Renungan Bulan Juli 2014

advertisement
Am. 3:1-8;4:11-12
SELASA, 01 Juli 2014
Mat 8:23-27
Lalu Yesus naik ke dalam perahu dan murid-murid-Nya pun mengikuti-Nya. Sekonyongkonyong mengamuklah angin ribut di danau itu, sehingga perahu itu ditimbus
gelombang, tetapi Yesus tidur. Maka datanglah murid-murid-Nya membangunkan Dia,
katanya: "Tuhan, tolonglah, kita binasa. Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu
takut, kamu yang kurang percaya?" Lalu bangunlah Yesus menghardik angin dan danau
itu, maka danau itu menjadi teduh sekali. Dan heranlah orang-orang itu, katanya: "Orang
apakah Dia ini, sehingga angin dan danau pun taat kepada-Nya?"
Untuk direnungkan
Danau Galilea memanjang sekitar 20 km dan lebar 12 km. Letaknya di lembah
Yordan dan berada 230 m di bawah permukaan laut. Dengan letak geografis semacam ini
maka cuacanya pun panas. Kalau angin dingin datang melalui celah antar perbukitan
yang membentuk corong angin raksasa, maka tiba-tiba terjadilah angin badai yang
menggoncang air menjadi gelombang mengerikan.
Dikisahkan, angin badai dan gelombang dahsyat itu terjadi saat para murid Yesus
sedang menyeberangi danau Galilea dengan perahu. Mereka panik dan ketakutan, karena
menurut orang-orang Yahudi, danau/laut adalah tempat kediaman kekuatan-kekuatan
jahat. Lagi pula Yesus sedang tidur. Maka para murid membangunkan-Nya dan
memohon: “Tuhan, tolonglah, kita binasa.” Bukankah ini menunjukkan ungkapan
kurangnya iman para murid? Maka Yesus menegur mereka: “Mengapa kamu takut, kamu
yang kurang percaya?”
Suster, ibu bapak dan saudara-saudariku yang terkasih dalam Kristus, secara
teologis, ungkapan para murid itu menunjukkan ketidakmengertian mereka akan
kebangkitan Yesus yang harus dilalui dengan sengsara dan kematian. Sebab angin badai
melambangkan kesengsaraan Yesus yang menggoncangkan iman para murid-Nya. Tidur
Yesus melambangkan kematian-Nya yang menakutkan para murid-Nya, dan peredaan
angin badai serta penyelamatan orang-orang yang hampir tenggelam melambangkan
kebangkitan Yesus yang menang atas kuasa maut dan penyelamatan orang-orang
berdosa. Dengan demikian Yesus mau mengajarkan agar para murid-Nya tidak takut akan
kuasa jahat apapun. Sebab kecemasan, kepanikan dan ketakutan bertentangan dengan
iman akan Allah.
Tidak jarang kita pun cemas dan panik menghadapi ancaman bahaya, pada hal
kita memiliki Yesus yang berkuasa meredakan badai kehidupan. Marilah kita berdoa
mohon peneguhan iman seperti Bapa kita St. Fransiskus berdoa di depan salib: “Allah
yang mahatinggi dan penuh kemuliaan, terangilah kegelapan hatiku dan berilah aku
iman yang benar, pengharapan yang teguh dan kasih yang sempurna; berilah aku ya
Tuhan, perasaan yang peka dan budi yang cerah, agar aku mampu melaksanakan
perintahmu yang kudus dan yang takkan menyesatkan.”
Renungan sumbangan dari TK Cor Iesu Marsudirini Matraman
Am. 5: 14=15;21-24
Rabu, 4 Juli 2014
Mat. 8:28-34
Setibanya di seberang, yaitu di daerah orang Gadara, datanglah dari pekuburan dua orang
yang kerasukan setan menemui Yesus. Mereka sangat berbahaya, sehingga tidak seorang
pun yang berani melalui jalan itu. Dan mereka itu pun berteriak, katanya: "Apa urusanMu dengan kami, hai Anak Allah? Adakah Engkau ke mari untuk menyiksa kami
sebelum waktunya?" Tidak jauh dari mereka itu sejumlah besar babi sedang mencari
makan. Maka setan-setan itu meminta kepada-Nya, katanya: "Jika Engkau mengusir
kami, suruhlah kami pindah ke dalam kawanan babi itu." Yesus berkata kepada mereka:
"Pergilah!" Lalu keluarlah mereka dan masuk ke dalam babi-babi itu. Maka terjunlah
seluruh kawanan babi itu dari tepi jurang ke dalam danau dan mati di dalam air. Maka
larilah penjaga-penjaga babi itu dan setibanya di kota, diceriterakannyalah segala sesuatu,
juga tentang orang-orang yang kerasukan setan itu. Maka keluarlah seluruh kota
mendapatkan Yesus dan setelah mereka berjumpa dengan Dia, mereka pun mendesak,
supaya Ia meninggalkan daerah mereka.
