1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan obat

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penggunaan
obat-obatan
tradisional
khususnya
tumbuh-tumbuhan
untuk
membantu meningkatkan kesehatan masyarakat sudah dilakukan sejak zaman dahulu.
Hal tersebut telah dilakukan sebelum masyarakat mulai menggunakan obat-obat
modern (farmasi) hingga sekarang. Bagaimanapun juga, pengetahuan mengenai
penggunaan tumbuhan obat ini merupakan warisan budaya bangsa yang
keberadaannya tidak dapat digeser oleh obat-obatan modern (farmasi). Apalagi
dengan keadaan perekonomian Indonesia saat ini, harga obat-obatan modern
(farmasi) lebih mahal bila dibandingkan dengan obat-obatan tradisional. Selain itu,
peningkatan penggunaan obat-obat tradisional dapat pula disebabkan karena semakin
banyaknya masyarakat yang percaya akan keunggulan dan manfaat obat bahan alam
(Setyorini, 2009).
Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan biodiversitas tumbuhannya.
Hal ini didukung oleh keadaan geografis Indonesia yang beriklim tropis dengan
curah hujan rata-rata tinggi sepanjang tahun. Sumber daya alam yang dimiliki telah
memberikan manfaat dalam kehidupan sehari-hari disamping sebagai bahan makanan
dan bahan bangunan, juga dimanfaatkan sebagai obat tradisional (Parwata dan Dewi,
2008). Indonesia memiliki beraneka ragam tumbuhan obat yang harus dilestarikan
1
2
dan dimanfaatkan dengan baik. Sebagian besar tumbuhan tersebut dapat digunakan
sebagai tumbuhan obat. Sebagian besar penggunaan tumbuhan obat dapat berupa
akar, kulit batang, bunga, biji, daun dan buah. Di wilayah Indonesia sendiri terdapat
sekitar 30.000 jenis tumbuhan dan 7000 diantaranya memiliki khasiat sebagai obat
(Setyorini, 2009). Salah satu jenis tumbuhan yang dapat digunakan sebagai obat
tradisional adalah Ageratum conyzoides (Ming, 1999).
Ageratum conyzoides ini merupakan tumbuhan obat-obatan yang termasuk ke
dalam family Asteraceae dan merupakan tumbuhan herba dengan tinggi 30-80 cm.
Secara traditional, A. conyzoides ini dapat digunakan untuk mengobati luka, disentri
dan penurun panas (Tinasmata, 2008). Ageratum conyzoides ini mengandung
senyawa metabolit sekunder diantaranya flavonoid, coumarin, terpenoid, tannin dan
alkaloid (Kumsaen, 2005). Senyawa metabolit sekunder ini merupakan senyawa
kimia yang umumnya mempunyai kemampuan bioaktifitas dan berfungsi sebagai
pelindung tumbuhan tersebut dari gangguan hama penyakit untuk tumbuhan itu
sendiri atau lingkungannya. Senyawa kimia sebagai hasil metabolit sekunder telah
banyak digunakan sebagai zat warna, aroma makanan, racun dan obat-obatan (Lenny,
2006). Tumbuhan ini banyak digunakan sebagai obat tradisional di beberapa negara
di dunia terutama daerah tropik dan subtropik, walaupun penggunaannya berbeda dari
satu daerah ke daerah lain. Di Afrika, tumbuhan ini digunakan untuk mengobati
pneumonia, reumatik, sakit kepala dan luka bakar sedangkan tumbuhan ini digunakan
sebagai antidisentri dan bakteriosida di India (Borthakur dan Baruah dalam Ming,
1999).
3
Beberapa penelitian telah banyak dilakukan pada tumbuhan ini, seperti penelitian
yang dilakukan oleh Widodo et al. (2008), mengenai coumarin yang diisolasi dari
daun A. conyzoides L. yang mempunyai aktivitas antimikroba. Selain itu, penelitian
mengenai ekstrak methanol A. conyzoides yang dapat menyembuhkan luka pada kulit
tikus Wistar (Oladejo et al., 2003). Penelitian yang dilakukan oleh Mahato et al.
(2005), meneliti 25 tumbuhan lokal di Nepal dan salah satu diantaranya adalah A.
conyzoides. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, ekstrak daun A. conyzoides ini
dapat digunakan sebagai antibakteri yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus, Bacillus subtillis dan Escherichia coli.
Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri patogen pada manusia. Bakteri ini
dapat menimbulkan infeksi apabila fungsi pertahanan inang abnormal. Bakteri ini
merupakan penyebab 10 - 20% infeksi nosokomial. Sering diisolasi dari penderita
luka dan luka bakar yang berat (Jimmo, 2008). Pseudomonas aeruginosa ini
mengalami peningkatan secara klinik karena memiliki kemampuan untuk
mengembangkan tingkat Multi Drug Resistance (MDR) yang tinggi. Oleh karena itu,
P. aeruginosa tidak boleh diobati dengan terapi tunggal karena keberhasilannya yang
rendah dan bakteri dengan cepat menjadi resisten (Natalia, 2008). Pseudomonas
aeruginosa ini merupakan bakteri penyebab penyakit kulit diantaranya adalah
erysipelas, pseudofolliculitis barbae (Modric, 2008) dan ecthyma gangrenosum
(Ganesh et al., 2008).
Sementara itu, kebanyakan strain P. aeruginosa menunjukkan resistensi yang
tinggi terhadap beberapa antibiotik (Jazani et al., 2007). Maka dari itu, perlu
4
dikembangkannya penelitian untuk mengetahui efektivitas ekstrak A. conyzoides
sebagai agen antimikroba yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri P.
aeruginosa penyebab penyakit kulit.
B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian
1. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini dapat dirumuskan menjadi : “Bagaimana
aktivitas ekstrak A. conyzoides terhadap pertumbuhan bakteri P. aeruginosa secara in
vitro?”
2. Pertanyaan Penelitian
Dari rumusan masalah dapat dituliskan pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Pada konsentrasi berapa ekstrak methanol daun dan akar A. conyzoides
menunjukkan daya hambat tertinggi terhadap pertumbuhan bakteri P.
aeruginosa?
2. Berapakah nilai Minimal Inhibitory Concentration (MIC) dari ekstrak
methanol daun dan akar A. conyzoides untuk menghambat pertumbuhan
bakteri P. aeruginosa?
3. Berapakah nilai Minimum Bactericidal Concentration (MBC) dari ekstrak
methanol daun dan akar A. conyzoides untuk mematikan pertumbuhan bakteri
P. aeruginosa?
5
C. Batasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada hal-hal sebagai berikut :
1. Bakteri yang digunakan sebagai objek penelitian ini adalah P. aeruginosa
ATCC 15442.
2. Tumbuhan yang digunakan adalah A. conyzoides L. yang tumbuh di Kebun
Botani Universitas Pendidikan Indonesia.
3. Tumbuhan A. conyzoides yang digunakan adalah bagian daun dan akar.
4. Kontrol positif yang digunakan adalah antibiotik tetracycline 5 mg/ml
sedangkan kontrol negatif adalah DMSO 1%.
5. Pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi adalah methanol Pro Analyst
(PA).
6. Metode yang digunakan antara lain disc-diffusion dengan parameter adanya
zona hambat di sekitar cakram kertas, MIC menggunakan metode dilusi cair
yang diamati secara visual dengan melihat kekeruhannya, MBC menggunakan
metode lempeng agar dengan menghitung jumlah koloni yang tumbuh.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menguji aktivitas ekstrak methanol daun
dan akar A. conyzoides L. terhadap pertumbuhan bakteri P. aeruginosa secara in
vitro.
6
E. Manfaat Penelitian
Manfaat dalam penelitian ini yaitu :
1. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai penelitian awal untuk keperluan
penelitian berikutnya seperti isolasi senyawa kimia.
2. Untuk jangka panjang diharapkan dapat menemukan jenis bahan obat
tradisional
dalam
menyembuhkan
penyakit
terutama
penyakit
yang
diakibatkan oleh P. aeruginosa.
F. Asumsi
1. Ageratum conyzoides dapat digunakan sebagai tumbuhan obat (de Padua et
al., 2003).
2. Ekstrak methanol dari A. conyzoides dapat meyembuhkan luka sayat pada
kulit tikus Wistar (Oladejo et al., 2003).
G. Hipotesis
Ekstrak methanol daun dan akar A. conyzoides L. mempunyai aktivitas antibakteri
terhadap pertumbuhan bakteri P. aeruginosa.
7
Download