SURAT KETERANGAN ASAL (CERTIFICATE OF ORIGIN) SKA • Surat Keterangan Asal (Certificate of Origin) yang selanjutnya disingkat SKA adalah dokumen yang membuktikan bahwa barang ekspor Indonesia telah memenuhi Ketentuan Asal Barang Indonesia (Rules of Origin of Indonesia). • Sistem elektronik SKAyang selanjutnya disebut eSKA adalah sistem pengajuan dan penerbitan SKA secara elektronik. • Instansi Penerbit SKA yang selanjutnya disebut IPSKA adalah instansi/badan/lembaga yang ditetapkan oleh Menteri Perdagangan dan diberi kewenangan untuk menerbitkan SKA. Tata Cara Pengisian Surat Keterangan Asal (Certificate of Origin) I. Surat Keterangan Asal / SKA 1. Pengertian Umum SKA 2. Dasar Hukum SKA 3. Jenis-Jenis SKA 4. Manfaat SKA II. Fasilitas Preferensi 1. Pengertian Umum Preferensi 2. Prinsip-Prinsip Dasar Preferensi III. Verifikasi SKA 1. Pengertian Umum Verifikasi 2. Faktor Penyebab Verifikasi SKA 3. Dampak Verifikasi Ska 4. Program Pencegahan Verifikasi IV. Tata Cara Pengisian SKA 1. Tata Cara Pengisian SKA secara Umum 2. Tata Cara Pengisian SKA secara Khusus Sesuai Jenis SKA I. PENGERTIAN UMUM SKA 1. Surat Keterangan Asal (Certificate of Origin) yang selanjutnya disingkat SKA, adalah : Suatu dokumen yang berdasarkan kesepakatan dalam perjanjian bilateral, regional, multilateral dan unilateral yang merupakan dokumen penyerta ekspor barang yang akan memasuki wilayah negara tertentu untuk membuktikan bahwa barang tersebut, berasal, dihasilkan dan atau diolah di suatu negara tertentu. 2. Dasar Hukum SKA - Dasar Hukum Internasional - Dasar Hukum Nasional 3. Jenis-Jenis SKA SKA secara garis besar dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu : 1) SKA Preferensi SKA Preferensi adalah dokumen penyerta ekspor barang untuk memanfaatkan fasilitas preferensi berupa keringanan atau penghapusan tarif bea masuk di negara tujuan ekspor sebagai pemberi preferensi. 2) SKA Non Preferensi SKA Non Preferensi adalah dokumen penyerta ekspor barang yang berfungsi sebagai berikut : - Sebagai penyerta barang ekspor; - Sebagai alat control; - Untuk pencairan L/C. 4. Manfaat SKA • • • • • Untuk data statistik Untuk memanfaatkan fasilitas Preferensi Tiket masuk ke negara-negara tertentu Penyerta ekspor barang Menetapkan negara asal barang II. FASILITAS PREFERENSI 1. Pengertian Umum Preferensi Preferensi adalah suatu fasilitas yang diberikan oleh suatu negara atau sekelompok negara kepada produk-produk tertentu yang berasal dari suatu negara yang memenuhi syarat dalam bentuk pemberian konsesi penurunan atau pembebasan tarif bea masuk. 2. Prinsip-Prinsip Dasar Preferensi Fasilitas preferensi berupa pemberian konsesi penurunan atau pembebasan tarif bea masuk Secara umum terdapat dua kelompok fasilitas preferensi yang berbeda prinsip dasar dan tujuannya yaitu sebagai berikut : a. Bantuan negara-negara maju kepada negara-negara berkembang seperti Generalized System of Preferences (GSP). Prinsip Dasarnya : Berlaku sepihak; Tidak dapt dinegosiasi; Berlaku khusus untuk negara-negara berkembang. Tujuannya : meningkatkan pendapatan devisa negara berkembang mempercepat industrialisasi di negara berkembang meningkatkan pembangunan otonomi negara-negara berkembang b. Kesepakatan dua negara atau lebih untuk menciptakan wilayah perdagangan bebas atau Free Trade Agreement. Fasilitas preferensi ini berbeda dengan fasilitas seperti GSP Prinsip Dasarnya : Berlaku secara timbal balik Dapat dinegosiasikan Berlaku bagi para anggotanya Tujuannya : Saling memberi konsesi tarif bea masuk diantara negara-negara anggotanya Membuka akses pasar Mencegah persaingan yang tidak sehat Menyehatkan ekonomi para anggotanya III. VERIFIKASI SKA 1. Pengertian Umum Verifikasi Verifikasi SKA adalah penyidikan dokumen SKA kepada Instansi Penerbit SKA atas permintaan pemerintah negara tujuan ekspor karena adanya keraguan terhadap sahnya dokumen SKA. Indonesia belum dapat memanfaatkan fasilitas preferensi secara maksimal karena banyak SKA yang diterbitkan ditolak atau diverifikasi di negara tujuan ekspor sebagai negara pemberi fasilitas preferensi. 