Untuk direnungkan
Gadara adalah daerah di sebelah timur danau Galilea. Daerahnya berbatu karang,
berkapur dan banyak terdapat gua-gua. Gua-gua itu dipakai sebagai pekuburan, sehingga
nampak angker terutama waktu malam. Sebab menurut keyakinan orang, kuburan adalah
tempat tinggalnya roh jahat.
Dalam injil hari ini dikisahkan, dua orang yang kerasukan roh jahat datang dari
kuburan itu menemui Yesus dan berteriak: “Apa urusan-Mu dengan kami, hai Anak
Allah? Adakah Engkau ke mari untuk menyiksa kami sebelum waktunya?” Orang yang
kerasukan roh jahat itu mengenal baik kalau Yesus adalah Mesias, Anak Allah.
Sementara itu ada keyakinan umum, kalau Mesias datang pada hari penghakiman. Ia akan
datang untuk membinasakan semua roh jahat. Karena itu orang yang kerasukan itu
mempertanyakan kalau-kalau Yesus mau menyiksa mereka sebelum waktunya, sebab
hari penghakiman belum dinyatakan. Maka untuk menyembuhkan mereka Yesus perlu
mengeluarkan roh jahat itu dari mereka.
Yesus membiarkan roh jahat itu merasuki kawanan babi ketika mereka
mengatakan: “Jika Engkau mengusir kami, suruhlah kami pindah ke dalam kawanan
babi itu.” Mereka pun melihat bahwa roh jahat itu telah berpindah ke babi-babi yang
terjun ke dalam danau dan mati. Penglihatan itu telah meyakinkan mereka sehingga
sembuh. Namun para penjaga kawanan babi pergi menceriterakan kepada orang-orang
kota dan mereka mendesak Yesus meninggalkan daerah itu. Orang-orang kota itu tidak
peduli terhadap kesembuhan dua orang yang kerasukan setan itu, tetapi hanya peduli dan
menyayangkan babi-babi mereka yang telah binasa.
Suster, ibu bapak dan saudara-saudariku yang terkasih dalam Kristus, tidak
jarang kita tak mau menolong kawan karena merugikan saja, pada hal kita saksi-saksi
Kristus. Bapa kita St. Fransiskus mengingatkan: “Berbahagialah hamba, yang
mengumpulkan harta di surga, apa yang baik yang dianugerahkan Tuhan kepadanya dan
yang tidak ingin dipamerkannya kepada orang-orang sebagai kedok bagi suatu imbalan,
sebab Yang Mahatinggi sendiri akan menyatakan karya-karya-Nya kepada siapapun
juga Ia berkenan” (Petuah XXVIII,1-2).
Renungan sumbangan dari TK Cor Iesu Marsudirini Matraman
Ef. 2:19-22
Kamis, 3 Juli 2014
Yoh. 20: 24-29
Tetapi Tomas, seorang dari kedua belas murid itu, yang disebut Didimus, tidak ada
bersama-sama mereka, ketika Yesus datang ke situ. Maka kata murid-murid yang lain itu
kepadanya: "Kami telah melihat Tuhan!" Tetapi Tomas berkata kepada mereka:
"Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku
ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali
aku tidak akan percaya." Delapan hari kemudian murid-murid Yesus berada kembali
dalam rumah itu dan Tomas bersama-sama dengan mereka. Sementara pintu-pintu
terkunci, Yesus datang dan Ia berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: "Damai
sejahtera bagi kamu!" Kemudian Ia berkata kepada Tomas: "Taruhlah jarimu di sini dan
lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan
jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah." Tomas menjawab Dia: "Ya
Tuhanku dan Allahku!" Kata Yesus kepadanya: "Karena engkau telah melihat Aku, maka
engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya."
