1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infertilitas merupakan

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Infertilitas merupakan masalah yang kompleks dan perlu mendapat perhatian
para pelaku kesehatan. Hampir 80 juta penduduk dunia terdapat 8-12% pasangan
mengalami pengalaman infertilitas. Infertilitas sebagai ketidakmampuan untuk
mengandung dan melahirkan. Secara klinis, infertilitas di definisikan sebagai ketidak
mampuan untuk menjadi hamil setelah satu tahun aktivitas koitus secara teratur dan
tanpa menggunakan kontrasepsi (Fauziyah, 2012).
Infertilitas merupakan salah satu masalah kesehatan reproduksi yang sering
menjadi masalah sosial karena pihak istri selalu dianggap sebagai peyebabnya.
Akibatnya
wanita
sering
terpojok
dan
mengalami
kekerasan,
terabaikan
kesehatannya, serta di beri label sebagai wanita mandul dalam masalah hidupnya
(Naila, 2013).
Menurut Word Health Organization (WHO) infertilitas diperkirakan 8-10%
pasangan di dunia mempunyai riwayat sulit untuk memperoleh anak. Angka
infertilitas di Indonesia berkisar 12-15%. Banyaknya pasangan infertilitas di
Indonesia dapat diperhitungkan dari banyaknya wanita yang pernah kawin dan tidak
memiliki anak. Menurut sensus penduduk terdapat 12% baik di desa maupun di kota
atau sekitar 3 juta pasangan yang mengalami infertilitas di Indonesia (Fauziyah,
2012).
1
2
Menurut himpunan penelitian Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia
(PERSI) di Jakarta, 36% infertil pada pria dan 64% berasal dari wanita. Peneliti lain
mengatakan angka kejadian infertilitas wanita 15% pada usia produktif (30-34 tahun),
meningkat 30% pada usia 35-39 tahun dan 64% pada usia 40-44 tahun.
Penyebab seorang wanita menjadi infertil dapat di sebabkan oleh faktor resiko
yang meningkat yaitu gaya hidup yang tidak terkontrol yang diterapkan sejak usia
remaja. Faktor-faktor tersebuat adalah usia, kebiasaan merokok, mengkonsumsi
alkohol, stress, diet yang buruk, olah raga yang berat, mengalami overweight /
underweight penyakit seksual yang menular, keadaan lingkungan yang buruk
(populasi udara dan air), juga masalah kesehatan yang berhubungan dengan
perubahan hormonal (Naila, 2013).
Ilmu kedokteran masa kini baru berhasil menolong 50% pasangan infertil
memperoleh anak yang diinginkanya. Itu berarti separuhnya lagi terpaksa menempuh
hidup tanpa anak, mengangkat anak (adopsi), poligini atau bercerai. Berkat kemajuan
teknologi kedokteran, beberapa pasangan telah dimungkinkan memperoleh anak
dengan jalan inseminasi buatan donor, “bayi tabung”, atau membesarkan janindi
rahim wanita lain (Prawirohardjo, 2009).
Faktor-faktor predisposisi yang berhubungan dengan terjadinya infertilitas
pada pasangan usia subur (PUS) yaitu : usia, ketika seorang wanita semakin berumur,
maka semakin kecil pula kemungkinan wanita tersebut untuk hamil. Gaya hidup
dapat mempengaruhi terjadinya infertilitas diantaranya : merokok, karena merokok
dapat menyebabkan penurunan hormon reproduksi. Alkohol juga dapat menyebabkan
3
terjadinya infertilitas, karena alkohol dapat menyebabkan kegagalan proses
implantasi.
Faktor lingkungan yang menjadi penyebab terjadinya infertilitas, seperti
beberapa zat polutan diantaranya ftalat atau dioxin, yang saat ini dicurigai memiliki
kaitan yang erat dengan tingginya kejadian infertilitas akibat endometriosis, terutama
pada wanita yang tinggal di daerah perkotaan. Berat badan juga dapat mempengaruhi
infertilitas, apabila seorang wanita memiliki berat badan lebih (obesitas) yang
memiliki lemak tubuh 10-15% dari lemak tubuh normal, maka wanita tersebut dapat
menderita gangguan pertumbuhan folikel di ovarium yang berkaitan dengan sindrom
ovarium poli kistik (SOPK) dan wanita yang berat badan rendah akibat asupan gizi
yang sangat kurang akan mengalami gangguan hormon reproduksi yang berakibat
terhadap peningkatan kejadian infertilitas pada wanita tersebut (Ibnu, 2012).
Menurut penelitian Samsyiah (2010), kejadian perempuan infertil 15% pada
usia 30-34 tahun, meningkat 30% pada usia 35-39 tahun dan 55% pada usia 40-44
tahun. Hasil survei gagalnya kehamilan pada pasangan yang sudah menikah selama
12 bulan, 40% disebabkan infertilitas pada pria, 40% karena infertilitas pada wanita
dan 10% dari pria dan wanita, 10% tidak diketahui penyebabnya.
Menurut penelitian Alia (2008), bahwa gagalnya kehamilan pada pasangan
menikah selama 12 bulan, 40% nya disebabkan infertilitas pada pria, 40% pada
wanita dan 20% lagi adalah kombinasi keduanya. Jadi tidak benar anggapan bahwa
kaum wanita lebih bertanggungjawab terhadap kesulitan mendapatkan anak, bahkan
4
penelitian beberapa tahun terakhir ini, 50% gangguan kesuburan disebabkan oleh pria
(Nana, 2012).
Dari hasil survei di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan tuntungan
periode Maret-Mei 2014. Berdasarkan survei awal yang telah dilakukan di Kelurahan
Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan terdapat sebanyak 1879 PUS, dengan
survei awal yang dilakukan pada PUS yang menjadi sebanyak 95 PUS. Pasangan usia
subur yang mengalami infertilitas sebanyak 41 responden (43,16%) dan yang tidak
mengalami infertilitas sebanyak 54 responden (56,84%). Keadaan ini yang berkaitan
dengan usia, kebiasaan merokok, kebiasaan meminum minuman yang beralkohol,
lingkungan yang terkena polutan dan berat badan yang tidak ideal pada pasangan usia
subur.
Dari latar belakang masalah di atas peneliti tertarik untuk meneliti faktorfaktor yang mempengaruhi terjadinya infertilitas pada pasangan usia subur (PUS) di
Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan.
1.2.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah
adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya infertilitas pada pasangan
usia subur (PUS) di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan.
5
1.3.
Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya
infertilitas pada pasangan usia subur di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan
Tuntungan.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan faktor usia dengan terjadinya infertilitas
pada pasangan usia subur di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan
Tuntungan.
2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan faktor merokok dengan terjadinya
infertilitas pada pasangan usia subur di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan
Tuntungan.
3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan faktor minum alkohol dengan terjadinya
infertilitas pada pasangan usia subur di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan
Tuntungan.
4. Untuk mengetahui apakah ada hubungan faktor lingkungan dengan terjadinya
infertilitas pada pasangan usia subur di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan
Tuntungan.
5. Untuk mengetahui apakah ada hubungan faktor berat badan dengan terjadinya
infertilitas pada pasangan usia subur di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan
Tuntungan.
6
1.4.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti, tenaga
kesehatan, Akademi Kebidanan Audi Husada dan peneliti selanjutnya.
1.4.1. Bagi Pemerintah dan Praktis Kesehatan
Sebagai informasi dan evaluasi kepada pembuat kebijakan dan pelaksanaan
program berkaitan dengan infertilitas pada pasangan usia subur, sehingga dapat
merencanakan strategi upaya pencegahan terjadinya infertilitas pada pasangan usia
subur.
1.4.2. Bagi Lahan Praktik
Dengan adanya penulisan karya tulis ilmiah ini dapat menambah pengetahuan
dan wawasan pasangan usia subur tentang infertilitas di Kelurahan Kemenangan Tani
Kec. Medan Tuntungan.
