berita negara republik indonesia

advertisement
BERITA NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
No.1780, 2016
KEMHAN. Perjanjian Internasional. Penyusunan.
PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 36 TAHUN 2016
TENTANG
TATA CARA PENYUSUNAN PERJANJIAN INTERNASIONAL
DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTAHANAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang
: a.
bahwa
pembuatan
perjanjian
internasional
antara
Kementerian Pertahanan Republik Indonesia dengan
Kementerian negara lain atau organisasi internasional
merupakan suatu perbuatan hukum yang mengikat
negara pada bidang pertahanan sehingga pembuatannya
harus dilakukan dengan dasar yang jelas dan kuat
dengan menggunakan instrumen peraturan perundangundangan;
b.
bahwa
penyusunan
perjanjian
internasional
di
lingkungan Kementerian Pertahanan belum diatur terkait
tata cara dan teknik penyusunan perjanjian internasional
di bidang pertahanan agar sesuai dengan ketentuan
dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang
Perjanjian Internasional;
c.
bahwa
berdasarkan
pertimbangan
sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan
Peraturan
Menteri
Penyusunan
Pertahanan
Perjanjian
tentang
Internasional
di
Tata
Cara
Lingkungan
Kementerian Pertahanan;
www.peraturan.go.id
2016, No.1780
Mengingat
-2-
: 1.
Undang-Undang
Perjanjian
Nomor
24
Internasional
Tahun
(Lembaran
2000
tentang
Negara
Republik
Indonesia Tahun 2000 Nomor 185, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4012);
2.
Undang-Undang
Nomor
3
Tahun
2002
tentang
Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4169);
3.
Undang-Undang
Kementerian
Nomor
Negara
39
Tahun
(Lembaran
2008
tentang
Negara
Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4916);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan
: PERATURAN MENTERI PERTAHANAN TENTANG TATA CARA
PENYUSUNAN
PERJANJIAN
INTERNASIONAL
DI
LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTAHANAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1.
Perjanjian Internasional adalah perjanjian dalam bentuk
dan
nama
internasional
tertentu,
yang
yang
diatur
dibuat
secara
dalam
hukum
tertulis
serta
menimbulkan hak dan kewajiban di bidang hukum
publik.
2.
Surat Kuasa (Full Powers) adalah surat yang dikeluarkan
oleh Presiden atau menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang luar negeri
yang
memberi kuasa kepada satu atau beberapa orang yang
mewakili
pemerintah
menandatangani
Internasional,
atau
Republik
Indonesia,
menerima
naskah
menyatakan
persetujuan
untuk
Perjanjian
pemerintah
negara untuk mengikatkan diri pada perjanjian dan/atau
www.peraturan.go.id
2016, No.1780
-3-
menyelesaikan
hal-hal
lain
yang
diperlukan
dalam
pembuatan Perjanjian Internasional.
3.
Panitia Internal Kementerian yang selanjutnya disebut
Panitia Interkem adalah kelompok kerja yang dibentuk
oleh
pemrakarsa,
lingkungan
Markas Besar
yang
anggotanya
pemrakarsa,
berasal
Kementerian
dari
Pertahanan,
Tentara Nasional Indonesia, dan Markas
Besar Angkatan.
4.
Panitia
Antarkementerian
yang
selanjutnya
disebut
Panitia Antarkem adalah kelompok kerja yang dibentuk
oleh Menteri Pertahanan, yang anggotanya berasal dari
Kementerian
Pertahanan,
Markas
Besar
Nasional Indonesia, Markas Besar
Tentara
Angkatan, dan
kementerian/instansi lain.
5.
Kementerian
Pertahanan
yang
selanjutnya
disebut
Kemhan adalah unsur pelaksana fungsi pemerintah di
bidang pertahanan.
6.
Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pertahanan.
Pasal 2
(1)
Dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi
Kemhan, Menteri atas nama pemerintah dapat menjalin
kerja sama di bidang pertahanan dengan negara lain
yang dituangkan dalam Perjanjian Internasional.
(2)
Kerja
sama
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1),
dilakukan dengan:
a.
menteri negara lain; atau
b.
organisasi internasional.
