Koinfeksi Malaria dan HIV: Interaksi dan Dampak

advertisement
Koinfeksi Malaria dan HIV: Interaksi dan Dampak
Informasi dasar mengenai malaria
Malaria adalah infeksi menular yang sering ditemukan di wilayah tropis dan subtropis. Kurang lebih 250500 juta orang di seluruh dunia terinfeksi malaria, dan sampai tiga juta orang meninggal dunia akibat
penyakitnya setiap tahun, terutama anak kecil di Afrika sub-Sahara. Malaria disebabkan oleh sebuah
parasit dari keluarga Plasmodium, yang ditularkan terutama oleh nyamuk Anopheles yang betina.
Plasmodium falciparum adalah jenis malaria yang bertanggung jawab untuk 80 persen kasus malaria.
Plasmodium menyerang dan memakan sel darah merah dari induknya, yang menyebabkan gejala
termasuk demam, anemia, dan (pada kasus yang berat) koma yang dapat diakhiri dengan kematian.
Menurut WHO, kurang lebih separo penduduk Indonesia tinggal di daerah endemis malaria, dan
diperkirakan 30.000 orang meninggal karena malaria setiap tahun. Dan walaupun dulu Jawa dan Bali
dianggap bebas malaria, akhir-akhir ini semakin banyak kasus ditemukan pada daerah tersebut.
Walaupun infeksi malaria umumnya disebabkan oleh gigitan nyamuk, infeksi tersebut juga dapat
ditularkan melalui transfusi darah yang mengandung parasit tersebut. Saat ini, PMI tidak menskrining
darah donor untuk malaria, jadi tetap ada risiko bila kita menerima transfusi darah. Hal ini adalah alasan
lagi untuk menghindari transfusi darah bila tidak benar-benar dibutuhkan.
Gejala pertama malaria termasuk demam, panas-dingin, menggigil, artralgia (sakit sendi), muntah,
anemia, dan kejang. Informasi lebih lanjut mengenai malaria dan pengobatannya dapat dilihat di
http://www.infeksi.com/hiv/articles.php?lng=in&pg=46.
Timbulnya penyakit malaria dapat dicegah dengan profilaksis. Semakin banyak bukti menunjukkan
bahwa penggunaan kotrimoksazol setiap hari adalah efektif untuk mengurangi penyakit malaria. Odha
dengan CD4 di bawah 200 seharusnya memakai kotrimoksazol setiap hari untuk mencegah penyakit PCP
dan tokso, jadi yang sudah memakai profilaksis ini juga menerima manfaat terhadap malaria.
Karena malaria disebabkan oleh parasit, infeksi ini menular dengan cara yang berbeda dengan HIV
sebagai virus. Jadi kenyataan bahwa malaria menular melalui gigitan nyamuk bukan berarti HIV juga
dapat menular melalui cara yang sama. HIV tidak dapat menular melalui gigitan nyamuk atau
serangga lain.
Malaria tidak dianggap sebagai infeksi oportunistik. Pada 1998, peninjauan terhadap bebagai penelitian
klinis mengambil kesimpulan bahwa tidak ada interaksi antara kedua infeksi, selain peningkatan pada
angka malaria plasenta di antara perempuan hamil yang HIV-positif. Namun selama beberapa tahun
terakhir ini, ada semakin banyak bukti bahwa HIV mempengaruhi malaria dan sebaliknya.
Penelitian baru tentang interaksi antara HIV dan malaria
Ada semakin banyak data mengenai interaksi antara HIV/AIDS dan malaria. Dampak dari interaksi ini
terutama penting untuk kesehatan reproduksi. Perempuan hamil yang terinfeksi HIV dan malaria
bersamaan berisiko tinggi untuk anemia dan infeksi malaria pada plasenta. Oleh karena itu, sebagian yang
cukup tinggi dari anak yang terlahir oleh ibu dengan HIV dan malaria mempunyai berat badan yang
rendah saat lahir, dan lebih mungkin meninggal pada masa kanak-kanak. Belum jelas apakah malaria
waktu hamil meningkatkan risiko penularan HIV dari ibu-ke-bayi, karena penelitian yang menyelidiki hal
ini memberi hasil yang ragu.