1.4.3. Bagi Pendidikan Audi Husada / Institusi
Dapat digunakan sebagai informasi dan bahan tambahan refesensi di
perpustakaan bagi pendidikan Audi Husada dalam proses belajar dan menjadi
tambahan ilmu pengetahuan.
1.4.4. Bagi Penulis
Dapat menambah wawasan dan pengalaman bagi penulis dalam mencari tahu
tentang faktor yang apa saja yang berhubungan dengan infertilitas.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Infertilitas
2.1.1. Pengertian Infertilitas
Infertilitas adalah suatu keadaan tidak memiliki kemampuan untuk
mengandung dan melahirkan. Secara klinis infertilitas didefinisikan sebagai
ketidakmampuan untuk menjadi hamil setelah satu tahun aktivitas koitus secara
teratur tanpa alat kontrasepsi (Fauziyah, 2011).
Infertilitas adalah kemampuan seorang istri menjadi hamil dan suami bisa
menghamili (Ibnu, 2012).
2.1.2. Klasifikasi Infertilitas
Infertilitas dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :
1. Infertilitas primer
Infertilitas primer adalah jika istri belum pernah hamil walaupun bersenggama
dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamil selama 12 bulan (Prawirohardjo,
2009).
2. Infertilitas Sekunder
Infertilitas sekunder adalah jika istri pernah hamil, akan tetapi kemudian tidak
terjadi kehamilan lagi walaupun bersenggama dan dihadapkan kepada
kemungkinan kehamilan selama 12 bulan (Prawirohardjo, 2009).
7
8
2.1.3. Etiologi
Etiologi infertilitas terbagi atas dua yaitu :
1. Infertilitas disengaja
Infertilitas yang disengaja adalah bila pasangan suami istri sengaja menggunakan
alat kontrasepsi. Kontrasepsi yang digunakan pasangan suami istri tersebut bisa
secara alami, dengan alat maupun kontrasepsi mantap (Ibnu, 2012).
2. Infertilitas tidak disengaja
Infertilitas tidak disengaja apabila suami istri atau keduanya memiliki gangguan.
Gangguan tersebut adalah :
a. Pihak Suami
Berikut ini jumlah spermatozoa dan transportasinya yang abnormal :
1. Jumlah sperma kurang dari 20 juta (oligozoospermia), maka gerak
spermatozoa lemah
dan lambat
(astenozoospermia) atau bentuk
spermatozoa abnormal (teratozoospermia), volume sperma kurang dari 2
ml, serta kandungan fruktosanya kurang dari 1.200 mg/ml (Novita, 2011).
2. Varikokel
Adalah terjadinya pelebaran pembuluh darah vena disekitar buah zakar.
Hal ini biasanya terindikasikan dengan adanya benjolan pada bagian atas
buah zakar dan biasanya terjadi pada sebelah kiri.
3. Kelainan mekanisme misalnya : Impotensi, penutupan duktus deferens,
masalah ejakulasi, hipospadia dan phymosis. Infertilitas yang disebabkan
oleh pria sekitar 35-40%.
9
b. Pihak Istri
Penyebab infertilitas pada istri sebaiknya ditelusuri dari organ luar sampai
dengan indung telur. Infertilitas dipihak istri dapat disebabkan oleh :
1. Gangguan Ovulasi, Misalnya : gangguan ovarium dan gangguan
hormonal. Gangguan ovarium yang dapat disebabkan oleh faktor usia,
adanya tumor pada indung telur dan gangguan lain yang menyebabkan sel
telur tidak dapat masak. Sedangkan gangguan hormonal disebabkan oleh
bagian dari otak (hipotalamus dan hipofisis) yang tidak memproduksi
hormon-hormon reproduksi seperti FSH dan LH.
2. Kelainan mekanisme yang menghambat pembuahan, meliputi kelainan
tuba, endometriosis, stenosis canalis servicalis atau hymen, flour albus dan
kelahiran rahim. Kelainan tuba disebabkan adanya penyempitan,
perlekatan maupun penyumbatan pada saluran tuba sedangkan kelainan
rahim akibat bawaan rahim, bentuknya yang tidak normal, maupun ada
penyakit. Sekitar 30-40% pasien dengan endometriosis adalah infrertil.
Endometriosis yang berat dapat menyebabkan gangguan pada tuba,
ovarium dan peritoneum. Infertilitas yang disebabkan oleh pihak istri
sekitar 40-50% (Ibnu, 2012).
10
2.1.4. Pemeriksaan Infertilitas
2.1.4.1.Syara-Syarat Pemeriksaan
Pasangan infertilitas merupakan satu kesatuan biologis, sehingga keduanya
sebaiknya dilakukan pemeriksaan. Adapun syarat-syarat sebelum dilakukan
pemeriksaan adalah sebagai berikut :
1. Istri dengan usia 20-30 tahun, baru diperiksa setelah berusaha mendapatkan anak
selama 12 bulan.
2. Istri dengan usia 31-35 tahun dapat langsung diperiksa ketika pertama kali datang.
3. Istri pasangan infertil dengan usia 36-40 tahun dilakukan pemeriksaan, bila belum
mendapatkan anak dari perkawinan.
4. Pemeriksaan infertil tidak dilakukan pada pasangan yang mengidap penyakit.
2.1.4.2.Langkah Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Umum
A. Anamnesa
Anamnesis terdiri dari pengumpulan data dari pasangan suami istri secara
umum dan khusus.
1. Anamnesa Umum
Data yang dikumpulkan pada anamnesis umum adalah : berapa lama
menikah, umur suami istri, frekuensi hubungan, tingkat kesehatan seks,
penyakit yang pernah diderita, teknik hubungan seks, riwayat perkawinan
yang dulu, mempunyai anak dan berapa umur anak terkecil dari
perkawinan tersebut.
11
2. Anamnesis Khusus
a. Istri : Usia saat menarche, apakah haid teratur, berapa lama terjadinya
perdarahan/haid, apakah pada saat haid terjadi gumpalan darah dan
rasa nyeri, adakah keputihan abnormal, apakah pernah terjadi kontak
bleeding dan riwayat alat reproduksi (riwayat operasi, kontrasepsi,
abortus dan infeksi genitalia).
b. Suami : Bagaimanakah tingkat ereksi, apakah pernah mengalami
penyakit hubungan seksual dan pakah pernah sakit mump (parotitis
epidemika) sewaktu kecil.
B. Pemeriksaan Fisik Umum
Pemeriksaan fisik secara umum meliputi pemeriksaan pada tanda vital
(tekanan darah, nadi, suhu dan pernafasan).
C. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dasar secara rutin meliputi darah lengkap, fungsi
hepar dan ginjal, serta gula darah.
D. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dimaksud di atas yaitu dapat berupa
pemeriksaan rontgen ataupun USG.
2. Pemeriksaan Ovulasi
Pemeriksaan
ovulasi
dapat
diketahui
dengan
berbagai
pemeriksaan
diantaranya: Penatalaksanaan suhu basal. Kenaikan suhu basal setelah selesai
ovulasi dipengaruhi oleh hormon progesterone, pemeriksaan vaginal smear.
12
Pengaruh
progesteron
menimbulkan
sitologi
pada
sel-sel
superfiscial,
pemeriksaan lendir serviks. Hormon progesteron menyebabkan perubahan lender
serviks menjadi kental, pemeriksaan endometrium, hormon esterogen, ICSH
(interstitial cell stimulation hormon) dan pregnandiol.
a. Penyebab Gangguan Ovulasi
Gangguan ovulasi disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya : faktor susunan
saraf pusat, misalnya tumor, disfungsi, hypothalamus dan psikogen. Faktor
intermediate, misalnya gizi, penyakit kronis dan penyakit metabolis. Faktor
ovarial, misalnya tumor, disfungsi dan turner sindrom.
b. Terapi
Sesuai dengan etiologi, bila terdapat disfungsi kelenjar hipofise, terapinya dengan
memberikan pil oral yang mengandung esterogen dan progesteron. Subsitusi
terapi (pemberian FSH dan LH), serta pemberian clomiphen, dapat diberikan
bromokriptin yang diberikan pada wanita anovulatoir dengan hiperprolaktinemia,
atau dengan pemberian human menopausal gonadotropin / human chorionic
gonadotropin
untuk
wanita
yang tidak
mampu
menghasilkan
hormon
gonadaotropin endogen yang adekuat.
c. Pemeriksaan Sperma
Pemeriksaan sperma dinilai atas jumlah spermatozoa, bentuk dan pergerakannya.