Untuk direnungkan
Kisah tentang Tomas tidak berbeda dengan kisah para rasul dan murid-murid Yesus
lainnya. Ketika Maria Magdalena pergi ke kubur Yesus dan batu penutup kubur sudah diambil, ia
tidak langsung percaya kalau Yesus telah bangkit, tetapi malah berkata: “Tuhan telah diambil
orang dari kuburnya…” (Yoh 20:2). Tetapi ketika ia bertemu dengan Yesus dan dipanggil
namanya, “Maria!”, ia percaya akan Yesus yang bangkit dan berkata: “Aku telah melihat
Tuhan!” (Yoh 20:16-18).
Ketika Simon Petrus dan murid yang lain pergi ke kubur Yesus, mereka tidak
menemukan mayat Yesus dan hanya melihat kain kapan dan kain peluh (Yoh 20:3-7), tetapi juga
tidak diceritakan kalau mereka percaya bahwa Yesus sudah bangkit. Baru setelah mereka
berkumpul dengan murid-murid yang lain dan Yesus hadir di tengah-tengah mereka dan
menunjukkan luka di tangan dan lambung-Nya, mereka percaya bahwa Yesus telah bangkit.
Mereka pun bersukacita saat melihat Tuhan (Yoh 20:19-20).
Maka, tidak usah heran kalau Tomas, pada waktu murid-murid lain yang telah berjumpa
dengan Yesus berkata kepadanya, “Kami telah melihat Tuhan!”, ia pun tegas-tegas berkata:
“Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku…,
sekali-kali aku tidak akan percaya.” Baru setelah Tomas bertemu sendiri dengan Yesus yang
memintanya mencucukkan jari dan tangannya ke bekas luka-luka-Nya, ia percaya Yesus telah
bangkit dan berseru: “Ya Tuhanku dan Allahku!”
Tomas dan para murid percaya bahwa Yesus telah bangkit bukan karena melihat kubur
kosong dan mendengar berita orang lain, tetapi karena telah bertemu sendiri dengan Yesus yang
bangkit. Hanya pertemuan pribadi dengan Yesus yang bangkit itu dapat membuat para murid
percaya.
Suster, ibu bapak dan saudara-saudariku yang terkasih dalam Kristus, tidak jarang
kita pun menuntut dan baru mau percaya kalau sudah melihat Yesus secara langsung. Satu hal
yang perlu kita ingat, Yesus telah berkata: “Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun
percaya.” Pertanyaannya adalah, Bagaimana kita tahu bahwa Yesus sungguh hsidr dalam hidup
kita saat ini? Bapa kita St. Fransiskus berkata: “Terkutuklah semua orang yang kini melihat
Sakramen, yang dikuduskan oleh Firman Tuhan di atas altar melalui tangan imam dalam rupa
roti dan anggur, tetapi tidak melihat dan percaya menurut Roh dan Keallahan, bahwa itu benarbenar Tubuh Tuhan dan Darah Mahakudus Tuhan kita Yesus Kristus” (Petuah I,9).
Sumbangan dari TK Cor Iesu Marsudirini Matraman
Am. 8:4-6;9-12
Jumat, 4 Juli 2014
Mat. 9:9-13
-----------------Setelah Yesus pergi dari situ, Ia melihat seorang yang bernama Matius duduk di rumah
cukai, lalu Ia berkata kepadanya, ”Ikutlah Aku.” Maka berdirilah Matius lalu mengikuti
Dia. Kemudian ketika Yesus makan di rumah Matius, datanglah banyak pemungut cukai
dan orang berdosa dan makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya. Pada
waktu orang Farisi melihat hal itu, berkatalah mereka kepada murid-murid Yesus,
”Mengapa gurumu makan berssama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?”
Yesus mendengarnya dan berkata, ”Bukan orang sehat yang membutuhkan tabib, tapi
orang sakit. Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas
kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang
benar, melainkan orang berdosa.”
Untuk direnungkan
Pada waktu itu danau Galilea menjadi pemisah dua kekuasaan. Herodes Filipus
berkuasa di wilayah sebelah timur danau Galilea dan Herodes Antipas meraja di wilayah
Galilea. Seperti sekarang ini, Ekspor-impor antar wilayah juga sudah dikenai bea cukai.
Pada umumnya kantor-kantor bea cukai berada di luar kota.
Matius adalah seorang pemungut bea cukai yang dipanggil Yesus menjadi muridNya. Dikisahkan saat melihat Matius, Yesus mengajaknya untuk mengikuti-Nya. Yesus
pun berkenan makan di rumah Matius bersama para pemungut bea cukai lainnya. Maka
bertanyalah orang Farisi kepada murid-murid-Nya: “Mengapa gurumu makan bersamasama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?” Pertanyaan itu muncul karena orangorang Farisi dilarang bergaul dengan para pendosa.
