PROCEEDING SIMPOSIUM NASIONAL IATMI 2001 Yogyakarta, 3-5 Oktober 2001 PENGARUH MINERAL PIRIT TERHADAP RESISTIVITAS BATUPASIR DAN APLIKASINYA PADA KASUS LOW RESISTIVITY Sayoga Heru Prayitno 1, Purwanto Mardisewodjo 2, Supomo M Atmojo 2 1 T Perminyakan UPN, T Perminyakan ITB 2 ABSTRACT In well log measurement, its respons describe of rock characteristic so like fluid and rock mineral. Variety mineral and fluid are give differential respons. One of mineral can influence log interpretation is pirite. For to know influence from pyrite mineral, it made core with difference amaunt of pirit composition which structural continuity, and then Its measured phisical and electrical properties. Phisical properties i.e porosisity, permeability, capillary pressure and density. And electric properties is core resistivity with several water saturation. Electrical properties can use to know formation factor, sementation factor and saturation exponent. From experiment can concluse that pyrite not influence porosity, and permeability , but that is influence matric density. With increase amaount of pyrit so matric density will increase. Core Resistivity influence of amount of pyrit, with increase amaount of pyrit so resistivity will decrease. SARI Pada pengukuran log sumur, respon yang diterima akan mencerminkan sifat-sifat batuan formasi, yang meliputi fluida pengisi batuan maupun mineral-mineral pembentuk batuan. Jenis fluida akan memberikan respon yang berbeda begitu juga jenis maupun sifat mineralnya. Salah satu jenis mineral yang mempengaruhi hasil interpretasi log adalah mineral pirit. Untuk mengetahui pengaruh mineral pirit, dibuat model fisik core dengan kandungan pirit yang berbeda, dimana pirit tersebut mempunyai penyebaran secara struktural. Core tersebut kemudian diukur sifat fisik maupun sifat kelistrikan. Sifat fisik yang diukur meliputi porositas, permeabilitas, tekanan kapiler serta densitas, sedangkan sifat kelistrikan yang diukur adalah resistivitas core pada berbagai harga saturasi. Dari pengukuran sifat kelistrikan tersebut dapat diketahui harga faktor formasi, faktor sementasi, serta eksponen saturasi. Dari analisa yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa kehadiran pirit didalam batuan akan menyebabkan resisitivitas menurun sesuai dengan penambahan persen volume pirit. Batuan dengan kandungan pirit diats 2% perlu dilakukan koreksi agar harga saturasi air yang dihasilkan akurat. Perhitungan Saturasi dengan metode F* akan memberikan harga yang lebih akurat karena mempunyai penyimpangan yang paling kecil dibandingkan jika dihitung tanpa melakukan koreksi atas kehadiran pirit 1. PENDAHULUAN Interpretasi hasil pengukuran log sumur yang tepat dan akurat akan memberikan suatu gambaran yang representatif tentang sifat-sifat batuan maupun jenis kandungan fluidanya. Sifat batuan yang didapat dari log sumur adalah resistivitas, densitas, sifat radioaktif batuan serta porositas, yang dapat dibaca dari hasil rekaman log. Sedangkan jenis kandungan fluida dinyatakan dengan parameter saturasi dihitung dengan menggunakan persamaan yang diturunkan oleh Archie untuk clean sand atau