Sperma yang ditampung / diperiksa adalah sperma yang keluar dari suami yang
tidak melakukan koitus selama 3 hari. Pemeriksaan sperma dilakukan 1 jam
setelah sperma keluar.
13
1. Ejakulat Normal
Ejakulat dilakukan normal bila volume 2-5 cc, jumlah spermatozoa > 20 juta
per cc, pergerakan 60% masih bergerak selama 4 jam setelah dikeluarkan dan
bentuknya abnormal 25%.
2. Spermatozoa Pria
Spermatozoa normal disebut normozoospermia, bila gerakannya kurang
disebut asthenospermi, bila jumlahnya kurang disebut oligozoospermia dan
bila bentuknya kurang normal disebut teratozoospermi, sedangkan bila tidak
ditemukan adanya sperma disebut azoospermia. Faktor risiko kemandulan
pada pria adalah masalah gizi, kelainan metabolisme, keracunan, disfungsi
hipofise dan kelainan traktus genitalis atau disebut juga dengan vas deferens.
3. Pemeriksaan Lendir serviks
Keadaan dan sifat lendir yang mempengaruhi keadaan spermatozoa di
antaranya : Kentalnya lendir serviks, lendir serviks yang mudah dilalui
spermatozoa adalah lendir serviks yang cair. pH lendir sarviks, pH lendir
serviks ± 9 dan bersifat alkalis. Enzim proteolitik dan kuman-kuman dalam
lendir serviks dapat membunuh spermatozoa.
Baik tidaknya lendir serviks dapat diperiksa dengan cara sebagai berikut :
a. Huhner Test (Post Coital Tes)
Sims Huhner Test dilakukan sekitar ovulasi. Pemeriksaan ini menandakan
bahwa : teknis koitus baik, lendir serviks normal, esterogen ovarial cukup
ataupun sperma cukup baik.
14
b. Kurzrork Miller Test
Kurzrork Miller Test dilakukan bila hasil dari pemeriksaan Sims Huhner
Test kurang baik dan dilakukan pertengahan siklus. Terapi yang diberikan
adalah pemberian hormon esterogen ataupun antibiotika bila terdapat
infeksi.
4. Pemeriksaan Tuba
Untuk mengetahui keadaan tuba dapat dilakukan beberapa pemeriksaan di
antaranya : pertubasi (insuflasi = Rubin test) pemeriksaan ini dilakukan
dengan memasukkan CO² kedalam kavum uteri. Hysterosalpingografi (HSG)
pemeriksaan ini dapat mengetahui bentuk kavum uteri dan bentuk liang tuba
bila terdapat sumbatan. Histeroskopi cara ini dapat digunakan untuk melihat
keadaan tuba dan ovarium, pemeriksaan laparaskopi cara ini dapat melihat
keadaan genetalia interna dan sekitarnya.
5. Pemeriksaan Endometrium
Pada saat haid hari pertama atau saat terjadi stadium sekresi dilakukan
mikrokuretase. Jika pada stadium
sekresi
tidak ditemukan, berarti
endometrium tidak bereaksi terhadap progesteron dan produksi progesterone
kurang. Terapi yang diberikan adalah pemberian hormon progesteron dan
antibiotika bila terjadi infeksi.
15
2.2.
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Infertilitas
Proses reproduksi manusia dipengaruhi hal-hal seperti dibawah ini :
1. Ovulasi, yaitu lepasnya oosit dari folikel di ovarium
2. Produksi sperma yang adekuat
3. Transport normal sel gamet didalam saluran tuba fallopii
4. Transport embrio didalam saluran tuba menuju tempat implantasi dironnga uterus.
Terutama berkaitan dengan wanita, terdapat beberapa faktor yang dapat
memengaruhi terjadi infertilitas yaitu :
a. Faktor Usia
Ketika seorang wanita semakin berumur, maka semakin kecil pula kemungkinan
wanita tersebut untuk hamil. Kejadian infertilitas berbanding lurus dengan
pertambahan usia wanita. Wanita yang sudah berumur akan memiliki kualitas
oosit yang tidak baik akibat adanya kelainan kromosom pada oosit tersebut.
Disamping itu wanita yang sudah berumur juga cenderung memiliki gangguan
fungsi kesehatan, sehingga menurunkan pula fungsi kesuburannya (Ibnu, 2012).
Tabel 2.1. Kesempatan Bagi Seorang Wanita untuk Hamil, Dikaitkan
dengan Faktor Usia
Usia Wanita
Sampai dengan usia 34 tahun
35-40 tahun
41-45 tahun
Kesuburan %
90%
Menurun menjadi 67%
Menurun menjadi 15%
16
Puncak kesuburan seorang wanita berada pada rentang usia 20-30 tahun.
Pada usia ini, secara fisiologis sistem reproduksi tubuh wanita berfungsi optimal.
Setelah usia 35 tahun, tingkat kesuburan pun mulai menurun hingga akhirnya
tidak ada sama sekali.
Menurut Djuwantono (2008), bahwa kemungkinan seorang wanita untuk
mendapatkan kehamilan akan menurun secara signifikan saat menginjak usia > 35
tahun. Penurunan ini akan terus berlanjut hingga pada akhirnya wanita mengalami
menopause dan sama sekali tidak dapat menghasilkan sel telur. Sedangkan pada
laki-laki, menginjak usia > 35 tahun juga menyebabkan penurunan kualitas sistem
reproduksi,
walaupun
pada
umumnya
sistem
reproduksi
pria
dapat
mempertahankan optimalitasnya lebih lama dibandingkan sistem reproduksi
wanita. Penurunan fungsi sistem reproduksi pria dapat dilihat dari hasil analisis
sperma yang menunjukkan penurunan kualitas di usia senja (Budiman, 2011).
b. Faktor Berat Badan
Walaupun sebagian besar hormon esterogen dihasilkan oleh ovarium,
namun 30% esterogen tersebut dihasilkan juga oleh lemak tubuh melalui proses
aromatisasi dengan androgen sebagai zat pembakalnya. Jika seorang wanita
memiliki berat badan yang berlebih (over weight) atau mengalami kegemukan
(obesitas) atau dengan istilah lain memiliki lemak tubuh 10-15% dari lemak tubuh
normal, maka wanita tersebut akan menderita gangguan pertumbuhan folikel di
ovarium yang terkait dengan sebuah sindrom, yaitu sindrom ovarium poli kistik
17
(SOPK). Sindrom ini juga berkaitan erat dengan restitensi insulin dan diabetes
melitus.
Disamping berat badan yang berlebihan, maka berat badan yang sangat
rendah juga dapat mengganggu fungsi fertilitas seorang wanita. Zat gizi yang
cukup seperti karbohidrat, lemak dan protein sangat diperlukan untuk
pembentukan hormon reproduksi. Sehingga pada wanita kurus akibat asupan gizi
yang sangat kurang, akan mengalami defisiensi hormon reproduksi yang
berkaitan terhadap peningkatan kejadian infertilitas pada wanita tersebut.
c. Merokok
Merokok dapat menjadi salah satu penyebab infertilitas. Disamping itu
penyalagunaan obat narkotika juga dapat menurunkan produksi hormon
reproduksi (Ibnu, 2012).
