I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pisang (Musa paradisiaca L.) merupakan salah satu jenis buah-buahan tropis yang tumbuh subur dan mempunyai wilayah penyebaran merata di seluruh wilayah Indonesia. Pisang adalah tumbuhan yang termasuk dalam famili Musaceae yang merupakan komoditas bernilai ekonomi tinggi di Indonesia (Martiningsih, 2000). Pisang merupakan tanaman herba yang berbatang semu (pseudostem), tingginya bervariasi antara 1- 4 meter, tergantung varietasnya. Daunnya melebar, panjang, tulang daunnya besar, dan tepi daunnya tidak mempunyai ikatan yang kompak sehingga mudah robek bila terkena tiupan angin kencang. Batangnya mempunyai bonggol (umbi) yang besar sekali dan terdapat banyak mata yang dapat tumbuh menjadi tunas anakan. Bunganya tunggal, keluar pada ujung batang dan hanya sekali berbunga selama hidupnya (monokarpik) (Sunarjono, 2000). Tanaman pisang merupakan salah satu jenis buah-buahan yang sangat potensial untuk dikembangkan untuk menunjang ketahanan pangan. Pisang memilki keunggulan diantaranya mengandung nutrisi, pelengkap, produktivitas yang cukup tinggi dan memiliki kemampuan untuk mengatasi tekanan lingkungan sekitarnya untuk bertahan hidup. Produksi pisang di Indonesia menduduki tempat kelima di dunia dengan produktivitas 3,6 juta ton atau 5 persen dari produksi dunia (Departemen Pertanian, 2006). Relatif besarnya volume produksi nasional dan luas panen dibandingkan dengan komoditas buah lainnya, menjadikan buah pisang merupakan tanaman 1 Laporan Tugas Akhir unggulan di Indonesia. Namun demikian pengelolaan pisang masih sebatas tanaman pekarangan atau perkebunan rakyat yang kurang dikelola secara intensif. Peluang pengembangan komoditas pisang masih terbuka luas. Keberhasilan usahatani pisang dapat dilakukan dengan penerapan teknologi, penggunaan varietas unggul dan perbaikan varietas harus dilaksanakan. Varietas unggul yang dimaksud adalah varietas yang toleran atau tahan terhadap hama dan penyakit, mampu berproduksi tinggi, serta mempunyai kualitas buah yang bagus dan disukai masyarakat luas (Lugito, 2012). Perbandingan adaptasi pertumbuhan dua varietas pisang ini bertujuan arasuntuk melihat respon dari masing-masing pertumbuhan tanaman pisang yang berasal dari tempat atau lokasi yang berbeda terhadap lingkungan di kebun percobaan Aripan Solok. Tanaman pisang memilki toleransi yang berbeda-beda, baik terhadap hama penyakit, ketinggian tempat ataupun iklim. Varietas unggul yang toleran diharapkan dapat mendukung produktifitas yang tinggi, sehingga dapat memenuhi permintaan pasar yang semakin meningkat. 1.2. Tujuan 1. Untuk mengetahui pertumbuhan dua varietas pisang pada fase pembibitan. 2. Mengetahui kemampuan adaptasi dua varietas pada lokasi Aripan Solok. 2 Laporan Tugas Akhir II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Komoditi 2.1.1. Sejarah dan klasifikasi komoditi Pisang merupakan tanaman buah berupa herba yang berasal dari kawasan Asia Tenggara (termasuk Indonesia). Tanaman ini kemudian menyebar ke Afrika (Madagaskar), Amerika Selatan dan Tengah. Penyebaran tanaman ini selanjutnya hampir merata keseluruh dunia, yakni meliputi daerah tropis dan sub tropis, dimulai dari Asia Tenggara ke Timur melalui Lautan Teduh sampai Hawai. Tanaman pisang juga meyebar ke Barat melalui Samudra Atlantik, Kepulauan kanari, sampai Benua Amerika. Klasifikasi botani tanaman pisang adalah sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta Sub Divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Famili : Musaceae Genus : Musa Spesies : Musa paradisia L. (Tjitrosoepomo, 2000). 2.1.2. Morfologi 1). Akar Pohon pisang berakar rimpang dan tidak mempunyai akar tunggang yang berpangkal pada umbi batang. Akar terbanyak berada di bagian bawah tanah, akar ini tumbuh menuju bawah sampai kedalaman 75-150 cm. Akar yang berada dibagian 3 Laporan Tugas Akhir samping umbi batang tumbuh kesamping atau mendatar , dalam perkembangannya akar ini dapat mencapai 4-5 cm. (Suryanti dan Supriyadi , 2012). 