kontrol optimal dan analisis model dinamik virus - Repository

advertisement
TUGAS AKHIR – SM141501
KONTROL OPTIMAL DAN ANALISIS
MODEL DINAMIK VIRUS EBOLA
MENGGUNAKAN METODE PRINSIP
MINIMUM PONTRYAGIN
FITRIA FATIMIA AYUNI
NRP 1212 100 053
Dosen Pembimbing
Dr. Didik Khusnul Arif, S.Si, M.Si
Dra. Nur Asiyah, M.Si
JURUSAN MATEMATIKA
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 2017
FINAL PROJECT – SM141501
OPTIMAL CONTROL AND ANALYSIS OF
DYNAMIC MODEL OF THE EBOLA VIRUS
USING PONTRYAGIN’S MINIMUM
PRINCIPLE
FITRIA FATIMIA AYUNI
NRP 1212 100 053
Supervisors
Dr. Didik Khusnul Arif, S.Si, M.Si
Dra. Nur Asiyah, M.Si
DEPARTMEN OF MATHEMATICS
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 2017
KONTROL OPTIMAL DAN ANALISIS MODEL DINAMIK
VIRUS EBOLA MENGGUNAKAN METODE PRINSIP
MINIMUM PONTRYAGIN
Nama
NRP
Jurusan
Dosen Pembimbing
: Fitria Fatimia Ayuni
: 1212 100 053
: Matematika
: Dr. Didik Khusnul Arif, S.Si, M.Si
Dra. Nur Asiyah, M.Si
ABSTRAK
Penyakit virus Ebola adalah penyakit yang berbahaya dan
sangat mematikan. Pertumbuhan kasus yang cukup cepat dari
waktu ke waktu, angka kematian yang cukup tinggi dan adanya
mekanisme penularan dari manusia ke manusia menyebabkan
penyakit virus Ebola mendapatkan perhatian khusus dari negaranegara diseluruh dunia. Sampai tanggal 15 Agustus 2014, World
Health Organization (WHO) mencatat kasus penyakit virus Ebola
sebanyak 2.127 dengan jumlah kematian 1.145 (Case Fatality
Rate sebesar 53,8 %). Negara yang terjangkit sebanyak 4 negara,
yang semuanya berada di kawasan Afrika Barat. Negara- negara
tersebut antara lain Liberia (786 kasus, 413 kematian), Guinea
(519 kasus, 380 kematian), Nigeria (12 kasus, 4 kematian), dan
Sierra Leone (810 kasus, 348 kematian). Terdapat dua prinsip
pedoman dasar kesehatan publik untuk mengendalikan/
mengelolah penyebaran dari penyakit menular seperti penyakit
virus Ebola yang tidak memiliki pengobatan/treatment yang
efektif, antara lain yang pertama pengisolasian yang efektif yang
terkena penyakit tersebut. Dan yang kedua, mencari sekelompok
kasus individu yang terkena penyakit virus Ebola dan
mengkarantina untuk dimonitoring. Pada Tugas Akhir ini penulis
akan menyelidiki kestabilan, keterkontrolan dan keteramatan dari
titik kesetimbangan pada model. Selain itu digunakan kendali
vii
optimal untuk meminimalkan individu yang terinfeksi penyakit
virus Ebola dan metode yang digunakan adalah prinsip minimum
pontryagin. Kemudian hasil kontrol optimal akan disimulasikan
menggunaakan metode runge kutta. Hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa individu terinfeksi pada saat dengan kendali
mengalami penurunan sebesar 0.00094%
Kata Kunci : Virus Ebola, Analisis Model, Kendali Optimal,
Prinsip Minimum Pontryagin, Runge Kutta .
viii
OPTIMAL CONTROL AND ANALYSIS OF DYNAMIC
MODEL OF THE EBOLA VIRUS USING PONTRYAGIN’S
MINIMUM PRINCIPLE
Name
NRP
Department
Supervisors
: Fitria Fatimia Ayuni
: 1212 100 053
: Matematika
: Dr. Didik Khusnul Arif, S.Si, M.Si
Dra. Nur Asiyah, M.Si
ABSTRACT
Ebola virus is the dangerous and deadly disease. The
cases increase rapidly, the death is quite high and infecting
mechanism from human to human makes this Ebola become
attention.Until 15th of August ,WHO records an Ebola infectious
reachs 2127 cases, with the number of death 1145 cases ( 53,8%
case fatality rate). All off our infected countries use on West
Africa. They are Liberia 9786cases, 413 death), Guinea (519
cases, 380 death), Nigeria (12 cases, 4 death), and Siera Leone
(810 cases, 348 death). These two fundamental principal of public
health to control and manage the infectious disease like Ebola
which does not have effective treatment. The first is the isolation
of infected person. The second is finding the group of infected
individual cases that will be quarantined and monitored. This
final experiment is aimed to investigate the stability, its
controlable and tendency of the mode equilibrium point.Beside
that, the optimal control is used to minimize the infected person
and control the used method is minimum pontryagin principal.
After that, the result of optimal control will be simulated by using
ix
runge kutta method. The result show that the infected person with
control decreased by 0.000994%
Keyword : Ebola Disease, The Analysis Model, Optimal Control,
Minimum Pontryagin Principal, Runge Kutta .
x
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT, atas limpahan rahmat taufiq dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul
“KONTROL OPTIMAL DAN ANALISIS MODEL
DINAMIK PENYAKIT VIRUS EBOLA MENGGUNAKAN
METODE PRINSIP MINIMUM PONTRYAGIN”.
Tugas akhir ini merupakan sebagian persyaratan kelulusan
dalam menyelesaikan Program Sarjana Jurusan Matematika,
FakultasMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut
TeknologiSepuluh Nopember Surabaya.
Dalam penyusunan Tugas akhir tidak lepas dari bantuan ,
kerja sama dan dukungan berbagai pihak. Sehingga pada
kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Dr. Imam Mukhlash, S.Si, MT selaku Ketua Jurusan
Matematika ITS.
2. Bapak Dr. Didik Khusnul Arif, S.Si, M. Si dan ibu Dra. Nur
Asiyah, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah banyak
membantu dan membimbing penulis dalam Penyelesaian
Tugas Akhir ini
3. Bapak Dr. Didik Khusnul Arif, S.Si, M. Si dan ibu Dra. Nur
Asiyah, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah banyak
membantu dan membimbing penulis dalam Penyelesaian
Tugas Akhir ini
4. Bapak Drs. Kamiran, M.Si., Drs. Mohammad Setijo Winarko,
M.Si, Muhammad Syifa’ul Mufid, S.Si., M.Si. selau dosen
penguji yang telah banyak memberikan saran dan kritik
kepada penulis dalam Penyelesaian Tugas Akhir ini
5. Ibu Dra. Nuri Wahyuningsih,M. Kes Selaku Dosen Wali.
6.
Bapak dan Ibu dosen, seluruh staf Tata Usaha, dan
asisten laboratorium (Pak Muhtadi, Pak Joko, Mas Ali
dkk)
xi
7. Ibu, Bapak, kakak-adik saya Fahmi dan Fatir, serta seluruh
keluarga atas motivasi, bantuan, semangat, dan doanya
kepada penulis.
8.
Saudari Nastitie, Tika, Hariyani, Izza, Nihaya, Indah,
Adhel, Chibi, Isyi, Mbak Tutud, Firda, Sheerty,Chani,
Mbak Tutud, Mbak Anica, Rere, Hariyani, Mas Haqqul,
Mas Heri, Mas Yahya, Mas Joko, dan Keluarga
MAT12IKS yang telah memotivasi dan memberikan
masukan kepada penulis selama pengerjaan Tugas
Akhir.
Penulis menyadari bahwa dalam Tugas Akhir ini
masih terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat diharapkan oleh penulis.
Akhirnya penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat
bermanfaat bagi banyak pihak.
Wassalamu’aalaikum Wr. Wb
Surabaya, 10 Januari 2017
Penulis
xii
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL……………………………………………...
I
LEMBAR PENGESAHAN .................................................... V
ABSTRAK ............................................................................. Vii
ABSTRACT ........................................................................... Ix
KATA PENGANTAR ........................................................... Xi
DAFTAR ISI .......................................................................... Xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................. Xv
DAFTAR TABEL ..................................................................Xvii
BAB I
PENDAHULUAN ..................................................
1.1 Latar Belakang ...................................................
1.2 Rumusan Masalah ..............................................
1.3 Batasan Masalah ................................................
1.4 Tujuan................................................................
1.5 Manfaat ..............................................................
1.6 Sistematika Penulisan ........................................
1
1
3
4
4
4
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .........................................
2.1 Penelitian Terdahulu ..........................................
2.2 Penyakit Virus Ebola ..........................................
2.3 Model Penyakit Virus Ebola ..............................
2.4 Analisis Model Penyakit Virus Ebola.................
2.4.1 Titik Kesetimbangan ..................................
2.4.2 Analisis Kestabilan ....................................
2.4.3 Kriteria Routh-Hurwitz ..............................
2.4.3 Analisis Keterkontrolan .............................
2.4.4 Analisis Keteramatan .................................
2.5 Teori Kontrol Optimal ........................................
2.6 Prinsip Minimum Pontryagin .............................
2.7 Metode Runge Kutta ..........................................
2.7.1 Metode Runge Kutta Orde 4 .....................
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..........................
7
7
8
10
12
12
12
16
18
18
19
21
23
23
25
xiii
3.1 Studi Literatur ................................................... 25
3.2 Analisis Dinamik Model .................................... 25
3.3 Menetukan Formulasi Masalah Kontrol
Optimal .............................................................. 25
3.4 Menyelesaikan Kontrol Optimal ........................ 26
3.5 Simulasi dan Analisis Hasil Simulasi ................. 26
3.5.1 Simulasi .................................................... 26
3.5.2 Analisis Hasil Simulasi ............................. 27
3.6 Kesimpulan dan Saran ........................................ 27
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ......................... 29
4.1 Analisis Dinamik Model Penyakit Virus
Ebola.................................................................. 29
4.1.1 Titik Setimbang ........................................ 33
4.1.2 Analisis Kestabilan ................................... 38
4.1.3 Analisis Keterkontrolan ............................ 50
4.1.4 Analisis Keteramatan ................................ 58
4.2 Penyelesaian Kendali Optimal Penyakit
Virus Ebola ........................................................ 62
4.3 Solusi Numerik................................................... 69
4.4 Analisis Hasil Simulasi ...................................... 73
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................. 89
5.1 Kesimpulan ....................................................... 89
5.2 Saran ................................................................. 89
DAFTAR PUSTAKA ............................................................ 89
LAMPIRAN 1......................................................................... 91
LAMPIRAN 2......................................................................... LAMPIRAN
97
2
LAMPIRAN 3......................................................................... 99
BIODATA PENULIS ............................................................. 101
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian...................................... 28
Gambar 4.1 Struktur State Model Kompartemen ................... 29
Gambar 4.2 Individu Rentan (Total Populasi 1590)................ 74
Gambar 4.3 Individu Rentan dengan Kendali (Perbesar) ........ 74
Gambar 4.4 Individu Teridentifikasi Penyakit Virus
Ebola .................................................................... 75
Gambar 4.5 Individu Terinfeksi Penyakit Virus Ebola
Pada Tahap Pertama ............................................. 76
Gambar 4.6 Individu Terinfeksi Penyakit Virus Ebola
Pada Tahap Kedua/Super Infeksi ......................... 77
Gambar 4.7 Individu Meninggal Hingga Dikubur ................. 78
Gambar 4.8 Individu Sembuh/ Recovery ............................... 79
Gambar 4.9 Kendali
.......................................................... 80
Gambar 4.10 Kendali
........................................................ 80
Gambar 4.11 Kendali
........................................................ 81
Gambar 4.12 Individu Rentan (Total Populasi 10530)............ 82
Gambar 4.13 Individu Rentan dengan kendali (Perbesar) ....... 83
Gambar 4.14 Individu Teridentifikasi Penyakit Virus
Ebola .................................................................... 84
Gambar 4.15 Individu Terinfeksi Penyakit Virus Ebola
85
Pada Tahap Pertama .............................................
Gambar 4.16 Individu Terinfeksi Penyakit Virus Ebola
86
Pada Tahap Kedua/Super Infeksi .........................
Gambar 4.17 Individu Meninggal Hingga Dikubur ............... 87
Gambar 4.18 Individu Sembuh/ Recovery ............................. 88
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Nilai Parameter yang Digunakan dalam
Simulasi .................................................................. 32
Tabel 4.2 Routh-Hurwitz .........................................................
47
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini dijelaskan hal-hal yang melatar-belakangi
munculnya permasalahan yang dibahas dalam Tugas Akhir ini.
Kemudian permasalahan tersebut disusun kedalam suatu rumusan
masalah. Selanjutnya dijabarkan juga batasan masalah untuk
mendapatkan tujuan yang diinginkan serta manfaat yang dapat
diperoleh. Adapun sistematika penulisan tugas akhir ini akan
diuraikan di bagian akhir bab ini.
1.1 Latar Belakang
Banyak sekali penyakit yang telah disebabkan oleh virus.
Virus adalah organisme unik yang secara genetik berada di antara
hidup dan mati, saat virus berada di luar tubuh inangnya disebut
kapsid dan saat menempel pada inangnya, maka virus tersebut
akan menginfeksi inang dan bereproduksi [1]. Virus memiliki
ukuran yang sangat rennik yaitu antara 25-300 nm. Salah satu
penyakit yang di sebabkan oleh virus adalah penyakit virus Ebola.
Penyakit virus Ebola adalah penyakit yang berbahaya dan
sangat mematikan. Pertumbuhan kasus yang cukup cepat dari
waktu ke waktu, angka kematian yang cukup tinggi dan adanya
mekanisme penularan dari manusia ke manusia menyebabkan
penyakit virus Ebola mendapatkan perhatian khusus dari negaranegara diseluruh dunia. Sampai tanggal 15 Agustus 2014, World
Health Organization (WHO) mencatat kasus penyakit virus Ebola
sebanyak 2.127 dengan jumlah kematian 1.145 (Case Fatality
Rate sebesar 53,8 %). Negara yang terjangkit sebanyak 4 negara,
yang semuanya berada di kawasan Afrika Barat. Negara- negara
tersebut antara lain Liberia (786 kasus, 413 kematian), Guinea
(519 kasus, 380 kematian), Nigeria (12 kasus, 4 kematian), dan
Sierra Leone (810 kasus, 348 kematian) [2].