Para pemungut bea cukai bekerja untuk penjajah Romawi. Karena pekerjaan
mereka memungut bea dan pajak rakyat sebangsanya itulah mereka disebut perampok
kaumnya sendiri dan pendosa. Terlebih dengan kebiasaan mereka dalam memungut cukai
yang seringkali meminta lebih dari yang seharusnya. Pemungut cukai dipandang sebagai
orang berdosa karena seperti koruptor pada jaman sekarang ini. Kata pendosa berarti
orang yang kelakuannya bertentangan dengan norma moral, yang melanggar hukumhukum yang terutama diajarkan kaum Farisi. Bergaul dengan para pemungut bea cukai
adalah najis dan makan bersama orang-orang berdosa berarti bersekutu dengan mereka.
Karenanya menurut kaum Farisi, bergaul dengan para pemungut cukai dilarang.
Bagi Yesus, bergaul dengan para pendosa merupakan jalan untuk menunjukkan
kerahiman Allah. Ia berkata: “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang
sakit.” Sehat atau sakit yang dimaksud bukan saja sehat atau sakit secara fisik, tetapi juga
rohani, dan para pemungut bea cukai itulah orang-orang sakit itu. Karena itu perhatian
Yesus kepada para pendosa merupakan wujud belaskasih Allah.
Suster, ibu bapak dan saudara-saudariku yang terkasih dalam Kristus, tidak jarang
kita memfonis jahat seseorang dan tak mau bergaul dengannya, pada hal Yesus telah
menunjukkan belaskasih yang harus dilakukan para pengikut-Nya. Bapa kita St.
Fransiskus mengingatkan: “Berbahagialah orang, yang sabar menerima sesamanya
dalam kelemahannya, sebagaimana ia pun ingin diterima oleh sesamanya dengan sabar,
sekiranya ia sendiri berada dalam keadaan yang serupa” (Petuah XVIII,1).
Sumbangan dari TK Cor Iesu Marsudirini Matraman
Am. 9:11-15
Sabtu, 5 Juli 2014
Mat. 9: 14-17
----------------Kemudian datanglah murid-murid Yohanes kepada Yesus dan berkata: "Mengapa kami
dan orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?" Jawab Yesus kepada mereka:
"Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama
mereka? Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu
itulah mereka akan berpuasa. Tidak seorang pun menambalkan secarik kain yang belum
susut pada baju yang tua, karena jika demikian kain penambal itu akan mencabik baju itu,
lalu makin besarlah koyaknya. Begitu pula anggur yang baru tidak diisikan ke dalam
kantong kulit yang tua, karena jika demikian kantong itu akan koyak sehingga anggur itu
terbuang dan kantong itu pun hancur. Tetapi anggur yang baru disimpan orang dalam
kantong yang baru pula, dan dengan demikian terpeliharalah kedua-duanya."
Untuk direnungkan
Praktek keagamaan yahudi mengharuskan orang berdoa, berpuasa dan beramal.
Maka ketika murid-murid Yesus tidak melakukan puasa, datanglah para murid Yohanes
dan mempertanyakannya. Jawab Yesus: “Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki
berdukacita selama mempelai itu bersama mereka? Tetapi waktunya akan datang
mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa.”
Yesus membandingkan diri-Nya dengan mempelai laki-laki dan para murid-Nya
dengan sahabat-sahabat mempelai itu. Sedangkan pesta perkawinan adalah perayaan
sukacita, di mana sahabat-sahabat mempelai berdatangan dan bersukaria bersamanya.
Saat itu tidak semestinya mereka berpuasa. Sedangkan saat mempelai itu diambil dari
mereka barulah perlu puasa. Namun ajaran itu ternyata sulit dipahami, sehingga Yesus
menjelaskan dengan perumpamaan.
Tak seorang pun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju tua.
Sebab jika kain penambal itu menyusut, tertarik dan tercabiklah baju tua itu, sehingga
makin besarlah koyaknya. Tak seorangpun menyimpan anggur baru ke dalam kantong
kulit lama. Sebab anggur baru akan mengalami fermentasi/peragian yang menghasilkan
tekanan makin lama makin kuat, sehingga dapat menjebol kantong kulit tua yang tidak
elastis lagi. Anggur baru harus disimpan di kantong kulit baru, sehingga meski
fermentasinya kuat, kantong kulit itu elastis dan tetap aman. Yesus datang dengan ajaranajaran baru, sehingga harus disambut dengan pikiran dan hati yang baru.
