan dalam semua tingkat pertumbuhan. Sebenarnya air sendiri tidak
merugikan, tetapi ini dapat mengurangi jumlah oksigen dalam tanah yang
diperlukan oleh akar-akar (Semangun, 2003).
Struktur Tanah
Struktur fisik tanah dapat langsung memberikan pengaruh langsung
terhadap
pertumbuhan,
misalnya ada
lapisan padat
yang
menghalangi
perkembangan akar tumbuhan. Tanah yang mempunyai tekstur kasar biasanya
tidak dapat menahan air, sehingga tumbuhan mudah menderita dan kekeringan
(Semangun, 2003).
Kahat (Kekurangan) Oksigen
Kebanyakan tumbuhan membutuhkan oksigen yang cukup di dalam tanah.
Aerasi tanah sangat dipengaruhi oleh struktur dan kelembaban. Kebutuhan
oksigen berbeda-beda. Aerasi tanah sangat dipengaruhi struktur dan kelembapan
(Semangun, 2003).
Kahat (Kekurangan) Unsur-unsur Hara
Selain air, oksigen, dan asam arang, tumbuhan memerlukan nitrogen,
fosfor, kalium, kalsium, magnesium, besi, mangan, belerang, tembaga,
molibdenium (Mo), dan seng (Zn) serta beberapa unsur lainnya. Gejala kahat
unsur-unsur hara dapat terjadi pada daun-daun dan jaringan bahkan pada daundaun dan jaringan muda. Gejala pertama yang terjadi karena kahat unsur yang
mobil, yang dapat diangkut dari jaringan ke jaringan muda, seperti nitrogen,
Universitas Sumatera Utara
fosfor, dan kalsium. Sebaliknya unsur-unsur yang sukar terangkut, seperti kalsium
(Ca), seng (Zn) menyebabkan gejala pada jaringan muda (Semangun, 2003).
Kelebihan Kemikalia
Kelebihan kemikalia secara langsung dapat menyebabkan keracunan dan
merusak tumbuhan. Secara tidak langsung ini dapat mempengaruhi pelarutan dan
penyerapan unsur-unsur lain. Kelebihan kemikalia ini dapat menyebabkan
pertumbuhan yang abnormal. Kelebihan besi menyebabkan nekrosis, hambatan
pertumbuhan dan rusaknya pertanaman. Kelebihan tembaga di tanah dapat
menghambat pertumbuhan yang dapat mematikan (Semangun, 2003).
Keadaan Cuaca (Sinar Matahari)
Seringkali kekurangan sinar tidak dapat dipisahkan dari pengaruh faktorfaktor lain dari lingkungan. Pada tanaman atau daun yang biasanya terlindung,
intensitas matahari yang berlebihan dapat merangsang terjadinya reaksi fotokimia
yang menyimpang yang dapat juga menginaktifkan beberapa enzim dan
mengoksidasi klorofil. Proses fotooksidasi seperti itu dapat menyebabkan
terjadinya
klorosis,
bahkan
dapat
mematikan
daun.
Kekurangan
sinar
menyebabkan etiolasi. Tumbuhan menjadi pucat, lemah, tumbuh memanjang dan
mudah diserang oleh bermacam-macam patogen (Semangun, 2003).
Suhu
Suhu yang terlalu tinggi dan rendah dapat merusak tumbuhan.
Kelembapan rendah dan angin kering dapat meningkatkan kekeringan karena suhu
tinggi. Pohon-pohon yang belum rimbun atau pohon-pohon yang habis dipangkas
pangkal batangnya sering gosong matahari ”Sun scorch” (terbakar matahari), ini
Universitas Sumatera Utara
disebabkan oleh sinar matahari yang dipantulkan tanah. Pada siang hari yang
cerah suhu lapisan atas tanah dapat mencapai 60-650 C, sehingga dapat merusak
jaringan tanaman (Semangun, 2003).
Angin, Hujan dan Petir
Secara langsung angin dapat merusak karena tumbuhan mudah patah, dan
sebagainya, terutama jika disertai dengan hujan serta petir. Ketiga hal ini jika
terjadi cukup mempengaruhi adanya kerusakan jaringan tanaman, terutama di
kawasan beriklim tropis (Semangun, 2003).
Gejala Serangan Penyakit
Tanda-tanda maupun gejala lapangan sangat perlu diketahui guna
menetapkan jenis penyakit, penyebab serta jenis tanaman inangnya dan jenis hasil
tanaman inang yang diharapkan, berkaitan dengan tindakan pengendaliannya.
