Optimasi Produksi Enzim Lipase dari Bakteri Sumber Air Panas Tamalantik, Mamasa Sulawesi Barat Stephanie Tunggala a), Hasnah Natsir b), Nunuk Hariani Soekamto b) a) b) Program Studi Kimia Fakultas MIPA Universitas Hasanuddin, Makassar 90245 Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Hasanuddin, Jl. Perintis Kemerdekaan Km 10 Tamalanrea, Makassar, Indonesia 90245. *E-mail : [email protected] Abstract Lipase (EC 3.1.1.3) is one of class hydrolase enzymes that can hydrolyze triglycerides into fatty acids and glycerol. This research determine the optimum conditions of lipase production from Bacillus isolates sp.TM_2a.2 which isolated from hot spring Tamalantik, Mamasa, West Celebes with Various of substrat concentration (olive oil) is 0.2%, 0.4%, 0, 6%, 0.8% and 1%. The activity of lipase production was tested by titrimetric method. The results show that the lipase produced optimum at substrat concentration of 0,8% for 36 hours, with activity of 0,3230 U/mL and specific activity of 0,8296 U/mg. Optimum condition lipase reached at pH 7 and temperature at 40 oC with activity of 0,2584 U/mg. Keywords: Bacillus sp, Olive Oil, Lipase. PENDAHULUAN Saat ini pemanfaatan enzim dalam bidang bioteknologi dan industri semakin meningkat, olehnya itu pengkajian enzim perlu dilakukan untuk dapat digunakan dalam bidang tersebut. Sifat enzim yang sangat spesifik dibandingkan dengan katalis anorganik menyebabkan enzim banyak digunakan dalam berbagai proses industri. Selain itu, enzim bisa bekerja sangat efisien, aman, mudah dikontrol, dapat didegradasi secara biologis, menurunkan biaya produksi dan dapat menggantikan bahan kimia yang berbahaya, sehingga enzim dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk menggantikan proses kimiawi dalam bidang industri (Lin dkk.,1998;Falch, 1991). Proses industri memerlukan enzim yang tahan terhadap lingkungan ekstrim dan stabil pada suhu tinggi. Enzim tersebut dapat diisolasi dari mikroorganisme termofil yang dapat ditemukan dan diisolasi dari lokasi daerah geotermal baik di darat maupun di laut (Muharni, 2009). Seiring berkembangnya dunia perindustrian dan bertambahnya aplikasi enzim di berbagai bidang, maka permintaan produksi enzim juga semakin meningkat. Menurut data Euromonitor International, Company Report, January 2009 dalam Riwayati dkk (2012), jumlah produksi enzim dunia terus naik sejak tahun 2002. Eropa menghasilkan sekitar 60% dari total enzim yang sebagian besar adalah enzim hidrolitik seperti protease, karbohidrase (amilase dan selulase) dan lipase. Salah satu enzim yang banyak diaplikasikan dalam perindustrian adalah lipase. Lipase (EC 3.1.1.3) adalah enzim yang menghidrolisis triasilgliserol menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Aktivitas lipase yang tinggi dalam reaksi hidrolisis, kimia sintesis dan reaksi esterifikasi membuat lipase banyak dimanfaatkan dalam perindustrian seperti industri makanan dan minuman, deterjen, farmasi, agrokimia, industri farmasi, industri kosmetik, parfum, dan sintesis bahan organik (Murni dkk., 2011). Tingginya permintaan terhadap enzim membuat banyak peneliti mulai mengeksplorasi bakteri termofil dari lingkungan ekstrim seperti daerah geotermal. Indonesia memiliki banyak wilayah geotermal yang belum diteliti potensinya dalam menghasilkan enzim. Salah satunya adalah sumber air panas yang ada pada desa Tamalantik, Mamasa Sulawesi Barat. Sumber air panas ini termasuk salah satu sumber air panas alami yang mungkin masih belum terkontaminasi oleh jenis bakteri lain karena belum dikembangkan menjadi tempat permandian untuk keperluan wisata. Maka dari itu dilakukan eksplorasi bakteri termofil dan optimasi produksi enzim lipase dari sumber air panas tersebut. BAHAN DAN