1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infertilitas merupakan masalah yang kompleks dan perlu mendapat perhatian para pelaku kesehatan. Hampir 80 juta penduduk dunia terdapat 8-12% pasangan mengalami pengalaman infertilitas. Infertilitas sebagai ketidakmampuan untuk mengandung dan melahirkan. Secara klinis, infertilitas di definisikan sebagai ketidak mampuan untuk menjadi hamil setelah satu tahun aktivitas koitus secara teratur dan tanpa menggunakan kontrasepsi (Fauziyah, 2012). Infertilitas merupakan salah satu masalah kesehatan reproduksi yang sering menjadi masalah sosial karena pihak istri selalu dianggap sebagai peyebabnya. Akibatnya wanita sering terpojok dan mengalami kekerasan, terabaikan kesehatannya, serta di beri label sebagai wanita mandul dalam masalah hidupnya (Naila, 2013). Menurut Word Health Organization (WHO) infertilitas diperkirakan 8-10% pasangan di dunia mempunyai riwayat sulit untuk memperoleh anak. Angka infertilitas di Indonesia berkisar 12-15%. Banyaknya pasangan infertilitas di Indonesia dapat diperhitungkan dari banyaknya wanita yang pernah kawin dan tidak memiliki anak. Menurut sensus penduduk terdapat 12% baik di desa maupun di kota atau sekitar 3 juta pasangan yang mengalami infertilitas di Indonesia (Fauziyah, 2012). 1 2 Menurut himpunan penelitian Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) di Jakarta, 36% infertil pada pria dan 64% berasal dari wanita. Peneliti lain mengatakan angka kejadian infertilitas wanita 15% pada usia produktif (30-34 tahun), meningkat 30% pada usia 35-39 tahun dan 64% pada usia 40-44 tahun. Penyebab seorang wanita menjadi infertil dapat di sebabkan oleh faktor resiko yang meningkat yaitu gaya hidup yang tidak terkontrol yang diterapkan sejak usia remaja. Faktor-faktor tersebuat adalah usia, kebiasaan merokok, mengkonsumsi alkohol, stress, diet yang buruk, olah raga yang berat, mengalami overweight / underweight penyakit seksual yang menular, keadaan lingkungan yang buruk (populasi udara dan air), juga masalah kesehatan yang berhubungan dengan perubahan hormonal (Naila, 2013). Ilmu kedokteran masa kini baru berhasil menolong 50% pasangan infertil memperoleh anak yang diinginkanya. Itu berarti separuhnya lagi terpaksa menempuh hidup tanpa anak, mengangkat anak (adopsi), poligini atau bercerai. Berkat kemajuan teknologi kedokteran, beberapa pasangan telah dimungkinkan memperoleh anak dengan jalan inseminasi buatan donor, “bayi tabung”, atau membesarkan janindi rahim wanita lain (Prawirohardjo, 2009). Faktor-faktor predisposisi yang berhubungan dengan terjadinya infertilitas pada pasangan usia subur (PUS) yaitu : usia, ketika seorang wanita semakin berumur, maka semakin kecil pula kemungkinan wanita tersebut untuk hamil. Gaya hidup dapat mempengaruhi terjadinya infertilitas diantaranya : merokok, karena merokok dapat menyebabkan penurunan hormon reproduksi. Alkohol juga dapat menyebabkan 3 terjadinya infertilitas, karena alkohol dapat menyebabkan kegagalan proses implantasi. Faktor lingkungan yang menjadi penyebab terjadinya infertilitas, seperti beberapa zat polutan diantaranya ftalat atau dioxin, yang saat ini dicurigai memiliki kaitan yang erat dengan tingginya kejadian infertilitas akibat endometriosis, terutama pada wanita yang tinggal di daerah perkotaan. Berat badan juga dapat mempengaruhi infertilitas, apabila seorang wanita memiliki berat badan lebih (obesitas) yang memiliki lemak tubuh 10-15% dari lemak tubuh normal, maka wanita tersebut dapat menderita gangguan pertumbuhan folikel di ovarium yang berkaitan dengan sindrom ovarium poli kistik (SOPK) dan wanita yang berat badan rendah akibat asupan gizi yang sangat kurang akan mengalami gangguan hormon reproduksi yang berakibat terhadap peningkatan kejadian infertilitas pada wanita tersebut (Ibnu, 2012). Menurut penelitian Samsyiah (2010), kejadian perempuan infertil 15% pada usia 30-34 tahun, meningkat 30% pada usia 35-39 tahun dan 55% pada usia 40-44 tahun. Hasil survei gagalnya kehamilan pada pasangan yang sudah menikah selama 12 bulan, 40% disebabkan infertilitas pada pria, 40% karena infertilitas pada wanita dan 10% dari pria dan wanita, 10% tidak diketahui penyebabnya. Menurut penelitian Alia (2008), bahwa gagalnya kehamilan pada pasangan menikah selama 12 bulan, 40% nya disebabkan infertilitas pada pria, 40% pada wanita dan 20% lagi adalah kombinasi keduanya. Jadi tidak benar anggapan bahwa kaum wanita lebih bertanggungjawab terhadap kesulitan mendapatkan anak, bahkan 4 penelitian beberapa tahun terakhir ini, 50% gangguan kesuburan disebabkan oleh pria (Nana, 2012). Dari hasil survei di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan tuntungan periode Maret-Mei 2014. Berdasarkan survei awal yang telah dilakukan di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan terdapat sebanyak 1879 PUS, dengan survei awal yang dilakukan pada PUS yang menjadi sebanyak 95 PUS. Pasangan usia subur yang mengalami infertilitas sebanyak 41 responden (43,16%) dan yang tidak mengalami infertilitas sebanyak 54 responden (56,84%). Keadaan ini yang berkaitan dengan usia, kebiasaan merokok, kebiasaan meminum minuman yang beralkohol, lingkungan yang terkena polutan dan berat badan yang tidak ideal pada pasangan usia subur. Dari latar belakang masalah di atas peneliti tertarik untuk meneliti faktorfaktor yang mempengaruhi terjadinya infertilitas pada pasangan usia subur (PUS) di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya infertilitas pada pasangan usia subur (PUS) di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan. 5 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya infertilitas pada pasangan usia subur di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan faktor usia dengan terjadinya infertilitas pada pasangan usia subur di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan. 2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan faktor merokok dengan terjadinya infertilitas pada pasangan usia subur di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan. 3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan faktor minum alkohol dengan terjadinya infertilitas pada pasangan usia subur di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan. 4. Untuk mengetahui apakah ada hubungan faktor lingkungan dengan terjadinya infertilitas pada pasangan usia subur di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan. 5. Untuk mengetahui apakah ada hubungan faktor berat badan dengan terjadinya infertilitas pada pasangan usia subur di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan. 6 1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti, tenaga kesehatan, Akademi Kebidanan Audi Husada dan peneliti selanjutnya. 