untuk formasi yang menggandung clay dengan menggunakan persamaan Indonesian Equation, Simandoux, atau yang lainnya. Harga saturasi yang dihasilkan akan mencerminkan jenis kandungan fluidanya, sehingga harga ini merupakan parameter yang sangat penting dalam evaluasi formasi karena langsung mempengaruhi perhitungan cadangan. Salah satu parameter yang mempengaruhi harga saturasi air (Sw) adalah resistivitas batuan (Rt), sehingga ketepatan pengukuran terhadap harga Rt akan mempengaruhi harga Sw. Resistivitas batuan dipengaruhi oleh : 1. Konduktivitas fluida pengisi pori batuan 2. Jenis mineral pembentuk batuan 3. Struktur pori batuan Dalam penelitian ini resistivitas fluida dan struktur pori batuan dibuat konstan, sedangkan jenis mineral terdiri dari IATMI 2001-74 mineral utama kuarsa, semen dan jenis mineral tambahan adalah pirit. 1.1. Mineral Pirit Mineral pirit merupakan salah satu jenis mineral berat serta konduktif. Kehadiran mineral ini didalam batuan termasuk dalam kategori mineral pengganggu, hal ini disebabkan kahadirannya akan menyebabkan harga resisitivity batuan menjadi rendah. Pirit mempunyai rumus kimia FeS2 yang merupakan iron sulfide. Dengan komposisi kimianya 46.6% Fe dan 53.4% S, seringkali mengandung (dalam jumlah yang kecil) unsur-unsur Co, Ni, As, Sb kadang-kadang Cu, Au, Ag. Struktur kristal berbentuk kubik, simetrik dan mempunyai kenampakan kompak (Gambar-1) 1.2. Penyebaran Mineral Pirit Dalam Batupasir Penyebaran pirit didalam batuan tergantung dari diagenesanya. Jika pirit terbentuk secara primer atau bersamaan dengan proses terbentuknya batuan, maka penyebaran pirit tidak merata atau berupa nodul-nodul. Pirit yang terdapat pada batupasir berasal dari pembentukan secara primer, dimana pirit yang sudah ada mengalami proses sedimentasi yang meliputi pelapukan, transportasi serta pengendapan. Pirit yang terdapat pada batupasir akan mempunyai penyebaran secara struktural, yaitu penyebaran Pengaruh Mineral Pirit terhadap Reisistivitas Batupasir dan Aplikasinya pada Kasus Low Resistivity dalam bentuk butiran yang mempunyai ukuran kurang lebih sama dengan ukuran butiran pasir, sehingga kehadirannya tidak banyak mempengaruhi porositas batuan. 1.3. Identifikasi Mineral Pirit Dari Log. Kehadiran mineral pirit didalam batuan dapat diidentifikasikan dari log resistivty, density, sonic dan log Pe. Pada batuan/formasi yang mengandung pirit, harga resisitivitas batuan akan menunjukkan harga yang rendah sesuai dengan besarnya prosentasengya, ini disebabkan karena mineral pirit merupakan konduktor yang baik, sehingga kehadirannya akan menyebabkan harga resistivitas batuan menjadi rendah. Sayoga Heru P, Purwanto Mardisewodjo, Supomo M Atmodjo 1.5. Faktor Formasi Faktor formasi adalah perbandingan antara resistivitas batuan yang disaturasi 100% air formasi terhadap resistivitas air formasi disebut faktor formasi, secara matematis dapat dituliskan: R F = o ………………………………… (2) Rw Archie 1) mengemukakan ada hubungan antara faktor formasi dengan porositas dan faktor sementasi pada formasi bersih dan ditulis: 1 F = m ……………………………….. φ (3) Kehadiran mineral pirit dapat juga diidentifikasi