UJI KHASIAT EKSTRAK DAUN JAMBU AIR (Syzygium aqueum) TERHADAP BAKTERI PENYEBAB PNEUMONIA Jumari Ustiawaty 1), Putu Suryadi 2) Analis Kesehatan, Politeknik “Medikca Farma Husada” Mataram (Jumari Ustiawaty) [email protected] Analis Kesehatan, Politeknik “Medikca Farma Husada” Mataram (Putu Suryadi) [email protected] Abstract Guava leaf (Syzygium aqueum) contains active substances flavonoids, phenols, tannins, terpenoids, and γ terpinene. This study aimed to determine the effect of each ethanol extract guava leaf (Syzygium aqueum) as an antimicrobial against pneumoni causing bacteria in vitr. Guava leaf water extraction is done by maceration method. Crude extract of guava leaves diluted with distilled water up to concentrate 25%, 50%, 75%. This experimental study using diffusion wells and tube dilution method, with ciprofloxacin as a positive control. This experiment using six types of bacteria (Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeroginosa, Klebsiella pneumoniae) with a concentration of 1.5 x108 CFU / mL. The data obtained were analyzed using the Kruskal-Wallis test. Results showed that the ethanol extract guava leaves has a significant effect in inhibiting the growth of bacteria that cause pneumoni at α 0,05. Keyword: Guava leaf, Syzygium aqueum, Pneumoni 1. PENDAHULUAN Delapan puluh persen penduduk Indonesia hidup di pedesaan, diantaranya sukar dijangkau oleh obat modern dan tenaga medis karena masalah distribusi, komunikasi dan transportasi; disamping itu daya beli yang relatif rendah menyebabkan masyarakat pedesaan kurang mampu mengeluarkan biaya untuk pengobatan modern, sehingga masyarakat cenderung memilih pengobatan secara tradisional (Budiarso, 1980). Selain itu, obat tradisional mempunyai banyak keuntungan, antara lain: harga yang relatif murah sehingga dapat dijangkau masyarakat luas, praktis dalam pemakaian, bahan baku yang mudah diperoleh dan disamping itu efek samping penggunaan obat tradisional yang sejauh ini dianggap lebih kecil daripada efek samping obat sintetik (Wijaya dan Darsono, 2005). Daun jambu air digunakan oleh masyarakat di beberapa Negara seperti Malaysia dan Papua Nugini. Di Malaysia, bubuk daun kering digunakan untuk mengobati retak lidah dan akarnya digunakan untuk meredakan gatal, mengurangi pembengkakan (Osman dkk., 2009), sedangkan di Papua Nugini, daun jambu air kering dimasak dengan sayur atau daun segar dikunyah untuk mengobati malaria dan pneumonia (WHO, 2009). Dalam rangka peningkatan dan pemerataan pelayanan kesehatan masyarakat, maka obat tradisional perlu dimanfaatkan sebaik-baiknya terutama di desa-desa dan pemukiman yang belum/sulit dijangkau oleh puskesmas. Di sini obat tradisional mempunyai makna yang sangat penting karena disamping ketidakmampuan masyarakat untuk memperoleh obat-obat modern, juga karena obat tradisional adalah obat bebas yang dapat diperoleh tanpa resep dokter (Anonymous, 1977). Berdasarkan latar belakang tersebut, perlu dilakukan penelitian secara ilmiah untuk menguji kebenaran khasiat daun jambu air (Syzygium aqueum) ekstrak etanol sebagai antibakteri terhadap bakteri penyebab pneumoni. 2. METODE PENELITIAN Rancangan Kegiatan Rancangan percobaan dalam penelitian ini adalah RAL (Rancangan Acak Lengkap) dengan tiga kali ulangan untuk masing-masing pelarut (baik dengan etanol maupun nheksana) terhadap setiap bakteri uji. Pada percobaan ini digunakan 6 macam bakteri uji untuk mengetahui spektrum aktivitas antimikroba dari ekstrak daun jambu air. Kontrol positif terhadap perlakuan adalah pemberian Ciprofloksasin Ruang Lingkup Objek Penelitian ini mencakup bidang bakteriologi Bahan dan Alat Bahan Bahan-bahan penelitian yang digunakan adalah etanol teknis 95%, MullerHinton Agar (Merck), Nutrient Agar (Merck), kertas label, kapas, karet gelang, alumunium foil (Klin pak), wraping (Klin pak), kertas