Case Report: Kejadian babesiosis pada kuda

advertisement
I l c , ~ r ~Indrbnr,~,,.
r.
I
:zd
:I~\I>
SUS HEWAN EKSOTIK Dl TEMPAT DRH.SR ROTOR0
SR Rotoro
!
Plardmp of H W A S 2008
Bogor, Indonesia, August 1 9" - 22" 2008
CASE REPORT: KEJADlAN BABESIOSIS PADA KUDA
1
Setyo Widodo, Retno Wulansari dan Chusnul Choliq
studi kasus, hewan eksotik, garis besar, penanganan
Staf Pengajar Bagian Penyakit Dalam Departernen Klinik Reproduksi dan Patologi FKH-1PB
melihara hewan
1 pemilik tentu
rnakln baik dari
.
Karenanya
ImpDan
yang
rlukan
dalam
engan kata larn
?hasal melayani
paslen hewan
I PDHB Green
~uarisampai Jul~
rdasarkan jenis
g paling banyak
ng dihadapi dan
h : kura 56.1%-
kelinci 32.5 %, hamster 5,2 %. burung 2 8 Old.
lizard 2.4 %, iguana 0.5% dan ayam 0.5%
Ragam jenis hewan eksot~k tersebut
dapat menjadi acuan bagi Dokter hewan
praktek
untuk
selalu
meningkatkan
pengetahuan
dan
kemampuan
dalarn
rnenangani hewan eksotik karena tuntutan di
bidang mi makin besar dan menantang.
Oaftar Pustaka
Carpenter W James.Exotic Animal Formulary.
3th Ed. Elsevier Saunders, 20 05
McArthur, Stuart. Veterinary Management of
Tortoises and Turtles. Blackwell Science,
1996
Mader, R Douglas. Reptile Medicine and
Surgery. W B Saunders, 1996
Kata kunci : Babesia sp., kuda
Pendahuluan
Babesiosis
yang
disebut
juga
piroplasmosis pada kuda, billiary fever ataupun
malaria pada kuda adalah suatu penyakit
infeksius yang disebabkan oleh Babesia sp
parasit protozoa intraeritrositik. Pada kuda
dikenal dua penyebab piroplasmosis yaitu : 0.
caballi dan 8. equi. Parasit ini menyerang sel
darah merah. namun ini dapat berakibat fatal
bagi inangnya karena menyebabkan lisisnya
sel darah merah. Penularan dapat terjadi
melalui inang antara (vektor) stadium nimfa
dan dewasa dari caplak.
Masa inkubasi
bervariasi antara 5 - 21 hr. penyakit yang
ditimbulkannya dapat bersifat akut, subakut
dan khronis (Coleto 1987, Edward et al. 2003).
Vektor dari 8. caballi dan 8. equi adalah
caplak dari genus : Dermacentar, Hyaloma dan
Rhipicephaius, Pada 8 . caballi pemindahan
dapat terjadi transovari. Selain oleh caplak
babesiosis pada kuda dapat pula ditularkan
rnekanis melalui jarum ataupun syringe yang
terkontaminasi, pada 8,equi penularan dapat
terjadi secara intra uterin (Anonimus 2005,
Edward et a/ . 2003). Gambar 1 menunjukkan
perbedaan morfologi kedua jenis babesia
tersebut.
klinis demam, anoreksia, dyspneu, jaundis,
hemoglobinuria, berkeringat, kongesti pada
membrana mukosa. feses kering, haemorrhagi
ptechial
pada
konjungtiva,
anemia,
kebengkakan abdomen dan kelemahan kaki
belakang.
Bentuk subakut dapat terjadi demam
intermitten, anoreksia, lesu, penurunan berat
badan, gejala kolik ringan dan oedema ringen
pada kaki bagian bawah, membrana mukosa
dapat rose, rose pucat atau kuning dan dapat
pula timbul ptechia ataupun echymosa. lnfeksi
khronis dapat berasal dari bentuk penyakit
akut ataupun bentuk primer dari penyakit
karena infeksi parasit yang rendah ataupun
adanya resistensi hewan terhadap penyakit ini.
Gejala klinis yang ditimbulkannya dapat
bersifat ringan atau bahkan tidak tampak,
sehingga sering sulit untuk menemukan parasit
pada pemeriksaan ulas darah. Gejala yang
timbul umumnya anoreksia ringan, toleransi
yang buruk terhadap latihan, penurunan barat
badan, demam intermitten, pembesaran limpa
uika dipalpase secara rektal). Kondisi ini dapat
berlangsung untuk beberapa tahun dan hewan
meniadi reservoir infeksi bagi caplak vektor
(~ndnirnous2003, Coleto 1987). di Indonesia
selama beberapa dekade tidak ditemukan
laporan babesiosis pada kuda.
i
Bahan dan Metode
Gambar I. (A) Bsbesia caballi pada
eritrosit kuda dan (B) Babesia equi pada ulas
darah kuda (Edward et al., 2005)
Babesiosis sulit untuk didiagnosa semra
klinis karena gejala klinis yang ditimbulkannya
bervariasi dan tidak spesifik diantara inangnya.
