II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Permintaan Manusia memiliki sifat

advertisement
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Teori Permintaan
Manusia memiliki sifat yang tidak pernah puas. Keinginan manusia
terhadap sesuatu hal yang diinginkan haruslah dapat terpenuhi. Banyaknya
keinginan yang dimiliki oleh manusia berbanding terbalik dengan terbatasnya
jumlah alat pemuas kebutuhan yang ada. Kebutuhan manusia bisa dikatakan
terpenuhi apabila kebutuhan tersebut sudah dapat di konsumsi atau dinikmati yang
berupa barang atau jasa oleh manusia tersebut.
Permintaan adalah keinginan konsumen membeli suatu barang atau jasa
pada berbagai tingkat harga selama periode waktu tertentu. Lincolin (1991)
menyatakan permintaan adalah suatu skedul atau kurva yang menggambarkan
hubungan antara berbagai kuantitas suatu barang yang diminta konsumen pada
berbagai tingkat harga (cateris paribus). Sepanjang suatu kurva permintaan atau
skedul permintaan hanya harga dan kuantitas yang berubah-ubah. Permintaan
terhadap suatu barang atau jasa bisa dipengaruhi oleh keinginan konsumen yang
akan menggunakaannya.
Menurut Daniel (2002) permintaan (demand) adalah jumlah barang yang
diminta oleh konsumen pada suatu pasar. Sementara pasar adalah tempat
terjadinya transaksi antara produsen dan konsumen atas barang – barang ekonomi.
Sebagian ahli mengatakan bahwa pengertian permintaan adalah jumlah barang
yang sanggup dibeli oleh para pembeli pada suatu tempat dan waktu tertentu
dengan harga yang berlaku pada saat itu.
9
10
Pada teori permintaan ada yang dinamakan dengan hukum permintaan.
Hukum permintaan menyatakan bahwa makin rendah harga suatu barang maka
makin banyak permintaan terhadap barang tersebut, sebaliknya makin tinggi harga
suatu barang maka makin sedikit permintaan terhadap barang tersebut.
Permintaan terhadap barang/jasa dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Dimana faktor-faktor tersebut menjadi penentu pada konsumen untuk memilih
barang/jasa yang akan digunakan. Adapaun faktor-faktor yang mempengaruhi
permintaan barang/jasa yaitu:
1.
Harga barang itu sendiri
Jika suatu barang meningkat, maka jumlah barang yang dibeli semakin
sedikit, demikian pula sebaliknya.
Gambar 2.1 Kurva Permintaan
Keterangan :
P1, P2
: Tingkat harga
Q1, Q2
: Jumlah permintaan
A
: Jumlah permintaan (Q1) pada tingkat harga (P1)
B
: Jumlah permintaan (Q2) pada tingkat harga (P2)
D
: Kurva permintaan
11
Jika terjadi perubahan harga, maka terjadi perubahan pada kurva
permintaan. Penurunan harga meningkatkan jumlah permintaan, misalnya pada
gambar yang awalnya permintaan pada harga P1 dan jumlah permintaan Q1
terletak pada titik A. Titik A akan berubah pada titik B ketika harga komoditi
turun, dimana harga turun dari P1 ke P2 dan jumlah komoditi akan meningkat dari
Q1 ke Q2.
2.
Harga barang lain
Harga barang lain (substitusi) juga dapat mempengaruhi permintaan suatu
barang, jika ada sebuah barang yang memiliki fungsi atau kegunaan yang sama
dengan barang sebelumnya dengan harga yang lebih murah maka konsumen akan
beralih menggunakan barang/jasa pengganti tersebut. Jika barang bersifat saling
menggantikan maka disebut barang substitusi. Contohnya yaitu beras dan jagung.
Bila harga beras naik, maka permintaaan akan beras akan menurun dan jagung
sebagai barang substitusi jumlah permintaanya akan meningkat, sedangkan bila
dua macam barang bersifat melengkapi, maka disebut barang komplementer.
Contohnya gula dan kopi. Bila permintaan kopi menurun karna harga kopi
meningkat makan permintaan gula juga menurun, hal ini karena kedua barang
tersebut merupakan barang komplementer.