2). Batang Batang pisang sebenarnya terletak di dalam tanah, yakni berupa umbi batang. Titik tumbuh yang menghasilkan daun dan pada suatu saat akan tumbuh bunga pisang (jantung) terdapat pada bagian atas umbi batang. Batang semu adalah yang berdiri tegak di atas permukaan tanah atau yang sering disebut batang. Batang semu ini terbentuk dari pelepah daun panjang yang saling menutupi dengan kompak sehingga dapat berdiri tegak seperti batang tanaman, oleh karena itu batang semu sering dianggap batang tanaman yang sesungguhnya. Tinggi batang semu ini berkisar 3,5-7,5 m, tergantung jenisnya (Suryanti dan Supriyadi, 2008) . 3). Daun Helaian daun berbentuk lanset memanjang, dengan lebar yang tidak sama, bagian ujung daun tumpul, tepinya tersusun rata pada bagian bawahnya berlilin. Daun ini diperkuat oleh tangkai daun yang panjangnya antara 30-40 cm. Daun pisang mudah sekali robek oleh hembusan angin yang keras karena tidak mempunyai tulang-tulang pinggir yang menguatkan lembaran daun (Satuhu dan Ahmad, 2000). 4). Bunga Bunga pisang atau yang sering disebut dengan jantung pisang karena berbentuk meyerupai jantung. Bunga pisang tergolong berkelamin satu yakni berumah satu dalam satu tandan. Bunga tersusun atas daun-daun pelindung yang saling menutupi. Daun pelindung berwarna merah tua, berlilin dan berukuran 4 Laporan Tugas Akhir panjang 6-7 cm, daun ini mudah rontok. Bunga tersusun dalam dua baris melintang, yakni bunga betina berada di bawah bunga jantan (jika ada). Lima daun tenda berbunga melekat dengan panjang 6-7 cm. Benang sari berjumlah 5 buah pada bunga betina terbentuk tidak sempurna, pada bunga betina terdapat bakal buah berbentuk persegi dan pada bunga jantan tidak terdapat bakal buah (Suryanti dan Supriyadi, 2012). 5). Buah Bunga pisang yang telah keluar akan membentuk satu kesatuan bakal buah yang disebut sisir. Sisir pertama yang terbentuk akan terus memanjang membentuk sisir kedua, tiga dan seterusnya. Buah pisang tersusun dalam tandan, tiap tandan terdiri atas beberapa sisir dan tiap sisir terdapat 6-22 buah pisang tergantung varietasnya. Buah pisang umumnya tidak berbiji dan bersifat triploid (Suryanti dan Supriyadi, 2012) . 2.2. Syarat Tumbuh a) Iklim Iklim tropis basah, lembab dan panas mendukung pertumbuhan pisang, namun demikian pisang masih dapat tumbuh di daerah subtropis. Pada kondisi tanpa air, pisang masih tetap tumbuh karena air disuplai dari batangnya yang berair tetapi produksinya tidak dapat diharapkan. Angin dengan kecepatan tinggi seperti angin kumbang dapat merusak daun dan mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Curah hujan optimal adalah 1.520–3.800 mm/tahun dengan 2 bulan kering. Variasi curah hujan harus diimbangi dengan ketinggian air tanah agar tanah tidak tergenang (Priatman, 2008). 5 Laporan Tugas Akhir b) Media tanam Pisang dapat tumbuh di tanah yang kaya humus, mengandung kapur atau tanah berat. Tanaman ini rakus makanan sehingga sebaiknya pisang ditanam di tanah berhumus. Air harus selalu tersedia tetapi tidak boleh menggenang karena pertanaman pisang harus diari dengan intensif. Ketinggian air tanah di daerah basah adalah 50 – 200 cm, di daerah setengah basah 100 – 200 cm dan di daerah kering 50 – 150 cm. Tanah yang telah mengalami erosi tidak akan menghasilkan panen pisang yang baik. Tanah harus mudah meresap air, tanaman pisang tidak dapat hidup pada tanah yang mengandung garam 0,07% (Hafsah, 2008). c) Ketinggian tempat Tanaman pisang toleran pada ketinggian dan kekeringan. Di Indonesia umumnya tanaman pisang dapat tumbuh di daerah dataran rendah sampai pegunungan setinggi 2.000 m dpl. Pisang Ambon, Nangka dan Tanduk tumbuh baik sampai ketinggian 1.000 m dpl (Hafsah, 2008). 2.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi bibit Pisang a. Faktor dalam Gen Gen merupakan bagian kromosom yang mengendalikan ciri atau sifat suatu organisme yang bersifat diturunkan dari induk kepada keturunannya. Gen berfungsi mengontrol struktur dan fungsi sel, mewariskan sifat dari generasi ke generasi dan mengontrol pembuatan protein (polipeptida). Satu gen mengontrol pembuatan satu macam polipeptida, polipeptida digunakan sebagai penyusun sel dan ada pula yang difungsikan menjadi enzim. Gen dapat mengendalikan sifatsifat makhluk hidup (Syamsuri dkk, 2006). 