METODE 2.1. Bahan dan Alat Bahan-bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah air dan sedimen dari sumber air panas, yeast ekstrak, bakto agar, NaCl, bakto pepton, minyak zaitun (olive oil), KH2PO4, MgSO4.7H2O, CaCl2, Rhodamin B, akuades, alkohol 70%, spiritus, aluminium foil, kertas pH universal, buffer sitrat, bufer fosfat (NaH2PO4 dan Na2HPO4), reagen Lowry A (asam fosfo-tungstat-fosfo-molybdat (folin) dan akuades), Lowry B (Na2CO3 2%, NaOH 0,1 N, CuSO4 1%, Na-K-tartrat 2%), BSA (Bovine Serum Albumin), fenolftalein 1% , NaOH 0,03 N, dan aseton. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah neraca analitik (Ohaus), magnetic stirrer (Model 04802-02), autoclave (Model 8000-DSE Napco), inkubator (Memmert), oven (Memmert), shaker inkubator (Barnstead-Eclass), mikropipet 100-1000 µL (Finnipipette Campus), Spektronik 20D+, sentrifuge (Sentrifuse Universal 320 R Hettich Zentrifugen), hotplate, cawan petri, jarum ose, lampu spiritus, kaca preparat, erlenmeyer, dan alat-alat gelas lain yang umum digunakan di laboratorium Tahapan pada penelitian ini terdiri dari isolasi dan pemurnian bakteri penghasil lipase, karakterisasi morfologi bakteri penghasil lipase, optimasi produksi enzim lipase, produksi enzim lipase, uji aktivitas enzim lipase, pengukuran kadar protein enzim, dan penentuan karakteristik sifat biokimia enzim lipase. 2.2. Isolasi Dan Pemurnian Bakteri Penghasil Lipase Sampel air dimasukan dalam media pengayaan (yeast ekstrak 0,5%, NaCl 1%, bakto pepton 1%) dengan perbandingan 1 : 2 lalu kocok selama 24 jam dengan menggunakan shaker. Setelah itu sebar diatas permukaan media padat sebanyak 200 µL dan diratakan dengan menggunakan batang pengaduk berbentuk L, lalu diinkubasi pada suhu 40 oC selama beberapa hari. Isolat yang tumbuh dengan baik dimurnikan dengan menggores kuadran beberapa kali, lalu diinkubasi kembali pada suhu 40 oC. Setelah isolat murni diperoleh, gores kuadran pada media padat seleksi bakteri penghasil lipase (media substrat) dan diinkubasi selama 2 hari pada suhu 40 oC. Indikasi bahwa bakteri dapat mendegradasi minyak zaitun ditunjukkan melalui isolat yang tumbuh dengan baik dan terbentuknya kompleks warna orange sekitar koloni. 2.3. Karakterisasi Morfologi Bakteri Penghasil Lipase Isolat bakteri penghasil lipase yang telah dimurnikan pada media substrat dikarakterisasi morfologinya dengan melakukan beberapa pengamatan pada morfologi isolat. Pengamatan yang dilakukan meliputi pengamatan secara mikroskopis, makroskopis, dan uji biokimia sederhana. 2.4. Optimasi Produksi Enzim Lipase Optimasi produksi enzim lipase dari bakteri terpilih dilakukan dengan menentukan konsentrasi substrat optimum sebagai induser untuk mengetahui berapa persen optimum substrat yang diberikan agar bakteri mampu menghasilkan enzim secara maksimum. Inokulum aktif dari bakteri yang telah dikocok 18 – 24 jam sebanyak 10% dimasukkan dalam erlenmeyer yang masing-masing telah berisi media produksi atau media fementasi dengan konsentrasi substrat yang bervariasi yaitu 0,2% ; 0,4%, ; 0,6% ; 0,8% ; 1,0%, kemudian dikocok kembali dengan shaker inkubator pada kondisi: suhu 40 oC, 180 rpm, selama 1-3 hari. Setiap 12 jam dilakukan sampling untuk mengetahui waktu fermentasi optimum. Sampel yang diambil setiap hari dianalisis pertumbuhannya dengan mengukur optical density (OD). Setelah optical density (OD) diukur, hasil sampling kemudian disentrifuse untuk pemisahan filtrat dan sel. Filtrat yang diperoleh merupakan enzim ekstrak kasar. Selanjutnya uji aktivitas enzim lipase ekstrak kasar tiap variasi konsentrasi substrat untuk mengetahui pada konsentrasi substrat berapa enzim menunjukan aktivitas tertinggi. 