Suster, ibu bapak dan saudara-saudariku yang terkasih dalam Kristus, tidak jarang
kita menolak pemikiran-pemikiran baru karena tidak sesuai dengan kebiasaan lama. Kita
meragukan hal-hal yang baru dan lebih nyaman dengan sesuatu yang sudah biasa kita
lakukan. Padahal zaman telah berubah dan menuntut pembaharuan. Kadang kitapun takut
karena bayangan kesulitan yang akan kita hadapi sekalipun kita meyakini sudah saatnya
berubah karena akan menjadi lebih baik. Bapa kita St. Fransiskus mengingatkan:
“Berbahagialah religius, yang hanya menemukan kegirangan dan sukacita di dalam
firman dan karya Tuhan yang tersuci… Celakalah religius, yang mencari kesenangan di
dalam kata-kata yang kosong dan lelucon yang hampa, dan memanfaatkannya untuk
membuat orang-orang tertawa” (Petuah XX,1-3).
Sumbangan dari TK Cor Iesu Marsudirini Matraman
Rm.8:9,11-13
MINGGU, 06 Juli 2014
Mat 11:25-30
Pada waktu itu berkatalah Yesus: "Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan
bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai,
tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu.
Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak seorang pun mengenal Anak
selain Bapa, dan tidak seorang pun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang
kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya. Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu
dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang
dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan
mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan."
Untuk direnungkan
Yesus berdoa dengan menyapa Allah sebagai Bapa: “Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa,
karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau
nyatakan kepada orang kecil.” Yesus bersyukur karena Allah menyembunyikan semuanya bagi
orang bijak-pandai dan menyingkapkan bagi orang kecil. Orang bijak artinya terpelajar/berilmu;
orang pandai artinya pintar/inteligen; orang kecil artinya belum berilmu. Orang bijak-pandai
mengklaim berpengetahuan mendalam tentang Allah; orang kecil merasa tidak tahu banyak
tentang Allah, tetapi mengakui kehadiran Allah dalam diri Yesus. Karena itu bagi orang-orang
kecil dinyatakan “semuanya itu”. Semuanya itu berkenaan dengan Bapa yang mempercayakan
segala sesuatunya kepada Yesus, yaitu kuasa sebagaimana dimiliki-Nya sendiri.
Karena misteri Allah yang tak mungkin dimiliki siapa pun itu ada pada Yesus, maka
hanya Yesus yang dapat mengenal sepenuhnya Bapa dan hanya Bapa dapat mengenal sepenuhnya
Dia. Mengenal bukan saja berarti mengetahui, tetapi suatu intimitas yang menciptakan relasi
khusus antar dua pribadi. Karena itu pula hanya Yesus yang dapat menyingkapkan sepenuhnya
diri Bapa dan hanya orang-orang yang kepadanya Ia berkenan menyatakannya dapat mengenal
Bapa.
Kepada mereka itu Yesus berkata: “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan
berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” Undangan untuk datang berguru
kepada Yesus, sebab Ia Guru kebijaksanaan sejati, bahkan Ia sendiri Kebijaksanaan itu (Mat
11:19; 12:42). Sasaran undangan adalah orang-orang yang letih lesu dan berbeban berat. Mereka
itu orang-orang yang tertindas oleh hukum buatan para ahli Taurat dan kaum Farisi. Sebab orangorang Yahudi sering berbicara tentang hukum Taurat sebagai beban atau kuk.
Yesus menjanjikan kelegaan, yaitu penghiburan dalam menanggung beban itu. Kelegaan
itu berupa sukacita karena zaman Mesias sudah datang. Jaminannya adalah Yesus yang lemah
lembut dan rendah hati. Karena itu yang datang kepada-Nya akan mendapat ketenangan jiwa
sebab merasa lega. Kelegaan itu karena kuk yang dipasang Yesus enak dan ringan. Kuk adalah
gandar yang biasa dipasang pada leher keledai atau lembu untuk menarik kereta atau membajak
tanah. “Pikullah kuk” berarti menyerahkan diri dan menerima Yesus sebagai penuntun hidupnya.
Karena itu “belajarlah dari pada-Ku” searti dengan belajar menerima Yesus sebagai Tuhan dan
menjadi murid-Nya, yang menuntut kesetiaan kepada-Nya.