Penyakit virus Ebola terdiri dari lima spesies antara lain,
Bundibugyo Ebola virus, Zaire Ebola virus, Sudan Ebola virus,
Tai Forest Ebola virus, dan Reston Ebola virus. Empat dari lima
spesies virus yang pertama kali tersebut dapat menginfeksi
1
2
manusia dan menimbulkan gejala yang berat. Sedangkan tiga
spesies virus yang pertama kali adalah yang menyebabkan wabah
di Afrika. Gejala dari penyakit virus Ebola adalah demam, sakit
kepala, nyeri sendi dan otot, lemah, diare, muntah, sakit perut,
kurang nafsu makan, dan perdarahan yang tidak biasa. Gejala
paling banyak muncul sekitar 8-10 hari setelah terpapar penyakit
virus Ebola. Virus ini menular melalui darah dan cairan tubuh
lainnya (termasuk feses, saliva, urine, bekas muntahan dan
sperma) dari hewan atau manusia yang terinfeksi penyakit virus
Ebola. Virus ini dapat masuk ke tubuh orang lain melalui kulit
yang terluka atau melalui membran mukosa yang tidak
terlindungi seperti mata, hidung, dan mulut. Selain itu penyakit
virus Ebola juga dapat menyebar melalui jarum suntik dan infus
yang telah terkontaminasi. Mobilitas dari dan ke negara terjangkit
merupakan faktor resiko penyebaran penyakit. Diperlukan
pengawasan ketat di daerah masuk imigran dari luar negeri,
mengingat masa inkubasi penyakit ini 2-21 hari yang
memungkinkan ditemukannya kasus baik di pintu masuk negara.
[3] Terdapat dua prinsip pedoman dasar kesehatan publik untuk
mengendalikan/ mengelolah penyebaran dari penyakit menular
seperti penyakit virus Ebola yang tidak memiliki
pengobatan/treatment yang efektif, antara lain yang pertama
pengisolasian yang efektif yang terkena penyakit tersebut. Dan
yang kedua, mencari sekelompok kasus individu yang terkena
penyakit virus Ebola dan mengkarantina untuk dimonitoring. [4]
Studi mengenai model penyakit virus Ebola telah banyak
dilakukan dengan berbagai macam analisis. Salah satunya adalah
penelitian yang dilakukan oleh Abdon. A. dan Emile F.D.G
(2014) “On the Mathematical Analysis of Ebola Hemorrhagic
Fever : Deathly Infection Disease in west African Countries”
yang menganalisis model matematika SIRD pada penyebaran
3
penyakit Ebola atau dikenal dengan penyakit virus Ebola dengan
memberikan titik ekuilibrium bebas penyakit dan endemik. Serta
menganalisis kestabilan titiknya dan mengasumsikan kematian
alami dan kematian lain (selain oleh penyakit virus Ebola) terjadi
di populasi total. Endah Purwati (2015) dengan skripsinya yang
berjudul “Model Matematika Susceptible-Infected-RecoveryDeaths (SIRD) pada penyebaran penyakit virus Ebola” dikaji dua
model matematika Susceptible-Infected-Recovery-Deaths (SIRD)
penyebaran penyakit virus Ebola pada populasi manusia. Kedua
model matematika Susceptible-Infected-Recovery-Deaths (SIRD)
pada penyebaran penyakit virus Ebola yaitu model oleh Abdon A.
dan Emile F. D. G dan model pengembangan peneliti. Penelitian
ini dilakukan untuk mengetahui titik ekuilibrium bebas penyakit
dan titik ekuilibrium endemik serta analisis kestabilan titiktitiknya, dan mengetahui nilai basic reproduction number (R0).
Namun pada penelitian ini tidak adanya kontrol yang berupa
fasilitas, pengobatan, dan monitoring untuk individu yang
terinfeksi penyakit virus Ebola. [5]
Berdasarkan permasalahan tersebut, Tugas Akhir ini
penulis akan menyelidiki sifat-sifat pada model. Selain itu
digunakan kendali optimal untuk meminimalkan individu yang
terinfeksi penyakit virus Ebola dengan menjadikan fasilitas,
pengobatan, dan monitoring sebagai kontrol, dan metode yang
digunakan adalah prinsip minimum pontryagin.
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan dalam Tugas Akhir ini adalah :
1. Bagaimana analisis sifat pada model penyakit virus
Ebola?
2. Bagaimana mendapatkan kontrol optimal dari model
dinamik infeksi penyakit virus Ebola?
4
3. Bagaimana simulasi kontrol optimal dari model dinamik
infeksi penyakit virus Ebola?
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah yang digunakan dalam Tugas Akhir ini
antara lain:
1. Simulasi dilakukan menggunakan MATLAB.
2. Model dinamis yang digunakan adalah model dari
Ebenezer Bonyah [4].
3. Populasi manusia sembuh tidak dapat menjadi populasi
manusia terinfeksi.
1.4 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari penulisan Tugas Akhir ini
adalah:
1. Menganalisis sifat pada model penyakit virus Ebola.
2. Mendapatkan kontrol optimal dari model dinamik infeksi
penyakit virus Ebola dengan menggunakan metode
Prinsip Minimum Pontryagin.
3. Mensimulasikan kontrol optimal yang didapatkan dengan
menggunakan software MATLAB.
1.5 Manfaat
Manfaat dari Tugas Akhir ini adalah untuk memberikan
informasi sifat suatu model infeksi penyakit virus Ebola dan
penyelesaian kontrol optimal yang diperoleh dapat menjadi suatu
solusi yang optimal dalam mereduksi infeksi penyakit virus
Ebola.
1.6 Sistematika Penulisan
Penulisan Tugas Akhir ini disusun dalam lima bab, yaitu:
1. BAB I PENDAHULUAN
5
2.
3.
4.
5.
Bab ini berisi tentang gambaran umum dari penulisan Tugas
Akhir yang meliputi latar belakang, rumusan masalah,
batasan masalah, tujuan, manfaat, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang teori dasar yang mendukung dalam
Tugas Akhir ini, antara lain model sistem dinamik yang
digunakan, teori-teori analisis model antara lain kestabilan,
kekontrolan, dan keteramatan, teori kendali optimal, prinsip
minimum potryagin, dan metode runge kutta orde empat.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan tahapan-tahapan dan metode yang
digunakan untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini membahas tentang analisis model pada model
dinamik penyakit virus Ebola, penerapan prinsip minimum
pontryagin dan hamiltonian untuk mencari kendali optimal,
mencari solusi numerik dengan metode runge kutta orde
empat dan simulasi model tersebut.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan Tugas Akhir yang diperoleh dari
bab pembahasan serta saran untuk pengembangan penelitian
selanjutnya.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini diuraikan mengenai penelitian terdahulu,
penyakit virus Ebola, model penyakit virus Ebola, analisis model
meliputi analisis kestabilan, analisis kekontrolan, dan analisis
keteramatan, teori optimal kontrol, dan prinsip minimum
pontryagin.
2.4.1
Penelitian Terdahulu
Ada berbagai literatur yang memodelkan penyebaran
penyakit virus Ebola, salah satunya adalah penelitian mengenai
model penyakit virus Ebola yang telah diteliti sebelumnya oleh
Abdon A. dan Emile F. D. G (2014) “On the Mathematical
Analysis of Ebola Hemorrhagic Fever : Death Infection Disease
in West African Countries” Model matematika SusceptibleInfected-Recovery-Deaths (SIRD) pada penyebaran penyakit
Ebola atau dikenal dengan penyakit virus Ebola dengan
memberikan titik ekuilibrium bebas penyakit dan endemik serta
analisis kestabilan titiknya, dan mengasumsikan kematian alami
dan kematian lain (selain penyakit virus Ebola) terjadi pada
populasi total [5]. Namun pada penelitian ini tidak adanya kontrol
yang berupa fasilitas, pengobatan, dan monitoring untuk individu
yang terinfeksi penyakit virus Ebola.
Gerardo Chowell dan Hiroshi Nishiura (2014)
“Transmission Dynamics and Control Of Ebola Virus Disease
(EVD)”. Dalam penelitiannya membahas tentang penyakit virus
Ebola di Afrika Barat dimana penyakit virus Ebola memerlukan
perhatian khusus terutama mengenai hal-hal yang bersangkutan
dengan karakteristik epidemik dari penyakit virus Ebola. Penyakit
virus Ebola berhubungan dengan transmisi dinamis dan
dampaknya berhubungan dengan kontrol melawan transmisi
penyakit virus Ebola tersebut. Selain itu membutuhkan data-data
mengenai epidemik dari perkembangan penyakit virus Ebola pada
tahun-tahun sebelumnya dari data-data tersebut, dapat
membandingkan model matematika dari penyebaran dan kontrol
7
8
penyakit virus Ebola diwaktu yang lalu dengan yang saat sedang
terjadi [6].
Endah Purwati (2015) “ Model Matematika SusceptibleInfected-Recovery-Deaths (SIRD) pada penyebaran penyakit
virus Ebola” dalam skripsinya dikaji dua model matematika
Susceptible-Infected-Recovery-Deaths
(SIRD)
penyebaran
penyakit virus Ebola pada populasi manusia. Kedua model
matematika Susceptible-Infected-Recovery-Deaths (SIRD) pada
penyebaran penyakit virus Ebola yaitu model oleh Abdon A. dan
Emile F. D. G dan model pengembangan peneliti. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui titik ekuilibrium bebas penyakit dan
titik ekuilibrium endemik serta analisis kestabilan titik-titiknya,
dan mengetahui nilai basic reproduction number (R0) [5].
2.4.2
Penyakit Virus Ebola
Penyakit virus Ebola pertama kali diidentifikasi di Sudan
dan diwilayah yang berdekatan dengan Zaire (saat itu dikenal
sebagai Republik Congo) pada tahun 1976, setelah terjadi
epidemik di Yambuk, daerah Utara Republik Cono dan Nzara,
daerah Selatan Sudan. Negara-negara di benua Afrika yang
terkena wabah penyakit virus Ebola mempunyai sistem kesehatan
yang sangat lemah, kekurangan sumber daya manusia, dan
infrastruktur yang tidak memadai.
Inang atau reservoir penyakit virus Ebola belum dapat
dipastikan, namun telah diketahui bahwa kelelawar buah adalah
salah satu inang alami penyakit virus Ebola. Penyakit virus Ebola
juga telah dideteksi pada daging simpanse, gorilla, dan kijang liar.
Beberapa hipotesa mengatakan terjadi penularan dari hewan
terinfeksi ke manusia kemudian dari manusia, virus bisa
ditularkan dengan berbagai cara. Manusia dapat terinfeksi karena
kontak dengan darah dan atau sekret orang yang terinfeksi. Selain
itu manusia juga bisa terinfeksi karena kontak dengan benda yang
terkontaminasi oleh individu terinfeksi. Penularan nosocomial
juga dapat terjadi bila tenaga medis tidak memakai alat pelindung
diri yang memadai.
9
Penyakit virus Ebola berasal dari genus Ebola Virus famili
Filoviridae. Famili Filoviridae memiliki garis tengah 800 nm dan
panjang mencapai 1000nm. Penyakit virus Ebola mengandung
molekul lurus dan RNA negatif. Penyakit virus Ebola menular
melalui darah, muntah feses dan cairan tubuh dari manusia
pengidap penyakit virus Ebola ke manusia lain. Penyakit virus
Ebola juga bisa ditemukan dalam urin dan cairan sperma infeksi
terjadi ketika cairan-cairan tubuh tersebut menyentuh mulut,
hidung atau luka terbuka orang sehat.
Masa inkubasi (waktu antara paparan virus dan
perkembangan penyakit) penyakit virus Ebola antara 2-21 hari.
Paling sering antara 4-10 hari walaupun begitu ada 5% masa
inkubasi yang mencapai lebih dari 21 hari. Periode ini dapat
bervariasi, tergantung pada rute paparan dan jumlah virus yang
kontak dengan pasien. Misalnya, pasien disuntik dengan jumlah
besar Ebola karena penggunaan kembali jarum yang kotor dapat
mengembangkan gejala lebih cepat daripada seseorang terkena
melalui kontak eksternal dengan jumlah kecil cairan tubuh
lainnya dari pasien yang terinfeksi. Gejala-gejala penyakit virus
Ebola adalah demam,sakit kepala, sakit perut, mual kelalahan,
dan perasaan sakit umum, biasanya muncul tiba-tiba. Demam
biasanya lebih tinggi dari 38.3 0C. Karena gejala-gejala ini umum
untuk banyak penyakit, maka sangat sulit untuk membuat
diagnosis definitif infeksi penyakit virus Ebola. Penyakit ini
timbul seperti diare berdarah, sakit tenggorokan yang parah, dan
sakit kuning (menguningnya kulit dan mata karena penumpukan
protein hati) adalah gejala umum. Muntah dan anoreksia
(kehilangan nafsu makan).
Penderita penyakit penyakit virus Ebola berat
membutuhkan perawatan intensif. Biasanya pasien mengalami
dehidrasi dan membutuhkan cairan infus atau oralit yang
mengansung elektrolit. Saat ini belum ada obat untuk penyakit
penyakit virus Ebola. Beberapa pasien sembuh dengan
penanganan dan perawatan medis yang tepat. Untuk membantu
mengendalikan penyebaran infeksi penyakit virus Ebola, pasien
10
terduga atau terkonfirmasi penyakit virus Ebola perlu dirawat
diruang isolasi dan fasilitas kesehatan wajib menerapkan tindakan
pengendalian infeksi ketat [8].
2.4.3 Model Penyakit Virus Ebola ( Menurut Ebenezer
Bonyah)
Model dinamik penyakit virus Ebola menurut Ebenezer Bonyah
sebagai berikut [4]:
(
(
)(
)
)(
)
)
(
(
)
(
)
)
(
)
(
)
(
)
(
)
(
(
(
)
)
(
(
)
)
dimana,
= Individu recovery
= Individu yang rentan
= Individu terinfeksi pada tingkat pertama
= Individu terinfeksi pada tingkat kedua/ super infeksi
= Individu yang sudah diidentifikasi terinfeksi terjangkit
penyakit virus Ebola
=Populasi individu meninggal akibat penyakit dari tingkat
kedua/ super infeksi ( )
= Tingkat individu yang sudaah diidentifiikasi terjangkit
penyakit virus Ebola
= Jumlah kematian alami individu yang terinfeksi
11
N
=Rata-rata waktu individu terinfeksi pada tingkat pertama
( ) sampai menuju tingkat kedua/super infeksi ( )
= Rata-rata waktu individu terinfeksi pada tingkat
kedua/super infeksi ( ) sampai meninggal
= Rata-rata waktu individu meninggal sampai dikubur
= Rata-rata waktu pemulihan individu recovery
=Kontrol yang merepresentasikan fasilitas untuk menjaga
jarak agar individu rentan tidak melakukan kontak dengan
individu terinfeksi termasuk kampanye dan edukasi
publik
=Kontrol yang merepresentasikan treatment/pengobatan
untuk individu yang sudah diidentifikasi terjangkit
penyakit virus Ebola
= Kontrol yang merepresentasikan treatment/pengobatan
dan monitoring individu pada tingkat pertama ( ) dan
tingkat kedua/ super infeksi ( )
= Fraksi individu terinfeksi pada tingkat pertama ( ) dan
tingkat kedua/ super infeksi ( )
= Fraksi individu terinfeksi pada tingkat kedua/ super
infeksi ( ) sampai meninggal
= Tingkat individu rentan menjadi terinfeksi akibat
penularan dari manusia terinfeksi tingkat pertama ( )
= Tingkat individu rentan menjadi terinfeksi akibat
penularan dari manusia terinfeksi tingkat kedua/ super
infeksi ( )
= Tingkat individu rentan menjadi terinfeksi akibat
penularan dari manusia terinfeksi yang telah meninggal
dan belum dikuburkan.