6 Laporan Tugas Akhir Hormon Hormon adalah regulator pertumbuhan yang sangat esensial yang dibuat pada bagian tumbuhan, sedangkan respon pertumbuhan terjadi di bagian tumbuhan lainnya. Hormon tumbuhan atau fitohormon yang dikenal antara lain adalah auksin, sitokinin dan giberalin. Auksin berfungsi sebagai pembelahan sel dan merangsang pembentukan buah dan bunga. Sitokinin berfungsi untuk pertumbuhan akar, pelebaran daun dan aktifitas pembelahan sel. Giberalin berfungsi menyebabkan tanaman tumbuh tinggi, tanaman dapat berbunga sebelum waktunya dan memacu aktifitas kambium (Alim, 2014). b. Faktor luar Nutrisi (makanan) Tumbuhan memerlukan makanan atau nutrisi untuk pertumbuhan dan perkembangan. Zat makanan terdiri dari unsur-unsur atau senyawa kimia, nutrisi yang diperlukan merupakn sumber energi dan sumber materi untuk sintesis berbagai komponen sel yang diperlukan selama pertumbuhan. Nutrisi tumbuhan umumnya diambil dari dalam tanah dalam bentuk ion dan beberapa diambil dari udara. Unsur-unsur yang dibutuhkan dalam jumlah banyak disebut unsur makro dan unsur yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit disebut unsur mikro (Syamsuri dkk, 2006). Air Air termasuk senyawa utama yang dibutuhkan tumbuhan, tanpa air tumbuhan tidak bisa tumbuh dan kekurangan air juga dapat menghambat aktivitas metabolisme. Air juga merupakan pengatur suhu bagi tanaman karena air mampu menyerap panas yang baik. Pisang membutuhkan air yang cukup banyak untuk 7 Laporan Tugas Akhir pertumbuhannya, pada daerah yang kurang air, pisang memperoleh pasokan air dari batangnya. Air berfungsi sebagai pelarut mineral, media tempat hidup bagi tumbuhan air, habitat tumbuhan air, membantu proses fotosintesis, mengatur temperatur dalam tumbuhan dan menciptakan temperatur yang konstan (Subakti, 2012) Suhu Tumbuhan memerlukan suhu tertentu untuk tumbuh dan berkembang dengan baik yang disebut suhu optimum. Suhu paling rendah dimana tumbuhan masih dapat hidup disebut suhu minimum. Suhu paling tinggi di mana tumbuhan masih dapat hidup disebut suhu maksimum. Suhu minimum tanaman pisang adalah 15°C, suhu optimum 27°C dan suhu maksimum 38°C (Cahyono, 2002). Kelembaban Pengaruh pertumbuhan. kelembaban udara berbeda-beda terhadap berbagai Tanah dan udara yang lembab berpengaruh baik pada pertumbuhan. Kondisi lembab menyebabkan banyak air yang diserap tumbuhan dan lebih sedikit yang diuapkan, sehingga sel-sel lebih cepat mencapai maksimum dan tumbuhan bertambah besar. Tanah lembap sangat cocok untuk pertumbuhan, terutama saat perkecambahan biji. Hal ini karena tanah lembap menyediakan cukup air untuk mengaktifkan enzim dalam biji serta melarutkan makanan dalam jaringan (Sembiring dan Sudjino, 2009). 8 Laporan Tugas Akhir Oksigen Oksigen berfungsi dalam reaksi metabolisme tumbuhan karena oksigen penting dalam respirasi yang menghasilkan energi. Jika kekurangan oksigen, respirsi terganggu dan energi berkurang sehingga pertumbuhan terganggu. Kandungan oksigen mempengaruhi pertumbuhan organisme, oksigen mempengaruhi pertumbuhan bagian tumbuhan diatas tanah maupun pertumbuhan akar yang berada di dalam tanah. Tanah yang gembur mampu menyimpan oksigen, jika tanah banyak mengandung oksigen maka pertumbuhan akar akan semakin baik (Syamsuri dkk, 2006). Cahaya Radiasi matahari merupakan faktor penting dalam metabolisme tanaman yang mempunyai hijau daun, karena tinggi tanaman dipengaruhi oleh tersedianya sinar matahari. Peningkatan cahaya matahari dapat meningkatkan laju fotosintesis selain itu dapat mempercepat pembungaan dan pembuahan. Sebaliknya penurunan intensitas radiasi matahari akan memperpanjang masa pertumbuhan tanaman (Tjasyono, 2004). 9 Laporan Tugas Akhir III. 3.1. METODE PELAKSANAAN Waktu dan Tempat Waktu Pelaksanaan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) di Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika, Badan Litbang Pertanian, yang berlokasi di Aripan Kabupaten Solok, Provinsi Sumatra Barat. Kegiatan ini dilaksanakan mulai tanggal 16 Maret hingga 13 juni 2015. 3.2. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian adalah cangkul, parang, pisau cuter, ember dan sekop kecil. Bahan yang digunakan adalah sarung tangan, bibit tanaman pisang, fungisida (Dithane), bakterisida (Agrep), tanah top soil, pupuk kandang dan polybag ukuran 30 x 40 cm. 3.3. Prosedur Pelaksanaan 3.3.1. Persiapan lahan pembibitan Pada pembibitan tanaman pisang persiapan lahan tanam dilakukan satu kali dengan cara membersihkan lahan dari gulma menggunakan cangkul dan sabit serta meratakan bagian permukaan tanah yang masih bergelombang. 3.3.2. Persiapan media tanam Persiapan media tanam dilakukan dengan cara mencampurkan media tanah dengan pupuk kandeng dengan perbandingan 2:1. Campurkan media ini, kemudian dimasukkan ke dalam polybag yang berukuran 30 x 40. Polybag disusun ditempat pembibitan yaitu di bawah shading nett. 10 Laporan Tugas Akhir 3.3.3. Pengadaan bibit Bibit tanaman pisang berasal dari anakan yang berasal kebun percobaan Aripan dan kampung pisang (Agam). Bibit yang dianggap memenuhi syarat antara lain : batang mengerucut, memilki daun pedang dan pada bonggol tidak terdapat bercak cokelat, hitam atau lubang bekas serangan hama. 3.3.4. Perlakuan bibit sebelum penanaman Bibit dibersihkan dari tanah yang mengandung mikroorganisme dan penyakit yang dapat merusak bibit tanaman pisang. Bibit yang telah dibersihkan dari tanah tersebut, kemudian di potong akarnya dan direndam dengan larutan Dithane 1gr/liter air dan Agrep dengan konsentrasi 18 gr/10 liter air selama 5 menit. 3.3.5. Penanaman Bibit pisang ditanam pada polybag dengan cara menempatkan posisi bibit tepat di tengah polybag dan tambahkan tanah sampai bonggol pisang tertutup, padatkan pada pangkal batang akar bibit tidak mudah rebah. Tempatkan bibit yang telah ditanam pada naungan atau tempat yang teduh. 3.3.6. Pemeliharaan Penyulaman Penyulaman dilakukan pada umur dua minggu setelah tanam, dengan cara mencabut tanaman yang mati dan menggantinya dengan yang baru serta melakukan sterilisasi media tanam atau mengganti media. Penyulaman dilakukan pada umur dua minggu setelah tanam agar pertumbuhan benih seragam, pertumbuhan bibit yang seragam akan mempermudah perawatan. 11 Laporan Tugas Akhir Penyiangan Penyiangan dilakukan dengan cara mencabut gulma yang ada di sekitar perakaran tanaman, penyiangan dilakukan dengan cara manual/ tidak menggunakan alat. Penyiangan dilakukakan 5 minggu setelah penanaman dilakukan. Penyiangan bertujuan untuk menghambat pertumbuhan gulma agar benih yang ditanam tidak bersaing dalam pengambilan unsur hara serta dalam pengambilan cahaya matahari. Penyiraman Penyiraman dilakukan pada pagi hari dengan interval waktu satu kali dua hari dengan menggunakan selang yang kemudian disemprotkan pada polybag yang berisi bibit pisang. Penyiraman tidak dilakukan jika turun hujan. Pengendalian hama dan penyakit Pengendalian hama dan penyakit tanaman dilakukan secara kimiawi yaitu dengan menggunakan pestisida, pestisida yang digunakan adalah Dithane dengan dosis 1gr/liter air dan Agrep dengan dosis 18 gr/10 liter air. Pengendalian dilakukan dengan cara disemprotkan pada tanaman secara merata menggunakan handsprayer. 3.3.7. Pengamatan Pengamatan dilakukan satu kali dua minggu dengan parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, lebar daun dan lingkar batang tanaman pisang. 12 Laporan Tugas Akhir IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Hasil pengamatan rata-rata jumlah daun bibit pisang yang diamati selama 4 kali pengamatan dapat dilihat pada Tabel 1, sedangkan grafik hasil pengamatan rata-rata jumlah daun bibit pisang yang diamati selama 4 kali pengamatan dapat dilihat pada Gambar 1. Tabel 1. Jumlah daun bibit pisang Pengamatan (Minggu) Ketan (helai) 1 2 3 4 Varietas Ambon Buai (helai) 2 3 5 7 4 6 7 11 12 10 Helai 8 6 Ketan 4 Ambon Buai 2 0 1 2 3 4 Pengamatan Gambar 1. Grafik jumlah daun bibit pisang Hasil pengamatan rata-rata tinggi bibit pisang yang diamati 4 kali pengamatan dapat dilihat pada Tabel 2, sedangkan grafik dari hasil pengamatan rata-rata tinggi bibit pisang yang diamati selama 4 kali pengamatan dapat dilihat pada Gambar 2. 