Suster, ibu bapak dan saudara-saudariku yang terkasih dalam Kristus, tidak jarang
kita merasa sendiri dan pedih menanggung derita saat mengalami kesulitan hidup. Maka pada
saat-saat seperti ini baik kita ingat undangan Yesus untuk datang kepada-Nya. Bapa kita St.
Fransiskus mengingatkan: “Orang yang dalam segala penderitaannya di dunia ini tetap
memelihara kedamaian dalam jiwa dan raganya demi cintakasih kepada Tuhan kita Yesus
Kristus, mereka itu sungguh-sungguh pembawa damai” (Petuah XV,2).
Sumbangan dari TK Cor Iesu Marsudirini Matraman
Hos, 2:13,14b-15,18-19
Senin, 9 Juli 2014
Mat. 9:18-26
Sementara Yesus berbicara demikian kepada mereka, datanglah seorang kepala rumah
ibadat, lalu menyembah Dia dan berkata: "Anakku perempuan baru saja meninggal, tetapi
datanglah dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, maka ia akan hidup." Lalu Yesus pun
bangunlah dan mengikuti orang itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya. Pada waktu
itu seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan maju
mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jumbai jubah-Nya. Karena katanya dalam
hatinya: "Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh." Tetapi Yesus berpaling dan
memandang dia serta berkata: "Teguhkanlah hatimu, hai anak-Ku, imanmu telah
menyelamatkan engkau." Maka sejak saat itu sembuhlah perempuan itu. Ketika Yesus
tiba di rumah kepala rumah ibadat itu dan melihat peniup-peniup seruling dan orang
banyak ribut, berkatalah Ia: "Pergilah, karena anak ini tidak mati, tetapi tidur." Tetapi
mereka menertawakan Dia. Setelah orang banyak itu diusir, Yesus masuk dan memegang
tangan anak itu, lalu bangkitlah anak itu. Maka tersiarlah kabar tentang hal itu ke seluruh
daerah itu.
Untuk direnungkan
Yairus adalah seorang pengurus sinagoga yang bertanggung jawab atas rumah itu
dan pelaksanaan ibadat. Ia mempunyai seorang puteri berumur 12 tahun yang sedang
sakit keras dan hampir mati. Maka ia datang kepada Yesus dan memohon agar Yesus
berkenan meletakkan tangan-Nya atas anak itu. Yairus percaya akan kuasa penyembuhan
Yesus, sebagaimana Naaman berharap kepada Nabi Elisa untuk meletakkan tangan
atasnya demi penyembuhan sakit kustanya (2Raj 5:11).
Yesus menjawab permohonan itu dan pergi ke rumah Yairus. Saat itulah seorang
perempuan yang sudah 12 tahun menderita pendarahan menjamah jubah Yesus sambil
berkata: “Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh.” Perempuan itu percaya akan
kuasa penyembuhan Yesus. Kepercayaan itu diungkapkan dengan menyentuh jubah-Nya.
Menyentuh jubah Yesus berarti menyentuh Yesus sendiri, sebab jubah merupakan
lambang untuk menyatakan identitas atau jati diri pemakainya. Iman perempuan itulah
yang membuat daya penyembuhan Yesus keluar padanya dan ia pun sembuh. Dalam
tradisi gereja kemudian, perempuan itu dikenal dengan Berenike, yang dalam tradisi
Latinnya Veronika.
Iman seperti itu pula yang diharapkan Yesus pada Yairus. Yesus meminta iman
radikal Yairus agar tidak memikirkan kematian sebagai yang definitif. Kematian
hanyalah tidur dan Yesus mampu membangunkannya. Yesus memegang tangan anak itu
lalu bangkitlah dia. Kebangkitan bagaikan terbangun dari tidur. Puteri Yairus itu
dibangkitkan dengan sentuhan tangan Yesus, sebagaimana turunnya kuasa tangan Allah
dalam karya penyelamatan Israel (Yes 41:13). Dengan demikian Yesus bukan hanya
mampu menyembuhkan, tetapi bahkan berkuasa membangkitkan orang mati.
Tidak jarang kita takut menghadapi kematian, pada hal kita yakin Yesus mampu
mengalahkan kuasa maut. Marilah kita berserah diri kepada Tuhan dan berdoa
sebagaimana Bapa kita St. Fransiskus berdoa dalam Kidung Saudara Matahari:
“Terpujilah Engkau, Tuhanku, karena Saudari kami Maut badani, dari padanya tidak
akan terluput insan hidup satu pun.”
Sumbangan dari TK Cor Iesu Marsudirini Matraman
Download