2.5. Produksi Enzim Lipase Setelah diketahui pada variasi konsentrasi substrat mana yang menunjukkan aktivitas tertinggi untuk enzim lipase serta waktu optimum aktivitas tertinggi enzim, maka dilakukan produksi enzim dalam jumlah (volume) besar sekitar 500 mL pada kondisi dimana enzim menunjukkan aktivitas tertinggi. Hasil produksi enzim kemudian disentrifugasi pada kecepatan 4000 rpm selama 20 menit pada suhu 4 oC untuk pemisahan filtrat dan sel. Filtrat yang diperoleh dianalisa kadar proteinnya dengan metode Lowry dan diuji aktivitas enzim lipase ekstrak kasarnya dengan menggunakan metode titrimetri. 2.6. Uji Aktivitas Enzim Lipase Pengukuran aktivitas enzim ekstrak kasar dilakukan dengan metode titrimetri. Campuran 2 mL substrat (minyak zaitun), 4 mL buffer fosfat pH 7, dan 2 mL ekstrak kasar enzim lipase diinkubasi pada suhu 40ºC selama 1 jam. Setelah itu ditambahkan 10 mL larutan aseton:alkohol (1:1) (inaktif enzim). Selanjutnya campuran dititrasi dengan NaOH 0.03 N dengan indikator fenolftalein 1%. Aktivitas enzim lipase ditunjukkan dengan perubahan warna saat titrasi dari tidak berwarna menjadi berwarna merah muda. Perlakuan untuk kontrol dilakukan sama seperti perlakukan untuk uji aktivitas enzim dimana enzim digantikan oleh akuades. Aktivitas lipase dapat dihitung dengan cara sebagai berikut (Paskevicius 2001) : Aktivitas lipase (u/mL) = (A−B) x N NaOH x 1000 VE x 60 Keterangan : A = Volume (mL) NaOH untuk titrasi sampel B = Volume (mL) NaOH untuk titrasi blanko 1000 = Konversi dari mmol ke µmol 60 = Waktu inkubasi (1 jam = 60 menit) VE = Volume enzim 2.7. Pengukuran Kadar Protein Sebanyak 1 mL larutan sampel (enzim lipase), 1 mL larutan standar, dan 1 mL akuades sebagai blanko dimasukkan ke dalam masing-masing tabung reaksi, kemudian ditambah 2,75 mL reagen lowry B lalu campuran dihomogenkan dan didiamkan selama 10-15 menit, kemudian ditambahkan 0,25 mL reagen lowry A, lalu didiamkan pada suhu kamar selama 30 menit. Absorbannya diukur pada panjang gelombang maksimum 690 nm. 2.8. Karakterisasi Enzim Lipase dari Bakteri (Natsir, 2010b) Ekstrak kasar enzim lipase dikarakterisasi dengan cara : campuran (enzim : substrat : buffer) diinkubasi pada berbagai variasi kondisi, seperti pH dan suhu. Tahapan kerja karakterisasi seperti berikut: a. Penentuan suhu optimum Campuran 1,0 mL enzim, 1,0 mL substrat dan 1,0 mL buffer fosfat 0,1 M pH 7,0 diinkubasi selama 60 menit pada kisaran suhu 30oC, 37oC, 40oC, 45oC, 50oC, 55oC, dan 60oC kemudian dilakukan pengujian aktivitas lipase pada setiap perubahan suhu sehingga diperoleh aktivitas lipase optimum pada suhu tertentu. b. Penentuan pH optimum Campuran 1,0 mL enzim, 1,0 mL substrat dan 1,0 mL bufer sitrat fosfat 0,1 M pada berbagai kisaran pH 4,0; 5,0; 6,0; 7,0; dan 8,0 dicampur dan diinkubasi selama 60 menit pada suhu optimum (yang telah dicapai pada perlakuan penentuan suhu optimum) kemudian dilakukan pengujian aktivitas enzim lipase pada setiap perubahan pH sehingga diperoleh aktivitas lipase optimum pada pH tertentu. HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi Bakteri Penghasil Enzim Lipase dari Sumber Air Panas Isolat bakteri yang berpotensi menghasilkan enzim lipase adalah isolat yang mampu tumbuh dengan baik pada media substrat yang mengandung lipid (minyak zaitun). Hal ini juga dibuktikan dengan terbentuknya kompleks berwarna orange di sekitar koloni bakteri yang medianya mengandung Rhodamin B (Gambar 3). Hal ini disebabkan karena reaksi Rhodamin B dengan asam lemak membentuk senyawa kompleks berwarna orange dan berpendar di bawah radiasi sinar UV (Dahliaty dkk, 2012). Data pertumbuhan bakteri pada Tabel 4 menunjukkan semua isolat mampu tumbuh dengan baik pada media yang mengandung substrat (minyak zaitun). Namun, isolat bakteri TM_2a.2 terpilih