BAB II
BENTUK PERJANJIAN INTERNASIONAL
Pasal 3
(1)
Bentuk
Perjanjian
Internasional
yang
diatur
dalam
Peraturan Menteri ini antara lain:
a.
Persetujuan (Agreement);
www.peraturan.go.id
2016, No.1780
-4-
b.
Memorandum Saling Pengertian/Nota Kesepahaman
(Memorandum of Understanding);
(2)
c.
Pengaturan (Arrangement); dan
d.
Pernyataan Kehendak (Letter of Intent).
Selain
bentuk
dimaksud
Perjanjian
pada
ayat
Internasional
(1)
dapat
sebagaimana
disusun
Perjanjian
Internasional dengan nama lain yang mempunyai makna
sama dan dibuat berdasarkan kesepakatan para pihak.
BAB III
TAHAP DAN PROSES PENYUSUNAN
PERJANJIAN INTERNASIONAL
Bagian Kesatu
Tahap
Pasal 4
Penyusunan Perjanjian Internasional dilakukan melalui tahap:
a.
penjajakan;
b.
perundingan;
c.
perumusan naskah;
d.
penerimaan; dan
e.
penandatanganan.
Pasal 5
(1)
Tahap
penjajakan
sebagaimana
dimaksud
dalam
Pasal 4 huruf a merupakan tahap yang dilakukan oleh
Kemhan dan mitra kerja sama internasional untuk
menentukan dibuatnya suatu Perjanjian Internasional.
(2)
Prosedur yang harus dilalui dalam tahap penjajakan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diawali dari:
a.
inisiatif berasal dari Kemhan; atau
b.
inisiatif berasal dari negara mitra atau organisasi
internasional.
(3)
Dalam hal tahap penjajakan yang diawali dari inisiatif
Kemhan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a,
Kemhan melakukan koordinasi dan konsultasi dengan
www.peraturan.go.id
2016, No.1780
-5-
kementerian
yang
menyelenggarakan
urusan
pemerintahan di bidang luar negeri mengenai rencana
pembuatan Perjanjian Internasional.
(4)
Koordinasi dan konsultasi dengan kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang luar
negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan
untuk mendapat pertimbangan politis, yuridis, dan aspek
terkait
lainnya
sebelum
rancangan
Perjanjian
Internasional disampaikan kepada negara mitra atau
organisasi internasional.
(5)
Dalam hal tahap penjajakan yang diawali inisiatif dari
negara mitra atau organisasi internasional sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf b, Kemhan menerima
konsep awal Perjanjian Internasional yang disampaikan
kepada perwakilan Negara Republik Indonesia di luar
negeri dan/atau melalui perwakilan negara mitra atau
organisasi internasional di Indonesia.
Pasal 6
(1)
Tahap
perundingan
sebagaimana
dimaksud
dalam
Pasal 4 huruf b merupakan tahap untuk membahas
substansi dan masalah teknis yang akan disepakati
dalam Perjanjian Internasional.
(2)
Tahap perundingan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dipimpin oleh Menteri atau pejabat lain yang ditunjuk
dengan
berkoordinasi
kementerian
yang
dan
berkonsultasi
dengan
menyelenggarakan
urusan
pemerintahan di bidang luar negeri.
Pasal 7
(1)
Tahap perumusan naskah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 huruf c merupakan tahap merumuskan naskah
Perjanjian
Internasional
hasil
kesepakatan
dalam
perundingan oleh para pihak atas materi Perjanjian
Internasional.
(2)
Perumusan naskah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas:
www.peraturan.go.id
2016, No.1780
-6-
a.
perumusan
naskah
Persetujuan/Memorandum
Saling Pengertian/Nota Kesepahaman;
b.
perumusan
naskah
Pengaturan/Pengaturan
Pelaksanaan; dan
c.
(3)
perumusan naskah Pernyataan Kehendak.
Ketentuan
mengenai
Persetujuan/Nota
kerangka
perumusan
naskah
Kesepahaman/Memorandum
Saling
Pengertian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(4)
Ketentuan
mengenai
kerangka
Pengaturan/Pengaturan
perumusan
Pelaksanaan
naskah
sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf b tercantum dalam
Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini.