dari log densitas. Pada batuan yang mengandung mineral pirit bacaan log densitasnya akan memberikan harga yang lebih tinggi dari densitas matrik batuan, seperti kwarsa atau dolomit, harga densitasnya tergantung dari besarnya kandungan pirit, semakin besar kandungan piritnya, maka semakin besar pula densitas yang terbaca dari log densitas. dimana : m = faktor sementasi Pada pengukuran densitas batuan dengan menggunakan alat Lito-Density Tool (LDT) juga dapat dihasilkan sifat atau parameter batuan lain yang disebut photoelectric absorption index (P e). Photoelectric absorption index (P e) merupakan karakteristik utama dari matrik batuan dan tidak tergantung pada porositas dan jumlah fluida dalam batuan, sehingga merupakan alat yang baik untuk identifikasi kandungan mineral khususnya mineral berat dalam batuan. Dalam interpretasi, lebih sering digunakan instilah volumetric photolistrik absorption index (U), yang merupakan perkalian P e dan densitas elektron, dapat dituliskan: Persamaan tersebut berlaku dengan anggapan butir pasir tidak konduktif, jika pasir atau batuan mengandung padatan yang konduktif maka persamaan tersebut perlu dilakukan koreksi. U = Pe.ρ e Atau dengan pendekatan U = Pe.ρ b …………………………………. (1) Adanya mineral pirit dalam batuan juga dapat diidentifikasi dari sonic log. Respon sonic log pada batuan yang mengandung mineral pirit akan memberikan harga transite time (∆t) yang lebih tinggi dari travel time matrik (kwarsa atau dolomit), ini disebabkan karena mineral pirit mempunyai tingkat kepadatan yang lebih tinggi dari kwarsa atau dolomit. Tabel-1: dibawah ini memberikan harga resistivity, densitas, P e dan ∆t dari beberapa mineral. 1.4. Sifat Kelistrikan Batuan Sifat kelistrikan batuan merupakan suatu karakteristik batuan reservoar yang sangat penting. Sifat ini menjadi dasar dalam interpretasi log, karena sifat ini mempunyai hubungan terhadap saturasi air. Dalam interpretasi log, pengukuran sifat kelistrikan batuan parameter yang terukur adalah resisitivitas dalam satuan Ohm-m. Sifat kelistrikan batuan direpresentasikan dalam dua besaran, yaitu faktor formasi (F) dan indek resistivitas (RI). Persamaan 2 dan persamaan 3 dapat dituliskan : R 1 F = o = m …………………………… Rw φ Patnode 10) menurunkan persamaan untuk menghitung resistivitas batuan jika terdapat mineral konduktif, sebagai berikut: 1 V sX 1 1 = …………… (1 − )+ Rt Rs F* F * Rf (5) dimana : Rt = resisitivitas slurry (batuan), ohm-m Rs = resistivitas mineral konduktif, ohm-m Rf = resisitivitas fluida, ohm-m Vs = fraksi volume mineral konduktif, % X = faktor heterogenitas F* = faktor formasi semu 1.6. Resistivitas Index Hidrokarbon (minyak dan gas) tidak menghantarkan listrik atau bukan bersifat konduktif, sehingga kehadirannya akan memperkecil konduktivitas atau memperbesar resisitivitas batuan. Indek resistivitas adalah perbandingan resisitivitas batuan yang tersaturasi air kurang dari 100% terhadap resisitivitas batuan dengan saturasi air 100%. Secara matematis dapat dituliskan : R RI = t = S w− n ……………………………. (6) Ro persamaan 6 juga dapat dituliskan : R φ m Rt RI = t = = S w− n ………………… FRw Rw (7) Untuk