Menurut Djuwantono (2008), bahwa kebiasaan merokok pada wanita akan
menurunkan fungsi ovarium dalam memproduksi hormon reproduksi dan sel
telur. Sebaliknya kebiasaan merokok pada pria akan menurunkan semua
parameter normal sperma, baik jumlah spermatozoa, kemampuan gerak, serta
bentuk dari spermatozoa itu sendiri.
Menurut Soares (2008), spermatozoa dari seorang perokok menyebabkan
penurunan kapasitas fertilisasi dan pada embrio yang dihasilkan, angka
keberhasilan implantasinya lebih kecil bila dibandingkan dengan bukan perokok.
Pada proses pembuahan menunjukkan penurunan terjadinya implantasi dengan
18
bertambah lama untuk bisa hamil, bila merokok rata-rata 15 batang per hari
(Joice, 2010).
d. Alkohol
Alkohol telah terbukti menjadi penyebab kegagalan proses implantasi. Menurut
Djuwantono (2008), pria peminum alkohol akan memiliki hasil analisis sperma
yang tidak sebaik pria yang tidak mengkonsumsi alkohol dan menurut penelitian
Matthew et al, alkohol dalam jumlah banyak bisa menyebabkan rendahnya kadar
hormon testosteron yang mengganggu pertumbuhan sperma (Joice, 2010).
e. Faktor Lingkungan
Ada beberapa faktor lingkungan yang dapat menjadi penyebab terjadinya
infertilitas. Seperti beberapa zat polutan seperti ftalat atau dioxin, saat ini
dicurigai memiliki kaitan erat dengan tingginya kejadian infertilitas akibat
endometriosis, terutama bagi wanita tinggal di daerah perkotaan.
Menurut Dr. Michele De Rosa dari Naples University, pria yang bekerja
lebih 6 jam di daerah berpolusi memiliki sperma dalam jumlah lebih sedikit,
bergerak lebih lambat dan memiliki bentuk yang abnormal jika dibandingkan
dengan pria yang tinggal di daerah pedesaan yang minus polusi. Tetapi apakah
efek ini hanya bersifat temporer, masih dilakukan penelitian (Febriansyah, 2012).
19
Penyebab infertilitas sangat banyak sekali dan beberapa diantaranya :
1.
Penyakit Radang Panggul
Penyakit radang panggul yang disebabkan infeksi beberapa kuman pathogen
sudah dilaporkan menjadi salah satu penyebab infertilitas. Gejala penyakit
radang panggul tidak selalu tampil dalam bentuk akut. Radang panggul seringkali
hanya tampil dalam bentuk infeksi subklinik, yaitu hanya dalam bentuk nyeri
panggul yang ringan saja yang disertai dengan keputihan yang tidak terlampau
banyak. Infeksi kuman patogen ini dapat menyebabkan kerusakan terutama pada
tuba fallopii sehingga menimbulkan infertilitas.
2.
Endrometriosis
Endometriosis memiliki kaitan erat dengan kejadian infertilitas. Kurang lebih 3050% wanita dengan endometriosis adalah infertilitas. Hampir 80% wanita dengan
infertilitas ternyata menderita endometriosis. Endometriosis dapat tampil dalam
bentuk kista endometriosis pada ovarium. Kaitan langsung endometriosis dengan
infertilitas, terjadi jika jaringan endometriosis atau kista endometriosis mendesak
tuba fallopi sehingga menghambat bertemunya sperma dan ovum.
3.
Menopause Prekoks atau Kegagalan Ovarium Dini
Menopause prekoks atau menopause dini dapat terjadi ketika fungsi ovarium
menurun atau berkurang ketika wanita berusia kurang dari 40 tahun. Pada kasus
kegagalan ovarium dini, kemungkinan bagi wanita untuk hamil spontan hanya
terjadi sebesar 5-10% saja. Kegagalan ovarium dini dapat terjadi akibat radiasi,
kemoterapi, kelainan genetik, penyakit autoimun dan kelainan kromosom.
20
4.
Mioma Uteri
Mioma uteri merupakan tumor jinak yang tumbuh di miometrium. Mioma uteri
dapat menyebabkan infertilitas jika terletak pada tempat-tempat tertentu yang
sangat penting bagi sebuah proses kehamilan. Mioma uteri dapat mengganggu
lapisan endometrium yang penting untuk implantasi embrio, penyumbatan
saluran tuba fallopi, merubah bentuk uterus menjadi tidak normal dan
mempengaruhi letak serviks sehingga menghambat masuknya sperma kedalam
uterus.
Terdapat pula faktor lain yang terkadang dapat menjadi penyebab infertilitas,
diantaranya :
a.
Kelainan Tiroid
Produksi hormon tiroid yang berlebihan atau kekurangan dapat menjadi
penyebab gangguan siklus haid yang dapat menimbulkan infertilitas.
b.
Epilepsi
Penggunaan obat anti epilepsi selama kehamilan dapat menyebabkan timbulnya
kelainan kongenital bayi.
c.
Infeksi Usus / Rongga Abdomen
Infeksi usus seperti apendisitis, colitis atau peritonitis dapat menjadi penyebab
infertilitas pada wanita.
21
d.
Penggunaan Obat
Penggunaan obat tertentu seperti antidepresan, hormon, kortikosteroid,
penghilang nyeri dan obat anti psikotik dapat menyebabkan terjadinya infertilitas
pada wanita.
e.
Kehamilan Ektopik
Jika mendapat kehamilan ektopik maka kondisi ini akan meningkatkan terjadinya
infertilitas. Terlebih lagi jika tata laksana kehamilan ektopik dilakukan secara
tidak hati-hati atau terlambat dilakukan sesuatu (Ibnu, 2012).
2.3. Kerangka Konsep
Variabel Indevendent
Variabel Devendent
Faktor-faktor yang mempengaruhi
1. Usia
2. Merokok
3. Minum Alkohol
4. Lingkungan
5. Faktor berat badan
Infertilitas
22
2.3.1. Hipotesis
1. Adanya hubungan usia dengan terjadinya infertilitas pada PUS di Kelurahan
Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan.
2. Adanya hubungan merokok dengan terjadinya infertilitas pada PUS di Kelurahan
Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan.
3. Adanya hubungan minum alkohol dengan terjadinya infertilitas pada PUS di
Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan.
4. Adanya hubungan lingkungan dengan kejadian infertilitas di Kelurahan
Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan.
5. Adanya hubungan berat badan dengan kejadian infertilitas pada PUS di
Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan.
23
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini bersifat survei analitik dengan pendekatan cross sectional
yaitu pengambilan data dan pengumpulan data dilakukan secara bersamaan
(Notoatmodjo, 2010).
3.2.
Lokasi Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan
Tuntungan. Adapun alasan pengambilan lokasi penelitian karena masih tingginya
kejadian infertilitas pada pasangan usia subur sebesar 43,16%.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan
Tuntungan pada bulan Maret-Mei 2014.
3.3.
Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasangan suami istri yang ada di
Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan tuntungan. Pasangan suami istri yang ada
di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan bulan Maret-Mei 2014
dilihat dari jumlah Kepala Keluarga sebanyak 1879 Pasangan usia subur.
23
24
3.3.2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah populasi. Teknik pengambilan sampel
yang digunakan adalah Random sampling dengan cara sistematic random sampling
yaitu dilakukan dengan cara mengambil responden dari seluruh populasi, sehingga
yang menjadi sampel dari penelitian ini adalah pasangan usia subur yang ada di
Kelurahan Kemenanagan Tani Kec. Medan Tuntungan.
( )
(
)
Keterangan
N
= Besar Populasi
= Besar Sampel
d² = Tingkat kepercayaan
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus di atas didapatkan sampel
sebanyak 95. Pengambilan sampel dilakukan secara acak sistematik (sistematic
random sampling). Untuk mendapat sejumlah sampel, semua anggota populasi dibagi
dengan jumlah sampel yang diinginkan. Populasi sebanyak 1879 kemudian dibagi
dengan sampel sebanyak 95, maka intervalnya adalah 1879:95 = 19,77 dibulatkan
25
menjadi 20 maka yang menjadi sampel adalah setiap kelipatan 20 yaitu 20, 40, 60,
80……. sampai seterusnya hingga diperolah sebanyak 95 sampel.
