2. Gempa Bumi Gempa bumi adalah peristiwa alam karena proses tektonik maupun vulkanik. Gempa bumi vulkanik hanya bisa dirasakan oleh masyarakat yang tinggal di sekitar gunung. Gempa jenis ini disebabkan oleh pergerakan dan tekanan magma di dalam perut gunung tersebut; sedangkan gempa bumi tektonik disebabkan pergerakan tektonik lempeng. Wilayah DIY dan sekitarnya terletak pada jalur subdaksi lempeng, yaitu Lempeng Indo-Australia yang menyusup di bawah Lempeng Eurasia. Dengan demikian, wilayah DIY merupakan wilayah yang rawan gempa bumi baik tektonik maupun vulkanik. Catatan sejarah, sebagaimana diringkaskan oleh peta berikut (Figur 2.7), menyebutkan bahwa gempa besar sering terjadi di DIY dan sekitarnya pada masa lalu. Pada tahun 1867 tercatat pernah terjadi gempa besar yang menyebabkan kerusakan besar terhadap rumah-rumah penduduk, bangunan Keraton, dan kantor-kantor pemerintah kolonial. Gempa-gempa lainnya terjadi pada tahun-tahun 1867, 1937,1943, 1976, 1981, 2001, dan 2006. Namun, gempa dengan jumlah korban besar terjadi pada 1867, 1943, dan 2006. Page 6 of 50 Figur 2.7 – Peta Riwayat Kejadian Gempa Besar di DIY dan sekitarnya5 Pada tanggal 27 Mei 2006, pukul 06.50 WIB, Provinsi DIY diguncang gempa dengan kekuatan 5,8— 6,2 pada Skala Richter (BMG & Pusat Volkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi). Pusat Gempa diperkirakan di pinggir pantai selatan Yogyakarta atau bagian selatan Kabupaten Bantul dengan kedalaman 17—33 km di bawah permukaan tanah. Gempa tersebut dirasakan tidak hanya di wilayah Provinsi DIY tetapi juga di beberapa wilayah di Provinsi Jawa Tengah bagian selatan. Akibat gempa, beberapa wilayah tersebut, khususnya bagian selatan DIY, mengalami kerusakan yang cukup parah baik kerusakan bangunan maupun infrastruktur lainnya. Gempa bumi 27 Mei 2006 terjadi karena lempeng Australia yang bergerak menunjam di bawah lempeng Eurasia dengan pergerakan 5—7 cm setiap tahunnya. Episentrum diperkirakan terjadi di muara Sungai Opak-Oyo. DIY diapit oleh 2 sistem sungai besar yang merupakan sungai patahan dilihat dari morfologinya, yaitu Opak-Oya dan Progo, sehingga gempa bumi mampu mereaktivasi patahan pada sungai tersebut dan dampaknya dapat dilihat pada tingkat kerusakan tinggi pada jalur sungai tersebut dari muara di bibir Pantai Selatan Jawa memanjang ke arah Timur Laut sampai ke daerah Prambanan. Setelah dilakukan kajian lapangan, ternyata gempa tersebut disebabkan adanya gerakan sesar aktif di DIY yang kemudian disebut dengan Sesar Kali Opak. Daerah di sepanjang Sungai Progo juga patut diwaspadai karena, secara morfologi, merupakan sungai hasil proses patahan. Kemungkinan, jika terjadi gempabumi yang episentrumnya dekat dengan zona patahan Sungai Progo tersebut, dan jika bermagnitudo cukup kuat, dapat juga akan tereaktivasi seperti halnya pada jalur S. Opak-Oyo dengan tingkat kerusakan yang tinggi. Potensi bahaya gempa bumi di DIY, berdasarkan peta di bawah ini (Figur 2.8), dibagi menjadi 3 (tiga) tingkat, yaitu tinggi, sedang-rendah, serta aman, dengan cakupan wilayah khusus untuk tingkat tinggi serta tingkat sedang-rendah masing-masing sebagai berikut: (1) Potensi Gempa Bumi Tinggi – Kabupaten Bantul yang berada di bagian selatan DIY merupakan daerah yang paling luas berpotensi terkena dampak gempa bumi karena secara fisik berhadapan langsung dengan Samudera Indonesia. Area yang berpotensi gempa tinggi termasuk pula di dalam radius 500 meter dari Sungai Opak dan jalur patahan di sepanjang lereng barat perbukitan Baturagung. Wilayah yang termasuk dalam kategori potensi gempa tinggi adalah sebagian Kecamatan Kretek, Pundong, Jetis, Piyungan, Pleret, Banguntapan, Imogiri, dan Prambanan; (2) Potensi Gempa Bumi Sedang dan Rendah – area yang berpotensi sedang dan rendah ini adalah di dalam radius 1.000 meter dari sungai-sungai besar di DIY (Progo, Opak, dan Oyo). Secara administrasi, area yang termasuk dalam potensi gempa sedang adalah sebagian wilayah 5 Sumber: Elnashai, dkk. (2006). Page 7 of 50 Kecamatan Dlingo, Pleret, Imogiri, Pundong, Kretek, Prambanan, Umbulharjo, Banguntapan, Bantul, Pandak, Lendah, dan sebagian kecil kecamatan-kecamatan yang dilalui aliran Sungai Progo serta jalur patahan Kulonprogo. Sebagian kecamatan di atas juga mengalami kerusakan yang cukup parah pada gempa 27 Mei 2006, walaupun tidak separah pada kawasan yang berpotensi gempa tinggi. Beberapa kecamatan lainnya tidak mengalami kerusakan, namun jika diperhatikan dari posisinya yang berdekatan dengan jalur patahan atau sungai besar, wilayah ini termasuk rawan. Figur 2.8 – Peta Potensi Bahaya Gempa Bumi di DIY