1.4.1. Bagi Pemerintah dan Praktis Kesehatan Sebagai informasi dan evaluasi kepada pembuat kebijakan dan pelaksanaan program berkaitan dengan infertilitas pada pasangan usia subur, sehingga dapat merencanakan strategi upaya pencegahan terjadinya infertilitas pada pasangan usia subur. 1.4.2. Bagi Lahan Praktik Dengan adanya penulisan karya tulis ilmiah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan pasangan usia subur tentang infertilitas di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan. 1.4.3. Bagi Pendidikan Audi Husada / Institusi Dapat digunakan sebagai informasi dan bahan tambahan refesensi di perpustakaan bagi pendidikan Audi Husada dalam proses belajar dan menjadi tambahan ilmu pengetahuan. 1.4.4. Bagi Penulis Dapat menambah wawasan dan pengalaman bagi penulis dalam mencari tahu tentang faktor yang apa saja yang berhubungan dengan infertilitas. 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Infertilitas 2.1.1. Pengertian Infertilitas Infertilitas adalah suatu keadaan tidak memiliki kemampuan untuk mengandung dan melahirkan. Secara klinis infertilitas didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk menjadi hamil setelah satu tahun aktivitas koitus secara teratur tanpa alat kontrasepsi (Fauziyah, 2011). Infertilitas adalah kemampuan seorang istri menjadi hamil dan suami bisa menghamili (Ibnu, 2012). 2.1.2. Klasifikasi Infertilitas Infertilitas dapat dibedakan menjadi 2, yaitu : 1. Infertilitas primer Infertilitas primer adalah jika istri belum pernah hamil walaupun bersenggama dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamil selama 12 bulan (Prawirohardjo, 2009). 2. Infertilitas Sekunder Infertilitas sekunder adalah jika istri pernah hamil, akan tetapi kemudian tidak terjadi kehamilan lagi walaupun bersenggama dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan (Prawirohardjo, 2009). 7 8 2.1.3. Etiologi Etiologi infertilitas terbagi atas dua yaitu : 1. Infertilitas disengaja Infertilitas yang disengaja adalah bila pasangan suami istri sengaja menggunakan alat kontrasepsi. Kontrasepsi yang digunakan pasangan suami istri tersebut bisa secara alami, dengan alat maupun kontrasepsi mantap (Ibnu, 2012). 2. Infertilitas tidak disengaja Infertilitas tidak disengaja apabila suami istri atau keduanya memiliki gangguan. Gangguan tersebut adalah : a. Pihak Suami Berikut ini jumlah spermatozoa dan transportasinya yang abnormal : 1. Jumlah sperma kurang dari 20 juta (oligozoospermia), maka gerak spermatozoa lemah dan lambat (astenozoospermia) atau bentuk spermatozoa abnormal (teratozoospermia), volume sperma kurang dari 2 ml, serta kandungan fruktosanya kurang dari 1.200 mg/ml (Novita, 2011). 2. Varikokel Adalah terjadinya pelebaran pembuluh darah vena disekitar buah zakar. Hal ini biasanya terindikasikan dengan adanya benjolan pada bagian atas buah zakar dan biasanya terjadi pada sebelah kiri. 3. Kelainan mekanisme misalnya : Impotensi, penutupan duktus deferens, masalah ejakulasi, hipospadia dan phymosis. Infertilitas yang disebabkan oleh pria sekitar 35-40%. 9 b. Pihak Istri Penyebab infertilitas pada istri sebaiknya ditelusuri dari organ luar sampai dengan indung telur. Infertilitas dipihak istri dapat disebabkan oleh : 1. Gangguan Ovulasi, Misalnya : gangguan ovarium dan gangguan hormonal. Gangguan ovarium yang dapat disebabkan oleh faktor usia, adanya tumor pada indung telur dan gangguan lain yang menyebabkan sel telur tidak dapat masak. Sedangkan gangguan hormonal disebabkan oleh bagian dari otak (hipotalamus dan hipofisis) yang tidak memproduksi hormon-hormon reproduksi seperti FSH dan LH. 2. Kelainan mekanisme yang menghambat pembuahan, meliputi kelainan tuba, endometriosis, stenosis canalis servicalis atau hymen, flour albus dan kelahiran rahim. Kelainan tuba disebabkan adanya penyempitan, perlekatan maupun penyumbatan pada saluran tuba sedangkan kelainan rahim akibat bawaan rahim, bentuknya yang tidak normal, maupun ada penyakit. Sekitar 30-40% pasien dengan endometriosis adalah infrertil. Endometriosis yang berat dapat menyebabkan gangguan pada tuba, ovarium dan peritoneum. Infertilitas yang disebabkan oleh pihak istri sekitar 40-50% (Ibnu, 2012). 10 2.1.4. Pemeriksaan Infertilitas 2.1.4.1.Syara-Syarat Pemeriksaan Pasangan infertilitas merupakan satu kesatuan biologis, sehingga keduanya sebaiknya dilakukan pemeriksaan. Adapun syarat-syarat sebelum dilakukan pemeriksaan adalah sebagai berikut : 1. Istri dengan usia 20-30 tahun, baru diperiksa setelah berusaha mendapatkan anak selama 12 bulan. 2. Istri dengan usia 31-35 tahun dapat langsung diperiksa ketika pertama kali datang. 3. Istri pasangan infertil dengan usia 36-40 tahun dilakukan pemeriksaan, bila belum mendapatkan anak dari perkawinan. 4. Pemeriksaan infertil tidak dilakukan pada pasangan yang mengidap penyakit. 2.1.4.2.Langkah Pemeriksaan 1. Pemeriksaan Umum A. Anamnesa Anamnesis terdiri dari pengumpulan data dari pasangan suami istri secara umum dan khusus. 1. Anamnesa Umum Data yang dikumpulkan pada anamnesis umum adalah : berapa lama menikah, umur suami istri, frekuensi hubungan, tingkat kesehatan seks, penyakit yang pernah diderita, teknik hubungan seks, riwayat perkawinan yang dulu, mempunyai anak dan berapa umur anak terkecil dari perkawinan tersebut. 11 2. Anamnesis Khusus a. Istri : Usia saat menarche, apakah haid teratur, berapa lama terjadinya perdarahan/haid, apakah pada saat haid terjadi gumpalan darah dan rasa nyeri, adakah keputihan abnormal, apakah pernah terjadi kontak bleeding dan riwayat alat reproduksi (riwayat operasi, kontrasepsi, abortus dan infeksi genitalia). b. Suami : Bagaimanakah tingkat ereksi, apakah pernah mengalami penyakit hubungan seksual dan pakah pernah sakit mump (parotitis epidemika) sewaktu kecil. B. Pemeriksaan Fisik Umum Pemeriksaan fisik secara umum meliputi pemeriksaan pada tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu dan pernafasan). C. Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan laboratorium dasar secara rutin meliputi darah lengkap, fungsi hepar dan ginjal, serta gula darah. D. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang yang dimaksud di atas yaitu dapat berupa pemeriksaan rontgen ataupun USG. 2. Pemeriksaan Ovulasi Pemeriksaan ovulasi dapat diketahui dengan berbagai pemeriksaan diantaranya: Penatalaksanaan suhu basal. Kenaikan suhu basal setelah selesai ovulasi dipengaruhi oleh hormon progesterone, pemeriksaan vaginal smear. 