3.4.
Metode Pengumpulan Data
3.4.1. Jenis Data
1. Data Primer
Data primer dikumpulkan dengan instrument penelitian yaitu, kuesioner
digunakan untuk mendapatkan data tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya infertilitas pada pasangan usia subur (PUS).
2. Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder diperoleh dari data yang ada di Kelurahan
Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan mulai dari Maret-Mei 2014. Data tersebut
berisi hasil mengenai jumlah Kepala Keluarga, untuk mengetahui penyebab
terjadinya infertilitas.
3.5.
Definisi Operasional
1. Infertilitas adalah suatu
keadaan
tidak
mengandung dan melahirkan.
Alat Ukur : kuesioner
hasil ukur : 0. Infertilitas
1. Tidak Infertilitas
Skala ukur : Ordinal ( Notoadmojo, 2010)
memiliki
kemampuan
untuk
26
2. Usia adalah lamanya hidup dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan.
Alat ukur : Kuesioner
Hasil ukur : 0. < 20-> 45 tahun
1. 20-45 tahun
Skala ukur : Interval (Notoadmojo, 2010)
3. Merokok adalah kebiasaan yang dilakukan oleh ibu/bapak setiap harinya dengan
merokok.
Alat Ukur : Kuesioner
Hasil ukur : 0. Merokok
1. Tidak Merokok
Skala ukur : Ordinal (Notoadmojo, 2010)
4. Minuman beralkohol adalah kebiasaan yang dilakukan oleh ibu/bapak setiap
harinya dengan meminum minuman yang mengandung alkohol.
Alat ukur : Kuesioner
Hasil ukur : 0. Minum Alkohol
1. Tidak Minum Alkohol
Skala ukur : Ordinal (Notoadmojo, 2010)
5. Lingkungan adalah pekarangan tempat tinggal atau tempat bekerja ibu/bapak
yang berada didaerah berpolusi.
Alat ukur : Kuesioner
Hasil ukur : 0. Lingkungan Terkena Polutan, jika tercemar
1. Lingkungan Tidak Terkena Polutan, jika tidak tercemar
27
Skala ukur : Ordinal (Notoadmojo, 2010)
6. Berat badan adalah ukuran tubuh ibu/bapak dalam sisi beratnya yang ditimbang.
Alat ukur : Kuesioner
Hasil ukur : 0. BMI <18,5
1. BMI 18,5-24
2. BMI 25-29
Skala ukur : Interval (Notoadmojo, 2010)
3.6.
Aspek Pengukuran
Tabel 3.1. Aspek Pengukuran Variabel Penelitian
No
1.
2.
Variabel
Infertilitas
Usia
3.
Merokok
4.
Minum Alkohol
5.
6.
Lingkungan
Berat Badan
Kategori
0. Infertilitas
1. Tidak Infertilitas
0. < 20-> 40 tahun
1. 20-40 tahun
0. Merokok
1. Tidak Merokok
0. Minum Alkohol
1. Tidak Minum Alkohol
0. Lingkungan Terkena Polutan, jika
tercemar
1. Lingkungan Tidak Terkena
polutan, jika tidak tercemar
0. BMI < 18,5
1. BMI 18,5-24
2. BMI 25-29
Skala Pengukuran
Ordinal
Interval
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Interval
28
3.7.
Pengelolaan Data Dan Analisis Data
3.7.1. Pengelolaan Data
Setelah berhasil dikumpulkan, selanjutnya data diolah, adapun cara
pengolahan data adalah sebagai berikut :
1. Editing
Merupakan kegiatan untuk pemecahan dan perbaikan isi formulir atau kuesioner.
2. Coding
Merupakan mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi angka atau
bilangan. Misalnya jenis kelamin : 1= laki-laki, 2= perempuan.
3. Tabulating
Kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master tabel atau
data base computer, kemudian membuat distribusi sederhana atau dengan
membuat tabel contigensi.
4. Entry
Memasukkan data (Data entry / processing). Data entry yaitu jawaban-jawaban
dari masing-masing responden yang dalam bentuk kode (angka atau huruf)
dimasukkan ke dalam program. Dalam proses ini juga dituntut ketelitian dari
orang, maka akan terjadi perbedaan meskipun hanya memasukkan data saja.
5. Cleaning
Merupakan kegiatan pengecekan kembali data kemungkinan ada kesalahankesalahan kode, ketidak lengkapan dan sebagainya, kemudian dilakukan
pembetulan atau koreksi.
29
3.7.2. Analisis Data
a. Analisis Univariat
Analisis data secara univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karateristik setiap variabel penelitian. Analisis ini digunakan untuk menghasilkan
distribusi frekuensi dan presentase dari setiap variabel.
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk menguji ada tidaknya faktor-faktor yang
mempengaruhi (usia, merokok, minum alkohol, lingkungan dan berat badan)
terjadinya infertilitas pada pasangan usia subur, lalu dilakukan uji Chi-square.
30
33
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1.
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kelurahan Kemenangan Tani adalah Ibukota Kecamatan Medan Tuntungan
yang memiliki lintasan di Jalan Jamin Ginting (Status Jalan Propinsi) sebagai salah
satu penilaian Adi Pura, yang merupakan jalan lintas antar kabupaten/kota menuju
daerah wisata. Kelurahan Kemenangan Tani merupakan salah satu kelurahan dari 9
(Sembilan) Kelurahan yang terdapat di wilayah Kecamatan Medan Tuntungan dengan
luas ± 150 Hektar dan terdiri dari 5 lingkungan yang memiliki batas-batas wilayah
sebagai berikut:
a.
Sebelah Utara berbatas dengan Kelurahan Simp. Selayang Kec. Medan
Tuntungan.
b.
Sebelah Selatan berbatas dengan Kelurahan Lau Cih Kec. Medan Tuntungan.
c.
Sebelah Timur berbatas dengan Kelurahan Lau Cih Kec. Medan Tuntungan.
d.
Sebelah Barat berbatas dengan Kelurahan Namo Gajah Kec. Medan Tuntungan.
Kelurahan Kemenangan Tani memiliki data monografi sebagai berikut:
1.
Jarak dari Titik Nol Kota Medan
: 18 KM
2.
Jarak dari Kantor Camat Medan Tuntungan
: 400 Meter
3.
Jarak dengan Kabupaten lain terdekat
: 3 KM
30
31
4.2.
Analisis Univariat
Karateristik responden yang diteliti dalam penelitian ini meliputi : Infertilitas,
usia, merokok, minum alkohol, lingkungan dan berat badan.
4.2.1. Klasifikasi Infertilitas Responden
Untuk melihat infertilitas responden di Kelurahan Kemenangan Tani Kec.
Madan Tuntungan dapat dilihat pada Tabel 4.1 :
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Infertilitas pada
Pasangan Usia Subur di Kelurahan Kemenangan Tani Kec.
Medan Tuntungan
No
1.
2.
Klasifikasi Infertilitas pada PUS
Infertilitas
Tidak Infertilitas
Total
f
41
54
95
%
43,0
57,0
100,0
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa frekuensi pasangan usia subur
yang mengalami infertilitas sebanyak 41 responden (43%) dan yang tidak mengalami
infertilitas sebanyak 54 responden (56%).
4.2.2. Usia Responden
Untuk melihat usia responden di Kelurahan Kemeangan Tani Kec. Medan
Tuntungan dapat dilihat pada Tabel 4.2 :
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia pada Pasangan Usia Subur di
Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan
No
1.
2.