Dalam ilmu penyakit tanaman umum (General plant pathology) perlu dipelajari
a) Symptomatic yaitu melukiskan, mempelajari, mengenal dan membandingkan
gejala lapangan yang ada pada setiap jenis tanaman yang sakit. b) Diagnostic
yaitu mempelajari, mengenal, dan menentukan penyebabnya sesuatu jenis
penyakit. c) Pathogenesis yaitu menyelidiki dan mempelajari peristiwa-peristiwa
serta proses yang terjadi di dalam sel dan jaringan tanaman yang sakit, serta
kerusakan yang ditimbulkan oleh penyakit. d) Etiology yaitu mempelajari dan
menyelidiki proses fisiologis yang menyebabkan tidak normalnya pertumbuhan,
perkembangan dan yang menyebabkan sakitnya tanaman oleh senyawa penyakit.
e) Ecology yaitu mempelajari dan menyelidiki hubungan faktor lingkungan/
Universitas Sumatera Utara
ekosistem yang menyebabkan meluas menghambat perkembangan penyakit, dan
timbulnya suatu epidemi penyakit (Djafaruddin, 2001).
Penyakit yang menyerang bagian daun pada tanaman eukaliptus cukup
banyak, diantaranya jamur embun hitam (Black mildew) yang tumbuh pada
permukaan daun dan batang, berwarna hitam, menyebar dan membentuk koloni
seperti beludru dengan diameter 1 cm, kadang-kadang menyerang batang dan
ranting muda, jamur yang menyerang adalah yang berasal dari spesies Meliola.
Cryptosporiopsis leaf dan Shoot blight, penyakit ini menyerang bagian batang
dan daun tanaman, biasanya tersebar secara menyeluruh, lembut dan berwarna
coklat, luka nekrotik yang menjalar dan dikenal sebagai gejala jamur hitam,
bentuknya bundar berukuran 1-2 cm (Old, et al., 2003).
Khususnya penyakit ini menyerang tanaman muda Eucalyptus spp.
Cylindrocladium foliar spot dan foliar blight penyakit ini disebabkan oleh
Cylindrocladium spp. yang menyebabkan penyakit pada pembibitan, pada bagian
akar dan leher akar, hawar tunas, hawar daun dan bercak daun. Penyebaran
penyakit dengan konidia dalam jumlah sangat besar terjadi di atas permukaan
daun. Penyakit daun Mycosphaerella, gejala penyakit ini berupa bintik daun, bisul
dan kerut daun disebabkan oleh jamur Mycosphaerella. Banyak variasi gejala
yang ditimbulkan oleh serangan jamur ini. Daun yang terinfeksi oleh jamur ini
akan berkembang menjadi bintik dan bisul (Old, et al., 2003).
Penyakit daun Phaeophleospora biasanya terdapat di pembibitan dan
menyerang tanaman jenis tertentu. Gejala berupa bercak daun berwarna
kemerahan pada permukaan atas daun dan adanya spora berwarna hitam pada
permukaan daun. (Old, et al., 2003).
Universitas Sumatera Utara
Penyakit pada Eukaliptus
Pada pembibitan semai tanaman eukaliptus sering diserang penyakit rebah
kecambah (dumping off) yang disebabkan oleh Phytium sp. dan Fusarium sp.
penyakit busuk akar disebabkan oleh serangan Phytium sp., Phytopthora sp. dan
Batryodiplodia sp. menyebabkan kematian pohon. Adapun serangan Nectria sp.
dapat
menyebabkan
penyakit
kanker
batang.
Aulographina
eucalypti
menyebabkan bercak daun (leaf spot). Pada eukaliptus fungi ini telah ditemukan
di berbagai negara- negara beriklim sedang yang menanam eukaliptus secara luas,
sedang di negara beriklim tropis belum begitu banyak (Old, et al., 2003).
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya di PT. Toba
Pulp Lestari Pembibitan Porsea diperoleh gejala penyakit pada eukaliptus berupa
hawar daun atau leaf blight yang berukuran kecil kemudian menyebar menutupi
bagian daun. Gejala penyakit ini pada daun berukuran kecil dan berwarna merah
dan dapat menyebar pada daun sekitarnya sehingga daun akan kering, mati dan
gugur. Fungi penyebab gejala penyakit yang ditemukan di PT. TPL pembibitan
Porsea Cylindrocladium reteaudii, Mycosphaerella spp., Cryptosporiopsis spp.,
dan ada 2 spesies dari Phaeophleospora spp (Silalahi, 2008).