Pada kasus perakut Ijarang) hewan dapat
ditemukan mati atau hampir mati tanpa
menunjukkan gejala klinis sebelumnya
biasanya dalam waktu 24 - 48 jam setetah
gejala awal tampak. Pada bentuk akut yang
lebih sering terjadi hewan menunjukkan gejala
48 spesimen sediaan ulas darah yang
diterima dari petemak kuda, difiksasi dengan
methanol selama 5 menit dan diwarnai dengan
Giemsa 10 O
h selama 1 jam. Pemeriksaan dan
identifikasi terhadap adanya parasit darah
dilakukan
dibawah
rnikroskop dengan
pembesaran 10 x 200 dan menggunakan
minyak emersi.
Hasil dan Pembahasan
Dari 48 spesimen yang diperiksa
menunjukkan hasil positif terinfeksi parasit
darah yang diidentifikasikan sebagai Babesia
s p sebanyak 46 spesimen (95,80%) yang
dapat dilihat pada tabel I. Pengamatan
dilanjutkan dengan pemerksaan cirilmorfologi
1
i
I
I
1
7
Llogor. Indonesia, August 1qm 2ZM 2aOR
Proceedings uf kILNAS 2008
l
i
'hunian' Babes~a sp. lntraeritrosit menurut
Ristic (1988).
Babesia caballi rnempunyai bentuk khas
babesia yang hanya dijurnpai dalam sel darah
rnerah. Pada sediaan ulas darah perifer
dengan
pewarnaan
Giemsa
akan
memperlihatkan bentuk 2 pear rnerozoit
dengan ukuran 3 - 5 prn atau spherical
tunggal tropozo~tdengan ukuran 3 - 4 urn.
Merozoit terletak ditengah-tengah sel darah
merah dan membentuk kutub dari dua sudut
tajam, sitoplasma berwarna kebiruan terdiri
dari satu atau dua badan kromatin inti yang
terwarnai serta satu vacuola. Biasanya tidak
lebih dari 2 babesia dalam satu sel darah
rnerah.
Babesia equi secara umum nyata dalam
ulas darah yang diwamai dengan Giemsa
karena variasi morphologi yang besar.
Biasanya berukuran kecit (1 - 2 pm), dengan
stadium bentuk koma, pada kondisi tertentu
spherical dan amuboid (2 - 3 ym) pada
stadium besar. Tidak seperti halnya pada 8.
caballi , rnaka 8. equi mula-mula akan
memperbanyak dalam lymfosit kemudian
dalam sel darah merah. Perkembangan dalam
sel darah merah selain segmentasi ganda,
juga pembelahan menjadi 4 stadium baru.
Empat merozoit 8. equi yang tersusun dalam
bentuk maltese cross merupakan bentuk khas
dari 8. equi yang dapat dibedakan dari 8.
caba /ti.
Dari Tabel 1 dapat diidentifikasi B. Caballi
sebesar 62.5% dan 8.Equi sebesar 25%. Dari
keseluruhan spesimen 0. Caballi dan 8. Equi
dijumpai pada 12.5%.
Penyebaran vektor caplak yang meluas
menyebabkan
babesiosis
pada
kuda
merupakan masalah global bagi peternakan
kuda. Baik 8. equi maupun 8.caballi dapat
dijumpai bersarnaan pada sejumlah besar
wilayah.
Gejala klinis yang timbul lebih jelas terjadi
pada infeksi oleh 8, equi daripada B. caballi.
Pada infeksi oleh 8. equi cenderung
menimbulkan gejala anemia parah ataupun
gejala klinis babesiosis parah. Tanda klinis
lainnya ditandai dengan dernam intermiten,
rkterus, hepato- dan splenernegali serta
bilirubinemia dan hemoglobinuria (de Waal
Tabel 1. Hasil ldentifikasi parasit darah kuda
No. Nama
8.
8. equi
Sampel
1
DMG
SFD
MTA
TPT
ALD
NN1
AGL
LVS
PCT
caballi
+
NN2
Daftar Pustaka
Ali Shuja, Chihiro Sugimoto, and Misao
Onurna, 1996. Equine Piroplasmosis. J.
Equine Sci. Vol. 7 (4): 67-77.