sebagai isolat yang pertumbuhannya sangat banyak dan isolat inilah yang dipilih untuk diidentifikasi. Gambar 1. Koloni Bakteri Berwarna Orange pada Media Rhodamin B Identifikasi Bakteri Isolat bakteri penghasil lipase yang terpilih yaitu TM_2a.2 diidentifikasi berdasarkan pengamatan makroskopis, mikroskopis, dan uji biokimia sederhana yang bertujuan untuk pencirian dan identifikasi mikroorganisme seperti pada Tabel 5. Hasil pengamatan makroskopis bakteri murni TM_2a.2 menunjukkan bahwa bakteri TM_2a.2 memiliki koloni yang bulat, tepian berombak, pertumbuhannya menyebar dan bentuk permukaannya cembung, sedangkan secara mikroskopis, bakteri TM_2a.2 menunjukkan kalau bakteri ini merupakan bakteri gram positif karena bakteri tersebut berwarna biru keunguan setelah ditetesi larutan lugol. Bakteri TM_2a.2 merupakan bakteri yang berbentuk basil dan memiliki spora yang membuat bakteri ini dapat tahan pada lingkungan yang ekstrim seperti suhu yang tinggi. Hal ini diamati pada mikroskop dengan pembesaran 1000x. Uji biokimia sederhana terdiri atas uji TSIA (Triple Sugar Iron), uji SCA (Simmons Citrate Agar), Uji MR-VP (Methyl Red – Voges Proskauer) dan uji gula yang meliputi uji glukosa, uji laktosa, uji sukrosa, dan uji manitol. Uji TSIA untuk bakteri TM_2a.2 menunjukkan hasil positif. Adanya perubahan warna pada media dari warna merah kecoklatan menjadi warna kuning menunjukkan kalau isolat bakteri merupakan bakteri yang memproduksi asam pada lingkungan aerob. Gas hidrogen sulfida (H2S) tidak terbentuk karena bekas goresan tidak berwarna kehitaman dan tidak terbentuk rongga pada bagian bawah media agar. Hal ini menunjukkan kalau isolat bakteri TM_2a.2 bukanlah bakteri anaerob karena tidak menghasilkan gas H2S yang merupakan hasil metabolisme bakteri anaerob. Selanjutnya hasil uji SCA menunjukkan kalau bakteri TM_2a.2 tidak Tabel 1. Identifikasi dan Uji Biokimia Sederhana Uji Morfologi Hasil Uji Makroskopis Mikroskopis Uji Gula – Gula : Glukosa Laktosa Sukrosa Manitol SIM : Indol Motil Uji Metil Merah Uji Voges Proskauer Uji Sitrat Uji Hidrogen Sulfida Uji Urea Uji TSIA Pertumbuhan menyebar, Koloni bulat, Tepian berombak, permukaan cembung Basil Gram Positif, Ada Spora pada sel Positif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Positif Positif Hasil uji biokimia untuk pengujian MR-VP adalah negatif. Hasil uji negatif untuk uji MR ditandai dengan berubahnya warna media yang semulanya merah menjadi kuning. Hal ini menunjukkan tidak terjadi fermentasi asam campuran pada media sehingga dapat dinyatakan isolat bakteri TM_2a.2 tidak termasuk jenis bakteri yang menempati saluran pencernaan. Bakteri ini tidak mampu menggunakan fermentasi butanadiol melalui uji VP ditandai dengan tidak berubahnya warna kaldu karbohidrat menjadi merah. Berdasarkan hasil karakteristik morfologi dan biokimia sederhana dari isolat bakteri penghasil lipase asal Sumber Air Panas Tamantik, Mamasa Sulawesi Barat diketahui bahwa isolat menunjukkan ciri – ciri yang mengarahkan pada genus Bacillus sp. Oleh karena itu bakteri tersebut dinyatakan sebagai isolat Bacillus sp.TM_2a.2. Optimasi Produksi Enzim Lipase Optimasi produksi enzim lipase dilakukan dengan menggunakan variasi konsentrasi substrat (minyak zaitun) pada media produksi yaitu 0,2%, 0,4%, 0,6%, 0,8% dan 1%. Minyak zaitun merupakan substrat yang banyak digunakan oleh peneliti sebelumnya karena menghasilkan lipase yang memiliki aktivitas tinggi dibandingkan substrat lainnya (Kurnia, 2010). Menurut Martharina (2010), penentuan waktu inkubasi optimum dilakukan untuk memperoleh waktu yang tepat disaat aktivitas enzim berada paling tinggi sehingga dapat dilakukan pemanenan enzim dengan hasil terbaik. Data pengamatan optical density (OD) bakteri pada tiap variasi konsentrasi substrat diperoleh dengan mengukur pertumbuhan bakteri setiap 12 jam menggunakan spektrofotometri UV/VIS pada panjang gelombang 660 nm. Data hasil penelitian pada berbagai konsentrasi substrat dapat dilihat pada Gambar 4. 