12 Pengaruh progesteron menimbulkan sitologi pada sel-sel superfiscial, pemeriksaan lendir serviks. Hormon progesteron menyebabkan perubahan lender serviks menjadi kental, pemeriksaan endometrium, hormon esterogen, ICSH (interstitial cell stimulation hormon) dan pregnandiol. a. Penyebab Gangguan Ovulasi Gangguan ovulasi disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya : faktor susunan saraf pusat, misalnya tumor, disfungsi, hypothalamus dan psikogen. Faktor intermediate, misalnya gizi, penyakit kronis dan penyakit metabolis. Faktor ovarial, misalnya tumor, disfungsi dan turner sindrom. b. Terapi Sesuai dengan etiologi, bila terdapat disfungsi kelenjar hipofise, terapinya dengan memberikan pil oral yang mengandung esterogen dan progesteron. Subsitusi terapi (pemberian FSH dan LH), serta pemberian clomiphen, dapat diberikan bromokriptin yang diberikan pada wanita anovulatoir dengan hiperprolaktinemia, atau dengan pemberian human menopausal gonadotropin / human chorionic gonadotropin untuk wanita yang tidak mampu menghasilkan hormon gonadaotropin endogen yang adekuat. c. Pemeriksaan Sperma Pemeriksaan sperma dinilai atas jumlah spermatozoa, bentuk dan pergerakannya. Sperma yang ditampung / diperiksa adalah sperma yang keluar dari suami yang tidak melakukan koitus selama 3 hari. Pemeriksaan sperma dilakukan 1 jam setelah sperma keluar. 13 1. Ejakulat Normal Ejakulat dilakukan normal bila volume 2-5 cc, jumlah spermatozoa > 20 juta per cc, pergerakan 60% masih bergerak selama 4 jam setelah dikeluarkan dan bentuknya abnormal 25%. 2. Spermatozoa Pria Spermatozoa normal disebut normozoospermia, bila gerakannya kurang disebut asthenospermi, bila jumlahnya kurang disebut oligozoospermia dan bila bentuknya kurang normal disebut teratozoospermi, sedangkan bila tidak ditemukan adanya sperma disebut azoospermia. Faktor risiko kemandulan pada pria adalah masalah gizi, kelainan metabolisme, keracunan, disfungsi hipofise dan kelainan traktus genitalis atau disebut juga dengan vas deferens. 3. Pemeriksaan Lendir serviks Keadaan dan sifat lendir yang mempengaruhi keadaan spermatozoa di antaranya : Kentalnya lendir serviks, lendir serviks yang mudah dilalui spermatozoa adalah lendir serviks yang cair. pH lendir sarviks, pH lendir serviks ± 9 dan bersifat alkalis. Enzim proteolitik dan kuman-kuman dalam lendir serviks dapat membunuh spermatozoa. Baik tidaknya lendir serviks dapat diperiksa dengan cara sebagai berikut : a. Huhner Test (Post Coital Tes) Sims Huhner Test dilakukan sekitar ovulasi. Pemeriksaan ini menandakan bahwa : teknis koitus baik, lendir serviks normal, esterogen ovarial cukup ataupun sperma cukup baik. 14 b. Kurzrork Miller Test Kurzrork Miller Test dilakukan bila hasil dari pemeriksaan Sims Huhner Test kurang baik dan dilakukan pertengahan siklus. Terapi yang diberikan adalah pemberian hormon esterogen ataupun antibiotika bila terdapat infeksi. 4. Pemeriksaan Tuba Untuk mengetahui keadaan tuba dapat dilakukan beberapa pemeriksaan di antaranya : pertubasi (insuflasi = Rubin test) pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukkan CO² kedalam kavum uteri. Hysterosalpingografi (HSG) pemeriksaan ini dapat mengetahui bentuk kavum uteri dan bentuk liang tuba bila terdapat sumbatan. Histeroskopi cara ini dapat digunakan untuk melihat keadaan tuba dan ovarium, pemeriksaan laparaskopi cara ini dapat melihat keadaan genetalia interna dan sekitarnya. 5. Pemeriksaan Endometrium Pada saat haid hari pertama atau saat terjadi stadium sekresi dilakukan mikrokuretase. Jika pada stadium sekresi tidak ditemukan, berarti endometrium tidak bereaksi terhadap progesteron dan produksi progesterone kurang. Terapi yang diberikan adalah pemberian hormon progesteron dan antibiotika bila terjadi infeksi. 15 2.2. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Infertilitas Proses reproduksi manusia dipengaruhi hal-hal seperti dibawah ini : 1. Ovulasi, yaitu lepasnya oosit dari folikel di ovarium 2. Produksi sperma yang adekuat 3. Transport normal sel gamet didalam saluran tuba fallopii 4. Transport embrio didalam saluran tuba menuju tempat implantasi dironnga uterus. Terutama berkaitan dengan wanita, terdapat beberapa faktor yang dapat memengaruhi terjadi infertilitas yaitu : a. Faktor Usia Ketika seorang wanita semakin berumur, maka semakin kecil pula kemungkinan wanita tersebut untuk hamil. Kejadian infertilitas berbanding lurus dengan pertambahan usia wanita. Wanita yang sudah berumur akan memiliki kualitas oosit yang tidak baik akibat adanya kelainan kromosom pada oosit tersebut. Disamping itu wanita yang sudah berumur juga cenderung memiliki gangguan fungsi kesehatan, sehingga menurunkan pula fungsi kesuburannya (Ibnu, 2012). Tabel 2.1. Kesempatan Bagi Seorang Wanita untuk Hamil, Dikaitkan dengan Faktor Usia Usia Wanita Sampai dengan usia 34 tahun 35-40 tahun 41-45 tahun Kesuburan % 90% Menurun menjadi 67% Menurun menjadi 15% 16 Puncak kesuburan seorang wanita berada pada rentang usia 20-30 tahun. Pada usia ini, secara fisiologis sistem reproduksi tubuh wanita berfungsi optimal. Setelah usia 35 tahun, tingkat kesuburan pun mulai menurun hingga akhirnya tidak ada sama sekali. Menurut Djuwantono (2008), bahwa kemungkinan seorang wanita untuk mendapatkan kehamilan akan menurun secara signifikan saat menginjak usia > 35 tahun. Penurunan ini akan terus berlanjut hingga pada akhirnya wanita mengalami menopause dan sama sekali tidak dapat menghasilkan sel telur. Sedangkan pada laki-laki, menginjak usia > 35 tahun juga menyebabkan penurunan kualitas sistem reproduksi, walaupun pada umumnya sistem reproduksi pria dapat mempertahankan optimalitasnya lebih lama dibandingkan sistem reproduksi wanita. Penurunan fungsi sistem reproduksi pria dapat dilihat dari hasil analisis sperma yang menunjukkan penurunan kualitas di usia senja (Budiman, 2011). b. Faktor Berat Badan Walaupun sebagian besar hormon esterogen dihasilkan oleh ovarium, namun 30% esterogen tersebut dihasilkan juga oleh lemak tubuh melalui proses aromatisasi dengan androgen sebagai zat pembakalnya. Jika seorang wanita memiliki berat badan yang berlebih (over weight) atau mengalami kegemukan (obesitas) atau dengan istilah lain memiliki lemak tubuh 10-15% dari lemak tubuh normal, maka wanita tersebut akan menderita gangguan pertumbuhan folikel di ovarium yang terkait dengan sebuah sindrom, yaitu sindrom ovarium poli kistik 17 (SOPK). Sindrom ini juga berkaitan erat dengan restitensi insulin dan diabetes melitus. Disamping berat badan yang berlebihan, maka berat badan yang sangat rendah juga dapat mengganggu fungsi fertilitas seorang wanita. Zat gizi yang cukup seperti karbohidrat, lemak dan protein sangat diperlukan untuk pembentukan hormon reproduksi. Sehingga pada wanita kurus akibat asupan gizi yang sangat kurang, akan mengalami defisiensi hormon reproduksi yang berkaitan terhadap peningkatan kejadian infertilitas pada wanita tersebut. c. Merokok Merokok dapat menjadi salah satu penyebab infertilitas. Disamping itu penyalagunaan obat narkotika juga dapat menurunkan produksi hormon reproduksi (Ibnu, 2012). Menurut Djuwantono (2008), bahwa kebiasaan merokok pada wanita akan menurunkan fungsi ovarium dalam memproduksi hormon reproduksi dan sel telur. Sebaliknya kebiasaan merokok pada pria akan menurunkan semua parameter