= Total Populasi
Dengan kondisi awal ( )
. Dalam perspektif matematika, untuk waktu tf tetap. Fungsi
obyektif sebagai berikut :
12
(
)
∫[ ( )
( )
( )]
( )
(
( )
)
Dengan A1, A2, A3 adalah variabel bobot yang berkorelasi dengan
biaya penggunaan kontrol yaitu sebagai faktor penyeimbang dari
biaya pengontrolan sistem.
2.4.4 Analisis Model Penyakit Virus Ebola
Analisis dinamik model dilakukan untuk mengetahui
perilaku sistem pada model penyakit virus Ebola. Pada penelitian
ini akan dianalisis mengenai kestabilan, keterkontrolan, dan
keteramatan sistem.
2.4.1 Titik Kesetimbangan
Titik kesetimbangan merupakan titik tetap yang tidak berubah
terhadap waktu.
Definisi 2.1 [9]
Titik ̅
disebut titik kesetimbangan dari suatu sistem jika
( ̅)
2.4.2
Analisis Kestabilan
Pada penelitian ini akan dibahas mengenai analisis
kestabilan sistem penyakit virus Ebola. Namun pada penelitian ini
sistem yang digunakan mempunyai bentuk nonlinier, sehingga
untuk melakukan analisis kestabilannya adalah dengan
menggunakan cara analisis transformasi kestabilan local disertai
titik setimbang dari sistem tersebut. Untuk melakukan analisis
transformasi kestabilan lokal tersebut, maka digunakan deret
Taylor untuk mencari suatu hampiran solusi disekitar titik
setimbang. Deret Taylor untuk sistem di sekitar titik setimbang
̅ adalah
13
( )
( ̅)
( ̅)
(
( ̅)
̅)
(
̅)
, …,dihitung pada
Dimana turunan-turunan ,
(
)
̅ . Dengan
mengabaikan suku-suku berorde tinggi, selanjutnya Persamaan
(2.9) dapat disederhanakan menjadi
( ̅)
( )
( ̅)
(
̅)
( )
Persamaan (2.10) akan memberikan suatu model matematik
linier dari sistem nonlinier melalui pendekatan deret Taylor.
Selanjutnya, ditinjau dari sistem
(
) disekitar titik
setimbang ̅ ( ̅
̅
̅ ) dan kondisi setimbanganya
adalah ketika ( )
, maka Persamaan (2.10) menjadi
( ̅)
( ̅)
( )
(
(
̅ )
̅ )
( ̅)
( )
( ̅)
(
( ̅)
(
(
(
(
̅ )
( ̅)
̅ )
( ̅)
̅ )
( ̅)
̅ )
( ̅)
( )
(
(
̅ )
(‖
̅ ‖)
̅ )
(‖
̅ ‖)
̅ )
(‖
̅ ‖)
Apabila suku-suku nonliniernya diabaikan maka diperoleh
( ̅)
( ̅)
( )
(
(
̅ )
̅ )
14
( ̅)
( ̅)
( )
(
̅ )
( ̅)
( ̅)
( ̅)
( )
( ̅)
(
̅ )
(
̅ )
(
̅ )
(
̅ )
(
̅ )
( ̅)
(
̅ )
(
Selanjutnya didefinisikan
̅
̅
̅
Didapat derivatifnya adalah
̇
̇ ̇
̇
̇
̇
Sehingga ̇
( ) menjadi ̇
( ) dan diperoleh
( ̅)
( ̅)
( )
̇
̇
( ̅)
( )
( ̅)
( ̅)
( ̅)
)
15
( ̅)
( )
̇
( ̅)
( ̅)
Jika dinyatakan dalam bentuk matriks, maka diperoleh
( ̅)
( ̅)
( ̅)
̇
( ̅)
̇
( ̅)
( ̅)
( ,
( ,
̇
( ̅)
( ̅)
( ̅)
(
)
atau ditulis menjadi
̇
( ( ̅ ))
Dengan ( ( ̅ )) merupakan matriks Jacobian dan fungsi di titik
kesetimbangan ̅ . Berikut merupakan definisi mengenai matriks
Jacobian.
Definisi 2.2 [9]
( )
Diberikan fungsi
dengan
dan himpunan terbuka. Matriks
( ̅)
( ̅)
( ̅)
( ̅)
( ̅)
( ̅)
( ̅)
( ̅)
( ̅)
( ( ̅ ))
(
dinamakan matriks Jacobian dari
)
dari ̅
Matriks Jacobian
( ( ̅ ))dapat digunakan untuk
mengidentifikasi sifat kestabilan sistem nonliear di sekitar titik
16
ekuilibrium ̅ asalkan titik kesetimbangan tersebut hiperbolik.
Berikut diberikan definisi tentang titik kesetimbangan hiperbolik.
Definisi 2.3[10]
Titik kesetimbangan ̅ dikatakan hiperbolik jika semua nilai eigen
matriks Jacobian ( ( ̅ )) mempunyai bagian real tak nol.
Berikut diberikan definisi mengenai sifat kestabilan suatu
sistem nonlinear yang ditinjau dari nilai eigen matriks Jacobian.
Definisi 2.4 [9]
Suatu titik kesetimbangan ̅ pada sistem persamaan diferensial
( ) dikatakan
̇
i. Stabil, jika semua nilai eigen matriks Jacobian
( ( ̅ ))mempunyai bagian real negatif,
ii. Tidak stabil, jika semua nilai eigen matriks Jacobian
( ( ̅ ))mempunyai bagian real positif,
2.1 Kriteria Routh-Hurwitz
Nilai eigen matriks Jacobi dapat
menyelesaikan persamaan karakteristik,
diperoleh
dari
(
)
tetapi tidak semua persamaan karakteristik dapat diselesaikan
dengan mudah. Dalam hal ini, untuk mengetahui sifat kestabilan
dari nilai eigen matriks jacobi dapat dilakukan dengan Kriteria
Routh-Hurwitz [10].
Teorema 2.1 Kriteria Routh-Hurwitz
Akar-akar persamaan (2.3) mempunyai bagian riil negatif
jika,
|
|
17
|
Jika
|
|
|
|
|
, maka persaman (2.11) menjadi,
dengan menggunakan tabel Routh-Hurwitz, koefisienkoefisian pada polinomial,
dapat disusun menjadi,
dengan,
18
Polinomal
stabil jika semua kolom pertama bernilai positif.
2.4.4 Analisis Keterkontrolan
Keterkontrolan sistem bermanfaat dalam menstabilkan
sistem. Selain itu, solusi dari suatu permasalahan kontrol optimal
mungkin tidak akan diperoleh jika sistem yang bersangkutan
tidak terkontrol. Maka perlu dianalisis mengenai keterkontrolan
sistem.
Teorema 2.1. [9]
Jika terdapat persamaan matriks state sebagai berikut :
( )
̇( )
( )
( )
( )
(
)
Syarat perlu dan cukup sistemterkontrol adalah : Matriks
( | |
)
| |
mempunyai rank yang sama dengan n.
2.4.5 Analisis Keteramatan
Berikut ini akan diberikan definisi dari keteramatan yang
merupakan dual dari keterkontrolan.
Definisi 2.5. [10]
19
Bila setiap keadaan awal q(0)= secara tunggal dapat diamati
dari setiap pengukuran keluaran system dari waktu t=0 ke t= ,
maka system dikatakan teramati.
Istilah dual di atas, kata „terkontrol‟ diganti dengan „teramati‟
masukan ( ) diganti dengan keluaran ( ) yaitu dalam
terminology keterkontrolan sebarang keadaan awal
dikontrol
dengan suatu masukan ( ) ke sebarang keadaan akhir
dimana
, sedangkan dalam terminology keteramatan sebarang
keadaan awal
lewat sebarang pengukuran keluaran ( )
diamati pada interval waktu
. Terdapat syarat perlu dan
syarat cukup untuk suatu system yang teramati, yaitu :
Teorema 2.2. [10]
Berdasarkan persamaan (2.9). Syarat perlu dan cukup suatu
system teramati adalah :
1. Matriks m(0,t) non-singulir
2. Matriks keteramatan
[ (
mempunyai rank sama dengan n
)]
2.5 Teori Kontrol Optimal
Pada prinsipnya, tujuan dari pengendalian optimal adalah
menentukan signal atau kendali yang akan diproses dalam sistem
dinamik dan memenuhi beberapa konstrain, dengan tujuan
memaksimumkan atau meminimumkan fungsi tujuan ( ) yang
sesuai [7]. Adapun masalah formulasi kendali optimal terdiri dari:
a. Mendekripsikan secara matematis suatu model (secara umum
dalam bentuk variabel state)
20
b. Menentukan fungsi objektif (performance index)
c. Menentukan kendala dan kondisi batas yang harus dipenuhi
Secara umum, masalah kendali optimal diformulasikan
sebagai berikut,
misalkan suatu sistem dinamik diberikan oleh persamaan:
( ( ) ( ) )
̇
(
)
)
dengan keadaan awal (
dan keadaan akhir ( )
dan ( ) yang menyatakan pengendali keadaan pada waktu t.
dalam hal ini, masalah kendali optimal adalah mencari pengendali
optimal ( ) yang memenuhi persamaan keadaan (state) dengan
syarat nilai J sebagai berikut,
( ( )
)
∫ ( ( ) ( ) )
(
)
adalah minimum atau maksimum. Bentuk umum persamaan J di
atas disebut fungsi tujuan bentuk Bolza dengan S adalah bentuk
Mayer dan V adalah bentuk Lagrange. Dengan kondisi sistem
yaitu waktu akhir tetap atau bebas dan keadaan (state) akhir
seluruhnya atau sebagian bebas atau tetap.
Pada penelitian ini akan dilakukan kendali optimal
terhadap model infeksi penyakit virus Ebola dengan model yang
digunakan adalah model Ebenezer Bonyah dkk dan metode yang
digunakan untuk menyelesaikan masalah kontrol optimalnya
adalah Prinsip Minimum Pontryagin. Kontrol
( ) yang
digunakan adalah ( ) kontrol yang merepresentasikan fasilitas
untuk menjaga jarak agar individu rentan tidak melakukan kontak
dengan individu terinfeksi termasuk kampanye dan edukasi
publik,
( )
kontrol
yang
merepresentasikan
treatment/pengobatan untuk individu yang sudah diidentifikasi
terjangkit penyakit virus Ebola, dan ( ) Kontrol yang
merepresentasikan treatment/pengobatan dan monitoring individu
pada tingkat pertama ( ) dan tingkat kedua/super infeksi ( ).
21
2.6 Prinsip Minimum Pontryagin
Prinsip Minimum Pontryagin merupakan salah satu cara
dalam menyelesaikan masalah kendali optimal dengan kendala
yang terbatas. Metode tersebut digunakan untuk memperoleh
kendali terbaik pada sistem dinamik dari state awal hingga akhir,
yaitu dengan meminimumkan fungsi objektif. Oleh karena itu,
prinsip ini disebut sebagai Prinsip Minimum Pontryagin. Dengan
memperhatikan persamaan keadaan dan fungsi tujuan yang telah
diberikan pada Persamaan (2.13) dan (2.14), langkah dalam
menyelesaikan masalah kendali optimal adalah sebagai berikut
[7],
a. Langkah 1
Bentuk fungsi Hamiltonian (H) sebagai berikut,
( ( ) ( ) ( ) )
( ( ) ( ) ( ) )
( ) ( ( ) ( ) )
dengan tanda “ ” menyatakan suatu transpose.
b. Langkah 2
Meminimumkan H terhadap ( ) dengan cara:
(
*
( )
sehingga diperoleh kondisi stasioner ( ).
c. Langkah 3
Dengan menggunakan hasil yang diperoleh dari langkah 2,
akan didapatkan fungsi Hamiltonian yang optimal, , yaitu:
( ( ) ( ( ) ( ) ) ( ) )
( ( ) ( ) )
d. Langkah 4
Mencari persamaan state dengan cara,
̇ ( )
dan persamaan costate yaitu:
(
*
22
̇ ( )
(
*
Dengan kondisi batas diberikan oleh keadaan awal dan
keadaan akhir yang disebut kondisi transversality.
Kondisi batas secara umum sebagai berikut:
(
*
[(
*
]
e. Langkah 5
Subtitusi hasil yang diperoleh dari langkah 4 ke dalam
persamaan ( ) pada langkah 2 untuk mendapatkan kendali
optimal yang dicari.
Dalam menentukan kondisi transversality yang sesuai,
terdapat macam-macam kondisi batas, yaitu [7]:
a. Fixed-final time and fixed-final state system
Artinya waktu akhir dan state saat waktu akhir telah diketahui
atau ditentukan.
( )
( )
b. Free-final time and fixed-final state system
Artinya waktu akhir belum ditentukan atau tidak diketahui dan
state saat waktu akhir telah ditentukan atau diketahui.
( )
( )
(
*
c. Fixed-final time and free-final state system
Artinya waktu akhir telah ditentukan atau diketahui
sedangkastate saat waktu akhir belum diketahui atau tidak
ditentukan.
( )
( )
(
*
d. Free-final time and dependent free-final state system
23
Artinya waktu akhir belum ditentukan atau tidak diketahui dan
state saat akhir belum ditentukan atau tidak diketahui dan
nilainya bergantung pada sesuatu.
( )
( )
((
*
[(
*
( )]
̇ ( ))
e. Free-final time and independent free-final state system
Artinya waktu akhir belum ditentukan atau tidak diketahui dan
state saat akhir belum ditentukan atau tidak diketahui dan
nilainya bergantung pada sesuatu.
( )
(
*
((
( )+
*
2.7 Metode Runge Kutta
Metode Runge-Kutta merupakan pengembangan dari metode
Euler, dimana perhitungan penyelesaian dilakukan step demi step.
Untuk fungsi dari persamaan differensial :
(
)
Dengan titik pendekatan awal
berdasarkan metode Euler
nilai fungsi penyelesaian diperoleh dengan :
(
)
adalah langkah waktu.
2.7.1 Metode Runge Kutta Orde 4
Bila pada metode Runge-Kutta 2, nilai koefisien
perbaikannya adalah dua buah, maka pada metode ini
menggunakan empat nilai koefisien perbaikan. Pandang
persamaan differensial.
24
(
)
(
)
Dengan titik awal ( )
, ( )
integrasinya akan diperoleh
, makapenyelesaian
(
)
Dengan
(
)
(
*
(
*
(
)
Dan
(
)
Dengan
(
)
(
)
(
)
(
)
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini menguraikan metode yang digunakan pada
penelitian secara rinci. Metodologi penelitian yang
digunakan berguna sebagai acuan sehingga penelitian ini
dapat disusun secara sistematis.