MZC
NN4
TRC
CTY
PTD
AD1
RGO
BMA
OVR
CPL
LVN
ANT
FGE
NN5
ZNA
PTA
QTA
MTN
RFA
SMN
MTC
TNY
CCA
NKY
VRL
RJA
SGO
AGY
GTD
48
Kesimpulan
Hasil Analisis spesimen sediaan ulas
darah kuda di daerah Bogor dan sekitarnya
menunjukkan bahwa kejadian Babesiosis pada
kuda sebesar (95,80%), sebanyak 62,50% 8.
Caballi dan 25% B equi serta infeksi campuran
sebesar 12.5%.
Saran
Adanya gambaran spesimen yang
menunjukkan Babesia sp. mengindikasikan
kejadian infeksi parasit darah yang hams
diwaspadai dan perlunya tindakan skrining dan
studi epidemiologi klinis.
SRD
N N3
MMT
URD
CSD
BV A
WLV
N N5
VND
Prwvcdings uf KISWAS 2008
+
Anonimous 20,
The Gray
Three Cop
'
!-I3
Coleto L. 1987.
linked to t
the past1
Univesidac
273 276.
Edward R.Z.,
Latimer K,
Dept. Path
University
3062
Ristic Miodrag.
Animals at
Raton, Flor
-
Bogor. Indonesia. August I qrn- 2'"
rilrosil menurut
Tabel 1. Hasil ldentifrkasiparasit darah kuda
No.
fai bsntuk khas
dalam sel darah
darah perifer
G~ernsa akan
pear merozoit
atau spherical
ran 3 - 4 pm.
ngah sel darah
I dari dua sudut
kebiruan terdiri
matin inti yang
Biasanya tidak
satu sel darah
1
2
3
Nama
Sampel
DMG
SFD
MTA
4
5
6
TPT
7
8
AGL
8.
8. eaoi
caballi
+
+
+
+
ALD
-
NN1
+
+
13
LVS
PCT
NN2
SRD
NN3
MMT
urn nyata dalam
14
+
+
lengan
Giemsa
MZC
yang
besar.
15
16
NN4
+
- 2 pm), dengan
kondist tertentu
3 pm) pada
halnya pada 8.
nula-mula akan
fosit kemudian
!mbangar, dalam
tmentasi ganda,
I stadium baru.
I tersusun dalam
kan bentuk khas
~edakan dari 8.
-
tifikasi B. Caballi
bbesar 25%. Dari
)al/i dan 8. Equi
9
10
11
t2
-I
+
+
+
+
20
CTY
PTD
AD1
RGO
21
BMA
+
22
23
24
OVR
CPL
CVN
ANT
+
18
19
25
26
27
28
29
30
31
32
33
FGE
NN5
ZNA
PTA
QTA
MTN
RFA
SMN
+
+
+
t
+
+
-
+
+
+
t
34
MTC
pada
kuda
~ a g ipeternakan
8,caball) dapat
sejumlah besar
+
35
36
TNY
CCA
-
37
38
39
40
41
42
43
44
45
NKY
VRL
AGY
GTD
URD
CSD
BVA
46
WLV
+
47
48
NN5
VND
+
+
+
-
-
+
RJA
SGD
+
-
Adanya gambaran spesimen yang
menunjukkan Babesia sp. rnengindikasikan
kejadian infaksi parasit darah yang harus
diwaspadai dan perlunya tindakan skrining dan
studi epidemiologi klinis.
Daftar Pustaka
Ali Shuia. Chihiro Sugimoto, and Misaa
onit&, 1996. ~ ~ u i nPiroplasmosis.
e
J.
Equine Sci. Vol. 7 (4): 67-77.
+
+
+
+
+
Kesimpulan
Hasil Anatisis spesirnen sediaan ulas
darah kuda di daerah Bogor dan sekitamya
menunjukkan bahwa kejadian Babesiosis pada
kuda sebesar (95,80%),sebanyak 62.50% 8.
Caballi dan 25% 8 equi serta infeksi campuran
sebesar 12.5%.
Saran
+
TRC
17
+
+
ik yang meluas
sbih jelas te jadi
pada B. cabalti.
7ui cenderung
parah ataupun
1. Tanda klinis
lam intermiten,
~emegali serta
uria (de Waal
2008
+
Anonimous 2005. Foreign Animal Disease.
The Gray Book. Buyer. U.S.A.H.A. 8100
Three Copt Road, Richmond. Virginia . pp
! 13
Coleto L. 1987. Equine Babesiosis : a disease
linked to the Extensive Horse Raising in
the pasture Land of Extremadura.
Univesidad de Extrernadura Spain . pp
I
-
273
- 276.
Edward R.Z., Moore H., Leroy B.E. and
Lattmer K.S. 2005. Equine Babesiosis.
Dept. Pathology College of Vet. Medicine,
University
---of Georgia Athens. GA. pp
3062
Ristic Miodrsg. 1988. Babesiosis of Domestic
Animals and Man.CRC Press, Inc. 8oca
Raton, Aorida.pp 197 208
-
1
Download