normal sperma, baik jumlah spermatozoa, kemampuan gerak, serta bentuk dari spermatozoa itu sendiri. Menurut Soares (2008), spermatozoa dari seorang perokok menyebabkan penurunan kapasitas fertilisasi dan pada embrio yang dihasilkan, angka keberhasilan implantasinya lebih kecil bila dibandingkan dengan bukan perokok. Pada proses pembuahan menunjukkan penurunan terjadinya implantasi dengan 18 bertambah lama untuk bisa hamil, bila merokok rata-rata 15 batang per hari (Joice, 2010). d. Alkohol Alkohol telah terbukti menjadi penyebab kegagalan proses implantasi. Menurut Djuwantono (2008), pria peminum alkohol akan memiliki hasil analisis sperma yang tidak sebaik pria yang tidak mengkonsumsi alkohol dan menurut penelitian Matthew et al, alkohol dalam jumlah banyak bisa menyebabkan rendahnya kadar hormon testosteron yang mengganggu pertumbuhan sperma (Joice, 2010). e. Faktor Lingkungan Ada beberapa faktor lingkungan yang dapat menjadi penyebab terjadinya infertilitas. Seperti beberapa zat polutan seperti ftalat atau dioxin, saat ini dicurigai memiliki kaitan erat dengan tingginya kejadian infertilitas akibat endometriosis, terutama bagi wanita tinggal di daerah perkotaan. Menurut Dr. Michele De Rosa dari Naples University, pria yang bekerja lebih 6 jam di daerah berpolusi memiliki sperma dalam jumlah lebih sedikit, bergerak lebih lambat dan memiliki bentuk yang abnormal jika dibandingkan dengan pria yang tinggal di daerah pedesaan yang minus polusi. Tetapi apakah efek ini hanya bersifat temporer, masih dilakukan penelitian (Febriansyah, 2012). 19 Penyebab infertilitas sangat banyak sekali dan beberapa diantaranya : 1. Penyakit Radang Panggul Penyakit radang panggul yang disebabkan infeksi beberapa kuman pathogen sudah dilaporkan menjadi salah satu penyebab infertilitas. Gejala penyakit radang panggul tidak selalu tampil dalam bentuk akut. Radang panggul seringkali hanya tampil dalam bentuk infeksi subklinik, yaitu hanya dalam bentuk nyeri panggul yang ringan saja yang disertai dengan keputihan yang tidak terlampau banyak. Infeksi kuman patogen ini dapat menyebabkan kerusakan terutama pada tuba fallopii sehingga menimbulkan infertilitas. 2. Endrometriosis Endometriosis memiliki kaitan erat dengan kejadian infertilitas. Kurang lebih 3050% wanita dengan endometriosis adalah infertilitas. Hampir 80% wanita dengan infertilitas ternyata menderita endometriosis. Endometriosis dapat tampil dalam bentuk kista endometriosis pada ovarium. Kaitan langsung endometriosis dengan infertilitas, terjadi jika jaringan endometriosis atau kista endometriosis mendesak tuba fallopi sehingga menghambat bertemunya sperma dan ovum. 3. Menopause Prekoks atau Kegagalan Ovarium Dini Menopause prekoks atau menopause dini dapat terjadi ketika fungsi ovarium menurun atau berkurang ketika wanita berusia kurang dari 40 tahun. Pada kasus kegagalan ovarium dini, kemungkinan bagi wanita untuk hamil spontan hanya terjadi sebesar 5-10% saja. Kegagalan ovarium dini dapat terjadi akibat radiasi, kemoterapi, kelainan genetik, penyakit autoimun dan kelainan kromosom. 20 4. Mioma Uteri Mioma uteri merupakan tumor jinak yang tumbuh di miometrium. Mioma uteri dapat menyebabkan infertilitas jika terletak pada tempat-tempat tertentu yang sangat penting bagi sebuah proses kehamilan. Mioma uteri dapat mengganggu lapisan endometrium yang penting untuk implantasi embrio, penyumbatan saluran tuba fallopi, merubah bentuk uterus menjadi tidak normal dan mempengaruhi letak serviks sehingga menghambat masuknya sperma kedalam uterus. Terdapat pula faktor lain yang terkadang dapat menjadi penyebab infertilitas, diantaranya : a. Kelainan Tiroid Produksi hormon tiroid yang berlebihan atau kekurangan dapat menjadi penyebab gangguan siklus haid yang dapat menimbulkan infertilitas. b. Epilepsi Penggunaan obat anti epilepsi selama kehamilan dapat menyebabkan timbulnya kelainan kongenital bayi. c. Infeksi Usus / Rongga Abdomen Infeksi usus seperti apendisitis, colitis atau peritonitis dapat menjadi penyebab infertilitas pada wanita. 21 d. Penggunaan Obat Penggunaan obat tertentu seperti antidepresan, hormon, kortikosteroid, penghilang nyeri dan obat anti psikotik dapat menyebabkan terjadinya infertilitas pada wanita. e. Kehamilan Ektopik Jika mendapat kehamilan ektopik maka kondisi ini akan meningkatkan terjadinya infertilitas. Terlebih lagi jika tata laksana kehamilan ektopik dilakukan secara tidak hati-hati atau terlambat dilakukan sesuatu (Ibnu, 2012). 2.3. Kerangka Konsep Variabel Indevendent Variabel Devendent Faktor-faktor yang mempengaruhi 1. Usia 2. Merokok 3. Minum Alkohol 4. Lingkungan 5. Faktor berat badan Infertilitas 22 2.3.1. Hipotesis 1. Adanya hubungan usia dengan terjadinya infertilitas pada PUS di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan. 2. Adanya hubungan merokok dengan terjadinya infertilitas pada PUS di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan. 3. Adanya hubungan minum alkohol dengan terjadinya infertilitas pada PUS di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan. 4. Adanya hubungan lingkungan dengan kejadian infertilitas di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan. 5. Adanya hubungan berat badan dengan kejadian infertilitas pada PUS di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan. 23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini bersifat survei analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu pengambilan data dan pengumpulan data dilakukan secara bersamaan (Notoatmodjo, 2010). 3.2. Lokasi Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan. Adapun alasan pengambilan lokasi penelitian karena masih tingginya kejadian infertilitas pada pasangan usia subur sebesar 43,16%. 3.2.2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan pada bulan Maret-Mei 2014. 3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasangan suami istri yang ada di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan tuntungan. Pasangan suami istri yang ada di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan bulan Maret-Mei 2014 dilihat dari jumlah Kepala Keluarga sebanyak 1879 Pasangan usia subur. 23 24 3.3.2. Sampel Sampel adalah sebagian dari jumlah populasi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Random sampling dengan cara sistematic random sampling yaitu dilakukan dengan cara mengambil responden dari seluruh populasi, sehingga yang menjadi sampel dari penelitian ini adalah pasangan usia subur yang ada di Kelurahan Kemenanagan Tani Kec. Medan Tuntungan. ( ) ( ) Keterangan N = Besar Populasi = Besar Sampel d² = Tingkat kepercayaan Dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus di atas didapatkan sampel sebanyak 95. Pengambilan sampel dilakukan secara acak sistematik (sistematic random sampling). Untuk mendapat sejumlah sampel, semua anggota populasi dibagi dengan jumlah sampel yang diinginkan. Populasi sebanyak 1879 kemudian dibagi dengan sampel sebanyak 95, maka intervalnya adalah 1879:95 = 19,77 dibulatkan 25 menjadi 20 maka yang menjadi sampel adalah setiap kelipatan 20 yaitu 20, 40, 60, 80……. sampai seterusnya hingga diperolah sebanyak 95 sampel. 