Usia pada PUS
< 20-> 45tahun
20-45 tahun
Total
f
31
64
95
%
32,6
67,4
100,0
32
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa frekuensi usia mayoritas 20-45
tahun, yaitu sebanyak 64 responden (67,4%) dan minoritas < 20-> 45 tahun sebanyak
31 responden (32,6%).
4.2.3. Merokok Responden
Untuk melihat merokok responden di Kelurahan Kemenangan Tani Kec.
Medan Tuntungan dapat dilihat pada Tabel 4.3 :
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Merokok pada Pasangan Usia
Subur di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan
No
1
2
Merokok pada PUS
Merokok
Tidak Merokok
Total
f
57
38
95
%
60,0
40,0
100,0
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa merokok pada PUS mayoritas
dengan merokok sebanyak 57 responden (60%) dan minoritas dengan tidak merokok
sebanyak 38 responden (40%).
4.2.4. Minum alkohol responden
Untuk melihat merokok responden di Kelurahan Kemenangan Tani Kec.
Medan Tuntungan dapat dilihat pada Tabel 4.4 :
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Minum Alkohol pada Pasangan
Usia Subur di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan
No
1
2
Minum Alkohol
Minum Alkohol
Tidak Minum Alkohol
Total
f
57
38
95
%
60,0
40,0
100,0
33
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa minum alkohol pada PUS
mayoritas dengan minum alkohol sebanyak 57 responden (60%) dan minoritas
dengan tidak minum alkohol sebanyak 38 responden (40%).
4.2.5. Lingkungan Responden
Untuk melihat lingkungan responden di Kelurahan Kemenangan Tani Kec.
Medan Tuntungan dapat dilihat pada Tabel 4.5:
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Lingkungan pada Pasangan Usia
Subur di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan
No
1
2
Lingkungan PUS
Lingkungan Terkena Polutan
Lingkungan Tidak Terkena Polutan
Total
f
19
76
95
%
20,0
80,0
100,0
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa lingkungan PUS mayoritas
lingkungan tidak terkena polutan sebanyak 76 responden (80%) dan minoritas dengan
lingkungan terkena polutas sebanyak 19 responden (20%).
4.2.6. Berat Badan Responden
Untuk melihat berat badan responden di Kelurahan Kemenangan Tani Kec.
Medan Tuntungan dapat dilihat pada Tabel 4.6. :
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Berat Badan pada Pasangan Usia
Subur di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan
No
1
2
3
Berat Badan pada PUS
BMI < 18,5
BMI 18,5-24
BMI 25-29
Total
f
17
49
29
95
%
17,9
51,6
30,5
100,0
34
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa berat badan responden
mayoritas BMI 18,5-24 sebanyak 49 responden (51,6%), BMI 25-29 sebanyak 29
responden (30,5%) dan minoritas dengan BMI < 18,5 sebanyak 17 responden
(17,9%).
4.3.
Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan
terjadinya infertilitas pada pasangan usia subur dipakai dengan uji chi-square
ditujukan dengan analisa crosstab dan didapat hasilnya sebagai berikut :
4.3.1. Hubungan Usia dengan Infertilitas pada Pasangan Usia Subur
Untuk melihat hubungan usia pasangan usia subur terhadap terjadinya
infertilitas pada pasangan usia subur di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan
Tuntungan dapat dilihat pada Tabel 4.7. :
Tabel 4.7. Hubungan Usia dengan Terjadinya Infertilitas pada Pasangan Usia
Subur di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan
No
Usia pada PUS
1
2
< 20-> 45 tahun
20-45 tahun
Total
Infertilitas pada PUS
Mengalami
Tidak
n
%
n
%
23
74,2
8
25,8
18
28,1
46
71,9
41
43,2
54
56,8
Total
N
%
31 100,0
64 100,0
95 100,0
Prob
0,000
Berdasarkan dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 31 PUS yang berusia <
20-> 45 tahun yang mengalami infertilitas sebanyak 23 PUS (74,2%) dan yang tidak
mengalami infertilitas sebanyak 8 PUS (25,8%). Kemudian dari 64 PUS yang berusia
20-45 tahun yang mengalami infertilitas sebanyak 18 PUS (28,1%) dan yang tidak
35
mengalami infertilitas sebanyak 46 PUS (71,9%). Hasil analisis statistik
menggunakan uji chi-square diperoleh probabilitas 0,000 < α 0,05 berarti Ho ditolak,
artinya terdapat hubungan antara usia dengan kejadian infertilitas di Kelurahan
Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan.
4.3.2. Hubungan Merokok dengan Terjadinya Infertilitas pada Pasanga Usia
Subur di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan
Untuk melihat hubungan merokok dengan kejadian infertilitas di Kelurahan
Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan dapat dilihat pada Tabel 4.8. :
Tabel 4.8. Hubungan Merokok dengan Kejadian Infertilitas pada Pasagan Usia
Subur di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan
Infertilitas pada PUS
No
Merokok pada
PUS
1
2
Merokok
Tidak Merokok
Total
Ya
n
35
6
41
%
61,4
15,8
43,2
Tidak
n
%
22
38,6
32
84,2
54
56,8
Total
N
57
38
95
%
100,0
100,0
100,0
Prob
0,000
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 57 PUS yang merokok
terdapat PUS yang infertilitas sebanyak 35 PUS (61,4%) dan tidak infertilitas
sebanyak 22 PUS (38,6%). Kemudian dari 38 PUS yang tidak merokok yang
mengalami infertilitas sebanyak 6 PUS (15,8%) dan yang tidak mengalami infertilitas
sebanyak 32 PUS (84,2%). Hasil analisis statistik menggunakan uji chi-square
diperoleh probabilitas 0,000 < α 0,05 berarti Ho ditolak, artinya terdapat hubungan
antara merokok dengan kejadian infertilitas di Kelurahan Kemenangan Tani Kec.
Medan Tuntungan.
36
4.3.3. Hubungan Minum alkohol dengan Terjadinya Infertilitas pada Pasanga
Usia Subur di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan
Untuk melihat hubungan minum alkohol dengan kejadian infertilitas di
Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan dapat dilihat pada Tabel 4.9 :
Tabel 4.9. Hubungan Minum Alkohol dengan Kejadian Infertilitas pada
Pasangan Usia Subur di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan
Tuntungan
No
1
2
Minum Alkohol
pada PUS
Minum Alkohol
Tidak Minum
Alkohol
Total
Infertilitas pada PUS
Ya
Tidak
n
%
n
%
36
63,2
21
36,8
5
13,2
33
86,8
Total
N
%
57 100,0
38 100,0
41
95
43,2
54
56,8
Prob
0,000
100,0
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 57 PUS minum alkohol
yang mengalami infertilitas sebanyak 36 PUS (63,2%) dan yang tidak infertilitas
sebanyak 21 PUS (36,8%). Kemudian dari 38 PUS yang tidak minum alkohol yang
mengalami infertilitas sebanyak 5 PUS (13,2%) dan yang tidak mengalami infertilitas
sebanyak 33 PUS (86,8%). Hasil analisis statistik menggunakan uji chi-square
diperoleh probabilitas 0,000 < α 0,05 berarti Ho ditolak, artinya terdapat hubungan
antara minum alkohol dengan kejadian infertilitas di Kelurahan Kemenangan Tani
Kec. Medan Tuntungan.
4.3.4. Hubungan Lingkungan dengan Terjadinya Infertilitas pada Pasangan
Usia Subur di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan
Untuk melihat hubungan lingkungan dengan terjadinya infertilitas di
Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan dapat dilihat pada tabel 4.10 :
37
Tabel 4.10. Hubungan Lingkungan dengan Terjadinya Infertilitas pada
Pasangan Usia Subur di Kelurahan Kemenangan Tani Kec.
