Annisa, Tantri, dan Dian| Gambaran Radiologis Osteogenesis Imperfekta Tipe II Pada Bayi Laki-Laki Usia 4 Hari Gambaran Radiologis Osteogenesis Imperfekta Tipe II pada Bayi Laki-Laki Usia 4 Hari Annisa Ratya1, Tantry Dwi Kania2, Dian Isti Anggraini1 1 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2 SMF Radiologi Rumah Sakit Abdul Moeloek Abstrak Osteogenesis imperfekta adalah suatu kelainan genetik autosomal dominan karena adanya defek pada kolagen tipe I dengan karakteristik meningkatnya fragilitas tulang. Diagnosis ditentukan secara klinis dan pemeriksaan radiologis.Tujuan dari laporan kasus ini adalah untuk membuat kita mengetahui mengenai gambaran radiologis osteogenesis imperfekta. Pada kasus ini, kami melaporkan bayi laki-laki usia 4 hari dengan keluhan bengkak disertai bentuk dan ukuran ekstremitas yang tampak tidak normal. Pada pemeriksaan fisik ditemukan sklera berwarna biru, dentogenesis imperfekta, deformitas pada keempat ekstremitas, adanya retraksi subkostal dan interkostal, frekuensi nadi 180x/menit reguler, frekuensi nafas 0 64x/menit dan temperatur aksila 36,6 C. Berat badan lahir 2100 gram, panjang badan 48 cm dan lingkar kepala 34 cm. Pada pemeriksaan radiolografik didapatkan gambaran densitas tulang menurun, trabekulasi berkurang, korteks menipis, fraktur lama di femur bilateral dengan accordion like, fraktur lama di costa multipel dengan beaded ribs, fraktur lama di klavikula, dan fraktur baru di tulang panjang. Pasien didiagnosa osteogenesis imperfekta tipe II karena adanya sklera biru, dentogenesis imperfekta, gambaran radiologis osteopenia, fraktur dan deformitas tulang panjang, dan pada usia perinatal. Kata kunci: osteogenesis imperfekta, radiologi, perinatal Radiographic of Type II Osteogenesis Imperfecta on 4 Days Old Newborn Abstract Osteogenesis imperfecta is an autosomal dominantgenetic disorder due to abnormalities of type I collagen which characterized by increased bone fragility. Diagnosed by clinical presentation and radiographic examination. The aim of this case report is to give a general knowledge about radiographic manifestations of osteogenesis imperfecta.In this report we are focusing on 4 days old newborn which admitted because of swelling and deformity on extremities. On physical examinationwe found blue colored sclera, dentogenesis imperfecta, limbs deformities, with subcostal and intercostal 0 retraction, pulse rate 180x/minute reguler beat, respiratory rate 64 x/minute, and axillary temperature of 36,6 C. Birth weight of 2100 gram, with body length 48 cm, and head circumference of 34 cm. On radiographic examination, general decrease of bone density was found, decrease of bone trabecula, cortical thinning, chronic fracture on bilateral femur with accordion like appearance, multiple chronic fracture on costae with beaded ribs appearance, a new fracture on clavicula, and long-bones. The patient was diagnosed with type II osteogenesis imperfecta, because there are signs and symptoms such as blue colored sclrea, dentogenesis imperfecta, on radiographic osteopenia, fractures and deformities on long-bones were found, and on perinatal period. Keywords: osteogenesis imperfecta, radiology, perinatal Korespondensi: Annisa Ratya, S.Ked., alamat Jl. Sutomo no.26, Kedaton, Bandar Lampung, HP 085720127787, e-mail [email protected] dr. Tantri Dwi Kaniya R H, Sp. Rad., alamat Mangkubumi Residence Blok E2 No.4, Gunung