menghitung saturasi air Sw, persamaan 2-11 dapat ditulis: Sw = IATMI 2001-74 (4) n FRw Rt ……………………… (8) Pengaruh Mineral Pirit terhadap Reisistivitas Batupasir dan Aplikasinya pada Kasus Low Resistivity dimana : Sw = saturasi air, fraksi n = eksponen saturasi Persamaan 8 dapat digunakan jika batuan tidak mengandung mineral konduktif, Apabila terdapat mineral konduktif, maka persamaan tersebut menjadi: Sw = n F * Rw Rt ………………… (9) Sayoga Heru P, Purwanto Mardisewodjo, Supomo M Atmodjo 3.2. Penjenuhan Sample Setelah sample diukur panjang, diameter serta ditimbang langkah selanjutnya adalah penjenuhan sample. Sample dijenuhi dengan menggunakan larutan garam NaCl 20000 ppm. Sebelum dilakukan penjenuhan, sample divakum selama 12 jam untuk memastikan bahwa didalam pori-pori batuan tidak terdapat udara, setelah divakum kemudian sample dijenuhi. 2. BAHAN DAN PERALATAN 3.3. Pengukuran Resistivitas 2.1. Bahan Yang Digunakan Pengukuran resistivitas dari core dilakukan dengan tiga cara sesuai dengan tujuan pengukuran, yaitu: 1. Pengukuran resistivitas core kering, dengan tujuan untuk mengetahui resistivitas core kering atau sebelum dijenuhi larutan garam. 2. Pengukuran resistivitas core tersaturasi 100 larutan garam, dengan tujuan untuk mengetahui faktor sementasi (m). 3. Pengukuran resistivitas core pada berbagai harga saturasi air, dengan tujuan untuk mengetahui resistivitas core pada berbagai harga saturasi baik dengan metode udaraair maupun metode minyak-air. Dalam percobaan ini menggunakan bahan/fluida yaitu air (brine) dan minyak. Air atau brine digunakan untuk mensaturasi/menjenuhi core, sedangkan minyak digunakan untuk mendesak air yang ada didalam core dalam pengukuran resisitivitas core pada berbagai harga saturasi air (Sw) . Air dan minyak yang digunakan pada percobaan ini mempunyai spesifikasi sebagai berikut: 2.2. Peralatan Yang Digunakan Peralatan yang digunakan pada percobaan di Laboratorium terdiri dari dua, yaitu peralatan utama dan peralatan penunjang. Peralatan utama secara garis besar terdiri dari peralatan-peralatan antara lain : Core Holder, Cell, serta Resisitivity Meter. Peralatan penunjang yang digunakan dalam percobaan ini meliputi; Timbangan Digital, Jangka Sorong, Pompa Vakum dan Pompa Tangan. 3. PENGUKURAN DI LABORATORIUM Pada penelitian ini, digunakan sebelas core batupasir (clean sand) yang dibuat di laboratorium dengan memvariasi kandungan pirit. Core tersebut diukur dimensi (panjang, diameter), porositas, permeabilitas, densitas matrik (grain density), resistivitas pada berbagai harga saturasi air sistem udara-air. Dari pengukuran resistivitas pada berbagai saturasi air didapat parameter antara lain; faktor formasi semu (F*), faktor sementasi semu (m*), resistivity index (RI) serta eksponen saturasi (n). Pengukuran di laboratoriumini meliputi; persiapan sample, pengukuran porositas, pengukuran permeabilitas, penjenuhan sample, pengukuran resisitivitas. 