13 Laporan Tugas Akhir Tabel 2. Tinggi bibit pisang Pengamatan (Minggu) Ketan (cm) Cm 1 2 3 4 Varietas Ambon Buai (cm) 41,5 45,7 50,5 57 70 60 50 40 30 20 10 0 41,9 46,3 51,7 58,3 Ketan Ambon Buai 1 2 3 4 Pengamatan Gambar 2. Grafik tinggi bibit pisang Hasil pengamatan rata-rata lebar daun bibit pisang yang diamati selama 4 kali pengamatan dapat dilihat pada Tabel 3, sedangkan grafik pengamatan ratarata lebar daun bibit pisang yang diamati selama 4 kali pengamatan dapat dilihat pada Gambar 3. Tabel 3. Lebar daun bibit pisang Pengamatan (Minggu) Ketan (cm) 1 2 3 4 Varietas Ambon Buai (cm) 2,4 5,1 3,2 6,9 5,2 9,8 9,6 17,2 14 Laporan Tugas Akhir 20 Cm 15 10 Ketan 5 Ambon Buai 0 1 2 3 4 Pengamatan Gambar 3. Grafik lebar daun bibit pisang Hasil pengamatan rata-rata lingkar batang bibit pisang yang diamati selama 4 kali pengamatan dapat dilihat pada Tabel 4, sedangkan grafik pengamatan rata-rata lingkar batang bibit pisang selama 4 kali pengamatan dapat dilihat pada Gambar 4. Tabel 4. Lingkar batang bibit pisang Varietas Pengamatan (Minggu) Ketan (cm) 1 2 3 4 Ambon Buai (cm) 16,4 17,4 18,7 20,4 16,9 18,3 19,7 21,2 25 Cm 20 15 Ketan 10 Ambon Buai 5 0 1 2 3 4 Pengamatan Gambar 4. Grafik lingkar batang bibit pisang 15 Laporan Tugas Akhir 4.2 Pembahasan Berdasarkan data pertambahan jumlah daun didapatkan hasil varietas Ambon Buai sebanyak 7 helai, sedangkan varietas pisang Ketan mendapatkan pertambahan jumlah daun sebanyak 5 helai. Pertambahan tinggi pada varietas Ambon Buai adalah 16,4 cm, sedangkan varietas Ketan 15,5 cm. Pertambahan lebar daun varietas Ambon Buai 12,1 cm, varietas Ketan 7,2 cm. Pertambahan lingkar batang varietas Ambon 4,3 dan varietas Ketan 4 cm. Pertumbuhan bibit pisang tampak lebih baik setelah bibit pisang berumur 1,5 bulan. Hasil pengamatan dari kedua varietas pisang yang lebih cepat pertumbuhannya adalah varietas Ambon Buai, hal ini menunjukkan bahwa varietas Ambon Buai lebih toleran terhadap lingkungan di kebun percobaan Aripan dibandingkan varietas pisang Ketan. Varietas pisang Ambon Buai dan Ketan merupakan bibit yang diambil dari hasil anakan yang diambil langsung dari lapangan dengan lokasi yang berbeda. Pertumbuhan tinggi tanaman setiap minggu mengalami pertambahan, begitu juga dengan lebar daun, jumlah daun dan lingkar batang. Hal ini disebabkan tanaman pisang yang baru ditanam mendapatkan nutrisi dan air yang cukup dari media tanam yang tersedia, selain itu pertumbuhan pisang juga dipengaruhi oleh faktor genetik dari tanaman itu sendiri. Gen dan hormon faktor dalam yang merangsang pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Gen bertanggung jawab dalam pewarisan sifat keturunan, selain itu gen juga berperan sebagai pembawa kode untuk pembentukan protein, enzim dan hormon. Gen dan hormon ini mempengaruhi berbagai reaksi metabolisme untuk mengatur dan mengendalikan pertumbuhan (Syamsuri dkk, 2006). 16 Laporan Tugas Akhir Kemampuan tumbuhan untuk melakukan metabolisme dipengaruhi oleh enzim metabolik. Enzim metabolik merupakan protein yang mengatur laju metabolisme. Pertumbuhan akan optimal jika laju metabolisme optimal, metabolisme yang optimal akan mempermudah tanaman dalam merombak bahan makanan dan mempermudah dalam memasukkan dan mengeluarkan zat-zat makanan. Hormon tumbuhan adalah suatu senyawa organik yang dibuat pada suatu bagian tumbuhan dan kemudian diangkut kebagian lain, yang dalam konsentrasi rendah dapat menyebabkan suatu dampak yang fisiologis. Peran hormon adalah merangsang pertumbuhan, pembelahan sel, pemanjangan sel dan ada yang menghambat pertumbuhan (Syamsuri dkk, 2006). Hormon yang dikenal antara laian auksin, giberalin dan sitokinin. Auksin berperan dalam pembelahan sel, perkembangan akar lateral dan pembesaran sel. Giberalin berfungsi untuk merangsang pemanjangan batang dan merangsang pertumbuhan tunas yang dorman, sedangkan sitokinin berfungsi memacu perkembangan kloroplas dan pembentukan klorofil. Hormon-hormin ini yang akan berfungsi untuk mendukung pertumbuhan bibit pisang, sehingga bibit pisang yang ditanam dapat tumbuh dengan baik dan mengalami pertambahan dalam setiap minggunya. Pupuk kandang berfungsi menambah zat/nutrisi yang terkandung dalam tanah. Pupuk kandang dapat memperbaiki struktur tanah, sehingga pertumbuhan tanaman bisa optimal. Penggunaan pupuk kandang yaitu dicampur dengan media tanam secara merata (Panamuan, 2012). 