saring, aquades, alkohol 70%, tissue (Tessa), garam fisiologis, ekstrak etanol daun jambu air, daun jambu air, kertas jagung, korek api, air steril. Kuman: Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeroginosa, Klebsiella pneumoniae yang berasal dari Laboratorium MIPA Universitas Mataram. Alat Alat-alat penelitian terdiri atas tabung reaksi (Pyrex, Iwaxi), rak tabung reaksi, petri disk (Pyrex), gelas kimia (Pyrex) (ukuran 100 ml, 500 ml, dan 1 L), erlenmeyer (Pyrex) (ukuran 1L), gelas pengaduk, jarum inokulasi, mikropipet, autoclave (TOMY SX500), lampu bunsen, hot plate (Nuova II), inkubator (Memmert), magnetic stirer, corong, blender (Miyako), laminar air flow (ISOCIDE TM), neraca analitik (AND ER180A), alat pelubang, kamera digital (SONY), sendok, lidi, vortex mixer (HWASHIN 250 VM), rotary evaporator (Heidolph VV 2000) dan jangka sorong. Tempat Penelitian ini di Laboratorium Kimia Analitik dan Laboratorium Mikrobiologi Universitas Mataram. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan mengukur diameter zona hambatan yang terbentuk dari pertumbuhan bakteri klinis oleh ekstrak etanol daun jambu air terhadap tiga isolat bakteri klinis (Pseudomonas aeroginosa, Staphylococcus aureus, dan Klebsiella pneumonia) Definisi Operasional a. Ekstrak daun jambu air adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari daun jambu air dengan menggunakan pelarut etanol b. Zona hambatan adalah daerah yang terbebas dari pertumbuhan mikroorganisme yang terdapat di sekeliling disk yang telah ditetesi ekstrak etanol daun jambu air sebagai antimikroba Variabel Penelitian Adapun yang menjadi variabel bebas dari penelitian ini adalah konsentrasi ekstrak daun jambu air sedangkan variabel terikatnya adalah sensitivitas bakteri Pseudomonas aeroginosa, Staphylococcus aureus, dan Klebsiella pneumonia terhadap pemberian ekstrak etanol daun jambu air. Analisa data Data diolah dengan menggunakan program komputer SPSS 20,0 for windows. Data diuji normalitasnya ternyata tidak berdistribusi normal sehingga menggunakan uji statistik Kruskal-Wallis. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil uji aktivitas ekstrak etanol daun jambu air pada bakteri S. aureus secara in vitro dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini: Tabel 4.1 Aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun jambu air pada bakteri Staphylococcus aureus Diameter zona Rata-rata bening Keterangan diameter Pada pengulangan Perlakuan (Ada/Tidak) zona bening (mm) Zona (mm) I II III Konsentrasi 25% 23 23 23 23 Ada Konsentrasi 50% 25 25 25 25 Ada Konsentrasi 75% 29 29 29 28 Ada Perlakuan Kontrol (+) Ciprofloxacyn Kontrol (-) Aquades Ulangan 1 Diameter zona bening Pada pengulangan (mm) I II III 30 30 30 0 0 0 Ulangan 2 Rata-rata diameter zona bening (mm) Keterangan (Ada/Tidak) Zona 30 0 Ada Tidak ada Ulangan 3 Gambar 4.1 Zona Bening yang terbentuk pada Bakteri Staphylococcus aureus Tabel 4.2 Aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun jambu air pada bakteri Klebsiella pneumonia Diameter zona bening Rata-rata Keterangan Pada pengulangan (mm) diameter Perlakuan (Ada/Tidak) zona bening Zona I II III (mm) Konsentrasi 25% 20 20 20 20 Ada Konsentrasi50% 22 22 22 22 Ada Konsentrasi 75% 24 24 24 24 Ada Kontrol (+) 25 25 25 25 Ada Ciprofloxacynn Kontrol (-) 0 0 0 0 Tidak ada Aquades Kp Kp Ulangan 1 Ulangan 2 Kp Ulangan 3 Gambar 4.2 Zona Bening yang terbentuk pada Bakteri Klebsiella pneumonia Tabel 4.3 Aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun jambu air pada bakteri Pseudomonas aeroginosa Diameter zona bening Rata-rata Keterangan Pada pengulangan (mm) diameter Perlakuan (Ada/Tidak) zona bening Zona I II III (mm) Diameter zona bening Pada pengulangan (mm) I II III 23 25 28 23 25 28 23 25 28 Rata-rata diameter zona bening (mm) 23 25 28 30 30 30 30 Ada 0 0 0 0 Tidak ada Perlakuan Konsentrasi 