3.1 Studi Literatur
Tahap ini dilakukan identifikasi permasalahan dengan
mencari referensi yang menunjang penilitian. Referensi bisa
berupa tugas akhir, jurnal, buku, maupun artikel terkait.
3.2 Analisis Dinamik Model
Pada tahap ini akan dilakukan analisis mengenai
model matematika pada penyakit virus Ebola antara lain
menganalisis kestabilan, kekontrolan dan keteramatan
sistem. Model yang digunakan merupakan model tak linier
sehingga perlu dilakukan pelinieran model. Pelinieran
menggunakan Deret Taylor dan dari hasil liniearisasi
dilakukan analisis kestabilan pada titik kesetimbangan
dengan mencari nilai eigen dari matriks Jacobian. Untuk
menganalisis keterkontrolan dapat dilakukan dengan
membentuk matriks keterkontrolan dan menentukan jumlah
rank dari matriks tersebut. Begitu pula untuk menganalisis
keteramatan suatu sistem dengan membentuk matriks
keteramatan kemudian menentukan jumlah rank dari matriks
tersebut.
3.3 Menentukan Formulasi Masalah Kontrol Optimal
Tahap berikutnya dalah menemtukan fungsi objektif
dari model matematika infeksi virus Ebola dan syarat batas
25
26
3.4 Menyelesaikan Kontrol Optimal
Pada tahap ini akan dilakukan penyelesain kontrol
optimal menggunakan metode prinsip minimum pontryagin
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
Membentuk fungsi Hamiltonian
Menentukan persamaan state dan costate
Menentukan kondisi batas
Menentukan kontrol optimal
Simulasi dan analisis hasil simulasi
3.5 Simulasi dan Analisis hasil Simulasi
Tahap ini dilakukan penyelesaian kendali optimal yang
telah diformulasikan pada tahapan sebelumnya. Metode yang
digunakan dalam penyelesaian masalah tersebut adalah Prinsip
Minimum Pontryagin. Langkah-langkah yang dilakukan dalam
tahap ini antara lain:
1. Membentuk fungsi Hamiltonian,
2. Menentukan persamaan state dan costate,
3. Menentukan bentuk kontrol optimal
berdasarkan keadaan
stasioner.
3.5.1 Simulasi
Penyelesaian kontrol optimal dari model penyakit
virus Ebola disimulasikan menggunakan software
MATLAB dengan menggunakan numerik Runge-Kutta orde
4. Langkah-langkah yang dilakukan menggunakan metode
runge kutta orde 4,
1. Menentukan nilai h(step size)
2. Menentukan nilai
dan
3. Menentukan nilai y dari h dan
27
3.5.2
Analisis Hasil Simulasi
Pada tahap ini, penulis melakukan analisis terhadap hasil
yang telah diperoleh dari simulasi.
3.6 Kesimpulan dan Saran
Setelah dilakukan analisis dan pembahasan maka
dapat ditarik suatu kesimpulan dan saran sebagai masukan
untuk pengembangan penelitian lebih lanjut.
28
Sistem
Non-linier
Pelinieran
Linier
Analisa Dinamik Model :
Kestabilan
Keterkontrolan
Keteramatan
Fungsi Tujuan
Fungsi Hamilton
Persamaan State dan Costate
Simulasi dan analisis hasil
simulasi
Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini dibahas mengenai model matematika pada
penyakit virus Ebola antara lain menganalisis kestabilan,
kekontrolan, dan keteramatan sistem, setelah itu menentukan
solusi yang optimal dari model dengan menerapkan Prinsip
Minimum Pontryagin. Selanjutnya ditentukan penyelesaian solusi
numerik dari model dan mensimulasikan dengan menggunakan
MATLAB.
4.1 Analisis Dinamik Model Penyakit Virus Ebola
State dari model Ebola adalah enam nonlinier persamaan
diferensial biasa. Model tersebut diusulkan oleh Pontryagian et al
dan dilakukan sedikit modifikasi [4]
Gambar 4.1. Struktur State Model Kompartemen penyakit virus
Ebola. Dimana individu rentan (S), infeksi pertama (I1), terinfeksi
(E), infeksi stadium akhir/super infeksi(I2), recovery (R) ,
Individu Meninggal (F)
Berdasarkan Gambar 4.1 diperoleh model interaksi dinamis
sebagai berikut,
31
32
1. Laju perubahan jumlah populasi individu rentan bertambah
karena adanya kematian alami yang terinfeksi dari total
individu rentan yang tidak mendapatkan kendali fasilitas untuk
menjaga jarak agar individu rentan tidak melakukan kontak
dengan individu terinfeksi termasuk kampanye dan edukasi
dan terinfeksi akibat adanya individu terinfeksi pada tahap
pertama, individu tahap kedua/super infeksi, dan individu
meninggal hingga dikubur dan berkurang akibat adanya
kematian alami individu rentan.
=
− (1 −
)(
+
+
) −
2. Laju perubahan jumlah populasi individu teridentifikasi
terinfeksi virus Ebola bertambah karena adanya individu
rentan yang mendapatkan kendali kendali fasilitas untuk
menjaga jarak agar individu rentan tidak melakukan kontak
dengan individu terinfeksi termasuk kampanye dan edukasi
dan terinfeksi akibat adanya individu terinfeksi pada tahap
pertama, individu tahap kedua/super infeksi, dan individu
meninggal hingga dikubur berkurang karena mengalami
kematian alami.
= (1 −
)(
+
+
) −(
+ )
3. Laju perubahan jumlah populasi individu terinfeksi penyakit
virus Ebola pada tahap pertama bertambah karena adanya
kontrol pengobatan dari tingkat individu yang teridentifikasi
penyakit virus Ebola dan berkurang karena individu tingkat
pertama yang mendapatkan kontrol pengobatan dan
monitoring yang juga diperngaruhi oleh fraksi dan waktu
individu terinfeksi penyakit virus Ebola.
33
−(
=
+ )
4. Laju perubahan jumlah populasi individu yang terinfeksi
penyakit virus Ebola pada tahap kedua bertambah karena
adanya individu tingkat pertama yang mendapatkan kendali
pengobatan dan monitoring yang juga dipengaruhi oleh fraksi
dan waktu individu terinfeksi, namun akan berkurang karena
adanya kematian alami dan kendali pengobatan dan
monitoring yang juga dipengaruhi oleh fraksi dan waktu
individu terinfeksi hingga meninggal.
−(
=
+ )
5. Laju perubahan populasi individu yang meninggal hingga
dikubur bertambah karena adanya kendali berupa pengobatan
dan monitoring yang juga dipengaruhi oleh fraksi dan waktu
individu terinfeksi sampai meninggal namun berkurang karena
adanya rata-rata waktu individu meninggal sampai dikubur.
=
−
6. Laju perubahan populasi individu yang sembuh bertambah
karena adanya individu terinfeksi pada tahap pertama yang
mendapatkan kendali pengobatan dan monitoring dan tidak
mengalami fraksi dan dipengaruhi waktu rata-rata individu
terinfeksi, serta bertambah karena inidvidu terinfeksi tahap
kedua yang mendapatkan kendali pengobatan dan monitoring
dan tidak mengalami fraksi sampai meninggal dan di
pengaruhi waktu rata-rata individu terinfeksi, mengalami
pengurangan jumlah karena adanya kematian alami dan
pemulihan individu.
34
=
(1 −
)
+
(1 −
)
−( +
)
Berikut adalah parameter yang digunakan,
Parameter
Tabel 4.1 Parameter
Deskripsi
Fraksi individu terinfeksi pada
tingkat pertama ( ) dan tingkat
kedua/ super infeksi ( )
Fraksi individu terinfeksi pada
tingkat kedua/ super infeksi
( ) sampai meninggal
Tingkat individu yang sudaah
diidentifiikasi terjangkit
penyakit virus Ebola
Tingkat individu rentan
menjadi terinfeksi akibat
penularan dari manusia
terinfeksi tingkat pertama ( )
Tingkat individu rentan
menjadi terinfeksi akibat
penularan dari manusia
terinfeksi tingkat kedua/ super
infeksi ( )
Tingkat individu rentan
menjadi terinfeksi akibat
penularan dari mansia terinfeksi
yang telah meninggal dan
belum dikubur
Rata-rata waktu individu
terinfeksi pada tingkat pertama
( ) sampai menuju tingkat
kedua/ super infeksi ( )
Nilai
0.6/ hari
0.7/ hari
8/ hari
0.9/ hari
0.67/ hari
0.67/ hari
5.7/hari
35
Rata-rata waktu individu
terinfeksi pada tingkat kedua/
super infeksi ( ) sampai
meninggal
Rata-rata waktu individu
meninggal sampai dikubur
1.4/ hari
1.4/ hari
Rata-rata waktu pemulihan
individu recovery
1.4/ hari
Jumlah kematian alami individu
yang terinfeksi
0.00005479/
hari
Faktor pembobot
Faktor pembobot
Faktor pembobot
20
40
50
Untuk melakukan analisis dinamik dari Persamaan (2.1) sampai
(2.6), terlebih dahulu menentukan titik setimbang dari sistem
dinamik.
Selanjutnya,
dilakukan
analisis
kestabilan,
keterkontrolan dan keteramatan pada titik setimbang.
4.1.1 Titik Setimbang
Titik
kesetimbangan
dapat
diperoleh
dengan
menyamadengan kan nol state-state yang ada yaitu ̇ = 0, ̇ = 0,
̇ = 0, , ̇ = 0, ̇ = 0, ̇ = 0 sehingga Persamaan (2.1) sampai
(2.6) menjadi
̇=0
) −
− (1 − )(
+
+
=0
(4.1)
̇ =0
(1 − )(
̇ =0
+
+
) −(
+ ) =0
(4.2)
36
−(
+ )
=0
(4.3)
̇ =0
−(
+ )
=0
(4.4)
̇ =0
−
̇ =0
(1 −
=0
)
+
(4.5)
(1 −
)
−( +
) = 0 (4.6)
Selanjutnya dicari nilai dari titik setimbang ̅ = ( ̅, , , , , )
sebagai berikut:
Pertama-tama akan dicari nilai
dari persamaan (4.3) sebagai
berikut,
−(
+ ) =0
=
(4.7)
+
Selanjutnya dicari nilai dari Persamaan (4.4) sebagai berikut,
−(
+ ) =0
=
(4.8)
+
Dengan mensubstitusikan Persamaan (4.7) ke Persamaan (4.8),
maka Persamaan (4.14) menjadi
=
=
=
+
+
(4.9)
(
+ )(
+ )
Berdasarkan Persamaan (4.5), nilai F dapat dihitung dengan
−
=0
37
=
(4.10)
Mensubstitusikan Persamaan (4.9) ke Persamaan (4.10), maka
Persamaan (4.10) menjadi
=
(
=
)(
)
=
(4.11)
(
+ )(
+ )( )
Berdasarkan Persamaan (4.3) akan hitung nilai S dengan cara
mensubstitusikan Persamaan (4.7),(4.9), dan (4.11 ) ke
Persamaan (4.2) sebagai berikut
(1 −
)(
(

+
)
(
+(
)(
(

)
)(
)
)

)(
(
)

)(
(1 −
(
)(
)
)
)
)(
)
=(
)(
)
)
=(
+(
)(
)
=(
+ ) =0
+
+ ) =0
+
+ )
(
+(
(
(
−(
)(
)(
)
)
(
+(
(
(
)
)(
(
(
) −(
+
)
)
+
+ )
)(
+ )
)
+
38

=
(
(
=
)
)(
)
(
)(
)
+
(
)(
)
(
(
)(
(1 −
̅=
)
)(
)
)
+
(
+ )( ) +
(
+ )(
1
(1 −
( )+
+ )( )
(4.12)
)
Substitusikan Persamaan ( 4.7), (4.9)dan (4.11) ke Persamaan
(4.7). Sehingga Persamaan (4.1) menjadi
− (1 − )(
+
+

− (1 − )(
+
+
) −
=0
)=
 −(1 −
)=
 −(1 −
)(
+
+
−
)
(
( )+
+ )( ) +
(
+ )(
+ )( )(
+ )
(1 − )
(1 − )
(
( )+
+ )( ) +
(
+ )(
+ )( )(
+ )
 − = (1 − )
= − (1 − )
(4.13)
=− +
Substitusi Persamaan (4.13) ke Persamaan (4.7), sehingga
Persamaan (4.7) menjadi
=
+
=
39
(− +
+
=
)
(4.14)
Subtitusi Persamaan (4.13) ke Persamaan (4.9), sehingga
Persamaan (4.9) menjadi
=
=
(
+ )(
+ )
(
(− +
)
+ )(
+ )
(4.15)
Subtitusi Persamaan (4.13) ke Persamaan (4.11), sehingga
Persamaan (4.11) menjadi
=
(
=
+ )(
+ )(
+ )(
(− +
)
+ )( )
(
)
(4.16)
Substitusi Persamaan (4.14), (4.15) ke Persamaan (4.6), sehingga
Persamaan (4.6) menjadi
(1 − )
+ (1 − )
−( + ) = 0

=

=
(1 −
=
(
)
)
(1 −
(
(
)
+
(1 −
+
(− +
+
)
−
1
+
)
)
(
)
)
(
(
+
)(
(1
(− +
)
+ )(
+ )
(4.17)
)
)
40
Berdasarkan Persamaan (4.14), (4.15), (4.16), (4.17), (4.18), dan
(4.19) diperoleh titik kesetimbangan ̅ = ( ̅, , , , , )
dengan
̅=
+
(
+ )( ) +
(
+ )(
( )+
+ )( )
1
(1 −
=− +
2 (−
=
3 1 1
=
=
=
(
(
)
+
+
(− +
)
+ )(
+ )
(− +
)
)(
)(
)
+
+
(− +
)
(1 − )
+
+
−
)
(
(1
(− +
)
+ )(
+ )
1
+
4.1.2 Analisa Kestabilan
Setelah diperoleh titik setimbang dari sistem dinamik
penyakit virus Ebola, langkah selanjutnya adalah menganalisisi
kestabilan dari sistem. Analisis kestabilan dilakukan untuk
mengetahui kestabilan pada suatu persamaan. Sistem dinamik
model penyakit virus Ebola (2.1) sampai (2.6) merupakan model
persamaan yang tak linier sehingga untuk melakukan analisis
kestabilan adalah dengan menggunakan cara menganalisis
transformasi kestabilan lokal disekitar titik setimbang dari sistem
tersebut.