12
Gambar 2.2 Kurva Permintaan dan Pergeseran Kurva
Keterangan
D0, D1, dan D2
:
: Kurva permintaan
Harga produk substitusi yeng menurun, menyebabkan kurva permintaan
suatu produk bergeser ke sebelah kiri yaitu dari D0 ke D2. Sebaliknya jika harga
produk substitusi, kuva permintaan suatu produk akan bergeser ke kanan yaitu
dari D0 ke D1. Berbeda dengan harga produk substitusi, penurunan harga produk
komplementer akan meningkatkan jumlah permintaan suatu produk sehingga
kurva permintaan bergeser ke kanan (D0 ke D1). Sebaliknya ketika harga produk
komplementer naik, permintaan suatu produk akan turun dan kurva permintaan
akan bergeser ke kiri (D0 ke D2).
3.
Tingkat pendapatan
Tingkat pendapatan dapat mencerminkan daya beli masyarakat. Semakin
tinggi tingkat pendapatan masyarakat, berarti daya beli akan meningkat, sehingga
permintaan akan suatu barang akan meningkat juga.
13
4.
Jumlah penduduk
Jumlah penduduk merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
permintaan sebuah barang. Sebagai contoh beras, hampir semua manusia di dunia
ini mengkonsumsi nasi yang berasal dari beras, jadi semakin banyak jumlah
penduduk yang mengkonsumsi beras maka permintaan terhadap beras juga akan
banyak.
5.
Selera.
Walaupun bersifat relatif, selera atau kebiasaan juga dapat mempengaruhi
permintaan terhadap suatu barang. Jika selera konsumen terhadap barang tertentu
meningkat, maka permintaan terhadap barang tersebut akan meningkat juga. Hal
ini membuat permintaan akan sebuah barang juga dipengaruhi oleh selera.
6.
Perkiraan harga di masa mendatang.
Bila memperkirakan harga suatu barang akan naik di masa mendatang,
maka permintaan akan meningkat karena banyak orang pada saat ini akan
membeli barang tersebut sekarang untuk menghemat belanja di masa mendatang.
2.2
Teori Penetapan Harga
Swastha (1998; 241) harga adalah jumlah uang (ditambah beberapa barang
kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari
barang beserta pelayanannya. Dalam menetukan harga barang atau jasa
dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran terhadap barang atau jasa tersebut.
Harga dan jumlah barang yang ada dipasaran adalah ditentukan dengan melihat
keadaan ekuilibrium dalam suatu pasar. Keadaan pasar yang seimbang atau
ekuilibrium yaitu keadaan dimana barang yang ditawarkan oleh produsen pada
14
suatu harga tertentu adalah sama dengan jumlah barang yang diminta pada harga
tersebut.
Kebijakan mengenai harga sifatnya hanya sementara, berarti produsen
harus mengikuti perkembangan harga di pasar dan harus mengetahui posisi
perusahaan dalam situasi pasar secara keseluruhan. Hal ini bertujuan untuk
membuat produsen mengetahui bagaimana selera harga di pasaran sehingga
mampu membuat harga yang sesuai untuk produknya. Penentuan harga yang salah
dapat berakibat pada kelanjutan sebuah usaha. Salah dalam melakukan penentuan
harga akan mengakibatkan permasalahan pada keuangan usaha tersebut seperti
penurunan laba yang diperoleh. Perubahan harga jual mempunyai tujuan untuk
menyesuaikan agar harga baru yang ditetapkan dapat mencerminkan biaya saat ini
(current cost) atau biaya masa depan (future cost), return yang diinginkan oleh
perusahaan, reaksi pesaing dan sebagainya.
Penetapan harga pada sebuah barang meliputi kebijakan manajemen dalam
menentapkan besarnya jumlah uang yang akan dibebankan kepada pembeli untuk
sebuah barang. Kegiatan ini sering kali meliputi penentapan harga dasar yang
perlu disesuaikan tergantung pada sifat khas penawaran kepada pembeli.
Harga yang terjadi dipasaran merupakan perpotongan antara kurva
permintaan dan penawaran. Harga murni suatu barang terjadi pada tingkat harga
pedagang besar, hal ini karena hanya pada saat ini terdapat persaingan harga yang
agak sempurna. Pada umumnya harga ditingkat ini dikatakan murni karena
pedagang dan pembeli memiliki pengetahuan yang baik tentang penentuan harga.
Harga eceran biasanya hanya berpatokan pada harga pedagang besar, dimana
15
harga yang bisa dikurangi atau ditambah sehingga terjadilan margin pemasarn
(Mubyarto, 1989).
Kotler (2002 : 550) dalam menyusun kebijakan penetapan harga,
perusahaan mengikuti prosedur enam tahap penetapan harga yaitu :
(1) Perusahaan memilih tujuan penetapan harga.
(2) Perusahaan memperkirakan kurva permintaan, probabilitas kuantitas yang
akan terjual pada tiap kemungkinan harga.