3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Jenis Data 1. Data Primer Data primer dikumpulkan dengan instrument penelitian yaitu, kuesioner digunakan untuk mendapatkan data tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya infertilitas pada pasangan usia subur (PUS). 2. Data Sekunder Pengumpulan data sekunder diperoleh dari data yang ada di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan mulai dari Maret-Mei 2014. Data tersebut berisi hasil mengenai jumlah Kepala Keluarga, untuk mengetahui penyebab terjadinya infertilitas. 3.5. Definisi Operasional 1. Infertilitas adalah suatu keadaan tidak mengandung dan melahirkan. Alat Ukur : kuesioner hasil ukur : 0. Infertilitas 1. Tidak Infertilitas Skala ukur : Ordinal ( Notoadmojo, 2010) memiliki kemampuan untuk 26 2. Usia adalah lamanya hidup dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan. Alat ukur : Kuesioner Hasil ukur : 0. < 20-> 45 tahun 1. 20-45 tahun Skala ukur : Interval (Notoadmojo, 2010) 3. Merokok adalah kebiasaan yang dilakukan oleh ibu/bapak setiap harinya dengan merokok. Alat Ukur : Kuesioner Hasil ukur : 0. Merokok 1. Tidak Merokok Skala ukur : Ordinal (Notoadmojo, 2010) 4. Minuman beralkohol adalah kebiasaan yang dilakukan oleh ibu/bapak setiap harinya dengan meminum minuman yang mengandung alkohol. Alat ukur : Kuesioner Hasil ukur : 0. Minum Alkohol 1. Tidak Minum Alkohol Skala ukur : Ordinal (Notoadmojo, 2010) 5. Lingkungan adalah pekarangan tempat tinggal atau tempat bekerja ibu/bapak yang berada didaerah berpolusi. Alat ukur : Kuesioner Hasil ukur : 0. Lingkungan Terkena Polutan, jika tercemar 1. Lingkungan Tidak Terkena Polutan, jika tidak tercemar 27 Skala ukur : Ordinal (Notoadmojo, 2010) 6. Berat badan adalah ukuran tubuh ibu/bapak dalam sisi beratnya yang ditimbang. Alat ukur : Kuesioner Hasil ukur : 0. BMI <18,5 1. BMI 18,5-24 2. BMI 25-29 Skala ukur : Interval (Notoadmojo, 2010) 3.6. Aspek Pengukuran Tabel 3.1. Aspek Pengukuran Variabel Penelitian No 1. 2. Variabel Infertilitas Usia 3. Merokok 4. Minum Alkohol 5. 6. Lingkungan Berat Badan Kategori 0. Infertilitas 1. Tidak Infertilitas 0. < 20-> 40 tahun 1. 20-40 tahun 0. Merokok 1. Tidak Merokok 0. Minum Alkohol 1. Tidak Minum Alkohol 0. Lingkungan Terkena Polutan, jika tercemar 1. Lingkungan Tidak Terkena polutan, jika tidak tercemar 0. BMI < 18,5 1. BMI 18,5-24 2. BMI 25-29 Skala Pengukuran Ordinal Interval Ordinal Ordinal Ordinal Interval 28 3.7. Pengelolaan Data Dan Analisis Data 3.7.1. Pengelolaan Data Setelah berhasil dikumpulkan, selanjutnya data diolah, adapun cara pengolahan data adalah sebagai berikut : 1. Editing Merupakan kegiatan untuk pemecahan dan perbaikan isi formulir atau kuesioner. 2. Coding Merupakan mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi angka atau bilangan. Misalnya jenis kelamin : 1= laki-laki, 2= perempuan. 3. Tabulating Kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master tabel atau data base computer, kemudian membuat distribusi sederhana atau dengan membuat tabel contigensi. 4. Entry Memasukkan data (Data entry / processing). Data entry yaitu jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk kode (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program. Dalam proses ini juga dituntut ketelitian dari orang, maka akan terjadi perbedaan meskipun hanya memasukkan data saja. 5. Cleaning Merupakan kegiatan pengecekan kembali data kemungkinan ada kesalahankesalahan kode, ketidak lengkapan dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi. 29 3.7.2. Analisis Data a. Analisis Univariat Analisis data secara univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karateristik setiap variabel penelitian. Analisis ini digunakan untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari setiap variabel. b. Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk menguji ada tidaknya faktor-faktor yang mempengaruhi (usia, merokok, minum alkohol, lingkungan dan berat badan) terjadinya infertilitas pada pasangan usia subur, lalu dilakukan uji Chi-square. 30 33 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Kemenangan Tani adalah Ibukota Kecamatan Medan Tuntungan yang memiliki lintasan di Jalan Jamin Ginting (Status Jalan Propinsi) sebagai salah satu penilaian Adi Pura, yang merupakan jalan lintas antar kabupaten/kota menuju daerah wisata. Kelurahan Kemenangan Tani merupakan salah satu kelurahan dari 9 (Sembilan) Kelurahan yang terdapat di wilayah Kecamatan Medan Tuntungan dengan luas ± 150 Hektar dan terdiri dari 5 lingkungan yang memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut: a. Sebelah Utara berbatas dengan Kelurahan Simp. Selayang Kec. Medan Tuntungan. b. Sebelah Selatan berbatas dengan Kelurahan Lau Cih Kec. Medan Tuntungan. c. Sebelah Timur berbatas dengan Kelurahan Lau Cih Kec. Medan Tuntungan. d. Sebelah Barat berbatas dengan Kelurahan Namo Gajah Kec. Medan Tuntungan. Kelurahan Kemenangan Tani memiliki data monografi sebagai berikut: 1. Jarak dari Titik Nol Kota Medan : 18 KM 2. Jarak dari Kantor Camat Medan Tuntungan : 400 Meter 3. Jarak dengan Kabupaten lain terdekat : 3 KM 30 31 4.2. Analisis Univariat Karateristik responden yang diteliti dalam penelitian ini meliputi : Infertilitas, usia, merokok, minum alkohol, lingkungan dan berat badan. 4.2.1. Klasifikasi Infertilitas Responden Untuk melihat infertilitas responden di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Madan Tuntungan dapat dilihat pada Tabel 4.1 : Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Infertilitas pada Pasangan Usia Subur di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan No 1. 2. Klasifikasi Infertilitas pada PUS Infertilitas Tidak Infertilitas Total f 41 54 95 % 43,0 57,0 100,0 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa frekuensi pasangan usia subur yang mengalami infertilitas sebanyak 41 responden (43%) dan yang tidak mengalami infertilitas sebanyak 54 responden (56%). 4.2.2. Usia Responden Untuk melihat usia responden di Kelurahan Kemeangan Tani Kec. Medan Tuntungan dapat dilihat pada Tabel 4.2 : Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia pada Pasangan Usia Subur di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan No 1. 2. Usia pada PUS < 20-> 45tahun 20-45 tahun Total f 31 64 95 % 32,6 67,4 100,0 32 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa frekuensi usia mayoritas 20-45 tahun, yaitu sebanyak 64 responden (67,4%) dan minoritas < 20-> 45 tahun sebanyak 31 responden (32,6%). 