(5)
Ketentuan
mengenai
kerangka
perumusan
naskah
Pernyataan Kehendak sebagaimana dimaksud pada ayat
(2)
huruf
c
tercantum
dalam
Lampiran
III
yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
Pasal 8
Tahap penerimaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
huruf d merupakan tahap penerimaan naskah Perjanjian
Internasional yang telah dirumuskan dan disepakati oleh
Kemhan dan negara mitra atau organisasi internasional,
dapat dilakukan dengan membubuhkan inisial dan/atau
paraf
pada
naskah
Perjanjian
Internasional
oleh
ketua
delegasi masing-masing.
Pasal 9
(1)
Tahap penandatanganan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal
4
huruf
e
merupakan
tahap
akhir
dalam
perundingan untuk melegalisasi suatu naskah Perjanjian
Internasional yang telah disepakati oleh Kemhan dan
negara mitra atau organisasi internasional.
www.peraturan.go.id
2016, No.1780
-7-
(2)
Penandatanganan atas naskah Perjanjian Internasional
dilakukan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk oleh
masing-masing
pihak
setelah
konsep
Perjanjian
Internasional disepakati.
(3)
Pejabat yang menandatangani Perjanjian Internasional
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memerlukan Surat
Kuasa (Full Powers) dan tidak dapat mendelegasikan
kewenangannya kepada pejabat lain.
(4)
Surat Kuasa (Full Powers) sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) diajukan kepada menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang luar negeri oleh Menteri
atau Pejabat di bawahnya setingkat eselon I.
(5)
Surat Kuasa (Full Powers) sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) tidak diperlukan apabila naskah Perjanjian
Internasional
yang
akan
ditandatangani
merupakan
pelaksanaan teknis dari perjanjian induk yang telah ada.
(6)
Naskah
Perjanjian
Internasional
yang
merupakan
pelaksanaan teknis dari Perjanjian Internasional induk
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(5)
dapat
ditandatangani oleh pejabat setingkat eselon I sesuai
dengan tugas dan fungsi setelah mendapat delegasi dari
Menteri.
(7)
Pejabat setingkat eselon I sebagaimana dimaksud pada
ayat (6) terdiri atas:
a.
Sekretaris Jenderal Kemhan;
b.
Inspektur Jenderal Kemhan;
c.
Direktur Jenderal Kemhan;
d.
Kepala Badan Kemhan; dan
e.
Rektor Universitas Pertahanan.
Bagian Kedua
Proses Penyusunan Naskah Perjanjian
Pasal 10
Dalam hal inisiatif Perjanjian Internasional berasal dari
Kemhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2)
huruf a, harus dikoordinasikan dengan:
www.peraturan.go.id
2016, No.1780
-8-
a.
Direktorat Kerja Sama Internasional Direktorat Jenderal
Strategi Pertahanan Kemhan;
b.
Direktorat Peraturan Perundang-undangan Direktorat
Jenderal Strategi Pertahanan Kemhan;
c.
Direktorat Jenderal Hukum dan Perjanjian Internasional
kementerian
yang
menyelenggarakan
urusan
pemerintahan di bidang luar negeri;
d.
Direktorat
Jenderal
di
kementerian
yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang luar
negeri
yang
terkait
dengan
materi
Perjanjian
Internasional; dan/atau
e.
Tentara Nasional Indonesia.
Pasal 11
(1)
Penyusunan
Kemhan
Perjanjian
sebagaimana
Internasional
dimaksud
atas
dalam
inisiatif
Pasal
10,
dilakukan sebagai berikut:
a.
penyusunan konsep awal dikonsultasikan dengan
Direktorat
Strategi
Kerja
Sama
Pertahanan
Internasional
Kemhan
dan
Direktorat
Direktorat
Peraturan Perundang-undangan Direktorat Jenderal
Strategi Pertahanan Kemhan.
b.
pembahasan
substansi
dilakukan
Perjanjian
dengan
Internasional
melibatkan
satuan
kerja/subsatuan kerja di internal Kemhan dan/atau
Tentara Nasional Indonesia;
c.