17 Laporan Tugas Akhir Pupuk kandang mengandung unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhannya, unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah besar adalah N, P dan K. Selain mengandung unsur hara, pupuk kandang juga mengandung organisme yang dapat mempengaruhi kesuburan tanah. Jumlah organisme dapat menentukan tingkat kesuburan tanah karena rganisme memegang peranan yang sangat penting dalam perombakan bahan organik dalam tanah sehingga unsur hara tersedia bagi tanaman. Berdasarkan data curah hujan yang dibutuhkan oleh tanaman pisang yaitu sebesar 100 mm/bulan, sedangkan data curah hujan yang diperoleh adalah sebesar 115,45 mm/bulan. Hal ini menunjukkan bahwa curah hujan yang berada di Aripan telah mencukupi dengan curah hujan yang dibutuhkan oleh tanaman pisang. Menurut (Priatman, 2008), curah hujan optimal adalah 1.520–3.800 mm/tahun dengan 2 bulan kering atau 2000-2500 mm/tahun, curah hujannya lebih kurang 100 mm/bulannya. Curah hujan yang mencukupi kebutuhan tanaman pisang akan membuat tanaman pisang dapat tumbuh dengan baik karena kebutuhan airnya tercukupi. Tercukupinya kebutuhan air di dalam tanah akan membuat benih pisang yang berasal dari anakan cepat tumbuh dan berkembang, tunas-tunas baru akan segera muncul dan tumbuh menjadi anakan dewasa. Tinggi tempat dari permukaan laut menentukan suhu udara dan intensitas sinar yang diterima oleh tanaman. Menurut (Guslim, 2007), semakin tinggi suatu tempat, semakin rendah suhu tempat tersebut. Demikian juga intensitas matahari semakin berkurang. 18 Laporan Tugas Akhir V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Varietas pisang yang mampu beradaptasi dengan cepat di Aripan adalah varietas Ambon Buai. 2. Pertambahan tinggi tanaman, lebar daun, jumlah daun dan lingkar batang tanaman pisang Ambon Buai lebih tinggi dibandingkan pisang Ketan. 5.2. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas disarankan jika menanam pisang di daerah Aripan dapat menanaman pisang Ambon Buai. 19 Laporan Tugas Akhir DAFTAR PUSTAKA Alim T. 2004. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman. http://www.pintarbiologi.com/2014/11/faktor-faktor-yangmempengaruhi.html. Diunduh 20 April 2015. Cahyono. 2002. Syarat tumbuh tanaman pisang. http://infowongtani.blogspot.com/2012/04/budidaya-pisang-syarattumbuh-tanaman.html. Diunduh tanggal 25 April 2015. Departemen Pertanian. 2006. Pusat Data dan Informasi http//www.deptan.go.id. Diunduh tanggal 20 April 2015. Guslim. 2007. Syarat tumbuh tanaman pisang. http://arenlovesu.blogspot.com/2010/06/budidaya-pisang.html. pada tanggal 20 April 2015. Hafsah Pertanian. Diunduh S. 2008. Syarat tumbuh tanaman pisang. http://infowongtani.blogspot.com/2012/04/budidaya-pisang-syarattumbuh-tanaman.html. Diunduh 20 April 2015. Lugito. 2012. Budidaya tanaman pisang. http://www.bestbudidayatanaman. com/2014/04/budidaya-pisang-cara-menanam-pohon-pisang.html.Diunduh pada tanggal 25 April 2015. Tjasyono, HK Bayong. 2004. Klimatologi. ITB. Bandung. Edisi ke-2. Hal 188. Panamuan R. 2012. http://infowongtani.blogspot.com/2012/04/budidaya-pisangsyarat-tumbuh-tanaman.html. Diunduh tanggal 25 April 2015. Martiningsih. 2000. Budidaya tanaman pisang. http://www.bestbudidayatanaman. com/2014/04/budidaya-pisang-cara-menanam-pohon-pisang.html.Diunduh pada tanggal 25 April 2015. Priatman. 2008. Syarat tumbuh tanaman pisang. http://infowongtani.blogspot.com/2012/04/budidaya-pisang-syarattumbuh-tanaman.html. Diunduh tanggal 25 April 2015. Satuhu, S dan Ahmad S. 2000. Budidaya, Pengolahan dan prospek Pasar Pisang. Jakarta. Penebar Swadaya. Satuhu, S dan Supriadi. 2000. Budidaya pisang. http://www.bestbudidayatanaman.com/2014/04/budidaya-pisang-caramenanam-pohon-pisang.html. Diunduh tanggal 20 April 2015. 20 Laporan Tugas Akhir Sembiring dan sudjino. 2009. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. http://www.biologi-sel.com/2014/01/faktorfaktor-yang-mempengaruhi.html. Diunduh 07 Agustus 2015. Subakti Y. 2012. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. http://yulisubakti.blogspot.com/2012/05/faktor-faktor-yangmempengaruhi.html. Diunduh 07 Agustus 2015. Sunarjono. 2000. Karakteristik tanaman pisang. https://www.google.co.id/?gws_rd=ssl#q=KARAKTERISTIK+MORFO LOGI+PISANG+PDF. Diunduh tanggal 7 Mei 2015. Suryanti dan Supryadi A. 2008. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pisang. http://gusuhan.blogspot.com/2011/08/faktor-faktor-yangmempengaruhi.html. Diunduh tanggal 4 Mei 2015. Suryanti dan supriyadi A. 2012. Pisang. Penebar swadaya. Syamsuri I., Suwono H., Ibrohim, Sulisetijono, Sumberartha W dan Rahayu S. 2006. Biologi. Erlangga. Tjitrosoepomo. 2008. Karakteristik tanaman pisang. https://www.google.co.id/?gws_rd=ssl#q=KARAKTERISTIK+MORFO LOGI+PISANG+PDF. Diunduh tanggal 7 Mei 2015. 21 Laporan Tugas Akhir LAMPIRAN Lampiran 1. Dokumentasi kegiatan PKPM Anakan pisang Ketan Media tanam Pembersihan lahan Pembibitan Anakan pisang Ambon Buai Pengisian media tanam Pemotongan akar pisang 22 Laporan Tugas Akhir Perendaman dengan pestisida Penanaman pisang ke polybag Pisang Ambon Buai yang telah ditanam Pisang Ketan yang telah ditanam Pengukuran tinggi pisang Ambon Buai Pengukuran tinggi pisang Ketan 23 Laporan Tugas Akhir Pengukuran lingkar batang pisang Ambon Buai Pengukuran lebar daun pisang Ambon Buai Ambon Buai Pengukuran lingkar batang pisang Ketan Pengukuran lebar daun pisang Ketan Penyiangan pisang 24 Laporan Tugas Akhir Lampiran 2. Sejarah berdirinya Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika - Latar Belakang Balai Penelitian Tanaman Buah (Balitbu Tropika) adalah satu-satunya institusi penelitian buah tropika Pemerintah di bawah Departemen Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, sehingga mandat kegiatan penelitiannya bersifat nasional. Sejak dibentuk pada tahun 1984, Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika mengalami beberapa kali perubahan dan penyempurnaan. Secara ringkas, perubahan organisasi dan kelembagaan Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika adalah sebagai berikut: Periode 1984 - 1994 SK Mentan No. 613/Kpts/OT.210/8/84 tanggal 16 Agustus 1984 tentang organisasi dan tata kerja Balai-balai lingkup Badan Litbang Pertanian menetapkan Balai Penelitan Hortikultura Solok dengan 4 Sub Balai yaitu Malang, Tlekung, Pasarminggu dan Jeneponto dengan tugas pokok melaksanakan penelitian dan pengembangan tanaman buah-buahan. Periode 1994 - 2006 Pada tahun 1994 Balai Penelitian Tanaman Hortikultura mengalami perubahan nama berdasarkan SK Mentan No. 796/Kpts/OT.210/12/94 tanggal 13 Desember 1994 menjadi Balai Penelitian Tanaman Buah dengan TUPOKSI melakukan kegiatan penelitian tanaman buah-buahan atas bidang pemuliaan, fisiologi, agronomi, teknologi budidaya, proteksi, agroekologi, agroekonomi, pasca panen dan mekanisasi untuk pengembangan produksi, analisis residu pupuk dan pestisida serta eksplorasi, evaluasi dan pelestarian plasmanutah buah-buahan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan petani sekaligus penghasil devisa. 25 Laporan Tugas Akhir Periode 2006 - sekarang Sesuai dengan perubahan lingkungan strategis, tahun 2006 Balai Penelitian Tanaman Buah mengalami penataan organisasi dengan perubahan nomenklatur menjadi Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika, berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No. 10/Permentan/ OT.140/3/2006 tanggal 1 Maret 2006. 1. Pelaksanaan penelitian genetika, pemuliaan dan perbenihan tanaman buah tropika; 2. Pelaksanaan penelitian eksplorasi, konservasi, karakterisasi dan pemanfaatan plasmanutfah tanaman buah tropika; 3. Pelaksanaan penelitian agronomi, morfologi, fisiologi, ekologi, entomologi dan fitopatologi tanaman buah tropika; 4. Pelaksanaan penelitian komponen teknologi sistem dan usaha agribisnis tanaman buah tropika; 5. Pemberian pelayanan teknik kegiatan penelitian tanaman buah tropika; 6. Penyiapan kerjasama informasi, dokumentasi, serta penyebarluasan dan pendayagunaan hasil penelitian tanaman buah tropika Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Balai. Selama periode 30 tahun Balai ini berdiri terjadi 7 kali pergantian kepemimpinan . 