Cylindrocladium spp. menyebabkan penyakit pada pembibitan dan pada
tanaman termasuk akar dan leher akar, hawar tunas, hawar daun dan bercak daun.
Penyakit menular terjadi apabila curah hujan tinggi dan pada daerah lembab.
Penyebaran penyakit dengan konidia dalam jumlah sangat besar terjadi di atas
permukaan daun. Selama hujan lebat, spora- spora terpercik ke udara dan
menempel pada daun dan pohon- pohon lain. Cylindrocladium sp dapat hidup
bertahan lama dalam tanah karena adanya dinding-tebal Khlamidospora dan
Universitas Sumatera Utara
propagulnya. Penularan biasanya mulai dari daun cabang bawah menyebar sampai
ke mahkota. Serangan penyakit yang disebabkan oleh Cylindrocladium spp.
banyak ditemukan pada persemaian dan bagian batang pohon (Old, et al., 2003).
Penyakit dapat dikendalikan dengan teknik pembibitan yang tepat
(pengontrolan kualitas tanah, kadar air dan kondisi lingkungan sekitar
persemaian) dan pemberian fungisida pada saat dibutuhkan. Pada tingkatan bibit
dan pancang penyakit bercak daun dapat disebabkan oleh berbagai macam fungi.
Penyakit kanker batang yang parah dan serangan yang cukup luas telah ditemukan
di Sumatera. Penyakit ini disebabkan oleh serangan Corticium salminicolor.
Kematian pohon-pohon disebabkan oleh busuk akar telah sering terjadi dan
patogen yang menyebabkan penyakit ini adalah Phytium sp., Phytoptora sp., dan
Batryodiplodia sp. (Anggraeni dan Suharti, 1997 dalam Nair, 2000). Kanker
batang pada eukaliptus disebabkan Nectria sp (Nair, 2000).
Identifikasi Penyakit Tanaman
Diagnosis merupakan proses untuk mengidentifikasi suatu penyakit
tanaman melalui gejala dan tanda penyakit yang khas, termasuk faktor- faktor lain
yang berhubungan dengan proses pembentukkan penyakit tersebut. Diagnosis
penyakit yang benar diperlukan untuk merekomendasikan cara pengendalian yang
tepat dan harus dilakukan dalam suatu survei penyakit tanaman (Sinaga, 2003).
Gejala dapat terlihat karena adanya perubahan, bau, rasa, atau rabaan.
Gejala dalam, penting artinya untuk penelitian anatomi patologi, sedangkan gejala
luar bersifat morfologis. Gejala ini adalah keadaan penyakit yang ditunjukkan
oleh bagian tubuh tanaman atau seluruh tubuh tanaman. Gejala adalah keadaan
Universitas Sumatera Utara
patologi dan fisiologi yang merupakan respon tanaman terhadap aktivitas patogen
atau faktor yang lain (Satrahidayat, 1990).
Tanda penyakit adalah struktur dari suatu patogen yang berasosiasi dengan
tanaman yang terinfeksi. Beberapa tipe struktur patogen tidak harus selalu ada
pada tanaman yang sakit karena pembentukkannya berdasarkan kondisi
lingkungan. Kebanyakan tanda penyakit dapat dilihat dan dibedakan dengan
bantuan mikroskop. Misalnya penyebab penyakit berupa miselium, spora, tubuh
buah fungi, sel atau lendir bakteri, tubuh karena penggumpalan hifa fungi
(Sklerotial bodies), nematoda dengan berbagai fase telur, juvenil dan imago serta
berbagai bagian tumbuhan parasit (Sinaga, 2003).
Menurut Sinaga (2003) agar hasil diagnosa akurat, diperlukan pembuktian
dengan menggunakan Postulat Koch. Kaidah- kaidah Postulat Koch adalah
sebagai berikut : 1) patogen yang diduga harus selalu berasosiasi dengan tanaman
yang sakit. 2) patogen tersebut harus dapat diisolasi dan ditumbuhkan sebagai
biakan murni. 3) biakan murni tersebut jika diinokulasikan ke tanaman sehat harus
menghasilkan gejala dan tanda penyakit yang sama. 4) bila penyebab penyakit
direisolasi dari tanaman yang diinokulasi tersebut, akan dihasilkan biakan murni
yang sama dengan penyebab yang diisolasi dari tanaman sakit yang didiagnosis.
Universitas Sumatera Utara
Download