Agung, Langkapura, Bandar Lampung, HP 08122743095, e-mail [email protected] Pendahuluan Osteogenesis imperfekta (OI) adalah penyakit yang jarang terjadi dengan prevalensi 1 diantara10.000-20.000 kelahiran.1,2Osteogenesis imperfektaatau disebut juga dengan brittle bone diseaseadalah kelainan genetik dengan karakteristik rapuhnya tulang dan rendahnya masa densitas tulang berdasarkan abnormalitas kolagen tipe 1 baik secara kuantitatif dan atau kualitatif.3Pada 90% kasus pasien dengan kelainan kolagen tipe 1, yaitu adanya mutasi pada gen COL1A1 atau COL1A2, mengkode rantai pro-alfa 1 dan pro- alfa 2. Rantai polipeptida ini membentuk tripel helix dari prokolagen tipe 1 intraseluler yang merupakan prekursor kolagen tipe 1 ekstraseluler. Bagian ini merupakan komponen dari banyak jaringan seperti tulang, enamel dental, sklera, kulit, tendon, dan ligamen.4 Manifestasi klinis mayor adalah rapuhnya tulang dengan ditemukannya deformitas tulang, kelemahan sendi, dan skoliosis. Adapun manifestasi ekstraskeletal berupa hilangnya fungsi pendengaran, dentinogenesis imperfekta, sklera biru atau abu-abu, hiperkalsiuria, dilatasi aorta, dan J Medula Unila|Volume 5 |Nomor 1 | Mei 2016 |15 Annisa, Tantri, dan Dian| Gambaran Radiologis Osteogenesis Imperfekta Tipe II Pada Bayi Laki-Laki Usia 4 Hari kondisi neurologis seperti makrosefali, hidrosefalus, dan invaginasi basilar.5 4 Tabel 1. Klasifikasi OI Sillence dan Glorieux OI tipe 1 (ringan) Fraktur; deformitas minor; perawakan tampak hampir normal; sklera biru; “Dentinogenesis imperfekta” mungkin ada OI tipe II (letal) Fraktur in utero; kematian sebelum kelahiran (defisiensi respiratori) OI tipe III (berat) Fraktur; kifoskoliosis; deformitas mayor; perawakan sangat kecil; wajah triangular; warna sklera bervariasi; “Dentinogenesis imperfekta” sering ada OI tipe IV (sedang) Fraktur; perawakan kecil; warna sklera bervariasi; “Dentinogenesis imperfekta” mungkin ada OI tipe V, VI, dan VII telah ditambahkan pada sistem klasifikasi awal (tidak ada mutasi kolagen tipe I, tetapi gambaran tulang abnormal pada mikroskopik dan memiliki fenotip yang hampir mirip) OI tipe V Fraktur; kalus hiperplastik; osifikasi membran intraosseus; garis padat metafiseal; warna sklera normal; tidak ada “dentinogenesis imperfekta” OI tipe VI Mimik wajah seperti orang yang kalah; tidak ada “wormian bones” OI tipe VII Fraktur; coxa vara; warna sklera normal; tidak ada “dentinogenesis imperfekta”;rhizomelia Tatalaksana OI berkaitan dengan multidisiplin ilmu seperti fisioterapi, rehabilitasi, dan bedah ortopedi.6Tujuan penatalaksanaan pada pasien dengan OI yaitu untuk mengurangi nyeri dan fraktur serta memaksimalkan mobilitas. Rehabilitasi penting pada anak untuk meningkatkan bantalan beratdan mencegah fraktur sebagaimana meningkatkan kekuatan dan mobilitas selama pemulihan fraktur. Beberapa anak mungkin membutuhkan kursi roda atau alat bantu berjalan. Terapi okupasi dibutukan untuk membantu aktivitas sehari-hari.7 J Medula Unila|Volume 5 |Nomor 1 | Mei 2016 |16 Terapi farmakologi yang biasa diberikan adalah bifosfonat. Bifosfonat menempel pada permukaan untuk mineralisasi, menghambat resorpsi osteoklas, dan memiliki waktu paruh tulang yang sangat panjang.8 Terapi bifosfonat secara intravena saat ini merupakan terapi primer pada anak-anak dengan OI sedang sampai berat.9Sementara terapi bedah yaitu dengan fiksasi intramedular tulang panjang pada anak dengan OI