koordinasi
Jenderal
dan
konsultasi
Hukum
kementerian
dan
yang
dengan
Perjanjian
Direktorat
Internasional
menyelenggarakan
urusan
pemerintahan di bidang luar negeri dan Direktorat
Jenderal di kementerian yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang luar negeri yang
terkait dengan materi Perjanjian Internasional;
d.
apabila
diperlukan,
pembahasan
substansi
Perjanjian Internasional dilakukan dengan Panitia
Antarkem; dan
e.
finalisasi naskah Perjanjian Internasional.
www.peraturan.go.id
2016, No.1780
-9-
(2)
Mekanisme
koordinasi
dan
konsultasi
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c dapat dilakukan melalui:
(3)
a.
komunikasi lisan;
b.
surat menyurat;
c.
rapat Panitia Interkem; dan/atau
d.
rapat Panitia Antarkem.
Mekanisme
koordinasi
dan
konsultasi
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c dimaksudkan untuk:
a.
meminta pandangan politis, yuridis, dan aspek
terkait
lainnya
mengenai
rencana
pembuatan
Perjanjian Internasional;
b.
menciptakan kesamaan persepsi dalam menghadapi
pihak asing agar selaras dengan politik luar negeri
dan kepentingan nasional;
c.
memfasilitasi kepentingan satuan kerja/ subsatuan
kerja
terkait
dalam
hal
perlunya
pedoman,
pemantauan, dan pemberian pertimbangan dalam
pembuatan Perjanjian Internasional.
Pasal 12
Penyusunan Perjanjian Internasional atas inisiatif dari negara
mitra atau organisasi internasional sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 ayat (2) huruf b, dilakukan sebagai berikut:
a.
Kemhan menerima konsep Perjanjian Internasional dari
negara mitra atau organisasi internasional yang dikirim
melalui kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang luar negeri;
b.
Direktur
Jenderal
menindaklanjuti
Strategi
konsep
Pertahanan
Perjanjian
Kemhan
Internasional
dimaksud dalam huruf a dengan melakukan pengkajian
secara komprehensif;
c.
Direktur
Jenderal
Strategi
memerintahkan Direktur
Kerja
Pertahanan
Sama
Kemhan
Internasional
Direktorat Jenderal Strategi Pertahanan Kemhan untuk
melakukan
pengkajian
atas
konsep
Perjanjian
Internasional dan melakukan koordinasi dengan satuan
kerja terkait sesuai substansi Perjanjian Internasional;
www.peraturan.go.id
2016, No.1780
-10-
d.
Direktur Kerja Sama Internasional Direktorat Jenderal
Strategi Pertahanan Kemhan membuat konsep tanggapan
dan/atau
counter
perwakilan
dari
undangan
dengan
draft
Direktorat
Direktorat
mengikutsertakan
Peraturan
Jenderal
Perundang-
Strategi
Pertahanan
Kemhan, satuan kerja terkait dan/atau Tentara Nasional
Indonesia;
e.
Counter draft yang sudah disusun dikoordinasikan dan
dikonsultasikan dengan Direktorat Jenderal Hukum dan
Perjanjian
Internasional
kementerian
yang
dan
Direktorat
Jenderal
menyelenggarakan
di
urusan
pemerintahan di bidang luar negeri yang terkait dengan
materi Perjanjian Internasional;
f.
Direktur
Jenderal
Strategi
Pertahanan
melaporkan
counter draft hasil koordinasi dan konsultasi kepada
Menteri; dan
g.
Menteri mengirim counter draft ke negara mitra atau
organisasi internasional pemrakarsa melalui kementerian
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
luar negeri.
Pasal 13
Perjanjian
Internasional
sebagaimana
dimaksud
dalam
Pasal 11 ditulis dalam bahasa Indonesia juga dalam bahasa
nasional negara mitra dan/atau bahasa Inggris.
