BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

advertisement
BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
III.1 Objek Peneltian
III.1.1 Sejarah Pasar Modal
Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar
modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun
1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk
kepentingan pemerintah kolonial atau VOC.
Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan
pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa
periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh
beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah
kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang
menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagimana mestinya.
Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977,
dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan
berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah.
Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai
berikut:
26
ƒ
14 Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh
Pemerintah Hindia Belanda.
ƒ
1914 – 1918 : Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I
ƒ
1925 – 1942 : Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek
di Semarang dan Surabaya
ƒ
Awal tahun 1939 : Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang
dan Surabaya ditutup.
ƒ
1942 – 1952 : Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II
ƒ
1952 : Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar
Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri kehakiman (Lukman Wiradinata)
dan Menteri keuangan (Prof.DR. Sumitro Djojohadikusumo). Instrumen yang
diperdagangkan: Obligasi Pemerintah RI (1950)
ƒ
1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak
aktif.
ƒ
1956 – 1977 : Perdagangan di Bursa Efek vakum.
ƒ
10 Agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ
dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10
Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal
ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama.
ƒ
1977 – 1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga
1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan
dibandingkan instrumen Pasar Modal.
27
ƒ
1987 : Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang
memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum
dan investor asing menanamkan modal di Indonesia.
ƒ
1988 – 1990 : Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal
diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat.
ƒ
2 Juni 1988 : Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh
Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri
dari broker dan dealer.
ƒ
Desember 1988 : Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88)
yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa
kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal.
ƒ
16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh
Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya.
ƒ
13 Juli 1992 : Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas
Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.
ƒ
22 Mei 1995 : Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem
computer JATS (Jakarta Automated Trading Systems).
ƒ
10 November 1995 : Pemerintah mengeluarkan Undang –Undang No. 8 Tahun
1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari
1996.
ƒ
1995 : Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya.
ƒ
2000 : Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan
di pasar modal Indonesia.
28
ƒ
2002 : BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote
trading).
ƒ
2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ)
dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).
III.1.2 Mekanisme Perdagangan Di Bursa Efek
Pelaksanaan perdagangan Efek di Bursa dilakukan dengan menggunakan fasilitas
JATS. Perdagangan Efek di Bursa hanya dapat dilakukan oleh Anggota Bursa yang juga
menjadi Anggota Kliring KPEI. Anggota Bursa Efek bertanggungjawab terhadap
seluruh transaksi yang dilakukan di Bursa baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan nasabah.
Pesanan yang dapat dilaksanakan di Bursa oleh Anggota Bursa adalah hanya
pesanan terbatas (limit order), yaitu pesanan yang dilaksanakan oleh Anggota Bursa
sampai dengan batas harga yang ditetapkan oleh nasabahnya. Penawaran jual dan atau
permintaan beli nasabah atas Efek selain HMETD hanya boleh ditransaksikan oleh
Anggota Bursa di Pasar Reguler, kecuali nasabah menginstruksikan atau menyetujui
secara tertulis bahwa penawaran jual atau permintaan belinya ditransaksikan di Pasar
Tunai atau Pasar Negosiasi.
III.1.3 Auto Rejection dan Biaya Transaksi di Bursa
Harga penawaran jual dan atau permintaan beli yang dimasukkan ke dalam JATS
adalah harga penawaran yang masih berada di dalam rentang harga tertentu. Bila
29
Anggota Bursa memasukkan harga diluar rentang harga tersebut maka secara otomatis
akan ditolak oleh JATS (auto rejection).
Batasan auto rejection yang berlaku saat ini:
1. Harga penawaran jual atau penawaran beli saham lebih kecil dari Rp 50,- (lima
puluh rupiah);
2. Harga penawaran jual atau penawaran beli saham lebih dari 35% (tiga puluh lima
perseratus) di atas atau di bawah Acuan Harga untuk Saham dengan rentang
harga Rp 50,- (lima puluh rupiah) sampai dengan dari Rp 200,- (dua ratus
rupiah);
3. Harga penawaran jual atau penawaran beli saham lebih dari 25% (dua puluh lima
perseratus) di atas atau di bawah Acuan Harga untuk Saham dengan rentang
harga Rp 200,- (dua ratus rupiah) sampai dengan dari Rp 5.000,- (lima ribu
rupiah);
4. Harga penawaran jual atau penawaran beli saham lebih dari 20% (dua puluh
perseratus) di atas atau di bawah Acuan Harga untuk Saham dengan rentang
harga di atas Rp 5.000,- (lima ribu rupiah).