atau terapi bedah realignment rodding.10,11 Tujuan dari laporan kasus ini adalah untuk mengetahui gambaran radiologis osteogenesis imperfekta khususnya pada osteogenesis imperfekta tipe II. Kasus BayiNy. S, laki-laki berumur 3 hari masuk ke RSAM pada tanggal 24 Januari 2016 dengan keluhan utama bengkak pada kedua kaki dan tangan juga sesak. Kondisi ini sudah terlihat sejak lahir tanpa ada riwayat trauma kelahiran maupun kecelakaan. Riwayat keluarga dengan keluhan serupa dikatakan tidak ada. Tidak ada riwayat sklera biru pada anggota keluarga, abnormalitas skeletal maupun tuli pada keluarga. Ibu pasien tidak pernah mengalami penyakit serius selama kehamilan. Persalinan cukup bulan, dibantu oleh dokter dengan operasi seksio sesaria atas indikasi letak lintang dan makrosefali . Keadaan umum tampak sakit berat. Frekuensi nadi 180x/menit reguler, frekuensi nafas 64x/menit dan temperatur aksila 36,60C. Berat badan lahir 2100 gram, panjang badan 48 cm dan lingkar kepala 34 cm. Sklera berwarna biru didapatkan pada kedua mata dan konjungtiva ananemis. Hidung dan tenggorokan normal terdapat dentogenesis imperfekta. Tidak didapatkan kaku kuduk maupun pembesaran kelenjar getah bening Gambar 1. Bayi Ny.S dengan Deformitas Multipel pada Keempat Ekstremitas dan Sklera Biru Annisa, Tantri, dan Dian| Gambaran Radiologis Osteogenesis Imperfekta Tipe II Pada Bayi Laki-Laki Usia 4 Hari pada daerah leher, didapatkan gerak nafas asimetris dengan retraksi subkostal dan retraksi interkostal. Suara nafas vesikuler, tidak ada wheezing dan rhonki serta suara jantung normal. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan bising usus normal. Hepar dan lien tidak teraba. Pada ekstremitas didapatkan hangat, tanpa sianosis dan perfusi kapiler baik pada keempat ekstremitas, adanya krepitasi tulang, bentuk dan ukuran ekstremitas tampak tidak normal. Down score didapatkan 4. Berdasarkan manifestasi klinis, diagnosis kerja pada pasien adalah kecurigaan deformitas pada ekstremitas disertai distress pernafasaan. Pemeriksaan yang direncanakan adalah babygram dan pemeriksaan darah lengkap, kimia darah, elektrolit serum, danC-reactive protein(CRP) kuantitatif. Pemeriksaan darah lengkap pada tanggal 27Januari 2016 menunjukkan hemoglobin 9,7 gr/dl, leukosit 12.000 /uL, dan trombosit 161.000/uL. Serum glutamic oxaloacetic transaminase (SGOT) 77 U/L,serum glutamic piruvic transaminase(SGPT) 36 U/L, gula darah sewaktu 163 mg/dl, natrium 135 mmol/L, kalium 2,9 mmol/L, kalsium 8,8 mg/dl, klorida 96 mmol/L,CRP kuantitatif 24 mg/L. Pemeriksaan darah lengkap normal, terdapat hipokalemi, peningkatan CRP kuantitatif, peningkatan SGOT dan gula darah sewaktu. Pada babygramanteroposterior didapatkan densitas tulang menurun, trabekulasi tulang berkurang, korteks menipis, tampak deformitas klavikula bilateral, humerus bilateral, femur bilateral dengan gambaran accordion like, deformitas costa multipel dengan gambaran beaded ribs, dan tampak diskontinuitas humerus bilateral dan femur bilateral. Pada thoraks didapatkan corakan bronkovaskular normal, sinus costophrenicus lancip, diafragma reguler, dan pada cor : CTR = 0,6. Pada abdomen didapatkan preperitoneal fat line jelas, distribusi udara intestinum normal, dan tak tampak pneumoperitoneum maupun pneumatisasi intestinalis. Kesan yaitu osteogenesis imperfekta dengan fraktur lama di klavikula bilateral, humerus bilateral, femur bilateral dan costa