1.5 OD BAKTERI menggunakan sitrat sebagai sumber karbonnya ditandai dengan tidak adanya perubahan warna menjadi biru pada media SCA artinya hasil yang diperoleh untuk uji sitrat adalah negatif. Hasil uji motilitas dengan media SIM memperlihatkan hasil negatif untuk uji motil dan indol. Hal ini menunjukkan bakteri tidak memiliki alat gerak dan tidak menghasilkan enzim triptofanase yang mengkatalisasikan penguraian gugus indol dari triptofan sebagai sumber karbon. 0,2% 1 0,4% 0.5 0,6% 0 0,8% 0 12 24 36 48 60 72 1,0% WAKTU FERMENTASI (JAM) Gambar 2. Optical density (OD) bakteri setiap 12 jam dengan variasi substrat yang berbeda Pertumbuhan bakteri pada jam ke 12-24, waktu fermentasi masih berada dalam fase adaptasi pada konsentrasi substrat 0,2%; 0,8%; 1%, sedangkan pada konsentrasi substrat 0,4% fase adaptasi terjadi pada waktu fermentasi jam ke 12-36. Berbeda pada konsentrasi 0,6%, fase adaptasi tidak terlihat, kemungkinan fase adaptasi telah terjadi pada jam ke 012 atau pada saat bakteri berada pada media inokulum. Selanjutnya pada jam ke 24-48 bakteri mengalami fase eksponensial untuk konsentrasi 0,2%; 0,6% dan 0,8%, sedangkan untuk konsentrasi substrat 0,4% dan 1% fase eksponensial berada pada jam ke 24-60. Pada waktu fermentasi jam ke 48-60 dengan konsentrasi substrat 0,2%; 0,6% dan 0,8%, bakteri mengalami fase stasioner, sedangkan untuk konsentrasi substrat 0,4% dan 1% fase stasioner berada pada jam ke 60-72. Pada waktu fermentasi jam ke 60-72 dengan AKTIVITAS ENZIM (U/mL) Aktivitas Enzim Lipase Ekstrak kasar lipase (crude enzim) diproduksi secara ekstraseluler dan diukur dengan metode titrimetri. Ekstrak kasar diperoleh dari hasil pemisahan sel bakteri dengan metode sentrifugasi pada kecepatan 4000 rpm selama 20 menit dengan suhu 4 ºC. Proses tersebut digunakan untuk menghindari proses denaturasi protein. Pengujian aktivitas ekstrak kasar lipase dilakukan dengan menggunakan minyak zaitun sebagai substrat, buffer fosfat pH 7, dan suhu inkubasi 40 o C selama 1 jam. Hasil yang diperoleh untuk data aktivitas enzim lipase pada variasi konsentrasi substrat dapat dilihat pada Gambar 5. 0.35 0.3 0.25 0.2 0.15 0.1 0.05 0 0,2% 0,4% 0,6% 0 122436486072 WAKTU FERMENTASI (JAM) Gambar 0,8% 1% 3. Aktivitas enzim dengan variasi konsentrasi substrat serta waktu produksi optimum enzim lipase dari bakteri Bacillus sp.TM_2a.2 Data hasil penelitian (Gambar 5) menunjukkan bahwa aktivitas enzim terbesar berada pada konsentrasi substrat 0,8% dengan waktu fermentasi 36 jam pada fase eksponensial atau fase log. Hasil pengujian aktivitas enzim lipase pada penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan aktivitas dengan bertambahnya konsentrasi substrat, tetapi setelah aktivitas optimum tercapai, terjadi penurunan aktivitas. Nilai aktivitas enzim pada waktu fermentasi optimum yaitu jam ke-36 dari variasi substrat 0,2%, 0,4%, 0,6%, 0,8% dan 1% berturut – turut adalah 0.096 U/mL, 0.242 U/mL, 0.274 U/mL, 0,3230 U/mL dan 0.306 U/mL. Dengan aktivitas enzim optimum berada pada konsentrasi substrat 0,8% yaitu 0,3230 U/mL dan menurun pada konsentrasi substrat 1% yaitu 0.30685 U/mL. Menurut Kurnia (2010), hal ini dikarenakan pada konsentrasi minyak zaitun yang optimum, enzim berada pada keadaan yang jenuh, sehingga bila konsentrasi minyak zaitun ditingkatkan, akan terjadi penurunan aktivitas yang disebabkan terjadinya inhibisi oleh minyak zaitun. Dalam hal ini minyak zaitun bersifat represor. Data aktivitas tertinggi tiap substrat dapat dilihat pada Gambar 6. Aktivitas Enzim (U/mL) Konsentrasi substrat 0,2% dan 0,8% bakteri mengalami fase kematian. Hal ini disebabkan karena sumber nutrisi bakteri pada media sudah memasuki fase habis, sedangkan untuk konsentrasi substrat 0,4% dan 1% pada jam ke-72 belum memasuki fase kematian. 