2. Faktor Penyebab Verifikasi Pada umumnya penolakan atau verifikasi SKA Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu sebagai berikut : - Kesalahan tentang tata cara pengisian SKA; - SKA yang diterbitkan tidak sesuai dengan Ketentuan Asal Barang (Rules of Origin) - SKA yang diterbitkan tidak autentik. 3. Dampak Verifikasi SKA • Biaya tinggi • Mengurangi daya saing dan peluang ekspor • Mengurangi kepercayaan Internasional • Pencabutan fasilitas preferensi 4. Program Pencegahan Verifikasi • Mengadakan bimbingan teknis SKA • Merubah system penerbitan SKA yang semula secara manual menjadi otomasi secara bertahap dan dievaluasi kelemahannya • Menetapkan kebijaksanaan tentang komoditi yang rawan penyalahgunaan SKA IV. TATA CARA PENGISIAN SKA Tata cara pengisian SKA merupakan faktor yang sangat menentukan terhadap pemanfaatan suatu fasilitas preferensi karena tata cara pengisian SKA merupakan bagian dari Ketentuan Asal Barang (Rules of Origin) yaitu berkaitan dengan “ Dokumen”, kesalahan dalam tata cara pengisian SKA berdampak pada penolakan atau verifikasi SKA-nya. Secara umum tata cara pengisian SKA dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu : 1. Tata Cara Pengisian SKA secara umum a. b. c. d. e. f. g. Diisi oleh eksportir atau pihak lain yang membutuhkan Diisi dengan lengkap, jelas dan benar serta diketik dalam bahasa Inggris Tidak boleh ada tanda hapusan atau tip ex atau coretan Setiap angka yang menyatakan jumlah harus disebutkan dengan huruf dalam tanda kurung Setiap akhir kalimat pada kolom uraian barang jika tidak penuh satu baris pada akhir kalimat diberi tanda bintang sampai pada batas akhir tersebut Pada kolom uraian barang jika kalimat yang diisi tidak penuh satu baris setelah akhir kalimat diberi garis penutup berbentuk huruf “z” Pengisian pada kolom uraian barang jika tidak cukup dapat menggunakan form SKA tambahan dengan pengisian pada kolom uraian barang pernyataan eksportir dan pengesahan pejabat IPSKA 2. Tata Cara Pengisian secara Khusus Tata Cara Pengisian secara Khusus dilakukan sesuai form SKA masing-masing skema preferensi. (b) Products sufficiently worked or processed: for export to the countries specified below, the entry in Box 8 should be as follows : (3) Japan, Norway, Switzerland and the European Union:enter the letter “W” in Box 8 followed by the Harmonized Commodity KETENTUAN ASAL BARANG (RULES OF ORIGIN) Ketentuan Asal Barang • Ketentuan Asal Barang Indonesia (Rules of Origin of Indonesia) adalah peraturan perundang-undangan dan ketentuan administratif yang bersifat umum yang diterapkan untuk menentukan asal barang Indonesia. • Ketentuan Asal Barang Indonesia (Rules of Origin of Indonesia) Preferensi adalah ketentuan mengenai asal barang Indonesia yang digunakan untuk memperoleh fasilitas pengurangan atau pembebasan tarif bea masuk di negara tujuan ekspor. • Ketentuan Asal Barang Indonesia (Rules of Origin of Indonesia) Non Preferensi adalah ketentuan mengenai asal barang Indonesia dengan tidak memperoleh fasilitas pengurangan atau pembebasan tarif bea masuk di negara tujuan ekspor. Ketentuan Asal Barang • Ketentuan Asal Barang Indonesia (Rules of Origin of Indonesia) Preferensi hanya digunakan untuk memperoleh fasilitas pengurangan