multipel, fraktur baru di humerus bilateral dan femur bilateral; pulmo dalam batas normal; besar cor normal; dan tak tampak kelainan di abdomen. Gambar 2. Babygram Anteroposterior Bayi Ny. S Berdasarkan temuan klinis, laboratorium, dan pemeriksaan babygram pasien didagnosis dengan osteogenesis imperfekta tipe II. Pasien kemudian direncanakan konsul ke spesialis Bedah Orthopedi. Bedah Orthopedi meyarankan untuk merujuk ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dan dilakukan terapi konservatif. Terapi yang didapatkan pada pasien ini adalah minum 5 cc/3 jam, pasang continous positive airway pressure (CPAP) FiO2 40%,positive end-expiratory pressure(PEEP) 4, dan monitoring, injeksi aminophilin loading 12,6 mg ; maintenance 6,3 mg/12 jam, aminosteril injeksi 105 cc/24 jam (kecepatan 4,4 cc/jam), infus D10 132,2 cc + NaCl 3% 8,4 cc + KCl 4,2 cc + Ca glukonas 4,2 cc (kecepatan 5,5 cc/jam), injeksi ceftazidime 110 mg/12 jam, injeksi omeprazole 1,5 mg/12 jam, dan eritromisin sirup 3 x 0,5 cc. Pasien meninggal pada tanggal 3 Februari 2016 dikarenakan distres pernafasan. Pembahasan Kolagen memiliki peran penting dalam pembentukan jaringan antarsel yang membuat matriks ekstraseluler dan protein non-kolagen akan memineralisasi tulang.12 Pada OI terdapat defisit kolagen tipe 1. Kolagen tipe 1 biasanya dijumpai pada kapsula organ, fasia, kornea, J Medula Unila|Volume 5 |Nomor 1 | Mei 2016 |17 Annisa, Tantri, dan Dian| Gambaran Radiologis Osteogenesis Imperfekta Tipe II Pada Bayi Laki-Laki Usia 4 Hari sklera, tenon, meningen, dan dermis. Secara struktur, kolagen tipe 1 terdiri dari sebuah lefthanded helix yang dibentuk oleh jalinan rantai pro-alpha 1 dan pro-alpha 2.13Pada tulang, defisiensi matriks tulang menyebabkan penipisan korteks, osteoporosis, dan rapuhnya tulang sehingga menyebabkan deformitas dan fraktur.14Mutasi pada lokus yang mengkode rantai tersebut (COL1A1 pada rantai 17q21 dan COL1A2 pada rantai 7q22.1) menyebabkan OI.13 Osteogenesis imperfekta merupakan kelainan yang bersifat autosomal dominan yang dapat terjadi pada semua ras dan suku. Pasien umumnya memiliki riwayat keluarga dengan OI, namun kebanyakan disebabkan oleh mutasi baru. Kerusakan gen dapat terjadi sebagai mutasi spontan sehingga pasien OI memiliki kemungkinan sebesar 50% untuk menurunkan kelainan tersebut kepada anaknya.13 Pada kasus ini, pasien didiagnosa OI tipe II (letal), karena pada gambaran radiologisnya terdapat densitas tulang menurun, trabekulasi tulang berkurang, korteks menipis, tampak deformitas klavikula bilateral, humerus bilateral, femur bilateral dengan gambaran accordion like, deformitas costa multipel dengan gambaran beaded ribs, dan tampak diskontinuitas humerus bilateral dan femur bilateral, adanya sklera berwarna biru secara klinis,adanya dentogenesis imperfekta, dan terjadi pada usia perinatal. Osteogenesis imperfekta tipe II merupakan tipe yang paling berat dan akan mengalami kematian karena distress pernafasan pada periode perinatal.15Terdapat penelitian radiografik dari fraktur intrauterin multipel dengan femur crumpled (accordion-like) dan tulang costa seperti manik-manik (beaded ribs). Pada banyak kasus, sklera berwarna biru.16 Osteogenesis imperfekta tipe II dapat ditemukan pada pemeriksaan ultrasonografi(USG) saat usia kehamilan 20 minggu juga terdapat pemendekan tulang panjang. Pada saat postnatal, tampak paha abduksi tetap dan rotasi eksternal dengan