Di antara orang dewasa, HIV/AIDS mungkin meningkatkan risiko penyakit malaria, terutama pada
mereka dengan sistem kekebalan tubuh yang sangat rusak. Di daerah dengan penularan malaria yang
tidak stabil, orang dewasa terinfeksi HIV mungkin lebih berisiko mengembangkan malaria yang berat.
Orang dewasa HIV-positif dengan jumlah CD4 yang rendah mungkin lebih rentan kegagalan pengobatan
dengan obat antimalaria. Lagi pula, peristiwa malaria akut meningkatkan penggandaan (replikasi) virus
secara sementara, yang jelas meningkatkan viral load HIV. Sebagai penyebab penting anemia, malaria
sering mengakibatkan kebutuhan akan transfusi darah, dan hal ini juga berpotensi menularkan HIV dan
infeksi lain (lihat tabel).
Dokumen ini didownload dari situs web Yayasan Spiritia http://spiritia.or.id/
Pendekatan terpadu untuk menyediakan layanan kesehatan terkait malaria
dan HIV
Agar mengurangi dampak berbahaya dari infeksi ganda HIV dan malaria, program pencegahan dan
pengobatan kedua penyakit harus saling melengkapi dan menguatkan. Ada potensi besar untuk sinergi
(dampak dari keduanya lebih daripada jumlah pengaruh masing-masing satu per satu), terutama pada saat
adanya komiten politis dan keuangan semakin besar yang disediakan untuk mengurangi beban
HIV/AIDS, malaria dan TB. Yang berikut adalah contoh tindakan yang diusulkan oleh WHO:
1. Karena Odha di daerah rawan malaria terutama rentan terhadap malaria, penyediaan pelindungan
dengan kelambu diresapi insektisida (obat pembasmi nyamuk) harus diberikan prioritas yang tinggi.
2. Perempuan HIV-positif yang berisiko penularan malaria selalu harus dilindungi dengan kelambu
diresapi insektisida, dan sebagai tambahan – tergantung pada stadium penyakit HIV – harus
menerima pengobatan pencegahan sekali-kali (sedikitnya tiga dosis) dengan sulfadoksin-pirimetamin
atau profilaksis kotrimoksazol setiap hari.
3. Program penanggulangan kedua penyakit harus bekerja sama untuk memastikan pemberian layanan
secara terpadu, terutama dalam rangka layanan kesehatan reproduksi, serta pada tingkat puskesmas,
yang harus diberikan alat diagnosis yang lebih baik untuk kedua infeksi, beserta terapi antiretroviral
dan obat antimalaria yang lebih efektif dalam rangkaian bekerja sama.
4. Penelitian lanjutan mengenai interaksi antara obat antiretroviral dan antimalaria sangat mendesak.
Tabel: Interaksi antara HIV dan Malaria
Tipe interaksi
Perempuan
hamil
Anak-anak
Dewasa nonhamil
+
+
?
?
+
+
+
?
+
+
?(1)
?
+(2)
+
?
+
+
+
+
+
–
+
+
–
Dampak HIV pada Malaria
• Risiko infeksi malaria lebih tinggi
• Kepadatan parasit malaria meningkat
• Tanggapan lebih rendah terhadap
pengobatan malaria yang baku
Dampak Malaria pada HIV
• Peningkatan pada viral load
• Risiko penularan HIV lebih tinggi
Dampak infeksi bersamaan
• Risiko penyakit lebih tinggi
• Risiko anemia lebih tinggi
• Risiko berat badan bayi rendah lebih tinggi
Kunci:
+ Ada bukti interaksi
? Belum ada bukti langsung atau data
– Interaksi tidak berlaku
(1)
Melalui penularan dari ibu-ke-bayi
(2)
Melalui transfusi darah yang tidak diskrining untuk mengobati anemia
Sumber: Malaria and HIV/AIDS Interactions and Implications: Conclusions of a Technical Consultations convened by WGO, 23-25 June 2004
–2–
Download