0.20 0.00 0.0 0.5 1.0 1.5 Konsentrasi Substrat (%) Gambar 4. Aktivitas enzim lipase tiap variasi konsentrasi substrat Pengaruh konsentrasi substrat terhadap produksi enzim lipase juga dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Hasil penelitian Kurnia (2010) menunjukkan A. niger ITBCC L51 dan L74 mencapai aktivitas lipase maksimumnya pada konsentrasi minyak zaitun 2% dengan aktivitas berturut-turut 0,1465 µmol/ml.menit dan 0,1050 µmol/ml.menit, sedangkan A. niger ITBCC L161 dan L76 memperoleh aktivitas lipase maksimumnya pada konsentrasi minyak zaitun berturut-turut 1,5% (0,1852 µmol/ml.menit) dan 2,5% (0,2420 µmol/ml.menit). Pratiwi dkk (2013) juga memproduksi enzim lipase dari Pseudomonas aeruginosa dengan variasi konsentrasi substrat 2%, 4%, 6%, 8% dan 1%. Substrat yang digunakan untuk penelitian ini adalah minyak jagung. Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa aktivitas enzim tertinggi ditunjukkan oleh konsentrasi substrat 8% yaitu sebesar 478,5026 µmol/mL/menit. Perbedaan konsentrasi substrat optimum untuk produksi enzim lipase berbeda – beda karena adanya perbedaan mikroba yang digunakan serta kondisi yang berbeda – beda pula. Pengukuran Kadar Protein Enzim Lipase Pengukuran kadar protein dalam enzim ditentukan dengan menggunakan metode Lowry dan larutan standar BSA (Bovine Serum Albumin) dengan variasi konsentrasi standar yang diukur pada panjang gelombang maksimum 690 nm sehingga diperoleh kurva standar (Lampiran 11). Dari kurva standar ini kemudian dibuat persamaan garis lurus untuk menghitung kadar protein lipase. Gambar 7 menunjukkan hasil pengukuran kadar protein enzim diukur pada konsentrasi substrat 0,8% (memiliki aktivitas tertinggi). Hasil pengukuran menunjukkan kadar protein tertinggi pada jam ke-60 sebesar 0.5170 mg/mL, aktivitas tertinggi pada jam ke-36 sebesar 0.3230 U/mL sehingga dapat diketahui aktivitas 1.0 0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0.0 0 12 24 36 48 60 72 waktu fermentasi (jam) Kadar Protein Aktivitas Spesifik Enzim Gambar 5. Kadar protein lipase dari bakteri Bacillus sp.TM_2a.2 selama waktu fermentasi dan aktivitas Spesifik enzim Pada jam ke-36 menunjukkan kadar protein rendah tetapi aktivitas spesifiknya tinggi mngindikasikan bahwa enzim lipase yang diproduksi relatif murni, sedangkan pada jam ke-60 kadar protein tinggi namun aktivitas spesifik rendah menunjukkan bahwa tidak semua protein yang diproduksi teridentifikasi sebagai protein enzim lipase. Hal ini menegaskan bahwa kadar protein tertinggi tidak mutlak memiliki aktivitas lipase yang tinggi. Karakterisasi Enzim Lipase Karakterisasi lipase dilakukan dengan menguji aktivitas enzim ekstrak kasar pada berbagai rentang pH dan suhu. Enzim yang dikarakterisasi adalah enzim lipase yang memiliki aktivitas tertinggi yaitu pada konsentrasi substrat 0,8% dengan waktu produksi optimum 36 jam. Karakterisasi enzim dilakukan pada rentang suhu 30-60 oC dan pH 4-8. Penentuan Suhu Optimum Data hasil penelitian yang diperoleh (Gambar 8) menunjukkan ekstrak kasar lipase pada suhu 30 oC dan 37 oC memiliki aktivitas berturut-turut sebesar 0.0484 U/mL dan 0.0646 U/mL. Pada suhu 40 oC aktivitasnya meningkat menjadi 0,2584 U/mL dan pada suhu 45 oC, 50 oC, 55 oC dan 60 oC menunjukkan penurunan berturut - turut 0.1453 U/mL, 0.0484 U/mL, 0.0323 U/mL, dan 0.0162 U/mL. Hal ini menunjukkan bahwa lipase dari bakteri ini memiliki aktivitas tertinggi pada suhu 40 