keterbatasan gerak pada kebanyakan sendi, adanya penurunan osifikasi pada kranium, fraktur multipel pada tulang panjang dan costae dan hipoplasia vertebra.17Hipoplasia pulmoner dengan fraktur multipel costae atau malformasi vena sentral akan menyebabkandistres pernafasan dan menjadi J Medula Unila|Volume 5 |Nomor 1 | Mei 2016 |18 penyebab utama kematian perinatal pada OI.18 Pada kasus ini terjadi kematian perinatal dikarenakan distres pernafasan. Osteogenesis imperfekta merupakan displasia skeletal yang paling sering terdeteksi dengan ultrasonografi prenatal, dimana ditemukan adanya pengurangan osifikasi kalvaria, panjang femur < persentil 5, angulasi tulang panjang, adanya jarak yang panjang antara tulang panjang, toraks sempit dengan beaded ribs appearance, dan platospondili.19 Osteogenesis imperfektatipe II dapat didiagnosis dengan ultrasonografi saat kehamilan trimester kedua. Tanda nonspesifik seperti retardasi pertumbuhan intrauterin atau hidramnion mungkin muncul. Selain itu, pada pemeriksaan mungkin ditemukan abnormalitas kepala, thoraks, dan spinal seperti berkurangnya echogenisitas karena adanya insufisiensi mineralisasi, deformitas karena adanya fraktur, pembentukan kalus, meningkatnya plastisitas tulang, dan mikromelia khususnya pada femur.4 Foto polos pada seluruh badan diperlukan untuk mengevaluasi anak dengan OI, dengan radiografi postnatal. Radiografi pada kedua kaki dari panggul sampai pergelangan kaki diperlukan untuk menilai fraktur dan derajat deformitas.Babygram cukup untuk menentukan OI tipe II. Radiografi pada ekstremitas inferior perlu diperlihatkan dengan patella kearah anterior dan kaki rotasi eksternal maksimal untuk menilai beratnya penyakit dan membantu memprediksi resiko fraktur juga rencana preoperatif untuk instrumentasi dan osteotomi.10 Pada struktur tulang terlihat adanya deformitas, yaitu penipisan pada bagian frontal (proyeksi anteroposterior) dan pelebaran pada bagian sagital (proyeksi lateral) sehingga kanal medular terlihat sempit.11 Sesuai pada kasus ini dimana pasien didagnosis osteogenesis imperfekta tipe II cukup dengan babygram. Osteogenesis imperfekta dapat dilihat dari gambaran radiografis sistem skeletal dengan mineralisasiyang kurang karena tulang lebih tipis, sehingga mengurangi intrinsik tulang terhadap kontras jaringan lunak.19 Gambaran radiografi utama pada OI yaitu osteopenia, fraktur tulang, dan deformitas tulang. Pada osteopenia didapatkan penipisan korteks tulang dan transparansi trabekular tulang. Densitometri tulang dengan DEXA (Dual-energy X-ray Absorptiometry) Annisa, Tantri, dan Dian| Gambaran Radiologis Osteogenesis Imperfekta Tipe II Pada Bayi Laki-Laki Usia 4 Hari merupakan metode optimal untuk mendeteksi berkurangnya densitas mineral tulang, tetapi pada anak-anak, interpretasi akurat didapatkan dari pengetahuan yang baik mulai dari hubungannya dengan usia, jenis kelamin, masa pubertas, dan maturasi skeletal. Berkurangnya densitas mineral tulang tidak spesifik untuk OI; dapat juga disebabkan penyakit metabolik (hipogonadisme, defisiensi hormon pertumbuhan, hipertiroidisme, diabetes mellitus juvenil, defisiensi kalsium dan vitamin D).4Gambaran osteopenia terlihat pada kasus ini yaitu densitas tulang menurun, trabekulasi tulang berkurang, korteks menipis pada klavikula bilateral, humerus bilateral, femur bilateral, dan costa. Pada fraktur tulang mempengaruhi gambaran pada skeletal appendikular