(3) Perusahaan memperkirakan bagaimana biaya bervariasi pada berbagai level
produksi dan pada berbagai level akumulasi pengalaman produksi.
(4) Perusahaan menganalisa biaya, harga, dan tawaran pesaing.
(5) Perusahaan menyeleksi metode penetapan harga
(6) Perusahaan memilih harga akhir.
Penetapan harga atas barang atau jasa yang efisien sering menjadi masalah
yang sulit bagi suatu perusahaan. Meskipun cara atau metode penetapan harga
yang dipakai adalah sama bagi perusahaan (didasarkan pada biaya, persaingan,
permintaan, laba dan sebagainya), tetapi kombinasi optimal dari faktor-faktor
tersebut berbeda sesuai dengan sifat produknya, pasanya, dan tujuan perusahaan.
Harga jual adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk
memproduksi suatu barang atau jasa ditambah dengan persentase laba yang
diinginkan perusahaan, karena itu untuk mencapai laba yang diinginkan oleh
perusahaan salah satu cara yang dilakukan untuk menarik minat konsumen adalah
dengan cara menentukan harga yang tepat untuk produk yang terjual. Untuk
menghasilkan laba, suatu perusahaan dapat melakukan dua cara. Cara pertama
dengan menaikan harga jual. Tindakan ini memang dapat meningkatkan laba,
16
namun dalam kondisi persaingan yang semakin ketat ini perusahaan tidak mudah
untuk menaikkan harga jual karena dapat menyebabkan konsumen lari ke produk
pesaing yang memiliki harga yang lebih murah dengan kualitas produk yang
sama. Cara kedua adalah dengan menekan biaya produksi yang dikeluarkan dapat
ditekan seminimal mungkin (Lasena, 2013). Harga pasar suatu komoditas dan
jumlah yang diperjual belikan ditentukan oleh permintaan dan penawaran dari
komoditas tersebut. Harga pasar yang dimaksudkan adalah harga yang disepakati
oleh penjual dan pembeli (Sugiarto dkk 2005).
Menurut Boyd (2000:219) harga mempengaruhi tingkat permintaan.
Kecenderungan para konsumen dalam membeli sebuah barang yaitu dengan
mempertimbangkan harga. Sebagian konsumen lebih cenderung membeli barang
pengganti yang lebih murah namun memiliki kegunaan yang sama dari barang
yang sebelumnya. Salah satu prinsip prilaku konsumen yang utama dalam
penetapan harga adalah memprediksi dampak perubahan harga terhadap
konsumen. Yaitu bagaimana reaksi konsumen apabila harga sebuah barang yang
diinginkan mengalami peningkatan harga. Faktor penentu utama bagi konsumen
untuk membeli sebuah barang yaitu harga. Konsumen sangat memperhitungkan
harga yang akan dibayarkan untuk sebuah barang, hal ini membuat konsumen
harus memikirkan dengan baik dan memutuskan sebuah keputusan untuk membeli
sebuah barang.
Perusahaan memilih penetapan harga yang menyertakan satu atau lebih
dari pertimbangan tersebut. Kotler (2002) mengemukakan enam metode-metode
penetapan harga sebagai berikut.
17
(1) Penetapan harga mark-up
(2) Penetapan harga berdasarkan pengemBalian yang diharapkan
(3) Penetapan harga berdasarkan nilai yang dipersepsikan
(4) Penetapan harga nilai
(5) Penetapan harga sesuai harga berlaku
(6) Penetapan harga penawaran tertutup
Menurut Tjiptono (2003:73) harga memiliki dua peranan dalam konsumen
membeli sebuah barang yaitu :
(1) Peranan alokasi dari harga yang membantu para pembeli memutuskan cara
memperoleh manfaat atau utilitas tertinggi yang berdasarkan daya belinya.
(2) Peranan informasi dari harga yang mendidik konsumen mengenai faktorfaktor produk seperti kualitas.
2.3
Konsep Elastisitas
Hukum permintaan dan penawaran meramalkan arah perubahan harga dan
kuantitas sebagai reaksi terhadap berbagai pergeseran permintaan dan penawaran.
Mengetahui perubahan kuantitas (naik atau turun) sebagai akibat dari perubahan
harga tidaklah cukup, karena belum diketahui seberapa besar (responsive)
perubahan tersebut. Mengukur dan menjeaskan hingga seberapa jauh reaksi
perubahan kuantitas terhadap perubahan harga dan variabel-variabel lainnya
dijelaskan dalam konsep elastisitas. Soekartawi (1989) menyatakan bahwa
elastisitas suatu barang terhadap barang lain adalah persentase perubahan harga
barang yang satu disebut X dan barang yang lain disebut Y. Elastisitas mengukur
perubahan relatif dalam jumlah unit barang yang dibeli atau ditawarkan sebagai
akibat perubahan salah satu faktor.
