BAB I

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Nephrolithiasis ialah suatu keadaan yang ditandai dengan adanya batu
pada ginjal (Dorland, 2002). Nephrolithiasis merupakan masalah kesehatan
yang cukup bermakna, baik di Indonesia maupun di dunia. Batu saluran kemih
termasuk didalamnya nephrolithiasis merupakan keadaan patologis yang
sering dipermasalahkan dilihat dari segi angka kejadian, etiologi, patogenesis,
maupun dari segi pengobatan.
Berdasar geografis, penyebaran penyakit relatif merata di seluruh dunia,
akan tetapi lebih utama pada daerah yang dijuluki dengan stone belt, termasuk
diantaranya Indonesia. Di seluruh dunia rata-rata angka kejadiannya adalah
1% sampai 12% (Ratu dkk, 2006). Ada pula yang mengatakan, 5 sampai 15%
terjadi pada seluruh populasi dunia ( Miller dan James, 2007). Nephrolithiasis
di Indonesia tahun 2002, berdasarkan data yang dikumpulkan dari rumah sakit
di seluruh Indonesia adalah sebesar 37.636 kasus baru, dengan jumlah
kunjungan sebesar 58.959 orang. Sedangkan jumlah pasien yang dirawat
adalah sebesar 19.018 orang, dengan jumlah kematian adalah sebesar 378
orang (Depkes, 2002). Akan tetapi angka kejadian nephrolithiasis di Indonesia
sendiri belum terdapat data yang pasti. Laki-laki lebih besar risikonya dari
perempuan, yaitu dengan rasio 3:1 (kecuali pada batu struvit). Persentase
penyakit ini diperkirakan sebesar 13% pada laki-laki dewasa dan 7% pada
perempuan dewasa (Lotan dan Pearle, 2005). Angka lain disebutkan 12%
1
2
untuk laki-laki dewasa dan 5% untuk perempuan dewasa (Preminger dan
Curhan, 2007). Sedangkan menurut penelitian epidemiologi, nephrolithiasis
yang terjadi pada anak adalah 10,9% untuk laki-laki dan 3,6% untuk
perempuan (Smith dan Stapleton, 2009). Puncak nephrolithiasis terjadi pada
usia 40-60 tahun (Smith dkk, 2007).
Patogenesis nephrolithiasis masih belum jelas, banyak faktor yang
berperan, namun penelitian tentang batu ini belum banyak dilakukan oleh para
ahli. Genetik, diet, pekerjaan, geografi dan riwayat infeksi traktus urinarius
diidentifikasi sebagai faktor yang bertanggungjawab dalam kemungkinan
meningkatnya pembentukan batu (Tamm dkk, 2003).
Gejala nephrolithiasis biasanya ditandai dengan adanya darah dalam
urin (Andrean dkk, 2008). Darah di dalam urin disebut juga hematuria
(Dorland, 2002). Hematuria ini dapat menetap atau sementara dan dapat
mikroskopik atau makroskopik (Smith dkk, 2007). Masalah utama pada
hematuria adalah banyaknya kemungkinan penyebab yang mendasari. Oleh
karena itu, urinalisis sering dijadikan sebagai pemeriksaan dini laboratorium,
salah satunya sebagai penunjang diagnosis nephrolithiasis. Akan tetapi,
hematuria yang merupakan temuan hasil laboratorium yang paling sering ini,
tidak dijumpai pada lebih dari 15% pasien nephrolithiasis dengan obstruksi
batu yang menyeluruh (Dunnick dkk, 2001). Begitupula pasien dengan batu
akut, sekitar 10% tidak ditemukan hematuria (Smith dkk, 2007). Oleh karena
itu diperlukan pemeriksaan yang tepat dalam menegakkan diagnosis
nephrolithiasis. Pencitraan radiologi selalu dijadikan petunjuk utama dalam
3
mendiagnosis kasus nephrolithiasis. Secara tradisional, evaluasi terdiri dari
radiografi konvensional yaitu melalui IVP yang dapat membantu deteksi batu
dan identifikasi derajat obstruksinya (Tamm dkk, 2003).
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, peneliti berminat
untuk mengetahui korelasi antara eritrosit urin dan nephrolithiasis pada
pemeriksaan IVP.
B. Perumusan Masalah
Adakah korelasi antara eritrosit urin dan nephrolithiasis pada
pemeriksaan Intravenous Pyelography (IVP) ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya korelasi antara
eritrosit urin dan nephrolithiasis pada pemeriksaan IVP.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui cara pemeriksaan IVP pada pasien yang diduga menderita
nephrolithiasis.
b. Mengetahui faktor–faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya
nephrolithiasis.
c. Mengetahui distribusi penderita nephrolithiasis menurut kelompok
umur, jenis kelamin, dan letak batu.
4
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui korelasi antara eritrosit
urin dan nephrolithiasis pada pemeriksaan IVP.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi
peneliti. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi langkah awal untuk
penelitian di bidang Radiologi selanjutnya, serta memberi informasi
kepada masyarakat mengenai korelasi antara eritrosit urin dan gambaran
nephrolithiasis pada pemeriksaan IVP.
Download