Anggota Bursa wajib membayar biaya transaksi kepada Bursa, KPEI dan KSEI yang
dihitung berdasarkan nilai pertransaksi Anggota Bursa sebagai berikut:
Jenis Transaksi pasar regular atau pasar tunai dan pasar negosiasi dikenakan biaya
transaksi 0.03%, dana jaminan untuk pasar regular atau pasar tunai sebesar 0.01%.
Untuk PPn dan kewajiban perpajakan lainnya dibayarkan ke Bursa sebagai Wajib
Pungut, sesuai ketentuan yang berlaku.
30
III.1.4 Indeks LQ45
Indeks LQ45 dengan likuiditas (LiQuid) tinggi, terdiri dari 45 saham yang
diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan. Selain penilaian atas likuiditas, seleksi
atas saham-saham tersebut mempertimbangkan kapitalisasi pasar.
Sejak diluncurkan pada bulan Februari 1997 ukuran utama likuiditas transaksi
adalah nilai transaksi di pasar reguler. Sesuai dengan perkembangan pasar, dan untuk
lebih mempertajam kriteria likuiditas, maka sejak review bulan Januari 2005, jumlah
hari perdagangan dan frekuensi transaksi dimasukkan sebagai ukuran likuiditas.
Sehingga kriteria suatu saham untuk dapat masuk dalam perhitungan indeks LQ45
adalah sebagai berikut:
Telah tercatat di BEI minimal 3 bulan. Masuk dalam 60 saham berdasarkan nilai
transaksi di pasar regular. Dari 60 saham tersebut, 30 saham dengan nilai transaksi
terbesar secara otomatis akan masuk dalam perhitungan indeks LQ45. Untuk
mendapatkan 45 saham akan dipilih 15 saham lagi dengan menggunakan kriteria Hari
Transaksi di Pasar Reguler, Frekuensi Transaksi di Pasar Reguler dan Kapitalisasi Pasar.
Metode pemilihan 15 saham tersebut adalah: Dari 30 sisanya, dipilih 25 saham
berdasarkan Hari Transaksi di Pasar Reguler. Dari 25 saham tersebut akan dipilih 20
saham berdasarkan Frekuensi Transaksi di Pasar Reguler Dari 20 saham tersebut akan
dipilih 15 saham berdasarkan Kapitalisasi Pasar, sehingga akan didapat 45 saham untuk
perhitungan indeks LQ45. Selain melihat kriteria likuiditas dan kapitalisasi pasar
tersebut di atas, akan dilihat juga keadaan keuangan dan prospek pertumbuhan
perusahaan tersebut.
31
III.1.4.1 Mini LQ Future
Pada mulanya kontrak futures indeks saham mulai diperdagangkan di Amerika
serikat pada tanggal 24 Februari 1982. Ketika itu direkrur perdagangan kota kansas yang
dikenal dengan City Board of Trade memeperkenalkan value line index. Dari sekian
banyak stock index, ketika kita memilih untuk memasuki perdagangan pada U.S. Stock
Market akan lebih banyak mengacu pada The Dow Jones Industrial Average (DJIA)
NASDAQ 100 dan S&P 500 karena counter ini menjadi tolak titik ukur dari pergerakan
pasar saham global dilihat dari peringkat pertumbuhannya dan merupakan kumpulan
saham unggulan atau Blue Chip.
Sebagai perwujudan dari visi dan misi BES sebagai bursa yang fokus pada
perdagangan fix income dan derivative maka sejak 2001, BES meluncurkan produk
derivative LQ Futures yang menggunakan indeks LQ45 sebagai underlyingnya. BES
merupakan bursa pertama yang mengeluarkan Futures indeks lokal.