Untuk menganalisis kestabilan pada sistem penyakit virus
Ebola, dilakukan pendekatan terhadap deret Taylor seperti
Persamaan (2.10) sebagai berikut :
)
41
( , , , , , )
=
+
+
+
+
+
( ̅, , , , , )
( ̅, , , , , )
( ̅, , , , , )
( ̅, , , , , )
( ̅, , , , , )
( ̅, , , , , )
( − ̅)
( − )
( − )
( − )
( − )
( − )
( , , , , , )
=
+
+
+
+
+
( ̅, , , , , )
( ̅, , , , , )
( ̅, , , , , )
( ̅, , , , , )
( ̅, , , , , )
( ̅, , , , , )
( − ̅)
( − )
( − )
( − )
( − )
( − )
42
( , , , , , )
=
+
+
+
+
+
( ̅, , , , , )
( ̅, , , , , )
( ̅, , , , , )
( ̅, , , , , )
( ̅, , , , , )
( ̅, , , , , )
( − ̅)
( − )
( − )
( − )
( − )
( − )
( , , , , , )
=
+
+
+
+
+
( ̅, , , , , )
( ̅, , , , , )
( ̅, , , , , )
( ̅, , , , , )
( ̅, , , , , )
( ̅, , , , , )
( − ̅)
( − )
( − )
( − )
( − )
( − )
43
( , , , , , )
=
+
+
+
+
+
( ̅, , , , , )
( ̅, , , , , )
( ̅, , , , , )
( ̅, , , , , )
( ̅, , , , , )
( ̅, , , , , )
( − ̅)
( − )
( − )
( − )
( − )
( − )
( , , , , , )
=
+
+
+
+
+
( ̅, , , , , )
( ̅, , , , , )
( ̅, , , , , )
( ̅, , , , , )
( ̅, , , , , )
( ̅, ,
( − ̅)
( − )
( − )
( − )
( − )
, , , )
Selanjutnya didefinisikan,
=
ℰ=
ℐ =
ℐ =
ℱ=
ℛ=
− ̅
−
−
−
−
−
( − )
44
Didapat derivatifnya sebagai berikut:
̇= ( , , ,
̇ = ( , , ,
̇ = ( , , ,
̇ = ( , , ,
̇ = ( , , ,
̇ = ( , , ,
sehingga diperoleh :
̇= ( , , , , , )
( ̅, , , , ,
=
( ̅, , , , ,
+
( ,̅ , , , ,
+
+
+
+
,
,
,
,
,
,
)
)
)
( ̅, , , , , )
( ̅, , , , , )
( ̅, , , , , )
,
,
,
,
,
,
),
),
),
),
),
)
( )
(ℰ )
(ℐ )
(ℐ )
(ℱ )
(ℛ )
45
̇ =
( , , , , , )
( ,̅ , , , , )
( )
=
( ̅, , , , , )
(ℰ )
+
( ,̅ , , , , )
(ℐ )
+
+
+
+
̇ =
( ̅, , , , , )
( ̅, , , , , )
( ̅, , , , , )
(ℐ )
(ℱ )
(ℛ )
( , , , , , )
( ,̅ , , , , )
( )
=
( ,̅ , , , , )
(ℰ )
+
( ̅, , , , , )
(ℐ )
+
+
+
+
( ̅, , , , , )
( ̅, , , , , )
( ̅, , , , , )
(ℐ )
(ℱ )
(ℛ )
46
̇ =
( , , , , , )
( ,̅ , , , , )
( )
=
( ̅, , , , , )
(ℰ )
+
( ,̅ , , , , )
(ℐ )
+
+
+
+
̇ =
( ̅, , , , , )
( ̅, , , , , )
( ̅, , , , , )
(ℐ )
(ℱ )
(ℛ )
( , , , , , )
( ,̅ , , , , )
( )
=
( ,̅ , , , , )
(ℰ )
+
( ̅, , , , , )
(ℐ )
+
+
+
+
( ̅, , , , , )
( ̅, , , , , )
( ̅, , , , , )
(ℐ )
(ℱ )
(ℛ )
47
̇ =
( , , , , , )
( ,̅ , , , , )
( )
=
( ̅, , , , , )
(ℰ )
+
( ,̅ , , , , )
(ℐ )
+
+
+
+
( ̅, , , , , )
( ̅, , , , , )
( ̅, , , , , )
(ℐ )
(ℱ )
(ℛ )
Apabila dinyatakan dalam bentuk matriks, maka diperoleh
⎛
⎜
̇
⎞ ⎜
̇
⎜
1⎟
=
̇2 ⎟ ⎜
⎟ ⎜
̇
⎜
̇⎠ ⎜
̇
⎛
⎜
⎜
⎜
⎝
⎝
( ̅)
( ̅)
( ̅)
( ̅)
( ̅)
( ̅)
( ̅)
( ̅)
( ̅)
( ̅)
( ̅)
( ̅)
( ̅)
( ̅)
( ̅)
( ̅)
( ̅)
( ̅)
(
( ̅)
( ̅)
( ̅)
( ̅)
(
( ̅)
( ̅)
( ̅)
( ̅)
( ̅)
(
( ̅)
( ̅)
( ̅)
( ̅)
( ̅)
( ̅)
⎞
⎟
̅ )⎟ ℰ
⎟ ⎛ℐ ⎞
̅ )⎟ ⎜
⎜ℐ ⎟
⎟
⎟ ℱ
̅ )⎟ ⎝ ⎠
ℛ
⎟
⎠
̅
(
)
Dengan ̅ = , , , , ,
kemudian dari hasil tersebut
dilakukan pemisalan (Lampiran 1), maka diperoleh,
̇
0
0
̇
0 ⎞ ℰ
⎛ ⎞ ⎛
̇
0
0 ⎛ℐ ⎞
0
0
⎜ ⎟=⎜
⎟
(4.20)
⎜ ̇⎟ ⎜0 0
⎜ℐ ⎟
⎟
0 ⎟⎜
0
⎜ ⎟
0
−
ℱ
0 0 0
̇
⎝
0
ℛ⎠
⎝
0
0
⎠
⎝ ̇⎠
48
Matriks
Jacobian
( ( ̅ ))
dapat
digunakan
untuk
mengidentifikasi sifat kestabilan sistem non linier disekitar titik
kesetimbangan ̅ . Kemudian dicari persamaan karakteristik dari
matriks Jacobian tersebut dengan mengunakan
| ( ( ̅ )) − | = 0
Sehingga,
0
−
0
−
0
−
0
0
0
0
= 0 (4.21)
−
0
0
0
0
0
0
− −
0
0
−
0
0
0
Untuk mencari nilai eigen menggunakan cara kofaktor kita
mengalami kesulitan sehinga digunakan MATLAB dengan
mensubstiusikan nilai parameter pada tabel 4.1,
sebesar 0.001,
sebesar 0.001 dan
sebesar 0.001, maka akan didapatkan
= −1.2138
= −0.0765
= −0.0330
= −0.0095
= −1.3
= −1.4001
Jadi sesuai dengan titik setimbang ̅ = ( ̅, , , , , ) bersifat
stabil.
Untuk menganalisis kestabilan dapat menggunakan
metode Routh-Hurwitz, maka diperoleh persamaan karakteristik
dari matriks Jacobian (4.21) (Lampiran 2)
Persamaan karakteristik dapat ditulis seperti berikut :
+ 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 =0
0
Dimana
= − 1 13 16 17 4 8 + 13 15 17 2 4 8 + 1 12 17 3 7
−
+
+
−
=−
+
−
−
+c c c c c + c c c c c +
49
c c c c c –c c c c c −
c c c c –c c c c –c c c c +
c c c c –c c c c –c c c c +
c c c c –c c c c − c c c c
+
c c c c –c c c c –c c c c
+ c c c c
= 1 12 17 3 + 1 12 17 7 + 1 12 3 7 − 1 12 4 6
+
+
−
+
+
−
+
+
−
−
+
+
+
+
+
+
+
+
−
+
+
−
+
−
+
= − 1 12 17 − 1 12 3 − 1 17 3 − 12 17 3 − 1 12
−
−
−
+
−
−
+
−
+
−
−
−
−
−
−
−
−
−
−
−
+
= 1 12 + 1 17 + 12 17 + 1 3 + 12 3
+
+
+
+
+
−
+
+
+
+
+
= −
=1
12
−
17
−
3
−
7
−
−
7
1
Menggunakan rumus Routh-Hurwitz dapat dituliskan dalam tabel
sebagai berikut :
Tabel 4.1 Routh-Hurwitz
=0
0
dengan,
0
0
0
0
0
=0
=0
0
0
0
0
=0
=0
0
0
0
0
50
−
=
,
−
=
=
=
−
,
,
−
=
=
,
=
−
=
,
−
=
=
−
=
Akan dianalisis nilai , , , , dan . Nilai
dianalisis sebagai berikut :
=− −
−
−
− −
nilai positif ( > 0) jika
0>
Nilai
nilai
+
+
+
+
+
dapat dianalisis sebagai berikut:
akan bernilai positif
>0
bernilai positif ( > 0), maka akibatnya nilai
positif dengan analisis sebagai berikut :
= 1 12 + 1 17 + 12 17 + 1 3 + 12 3 + 17 3 +
+
+
+
−
akan bernilai positif (
+
+
+
+
+
+
+
+
+
dapat
+
+
jika
harus
1 7
+
> 0) jika
+
+
+
+
+
+
+
>
>
Nilai
−
(−
+
+
−
−
− – )(
+
+
∗ +
+
+
+
+
+
+
+
+
) > (1)(−
−
−
−
−
−
−
+
−
−
+
+
−
−
−
−
−
−
−
−
−
−
+
)
+
−
−
−
−
51
Untuk nilai
dapat dianalisis sebagai berikut :
−
=
Nilai p1 akan bernilai positif jika
>
maka akibatnya
nilai
> 0 jika
+
+
+
>
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
Untuk nilai d1 dapat dianalisis sebagai berikut :
−
=
Nilai d1 akan bernilai positif jika
>
maka akibatnya
nilai
> 0 jika
>
(−
−
−
−
− − )(
+
+
−
+
+
−
+
+
−
+
+
−
−
+
+
+
+
+
+
+
+
−
+
+
−
+
−
+
) > (1)(−
+
−
−
+c c c c c + c c c c c +
c c c c c –c c c c c − c c c c
− c c c c
−
c c c c
+ c c c c
− c c c c
− c c c c
+
c c c c
− c c c c
− c c c c
+ c c c c
−
c c c c
− c c c c
+ c c c c )
Untuk nilai e1 dapat dianalisis sebagai berikut :
−
=
Nilai e1 akan bernilai positif jika
nilai
> 0 jika
>
>
maka akibatnya
52
Dari Tabel Routh-Hurwitz dapat dilihat bahwa variabel –
variabel pada kolom pertama memiliki nilai yang sama yaitu
bertanda positif. Titik kesetimbangan untuk model penyakit virus
Ebola terbukti stabil jika memenuhi
> 0,
>
,
>
,
>
,
>
.Dengan
menggunakan software MATLAB dengan mensubstitusikan nilai
parameter pada tabel 4.1,
sebesar 0.001,
sebesar 0.001 dan
sebesar 0.001, didapatkan nilai pada kolom pertama sebagai
berikut :
= 1
= 4.0329
= 4.8652
= 2.5986
= 5.1444
= 1.2087
4.1.3 Analisis Keterkontrolan
Untuk melakukan analisis keterkontolan, maka perluasanya
sistem dinamik yang telah dilinierkan. Dari persamaan (2.1)
sampai (2.6), jika dilinierkan disekitar titik setimbang
menggunakan Jacobian (4.20) dengan memisalkan matriks ̅,
diperoleh :
0
0
⎡
⎤
0 ⎥
⎢
0
0 ⎥
0
̅ =⎢0
(4.22)
0 ⎥
⎢0 0
0
0 ⎥
−
⎢0 0 0
0
⎣0 0
⎦
dan matriks sebagai berikut :
53
( ̅, , , , , )
=
( ̅, , , , , )
( ̅, , , , , )
( ̅, , , , , )
( ̅, , , , , )
( ̅, , , , , )
( ̅, , , , , )
( ̅, , , , , )
( ̅, , , , , )
( ̅, , , , , )
( ̅, , , , , )
( ̅, , , , , )
( ̅, , , , , )
( ̅, , , , , )
( ̅, , , , , )
( ̅, , , , , )
( ̅, , , , , )
( ̅, , , , , )
Dengan ̅ = ( ̅, , , , , ) kemudian dari hasil tersebut
dilakukan pemisalan (Lampiran 3), maka diperoleh matriks
sebagai berikut
1
2
0
=
0
0
0
0
3
4
0
0
0
0
0
5
6
(4.23)
7
8
Berdasarkan Teorema 2.1 dan solusi Persamaan (2.12) dapat
disusun matriks keterkontrolan ( ) sebagai berikut :
Untuk matriks
⎡
⎢
=⎢0
⎢0
⎢0
⎣0
=
diperoleh,
0
0
0
0
0
0
0
0
−
0
0
0
0
0
0
⎤
⎥
⎥
⎥
⎥
⎦
1
2
0
0
0
0
0
3
4
0
0
0
0
0
5
6
7
8
54
+
⎡ 1
⎢
=⎢
⎢ 0
⎢ 0
⎣ 0
+
+
+
+
−
0
+
Dengan memisalkan nilai dari perkalian
sehingga diperoleh :
= 1
=
=
=
=
+
=
=
=
=
+
=
+
=
=
+
=
−
=
+
Sehingga matriks
+
⎤
⎥
⎥
⎥
⎥
⎦
matriks tersebut,
+
+
+
menjadi
⎡
⎢
⎢
⎢0
⎢0
⎣0
Untuk matriks
= [ ̅][
+
0
⎤
⎥
⎥
⎥
⎥
⎦
diperoleh,
]
(4.24)
55
⎡
⎢
=⎢0
⎢0
⎢0
⎣0
⎡
⎢
=⎢
⎢
⎢
⎣
0
0
0
0
0
0
+
+
+
0
0
−
0
+
+
⎤⎡ 1
⎥⎢ 2
⎥⎢ 3
⎥⎢ 0
⎥⎢ 0
⎦⎣ 0
+
+
+
+
+
0
0
0
0
0
4
9
⎤
⎥
11 ⎥
12 ⎥
13 ⎥
14 ⎦
5
10
6
7
0
8
+
+
+
+
+
+
+
−
0
+
+
+
Dengan memisalkan nilai dari perkalian matriks tersebut,
sehingga diperoleh :
=
+
=
+
+
=
+
=
=
=
+
+
=
+
+
+
=
+
=
+
=
=
+
+
=
+
+
+
=
+
+
+
+
=
+
=
+
=
−
=
+
+
Sehingga matriks
menjadi,
+
+
+
+
⎤
⎥
⎥
⎥
⎥
⎦
56
1
6
12
⎡
2
7
⎢
3
8
=⎢
4
9
⎢
⎢0
10
⎣ 5
11
Selanjutnya untuk matriks
= [ ̅]
0
⎡
⎢
0
=⎢0
⎢0 0
⎢0 0 0
⎣0 0
⎡
⎢
=⎢
⎢
⎢
⎣
+
+
+
+
0
0
0
0
0
0
0
−
0
+
+
+
+
+
⎤
⎥
14
⎥
15 ⎥
16 ⎥
17 ⎦
diperoleh
13
+
+
+
+
6
12
7
13
⎤
⎥
14
⎥
15 ⎥
16 ⎥
17 ⎦
8
9
10
11
+
+
+
+
+
−
+
⎤⎡ 1
⎥⎢ 2
⎥⎢ 3
⎥⎢ 4
⎥⎢ 0
⎦⎣ 5
(4.25)
+
2 12
+
+
+
+
+
+
+
−
+
+
Dengan memisalkan nilai dari perkalian matriks tersebut,
sehingga diperoleh :
=
+
+
=
+
+
+
=
+
=
+
=
=
+
+
=
+
+
+
=
+
+
+
+
=
+
=
+
=
−
=
+
+
=
+
+
+
=
+
+
+
+
+
+
⎤
⎥
⎥
⎥
⎥
⎦
57
=
+
=
+
=
−
=
+
Sehingga matriks
1
+
menjadi,
7
13
⎡
⎤
2
8
14
⎢
⎥
3
9
15 ⎥
=⎢
10
16 ⎥
⎢ 4
⎢ 5
11
17 ⎥
⎣ 6
18 ⎦
12
Selanjutnya untuk matriks
= [ ̅]
0
⎡
⎢
0
=⎢0
⎢0 0
⎢0 0 0
⎣0 0
⎡
⎢
=⎢
⎢
⎢
⎣
+
+
+
+
(4.26)
diperoleh
0
0
−
0
+
+
0
0
0
0
0
+
+
+
+
+
+
+
−
+
+
1
7
13
2
8
14
3
9
4
10
5
11
6
12
⎤
⎥
15 ⎥
16 ⎥
17 ⎥
18 ⎦
+
+
+
+
+
−
+
⎤⎡
⎥⎢
⎥⎢
⎥⎢
⎥⎢
⎦⎣
+
2
13
+
+
+
`
+
+
+
+
−
+
+
Dengan memisalkan nilai dari perkalian matriks tersebut,
sehingga diperoleh :
=
+
+
+
=
+
+
+
+
=
+
=
+
=
−
=
+
+
=
+
+
+
=
+
+
+
+
=
+
+
+
⎤
⎥
⎥
⎥
⎥
⎦
58
=
+
=
−
=
+
=