3.1. Persiapan Sample Sebelum dilakukan pengukuran parameter yang didinginkan, maka harus dipastikan bahwa sample dalam keadaan kering, tidak mengandung air (tidak ada air yang terjebak dalam poripori) sehingga hasil yang didapat akurat. Sample dibersihkan dari kotoran yang menempel dengan menggunakan kain yang bersih, untuk memastikan sample benar-benar tidak mengandung air, masukkan sample kedalam oven dengan temperatur 100 0C selama 16 jam. Setelah dikeringkan selama 16 jam, masukkan sample kedalam tabung desikator untuk didinginkan serta menjaga supaya tidak kemasukkan uap air. IATMI 2001-74 Ketiga cara tersebut pada prinsipnya sama, perbedaanya hanya pada saturasi core yang diukur. Secara skematis prinsip pengukuran resistivitas tersebut dapat dilihat pada Gambar -4. 4. HASIL-HASIL PERCOBAAN Hasil-hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah berupa gambar (grafik) yang meliputi: 1. Gambar-3: Hubungan resistivitas terhadap persen volume pirit pada berbagai harga saturasi air. 2. Gambar-4; Hubungan densitas matrik terhadap densitas batuan (core) 3. Gambar-5.: Hubungan persen volume pirit terhadap faktor heterogenitas (X) 4. Gambar-6: Hubungan persen volume pirit terhadap faktor formasi semu (F*). 5. Gambar-7: Hubungan persen volume pirit terhadap faktor sementasi semu (m*) 6. Gambar-8: Hubungan persen volume pirit terhadap eksponen saturasi semu (n*). 7. Gambar-9: Hubungan persen volume pirit terhadap Penyimpangan saturasi air pada berbagai metode. 8. Gambar-10: Densitas matrik terhadap Dimensionless Densitas Batuan 9. Gambar-11: Hubungan persen volume pirit terhadap faktor formasi semu (F*) 10. Gambar-12: Hubungan persen volume pirit terhadap eksponen saturasi semu (n*) 11. Gambar-13: Hubungan persen volume pirit terhadap penyimpangan saturasi air (∆Sw) 5. METODE KOREKSI PADA KASUS LOW RESISTIVITY KARENA ADANYA MINERAL KONDUKTIVE Dalam melakukan koreksi pada batuan yang mengandung pirit, antara lain: penentuan volume pirit, penentuan faktor formasi semu (F*), penentuan eksponen saturasi semu (n*), Pengaruh Mineral Pirit terhadap Reisistivitas Batupasir dan Aplikasinya pada Kasus Low Resistivity penentuan faktor koreksi Sw (∆Sw) dan terakhir penentuan harga Sw. 5.1. Penentuan Volume Pirit Dari Log Densitas Langkah utama dalam melakukan koreksi adalah menentukan jumlah kandungan pirit dalam batuan. Langkah ini dapat ditempuh dengan dua cara yang pertama dari sayatan tipis core di laboratorium yang kedua dari log densitas. Dalam tulisan ini dengan menggunakan cara kedua. Prosedur penentuan volume pirit dengan menggunakan Gambar -10. Prosedur Penentuan kandungan pirit adalah sebagai berikut: 1. Tentukan Densitas batuan clean ρ*clean (yang tidak mengandung pirit) dari log density. 2. Baca densitas batuan dari log ρ b. 3. Bandingkan ρ*clean/ρ b 4. Dengan menggunakan gambar pada harga langkah 3 dapatkan densitas matrik semu (ρ*ma) 5. Tentukan Persen volume pirit (Vp) dari log densitas: ρ * ma − ρ s Vp = ρ p − ρs 5.2. Penentuan Faktor Formasi Semu (F*) Gunakan Gambar-11 persen volume pirit terhadap faktor formasi semu tak berdimensi (F*/Fclean). Prosedur penggunaan Gambar -6.2. adalah: 1. Tentukan kandungan pirit (Vp) dari langkah diatas. 2. Dari harga Vp tarik garis keatas sampai memotong pada harga resistivitas pirit (Rp) yang dipilih. 