4.2.3. Merokok Responden Untuk melihat merokok responden di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan dapat dilihat pada Tabel 4.3 : Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Merokok pada Pasangan Usia Subur di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan No 1 2 Merokok pada PUS Merokok Tidak Merokok Total f 57 38 95 % 60,0 40,0 100,0 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa merokok pada PUS mayoritas dengan merokok sebanyak 57 responden (60%) dan minoritas dengan tidak merokok sebanyak 38 responden (40%). 4.2.4. Minum alkohol responden Untuk melihat merokok responden di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan dapat dilihat pada Tabel 4.4 : Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Minum Alkohol pada Pasangan Usia Subur di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan No 1 2 Minum Alkohol Minum Alkohol Tidak Minum Alkohol Total f 57 38 95 % 60,0 40,0 100,0 33 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa minum alkohol pada PUS mayoritas dengan minum alkohol sebanyak 57 responden (60%) dan minoritas dengan tidak minum alkohol sebanyak 38 responden (40%). 4.2.5. Lingkungan Responden Untuk melihat lingkungan responden di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan dapat dilihat pada Tabel 4.5: Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Lingkungan pada Pasangan Usia Subur di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan No 1 2 Lingkungan PUS Lingkungan Terkena Polutan Lingkungan Tidak Terkena Polutan Total f 19 76 95 % 20,0 80,0 100,0 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa lingkungan PUS mayoritas lingkungan tidak terkena polutan sebanyak 76 responden (80%) dan minoritas dengan lingkungan terkena polutas sebanyak 19 responden (20%). 4.2.6. Berat Badan Responden Untuk melihat berat badan responden di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan dapat dilihat pada Tabel 4.6. : Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Berat Badan pada Pasangan Usia Subur di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan No 1 2 3 Berat Badan pada PUS BMI < 18,5 BMI 18,5-24 BMI 25-29 Total f 17 49 29 95 % 17,9 51,6 30,5 100,0 34 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa berat badan responden mayoritas BMI 18,5-24 sebanyak 49 responden (51,6%), BMI 25-29 sebanyak 29 responden (30,5%) dan minoritas dengan BMI < 18,5 sebanyak 17 responden (17,9%). 4.3. Analisis Bivariat Analisis bivariat adalah untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya infertilitas pada pasangan usia subur dipakai dengan uji chi-square ditujukan dengan analisa crosstab dan didapat hasilnya sebagai berikut : 4.3.1. Hubungan Usia dengan Infertilitas pada Pasangan Usia Subur Untuk melihat hubungan usia pasangan usia subur terhadap terjadinya infertilitas pada pasangan usia subur di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan dapat dilihat pada Tabel 4.7. : Tabel 4.7. Hubungan Usia dengan Terjadinya Infertilitas pada Pasangan Usia Subur di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan No Usia pada PUS 1 2 < 20-> 45 tahun 20-45 tahun Total Infertilitas pada PUS Mengalami Tidak n % n % 23 74,2 8 25,8 18 28,1 46 71,9 41 43,2 54 56,8 Total N % 31 100,0 64 100,0 95 100,0 Prob 0,000 Berdasarkan dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 31 PUS yang berusia < 20-> 45 tahun yang mengalami infertilitas sebanyak 23 PUS (74,2%) dan yang tidak mengalami infertilitas sebanyak 8 PUS (25,8%). Kemudian dari 64 PUS yang berusia 20-45 tahun yang mengalami infertilitas sebanyak 18 PUS (28,1%) dan yang tidak 35 mengalami infertilitas sebanyak 46 PUS (71,9%). Hasil analisis statistik menggunakan uji chi-square diperoleh probabilitas 0,000 < α 0,05 berarti Ho ditolak, artinya terdapat hubungan antara usia dengan kejadian infertilitas di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan. 4.3.2. Hubungan Merokok dengan Terjadinya Infertilitas pada Pasanga Usia Subur di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan Untuk melihat hubungan merokok dengan kejadian infertilitas di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan dapat dilihat pada Tabel 4.8. : Tabel 4.8. Hubungan Merokok dengan Kejadian Infertilitas pada Pasagan Usia Subur di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan Infertilitas pada PUS No Merokok pada PUS 1 2 Merokok Tidak Merokok Total Ya n 35 6 41 % 61,4 15,8 43,2 Tidak n % 22 38,6 32 84,2 54 56,8 Total N 57 38 95 % 100,0 100,0 100,0 Prob 0,000 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 57 PUS yang merokok terdapat PUS yang infertilitas sebanyak 35 PUS (61,4%) dan tidak infertilitas sebanyak 22 PUS (38,6%). Kemudian dari 38 PUS yang tidak merokok yang mengalami infertilitas sebanyak 6 PUS (15,8%) dan yang tidak mengalami infertilitas sebanyak 32 PUS (84,2%). Hasil analisis statistik menggunakan uji chi-square diperoleh probabilitas 0,000 < α 0,05 berarti Ho ditolak, artinya terdapat hubungan antara merokok dengan kejadian infertilitas di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan. 36 4.3.3. Hubungan Minum alkohol dengan Terjadinya Infertilitas pada Pasanga Usia Subur di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan Untuk melihat hubungan minum alkohol dengan kejadian infertilitas di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan dapat dilihat pada Tabel 4.9 : Tabel 4.9. Hubungan Minum Alkohol dengan Kejadian Infertilitas pada Pasangan Usia Subur di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan No 1 2 Minum Alkohol pada PUS Minum Alkohol Tidak Minum Alkohol Total Infertilitas pada PUS Ya Tidak n % n % 36 63,2 21 36,8 5 13,2 33 86,8 Total N % 57 100,0 38 100,0 41 95 43,2 54 56,8 Prob 0,000 100,0 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 57 PUS minum alkohol yang mengalami infertilitas sebanyak 36 PUS (63,2%) dan yang tidak infertilitas sebanyak 21 PUS (36,8%). Kemudian dari 38 PUS yang tidak minum alkohol yang mengalami infertilitas sebanyak 5 PUS (13,2%) dan yang tidak mengalami infertilitas sebanyak 33 PUS (86,8%). Hasil analisis statistik menggunakan uji chi-square diperoleh probabilitas 0,000 < α 0,05 berarti Ho ditolak, artinya terdapat hubungan antara minum alkohol dengan kejadian infertilitas di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan. 4.3.4. Hubungan Lingkungan dengan Terjadinya Infertilitas pada Pasangan Usia Subur di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan Untuk melihat hubungan lingkungan dengan terjadinya infertilitas di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan dapat dilihat pada tabel 4.10 : 37 Tabel 4.10. Hubungan Lingkungan dengan Terjadinya Infertilitas pada Pasangan Usia Subur di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan No Lingkungan PUS 1 Lingkungan Terkena Polutan Lingkungan Tidak Terkena Polutan Total 2 Infertilitas