+
=
+ `
=
+
=
+
=
−
=
+
Sehingga matriks
1
+
+
+
+
+
+
+
menjadi,
7
13
⎡
⎤
2
8
14
⎢
⎥
3
9
15 ⎥
=⎢
10
16 ⎥
⎢ 4
⎢ 5
11
17 ⎥
⎣ 6
18 ⎦
12
Selanjutnya untuk matriks
5
10
⎡ 1 0
⎢ 2
=⎢0
⎢0
⎢0
⎣0
⎡
⎢
=⎢
⎢
⎢
⎣
+
+
3
6
11
4
7
0
0
0
0
8
12
0
13
9
14
+
+
diperoleh
0 ⎤
15
⎡
0 ⎥⎢
16
0 ⎥⎢
0
0 ⎥⎢
0
0 ⎥⎢
−
17 ⎦ ⎣
0
+
+
(4.27 )
+
+
+
+
+
+
+
−
+
⎤
⎥
⎥
⎥
⎥
⎦
+
+
+
+
+
+
+
+
+
−
+
+
+
+
+
+
−
+
+
Dengan memisalkan nilai dari perkalian matriks tersebut,
sehingga diperoleh :
=
+
+
+
=
+
+
+
+
=
+
=
+
=
−
+
+
⎤
⎥
⎥
⎥
⎥
⎦
59
=
+
+
=
+
+
+
=
+
+
+
=
+
=
+
=
−
=
+
+
=
+
+
+
=
+
+
+
=
+
=
+
=
−
=
+
+
Sehingga matriks
menjadi,
⎡
⎢
=⎢
⎢
⎢
⎣
1
7
13
2
8
14
3
9
4
10
5
11
6
12
⎤
⎥
15 ⎥
16 ⎥
17 ⎥
18 ⎦
+
+
(4.28)
Dari hasil perhitungan diatas , maka Persamaan (4.23) hingga (4.28)
dapat disusun menjadi matriks keterkontrolan
seperti berikut :
=
⎡
⎢
⎢0
⎢0
⎢0
⎣0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Dengan didapatkannya matriks keterkontrolan diatas dapat
diamati bahwa rank ( ) = 6 . dengan demikian sistem dinamik
dari penyakit virus Ebola bersifat terkontrol
⎤
⎥
⎥
⎥
⎥
⎦
60
4.1.4 Analisis Keteramatan
Untuk melakukan analisis keteramatan, maka perlu adanya
sistem dinamik yang telah dilinierkan. Dari persamaan (2.1)
sampai (2.6), jika dilinierkan disekitar titik setimbang
menggunakan Jacobian (4.20) dengan memisalkan matriks ̅
seperti Persamaan (4.22). Dan matriks ̅ diperoleh berdasarkan
fungsi
tujuan
pada
permalasahan
ini
yaitu
( , , )=∫
( )+ ( )+
( )+
( )+
. Dengan demikian dapat dibentuk matriks ̅
sebagai berikut :
( )
⎛
̅= 001000 ⎜
000100 ⎜
⎞
⎟ (4.29)
⎟
⎝
Mencari matriks
diperoleh :
⎡ 1
⎢ 2
= 0 0 1 0 0 0 ⎢0
0 0 0 1 0 0 ⎢0
⎢0
⎣0
= 0
0
⎠
4
7
0
0
8
12
Selanjutnya untuk mendapat
0
0
0
5
10
15
3
6
11
4
7
0
16
0
0
0
8
12
0
13
9
14
0
0
diperoleh :
0
0
−
0
0
0
0
0
0
⎤
⎥
⎥
⎥
⎥
17 ⎦
(4.30)
61
= 0
0
4
7
0
0
8
12
⎡ 1
⎢ 2
0 ⎢0
0 ⎢0
⎢0
⎣0
0
0
5
10
15
3
6
11
4
7
0
16
0
0
0
8
12
0
13
9
14
0
0
0
0
0
⎤
⎥
⎥
⎥
⎥
17 ⎦
0
0
−
0
+ 7 7 4 11 4 16 0
2
+
0
0 0
8 4
8 7
12 8 12
Dengan memisalkan nilai dari perkalian matriks tersebut dengan
variabel baru, sehingga diperoleh :
=
=
+
=
=
+
=
+
=
=
=
Sehingga matriks
menjadi,
=
4 2 3 4
=
+
0
2
1
0
4 7
4
3
5
Selanjutnya untuk mendapat
=
1
0
2
3
4
5
6
8
7
0
4 6
6
8
7
0
0
0
(4.31)
diperoleh :
⎡ 1
⎢ 2
0 ⎢0
0 ⎢0
⎢0
⎣0
0
5
10
15
3
6
11
4
7
0
16
0
0
0
8
12
0
13
9
14
0
0
−
0
0
0
0
0
0
⎤
⎥
⎥
⎥
⎥
17 ⎦
62
=
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
−
0
0
Dengan memisalkan nilai dari perkalian matriks tersebut dengan
variabel baru, sehingga diperoleh :
=
+
=
=
+
=
+
=
+
+
=
+
+
=
+
+
+
=
+
=
+
−
=
Sehingga matriks
menjadi,
=
1
3
5
7
9
2
4
6
8
10
Selanjutnya untuk mendapat
=
1
2
=
+
+
3
4
+
+
5
6
7
10
+
+
+
+
+
(4.32)
diperoleh :
0
⎡
⎢
0 ⎢0
0 ⎢0
⎢0
⎣0
9
8
0
0
0
0
0
0
+
+
0
+
+
+
+
0
0
0
0
0
0
0
−
0
+
+
−
−
⎤
⎥
⎥
⎥
⎥
⎦
0
0
Dengan memisalkan nilai dari perkalian matriks tersebut dengan
variabel baru, sehingga diperoleh :
=
+
=
+
=
+
=
+
63
=
+
+
+
=
+
+
=
+
+
+
=
+
+
+
=
+
−
=
+
−
Sehingga matriks
menjadi,
=
1
3
5
7
9
2
4
6
8
10
Selanjutnya untuk mendapat
0
0
(4.33)
diperoleh :
=
=
1
3
5
7
9
2
4
6
8
10
+
+
+
+
+
⎡
⎢
0 ⎢0
0 ⎢0
⎢0
⎣0
+
+
+
0
0
0
0
0
+
+
+
0
+
+
+
+
0
0
0
0
0
0
0
−
0
+
+
−
−
⎤
⎥
⎥
⎥
⎥
⎦
0
0
Dengan memisalkan nilai dari perkalian matriks tersebut dengan
variabel baru, sehingga diperoleh :
=
+
=
+
=
+
=
+
=
+
+
+
=
+
+
=
+
+
+
=
+
+
+
=
+
−
=
+
−
Sehingga matriks
menjadi,
=
1
3
5
7
9
2
4
6
8
10
0
0
(4.33)
64
Dari hasil perhitungan diatas , maka Persamaan (4.29) hingga (4.34)
dapat disusun menjadi matriks keteramatan
seperti berikut :
⎡0
⎢0
⎢0
⎢0
⎢
⎢
⎢0
=⎢
⎢
⎢
⎢
⎢
⎢
⎢
⎣
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0⎤
0⎥
0⎥
0⎥
⎥
0⎥
0⎥
⎥
0⎥
0⎥
0⎥
0⎥
⎥
0⎥
0⎦
(4.35)
Dengan didapatkannya matriks keteramatan diatas dapat diamati
bahwa rank ( ) = 5. Dengan demikian sistem dinamik dari
penyakit virus Ebola bersifat tidak teramati.
4.2 Penyelesaian Kontrol Optimal Penyakit Virus Ebola
Dalam menyelesaikan kontrol optimal ini bertujuan untuk
meminimalkan jumlah individu terinfeksi. Diberikan fungsi
tujuan sebagai berikut :
(
,
,
)=
( )+
( )+
( )+
2
2
( )+
2
( )
Dengan A1, A2, A3 adalah variabel bobot yang berkorelasi
dengan biaya penggunaan kontrol yaitu sebagai faktor
penyeimbang dari biaya pengontrolan sistem, langkah awal yang
harus dilakukan adalah menentukan fungsi Hamiltonian dan
model matematika pada Persamaan (2.1) sampai (2.6), diperoleh
fungsi Hamiltonian sebagai berikut,
= ( , , )+
=
( )+ ( )+
( , , )
2
( )+
2
( )+
2
( )
65
) −
)
+ ( − (1 − )(
+
+
) −(
+ (1 − )(
+
+
+ )
+ (
−(
+ ) )
+ (
−(
+ ) )
)
+ (
−
+ ( (1 − )
+ (1 − )
− ( + ) )(4.36)
Langkah selanjutnya adalah menentukan kondisi stasioner
dari Persamaan (4.36) untuk mendapatkan persamaan kontrol
optimal. Persamaan (4.36) diturunkan terhadap , , dan
sehingga diperoleh
+
+
+
−
−
−
=0
(4.37)
−
+
=0
(4.38)
Dan,
−
−
+
−
+
−
+
+
=0
(4.39)
Berdasarkan Persamaan (4.39) hingga(4.41) didapat persamaan kendali
optimal sebagai berikut,
(
)(−
)
+
−
−
(4.40)
∗
=
∗
(4.41)
=
,dan
∗
=
(4.42)
dengan memperhatikan batas kendali
,
, dan
Persamaan (4.40) hingga (4.42) menjadi
=
0, min 1,
=
0, min 1,
dan
(
+
−
)(−
−
−
)
, maka
66
⎧
⎪
=
⎨
⎪
⎩
−
⎧
⎪
+
+
−
0, min 1,
⎨
⎪
⎩
+
+
⎫⎫
⎪⎪
+
⎬⎬
⎪⎪
⎭⎭
Substitusikan Persamaan (4.40) hingga (4.42) ke dalam
Persamaan (4.36), sehingga diperoleh :
=
+
+
+
( )+ ( )+
−
+
(
) −
1 1
2
−
2 2
−
1
1
2
2
1
−
2
+
1 1 1
+
2
+
2
+
2 2 2
−
1 1
+
2 2
3
− 1−
+
(
) −
1 1
−
2 2
−
(
+
) −
+
1
+
1−
+
(
) − 1 1− 2 2−
(
+
+
)
1
−
−
1
+
2
−
+
1
2
−
1
−
2
+
1 1 1
+
2
+
+
3
2 2 2
−
1 1
+
2 2
+
67
⎛
⎜
+
1
−
2
+
+
1 1 1
+
2
+
−
2 2 2
1 1
+
2 2
3
⎝
1
−
−
2
+
1 1 1
+
2
+
+
2 2 2
−
1 1
+
2 2
⎞
⎟
+
3
⎠
−
1
+
2
+
+
1 1 1
+
2
+
2 2 2
−
1 1
+
2 2
−
3
1
+
− 2+
1 1 1+
2
+
+
2 2 2−
1 1+ 2 2
(1 −
)
+
3
1
− 2+
1 1 1+
2
+
+
2 2 2−
1 1+ 2 2
(1 −
−( +
)
)
(4.43)
3
dengan menggunakan Persamaan (4.43) , didapatkan state dan
costate yang optimal sebagai berikut,
Persamaan state
Untuk memperoleh ̇ ( )dilakukan dengan cara,
∗
∗̇ (
∗̇ (
)=
)=
2
(
2
+
) −
1 1
−
2 2
2
−
+
1
− 1−
(
+
) − 1 1− 2 2−
(
1
+
+
) −
(4.44)
Sedangkan ̇∗ ( ) diperoleh dengan cara menurunkan Persamaan
(4.43) terhadap
∗
̇∗ ( ) =
=
+
(
+
−
)(−
+
−
2
−2
−
)
+
2
(
)
+
68
(
1−
)(
)
−
(
+
+
(4.45)
Persamaan (4.43) diturunkan terhadap
sehingga,
−2
=
1
+
2
+
−
+
2
−
untuk mendapatkan
̇∗
∗
̇ ∗( ) =
−
)
+
1 1 1+
2
+
+
(
+
2 2 2−
)
−
+
+ 2 2
1 1
1 1
3
+
(4.46)
1
Sedangkan ̇ ∗ ( ) diperoleh dengan cara menurunkan Persamaan
(4.43) terhadap 2
∗
̇ ∗( ) =
=
−
+
−
1
−
2
+
−
−
+
+
(
) +
+
+
1 1 1+
2
+
+
+
2 2 2−
∗
)=
+
2
+
2 2 2
3
−
2 2
)=
2
)
1 1+ 2 2
Persamaan (4.43) diturunkan terhadap
sehingga,
∗̇ (
(
+
3
∗̇ (
+
+
+
+
2
(4.47)
untuk mendapatkan
∗̇
69
1
−
+
2
1 1 1
+
2
+
+
2 2 2
−
1 1
+
2 2
3
−
Persamaan (4.43) diturunkan terhadap
sehingga,
(4.48)
untuk mendapatkan
∗
̇∗ ( ) =
2
̇∗ (
∗̇
)=
2
+
+
2
+
2 2 2
1 1
+
2 2
3
−
+
(1 −
+
+
+
−
+
)
1
+
+
−
2
+
1 1 1
+
2
+
+
2 2 2
−
1 1
+
2 2
3
(1 −
)
−( +
(4.49)
)
Persamaan costate
Untuk memperoleh ̇ ∗ ( ) dilakukan dengan caramenurunkan
Persamaan (4.43) terhadap
∗
̇ ∗( ) = −
+2
̇ ∗( ) = −
+(
−
−
)
−
)
−
1−
(−
+
(
+
)(−
−
−
)
(
+
+
(4.50)
)
70
Sedangkan ̇ ∗ ( ) diperoleh dengan cara menurunkan Persamaan
(4.43) terhadap
∗
̇ ∗( ) = −
2
̇ ∗( ) = −
−2
1
2
+
1
−
+
2
1
+
2
−
−
2
1
(4.51)
1
2
Sedangkan 1̇ ∗ ( ) diperoleh dengan cara menurunkan Persamaan
(4.43) terhadap
∗
̇ ∗( ) = −
1
1
= −1 −
−
+(
+
−
−
(
2
+
−2
) (−
2
+2
(
) 1−
−
−
+
+
−
)
−
−
2
+
−2
+2
2
(2
+2
)(−
+
−
−
+
−
−
+
−
)
+
)
+
−
+
−
+
+
−
(1 −
)
(1 −
)
(4.52)
Sedangkan 2̇ ∗ ( ) diperoleh dengan cara menurunkan Persamaan
(4.43) terhadap
̇ ∗( ) = −
∗
= −1 + (
−
)
71
(
1−
+
)(−
+
−
)
−
−
−
+
−
−
(1 −
+
+
)
+
+
+
+
−
+
−
+
+
(4.53)
+
̇∗
Sedangkan
( ) diperoleh dengan cara menurunkan Persamaan
(4.43) terhadap
̇ ∗( ) = −
∗
=(
)
−
(
1−
+
)(−
−
−
)
(4.54)
∗
̇
Sedangkan
( ) diperoleh dengan cara menurunkan Persamaan
(4.43) terhadap
+
̇ ∗( ) = −
=
∗
+
(4.55)
4.3 Solusi Numerik
Penyelesaian kendali optimal pada Tugas Akhir ini diselesaikan
dengan penyelesaian numerik. Metode numerik yang digunakan
adalah Runge-Kutta orde empat karena galat yang dihasilkan
kecil. Metode Runge Kutta orde empat adalah satu dari metode
yang banyak digunakan untuk menyelesaikan persamaan
differensial. Metode Runge-Kutta orde empat digunakan untuk
menyelesaikan Persamaan (2.1) sampai (2.6). Metode ini
mempunyai suatu galat pemotongan ℎ, ℎ adalah langkah waktu
72
(step size). Persamaan state dan costate yang digunakan dalam
metode ini adalah Persamaan state (4.44) sampai
(4.49)danPersamaan costate (4.50) sampai (4.55). Karena pada
persaman state diketahui nilai awal sedangkan pada persamaan
costate diketahui nilai akhir maka untuk menyelesaikan
persamaan state digunakan metode forward sweep karena nilai
awal state diketahui, sedangkan costate diselesaikan dengan
menggunakan metode backward sweep karena nilai akhir costate
diketahui berdasarkan kondisi transversality. Sehingga metode
yang digunakan adalah forward-backward sweep dimana solusi
numerik yang digunakan adalaha Runge-Kutta orde empat.