18
2.3.1
Elastisitas permintaan
Elastisitas permintaan mengukur seberapa besar perubahan (tingkat
responsif) dari jumlah barang yang diminta terhadap perubahan harga. Dalam
analisis, elastisitas permintaan harga lebih kerap dinyatakan sebagai elastisitas
permintaan. Nilai perbandingan antara persentasi perubahan jumlah yang diminta
dengan persentasi perubahan harga disebut koefisien elastisitas permintaan.
Elastisitas harga permintaan adalah derajat kepekaan/respon jumlah permintaan
akibat perubahan harga barang tersebut atau dengan kata lain merupakan
perbadingan daripada persentasi perubahan jumlah barang yang diminta dengan
persentase perubahan pada harga di pasar, sesuai dengan hukum permintaan,
dimana jika harga naik, maka kuantitas barang turun dan sebaliknya. Sedangkan
tanda elastisitas selalu negatif, karena sifat hubungan yang berlawanan tadi, maka
disepakati bahwa elastisitas harga ini benar indeksnya/koefisiennya dapat kurang
dari, sama dengan lebih besar dari satu dan merupakan angka mutlak (absolute),
sehingga permintaannya dapat dikatakan tidak elastisitas (inelastic), unitari
(unity), dan elastis (elastic).
Elastisitas permintaan dapat dirumuskan sebagai berikut :
E
=
=
∆
∆
×
Keterangan :
Y
: Permintaan
X
: Harga
∆Y
: Persentase perubahan permintaan
∆X
: Persentase perubahan harga
19
1.
Elastisitas Harga
Merupakan perbandingan (rasio) antara perubahan relatif jumlah barang
yang diminta dengan perubahan relatif harganya. Elastisitas harga adalah
perubahan proporsional dari sejumlah barang yang diminta dibagi dengan
perubahan proporsional dari harga (Budi S, 2009).
Ep
( )
=
=
( )
∆
∆
×
×
Keterangan :
∆
: Perubahan permintaan
∆
: Perubahan harga
Q
: Jumlah permintaan
Px
: Harga
(1) Ep > 1 disebut elastis. Permintaan terhadap suatu barang dikatakan elastis bila
perubahan harga suatu barang menyebabkan perubahan permintaan yang
besar.
(2) Ep < 1 disebut inelastis. Perubahan permintaan (dalam persentase) lebih kecil
daripada perubahan harga.
(3) Ep = 1 disebut unitaryelastis. Artinya jika harga naik 10%, permintaan turun
10% juga.
(4) Ep = 0 disebut inelastis sempurna. Kondisi inelastis sempurna terjadi apabila
tingkat permintaan terhadap suatu barang tidak berubah sama sekali atau 0
walaupun harga barang berubah.
(5) Ep = ∞ disebut elastis sempurna. Kondisi ini terjadi apabila terdapat
peningkatan permintaan suatu barang saat tidak terjadi peningkatan harga
barang.
20
2.
Elastisitas Silang
Elastisitas silang adalah koefisien yang menunjukan sampai dimana
besarnya perubahan permintaan terhadap suatu barang apabila terjadi perubahan
terhadap harga barang lain. Apabila perubahan barang Y menyebabkan
permintaan barang X berubah, maka sifat perhubungan diantara keduanya
digambarkan oleh elastisitas silang.
Ec
=
=
∆ /
∆
∆
∆
/
×
Keterangan :
∆
: Perubahan permintaan
∆
: Perubahan harga
Q
: Jumlah permintaan
Py
: Harga
Nilai elastisitas silang dapat digunakan untuk mengetahui hubungan antara
suatu barang dengan barang lainnya
(1) Barang komplementer : jika Ec < 0 ( negatif)
Kenaikan harga barang Y akan menyebabkan penurunan kuantitas barang X
yang diminta
(2) Barang Substitusi : jika Ec > 0 ( positif)
Kenaikan harga barang Y akan menyebabkan kenaikan kuantitas barang X
yang diminta.
3.
Elastisitas Pendapatan
Elastisitas pendapatan adalah koefisien yang menunjukan sampai dimana
besarnya perubahan permintaan terhadap suatu barang akibat daripada perubahan
pendapatan pembeli. Besarnya elastisitas pendapatan dapat ditentukan dengan
menggunaan rumus sebagai berikut.