dan aksial. Fraktur yang sering terjadi yaitu pada diafisis tulang panjang, spinal dan apofisis. Fraktur diafiseal dapat komplit dan inkomplit, dan adanya letak yang tidak sesuai pada tulang.15 Pada spinal, fraktur kompresi torakolumbal multipel mungkin terlihat.20 Pada deformitas tulang paling sering terjadi pada bagian appendikular skeletal, khususnya pada ekstremitas inferior, tetapi dapat juga terjadi pada ekstremitas superior dan kranium. Deformitas ini terjadi karena banyaknya malleability dan plastisitas tulang. Pada gambaran radiografi kepala dapat terlihat adanya regio oksipital yang menonjol atau disebut juga Darth Vader appearance atau pendataran kubah kranial dengan adanya lipatan lintang pada basis kranii atau disebut Tam O’Shanter Skull, tetapi hal ini jarang ditemukan.4 Pada kasus ini didapatkan adanya fraktur pada tulang panjang yaitu humerus bilateral dan femur bilateral, sementara gambaran deformitas tulang pada kasus ini terjadi pada ekstremitas superior dan inferior yaitu adanya deformitas klavikula bilateral, humerus bilateral, femur bilateral dengan gambaran accordion like. Pada kasus ini tidak dilakukan pemeriksaan radiologi pada kranium dan spinal. Gambaran radiografi di kepala dapat ditemukan wormian bones multipel, invaginasi basilar, fraktur ossikular telinga tengah; pada vertebra ditemukan skoliosis atau kifosis thoraks, fraktur kompresi vertebra, platospondili atau tampak bikonkaf karena adanya mikrofraktur multipel; pada thoraks ditemukan fraktur costa multipel, pectus excavatum atau carinatum, dan anomali aorta atau katup; pada pelvis ditemukan protrusio asetabulum dan datarnya atap acetabulum; lainnya yaitu penipisan korteks, metafisis kistik, pembentukan kalus yang hiperplastik, kalsifikasi popcorn pada metafiseal atau epifiseal karena adanya osifikasi endokondral atau kelainan letak dan fragmentasi fisis, pembentukan pseudoarthritis pada fraktur yang mengalami pemulihan, kelemahan sendi, dan tanda garis zebra pada tulang panjang yang tampak karena pengobatan bifosfonat.4 Pada bayi, cedera yang tidak disengaja/nonaccidental injury (NAI) adalah diagnosis banding OI. Walaupun bentuk fraktur (seperti costa posterior dan fraktur metafiseal) dan tanda klinis lain yang berhubungan (perdarahan retina, memar) dapat membedakan NAI dari OI, tapi hal ini cukup sulit.18 Diagnosis banding OI yaitu nonaccidental injury, kekerasan pada anak, penyakit metabolik tulang (contohnya hiperfosfatasia atau hipofosfatasia, riketsia), osteoporosis malignan, osteoporosis juvenil primer, dan osteoporosis juvenil sekunder.19 Simpulan Osteogenesis imperfekta adalah penyakit yang berkaitan dengan fragilitas tulang dan jarang ditemukan. Pada kasus ini, manifestasi klinis dan gambaran radiografi mengarah ke OI tipe II. Osteogenesis imperfekta tipe II merupakan tipe yang paling berat dan akan mengalami kematian karena distres pernafasan pada periode perinatal. Osteogenesis imperfekta tipe II ini cukup dapat didiagnosa cukup dengan babygram. Osteogenesis imperfekta juga dapat didiagnosis dengan ultrasonografi prenatal saat usia kehamilan 20 minggu dengan gambaran khas adanya pemendekan tulang panjang. Daftar Pustaka 1. Glorieux FH, Pettifor JM, Jüppner H, editors. Pediatric bone: biology and diseases. Edisi ke-2. Amsterdam: Elsevier Academic Press; 2012. 2. Bishop N, Adami S,Ahmed SF. Risedronate in children with osteogenesis imperfecta: a randomised, double-blind, placebocontrolled trial. Lancet. 