pada PUS Ya Tidak n % n % 14 73,7 5 26,3 Total N % 19 100,0 Prob 27 35,5 49 64,5 76 100,0 0,006 41 43,2 54 56,8 95 100,0 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 19 PUS lingkungan terkena polutan yang mengalami infertilitas sebanyak 14 PUS (73,7%) dan yang tidak mengalami infertilitas sebanyak 5 PUS (26,3%). Kemudian dari 76 PUS lingkungan tidak terkena polutan yang mengaliami infertilitas sebanyak 27 PUS (35,5%) dan yang tidak mengalami infertilitas sebanyak 49 PUS (64,5%). Hasil analisis statistik menggunakan uji chi-square diperoleh probabilitas 0,006 < α 0,05 berarti Ho ditolak, artinya terdapat hubungan antara lingkungan dengan kejadian infertilitas di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan. 4.3.5. Hubungan Berat Badan dengan Terjadinya Infertilitas pada Pasangan Usia Subur di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan. Tabel 4.11. Hubungan Berat Badan dengan Terjadinya Infertilitas di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan No 1 2 3 Berat Badan BMI < 18,5 BMI 18,5- 24 BMI 25-29 Total Infertilitas pada PUS Ya Tidak n % n % 11 64,7 6 35,3 12 24,5 37 75,5 18 62,1 11 37,9 41 43,2 54 56,8 Total N 17 49 29 95 % 100,0 100,0 100,0 100,0 Prob 0,001 38 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat dari 17 PUS BMI < 18,5 yang mengalami infertilitas 11 PUS (64,7%) dan tidak mengalami infertilitas 6 PUS (35,3%). BMI 18,5-24 sebanyak 49 PUS yang mengalami infertilitas sebanyak 12 PUS (24,5%) dan yang tidak mengalami infertilitas sebanyak 37 PUS (75,5%). Kemudian dari 29 PUS BMI 25-29 yang mengalami infertilitas sebanyak 18 PUS (62,1%) dan yang tidak mengalami infertilitas sebanyak 11 PUS (37,9%). Hasil analisis statistik menggunakan uji chi-square diperoleh probabilitas 0,001 < α 0,05 berarti Ho ditolak, artinya terdapat hubungan antara berat badan dengan kejadian infertilitas di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan. 39 BAB V PEMBAHASAN 5.1. Hubungan Faktor Usia dengan Kejadian Infertilitas pada Pasangan Usia Subur (PUS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa PUS yang berusia < 20-> 45 tahun mengalami infertilitas sebesar 74,2%. Hasil analisis statistik menggunakan uji chisquare diperoleh probabilitas 0,000 < α 0,05 berarti Ho ditolak, artinya terdapat hubungan antara usia dengan kejadian infertilitas di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan. Mengacu pada uji tersebut menunjukkan bahwa semakin tua umur pasangan usia subur maka semakin besar pula kemungkinan terjadi infertilitas. Ketika seorang wanita semakin berumur, maka semakin kecil pula kemungkinan wanita tersebut untuk hamil. Kejadian infertilitas berbanding lurus dengan pertambahan usia wanita. Wanita yang sudah berumur akan memiliki kualitas oosit yang tidak baik akibat adanya kelainan kromosom pada oosit tersebut. Disamping itu wanita yang sudah berumur juga cenderung memiliki gangguan fungsi kesehatan, sehingga menurunkan pula fungsi kesuburannya (Ibnu, 2012). Menurut Djuwantono (2008), bahwa kemungkinan seorang wanita untuk mendapatkan kehamilan akan menurun secara signifikan saat menginjak usia > 35 tahun. Penurunan ini akan terus berlanjut hingga pada akhirnya wanita mengalami menopause dan sama sekali tidak dapat menghasilkan sel telur. Sedangkan pada lakilaki, menginjak usia > 35 tahun juga menyebabkan penurunan kualitas sistem reproduksi, walaupun pada umumnya sistem reproduksi pria dapat mempertahankan 39 40 optimalitasnya lebih lama dibandingkan sistem reproduksi wanita. Penurunan fungsi sistem reproduksi pria dapat dilihat dari hasil analisis sperma yang menunjukkan penurunan kualitas di usia senja (Budiman, 2011). Menurut asumsi peneliti usia PUS memang memengaruhi terjadinya infertilitas yang dapat dilihat dari hasil penelitian dan hasil pernyataan di atas yang menyatakan bahwa semakin tua usia PUS maka semakin besar angka kejadian infertilitas pada PUS tersebut. Hal ini disebabkan karena wanita yang sudah berumur akan memiliki kualitas oosit yang tidak baik akibat adanya kelainan kromosom pada oosit tersebut. Disamping itu wanita yang sudah berumur juga cenderung memiliki gangguan fungsi kesehatan, sehingga menurun pula fungsi kesuburannya. Sedangkan pada laki-laki yang sudah berumur juga menyebabkan penurunan kualitas sistem reproduksi, walaupun pada umumnya sistem reproduksi pria dapat mempertahankan optimalitasnya lebih lama dibandingkan sistem reproduksi wanita. 5.2. Hubungan Faktor Merokok dengan Kejadian Infertilitas pada Pasangan Usia Subur (PUS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa PUS yang merokok mengalami infertilitas sebanyak 61,40%. Hasil analisis statistik menggunakan uji chi-square diperoleh probabilitas 0,000 < α 0,05 berarti Ho ditolak, artinya terdapat hubungan antara merokok dengan kejadian infertilitas di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan. Mengacu pada uji tersebut menunjukkan bahwa merokok dapat menjadi penyebab infertilitas pada pasangan usia subur. 41 Menurut Depkes RI (2010), Merokok dapat mengubah bentuk sperma dan merusak DNA, juga mengurangi jumlah sperma dan menurunkan aliran darah penis sehingga menyebabkan impotensi. Dengan demikian, perokok menjadi lebih mudah mengalami kemandulan. Menurut Djuwantono (2008), bahwa kebiasaan merokok pada wanita akan menurunkan fungsi ovarium dalam memproduksi hormon reproduksi dan sel telur. Sebaliknya kebiasaan merokok pada pria akan menurunkan semua parameter normal sperma, baik jumlah spermatozoa, kemampuan gerak, serta bentuk dari spermatozoa itu sendiri. Menurut Soares (2008), spermatozoa dari seorang perokok menyebabkan penurunan kapasitas fertilisasi dan pada embrio yang dihasilkan, angka keberhasilan implantasinya lebih kecil bila dibandingkan dengan bukan perokok. Pada proses pembuahan menunjukkan penurunan terjadinya implantasi dengan bertambah lama untuk bisa hamil, bila merokok rata-rata 15 batang per hari (Joice, 2010). Menurut Ishlahiyah (2006), Merokok dapat menurunkan kualitas dan kuantitas spermatozoa manusia (konsentrasi, motilitas dan morfologi spermatozoa), penelitian lain juga mengemukakan tentang sebuah penelitian yang melaporkan bahwa merokok dapat merusak sistem reproduksi seseorang dan mengurangi peluang untuk memiliki anak yang sehat (Budiman, 2011). Menurut asumsi peneliti merokok pada PUS memang memengaruhi terjadinya infertilitas yang dapat dilihat dari hasil penelitian dan pernyataan di atas yang menyatakan bahwa kebiasaan merokok pada wanita akan menurunkan fungsi ovarium 42 dalam memproduksi hormon reproduksi dan sel telur. Sebaliknya kebiasaan merokok pada pria akan menurunkan semua parameter normal sperma, baik jumlah spermatozoa, kemampuan gerak, serta bentuk dari spermatozoa itu sendiri. 