21
Ey
( )
=
=
()
∆
∆
×
atau
×
Keterangan :
∆
: Perubahan jumlah permintaan
∆
: Perubahan pendapatan rumah tangga
Q
: Jumlah permintaan
I
: Pendapatan rumah tangga
(1) Ey = Positif termasuk barang normal
Jika pendapatan naik menyebabkan kenaikan jumlah yang diminta
(2) Ey = Negatif termasuk barang inferior
Jika pendapatan naik menyebabkan penurunan jumlah yang diminta
(3) Ey < 1 barang kebutuhan pokok
Perubahan pendapatan tidak menyebabkan perubahan permintaan sebesar
perubahan pendapatannya
(4) Ey >1 barang mewah = perubahan permintaan lebih besar daripada perubahan
pendapatan.
2.4
Tinjauan Komoditas Jeruk
Salah satu tanaman hortikultura yaitu jeruk. Jeruk merupakan buah yang
berasal dari Asia. Menurut Ashari (2004) jeruk manis berasal dari India Timur
Laut, Cina Selatan, Birma Utara, dan Chocin Cina kemudia di eropa baru mulai
dibudidayaan pada akhir abad ke 15. Sejak ratusan tahun yang lalu jeruk telah ada
di Indonesia, bahakan dipercaya bahwa jeruk merupakan peninggalan orang-orang
Belanda yang mendatangkan jeruk dari Amerika dan Italia. Klasifikasi jeruk
menurut Soelarso (1996) adalah sebagai berikut.
22
Divisi
: Spermatophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Rutale
Keluarga
: Rutaceae
Genus
: Citrus
Spesies
: Citrus sp.
Jenis jeruk sangat beragam dan beberapa spesiesnya dapat saling
bersilangan dan menghasilkan hibrida antar spesies, yang mana hasil dari
persilangan ini memiliki karakter baru yang khas. Banyak jenis jeruk yang
dimanfaatkan oleh manusia baik sebagai bahan pangan, wewangian, maupun
untuk industri. Bagian yang banyak dimanfaatkan yaitu buah dan daun.
Jenis jeruk lokal yang dibudidayakan di Indonesia adalah Jeruk Keprok,
Jeruk Siem (C. microcarpa L. dan C.sinensis. L) yang terdiri atas Siem Pontianak,
Siem Garut, Siem Lumajang, jeruk manis (C. auranticum L. dan C.sinensis L.),
jeruk sitrun/lemon (C. medica), jeruk besar (C.maxima Herr.) yang terdiri atas
j\Jeruk Nambangan-Madium dan Bali. Jeruk untuk bumbu masakan yangterdiri
atas jeruk nipis (C. aurantifolia), jeruk purut (C. hystrix) dan jeruk sambal (C.
hystix ABC). Jeruk varietas introduksi yang banyak ditanam adalah varitas Lemon
dan Grapefruit, sedangkan varitas lokal adalah Jeruk Siem, Jeruk Baby, Keprok
Medan, Bali, nipis dan purut.
Sentra produksi jeruk yang ada sekarang belum berbentuk dalam suatu
hamparan tetapi merupakan kantong-kantong produksi yang sempit dan terpencar
di kawasan sentra produksi, dengan tingkat pemeliharaan yang bervariasi dan
23
belum optimal serta pengelolaan pascapanennya yang sederhana dan pemasaran
yang tidak berpihak kepada petani. Produktivitas jeruk di Indonesia mengalami
penurunan atau kemunduran hasil, akibat dari gangguan penyakit terutama CVPD
(Citrus Vein Phloen Degeneration) yang menyebabkan kerugian besar tanaman
jeruk di berbagai sentra produksi (Soelarso, 1996).
Sentra jeruk di Indonesia tersebar meliputi Garut (Jawa Barat),
Tawangmangu (Jawa Tengah), Batu (Jawa Timur), Tejakula (Bali), Selayar
(Sulawesi Selatan), Pontianak (Kalimantan Barat) dan Medan (Sumatera Utara).
Selain di Indonesia negara-negara lain juga menghasilkan buah jeruk. Negara
penghasil jeruk manis yaitu Amerika Serikat, Spanyol, Italia, Brasil, Mexico,
Israel, Argentina, Maroko, dan Afrika Selatan (Pracaya, 2003).