Berikut langkah-langkah metode forward-backward sweep,
1. Langkah 1
Inisialisasi nilai , , , , , , , , ,
,
,
,
,
dalam bentuk vektor nol dengan
sebanyak elemen.
2. Langkah 2
Mengganti nilai
(0) = 0, (0) = 0, (0) = 0, (0) = 0, (0) = 0,
(0) = 0, (0) = 0, (0) = 0, (0) = 0,
(t ) = 0,
(t ) = 0,
(t ) = 0,
(t ) = 0,
(t ) = 0
dan (t ) = 0.
3. Langkah 3
Menghitung
(− + )(
)
+
+
=
0,
1,
=
0,
1,
dan
73
⎧
⎪
0,
⎨
⎪
⎩
=
−
⎧
⎪
1,
⎨
⎪
⎩
+
+
−
(−
−
+
)
⎬⎬
⎪⎪
⎭⎭
4. Langkah 4
Persamaan state diselesaikan secara forward sweep.
Integrasi numerik dari persamaan state (Persamaan (4.44) sampai
(4.49)) dengan menggunakan Runge-Kutta orde empat dapat
dinyatakan sebagai berikut:
1
=
+
, +2 , +2 , +
,
6
1
=
+
, +2 , +2 , +
,
6
1
=
+
, +2 , +2 , +
,
6
1
=
+
, +2 , +2 , +
,
6
1
= +
, +2 , +2 , +
,
6
1
=
+
, +2 , +2 , +
,
6
dengan,
, , , , , ,
,
,
)
, =ℎ (
,
=ℎ
+
,
+
,
2
,
=ℎ
+
,
,
2
,
2
,
2
+
+
,
)
,
,
,
+
+
+⎫⎫
⎪⎪
2
,
,
+
,
2
,
,
2
,
,
+
,
2
+
2
,
+
,
+
,
2
,
,
,
2
,
2
,
74
,
,
=ℎ
+
)
,
+
,
,
,
,
,
+
+
,
,
,
+
,
,
,
+
,
,
)
,
, , , , , , , , , , , , , , , , , , ,
, ,
, ,
, ,
, ,
, ,
, ,
, ,
, ,
, , dan
,
didapatkan dengan cara yang sama.
5. Langkah 5
Persamaan costate(Persamaan (4.50) sampai (4.55)) diselesaikan
secara backward sweep. Integrasi numerik dari persamaan costate
dengan menggunakna Runge-Kutta orde empat dapat dinyatakan
sebagai berikut:
1
=
− ( , +2 , +2 , + , )
6
1
=
− ( , +2 , +2 , + , )
6
1
=
− ( , +2 , +2 , + , )
6
1
=
−
+2 , +2 , + ,
,
6
1
=
− ( , +2 , +2 , + , )
6
1
=
− ( , +2 , +2 , + , )
6
dengan,
=ℎ (
,
,
,
,
,
,
, , , , ,
,
,
,
,
)
,
,
=ℎ (
−
−
,
2
,
,
2
,
−
−
,
2
,
,
2
,
−
,
2
,
75
,
−
=ℎ (
,
−
,
2
=ℎ (
−
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
−
,
,
,
−
,
,
)
,
,
)
,
2
,
,
−
, ,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
−
,
,
,
,
,
,
2
,
2
,
,
−
−
2
−
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
)
,
,
, , , ,
diperoleh dengan cara yang sama.
,
Pada simulasi ini digunakan nilai input parameter seperti
pada Tabel 4.1.
,
,
,
,
,
2
,
−
untuk
, ,
, ,
,
,
−
−
,
,
2
,
4.4 Analisa Hasil Simulasi
Pada subbab ini akan dilakukan analisis dari hasil simulasi,
dengan menggunakan nilai parameter diatas. Simulasi yang
dilakukan meliputi simulasi populasi individu rentan dengan dan
tanpa kontrol, populasi individu teridentifikasi virus Ebola
dengan dan tanpa kontrol, populasi individu terinfeksi pada tahap
pertama dengan dan tanpa kontrol, populasi individu terinfeksi
pada tahap kedua dengan dan tanpa kontrol, populasi individu
meninggal hingga dikubur dengan dan tanpa kontrol, populasi
individu sembuh/recovery dengan dan tanpa kontrol. Dengan
menggunakan parameter pada Tabel 4.1 dan dengan populasi total
sebesar 10590 orang.
76
12000
tanpa kendali
dengan kendali
10000
Individu Rentan
8000
6000
4000
2000
0
0
5
10
15
Time (t)
Gambar 4.1 Individu Rentan
tanpa kendali
dengan kendali
350
300
Individu Rentan
250
200
150
100
50
0
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
Time (t)
0.3
0.35
0.4
0.45
Gambar 4.2 Individu Rentan dengan kendali (Perbesar)
Dari Gambar 4.1 dapat diamati populasi individu rentan
saat tidak menggunakan kendali dari hari pertama hingga hari ke14 tidak mengalami penurunan, tetapi pada hari ke-15 populasi
individu mengalami penurunan sebesar 0.68% Sedangkan saat
77
menggunakan kendali populasi individu rentan mengalami
penurunan yang signifikan hal ini dikarenakan adanya kendali
yang merepresentasikan fasilitas untuk menjaga jarak agar
individu rentan tidak melakukan kontak dengan individu
terinfeksi,
pengobatan/treatment
untuk
individu
yang
teridentifikasi terjangkit virus Ebola, dan pengobatan/treatment
monitoring individu terinfeksi pada tahap pertama dan individu
terinfeksi pada tahap kedua.
12000
tanpa kendali
dengan kendali
Individu Teridentifikasi Penyakit
10000
8000
6000
4000
2000
0
0
5
10
15
Time (t)
Gambar 4.3 Individu Sudah Teridentifikasi Penyakit Virus Ebola
Gambar 4.3 dapat diamati populasi individu
teridentifikasi penyakit saat tidak menggunakan kendali individu
mengalami kenaikan sebesar 0.13%. Jumlah populasi individu
teridentifikasi penyakit mengalami peningkatan disebabkan
karena tidak adanya fasilitas untuk menjaga jarak agar individu
rentan tidak melakukan kontak dengan individu terinfeksi.
Sedangkan pada saat mendapatkan kendali individu teridentifikasi
78
penyakit mengalami penurunan, tetapi pada saat hari ke 15
individu teridentifikasi penyakit mengalami peningkatan sebesar
0.31%. Kendali yang diberikan adalah kendali yang
merepresentasikan fasilitas untuk menjaga jarak agar individu
rentan tidak melakukan kontak dengan individu terinfeksi. Selain
itu, kendali yang merepresentasikan pengobatan/treatment untuk
individu yang teridentifikasi penyakit virus Ebola, dan yang
terakhir adalah pengobatan/treatment monitoring individu
terinfeksi pada tahap pertama dan individu terinfeksi pada tahap
kedua.
300
Individu Terinfeksi Pada Tahap Pertama
tanpa kendali
dengan kendali
250
200
150
100
50
0
0
5
10
15
Time (t)
Gambar 4.4Individu Terifeksi Penyakit Virus Ebola Pada Tahap
Pertama
Pada gambar diatas dapat diamati populasi individu
terinfeksi pada tahap pertama saat tidak menggunakan kendali
individu terinfeksi pada tahap pertama tidak mengalami
penurunan yang signifikan yaitu sebesar 0.0056%. Sedangkan
pada saat dengan kendali individu terinfeksi pada tahap pertama
79
Individu Teridentifikasi Pada Tahap Kedua/Super Infeksi
mengalami kenaikan sebesar 0.024% lalu mengalami penurunan
sebesar 0.0009442871%. Hal ini dikarenakan adanya jumlah
individu terinfeksi pada tahap pertama mendapatkan kendali yang
merepresentasikan pengobatan/treatment dan monitoring individu
pada tingkat pertama dan tingkat kedua.
300
tanpa kendali
dengan kendali
250
200
150
100
50
0
0
5
10
15
Time (t)
Gambar 4.5 Individu Terifeksi Penyakit Virus Ebola Pada Tahap
Kedua/Super Infeksi
Pada Gambar 4.5 dapat diamati populasi individu
terinfeksi pada tahap kedua saat tidak menggunakan kendali
individu terinfeksi pada tahap pertama tidak mengalami
penurunan yang signifikan yaitu sebesar 0.0037%. Sedangkan
pada saat dengan kendali individu terinfeksi pada tahap kedua
mengalami kenaikan sebesar 0.025% lalu mengalami penurunan
hingga 0.00095%. Hal ini dikarenakan adanya jumlah individu
terinfeksi pada tahap kedua mendapatkan kendali yang
80
merepresentasikan pengobatan/treatment dan monitoring individu
pada tingkat pertama dan tingkat kedua
180
tanpa kendali
dengan kendali
160
Individu Meninggal
140
120
100
80
60
40
20
0
0
5
10
15
Time (t)
Gambar 4.6 Individu Meninggal Hingga Dikubur
Pada gambar 4.6 diatas dapat diamati populasi individu
meninggal saat tidak menggunakan kendali populasi individu
meninggal mengalami kenaikan 0.017%, menurun pada hari ke-7
sebesar 0.00094%. Sedangkan pada saat dengan kendali individu
meninggal mengalami penurunan sebesar 0.00047% orang pada
hari ke-2.
81
250
tanpa kendali
dengan kendali
Individu Sembuh
200
150
100
50
0
0
5
10
15
Time (t)
Gambar 4.7 Individu Sembuh/Recovery
Pada Gambar 4.7 populasi individu sembuh saat tidak
menggunakan kendali populasi individu sembuh mengalami
penurunan pada hari ke-3 sebesar 0.00047%. Pada saat dengan
kendali
populasi individu mengalami peningkatan hingga
0.023%, secara perlahan mengalami penurunan populasi karena
adanya kematian alami.
82
1
u1
0.9
0.8
0.7
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0
5
10
15
Time (t)
Gambar 4.8 Kontrol
1
u2
0.9
0.8
0.7
0.6
Kontrol
Kontrol
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0
5
10
Time (t)
Gambar 4.9 Kontrol
15
83
1
u3
0.9
0.8
0.7
Kontrol
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0
5
10
15
Time (t)
Gambar 4.10 Kontrol
Pada Gambar 4.8 merupakan grafik kendali yang
merepresentasikan fasilitas untuk menjaga jarak agar individu
rentan tidak melakukan kontak dengan individu terinfeksi. Saat
kendali berada pada kondisi awal mencapai kondisi maksimum
atau satu , kemudian kondisi kendali mengalami penurunankenaikan terus,dan mengalami penurunan sebesar 0.001.
sedangkan pada Gambar 4.9 adalah grafik kendali yang
merepresentasikan pengobatan/treatment untuk individu yang
teridentifikasi terjangkit virus Ebola pada kondisi awal mencapai
maksimum yaitu satu, kendali tersebut mengalami penurunan dan
kenaikan. Pada hari ke-15 kendali mengalami penurunan di nol.
Pada Gambar 4.10 dapat diamati bahwa grafik kendali yang
merepresentasikan treatment/pengobatan dan monitoring individu
pada tingkat pertama dan individu terinfeksi pada tingkat kedua.
Pada kondisi awal kendali bernilai satu kemudian mengalami
penaikan dan penurunan, kemudian mengalami penurunan hingga
bernilai nol.