oC. Menurut Kosim dan Putra (2010), peningkatan suhu sampai dengan suhu optimum menyebabkan aktivitas enzim meningkat. Hal ini disebabkan karena suhu yang tinggi akan meningkatkan energi kinetik, sehingga menambah intensitas tumbukan antara substrat dan enzim. Pada suhu optimum, tumbukan antara enzim dan substrat sangat efektif yang menyebabkan pembentukan kompleks enzim-substrat makin mudah sehingga dapat meningkatkan aktivitas enzim. Setelah suhu optimum, aktivitas enzim menurun. Hal ini disebabkan karena enzim mengalami denaturasi yang menyebabkan struktur lipatan enzim terbuka pada bagian permukaannya sehingga sisi aktif enzim berubah. Selain itu pada suhu yang terlalu tinggi enzim akan mengalami perubahan konformasi, sehingga substrat terhambat memasuki sisi aktif enzim. Hasil penelitian Kurnia (2010) mendukung hal tersebut. Aktivitas Enzim (U/mL) kadar protein (mg/mL) 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0.0 aktivitas Spesifik Lipase (U/mg) spesifik tertinggi berada pada jam ke-36 sebesar 0,8296 U/mg. Murni dkk (2011) memperoleh kadar protein lipase dari Aspergillus niger yang tidak jauh beda dengan penelitian ini yaitu 0,52 mg/mL, sedangkan Lestari dkk (2009) memperoleh kadar protein lipase dari bakteri Azospirillum sp. yang jauh lebih besar yaitu 4,46 mg/mL. Perbedaan hasil kadar protein yang diperoleh disebabkan karena adanya perbedaan kondisi produksi enzim dan jenis bakteri yang digunakan. 0.3 0.2 0.1 0 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 Suhu (oC) Gambar 6 Pengaruh Suhu terhadap aktivitas lipase dari isolat bakteri Bacillus sp. TM_2a.2 pada kondisi pH 7 dengan substrat minyak zaitun. Beberapa hasil penelitian sebelumnya tentang karakterisasi enzim terhadap suhu menunjukkan bahwa suhu optimum berbeda – beda. Karakterisasi enzim lipase yang diisolasi dari bakteri hasil skrining dari tanah tempat pembuangan akhir gunung Tugel Banyumas memiliki suhu optimum 40 oC (Zusfahair dkk., 2009). Hasil tersebut sama dengan suhu optimum yang diperoleh pada penelitian ini. Pratiwi dkk (2013) juga mengkarakterisasi enzim lipase dari Pseudomonas aeruginosa memperoleh suhu optimum 40 oC, sedangkan karakterisasi enzim lipase dari bakteri Bacillus subtilis yang dilakukan oleh Yuneta dan Putra (2009) memperoleh suhu optimum 45 o C. Menurut Zusfahair dkk (2009) Enzim lipase pada umumnya mempunyai suhu optimum 30-60 oC, dan ada beberapa lipase yang memiliki suhu optimumnya di atas atau di bawah rentang suhu tersebut. Penentuan pH Optimum Data hasil pengaruh pH terhadap aktivitas lipase pada penelitian ini (Gambar 9) menunjukkan aktivitas enzim pada mulanya mengalami peningkatan seiring bertambahnya nilai pH yang digunakan sehingga pada saat berada pada pH 7 aktivitas enzim menunjukkan nilai tertinggi yaitu 0.2584 U/mL. Aktivitas enzim mulai menurun pada pH 8 dengan nilai aktivitas sebesar 0.0646 U/mL. Berdasarkan data yang diperoleh ini dapat diketahui bahwa pH optimum enzim lipase yang diperoleh pada penelitian ini berada pada pH 7. Menurut Putranto dkk (2006) kondisi lingkungan dimana enzim dapat mengkatalisis substrat pada pH optimum. pH yang jauh dari kondisi optimum menyebabkan inaktivasi enzim karena enzim mengalami kerusakan struktur protein sehingga aktivitasnya berkurang dan bahkan menjadi tidak aktif. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Hj. Hasnah Natsir, M.Si dan Ibu Prof. Dr. Nunuk Hariani Soekamto, M.S atas bimbingan, waktu, bantuan dana serta sumbangsih pemikiran selama penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Asih S.,2011, Karakterisasi Enzim Hidrolase Bakteri dari Mata Air Soda Parbubu, Tapanuli Utara, Skripsi tidak diterbitkan, Departemen Biokimia Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor. Dahliaty, A., Susanti, R., Haryani, Y., 2012, Skrining Bakteri Lipolitik Dari Air Sungai Siak di Daerah Pelita Pantai Kota Pekanbaru, J. Ind.Che.Acta, 3(1), 2085-0050. AKTIVITAS ENZIM (U/mL) 0.2 0.15 0.1 Falch, E. A., 1991, Industrial Enzymes Developments in Production and Application, Biotech Adv., 9, 643 – 658. 