Jeruk merupakan buah yang mengandung banyak vitamin C, potassium
dan folid acid yang dapat berfungsi untuk menghambat sel-seln kanker. Jeruk juga
mengandung serat didalamnya, selain itu jeruk juga mengandung hasperidin yang
mampu menurunkan resiko penyakit jantung, mencegah kolesterol, menurunkan
tekanan darah, dan amsih banyak lainnya yang berguna bagi tubuh. Dalam satu
buah jeruk manis ukuran sedang terdapat 16 gr karbohidrat yang mengandung 70
kalori. Karbohidrat ini penting sebagai sumber energi tubuh, terutama untuk otak.
Nilai serat dalam sebuah jeruk manis setara dengan 12% yang dibutuhkan per hari
(Anggen, 2012).
Jeruk dapat tumbuh di seluruh wilayah Indonesia. Untuk mendapatkan
hasil yang terbaik tentunya ada syarat khusus untuk tanaman jeruk mampu
menghasilkan buah yang baik. Tanaman Jeruk dapat ditanam di daerah antara
40 o LU dan 40o LS. Umumnya tanaman jeruk terdapat di daerah 20 o s.d. 40 o LS.
24
Pada daerah subtropis, tanaman jeruk ditanam di dataran rendah samapai
ketinggian 650 mdpl. Di daerah Khatulistiwa sampai ketinggian 2000 mdpl
(Joesoef, 1993).
Kecepatan angin yang lebih dari 40% s.d. 48% akan merontokkan bunga
dan buah. Untuk daerah yang intensitas dan kecepatan anginnya tinggi tanaman
penahan angin lebih baik ditanam berderet tegak lurus dengan arah angin.
Temperatur optimal antara 25o s.d. 30 oC namun ada yang masih dapat tumbuh
normal pada 38oC. Jeruk Keprok memerlukan temperatur 20oC. Kelembaban
optimum untuk pertumbuhan tanaman ini sekitar 70% s.d. 80%. Semua jenis jeruk
tidak menyukai tempat yang terlindung dari sinar matahari. Tergantung pada
spesiesnya, jeruk memerlukan 5 s.d. 6, 6 s.d. 7 atau 9 bulan basah (musim hujan).
Bulan basah ini diperlukan untuk perkembangan bunga dan buah agar tanahnya
tetap lembab. Khususnya di Indonesia tanaman ini sangat memerlukan air yang
cukup terutama di bulan Juli-Agustus.
Tanah yangg baik untuk budidaya jeruk adalah lempung sampai
lempung berpasir dengan fraksi liat 7% s.d. 27%, debu 25% s.d. 50% dan pasir <
50%, cukup humus, tata air dan udara baik. Jenis tanah Andosol dan Latosol
sangat cocok utk budidaya jeruk. Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang cocok
untuk budidaya jeruk adalah 5,5 s.d. 6,5 dengan pH optimum 6. Air tanah yg
optimal berada pada kedalaman 150–200 cm di bawah permukaan tanah. Pada
musim kemarau 150 cm dan pada musim hujan 50 cm. Tanaman jeruk menyukai
air yang mengandung garam sekitar 10%. Tanaman jeruk dapat tumbuh dengan
baik di daerah yang memiliki kemiringan sekitar 30°.
25
Buah jeruk hendaknya dipanen setelah masak, karena jeruk termasuk
buah yang nonklimakterik dimana tidak terjadi proses pematangan setelah panen
(yang terasa masam tidak akan berubah menjadi manis). Mutu dari buah jeruk
setelah di panen akan mengalami penurunan, maka proses dari pasca panen
haruslah baik agar buah jeruk memiliki kualitas yang baik. Tahap dalam
penanganan buah jeruk segar yaitu buah jeruk dipanen setelah embun pagi telah
menguap sehingga setelah panen kulit jeruk tidak mudah mengalami kerusakan.
Menggunakan sarung tangan saat memanen untuk menghindari cacat fisik bada
buah jeruk. Buah yang letaknya tinggi di panen dengan menggunakan tangga agar
tidak terjadi kerusakan pada pohon jeruk.
Jeruk lokal yang paling dikenal oleh masyarakat di Indonesia adalah
jeruk keprok. Selain merupakan yang paling banyak dikenal oleh masyarakat,
jeruk keprok juga memiliki nilai komersial yang tinggi. Di Indonesia tidak semua
jenis jeruk keprok yang di usahakan oleh petani. Jenis jeruk keprok yang biasanya
diusahakan oleh petani dengan jumlah yang besar yaitu jeruk keprok siem.