25% Konsentrasi50% Konsentrasi 75% Kontrol (+) Ciprofloxacynn Kontrol (-) Aquades PA Ulangan 1 PA Keterangan (Ada/Tidak) Zona Ada Ada Ada PA Ulangan 2 Ulangan 3 Gambar 4.3 Zona Bening yang terbentuk pada Bakteri Pseudomonas aeroginosa Grafik Daya Hambat Ekstrak Etanol terhadap Bakteri Penyebab Pneumoni 30 Diameter Zona Hambat (mm) 25 20 25% 15 50% 10 75% 5 0 Staphylococcus aureus Klebsiella pneumoniae Pseudomonas aeroginosa Jenis Bakteri Dalam eskperimen ini menggunakan pelarut yaitu etanol yang bersifat polar. Hasil identifikasi yang dilakukan oleh Thamilvaani., dkk (2012) dan Palanisamy (2011) senyawa aktif dalam daun jambu air (Syzygium aqueum) mempunyai sifat polar. Andarwulan dkk (1999) menyatakan pelarut etanol merupakan pelarut yang baik untuk menarik senyawa golongan polifenol (tanin), fenol glikosida, dan flavonoid dari tumbuhan. Selain itu Indraswari (2008) menyatakan etanol memiliki sifat non polar, sehingga mampu melarutkan senyawa yang bersifat non polar. Aktifitas antimikroba yang tinggi dari ekstrak etanol daun jambu air disebabkan oleh kemampuan etanol melarutkan senyawa polar dan non polar yaitu flavonoid, fenolik, tanin, terpen, terpenoid yang terkandung di dalam daun jambu air. Berdasarkan tabel 4.4 dapat dijelaskan bahwa kepekaan bakteri penyebab pneumoniae pada ekstrak etanol berada dalam kategori sensitif ( > 12 mm). Daya hambat pada bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeroginosa sama pada konsentrasi 25% dan 50% yaitu masingmasing 23 mm dan 25 mm, sedangkan zona hambat pada konsentrasi 75% sedikit berbeda yaitu 29 mm pada bakteri Staphylococcus aureus dan 28 mm pada bakteri Pseudomonas aeroginosa. Daya hambat pada bakteri Klebsiella pnemoniae pada konsentrasi 25%, 50%, dan 75% masing-masing sebesar 20 mm, 22 mm dan 24 mm. Kemampuan ekstrak etanol jambu air (Syzygium aqueum) dalam dalam menghambat bateri penyebab pneumoni termasuk kedalam kategori sensitif ini sesuai dengan Mukherjee (1988) yang menyatakan bahwa diameter zona hambatan bakteri termasuk kategori sensitif apabila terbentuk zona hambat dengan diameter > 12 mm, temasuk kategori intermediet apabila terbentuk zona hambat dengan diameter 4< ϕ ≤12 m, termasuk kategori resisten apabila terbentuk zona hambat dengan diameter ≤ 4 mm. Ekstrak daun jambu air (Syzygium aqueum) dengan pelarut etanol berpengaruh nyata terhadap bakteri penyebab pneumoniae dan rata-rata zona hambat ekstrak daun jambu air (Syzygium aqueum) dengan pelarut etanol yang terbentuk semakin meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin kecil konsentrasi ekstrak, yang berarti semakin sedikit jumlah zat yang aktif yang terlarut di dalam ekstrak, maka semakin rendah kemampuan ekstrak dalam menghambat pertumbuhan suatu bakteri. Hal ini sesuai dengan pendapat Rhoades dan Roller (2000), bahwa besarnya aktivitas daya hambat tergantung pada laju difusi dari kandungan senyawa antibakteri yang digunakan dan pada umumnya diameter zona hambat cenderung meningkat sebanding dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak. Efek antibakteri ekstrak etanol daun jambu air (Syzygium aqueum) terhadap bakteri penyebab pneumoniae diperkirakan diperankan oleh zat-zat aktif yang larut dalam etanol. Diperkirakan zat-zat yang terkandung dalam daun jambu air (Syzygium aqueum) yang larut dalam etanol adalah flavonoid, fenolik, dan tanin. Mekanisme kerja flavonoid sebagai antibakteri adalah membentuk senyawa kompleks dengan protein ekstraseluler dan terlarut sehingga dapat merusak membran sel bakteri yang diikuti dengan keluarnya senyawa intraseluler (Cowan, 1999; Nuria dkk, 2009; Bobbarala, 2012). Menurut Singh (2005), senyawa fenol memiliki mekanisme kerja dalam menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara inaktivasi protein (enzim) pada membran sel. Menurut Susanti (2008), fenol berikatan dengan protein melalui ikatan