1. Dr. M. Winarno (1984 - 1993) 2. Dr. L. Setiobudi (1993 - 1999) 3. Dr. I. Djatnika (1999 - 2005) 4. Ir. Nurhadi, M.Sc (2005 - 2009) 5. Dr. Achmadi Jumberi (2009 - 2010) 6. Dr. Catur Hermanto (2011- 2013) 7. Dr. Ir. Mizu Istianto (2013 - Sekarang) 26 Laporan Tugas Akhir - Visi dan misi perusahaan Visi Menjadi lembaga penelitian dan pengembangan pertanian berkelas dunia yang menghasilkan dan mengembangkan inovasi teknologi pertanian untuk mewujudkan pertanian industrial unggul berkelanjutan berbasis sumber daya lokal Misi 1. Menghasilkan, mengembangkan dan mendeseminasikan inovasi teknologi, sistem dan model serta rekomendasi kebijakan di bidang penelitian tanaman buah tropika yang berwawasan lingkungan dan berbasis sumberdaya lokal guna mendukung terwujudnya pertanian industrial unggul berkelanjutan 2. Meningkatkan kualitas sumberdaya penelitian dan pengembangan pertanian serta efisiensi dan efektifitas pemanfaatannya 3. Mengembangkan jejaring kerjasama nasional dan internasional (networking) dalam rangka penguasaan IPTEK (scientific recognation) atas peningkatan peran Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika sebagai lembaga penelitian tanaman buah Sistem Tata Kelola Tenaga Kerja Pasal 8 Dalam melaksanakan tugas,kepala subbagian,kepala seksi,dan Kordinator Kelompok, Jabatan Fungsional wajib menerapkan prinsip koordiasi, integrasi, dan sinkronisasi, dilingkungan satuan organisasi pada Balitbu Tropika dan dengan instansi lain sesuai dengan tugas masing-masing. Pasal 9 Setiap kepala satuan organisasi di lingkungan Balitbu Tropika wajib mengawasi pelaksanaan tugas bawahaan masing-masing dan apabila terjadi penyimpangan agar mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 27 Laporan Tugas Akhir Pasal 10 Setiap kepala satuan organisasi di lingkungan Balitbu Tropika bertanggung jawab memimpin,mengkoordinasikan bawahaan masing-masing, dan memeberika bimbingan, serta petunjuk pelaksanaan tugas bawahaan. Pasal 11 Setiap kepala satuan organisasi di lingkungan Balitbu Tropika wajib mengikuti dan mematuhi petunju, dan bertanggung jawab kepada atasan masing-masing. Pasal 12 Kepala Subbagian,Kepala Seksi dan Koordinator Kelompok Jabatan Fungsional wajib menyampaikan laporan pelaksanaan tugasnya kepada Kepala secara berkala dan atau sewaktu-waktu. Pasal 13 Setiap laporan yang diterima oleh kepala satuan organisasi dari bawahaan wajib diolah dan dipergunakan sebagai bahan penyusunan laporan lebih lajut dan untuk memberikan petunjuk kepada bawahan. Pasal 14 Dalam menyampaikan laporan kepada atasan, tembusan wajib disampaikan kepada satuan organisasi lain yang secara fungsional mempunyai hubungan kerja. Pasal 15 kepala wajib menyampaikan laporan pelaksanaan tugasnya kepada Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, secara berkala dan/atau sewaktuwaktu Pasal 16 Dalam melaksanakan tugas setiap kepala satuan organisasi di bantu oleh kepala satua oragnisasi dibawahnya dan dalam rangka pemberian bimbingan kepada bawahan, wajib mengadakan rapat berkala. 28 Laporan Tugas Akhir Lampiran 3. Struktur Organisasi Balitbu Tropika Solok BAGAN STRUKTUR ORGANISASI BALITBU TROPIKA KEPALA BALAI Dr.Ir mizu Istanto SUBBAGIAN TATA USAHA Abdul Ghafar, SE SEKSI PELAYANAN TEKNIS Ir. Joko Sudarso, MP. SEKSI JASA PENELITIAN Ir. Herlion, M.Sc. KELOMPOK JABATANG FUNGSIONAL 29 Laporan Tugas Akhir RIWAYAT HIDUP Penulis (Fatimah Fitri, A.Md) adalah anak ketiga dari empat bersaudara yang dilahirkan di Payakumbuh, 29 Juni 1994. Jenjang pendidikan dimulai dari SDN 10 Balai Betung pada tahun 2000, kemudian melanjutkan pendidikan di Madrasah Tsanawiah Negeri Koto Nan Gadang pada tahun 2006, kemudian melanjutkan pendidikan di SMAN 3 Payakumbuh pada tahun 2009. Pada tahun 2012 penulis melanjutkan pendidikan ke Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh, Program Studi Teknologi Produksi Hortikultura, Jurusan Budidaya Tanaman Pangan. Gelar diploma III penulis raih pada tahun 2015 selama 3 tahun. Semasa kuliah semester V (lima) pernah menulis Laporan Proyek Usaha Mandiri (PUM) dengan judul “ Penggunaan Pupuk Organik Cair Keong Mas (Pomacea caniculata) Dalam Meningkatkan Produksi Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)” Pada semester akhir penulis melaksanakan magang atau PKPM (Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa) di Balai Penelitian Tanaman Buah (BALITBU) Tropika Solok, dan membuat Tugas Akhir dengan judul “ Perbandingan Pertumbuhan Dua Varietas Pisang (Musa paradisica L.) Pada Fase Pembibitan Di Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika Solok”. 30 Laporan Tugas Akhir