Dengan melakukan usaha bertani jeruk ini sudah banyak petani jeruk di Bali, Jawa
Timur, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Riau, Jambi, dan
Sumatera Utara yang terangkat kehidupan ekonominya menjadi lebih baik
(AAK, 1994).
Jeruk keprok merupakan salah satu jeruk yang dianjurkan oleh
Departemen Pertanian untuk ditanam. Buah dari jeruk keprok ini merupakan yang
paling terkenal dan banyak dikonsumsi langsung secara segar. Hal ini didukung
dengan rasa buahnya yang manis dan menyegarkan (Sarwono, 1993).
26
Kunci keberhasilan pengembangan tanaman jeruk ditentukan oleh
ketersediaan bibit yang bermutu pada saat tanaman yang tepat dan dengan harga
yang tejangkau oleh petani. Oleh karena itu, penelitian dan pengembangan serta
pengelolaan kebun-kebun bibit yang ada, perlu ditingkatkan guna memenuhi
permintaan konsumen bibit yang terus meningkat (Sumekto, 1995).
2.5
Penelitian Sebelumnya
Yeni (2009) menyatakan bahwa variabel-variabel yang berpengaruh
nyata terhadap permintaan jeruk di Kabupaten Sleman yaitu meliputi, harga jeruk
itu sendiri, harga salak, dan pendapatan penduduk. Sedangkan, harga pisang dan
jumlah penduduk tidak berpengaruh nyata pada permintaan jeruk di Kabupaten
Sleman. Berdasarkan elastisitas harga, harga jeruk bersifat elastis karena memiliki
nilai elastisitas yang lebih dari satu. Elastisitas silang, salak merupakan barang
substitusi dilihat dari nilai elastisitas yang positif. Berdasarkan elastisitas
pendapatan jeruk merupakan barang normal inelastis karena nilai elastisitas
pendapatannya kurang dari satu dan nilainya positif yang menyatakan bahwa
konsumsi jeruk akan berubah sesuai dengan pendapatannya yaitu jika pendapatan
penduduk naik maka permintaan jeruk akan naik dengan persentase yang lebih
kecil.
Asmidah (2013) menyatakan bahwa permintaan jeruk manis secara
serempak dipengaruhi oleh harga beli konsumen, pendapatan rata-rata, dan jumlah
tanggungan. Irawati (2012) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
permintaan pisang di Kabupaten Lumajang adalah harga pisang, harga pepaya dan
produksi keripik pisang. Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran pisang di
Kabupaten Lumajang adalah harga pisang, harga pepaya, jumlah pohon dan
27
produktivitas. Trend permintaan dan penawaran pisang di Kabupaten Lumajang
dari tahun 2011 sampai tahun 2020 mengalami peningkatan. Kontribusi pisang
terhadap PDRB Kabupaten Lumajang adalah tinggi sedangkan kontribusi pisang
terhadap sektor pertanian dan subsektor tanaman pangan adalah rendah.
Kartika (2013) menyatakan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap permintaan semangka oleh konsumen rumah tangga di Kota Bandar
Lampung adalah harga semangka, harga apel, jumlah anggota keluarga dan
pendapatan rumah tangga. Elastisitas harga semangka terhadap permintaan
semangka bersifat barang elastis karena nilainya lebih besar dari satu. Elastisitas
silang semangka terhadap apel bersifat komplementer karena elastisitas silangnya
bernilai negatif dan kurang dari satu. Elastisitas pendapatan semangka bersifat
barang normal karena nilainya lebih besar dari nol dan bernilai positif.
Antara dan Wirawan (2013) menyatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan buah pisang ambon di Kecamatan Denpasar Barat
adalah harga buah lainnya, pendapatan rumah tangga, dan pendidikan formal ibu
rumah tangga sedangkan harga buah pisang ambon, variabel dummy, dan
pekerjaan kepala keluarga tidak menunjukan pengaruh nyata terhadap permintaan
buah pisang ambon oleh rumah tangga. Elastisitas permintaan buah pisang ambon
oleh rumah tangga di Kecamatan Denpasar Barat menunjukan bahwa : Elastisitas
harga atas permintaan buah pisang ambon oleh rumah tangga adalah inelastis.
Elastisitas pendapatan menunjukan bahwa buah pisang ambon termasuk dalam
kategori barang normal. Buah lainnya dapat dikategorikan sebagai barang
substitusi dari pisang ambon berdasarkan hasil analisis elastisitas harga silang.