Mini LQ Futures adalah kontrak yang menggunakan underlying yang sama
dengan LQ Futures yaitu indeks LQ45, hanya saja Mini LQ Futures memiliki multiplier
yang lebih kecil (Rp 100 ribu / poin indeks atau 1/5 dari LQ Futures) sehingga nilai
transaksi, kebutuhan marjin awal, dan fee transaksinya juga lebih kecil. Produk Mini LQ
Futures ditujukan bagi investor pemula dan investor retail yang ingin melakukan
transaksi LQ dengan persyaratan yang lebih kecil. Dengan demikian Mini LQ dapat
digunakan sebagai sarana pembelajaran investor retail yang baru akan mulai melakukan
transaksi di indeks LQ
32
Tabel III. 1
Spesifikasi Kontrak Mini LQ Futures
Underlying
: LQ45
Multiplier
: Rp. 100.000 per poin indeks
Bulan Kontrak
: 2 kontrak Bulan terdekat (spot month dan 2nd Month) dan 1
kontrak Bulan Kuartal terdekat (Bulan Kuartal adalah Juni dan
Desember)
: Hari Senin s/d :
Jam
Perdagangan
Sesi 1: 09.15 – 12.00 WIB
Kamis
Sesi 2: 13.30 – 16. 15 WIB
Hari Jumat
:
Sesi 1: 09. 15 – 11.30 WIB
Sesi 2: 14.00 – 16. 15 WIB
Last
Trading : Setiap Hari Bursa terakhir setiap bulan kontrak
Day
Margin Awal
: 4% dari nilai kontrak
Sumber : www. idx.co.id
33
Gambar III.1
Skema Perdagangan LQ45 Futures
Margin & Order
Margin & Order
Investor
Bursa
FATS Trading
Engine
Margin
Order
Order
Transaksi
Kontrak
Posisi Dana
LKP
RMOL Risk
Engine
Posisi
kontrak
& dana
Margin
Posisi
kontrak &
dana
Cash Management
System
Margin &
Dana Pengaman
Margin &
Dana Pengaman
sumber : www. vibiznews.com
III.2 Metode Penelitian
III.2.1 Sumber dan Jenis data
Didalam penelitian ini sumber data diperoleh dari situs Bursa Efek Indonesia
yang terdiri dari data per enam bulan untuk saham-saham yang masuk kedalam LQ45,
data harian untuk pergerakan LQ45 menggunakan data harga penutupan dan data LQ45
Futures. Jenis data dari penelitian ini kedua varibelnya adalah kuantitatif dan seluruh
data yang diambil adalah data sekunder.
34
III.2.2 Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penarikan sampel untuk mendapatkan 10 saham terbaik dari
45 saham LQ digunakan pengambilan sampel secara tidak acak atau non probability
sampling yaitu dengan purposive sampling. Saham yang terpilih dipilih berdasarkan
kriteria-kriteria tertentu.
III.2.3 Metode Perhitungan Data
Data penelitian akan dianalisis menggunakan tahapan sebagai berikut;
1. Pembentukan 5 portofolio saham terpilih dari LQ45
a) Menentukan saham yang masuk kedalam LQ45 selama 3 periode LQ45
b) Peringkat saham terpilih dengan menghitung return average, standar
deviasi dan CV
c) Alokasi
%
masing-masing
saham
untuk
menyusun
portofolio
menggunakan kriteria CV portofolio per masing-masing saham
d) Menghitung indeks Sharpe Portofolio saham
2. Jumlah kontrak Futures yang optimum untuk hedging portofolio dengan
menggunakan rumus hedge rasio menggunakan Indeks Mini LQ Futures
3. Benefit yang dihasilkan portofolio dengan dan tanpa hedging indeks Futures
III.2.4 Operasional Variabel
Adapun operasinal variabel pada penelitian ini. Berikut adalah tabel yang berisi
variable tersebut berikut penjelasaannya.
35
Tabel III.2
Operasional Variabel
HASIL
NO
1.
VARIABEL
DEFINISI
Coefficient of Ukuran tingkat dimana imbal hasil
Variation
SKALA
UKUR
SIMBOL
DATA
Poin
CV
Rasio
%
R atau
Rasio
dua aset beresiko bergerak secara
bersamaan.
2.
Tingkat Laba
Tingkat Pengembalian suatu asset
atau Portofolio
3.
Rp
Standar
Resiko yang terkait dengan fluktuasi
Deviasi
dan siklus bisnis atau resiko antara
%
σ atau
Rasio
σp
perbedaan return nyata dan required
return.
4.
Korelasi
Keeratan dua variabel (asset) dan
Poin
ρ
Rasio
Poin
β atau
Rasio
arahnya
5.
6.
Risiko
Resiko
yang
tidak
dapat
Sistematik
didiversifikasi
Sharpe
Rasio imbal hasil terhadap votalitas,
Measure
rasio extra imbal hasil portofolio
βp
%
Sp
Rasio
Poin
LQ45
Rasio
%
E(r) atau
Rasio
terhadap standar deviasi (sharpe)
7.
LQ45
Indeks yang terdiri 45 saham pilihan
dengan mengacu 45 kepada dua
variabel yaitu likuiditas perdagangan
dan kapitalisasi pasar
8.
Required Rate Tingkat
of Return
pengembalian
diharapkan atas suatu efek
yang
k
36
9.
10.
Alokasi/
Alokasi atau bobot suatu asset
Bobot
didalam Portofolio
Risk Free
Tingkat suku bunga bebas resiko
Rate
%
W
Rasio
(Weight)
%
Rf
Rasio
Kontrak
H atau
Rasio
dalam penelitian ini digunakan SBI
rate
11.
Optimum
Contract Size
Jumlah kontrak optimal atas Futures
untuk lindung nilai
N*
37
Download