Pasal 14
Kertas naskah Perjanjian Internasional menggunakan kertas
Perjanjian
Internasional
yang
disiapkan
oleh
Direktorat
Jenderal Hukum dan Perjanjian Internasional kementerian
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang luar
negeri.
www.peraturan.go.id
2016, No.1780
-11-
BAB IV
PENGESAHAN PERJANJIAN INTERNASIONAL
Pasal 15
(1)
Pengesahan Perjanjian
Internasional
yang dilakukan
dalam bentuk Persetujuan (Agreement) dan Memorandum
Saling Pengertian/Nota Kesepahaman (Memorandum of
Understanding) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
ayat (1) huruf a dan huruf b dilakukan dengan UndangUndang.
(2)
Pengesahan Perjanjian Internasional yang bersifat teknis
dilakukan dengan Peraturan Presiden.
Pasal 16
(1)
Pengesahan
dimaksud
Perjanjian
dalam
Internasional
Pasal
15
sebagaimana
dilakukan
dengan
pembentukan Panitia Antarkem oleh Menteri.
(2)
Panitia Antarkem sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
melaksanakan:
a.
penyusunan Naskah Akademik Rancangan UndangUndang
tentang
Pengesahan
Perjanjian
Internasional;
b.
penyelarasan Naskah Akademik Rancangan UndangUndang
tentang
Pengesahan
Perjanjian
Internasional;
c.
penyusunan Rancangan Undang-Undang tentang
Pengesahan Perjanjian Internasional;
d.
pengharmonisasian
Rancangan
Undang-Undang
tentang Pengesahan Perjanjian Internasional; dan
e.
pembahasan Rancangan Undang-Undang tentang
Pengesahan
Perjanjian
Internasional
antara
Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat.
www.peraturan.go.id
2016, No.1780
-12-
BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 17
Peraturan
Menteri
ini
mulai
berlaku
pada
tanggal
diundangkan.
Agar
setiap
orang
mengetahuinya,
memerintahkan
pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 11 November 2016
MENTERI PERTAHANAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
RYAMIZARD RYACUDU
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 23 November 2016
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
Paraf:
1.
Sekjen :
2.
Irjen
:
WIDODO EKATJAHJANA
www.peraturan.go.id
-13-
2016, No.1780
www.peraturan.go.id
2016, No.1780
-14-
www.peraturan.go.id
-15-
2016, No.1780
www.peraturan.go.id
2016, No.1780
-16-
www.peraturan.go.id
-17-
2016, No.1780
www.peraturan.go.id
2016, No.1780
-18-
www.peraturan.go.id
-19-
2016, No.1780
www.peraturan.go.id
2016, No.1780
-20-
www.peraturan.go.id
-21-
2016, No.1780
www.peraturan.go.id
2016, No.1780
-22-
www.peraturan.go.id
-23-
2016, No.1780
www.peraturan.go.id
2016, No.1780
-24-
www.peraturan.go.id
-25-
2016, No.1780
www.peraturan.go.id
2016, No.1780
-26-
www.peraturan.go.id
-27-
2016, No.1780
www.peraturan.go.id
2016, No.1780
-28-
www.peraturan.go.id
-29-
2016, No.1780
www.peraturan.go.id
2016, No.1780
-30-
www.peraturan.go.id
-31-
2016, No.1780
www.peraturan.go.id
2016, No.1780
-32-
www.peraturan.go.id
-33-
2016, No.1780
www.peraturan.go.id
2016, No.1780
-34-
www.peraturan.go.id
-35-
2016, No.1780
www.peraturan.go.id
2016, No.1780
-36-
www.peraturan.go.id
-37-
2016, No.1780
www.peraturan.go.id
2016, No.1780
-38-
www.peraturan.go.id
-39-
2016, No.1780
www.peraturan.go.id
2016, No.1780
-40-
www.peraturan.go.id
-41-
2016, No.1780
www.peraturan.go.id
2016, No.1780
-42-
www.peraturan.go.id
-43-
2016, No.1780
www.peraturan.go.id
2016, No.1780
-44-
www.peraturan.go.id
-45-
2016, No.1780
www.peraturan.go.id
2016, No.1780
-46-
www.peraturan.go.id
-47-
2016, No.1780
www.peraturan.go.id
2016, No.1780
-48-
www.peraturan.go.id
-49-
2016, No.1780
www.peraturan.go.id
2016, No.1780
-50-
www.peraturan.go.id
-51-
2016, No.1780
www.peraturan.go.id
Download