28
Dalam penelitian ini terdapat persamaan dan perbedaan terhadap
penelitian sebelumnya. Persamaan dari penelitian ini dan sebelumnya yaitu
menggunakan alat analisis yang sama yaitu analisis regresi linier berganda dan
analisis regresi logaritma natural. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya yaitu pada penelitian ini hanya berfokus pada permintaaan
konsumen dan elastisitas permintaan konsumen. Sedangkan pada bebrapa
penelitian sebelumnya meneliti hingga penawaran konsumen terhadap buahbuahan. Penelitian ini menggunakan buah jeruk lokal sebagai komoditinya dan
menggunakan data primer yang dicari di pasar. Penelitian-penelitian sebelumnya
digunakan sebagai tambahan informasi untuk penelitian ini.
2.6
Kerangka Pemikiran
Pasar merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli. Kegiatan
yang terjadi di pasar yaitu kegiatan jual beli barang. Terdapat dua macam pasar
yang ada yaitu pasar tradisional dan pasar modern, dimana yang telah maju seperti
sekarang pasar modern seperti supermarket telah bersaing dengan pasar
tradisional dalam kelengkapan barang-barang yang diperjualkan. Dengan adanya
pasar modern tidak berarti para pembeli meninggalkan pasar tradisional.
Pembeli yang merupakan konsumen masih lebih cenderung berbelanja
ke pasar tradisional daripada berbelanja ke pasar modern. Hal ini disebabkan
karena harga yang ada di pasar tradisional cenderung lebih murah dibandingkan
dengan harga dipasar modern. Proses tawar menawar antara penjual dan pembeli
juga hanya terjadi di pasar tradisional. Dari sekian banyak barang yang dibeli oleh
konsumen di pasar yaitu adalah buah-buahan. Kesadaran masyarakat akan
pentingnya kesehatan yang harus dijaga merupakan alasan masyarakat
29
mengkonsumsi buah, karena buah memiliki kandungan yang baik untuk tubuh.
Salah satu buah yang sering dibeli oleh masyarakat adalah buah jeruk. Harga jeruk
yang relatif lebih murah dibandingkan dengan buah-buahan lainnya dan memiliki
kandungan yang penting untuk tubuh menjadi buah yang paling diminati.
Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi dalam permintaan buah jeruk
lokal diantaranya, harga buah jeruk lokal, harga buah jeruk impor, harga apel,
harga buah mangga, jumlah anggota keluarga, dan jumlah pendapatan. Untuk
mengetahui bagaimana pengaruh tentang permintaan dan elastistas permintaan
buah jeruk lokal di Kota Denpasar menggunakan analisis fungsi Cobb-Douglas
dan analisis fungsi linier. Hasil yang terbaik dari kedua fungsi tersebut kemudian
yang akan digunakan untuk penelitian ini. Kemudian diuji dengan kriteria-kriteria
yang menjadi syarat dalam analisi ini, yaitu kriteria Ekonomi, kriteria
Ekonometrika dan kriteria Statistik. Dengan dipenuhinya kriterian-kriterian
tersebut maka akan menghasilkan hasil yang akurat. Untuk lebih jelasnya
kerangka pemikiran penelitian ini seperti Gambar 2.3
30
Permintaan Buah Jeruk Lokal
di Kota Denpasar
Faktor-faktor Permintaan Buah Jeruk Lokal
Harga Buah
Jeruk Lokal
Jumlah Anggota
Keluarga
Responden
1. Harga Buah
Jeruk Impor
2. Harga Buah
Apel
3. Harga Buah
Mangga
Pendapatan
Responden
Analisis Permintaan
Fungsi Cobb - Douglas
Fungsi Linier
Kriteria
Kriteria Ekonomi
Kriteria Ekonometrika
Simpulan
Rekomendasi
Gambar 2.3
Skema Kerangka Pemikiran
Kriteria Statistik
31
2.7
1.
Hipotesis
Model fungsi permintaan yang valid didasarkan pada penelitan terdahulu dan
teori-teori ekonomi, sehingga model fungsi permintaan Cobb-Douglas
merupakan model fungsi permintaan yang valid untuk merepresentatifkan
model fungsi permintaan buah jeruk lokal di Kota Denpasar.
2.
Jumlah permintaan buah jeruk lokal di Kota Denpasar dipengaruhi oleh harga
buah jeruk lokal, harga buah jeruk impor, harga buah apel, harga buah
mangga, total pendapatan keluarga, dan jumlah anggota rumah tangga.
3.
Elastisitas permintaan buah jeruk lokal di Kota Denpasar yaitu elastisitas
harga, elastisitas silang (barang komplementer dan barang substitusi), dan
elastisitas pendapatan.
Download