3. Tarik garis kekiri sampai sumbu F*/F clean 4. Tentukan zone water bearing, baca harga Rt, dimana Rt = Ro 5. Dapatkan harga Rw jika ada dari data laboratorium atau dari metode yang lain. 6. Hitung faktor formasi (Fclean), dengan menggunakan persamaan: Ro Fclean = Rw 6. Hitung F* pada Vp tertentu. 7. Ulangi langkah diatas untuk Vp yang lain 5.3. Penentuan Harga Eksponen Saturasi (n*) Untuk dapat melakukan koreksi, gunakan Gambar-12. Prosedur penggunaan Gambar -12 adalah sebagai berikut: 1. Dari harga volume pirit (Vp) yang telah didapatkan, tarik garis keatas sampai memotong kurva, kemudian tarik garis kekiri sehingga didapatkan harga n*/nclean 2. Tentukan harga eksponen saturasi clean (nclean) dari lapisan yang tidak mengandung pirit, misalnya 2, maka akan didapatkan harga n pada volume pirit tertentu 3. Ulangi langkah 1 dan 2 untuk harga volume pirit yang lain Dari data resistivity log yaitu deep induction baca harga Rt, jika perlu koreksi dengan metode yang sudah ada, serta dapatkan harga Rw dengan metode yang sudah ada kemudian hitung saturasi air dengan menggunakan persamaan : Sw* = n* IATMI 2001-74 F * Rw Rt Sayoga Heru P, Purwanto Mardisewodjo, Supomo M Atmodjo 5.4. Koreksi Terhadap Hasil perhitungan Saturasi Air Berdasarkan pengamatan saturasi air (Sw) dilaboratorium menunjukkankan bahwa hasil perhitungan yang dilakukan dengan metode F* masih terjadi penyimpangan dari Sw pengamatan walaupun penyimpangan tersebut relatif kecil, meskipun begitu hasil perhitungan sedapat mungkin diusahakan mendekati harga yang sebenarnya. Untuk melakukan koreksi tersebut digunakan Gambar -13. Prosedur Penggunaan Gambar -13. adalah: 1. Dari persen volume pirit tarik garis keatas hinggga memotong grafik, kemudian tarik garis kekiri hingga memotong sumbu ∆Sw. 2. Dari perhitungan saturasi air dengan metode F* didapat Sw*. 3. Harga Sw koreksi = Sw* - (Sw* x ∆Sw) 6. CONTOH APLIKASI PADA KASUS RESISTIVITY AKIBAT ADANYA PIRIT LOW Gambar-14. merupakan contoh log Formasi Sadlerochit, Prudhoe Bay, Alaska. Dari log tersebut diidentifikasi adanya zone pirit, zone ini terindikasi dari respon resistivity, density serta sonic. Resistivity log menunjukkan harga yang rendah dibawah harga resitivity pada zone air, density log menunjukkan harga yang lebih besar dari density matrik (sand), dari log sonic ∆t menunjukkan harga yang lebih besar dari ∆t kwarsa sebesar 55 µsec/ft, disamping itu dari analisa cutting menunjukkan adanya mineral pirit. Langkah perhitungan tersebut dapat dilihat pada lampiran I. Hasil dari perhitungan ini dapat dilihat pada Tabel-.1. Dari tabel tersebut terlihat bahwa porositas yang dihasilkan rata-rata 15%, persen volume pirit yang dihasilkan bervariasi antara 0 s/d 29.87% atau rata-rata 11.52%, harga Rw yang dihitung dengan metode Rwa adalah 0.0003 Ohm-m dan Ro sebesar 0.2 Ohm. Dari perhitungan saturasi dengan menggunakan metode Archie tanpa dilakukan koreksi terhadap pirit dan metode F* didapatkan harga yang berbeda. Saturasi yang dihitung dengan metode Archie menghasilkan Sw rata-rata sebesar 40.4% sedangkan Sw yang dihitung dengan metode F* dihasilkan Sw*koreksi rata-rata sebesar 22.17%. Secara umum perhitungan saturasi air dengan metode F* dapat dikatakan akurat, karena sesuai dengan percobaan di laboratorium, Sw yang dihasilkan dari metode F* akan memberikan harga Sw yang lebih kecil dari perhitungan Sw yang dilakukan tanpa melakukan koreksi terhadap kehadiran pirit. 7. KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan tentang pengaruh mineral pirit terhadap resisitivitas batupasir dapat diperoleh beberapa kesimpulan antara lain: 1. Kehadiran pirit didalam batuan akan menyebabkan resisitivitasnya menjadi rendah. 2. Batuan dengan kandungan pirit dari 0% s/d 15% akan memberikan effek penurunan resistivitas rata-rata 57%, sedangkan kandungan persen pirit 15% s/d 36% akan memberikan effek penurunan resistivitas rata-rata sebesar 33%. 3. Batuan dengan kandungan pirit diatas 2% perlu dilakukan koreksi untuk mendapatkan harga saturasi air yang akurat. Pengaruh Mineral Pirit terhadap Reisistivitas Batupasir dan Aplikasinya pada Kasus Low Resistivity 4. 5. Sayoga Heru P, Purwanto Mardisewodjo, Supomo M Atmodjo Perhitungan saturasi air dengan menggunakan metode F* dapat digunakan jika diketahui harga resisitivitas pirit (Rp). Dari hasil perhitungan saturasi tanpa melakukan koreksi adanya pirit menghasilkan Sw sebesar 40.4%, sedangkan Sw yang dihitung dengan metode F* menghasilkan Sw sebesar 22.17%, berarti terjadi penurunan sebesar 45.12%. DAFTAR PUSTAKA 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Archie.G.E., "The Electrical Resistivity Log as an Aid in Determining Some Reservoir Characteristics", Petroleum Technology, Januari 1942. Betekhtin.A, " A Course of Mineralogy", Moscow Place Publishers. De Witte, L."Relations Betwen Resistivities and Fluid Contents of Porous Rock", Oil and Gas Journal, Agustus 24 1950. Dewan, John T., "Modern Open Hole Log Interpretation", Pen Well Publishing Co., Tulsa, Oklahoma, 1983. Helander, D.P. "Fudamentals of Formation Evaluation", OGCI Publications, Oil & Gas Colsutant International, Inc. Laboratorium", Kolokium II TM ITB, 1982. Monicard, R.P., "Properties of Reservoir Rock : Core Analysis", Gulf Publishing Co., Texas, 1980. Joe Zemanek, "Low-Resistivity Hydrocarbon-Bearing Sand Reservoirs", SPE, Formation Evaluation, December 1989. Murphy, R.P. & Owens, W.W., "A New Approach for Low-Resistivity Sand Log Analysis", JPT, November 1972. Patnode, H.W. & Wyllie, M.R.J. "The Presence of Conductive Solids in Reservoir Rocks As A Factor in Electric Log Interpretation", Petroleum Transactions, AIME, Vol 189, 1950. Wyllie, M.R.J.' "The Fundamentals of Well Log Interpretation" Third Edition, Academic Press, Inc (London) Ltd. 1963. __________________ "Effects of Sandstone Diagenesis", Gulf Publishing Company. Tabel-1 Harga Resistivitas, Densitas, Pe , U dan ∆t Beberapa Mineral 5,615) Dolomit 9.00 Gamping - 2.71 5.08 13.77 45.5 U Pasir - 2.65 1.8 4.79 55.6 Pirit 10-1 -10-6 4.9-5.2 16.97 85 67 Tabel-2 Spesifikasi Fluida Percobaan IATMI 2001-74 24.0272 Pompa Tangan Gambar-2 Rangkaian Pengukuran Resistivitas 120 Sw 100% 110 Sw 90% 100 SW 80% 90 Sw 70% 80 Sw 60% 70 Sw 50% 60 50 40 30 0 ∆t µsec/ft 43.5 Viscositas Cp Resistivity Meter 0 Pe Barn/e 3.14 Densitas Gr/cc 