atau pembebasan tarif bea masuk yang diberikan oleh suatu negara atau sekelompok negara berdasarkan ketentuan dalam perjanjian internasional yang telah disepakati atau berdasarkan penetapan sepihak dari suatu negara atau sekelompok negara tujuan ekspor. • Ketentuan Asal Barang Indonesia (Rules of Origin of Indonesia) Non Preferensi hanya digunakan untuk memenuhi permintaan dari suatu negara, importir danJatau eksportir terhadap barang ekspor Indonesia dengan tidak memperoleh fasilitas pengurangan atau pembebasan tarif bea masuk Ketentuan Asal Barang Ketentuan Asal Barang Indonesia (Rules of Origin of Indonesia) Preferensi, meliputi: a)Ketentuan Asal Barang Indonesia (Rules of Origin of Indonesia) Preferensi yang diatur dalam perjanjian internasional yang telah disepakati; dan b)Ketentuan Asal Barang Indonesia (Rules of Origin of Indonesia) Preferensi yang ditetapkan oleh negara pemberi preferensi. Ketentuan Asal Barang Indonesia (Rules of Origin of Indonesia) Non Preferensi meliputi: a)Ketentuan Asal Barang Indonesia (Rules of Origin of Indonesia) Non Preferensi yang diatur dalam perjanjian internasional yang telah disepakati; dan b)Ketentuan Asal Barang Indonesia (Rules of Origin of Indonesia) Non Preferensi yang tidak diatur dalam perjanjian internasional. • Ketentuan Asal Barang Indonesia (Rules of Origin of Indonesia) Preferensi dan Ketentuan Asal Barang Indonesia (Rules of Origin of Indonesia) Non Preferensi memuat: a) kriteria asal barang (origin criteria); b) kriteria pengiriman (consignment criteria); dan c) ketentuan mengenai proses penerbitan SKA (procedural provision) • Kriteria asal barang (origin criteria) meliputi: a) wholly obtained; b) kandungan nilai tambah; c) perubahan klasifikasi tarif (change tariff classification); dan d) proses khusus (spesific process). in • Dalam hal Ketentuan Asal Barang Indonesia (Rules of Origin of Indonesia) Preferensi, kriteria asal barang (origin criteria) yang digunakan didasarkan pada ketentuan dalam perjanjian internasional yang telah disepakati atau ketentuan yang ditetapkan oleh negara pemberi preferensi. • Dalam hal Ketentuan Asal Barang Indonesia (Rules of Origin of Indonesia) Non Preferensi, kriteria asal barang (origin criteria) didasarkan pada pilihan Eksportir sesuai dengan: a) perjanjian internasional; atau b) permintaan importir di negara tujuan ekspor. • Barang yang memenuhi kriteria wholly obtained hanya merupakan Barang yang seutuhnya diperoleh dari sumber yang ada di Indonesia atau Barang yang diproduksi di Indonesia dengan menggunakan bahan baku yang seutuhnya diperoleh dari sumber yang ada di Indonesia. Kriteria Barang Wholly obtained a) Barang tambang dan substansi lain yang timbul secara alami yang diambil dari teritorial Indonesia; b) Barang pertanian dan kehutanan yang dipanen atau dikumpulkan di Indonesia; c) Binatang hidup yang lahir dan dibesarkan di Indonesia; d) Barang-barang yang dihasilkan dari binatang hidup di Indonesia; e) Barang yang didapat dari hasil berburu atau memancing/perikanan tangkap di teritorial Indonesia; f) Barang-barang dari hasil memancing atau menangkap di laut dan barangbarang lain yang diambil dari laut oleh kapal berbendera Indonesia baik di dalam atau di luar teritorial Indonesia; g) Barang-barang yang langsung diolah di kapal berbendera Indonesia baik di dalam atau di luar teritorial Indonesia yang diproduksi menggunakan bahan baku sebagaimana dimaksud pada huruf f; h) Barang-barang yang diambil dari dasar laut atau lapisan bawah tanah di bawah dasar laut di luar teritorial Indonesia, dengan ketentuan bahwa Indonesia memilikihak untuk mengeksploitasi dasar laut atau lapisan