0.05 0 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 VARIASI pH Gambar 7 Pengaruh pH terhadap aktivitas lipase dari isolat bakteri Bacillus sp.TM_2a.2 pada kondisi suhu 40 oC dengan substrat minyak zaitun. Pengaruh pH terhadap aktivitas lipase telah dilakukan diantaranya oleh Asih (2011) yang menunjukkan bahwa enzim lipase memiliki aktivitas optimum pada pH 7 yaitu sebesar 5,9593 U/mL. Penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi dkk (2013) memperoleh pH optimum pada 7,5. Menurutnya, aktivitas enzim mengalami peningkatan hingga pH 7,5 dan menurun secara drastis pada pH 8. Hal ini dapat disebabkan karena putusnya ikatan hidrogen sehingga struktur enzim tersebut berubah atau terdenaturasi. KESIMPULAN 1. Sumber air panas Tamalantik, Mamasa Sulawesi Barat berpotensi menghasilkan bakteri termofil yang memiliki aktivitas lipase, dan bakteri tersebut teridentifikasi sebagai bakteri genus Bacillus sp. TM_2a.2. 2. Kondisi optimum lipase dari Bacillus sp. TM_2a.2 diperoleh pada waktu fermentasi 36 jam dan konsentrasi substrat (minyak zaitun) 0,8%. 3. Lipase dari Bacillus sp. TM_2a.2 bekerja optimum pada kondisi suhu 40 oC dan pH 7 dengan nilai aktivitas sebesar 0,2584 U/mL. Kurnia, D.R.D., (2010), Studi Aktivitas Enzim Lipase dari Aspergillus niger Sebagai Biokatalis pada Proses Gliserolisis untuk Menghasilkan Monoasilgliserol, Tesis tidak diterbitkan, Program Pascasarjana Jurusan Teknik Kimia Universitas Diponegoro, Semarang. Lestari, P., Handayani, S.N., Oedjijono., 2009, SifatSifat Biokimiawi Ekstrak Kasar Lipase Ekstraseluler Dari Bakteri Azospirillum sp. JG3, Jurnal Molekul, 4(2), 73 – 82. Lin, L. L., Chyau, C. C., dan Hsu, W. H., 1998, Production and Properties of a RawStarchDegrading Amylase from Thermophilic and Alkaliphilic Bacillus sp. TS-23, Biotechnology and Applied Biochemistry, 28, 61–68. Martharina, D., 2010, Karakterisasi Bakteri Asam Laktat Termofilik dari Sumber Air Panas Gunung Pancar, Bogor, Skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Muharni., 2009, Isolasi dan Identifikasi Bakteri Penghasil Kitinase dari Sumber Air Panas Danau Ranau Sumatera Selatan, Jurnal Penelitian Sains, 09:12-15. Natsir, H., 2010a, Production and Characterization of Chitinase Enzymes from Hot Spring in South Sulawesi, Bacillus licheniforms HSA3-1a, Indonesian Journal of Chemistry, 10(2), 14119420. Natsir, H., 2010b, Kajian Enzim Kitinase Termostabil dari Bakteri Termofil : Produksi, Pemurnian, Karakterisasi, dan Aplikasi dalam Hidrolisis Kitin, Disertasi tidak diterbitkan, Jurusan Kimia FMIPA Universitas Hasanuddin, Makassar. Pratiwi, D., Sebayang, F., Jamilah, I., 2013, Produksi Dan Karakterisasi Enzim Lipase dari Pseudomonas aeruginosa Dengan Menggunakan Induser Minyak Jagung Serta Kofaktor Na+ dan Co2+ , Jurnal Saintia Kimia, 1(2). Putranto, R.A., Santoso, D., Panji, T., Suharyanto., dan Budiani, A., 2006, Karakterisasi Gen Penyandi Lipase dari Kapang Rhizopus oryzae dan Absidia corymbifera, Jurnal Bioteknologi, 74(1), 23-31. Yuneta, R., Putra, S.R., 2009, Pengaruh Suhu pada Lipase dari Bakteri Bacillus subtilis, Prosiding Kimia FMIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Zusfahair., Setyaningtyas, T., Fatoni, A., 2009, Isolasi, Pemurnian dan Karakterisasi Lipase Bakteri Hasil Skrining dari Tanah Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Gunung Tugel Banyumas, Jurnal Natur Indonesia, 12(2): 124-129.