5.3. Hubungan Faktor Minum Alkohol dengan Kejadian Infertilitas pada Pasangan Usia Subur (PUS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa PUS yang minum alkohol mengalami infertilitas sebanyak 63,2%. Hasil analisis statistik menggunakan uji chi-square diperoleh probabilitas 0,000 < α 0,05 berarti Ho ditolak, artinya terdapat hubungan antara minum alkohol dengan kejadian infertilitas di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan. Mengacu pada uji tersebut menunjukkan bahwa minum alkohol dapat menyebabkan terjadinya infertilitas pada pasangan usia subur. Menurut Djuwantono (2008), pria peminum alkohol akan memiliki hasil analisis sperma yang tidak sebaik pria yang tidak mengkonsumsi alkohol. Menurut Matthew et al, alkohol dalam jumlah banyak bisa menyebabkan rendahnya kadar hormon testosteron yang mengganggu pertumbuhan sperma (Joice, 2010). Alkohol dapat mengurangi kuantitas dan kualitas sperma dari seorang pria. Salah satu cara dimana pengaruh alkohol adalah dengan mencegah tubuh menyerap zat seng dengan normal. Seng ditemukan dalam jumlah yang tinggi dalam sperma. Ini adalah mineral penting dalam pembentukan lapisan luar sel sperma dan ekor. Kekurangan zinc telah terdeteksi pada pria yang memiliki jumlah sperma rendah. 43 Ekor sel sperma perlu kuat untuk motilitas yang baik/kemampuan untuk bergerak dan berenang dan menembus sel telur (Budiman, 2011). Menurut asumsi peneliti minum minuman yang beralkohol memang memengaruhi terjadinya infertilitas dapat dilihat dari hasil penelitian dan pernyataan diatas yang menyatakan bahwa alkohol dapat mengurangi kuantitas dan kualitas sperma dari seorang pria. 5.4. Hubungan Faktor Lingkungan dengan Kejadian Infertilitas pada Pasangan Usia Subur (PUS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa lingkungan PUS terkena polutan yang mengalami infertilitas sebanyak 73,7%. Hasil analisis statistik menggunakan uji chisquare diperoleh probabilitas 0,006 < α 0,05 berarti Ho ditolak, artinya terdapat hubungan antara lingkungan dengan kejadian infertilitas di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan. Mengacu pada uji tersebut menunjukkan bahwa lingkungan yang terkena polutan dapat menjadi penyebab infertilitas pada pasangan usia subur. Ada beberapa faktor lingkungan yang dapat menjadi penyebab terjadinya infertilitas. Seperti beberapa zat polutan seperti ftalat atau dioxin, saat ini dicurigai memiliki kaitan erat dengan tingginya kejadian infertilitas akibat endometriosis, terutama bagi wanita tinggal di daerah perkotaan (Ibnu, 2012). Menurut Dr. Michele De Rosa dari Naples University, pria yang bekerja lebih 6 jam di daerah berpolusi memiliki sperma dalam jumlah lebih sedikit, bergerak lebih lambat dan memiliki bentuk yang abnormal jika dibandingkan dengan pria yang 44 tinggal di daerah pedesaan yang minus polusi. Tetapi apakah efek ini hanya bersifat temporer, masih dilakukan penelitian (Febriansyah, 2012). Menurut asumsi peneliti lingkungan memang memengaruhi terjadinya infertilitas dapat dilihat dari hasil penelitian dan pernyataan diatas yang menyatakan bahwa pria yang bekerja lebih 6 jam di daerah berpolusi memiliki sperma dalam jumlah lebih sedikit, bergerak lebih lambat, dan memiliki bentuk yang abnormal. 5.5. Hubungan Faktor Berat Badan dengan Kejadian Infertilitas pada Pasangan Usia Subur (PUS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa BMI 25-29 yang mengalami infertilitas sebanyak 62,1%. Hasil analisa statistik menggunakan uji chi-square diperoleh probabilitas 0,001 < α 0,05 berarti Ho ditolak, artinya terdapat hubungan antara berat badan dengan kejadian infertilitas di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan. Mengacu pada uji tersebut menunjukkan bahwa berat badan dapat menjadi penyabab terjadinya infertilitas pada pasangan usia subur. Walaupun sebagian besar hormon esterogen dihasilkan oleh ovarium, namun 30% esterogen tersebut dihasilkan juga oleh lemak tubuh melalui proses aromatisasi dengan androgen sebagai zat pembakalnya. Jika seorang wanita memiliki berat badan yang berlebih (over weight) atau mengalami kegemukan (obesitas), atau dengan istilah lain memiliki lemak tubuh 10-15% dari lemak tubuh normal, maka wanita tersebut akan menderita gangguan pertumbuhan folikel di ovarium yang terkait dengan sebuah sindrom, yaitu sindrom ovarium poli kistik (SOPK). Sindrom ini juga berkaitan erat dengan restitensi insulin dan diabetes melitus. 45 Disamping berat badan yang berlebihan, maka berat badan yang sangat rendah juga dapat mengganggu fungsi fertilitas seorang wanita. Zat gizi yang cukup seperti karbohidrat, lemak dan protein sangat diperlukan untuk pembentukan hormon reproduksi. Sehingga pada wanita kurus akibat asupan gizi yang sangat kurang, akan mengalami defisiensi hormon reproduksi yang berkaitan terhadap peningkatan kejadian infertilitas pada wanita tersebut (Ibnu, 2012). Menurut Lie (2007), obesitas bukan masalah baru bagi dunia kesehatan dan ternyata obesitas memiliki dampak yang cukup mengkhawatirkan pada pasangan usia subur. Pasalnya, kelebihan berat badan dapat mempengaruhi kesuburan pad pria dan wanita secara individual. Pria yang obesitas yang mengalami gangguan kesuburan dan wanita yang obesitas juga dapat mengalami gangguan yaitu gangguan ovulasi, pembuahan dan pertumbuhan awal janin (Maranatha, 2013). Menurut asumsi peneliti berat badan memang memengaruhi terjadinya infertilitas dapat dilihat dari hasil penelitian dan pernyataan di atas yang menyatakan bahwa pria yang obesitas yang mengalami gangguan kesuburan dan wanita yang obesitas juga dapat mengalami gangguan yaitu gangguan ovulasi, pembuahan dan pertumbuhan awal janin. 46 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. 1. Kesimpulan Ada hubungan usia dengan terjadinya infertilitas pada PUS di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan. 2. Ada hubungan merokok dengan terjadinya infertilitas pada PUS di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan. 3. Ada hubungan minum alkohol dengan terjadinya infertilitas pada PUS di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan. 4. Ada hubungan Lingkungan dengan terjadinya infertilitas pada PUS di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan. 5. Ada hubungan berat badan dengan terjadinya infertilitas pada PUS di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan. 6.2. 1. Saran Diharapkan kepada tenaga kesehatan agar melakukan penyuluhan tentang faktorfaktor yang berhubungan dengan terjadinya infertilitas pada PUS. 2. Diharapkan agar wanita usia subur sebaiknya menikah pada usia 20-25 tahun. 3. Diharapkan agar pasangan usia subur sebaiknya mengontrol berat badan, tidak merokok, tidak minum minuman beralkohol dan menjaga kebersihan lingkungan. 46 47 4. Diharapkan agar peneliti selanjutnya dapat lebih mengembangkan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya infertilitas pada pasangan usia subur.