Medan Tuntungan
No
Lingkungan PUS
1
Lingkungan
Terkena Polutan
Lingkungan Tidak
Terkena Polutan
Total
2
Infertilitas pada PUS
Ya
Tidak
n
%
n
%
14
73,7
5
26,3
Total
N
%
19 100,0
Prob
27
35,5
49
64,5
76
100,0
0,006
41
43,2
54
56,8
95
100,0
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 19 PUS lingkungan terkena
polutan yang mengalami infertilitas sebanyak 14 PUS (73,7%) dan yang tidak
mengalami infertilitas sebanyak 5 PUS (26,3%). Kemudian dari 76 PUS lingkungan
tidak terkena polutan yang mengaliami infertilitas sebanyak 27 PUS (35,5%) dan
yang tidak mengalami infertilitas sebanyak 49 PUS (64,5%). Hasil analisis statistik
menggunakan uji chi-square diperoleh probabilitas 0,006 < α 0,05 berarti Ho ditolak,
artinya terdapat hubungan antara lingkungan dengan kejadian infertilitas di Kelurahan
Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan.
4.3.5. Hubungan Berat Badan dengan Terjadinya Infertilitas pada Pasangan
Usia Subur di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan.
Tabel 4.11. Hubungan Berat Badan dengan Terjadinya Infertilitas di Kelurahan
Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan
No
1
2
3
Berat Badan
BMI < 18,5
BMI 18,5- 24
BMI 25-29
Total
Infertilitas pada PUS
Ya
Tidak
n
%
n
%
11
64,7
6
35,3
12
24,5
37
75,5
18
62,1
11
37,9
41
43,2
54
56,8
Total
N
17
49
29
95
%
100,0
100,0
100,0
100,0
Prob
0,001
38
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat dari 17 PUS BMI < 18,5 yang
mengalami infertilitas 11 PUS (64,7%) dan tidak mengalami infertilitas 6 PUS
(35,3%). BMI 18,5-24 sebanyak 49 PUS yang mengalami infertilitas sebanyak 12
PUS (24,5%) dan yang tidak mengalami infertilitas sebanyak 37 PUS (75,5%).
Kemudian dari 29 PUS BMI 25-29 yang mengalami infertilitas sebanyak 18 PUS
(62,1%) dan yang tidak mengalami infertilitas sebanyak 11 PUS (37,9%). Hasil
analisis statistik menggunakan uji chi-square diperoleh probabilitas 0,001 < α 0,05
berarti Ho ditolak, artinya terdapat hubungan antara berat badan dengan kejadian
infertilitas di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan.
39
BAB V
PEMBAHASAN
5.1.
Hubungan Faktor Usia dengan Kejadian Infertilitas pada Pasangan Usia
Subur (PUS).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa PUS yang berusia < 20-> 45 tahun
mengalami infertilitas sebesar 74,2%. Hasil analisis statistik menggunakan uji chisquare diperoleh probabilitas 0,000 < α 0,05 berarti Ho ditolak, artinya terdapat
hubungan antara usia dengan kejadian infertilitas di Kelurahan Kemenangan Tani
Kec. Medan Tuntungan. Mengacu pada uji tersebut menunjukkan bahwa semakin tua
umur pasangan usia subur maka semakin besar pula kemungkinan terjadi infertilitas.
Ketika seorang wanita semakin berumur, maka semakin kecil pula
kemungkinan wanita tersebut untuk hamil. Kejadian infertilitas berbanding lurus
dengan pertambahan usia wanita. Wanita yang sudah berumur akan memiliki kualitas
oosit yang tidak baik akibat adanya kelainan kromosom pada oosit tersebut.
Disamping itu wanita yang sudah berumur juga cenderung memiliki gangguan fungsi
kesehatan, sehingga menurunkan pula fungsi kesuburannya (Ibnu, 2012).
Menurut Djuwantono (2008), bahwa kemungkinan seorang wanita untuk
mendapatkan kehamilan akan menurun secara signifikan saat menginjak usia > 35
tahun. Penurunan ini akan terus berlanjut hingga pada akhirnya wanita mengalami
menopause dan sama sekali tidak dapat menghasilkan sel telur. Sedangkan pada lakilaki, menginjak usia > 35 tahun juga menyebabkan penurunan kualitas sistem
reproduksi, walaupun pada umumnya sistem reproduksi pria dapat mempertahankan
39
40
optimalitasnya lebih lama dibandingkan sistem reproduksi wanita. Penurunan fungsi
sistem reproduksi pria dapat dilihat dari hasil analisis sperma yang menunjukkan
penurunan kualitas di usia senja (Budiman, 2011).
Menurut asumsi peneliti usia PUS memang memengaruhi terjadinya
infertilitas yang dapat dilihat dari hasil penelitian dan hasil pernyataan di atas yang
menyatakan bahwa semakin tua usia PUS maka semakin besar angka kejadian
infertilitas pada PUS tersebut. Hal ini disebabkan karena wanita yang sudah berumur
akan memiliki kualitas oosit yang tidak baik akibat adanya kelainan kromosom pada
oosit tersebut. Disamping itu wanita yang sudah berumur juga cenderung memiliki
gangguan fungsi kesehatan, sehingga menurun pula fungsi kesuburannya. Sedangkan
pada laki-laki yang sudah berumur juga menyebabkan penurunan kualitas sistem
reproduksi, walaupun pada umumnya sistem reproduksi pria dapat mempertahankan
optimalitasnya lebih lama dibandingkan sistem reproduksi wanita.
5.2.
Hubungan Faktor Merokok dengan Kejadian Infertilitas pada Pasangan
Usia Subur (PUS).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa PUS yang merokok mengalami
infertilitas sebanyak 61,40%. Hasil analisis statistik menggunakan uji chi-square
diperoleh probabilitas 0,000 < α 0,05 berarti Ho ditolak, artinya terdapat hubungan
antara merokok dengan kejadian infertilitas di Kelurahan Kemenangan Tani Kec.
Medan Tuntungan. Mengacu pada uji tersebut menunjukkan bahwa merokok dapat
menjadi penyebab infertilitas pada pasangan usia subur.
41
Menurut Depkes RI (2010), Merokok dapat mengubah bentuk sperma dan
merusak DNA, juga mengurangi jumlah sperma dan menurunkan aliran darah penis
sehingga menyebabkan impotensi. Dengan demikian, perokok menjadi lebih mudah
mengalami kemandulan.
Menurut Djuwantono (2008), bahwa kebiasaan merokok pada wanita akan
menurunkan fungsi ovarium dalam memproduksi hormon reproduksi dan sel telur.
Sebaliknya kebiasaan merokok pada pria akan menurunkan semua parameter normal
sperma, baik jumlah spermatozoa, kemampuan gerak, serta bentuk dari spermatozoa
itu sendiri.
Menurut Soares (2008), spermatozoa dari seorang perokok menyebabkan
penurunan kapasitas fertilisasi dan pada embrio yang dihasilkan, angka keberhasilan
implantasinya lebih kecil bila dibandingkan dengan bukan perokok. Pada proses
pembuahan menunjukkan penurunan terjadinya implantasi dengan bertambah lama
untuk bisa hamil, bila merokok rata-rata 15 batang per hari (Joice, 2010).
Menurut Ishlahiyah (2006), Merokok dapat menurunkan kualitas dan
kuantitas spermatozoa manusia (konsentrasi, motilitas dan morfologi spermatozoa),
penelitian lain juga mengemukakan tentang sebuah penelitian yang melaporkan
bahwa merokok dapat merusak sistem reproduksi seseorang dan mengurangi peluang
untuk memiliki anak yang sehat (Budiman, 2011).
Menurut asumsi peneliti merokok pada PUS memang memengaruhi terjadinya
infertilitas yang dapat dilihat dari hasil penelitian dan pernyataan di atas yang
menyatakan bahwa kebiasaan merokok pada wanita akan menurunkan fungsi ovarium
42
dalam memproduksi hormon reproduksi dan sel telur. Sebaliknya kebiasaan merokok
pada pria akan menurunkan semua parameter normal sperma, baik jumlah
spermatozoa, kemampuan gerak, serta bentuk dari spermatozoa itu sendiri.