2013;382(9902):1424-32. 3. Rebelo M, Lima J, Vieira JD,Costa N. An unusual presentation of osteogenesis J Medula Unila|Volume 5 |Nomor 1 | Mei 2016 |19 Annisa, Tantri, dan Dian| Gambaran Radiologis Osteogenesis Imperfekta Tipe II Pada Bayi Laki-Laki Usia 4 Hari imperfecta type I. IntMed Case Rep J. 2011; 4(1):25-9. 4. Renaud A, Aucourt J, Weill J, Bigot J, Devisme L, Moraux A, et al. Radiographic features of osteogenesis imperfecta. Insights Imaging. 2013; 4(4):417–29. 5. Arponen H, Mäkitie O, Waltimo-Sirén J. Association between joint hypermobility, scoliosis, and cranial base anomalies in paediatric osteogenesis imperfecta patients: a retrospective cross-sectional study. BMC Musculoskelet Disord. 2014; 15(1):428. 6. Biggin A, Munns CF. Osteogenesis imperfecta: diagnosis and treatment. Curr Osteoporos Rep.2014; 12(3): 279-88. 7. Hoyer-Kuhn H, Semler O, Stark C, Struebing N, Goebel O, Schoenau E. A specialized rehabilitation approach improves mobility in children with osteogenesis imperfecta. J Musculoskelet Neuronal Interact.2014; 14(4):445-53. 8. Carpintero P, Del Fresno JA, Ruiz-Sanz J, and Jaenal P. Atypical fracture in a child with osteogenesis imperfecta. Joint Bone Spine. 2015; 82(4):287-8. 9. Shaker JL, Albert C, Fritz J, and Harris G. Recent developments in osteogenesis imperfecta. F1000research.2015; 4:681. 10. Esposito PW. Multiple percutaneus osteotomies and fassier-duval telescoping nailing of long bones in osteogenesis imperfecta. Dalam: Flynn JM, Wiesel SW, editors. Operative techniques in orthopaedic pediatric surgery. Philadelphia: Lippincot Williams and Wilkins; 2011. hlm. 259-69. 11. Fassier FR. Osteogenesis imperfecta. Dalam: Sanjeev Sabharwal, editor. Pediatric lower limb deformities: principles and techniques of management. J Medula Unila|Volume 5 |Nomor 1 | Mei 2016 |20 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. USA: Springer International Publishing Switzerland; 2016. hlm. 255-65. Glorieux FH,Rowe D. Osteogenesis imperfecta. Dalam: Glorieux FH, Pettifor JM, Juppner H, editors. Pediatric bone biology and disease. USA: Elsevier Academic Press; 2012. hlm. 511-31. Indrawan DK, Suryawan B, Arimbawa. Osteogenesis imperfekta pada bayi perempuan berusia 2 hari. Jurnalika. 2013; 1(2):73-81. Chew FS. Skeletal’s radiology : the bare bones. Edisi ke-3. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2012. Van Dijk FS,Sillence DO. Osteogenesis imperfecta: clinical diagnosis, nomenclature and severity assessment. Am J Med Genet. 2014; 164A:1470–81. Alexander MA, Matthews DJ. Pediatric rehabilitation: principles and practice. Edisi ke-5. New York: Demos Medical Publishing; 2015. Adam A, Dixon AK, Gillard JH, SchaeferProkop CM. Grainger & allison’s diagnostic radiology: a textbook of medical imaging. Edisi ke-6. Philadelphia: Elsevier Churchill Livingstone; 2015. Harrtington J, Sochett E, Howard A. Update on the evaluation and treatment of osteogenesis imperfecta. Pediatr Clin North Am. 2014;61(6):1243-57. Udayasankar U,Mamoun I. Osteogenesis imperfecta. Dalam: Reid JR, Paladin A, Davros W, Lee EY, Carrico C, editors. Pediatric radiology. New York: Oxford University Press; 2013. hlm. 308-11. Hatz D, Esposito PW, Schroeder B, Burke B, Lutz R, Hasley BP. The incidence of spondylolysis and spondylolisthesis inchildren with osteogenesis imperfecta. J Pediatr Orthop. 2011; 31(1):655-60.