bawah tanah tersebut; i) Sisa dan limbah yang dihasilkan dari operasional pabrikasi atau pengolahan atau dari konsumsi di Indonesia dan hanya cocok untuk dibuang atau untuk pemanfaatan kembali sebagai bahan baku; dan j) Barang-barang yang diproduksi di Indonesia dengan menggunakan bahan baku dari barang sebagaimana dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf i yang seluruhnya berasal dari Indonesia. • Barang yang memenuhi kriteria kandungan nilai tambah hanya Barang yang berdasarkan penghitungan jumlah nilai tambah Barang ekspor Indonesia terhadap bahan baku impor dan/atau bahan baku yang tidak diketahui asal barangnya memiliki nilai tambah. • Dalam menentukan kandungan nilai tambah, Eksportir dapat menghitung dengan menggunakan metode langsung atau metode tidak langsung. • Barang yang memenuhi kriteria perubahan klasifikasi tarif (change in tariff classification) hanya Barang yang mengalami perubahan mendasar pada barang yang diproduksi di Indonesia dengan menggunakan bahan baku impor yang ditandai dengan perubahan klasifikasi tarif. • Perubahan klasifikasi tarif Eksportir untuk: (change in tariff classification) hanya digunakan oleh a) Ketentuan Asal Barang Indonesia (Rules of Origin of Indonesia) Preferensi yang diatur dalam perjanjian intemasional yang telah disepakati; dan b) Ketentuan Asal Barang Indonesia (Rules of Origin of Indonesia) Non Preferensi yang tidak diatur dalam perjanjian intemasional. • Perubahan klasifikasi tarif (change in tariff classification) berupa: a) perubahan klasifikasi pada tingkat dua digit Harmonized System (Bab), empat digit Harmonized System (Pos Tarif), atau enam digit Harmonized System (Sub Pos Tarif], untuk Ketentuan Asal Barang Indonesia (Rules of Origin of Indonesia) Preferensi; b) perubahan klasifikasi pada tingkat enam digit Harmonized System (Sub Pos Tarif), untuk Ketentuan Asal Barang Indonesia (Rules of Origin of Indonesia) Non Preferensi yang tidak diatur dalam perjanjian internasional. Barang memenuhi kriteria proses khusus •Barang yang memenuhi kriteria proses khusus ispesific process) hanya Barang yang telah melalui proses produksi tertentu atas barang yang menggunakan kandungan bahan baku impor. • Proses khusus (spesijic process) dapat berupa perubahan reaksi kimia atau tahapan proses produksi sesuai dengan ketentuan dalam perjanjian internasional yang telah disepakati. Barang Memenuhi Kriteria Pengiriman •Barang dinyatakan memenuhi kriteria pengmman (consignmen criteria) jika memenuhi ketentuan: a) dikirimkan secara langsung dari Indonesia ke negara tujuan ekspor dan tidak transit di negara lain; atau b) transit disalah satu atau lebih negara dalam hal: • transit barang dimaksud hanya berlaku untuk alasan geografis atau pertimbangan khusus terkait persyaratan pengangkutan; • Barang tersebut tidak diperdagangkan atau dikonsumsi di negara tujuan transit; dan • tidak mengalami proses produksi selain bongkar muat dan tindakan lain yang diperlukan untuk menjaga agar barang tetap dalam kondisi baik. • SKA diterbitkan apabila telah memenuhi kriteria asal barang (origin criteria) dan kriteria pengiriman (consignment criteria). • SKA diterbitkan melalui e-SKA. • SKAditerbitkan oleh IPSKA. • IPSKA dengan Keputusan Menteri Perdagangan. • Ketentuan mengenai proses penerbitan SKA(procedural provision) diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan. • Terhadap Barang yang telah memenuhi kriteria asal barang (origin criteria), kriteria pengiriman (consignment criteria), dan ketentuan mengenai proses penerbitan SKA (procedural provision) ditetapkan sebagai Barang asal Indonesia (Indonesia originating goods). TERIMA KASIH