84
Pada simulasi dibawah ini populasi total individu sebesar
10530. Populasi yang diamati antara lain individu rentan, individu
teridentifikasi penyakit virus Ebola, individu terinfeksi pada tahap
pertama, individu terinfeksi pada tahap kedua, individu
meninggal hingga dikubur, dan individu sembuh.
12000
tanpa kendali
dengan kendali
10000
Individu Rentan
8000
6000
4000
2000
0
0
5
10
Time (t)
Gambar 4.11 Individu Rentan
15
85
tanpa kendali
dengan kendali
350
300
Individu Rentan
250
200
150
100
50
0
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
Time (t)
0.3
0.35
0.4
0.45
Gambar 4.12 Individu Rentan dengan kendali (Perbesar)
Dari Gambar 4.12 dapat diamati populasi individu rentan
saat tidak menggunakan kendali dari hari pertama hingga hari ke14 tidak mengalami penurunan, tetapi pada hari ke-15 populasi
individu mengalami penurunan sebesar 0.68% Sedangkan saat
menggunakan kendali populasi individu rentan dengan kondisi
awal yang sama yaitu 0.944% mengalami penurunan yang
signifikan hal ini dikarenakan adanya kendali yang
merepresentasikan fasilitas untuk menjaga jarak agar individu
rentan tidak melakukan kontak dengan individu terinfeksi,
pengobatan/treatment untuk individu yang teridentifikasi
terjangkit virus Ebola, dan pengobatan/treatment monitoring
individu terinfeksi pada tahap pertama dan individu terinfeksi
pada tahap kedua.
86
12000
tanpa kendali
dengan kendali
Individu Teridentifikasi Penyakit
10000
8000
6000
4000
2000
0
0
5
10
15
Time (t)
Gambar 4.13 Individu Sudah Teridentifikasi Penyakit Virus Ebola
Gambar 4.13 dapat diamati populasi individu
teridentifikasi penyakit pada kondisi awal sebesar 400 orang. Saat
tidak menggunakan kendali individu mengalami kenaikan sebesar
0.13%. Jumlah populasi individu teridentifikasi penyakit
mengalami peningkatan disebabkan karena tidak adanya fasilitas
untuk menjaga jarak agar individu rentan tidak melakukan kontak
dengan individu terinfeksi. Sedangkan pada saat mendapatkan
kendali individu teridentifikasi penyakit mengalami penurunan,
tetapi pada saat hari ke 15 individu teridentifikasi penyakit
mengalami peningkatan sebesar 0.310%. Kendali yang diberikan
adalah kendali yang merepresentasikan fasilitas untuk menjaga
jarak agar individu rentan tidak melakukan kontak dengan
individu terinfeksi. Selain itu, kendali yang merepresentasikan
pengobatan/treatment untuk individu yang teridentifikasi penyakit
virus Ebola, dan yang terakhir adalah pengobatan/treatment
87
monitoring individu terinfeksi pada tahap pertama dan individu
terinfeksi pada tahap kedua.
300
Individu Terinfeksi Pada Tahap Pertama
tanpa kendali
dengan kendali
250
200
150
100
50
0
0
5
10
15
Time (t)
Gambar 4.14 Individu Terifeksi Penyakit Virus Ebola Pada Tahap
Pertama
Pada gambar diatas dapat diamati populasi individu
terinfeksi pada tahap pertama saat tidak menggunakan kendali
individu terinfeksi pada tahap pertama tidak mengalami
penurunan yang signifikan yaitu sebesar 0.0056%. Sedangkan
pada saat dengan kendali individu terinfeksi pada tahap pertama
kenaikan sebesar 0.024% lalu mengalami penurunan hingga
0.00094%. Hal ini dikarenakan adanya jumlah individu terinfeksi
pada tahap pertama mendapatkan kendali yang merepresentasikan
pengobatan/treatment dan monitoring individu pada tingkat
pertama dan tingkat kedua.
Individu Teridentifikasi Pada Tahap Kedua/Super Infeksi
88
300
tanpa kendali
dengan kendali
250
200
150
100
50
0
0
5
10
15
Time (t)
Gambar 4.15 Individu Terifeksi Penyakit Virus Ebola Pada Tahap
Kedua/Super Infeksi
Pada Gambar 4.15 dapat diamati populasi individu
terinfeksi pada tahap kedua pada kondisi awal sebesar 0 orang.
Saat tidak menggunakan kendali individu terinfeksi pada tahap
pertama tidak mengalami penurunan yang signifikan yaitu sebesar
0.0037%. Sedangkan pada saat dengan kendali individu terinfeksi
pada tahap kedua tidak ada kemudian mengalami kenaikan
sebesar 0.025% lalu mengalami penurunan 0.0009% Hal ini
dikarenakan adanya individu tingkat pertama yang mendapatkan
kendali pengobatan dan monitoring dan dipenngaruhi fraksi
waktu individu terinfeksi. Namun akan berkurang karena adanya
kematian alami.
89
160
tanpa kendali
dengan kendali
140
Individu Meninggal
120
100
80
60
40
20
0
0
5
10
15
Time (t)
Gambar 4.16 Individu Meninggal Hingga Dikubur
Pada gambar 4.6 diatas dapat diamati populasi individu
meninggal saat tidak menggunakan kendali populasi individu
meninggal mengalami kenaikan 0.0145%, menurun pada hari
ke-7 sebesar 0.0003%. Sedangkan pada saat dengan kendali
individu meninggal mengalami penurunan sebesar 0.00047%
pada hari ke-2.
90
250
tanpa kendali
dengan kendali
Individu Sembuh
200
150
100
50
0
0
5
10
15
Time (t)
Gambar 4.17 Individu Sembuh/Recovery
Pada Gambar 4.17 populasi individu sembuh pada
saat tidak menggunakan kendali populasi individu sembuh
mengalami penurunan pada hari ke-3 sebesar 0.00019% .
Pada saat dengan kendali populasi individu mengalami
peningkatan 0.022%, secara perlahan mengalami penurunan
populasi karena adanya kematian alami.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini membahas mengenai kesimpulan dari hasil
pembahasan pada bab sebelumnya, serta saran yang diberikan jika
penelitian ini ingin dikembangkan.
5.1 Kesimpulan
Dari analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka
dapat diambuil kesimpulan sebagai berikut :
1. Sistem pada model dinamik penyakit virus Ebola bersifat stabil,
terkontrol, dan tidak teramati sehingga sistem tersebut dapat
terapkan kendali optimal.
2. Kendali optimal yang diperoleh pada upaya meminimalkan individu
terinfeksi, dengan menerapkan teori kendali menggunakan Prinsip
Minimum Pontryagin, maka diperoleh pengendali optimal berupa
yang yang merepresentasikan fasilitas untuk menjaga jarak agar
individu rentan tidak melakukan kontak dengan individu terinfeksi
termasuk kampanye dan edukasi publik,
kontrol
yang
merepresentasikan treatment/pengobatan untuk individu yang sudah
diidentifikasi terjangkit penyakit virus Ebola, dan
kontrol yang
merepresentasikan treatment/pengobatan dan monitoring individu
pada tingkat pertama ( dan tingkat kedua/ super infeksi ( .
3. Berdasarkan hasil simulasi,individu terinfeksi pada saat dengan
kendali mengalami penurunan sebesar 0.00094%
5.2 Saran
Adapun saran dari Tugas Akhir ini adalah :
1. Pada penelitian selanjutnya dapat dikembangkan dengan
menggunakan metode lain dalam penyelesaian kendali
optimalnya.
89
90
2. Dapat dikembangkan dengan menggunakan model yang
berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Emiliani, C. 1993. “Extinction and viruses”. Biosystems
no. 31: 155-159.
[2] Dinkes Jatim. (8 September 2016). “ Penyakit Penyakit
virus Ebola”.
http://dinkes.jatimprov.go.id/userimage/Ebola.pdf
[3] Direktur Jenderal PP dan Pl. (2015) “Pedoman
Kesiapsiagaan Menghadapi Penyakit Penyakit virus
Ebola”. Jakarta
[4] Bonyah, E., Badn K., Asiedu-Addo S.K. (2016).
“Optimal Control Application To An Ebola Model”.
Jurnal Asian Pacific Jurnal of Tropical Biomedicine.
Hal. 283-289
[5] Purwati, E. (2015). “Model Matematika SusceptibleInfected-Recovery-Deaths (SIRD) Pada Penyebaran
Penyakit virus Ebola”. Tugas Akhir S1Jurusan
Matematika UIN Sunan Kalijaga. Yogyakarta
[6] Chowell, Gerardo., Nishiura Hiroshi. (2014).
“Transmission Dynamics and Control Of Ebola Virus
Disease (EVD)”. Jurnal Medicine For Global Health,
12:196. Hal. 1741-7015.
[7] Naidu, S. D. (2002). “Optimal Control System”. USA :
CRC Press LLC.
[8] Rencana Kontijensi dan Respon Pandemi-Tim
Manajemen Operasi Satuan Tugas Pandemi PBB di
Indonesia. (7September 2016). “Penyakit Penyakit virus
Ebola”.
http://www.searo.who.int/indonesia/areas/surveillance/a
boutebolavirusdisease_v19112014_bahasaindonesia.pdf
[9] Perko, Lawrence. 2001. “Differential Equations and
Dynamical Systems”. USA : Department of
Mathematics Northern Arizona University.
91
92
[10] Subiono. 2013. Sistem Linier dan Kendali Optimal. Versi
2.2.1. Surabaya: Jurusan Matematika FMIPA, ITS.
93
LAMPIRAN 1
PENDIFERENSIAL SISTEM (2.1)-(2.6)
1.
( ̅ ̅ ̅ ̅ ̅ ̅)
(
(
(
2.
( ̅ ̅ ̅ ̅ ̅ ̅)
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
)(
(
)(
(
( ̅ ̅ ̅ ̅ ̅ ̅)
( ̅ ̅ ̅ ̅ ̅ ̅)
( ̅ ̅ ̅ ̅ ̅ ̅)
( ̅ ̅ ̅ ̅ ̅ ̅)
( ̅ ̅ ̅ ̅ ̅ ̅)
( ̅ ̅ ̅ ̅ ̅ ̅)
( ̅ ̅ ̅ ̅ ̅ ̅)
(
)
)
)
)(
( ̅ ̅ ̅ ̅ ̅ ̅)
( ̅ ̅ ̅ ̅ ̅ ̅)
)
)
(
( ̅ ̅ ̅ ̅ ̅ ̅)
( ̅ ̅ ̅ ̅ ̅ ̅)
)
)
(
(
3.
)(
)
)
94
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
( ̅ ̅ ̅ ̅ ̅ ̅)
( ̅ ̅ ̅ ̅ ̅ ̅)
( ̅ ̅ ̅ ̅ ̅ ̅)
( ̅ ̅ ̅ ̅ ̅ ̅)
( ̅ ̅ ̅ ̅ ̅ ̅)
(
)
( ̅ ̅ ̅ ̅ ̅ ̅)
( ̅ ̅ ̅ ̅ ̅ ̅)
( ̅ ̅ ̅ ̅ ̅ ̅)
( ̅ ̅ ̅ ̅ ̅ ̅)
(
)
( ̅ ̅ ̅ ̅ ̅ ̅)
( ̅ ̅ ̅ ̅ ̅ ̅)
( ̅ ̅ ̅ ̅ ̅ ̅)
( ̅ ̅ ̅ ̅ ̅ ̅)
( ̅ ̅ ̅ ̅ ̅ ̅)
( ̅ ̅ ̅ ̅ ̅ ̅)
( ̅ ̅ ̅ ̅ ̅ ̅)
( ̅ ̅ ̅ ̅ ̅ ̅)
( ̅ ̅ ̅ ̅ ̅ ̅)
( ̅ ̅ ̅ ̅ ̅ ̅)
(
)
95
33.
34.
35.
36.
( ̅ ̅ ̅ ̅ ̅ ̅)
( ̅ ̅ ̅ ̅ ̅ ̅)
( ̅ ̅ ̅ ̅ ̅ ̅)
( ̅ ̅ ̅ ̅ ̅ ̅)
= (
)
96
97
LAMPIRAN 2
PERSAMAAN KARAKTERISTIK
(
)
(
)
(
)
(
)
(
)
(
)= 0
98
99
LAMPIRAN 3
PENDIFERENSIALAN TERHADAP KENDALI
( ̅ ̅ ̅ ̅ ̅ ̅)
1.
(
)(
(
)
)(
)
(
(
(
2.
( ̅ ̅ ̅ ̅ ̅ ̅)
)
)
(
(
)(
)(
)
(
)(
(
3.
4.
5.
6.
7.
)
)
)
(
( ̅ ̅ ̅ ̅ ̅ ̅)
(
)(
)
)
( ̅ ̅ ̅ ̅ ̅ ̅)
(
)
( ̅ ̅ ̅ ̅ ̅ ̅)
( ̅ ̅ ̅ ̅ ̅ ̅)
( ̅ ̅ ̅ ̅ ̅ ̅)
(
)
(
(
)(
)
)
(
(
(
)
)
(
)
)
)
100
8.
( ̅ ̅ ̅ ̅ ̅ ̅)
(
)(
)
(
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
( ̅ ̅ ̅ ̅ ̅ ̅)
(
)
)
(
)
( ̅ ̅ ̅ ̅ ̅ ̅)
(
)
( ̅ ̅ ̅ ̅ ̅ ̅)
( ̅ ̅ ̅ ̅ ̅ ̅)
(
( ̅ ̅ ̅ ̅ ̅ ̅)
( ̅ ̅ ̅ ̅ ̅ ̅)
)
(
(
(
)(
)
)
)(
( ̅ ̅ ̅ ̅ ̅ ̅)
(
)
)
(
(
)
)
( ̅ ̅ ̅ ̅ ̅ ̅)
(
)
( ̅ ̅ ̅ ̅ ̅ ̅)
( ̅ ̅ ̅ ̅ ̅ ̅)
(
(
)
(
)
)
(
(
)
)
BIODATA PENULIS
Penulis yang mempunyai nama
lengkap Fitria Fatimia Ayuni lahir di
Surabaya. Pada tanggal 23 November
1993. Penulis merupakan anak kedua
dari tiga
bersaudara, dari Bapak
Syamsul Hadi dan Ibu Nur Aini
Sofwana. Penulis telah menempuh
pendidikan formal dari SD Negeri
Pucang 2 Sidoarjo, SMP Negeri 1
Candi-Sidoarjo dan SMA IPIEMS
Surabaya. Setelah menamatkan jenjang
formal, penulis melanjutkan studi S1 di
Jurusan Matematika ITS dengan melalui jalur SBMPTN dengan
NRP 1212 100 053 dan selama kuliah penulis mengambil bidang
minat Terapan. Pada waktu kuliah penulis juga pernah aktif
dalam Himpunan Mahasiswa Matematika sebagai anggota SC
Desa Binaan HIMATIKA (DENAH) Departemen SOSMAS
2013/2014 dan SC Desa Binaan HIMATIKA (DENAH)
Departemen PENGMAS 2014/2015.
101
Download