5.3.
Hubungan Faktor Minum Alkohol dengan Kejadian Infertilitas pada
Pasangan Usia Subur (PUS).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa PUS yang minum alkohol mengalami
infertilitas sebanyak 63,2%. Hasil analisis statistik menggunakan uji chi-square
diperoleh probabilitas 0,000 < α 0,05 berarti Ho ditolak, artinya terdapat hubungan
antara minum alkohol dengan kejadian infertilitas di Kelurahan Kemenangan Tani
Kec. Medan Tuntungan. Mengacu pada uji tersebut menunjukkan bahwa minum
alkohol dapat menyebabkan terjadinya infertilitas pada pasangan usia subur.
Menurut Djuwantono (2008), pria peminum alkohol akan memiliki hasil
analisis sperma yang tidak sebaik pria yang tidak mengkonsumsi alkohol.
Menurut Matthew et al, alkohol dalam jumlah banyak bisa menyebabkan
rendahnya kadar hormon testosteron yang mengganggu pertumbuhan sperma (Joice,
2010).
Alkohol dapat mengurangi kuantitas dan kualitas sperma dari seorang pria.
Salah satu cara dimana pengaruh alkohol adalah dengan mencegah tubuh menyerap
zat seng dengan normal. Seng ditemukan dalam jumlah yang tinggi dalam sperma.
Ini adalah mineral penting dalam pembentukan lapisan luar sel sperma dan ekor.
Kekurangan zinc telah terdeteksi pada pria yang memiliki jumlah sperma rendah.
43
Ekor sel sperma perlu kuat untuk motilitas yang baik/kemampuan untuk bergerak dan
berenang dan menembus sel telur (Budiman, 2011).
Menurut asumsi peneliti minum minuman yang beralkohol memang
memengaruhi terjadinya infertilitas dapat dilihat dari hasil penelitian dan pernyataan
diatas yang menyatakan bahwa alkohol dapat mengurangi kuantitas dan kualitas
sperma dari seorang pria.
5.4.
Hubungan Faktor Lingkungan dengan Kejadian Infertilitas pada
Pasangan Usia Subur (PUS).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lingkungan PUS terkena polutan yang
mengalami infertilitas sebanyak 73,7%. Hasil analisis statistik menggunakan uji chisquare diperoleh probabilitas 0,006 < α 0,05 berarti Ho ditolak, artinya terdapat
hubungan antara lingkungan dengan kejadian infertilitas di Kelurahan Kemenangan
Tani Kec. Medan Tuntungan. Mengacu pada uji tersebut menunjukkan bahwa
lingkungan yang terkena polutan dapat menjadi penyebab infertilitas pada pasangan
usia subur.
Ada beberapa faktor lingkungan yang dapat menjadi penyebab terjadinya
infertilitas. Seperti beberapa zat polutan seperti ftalat atau dioxin, saat ini dicurigai
memiliki kaitan erat dengan tingginya kejadian infertilitas akibat endometriosis,
terutama bagi wanita tinggal di daerah perkotaan (Ibnu, 2012).
Menurut Dr. Michele De Rosa dari Naples University, pria yang bekerja lebih
6 jam di daerah berpolusi memiliki sperma dalam jumlah lebih sedikit, bergerak lebih
lambat dan memiliki bentuk yang abnormal jika dibandingkan dengan pria yang
44
tinggal di daerah pedesaan yang minus polusi. Tetapi apakah efek ini hanya bersifat
temporer, masih dilakukan penelitian (Febriansyah, 2012).
Menurut asumsi peneliti lingkungan memang memengaruhi terjadinya
infertilitas dapat dilihat dari hasil penelitian dan pernyataan diatas yang menyatakan
bahwa pria yang bekerja lebih 6 jam di daerah berpolusi memiliki sperma dalam
jumlah lebih sedikit, bergerak lebih lambat, dan memiliki bentuk yang abnormal.
5.5.
Hubungan Faktor Berat Badan dengan Kejadian Infertilitas pada
Pasangan Usia Subur (PUS).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa BMI 25-29 yang mengalami infertilitas
sebanyak 62,1%. Hasil analisa statistik menggunakan uji chi-square diperoleh
probabilitas 0,001 < α 0,05 berarti Ho ditolak, artinya terdapat hubungan antara berat
badan dengan kejadian infertilitas di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan
Tuntungan. Mengacu pada uji tersebut menunjukkan bahwa berat badan dapat
menjadi penyabab terjadinya infertilitas pada pasangan usia subur.
Walaupun sebagian besar hormon esterogen dihasilkan oleh ovarium, namun
30% esterogen tersebut dihasilkan juga oleh lemak tubuh melalui proses aromatisasi
dengan androgen sebagai zat pembakalnya. Jika seorang wanita memiliki berat badan
yang berlebih (over weight) atau mengalami kegemukan (obesitas), atau dengan
istilah lain memiliki lemak tubuh 10-15% dari lemak tubuh normal, maka wanita
tersebut akan menderita gangguan pertumbuhan folikel di ovarium yang terkait
dengan sebuah sindrom, yaitu sindrom ovarium poli kistik (SOPK). Sindrom ini juga
berkaitan erat dengan restitensi insulin dan diabetes melitus.
45
Disamping berat badan yang berlebihan, maka berat badan yang sangat rendah
juga dapat mengganggu fungsi fertilitas seorang wanita. Zat gizi yang cukup seperti
karbohidrat, lemak dan protein sangat diperlukan untuk pembentukan hormon
reproduksi. Sehingga pada wanita kurus akibat asupan gizi yang sangat kurang, akan
mengalami defisiensi hormon reproduksi yang berkaitan terhadap peningkatan
kejadian infertilitas pada wanita tersebut (Ibnu, 2012).
Menurut Lie (2007), obesitas bukan masalah baru bagi dunia kesehatan dan
ternyata obesitas memiliki dampak yang cukup mengkhawatirkan pada pasangan usia
subur. Pasalnya, kelebihan berat badan dapat mempengaruhi kesuburan pad pria dan
wanita secara individual. Pria yang obesitas yang mengalami gangguan kesuburan
dan wanita yang obesitas juga dapat mengalami gangguan yaitu gangguan ovulasi,
pembuahan dan pertumbuhan awal janin (Maranatha, 2013).
Menurut asumsi peneliti berat badan memang memengaruhi terjadinya
infertilitas dapat dilihat dari hasil penelitian dan pernyataan di atas yang menyatakan
bahwa pria yang obesitas yang mengalami gangguan kesuburan dan wanita yang
obesitas juga dapat mengalami gangguan yaitu gangguan ovulasi, pembuahan dan
pertumbuhan awal janin.
46
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.
1.
Kesimpulan
Ada hubungan
usia dengan terjadinya infertilitas pada PUS di Kelurahan
Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan.
2.
Ada hubungan merokok dengan terjadinya infertilitas pada PUS di Kelurahan
Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan.
3.
Ada hubungan minum alkohol dengan terjadinya infertilitas pada PUS di
Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan.
4.
Ada hubungan Lingkungan dengan terjadinya infertilitas pada PUS di Kelurahan
Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan.
5.
Ada hubungan berat badan dengan terjadinya infertilitas pada PUS di Kelurahan
Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan.
6.2.
1.
Saran
Diharapkan kepada tenaga kesehatan agar melakukan penyuluhan tentang faktorfaktor yang berhubungan dengan terjadinya infertilitas pada PUS.
2.
Diharapkan agar wanita usia subur sebaiknya menikah pada usia 20-25 tahun.
3.
Diharapkan agar pasangan usia subur sebaiknya mengontrol berat badan, tidak
merokok, tidak minum minuman beralkohol dan menjaga kebersihan
lingkungan.
46
47
4.
Diharapkan agar peneliti selanjutnya dapat lebih mengembangkan penelitian
tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya infertilitas pada
pasangan usia subur.
Download