1.026 0.844 Core 10 Densitas Gr/cc 2.88 Fluida Air Minyak Karet Pressure Gage Valve Endstem 20 Resisitivity Ohm-m - Mineral Gambar-1 Struktur Kristal Pirit 2) Resisitivitas Batuan(Rt) 1. Rw @ 770F 0.283 PPM 20.000 5 10 15 20 25 Persen Volume Pirit (Vp) 30 35 Gambar -3 Hubungan Persen Volume Pirit Terhadap Resistivitas 40 Pengaruh Mineral Pirit terhadap Reisistivitas Batupasir dan Aplikasinya pada Kasus Low Resistivity Sayoga Heru P, Purwanto Mardisewodjo, Supomo M Atmodjo 3.0 5.0 y = 0.8216x + 0.1315 R 2 = 0.9955 2.9 4.5 2.8 4.0 3.5 2.6 Faktor Sementasi m* Densitas Batuan (ρb ), gr/cc 2.7 y = a+bx a =2.7612 b =-0.0199 R2= 0.97 2.5 2.4 3.0 2.5 2.0 2.3 1.5 2.2 1.0 2.1 0.5 2.0 2.0 2.2 2.4 2.6 2.8 3.0 3.2 3.4 3.6 3.8 0.0 4.0 0 Densitas Matrik ( ρ ρma), gr/cc 5 15 20 25 30 35 40 Persen Volume Pirit (Vp), % Gambar 7 Hubungan Persen Volume Pirit Terhadap Faktor Sementasi Semu (m*) Gambar 4 Hubungan Densitas Matrik Terhadap Densitas Batuan 8 4 y = a+bx a =1 b = 0.167 7 10 y = a+bx a = 2.9796 b = -0.03 R 2= 0.967 2 R =0.99 3 5 4 Eksponen Saturasi (n) Faktor Heterogenitas (X) 6 3 2 2 1 1 0 0 5 10 15 20 25 30 35 40 Persen Volume Pirit (Vp), % 0 Gambar 5 Hubungan Persen Volume Pirit Terhadap Faktor Heterogenitas 0 5 15 20 25 30 35 40 Persen Volume Pirit (Vp), % 80 Gambar -8 Hubungan Persen Volume Pirit Terhadap Eksponen Saturasi (n*) -0.0315x y = 70.543e 2 R = 0.9369 70 10 50 65 Linear (Ro,n @ Vp) 60 40 30 Linear (Ro 0%, n @Vp) 55 Linear (Ro @0%, n=2) 50 Linear (Ro,n @0%) 45 40 20 10 0 0 5 10 15 20 25 30 Persen Volume Pirit (Vp), % 35 40 Penyimpangan Sw, % Faktor Formasi (F*) 60 35 30 25 20 15 10 5 0 -5 Gambar -6 Hubungan Persen Volume Pirit Terhadap Faktor Formasi Semu (F*) -10 -15 0 5 10 15 20 25 30 Persen Volume Pirit,% Gambar-9 Hubungan Persen Volume Pirit Terhadap Penyimpangan Sw Pada Berbagai Metode IATMI 2001-74 35 Pengaruh Mineral Pirit terhadap Reisistivitas Batupasir dan Aplikasinya pada Kasus Low Resistivity 1.0 Sayoga Heru P, Purwanto Mardisewodjo, Supomo M Atmodjo 0 y =1.7759-0.3114x -0.01 -0.02 ) 0.9 ρ∗ ρ∗ -0.03 Penyimpangan Saturasi ( ∆ Sw), fraksi bcle / an De me nsi onl ess De nsit as Bat uan ( ρρ 0.8 0.7 0.6 -0.04 -0.05 -0.06 -0.07 -0.08 -0.09 -0.1 -0.11 -0.12 -0.13 0.5 2.4 2.6 2.8 3.0 3.2 3.4 Densitas Matrik ( 3.6 ρρ ma 3.8 4.0 4.2 4.4 -0.14 ), gr/cc -0.15 0 5 10 15 20 25 30 35 Persen Volume Pirit, % Gambar -10 Densitas Matrik Terhadap Dimensionless Densitas Batuan Dimensionless Faktor Formasi (F*/F clean ) 1.0 Gambar -13 Plot Persen Volume Pirit Terhadap Penyimpangan Saturasi Air (∆Sw) e -0.0316x -0.0272x e -0.0235x Rp = 0.3 Ohm-m, y = e Rp = 0.1 Ohm-m, y = Rp = 0.2 Ohm-m, y = 0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0.0 0 5 10 15 20 25 30 35 40 Persen Volume Pirit (Vp), % Gambar -11 Hubungan Persen Volume Pirit Terhadap F* 1 Dimensionless Eksponen Saturasi (n*/n clean ) y = -0.01x + 0.99 0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 0 5 10 15 20 25 30 Persen Volume Pirit (Vp), % Gambar -12 Hubungan Persen Volume Pirit Terhadap Eksponen Saturasi Semu (n*) IATMI 2001-74 35 40 Gambar-14 Contoh Kasus Respon Log Pada Formasi Yang Mengandung Pirit 12) 40