hidrogen sehingga mengakibatkan struktur protein menjadi rusak karena sebagian besar struktur dinding sel dan membran sitoplasma bakteri mengandung protein dan lemak. Ketidakstabilan pada dinding sel dan membran sitoplasma bakteri menyebabkan fungsi permeabilitas selektif, fungsi pengangkutan aktif, pengendalian susunan protein dari sel bakteri menjadi terganggu, yang akan berakibat pada lolosnya makromolekul, dan ion dari sel. Sehingga sel bakteri menjadi kehilangan bentuknya, dan terjadilah lisis. Mekanisme kerja tanin sebagai antibakteri adalah mampu mengerutkan dinding sel bakteri sehingga dapat mengganggu permeabilitas sel. Terganggunya permeabilitas sel dapat menyebabkan sel tersebut tidak dapat melakukan aktifitas hidup sehingga pertumbuhannya terhambat dan karena pengerutan dinding sel bakteri sehingga bakteri mati (Maliana dkk., 2013). Menurut Sari dan Sari (2011), tanin mempunyai target pada polipeptida dinding sel sehingga pembentukan dinding sel menjadi kurang sempurna. Hal ini menyebabkan sel bakteri menjadi lisis karena tekanan osmotik maupun fisik sehingga sel bakteri akan mati. 4. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol daun jambu air memiliki khasiat dalam menghambat pertumbuhan bakteri penyebab pneumoni dengan daya kepekaan ekstrak terhadap bakteri termasuk dalam kategori sensitif. 5. REFERENSI Anonymous, 1977. Malaria Medika Jilid I Departemen Kesehatan RI. Andarwulan N, S Fardiaz, GA Watimena dan K Shetty.1999. Antioxidant activity associate with lipid and phenolic mobilization during seed germination of Pangium edule.Reinw. Journal Agric. Food Chemistry . 47,3158-3163. Bobbarala, V. 2012. Antimicrobial Agents. Intech, Croatia. Budiarso R L, 1980. Laporan Survai Kesehatan Rumah Tangga. Pusat Penelitian Ekologi Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Cowan, M.M. 1999. Plant Products as Antimicrobial Agents. Clinical Microbiology Reviews. 12: 564 – 582. Indraswari. A., 2008. Optimasi Pembuatan Ekstrak Daun Dewadaru (Eugenia uniflora) Menggunakan Metode Maserasi Dengan Parameter Kadar Total Senyawa Fenolik dan Flavonoid. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta. Maliana, Y., Khotimah, S dan Diba, FS. 2013. Aktifitas Antibakteri Kulit Garcinia mangostana Linn. Terahadap Pertumbuhan Flavobacterium dan Enterobacter dari Coptotermes curvignathus Holmgren. Program Studi Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Tanjungpura. Pontinak. Jurnal Protabiont. 2 (1): 7-11. Marinova DF, Ribonova. & Allanasova M. 2005. Total Phenolic and Total Flavonoid in Bulgarian Fruits and Vegetables. Journal of The University of Chemical Technology and Metallurgy 40, 3: 255-260. Nuria, M.C., A. Faizatun., dan Sumantri. 2009. Uji Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jarak Pagar ( Jatropha cuircas L) terhadap Bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923, Escherichia coli ATCC 25922, dan Salmonella typhi ATCC 1408. Jurnal Ilmu – ilmu Pertanian. 5: 26 – 37. Osman, H., Rahim, A. A., Isa, N. M., & Bakhir, N. M. 2009. Antioxidant activity and phenolic content of Paederia foetida and Syzygium aqueum. Molecules, 14, 970-978. Palanisamy UD, Ling LT, Manaharan T, Sivapalan V, Subramaniam T, Helme MH, Masilamani T. 2011. Standardized extract of Syzygium aqueum : a safe cosmetic ingredient. International Journal of Cosmetic Science 33(3): 269– 275. Sari, F.P., dan S. M. Sari. 2011. Ekstraksi Zat Aktif Antimikroba dari Tanaman Yodium (Jatropha multifida Linn) sebgai Bahan Baku Alternatif Antibiotik Alami. Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Semarang. Singh, I.P., S.B. Bharate. 2005. Anti-HIV Natural Products. Journal Current Science, 89 (2). Thamilvaani, M., David, A., Hwee, M. C., Uma, D. P., 2012. Flavonoids Isolated from Syzygium aqueum Leaf Extract as Potential Antihyperglycaemic Food Chemistry: 132. Agents.